Anda di halaman 1dari 13

ORGANISASI-ORGANISASI ISLAM DI INDONESIA

Disusun guna memenuhi tugas mata pelajaran


Sejarah Kebudayaan Islam

Guru Pembimbing:
Dra. Sri Agustini M.Pd

Oleh:
Kelompok 8
1. Anggril Yusuf Pratama
2. Athaya Aisha Zuraida
3. Muhammad Raihan Fahmaylunar
4. Naurah Rayyani Daeng Taleba

KELAS XI MIPA 2
MAN KOTAWARINGIN TIMUR

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Dra. Sri Agustini M.Pd sebagai guru
pembimbing mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman materi dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Sampit, 01 Februari 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................................4

A. Latar Belakang.............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah........................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................4

BAB II.....................................................................................................................................5

1. Jamiatul Khair..............................................................................................................5

2. Sarekat Islam (SI).........................................................................................................5

3. Persatuan Umat Islam...................................................................................................7

4. Muhammadiyah............................................................................................................8

5. Al-Irsyad Al-Islamiyah................................................................................................9

6. Persatuan Islam (Persis)...............................................................................................9

7. Nahdlatul Ulama........................................................................................................11

8. Majelis Islam A'la Indonesia......................................................................................11

BAB III..................................................................................................................................13

Kesimpulan........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam di Indonesia masih banyak tercampur dengan tradisi keagamaan Hindu-Buddha
sehingga para ulama berusaha memurnikan kembali ajaran Islam. Upaya tersebut mendapat
dukungan dari berbagai organisasi Islam yang berdiri di Indonesia. Selain turut serta dalam
upaya pembaruan Islam, organisasi Islam di Indonesia juga berperan dalam masa perjuangan
meraih kemerdekaan. Pelajari dengan saksama uraian mengenai materi organisasi Islam di
Indonesia berikut! Catat beberapa poin penting yang Anda temukan sebagai rangkuman untuk
belajar!

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berisi pertanyaan-pertanyaan penting yang terkait dengan sub-bab
yang akan dibahas pada BAB II Pembahasan. Rumusan masalah dituliskan dengan poin-poin
sebagai berikut:
a. Apa saja organisasi-organisasi Islam di Indonesia?
b. Bagaimana latar belakang dan tujuan organisasi-organisasi Islam di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan berisi pernyataan-pernyataan penting yang berisi jawaban dari rumusan
masalah. Tujuan penulisan dituliskan dengan poin-poin sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui tentang organisasi-organisasi Islam di Indonesia.
b. Untuk memahami tentang latar belakang dan tujuan organisasi-organisasi Islam di
Indonesia

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Jamiatul Khair
Jamiatul Khair didirikan tanggal 17 Juli 1905 oleh Sayid Muhammad al-Fakhir bin Abdurahman al-
Mansur, Sayid Muhammad bin Abdullah bin Syihab, dan Sayid Syehan bin Sihab. Berikut beberapa latar
belakang pendirian organisasi Jamiatul Khair.

A. Belum ada sekolah yang cocok untuk anak-anak kaum muslimin sebab sejak tahun 1850 mulai
diberlakukan sekolah oleh pemerintah Hindia Belanda hingga abad ke-20 khusus disediakan
untuk anak orang Eropa, anak orang Kristen, dan anak kaum bangsawan.

B. Pendidikan agama Islam tidak diperkenankan diajarkan pada sekolah pemerintah kolonial.

C. Semangat pembaruan Islam di dunia yang dipelopori Muhammad Abduh, Jamaluddini al-
Afghani, dan Rasyid Ridha membuka cakrawala baru dalam pemikiran orang Arab atau
keturunan Arab di Indonesia, Jamiatul Khair dikenal sebagai organisasi Islam tanpa diskriminasi
asal-usulmeskipun sebagian besar penggerak merupakan orang Arab peranakan. Organisasi ini
lebih fokus terhadap bidang pendidikan dan sosial. Untuk menyukseskan kegiatan usaha
pendidikan, mereka memanggil beberapa pakar pendidikan berikut.

1. H. Muhammad Mansur dari Padang.

2. Alhasimi dari Tunis yag memperkenalkan kepanduan dan olahraga.

3. Syekh Muhammad Thaib dari Maroko tahun 1911.

4. Syekh Muhammad Abdul Hamid dari Makkah tahun 1911.

5. Syekh Ahmad Surkati dari Sudan tahun 1911.

Di antara mereka, Ahmad Surkati yang paling menonjol dalam hal menanamkan ide pembaruan
pendidikan di kalangan masyarakat Islam di Indonesia. Para tokoh ulama Indonesia yang lahir dari
organisasi ini, seperti K.H. Ahmad Dahlan, H.O.S. Tjokroaminoto, K.H. Samanhudi, dan K.H. Agus
Salim. Jamiatul Khair sejak awal berdiri berlandaskan dan mempertahankan akidah ahlusunnah wal
jamaah yang digariskan para salaf terdahulu sesuai ajaran Nabi Muhammad saw, cinta ahli bait dan para
sahabatnya. Dalam menjalankan praktik ibadah, keluarga besar Jamiatul Khair selalu berpegang pada
mazhab Syafi'i dan/atau berdasarkan dalil yang lebih kuat.

2. Sarekat Islam (SI)


Sarekat Islam organisasi tertua sejak era kolo- nialisme yang semula bernama Sarekat Dagang
Islam (SDI). Organisasi ini didirikan tanggal 16 Oktober 1905 oleh seorang pengusaha batik terkenal di
Surakarta, yaitu H. Samanhudi. Saat itu, anggotanya terbatas pada para pengusaha dan pedagang batik.
5
Organisasi ini didirikan sebagai usaha untuk membela kepentingan mereka dan tekanan politik Belanda
dan monopoli bahan batik para pedagang Tionghoa.
Usaha para pedagang Tionghoa lebih maju serta telah memiliki hak dan status lebih tinggi
dibandingkan penduduk pribumi (inlanders). Kebijakan yang sengaja diciptakan pemerintah Hindia-
Belanda tersebut kemudian menimbulkan perubahan sosial karena timbul kesadaran di antara kaum
pribumi. Karena sikap imperialisme pemerintah kolonial terhadap pedagang pribumi, membuat H.
Samanhudi yang juga berprofesi sebagai pedagang bergerak cepat menyebarkan berita berdirinya
organisasi ini. Berita ini salah satunya diberitakan melalul buletin Taman Pewarta (1902-1915).
Sarekat Dagang Islam berganti nama menjadi Sarekat Islam ketika mengadakan kongres pertama
di Surakarta tahun 1906. Tanggal 10 September 1912 karena keadaan politik dan sosial masa tersebut,
H.OS. Tjokroaminoto sebagai pimpinan Sarekat Islam menghadap notaris B. ter Kuile untuk membuat
Sarekat Islam sebagai Badan Hukum dengan Anggaran Dasar Sarekat Islam yang baru. Tanggal 14
September 1912 Sarekat Islam baru mendapat pengakuan dan disahkan pemerintah Belanda, H.O.S.
Tjokroaminoto mengubah yurisdiksi Sarekat Islam lebih luas menjadi lebih ke arah politik dan agama
untuk menyumbangkan semangat perjuangan Islam dalam semangat juang rakyat terhadap kolonialisme
dan imperialisme masa itu.
Tujuan Sarekat Islam jika ditinjau dari anggaran dasar sebagai berikut.
A. Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat rakyat.
B. Mengembangkan jiwa dagang.
C. Hidup menurut perintah agama.
D. Membantu anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha.
E. Memperbaiki pendapat yang keliru mengenai ajaran Islam.
Berkaitan dengan masalah keanggotaan organisasi, Sarekat Islam tidak membatasi anggota hanya
untuk masyarakat Jawa dan Madura. Tujuan Sarekat Islam tidak lain untuk membangun persaudaraan,
persahabatan, dan tolong-menolong antarmuslim dan mengembangkan perekonomian rakyat
Keanggotaan Sarekat Islam terbuka untuk semua lapisan masyarakat muslim
Ketika Sarekat Islam mengajukan diri sebagai badan hukum, awalnya Gubernur Jenderal
Idenburg menolak, karena badan hukum hanya diberikan pada Sarekat Islam lokal. Walaupun dalam
kenyataan anggaran dasar Sarekat Islam tidak terlihat adanya unsur politik, dalam kegiatan Sarekat Islam
menaruh perhatian besar terhadap unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang
dilakukan pemerintah kolonial ini mengartikan bahwa Sarekat Islam memiliki anggota yang banyak
hingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda.

6
3. Persatuan Umat Islam
Persatuan Umat Islam (PUI) berdiri tahun 1911. Organisasi ini didirikan K.H. Abdul Halim,
pengasuh Pondok Pesantren Majalengka, Jawa Barat. PUI merupakan gabungan dari dua organisasi Islam
yang ada di Jawa Barat, yaitu Persyarikatan Umat Islam dan al-Ittihad al-Islamiyah pimpinan K.H.
Ahmad Sanusi di Sukabumi. PUI lebih banyak bergerak di bidang pendidikan.

Sekolah dan pesantren yang didirikan dalam segi pembelajaran siswa dididik dengan diberikan materi
pembelajaran ilmu pengetahuan umum dan agama. Ini bertujuan agar dapat menghasilkan siswa yang
berintelektual dan berakhlak Islam. Dalam sejarah perjalanan, Persatuan Umat Islam pada awal didirikan
memiliki nama Hayatul Qulub (1912). Organisasi ini mengelola lembaga pendidikan yang
mengintegrasikan pesantren dengan sistem madrasah. Para santri selain belaiar di surau, pada pagi hingga
siang hari juga belajar di ruang kelas, serta duduk di bangku menghadap meja dan papan tulis. Di
madrasan para siswa juga diajarkan pengetahuan umum dan bahasa asing (Belanda dan Inggris).

Sistem pendidikan madrasah yang dipraktikkan Hayatul Qulub saat itu tidak lazim dilakukan.
Karenanya para ulama dan orang-orang yang tidak setuju, memfitnah sebagai sekolah sesat. Hayatul
Qulub tidak hanya bergerak di bidang pendidikan, tetapi juga bergerak di bidang sosial dan ekonomi
untuk membela rakyat dari tekanan kapitalisme Belanda.

Organisasi Hayatul Qulub tanggal 16 Mei 1916 berubah nama menjadi l'anatul Muta'allimin. Berkat
kerja keras dan besarnya perhatian seta dukungan masyarakat, dalam waktu singkat, telah berdiri cabang-
cabang l'anatul Muta'allimin di seluruh kecamatan dalam Kabupaten Majalengka. Dengan begitu,
organisasi ini termasyhur sebagai satu-satunya pusat pendidikan Islam modern di Majalengka.

Atas saran dari teman karibnya, H.O.S. Tjokroaminoto, K.H. Abdul Halim bulan November 1916,
mengubah nama l'anatul Muta' allimin menjadi Persyarikatan Oelama (PO). Tanggal 21 Desember 1917
Persyarikatan Oelama (PO) mendapat pengakuan badan hukum dari pemerintah Belanda.

Tahun 1919 Persyarikatan Oelama telah memiliki banyak cabang dan madrasah yang bertebaran di
berbagai pelosok Majalengka, Cirebon, Kuningan, Indramayu, Jatibarang, Bandung, Cianjur, sampai ke
Tegal (Jawa Tengah). Untuk memenuhi kebutuhan guru di madrasah-madrasah tersebut, didirikan
Kweekschool (sekolah guru). Para santri dan pelajar yang sudah tamat dari dapat melanjutkan ke
Kweekschool untuk menjadi guru.

Setelah mendapat penetapan Badan Hukum untuk seluruh Indonesia dari pemerintah Belanda tanggal
18 Agustus 1937, Persyarikatan Oelama mulai melebarkan sayap ke Semarang, Purwokerto, Banyumas,
sampai ke Tebing Tinggi dan Sumatra Selatan. Awal masa pendudukan Jepang tahun 1942, semua partai
politik dan organisasi pergerakan dibubarkan penguasa Jepang. Namun, beberapa bulan kemudian Jepang
mengeluarkan maklumat bahwa parpol dan ormas diizinkan aktif kembali. Persyarikatan Oelama (PO)
berubah nama lagi menjadi Persyarikatan Oemmat Islam (POI) yang kemudian dengan perubahan ejaan
bahasa Indonesia menjadi Persatuan Umat Islam (PUI).

7
4. Muhammadiyah
Muhammadiyah berdiri tanggal 8 Dzulhijah 1330 H atau 18 November 1912 di Kauman, Yogyakarta.
Setelah menunaikan ibadah haji dan bermukim untuk kedua kali tahun 1903, K.H. Ahmad Dahlan mulai
menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air. Gagasan pembaruan tersebut diperoleh K.H. Ahmad
Dahlan setelah berguru kepada ulama Indonesia yang bermukim di Makkah, seperti Syekh Ahmad Khatib
dari Minangkabau, Kiai Nawawi dari Banten, Kiai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kiai Fakih dari
Maskumambang. la juga membaca pemikiran para pembaru Islam seperti Ibnu Taimiyah, Muhammad bin
Abdil Wahhab, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha.

Kelahiran Muhammadiyah melekat dengan sikap, pemikiran, dan langkah K.H. Ahmad Dahlan
sebagai pendiri yang mampu memadukan paham Islam yang ingin kembali pada Al-Qur'an dan sunah
dengan orientasi tajdid yang membuka pintu iftihad untuk kemajuan. Dengan begitu, memberi karakter
yang khas dari kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah.

Sebagaimana para pembaru Islam lain, K.H. Ahmad Dahlan memiliki cita-cita membebaskan umat
Islam dari keterbelakangan dan membangun kehidupan yang berkemajuan melalui tajdid (pembaruan),
meliputi aspek-aspek tauhid (akidah), ibadah, muamalah, dan pemahaman terhadap ajaran Islam dan
kehidupan umat Islam. Kesemuanya itu agar kembali kepada sumbernya yang hakiki, yaitu Al-Qur'an dan
sunah yang sahih serta membuka ijtihad.

Gagasan pendirian Muhammadiyah mendapat hambatan dari berbagai kalangan, baik dari keluarga
maupun masyarakat luas. Ada yang beranggapan bahwa ia hendak mendirikan agama baru yang
menyalahi agama Islam. Ada pula yang menganggapnya sebagai kiai palsu karena sudah meniru bangsa
Belanda yang Kristen, mengajar di sekolahan Belanda, seta bergaul dengan organisasi Budi Utomo yang
kebanyakan anggotanya dari golongan priayi. Ahmad Dahlan juga mendapat tuduhan lain. Saat itu, ia
mengajar di sekolah OSVIA Magelang. OSVIA sekolah khusus Belanda untuk anak-anak priayi.

K.H. Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda. untuk
mendapatkan badan hukum tanggal 20 Desember 1912 dan baru dikabulkan tahun 1914, yaitu Surat
Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914 M. Izin dari pemerintah Hindia Belanda tersebut
hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta sehingga organisasi ini hanya boleh bergerak di Yogyakarta.
Ahmad Dahlan menyiasatinya dengan menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar daerah
Yogyakarta memakai nama lain.

Dalam mendirikan Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan dibantu sahabat-sahabatnya dari Kauman,
seperti Haji Sujak, Haji Fakhruddin, Haji Tamim, Haji Hisyam, Haji Syarkawi, dan Haji Abdul Gani.
Dengan tujuan mendalami Islam di kalangan anggota sendiri dan menyebarkan Islam di luar anggota inti.
Untuk mencapai tujuan ini, organisasi itu bermaksud mendirikan lembaga pendidikan, mengadakan rapat-
rapat dan tablig yang membicarakan masalah Islam, mendirikan wakaf dan masjid, seta menerbitkan
buku, brosur, surat kabar, dan majalah.

Ide pembaruan K.H. Ahmad Dahlan mulai disosialisasikan ketika menjabat khatib di Masjid Agung
Kesultanan, yaitu menggarisi lantai Masjid Besar dengan penggaris miring 24½ derajat ke Utara. Menurut
ilmu hisab yang ia pelajari, arah Kiblat tidak lurus ke Barat seperti arah masjid di Jawa umumnya, namun
miring sedikit 24½ derajat. Selain itu, masih ada beberapa pemikiran lain sebagai berikut.
8
A. Menolak taklid.

B. Meminta restu dari roh orang yang meninggal dan percaya pada jimat akan membawa
kemusyrikan (penyekutuan Tuhan).

C. Mendirikan sekolah dengan sistem gubernemen dan disempurnakan dengan penambahan mata
pelajaran agama. la berusaha mengislamkan berbagai segi kehidupan yang tidak islami.

5. Al-Irsyad Al-Islamiyah
Kehadiran para pendidik yang didatangkan dari luar umumnya berkiblat pada pembaruan Islam yang
disampaikan Muhammad Abduh. Oleh sebab itu, mereka selalu menganjurkan persamaan antarsesama
muslim dan kembali ke pemikiran kepada Al-Qur'an dan hadis. Pemikiran tersebut mengundang reaksi
keras dari penggerak organisasi ini, terutama dari peranakan Arab kelompok Sayyid. Mereka selama ini
merasa lebih terhormat dan memiliki kedudukan tinggi dibanding golongan lain dalam masyarakat Islam
di Indonesia saat itu. Perbedaan pendapat tersebut akhirnya membawa Jamiatul Khair mengalami
perpecahan. Perpecahan ini yang menjadi latar belakang Syekh Ahmad Surkati mendirikan organisasi al-
Irsyad al-Islamiyah.

Organisasi al-Irsyad berdiri tanggal 15 Syawal 1332 H atau bertepatan 6 September 1914 M. Tanggal
tersebut mengacu pada pendirian Madrasah al-Irsyad al-Islamiyah yang pertama, di Jakarta. Pengakuan
hukum sendiri baru dikeluarkan pemerintah Kolonial Belanda pada 11 Agustus 1915. Sejak awal berdiri,
al-Irsyad al-Islamiyah bertujuan memurnikan tauhid, ibadah, dan amaliyah Islam. Organisasi ini bergerak
di bidang pendidikan dan dakwah. Untuk merealisasikan tujuan, al-Irsyad sudah mendirikan ratusan
sekolah formal dan lembaga pendidikan nonformal yang tersebar di seluruh indonesia.

Dalam perjalanannya, al-Irsyad sering menjalin kerja sama dengan organisasi modernis Islam lain,
seperti Muhammadiyah dan Persatuan Islam (Persis). Kerjasama di antara mereka terus berlanjut dalam
kongres al-Islam ke-1 di Cirebon tahun 1922, kongres al-Islam ke-2 tahun 1923 di Garut, kongres ke-3 di
Surabaya tahun 1924, kongres al-Islam ke-4 di Yogyakarta tahun 1925, kongres al-Islam ke-5 di Bandung
tahun 1926. Al-Irsyad juga menjalin kerja sama dengan gerakan Islam lain dalam Majelis Islam A'la
Indonesia (MIAI). Adapun tiga tokoh utama yang menjalin kerja sama antarorganisasi ini, yaitu Syekh
Ahmad Surkati, K.H. Ahmad Dahlan, dan Ahmad Hassan yang sering disebut "Trio Pembaru Islam
Indonesia".

6. Persatuan Islam (Persis)


Persatuan Islam (Persis) didirikan Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus tanggal 12 September
1923 di Bandung Organisasi ini berawal dari sekelompok orang yang berminat dalam pendidikan dan
aktivitas keagamaan. Persis berdiri bertujuan memberikan pemahaman Islam dengan ajaran Nabi
Muhammad saw, Oleh sebab itu. Persis lebih menitikberatkan perjuangan pada penyebaran penyiaran
paham Al-Qur'an dan sunah kepada masyarakat Islam dan bukan untuk memperbesar atau memperluas
jumlah anggota dalam organisasi Sejak berdiri, Persatuan Islam telah banyak melakukan beberapa hal
berikut.

A. Berusaha keras untuk mengembalikan kaum muslimin kepada Al-Qur'an dan hadis.

9
B. Menghidupkan perjuangan dan ijtihad, membasmi bid'ah, khurafat, takhayul, taklid, dan syirik.

C. Memperluas tablig dan dakwah kepada segenap masyarakat

D. Mendirikan pesantren dan sekolah untuk mendidik kader islam.

Persatuan Islam kurang memberi tekanan kepada kegiatan organisasi dan tidak terlalu berminat untuk
menambah sebanyak mungkin anggota. Pembentukan cabang tergantung pada inisiatif peminat semata
dan bukan didasarkan kepada suatu rencana yang dilakukan pimpinan pusat

Di tahun pertama, Persatuan Islam hanya memiliki anggota sekitar dua puluh orang. Aktivitas pun
berakar pada salat Jumat ketika anggota datang bersama-sama dan mengikuti kursus pengajaran agama
yang diberikan sejumlah tokoh organisasi, daat itu, seluruh aktivitas dakwah Persis diprakarsai dan
dibiayai sendiri oleh kedua pendin yang berprofesi sebagai wirausahawan.

Persatuan Islam mendapat bentuknya yang jelas setelah masuknya Ahmad Hassan pada tahun 1926
dan Mohammad Natsir pada 1927. Sejak masuknya Ahmad Hassan, Persis memiliki guru utama dalam
menyampaikan ajaran Islam. Ahmad Hassan seorang pendatang dari Singapura. la adalah keturunan
keluarga India Tamil yang menetap di wilayah itu. Meskipun tidak menuntaskan pendidikan Sekolah
Dasar. Ahmad Hassan sejak kecil telah memperoleh pendidikan agama yang kuat dari berbagai ulama
terkenal di Singapura dan Sumatra.

Ahmad Hassan konsisten akan pemikiran dan gagasan. Pemahaman dan pemikirannya senantiasa
berlandaskan Al-Qur'an dan sunah. Gagasan dan pemikiran kenegaraan tak pernah dipisahkan dengan
konsep Islam. Bagi A. Hassan, Islam merupakan agama "syumul yang mengatur segalanya termasuk hal-
ihwal kenegaraan.

Di zaman pergerakan nasional. A. Hassan yang memiliki bisnis perentakan. menerbitkan banyak
majalah sebagai sarana dakwah. Berikut di antaranya

A. Pembela Islam (1929-1935)

B. Al-Fatwa (1933-1935)

C. Soal Jawab (1931-1940)

D. Al-Lisan (1935-1942)

E. At-Taqwa (1937-1941)

F. Laskar Islam (1937)

G. Al-Hikam (1939)

Tahun 1940, Ahmad Hassan beserta 25 muridnya pindah ke Bangi, Jawa Timur dan pesantren yang
berada di Bandung Kepemimpinan Persis dilanjutkan KH Endang Abdurrahman (1962-1983) Selama
masa kepemimpinannya, organisasi ini menunjukkan kecenderungan pada berbagai kegiatan sekitar tablig
dan pendidikan dari tingkat pusat hingga cabang. KH. Endang Abdurrahman lebih mengonentasikan
10
Persis sebagai organisasi agama, sebab itu ia mengambil pola kepemimpinan ulama bukan kepemimpinan
politik. Pada masa inilah Persatuan Islam kembali kepada garis perjuangan sehingga tidak salah jika KH
Endang Abdurrahman dikatakan sebagai penegak khittah Persatuan Islam,

7. Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama berdin pada 16 Rajab 1344 H atau bertepatan tanggal 31 Januari 1926 M.
Organisasi yang bergerak di bidang keagamaan. pendidikan, sosial, dan ekonomi ini didirikan K. H.
Hasyim Asy'ari bersama dengan KH. Abdul Wahab Hasbullah dan K.H. Bisri Syamsuri, Dari segi bahasa,
Nahdlatul Ulama berarti kebangkitan ulama. Kehadiran NU menjadi salah satu upaya melembagakan
wawasan tradisi keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham ahlussunnah wal jamaah
Sebagaimana Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama tidak mencampuri urusan politik Adapun tujuan NU
didirikan untuk memajukan keempat paham mazhab, yakni Syafi'i Malik Hanafi, dan Hambali dengan
jalan

A. memelihara hubungan antarulama keempat aliran ini

B. menjaga supaya pelajaran agama Islam jangan sampai tertulis kaum modernis;

C. propaganda Islam berdasarkan paham ortodoks;

D. memajukan pendidikan Islam; dan

E. memelihara masjid.

Tahun 1918 kalangan pesantren gigih melawan kolonialisme dengan membentuk organisasi
pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air). Di tahun yang sama. 1918 didirikan
Taswirul Afkar atau Nahdlatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran). sebagai wahana pendidikan sosial politik
kaum dan keagamaan kaum santri Selanjutnya didirikan Nahdlatut Tujjar, (Pergerakan Kaum Saudagar)
yang dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatut Tujjar itu,
Taswirul Afkar selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang
pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.

Nahdlatul Ulama tampil sebagai organisasi Islam yang moderat di Indonesia dan mampu menerima
tradisi lokal serta beradaptasi terhadap perubahan zaman Di Nandlatul Ulama dikenal luas maqolah al-
Muhafadhah 'alal qadimi al shalih wa al akhdu bi ajadid al-ashlah atau memelihara hal lama yang masih
baik dan mengambil hal baru yang lebih baik"

Nahdlatul Ulama memiliki sikap terbuka atas keragaman dan perbedaan karena dipengaruhi budaya
Nusantara. Nahdlatul Ulama juga memiliki prinsip tawasut (moderat)

8. Majelis Islam A'la Indonesia


Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI) dibentuk untuk menjadi wadah bagi organisasi kemasyarakatan
Islam di Indonesia pada masa sebelum kemerdekaan. MIAI didirikan Selasa Wage, 15 Rajab 1356 atau
bertepatan tanggal 21 September 1937 atas prakarsa K.H. Hasyim Asy'ari. Awalnya MIAI hanya menjadi
koordinator (mediator) untuk berbagai kegiatan, kemudian dikembangkan sebagai wadah mempersatukan

11
umat Islam tanah air untuk menghadapi politik Belanda yang memecah belah para ulama dan partai
Islam. Pada periode 1939-1945 para ulama bergabung bersama dalam satu majelis.

Zaman pendudukan Jepang, Majelis Islam A'la Indonesia menjadi organisasi pergerakan cukup
penting. Majelis Islam A'la Indonesia menjadi tempat bersilaturahmi, wadah tempat berdialog, serta
bermusyawarah untuk membahas berbagai hal yang menyangkut kehidupan umat. Majelis Islam A'la
Indonesia senantiasa menjadi organisasi pergerakan yang diperhitungkan dalam perjuangan membangun
kesatuan dan kesejahteraan umat. Semboyan yang terkenal "berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali
Allah dan janganlah berpecah belah". Dengan demikian pada masa pendudukan Jepang, Majelis Islam
A'la Indonesia berkembang pesat. Kantor pusatnya semula di Surabaya kemudian pindah ke Jakarta.

Berikut tugas dan tujuan Majelis Islam A'la Indonesia.

A. Menempatkan umat Islam pada kedudukan yang layak dalam masyarakat Indonesia.

B. Mengharmoniskan Islam dengan tuntutan perkembangan zaman.

C. Ikut membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya

Untuk merealisasikan tujuan dan melaksanakan tugas itu, Majelis Islam A'la Indonesia membuat
program yang lebih menitikberatkan pada bidang sosioreligius. Secara khusus program tersebut akan
diwujudkan melalui rencana berikut.

A. Pembangunan masjid agung di Jakarta.

B. Mendirikan universitas.

C. Membentuk Baitul Mal.

Setelah Jepang mengetahui dan menganggap Majelis Islam A'la Indonesia sudah tidak relevan dengan
kebijakan mereka, tahun 1943 Majelis Islam A'la Indonesia dibubarkan. Dibuatlah kebijakan baru yang
bisa mengakomodasi kebijakan Jepang terhadap umat Islam. Untuk merealisasikannya, diganti Majelis
Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) sebagai organisasi baru yang menjadi salah satu tempat aspirasi
umat Islam.

BAB III
PENUTUP
12
Kesimpulan
Terdapat berbagai organisasi-organisasi Islam di Indonesia. Organisasi-organisasi
tersebut turut serta dalam memurnikan dan terlibat dalam pembaruan Islam. Selain itu,
organisasi-organisasi bersejarah tersebut juga berperan dalam masa perjuangan meraih
kemerdekaan.

DAFTAR PUSTAKA
Mulyani, S., & Nabila, H. A. (2022). Sejarah Kebudayaan Islam Untuk MA Kelas XI. Surakarta: Putra
Nugraha.

Sulaiman, M. (2020). Sejarah Kebudayaan Islam MA Kelas XI. Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah.

13

Anda mungkin juga menyukai