Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rina Khuzaimah Basri

Nim :205110701111027

Kelas :Menulis Puisi A

Resume Proses Kreatif, Karya Sastra, dan Masyarakat Pembaca

 Proses Kreatif Pengarang

Sebuah karya sastra tidak mungkin hadir begitu saja tanpa adanya seorang pencipta atau
pengarang atau biasa disebut dengan sastrawan. Untuk melahirkan sebuah karya sastra, tentu
seorang pengarang melalui sebuah proses kreatif. Pada dasarnya proses kreatif yang dilakukan
oleh sastrawan selalui berkaitan dengan kegiatan menulis kreatif. Menulis kreatif adalah kegiatan
mengekspresikan atau menuangkan ide-ide baru dalam wujud tulisan (Hasanah dan Siswanto,
2013). Pengarang menjadikan karya sastra sebagai media untuk mengungkapkan ide melalui
proses kreatif yang dilakukan. Ide tersebut merupakan hasil imajinasi pengarang yang berpadu
dengan refleksi realitas yang terjadi di sekitarnya. Dengan demikian, karya sastra merupakan
produk dari proses kreatif yang imajinatif dan reflektif (Kurniawan, 2011). Proses kreatif ini
membutuhkan daya atau kekuatan yang mengandung unsur imajinatif, pengetahuan, dan
pengalaman pengarang yang diperoleh dari membaca. Tanpa adanya proses kreatif, karya sastra
tidak bisa dihasilkan karena proses kreatif merupakan proses yang harus dilakukan atau dilalui
oleh pengarang untuk menghasilkan karya sastra.

Pengarang tidak bisa membuat karya sastra tanpa melalui tahapan proses penciptaan, seperti berkut
ini.

1) Pengumpulan ide dengan melakukan kegiatan observasi, yakni dengan membaca dan
mendengar karya sastra lama juga pengalaman kehidupan sehari-hari;
2) Pengembangan ide;
3) Penyempurnaan ide.

Penulisan kreatif meliputi seluruh tahapan mulai dari dorongan bawah sadar yang melahirkan
suatu karya sampai perbaikan terakhir karya sastra yang dilakukan oleh pengarang. Seorang
pengarang tidak tiba-tiba menghasilkan karya sastra, tetapi ada proses yang dimulai dari
penggalian ide sampai tahap revisi karya yang dibuatnya.
Delapan dorongan dalam menghasilkan karya sastra, yakni sebagai berikut.

1. Mempertahankan hidup
2. Seksualitas
3. Untuk mencari makan
4. Untuk bergaul atau berinteraksi sesame manusia
5. Menjadi profesi
6. Untuk meniru tingkah laku manusia
7. Untuk berbakti
8. Terpesona keindahan

Eksistensi diri

Tahapan proses kreatif yang pasti dialami yakni sebagai berikut.

1. Persiapan
Pengarang sadar apa yang akan ditulis, bagaimana menulisnya, memiliki ide atau gagasan,
topik (bermacam-macam) berdasarkan apa yang ia alami, didengar, dilihat, dirasakan, peka
dengan keadaan sekitar.
2. Inkubasi
Gagasan yang ada disimpan, dipikirkan matang-matang dan waktu yang tepat, mengerami
dan mematangkan gagasan hingga bisa dituliskan di waktu atau cara yang tepat.
3. Inspirasi
Gairah yang kuat untuk menuliskan gagasan yang ada, tiap orang berbeda caranya.
4. Revisi
- Melihat dan memperbaiki apa yang ditulis.
- Hasil final.

Setiap pengarang memiliki waktu yang berbeda. Dari proses ini terlihat mana pengarang yang
produktif dan sebaliknya.

Tahapan Menulis Puisi

1. Kegiatan sebelum Menulis


Jalan-jalan, membaca, mendengarkan, dan mendapatkan pengalaman.
2. Kegiatan selama menulis
a) Bergantung dari kondisi pengarang, keadaan jiwa serta pandangan pengarang terhadap
pembaca.
b) Pembaca dianggap sebagai konsumen.
3. Kegiatan setelah menulis
a) Merevisi, merenungkan
b) Melanjutkan menulis lalu istirahat.
 Fungsi dan Kedudukan Karya Sastra

Ratna (2009) menyebutkan bahwa secara garis besar karya sastra dibedakan menjadi sastra
lama dan modern, sastra lisan dan tulisan, sastra nasional dan regional. Hampir tidak mungkin
untuk menentukan kapan sastra lama dimulai, khususnya sastra lisan.

Klimaks kedudukan karya sebagai kualitas otonom adalah strukturalisme, di dalamnya


karya sastra dianalisis secara mandiri dengan proses pembacaan mikroskopis, karya dilepaskan
dari latar belakang sosial yang ada di luarnya. Dikotomi aspek intrinsik dan ekstrinsik yang
diintroduksi oleh Wellek dan Warren melalui bukunya yang berjudul Theory of Literature (1962)
dianggap sebagai masalah utama sekaligus menolak dikotomi isi dan bentuk yang mendominasi
model analisis sebelumnya. Keterlibatan pengarang, analisis dengan mempertimbangkan aspek
biografi, yang juga sangat digemari sebelumnya, khususnya dalam tradisi romantisisme, juga
ditolak. Dalam puisi masalah-masalah yang diangkat adalah penggunaan bahasa yang khas,
sebagai literariness. Pada saat inilah penelitian gaya bahasa mencapai puncak, misalnya melalui
pengungkapan fungsi-fungsi puitika secara maksimal seperti dilakukan oleh Jakobson dan Levi-
Strauss (Teeuw, 1988: 77-78).

Tidak ada karya sastra yang diciptakan dengan tidak sengaja. Setiap karya, bahkan sebait
puisi pun ditulis dengan tujuan tertentu. Tidak benar pendapat yang mengatakan bahwa pengarang
mencipta secara tiba-tiba, apalagi dalam kondisi trans. Pada saat penulisan sering terjadi bahwa
imajinasi mengalir dengan deras bahkan secara tak terkendalikan. Meskipun demikian pengarang
tetap berada dalam kondisi terkontrol sehingga bahasa dan logika dapat disalurkan secara benar.

Gaya penulisan dengan demikian mengikuti dan dipersiapkan sesuai dengan tujuan yang
pada umumnya didahului oleh genre, pembaca yang dibayangkan, apakah kelompok remaja,
dewasa, intelek ual, masyarakat biasa, dan sebagainya. Pada saat ini sastrawan sama dengan
ilmuwan. Perbedaannya, penulis pertama didasarkan atas kreativitas imajinasi, penulis kedua atas
dasar fakta dan pembuktian.

Karya sastra terdiri atas bentuk (struktur) dan isi (kandungan). Kedua aspek memerlukan
cara-cara penyajian. Tetapi aspek bentuklah yang dominan, sebagai gaya bahasa. Tidak ada
penyajian aspek isi secara khas melainkan secara inklusif, secara parasitis terkandung dalam aspek
bentuk itu sendiri. Oleh karena itulah, disebutkan bahwa dalam karya sastra bahasa berfungsi
sekaligus sebagai alat dan tujuan.

Pada umumnya disepakati bahwa sastra merupakan cermin masyarakat. Sastra lama bentuknya
terikat sehingga dianggap sebagai cermin masyarakat lama. Sebaliknya sastra modern bentuknya
bebas sehingga dianggap sebagai cermin kebebasan masyarakat modern. Intinya, karya sastra
memiliki fungsi yang sangat menentukan dalam kehidupan masyarakat.

 Peranan Pembaca sebagai Penanggap

Ciri pertama menunjukkan bahwa sejak awal, sejak adanya perdebatan antara Plato dengan
Aristoteles abad ke-5/4 SM hingga lahirnya teori postrukturalisme dalam teori sastra kontemporer
karya telah dipahami secara berbeda beda. Ciri kedua menunjukkan bahwa sebagai kualitas
imajinasi dan kreativitas karya sastra memiliki fungsi tersendiri dalam rangka memberikan
kepuasan terhadap kehidupan manusia. Kepuasan yang dimaksudkan bukan bagi pengarang
semata-mata, tetapi yang lebih penting adalah pembaca, masyarakat secara keseluruhan.

Perbedaan antara tugas penulis dengan pembaca sejajar dengan perbedaan antara hakikat
karya atau naskah dengan teks wacana. Karya, dalam bentuk bahasa, sebagai kualitas artistik
dihasilkan oleh pengarang, sedangkan teks, sebagai kualitas estetik dihasilkan oleh pembaca.
Peranan pembaca sebagai penanggap, khususnya kapasitasnya sebagai pembaca mahatahu jelas
memiliki arti tersendiri. Pada tingkat tertentu pembaca mahatahu memiliki kesejajaran dengan
pengarang mahatahu yang dalam hubungan ini diwakilkan melalui sudut pandang orang ketiga
yang ditampilkan oleh penulis sebagai memiliki seluruh pengeta huan, baik masa lalu, sekarang
dan yang akan datang.

Seperti diketahui pergeseran sudut pandang dari karya ke pembaca, dari teori
strukturalisme ke teori-teoti postrukturalisme terjadi sebagai akibat stagnasi sruktur intrinsik itu
sendiri. Makna karya sastra tidak ditentukan oleh pengarang, juga tidak melalui unsur-unsur karya
secara mandiri, melainkan hubungan antara pembaca dengan karya di satu pihak, pembaca dengan
pengarang di pihak yang lain.

Daftar Rujukan

Kurniawan, M. A. (2011). Kritik Sosial dalam Novel Menunggu Matahari Melbourne Karya Ramy
Sylado: Tinjauan Sosiologi Sastra. Jurnal Bahastra, 26(1).

Ratna, Nyoman K. (2009). Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Hasanah, Muakibatul dan Wahyudi, S. (2013). Mengenal Proses Kreatif Sastrawan Indonesia.
Malang: Penerbit Cakrawala Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai