Anda di halaman 1dari 25

MODUL.3.

JENIS DAN PENGUKURAN POLYGON


===============================================================

Pengertian Polygon

Polygon adalah rangkaian titik-titik secara berurutan, sebagai kerangka dasar pemetaan.
Untuk kepentingan  kerangka dasar, titik-titik poligon tersebut harus diketahui atau
ditentukan posisinya atau koordinatnya. Beberapa definisi  tentang bidang polygon
adalah sebagai berikut :
Poligon adalah gabungan ruas garis dari bagian yang bertemu hanya di titik akhir
sehingga (1) sebesar dua ruas garis bertemu di satu titik, dan (2) Tiap ruas garis bertemu
tepat dua ruas garis lainnya. Poligon dinamai dengan memakai jumlah dari sisinya.
Contoh segi tiga -3 sisi, segi empat -4 sisi, segi lima -5 sisi, segi enam -6 sisi,
Segi tujuh -7 sisi, segi delapan -8 sisi,. Sebuah polygon dengan sisi n dapat disebut segi -
n.
ü  Diagonal dari poligon adalah ruas garis yang menghubungkan antara dua titik puncak
dari segi banyak tersebut.
Titik akhir dari ruas garis AC adalh titik puncak dari polygon ABCD. Ruas garis
AC adalah satu diagonal dari polygon.
ü  Sebuah poligon adalah cembung jika semua diagonal dari poligon terletak di dalam
poligon itu sendiri.
Setiap diagonal dari polygon ini seperti ruas garis PR, adalah terletak di dalam polygon.
PQRST adalah polygon cembung.  
Paling tidak terdapat satu diagonal dari poligon ini yang tidak terdapat dalam
polygon. GHIJK bukan merupakan poligon cembung. Segitiga dengan sisi yang
kongruen memiliki nama khusus.
ü  Segitiga sama sisi adalah segitiga dengan semua sisi yang kongruen satu sama lain.
Ruas garis AB ≅ Ruas garis BC ≅ Ruas garis AC

1. Segitiga sama kaki adalah segita dengan dua sisi yang kongruen satu sama lain.
∠A disebut sudut puncak.∠ B dan ∠C disebut sudut dasar.

2. Segi banyak beraturan adalah segi banyak (poligon) dengan semua sisi yang kongruen
satu sama lain dan semua sudut yang kongruen satu sama lain.
ABCDEFGH adalah poligon beraturan beberapa poligon mempunyai beberapa jenis yang
membuat semuanya polygon beraturan. Semua sisi mempunyai panjang yang sama.
Semua sudut mempunyai besar yang sama.

Macam-macam  polygon

1. Atas dasar titik ikat:

(1) poligon terikat sempurna : poligon yang ujung-ujungnya terikat pada dua titik yang
diketahi koordinatnya, (2) poligon terikat sepihak: poligon yang salah satu titik ujungnya
terikat atau diketahui koordinatnya, (3) poligon bebas: poligon yang ujung-ujungnya
tidak terikat.

2. Atas dasar bentuk:

(1) Poligon Terbuka: poligon yang ujungnya tidak saling bertemu satu dengan yang lain,
(2) poligon tertutup: poligon yang ujungnya saling bertemu (titik awal dan titik ahir
menjadi satu) dan membentuk suatu loop atau kring, (3) poligon cabang: poligon yang
merupakan cabang dari poligon yang lain.

3. Atas dasar hirarki dalam pemetaan

: (1) poligon yang utama : poligon yang koordinat titik-titiknya diperoleh langsung dari
penentuan koordinat titik local atau diikatkan langsung melaui pengukuran dari titik
kontrol terdekat. (2) poligon cabang: poligon yang koordinat titik-titiknya diikatkan dari
poligon utama

Contoh Poligon Tertutup dengan Jumlah Sudut Lima Titik


Arah pengukuran poligon tertutup arah pengukuran berlawanan jarum jam. β4 poligon
tertutup arah pengukuran searah jarum  jam pada setiap pekerjaan poligon tertutup,
penting diketahui arah pengukuran poligon. Pada gambar, arah pengukuran poligon
berlawanan dengan jarum jam. Konsekuensinya, sudut kanan (β) yang terbentuk adalah
sudut dalam. Berbeda dengan poligon pertama, pada gambar, arah pengukuran poligon
searah jarum jam sehingga sudut kanan (β) yang terbentuk adalah sudut luar. Perlu
diketahui bahwa sudut kanan adalah sudut yang terbentuk dari selisih arah bacaan muka
dikurangi arah bacaan belakang (back sight atau reference object). Bacaan back sight ini
dapat diset nol, sembarang atau sebesar asimut yang diketahui. Ketika teodolit dititik 2,
bacaan belakangnya adalah hasil bidikan ketitik 1 sedangkan bacaan mukanya adalah
hasil bidikan ketitik 3. Ketika teodolit dititik 3, bacaan belakangnya adalah ketitik 2
sedangkan bacaan belakangnya adalah hasil bidikan ketitik 4. Ketika teodolit dititik 4,
bacaan belakangnya adalah hasil bidikan ketitik 3 sedangkan bacaan mukanya adalah
hasil bidikan ketitik 5. Ketika teodolit dititk 5, bacaan belakngnya adalah hasil bidikan
ketitik4 sedangkan bacaan mukanya adalah hasil bidikan ketitik 1. Terakhir, ketika
teodolit dititik 1, bacaan belakangnya adalah hasil bidikan ketitik 5 sedangkan bacaan
mukanya adalah hasil bidikan ketitik 2. Cara ini berlaku baik untuk posisi biasa maupum
luar biasa.

Langkah- Langkah Kegiatan :

1. Persiapkan peralatan yang dibutuhkan serta periksa kelengkapannya.


2. Tentukan jalur poligon, dan pilih minimal 4 titik,  dipakai sebagai titik-titik poligon.
3. Perhatikan dengan benar syarat-syarat pemilihan titik poligon, diantaranya aman,
mudah ditemukan kembali dan sehingga dapat dilihat dari titik-titik di depan dan
dibelakangnya.
4. Lakukan pengukuran poligon tertutup itu dengan ketentuan teknis sebagai berikut :
1)     Teodolit dengan tingkat ketelitian yang tersedia di laboratoriun STPN
2)       Target dibidik langsung pada titik (paku paying). Jika tidak kelihatan digunakan
alat Bantu unting-unting yang dipasang vertical di atas titik.
3)      Pengukuran sudut dilakukan dengan 2 seri rangkap, dengan toleransi bacaan antara
sudut-sudut yang dihasilkan tidak lebih dari tiga kali ketelitian alat;
4)      Pengukuran jarak sisi polygon dilakukan secara dengan pita ukur pergi-pulang;
5)      Azimut awal dapat diambil di sembarang titik dengan bantuan kompas dilekatkan
pada alat ukun teodolit (azimuth magnetis).
6)      Cara penggunaan alat Bantu kompas tersebut sebagai berikut : pasang kompas pada
teodolit, seimbangkan posisi pendulum kompas, sehingga – dalam posisi ini – teropong
mengarah kea rah utara magnetis. Catat bacaan horizontal pada posisi ini. Akan lebuh
menguntungkan apabila pada posisi ini dibuat bacaan horizontal 0°0’0” dengan sekrup
limbus piringan horizontal. Selanjutnya bidik titik polygon terdekat (di depan) dan catat
bacaan horizontal.
7)      Data ukuran dituangkan dalam formulir;
8)      Hitung hasil ukuran polygon;
9)      Plot koordinat pada kertas millimeter, kemudian pindahkan ke kertas kalkir dengan
format yang telah ditentukan

Alat Peraga
Alat peraga  merupakan alat yang digunakan untuk menanamkan konsep sebuah
materi kepada siswa. Suatu konsep yang diajarkan kepada siswa tidak akan bertahan
lama apabila materi tersebut tidak terlalu dimengerti oleh siswa tetapi hanya mengingat-
ingat saja. Begitu juga dengan konsep abstrak yang baru dipahami siswa, konsep tersebut
cenderung mengendap apabila siswa hanya belajar melalui penglihatan tanpa adanya
perbuatan. Oleh sebab itu, dengan penggunaan alat peraga dalam setiap pembelajaran
maka:

 Terciptanya motivasi dalam proses belajar dan mengajar.


 Konsep abstrak dalam matematika tersaji dalam bentuk konkrit sehingga lebih dapat
dipahami oleh siswa.
 Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam sekitar
akan lebih dapat dipahami.
Alat pengajaran dapat dikelompokkan dalam dua jenis alat pengajaran yang bersifat
umum dan alat pengajaan yang bersifat  khusus.
Ø  Alat pengajaran yang bersifat umum
Yang dimaksudkan dengan jennis ini adalah alat-alat pengajaran yang penggunaannya
berlaku untuk semua mata pelajaran seperti papan tulis kapur, spidol, dan penggaris.
Ø  Alat pengajaran yang bersifat khusus
Yaitu alat pengajaran yang penggunaanya berlaku khusus untuk mata pelajaran
tertentu,seperti :1. Mikroskop untuk IPA, 2.untuk matematika, 3.Kuas untuk melukis
Syarat dan kriteria media dan alat peraga Menurut E.T Rusefensi beberapa  persyaratan
alat peraga yang dapat digunakan selama proses pembelajaran antara lain:
1        Tahan lama
2        Bentuk dan warnanya  menarik
3        Sederhana dan mudah dikelola
4        Ukurannya sesuai
5        Dapat menyajikan konsep matematika baik dalam bentuk real, gambar, atau
Diagram
6        Sesuai dengan konsep matematika
7        Dapat memperjelas konsep matematika kadan bukan sebaliknya
8        Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berfikir abstrak bagi
siswa
9        Menjadikan siswa belajar aktif dan mandiri dengan memanipulasi alat peraga
Alat peraga biasanya dipakai untuk membantu siswa dalam memahami sebuah
konsep dasar dalam materi pembelajaran matematika sehingga memudahkan siswa
dalam pemahaman materi dalam ruang lingkup dan kesukaran yang lebih tinggi.
Peragaan untuk konsep dasar digunakan untuk mempermudah konsep selanjutnya.
Polygon digambarkan dengan menghubungkan titik-titik tengah atau tanda kelas setiap
empat persegi panjang dari histogram frekuensi. Dengan menghubungkan secara
berurutan tanda kelas mulai dari kelas pertama sampai keatas terakhir, didapatkan grafik
histogram. Namun grafik ini harus tertutup. Hal ini dilakukan dengan menghubungkan
tanda kelas dari kelas pertama dengan pertengahan skala pada sumbu datar yang
berdekatan drngan empat persegi panjang itu. Hal yang sama dilakukan pula pada kelas
yang terakhir, sihingga didapatkan gambar polygon frekuensi dari hasil tes statistic.
Menurut Murray R. Spiegel (2004;9), histogram dan polygon frekuensi adalah
dua referesentasi grafis dari distribusi frekuensi.
Sebuah histogram atau histogram frekuensi, terdiri dari sekumpulan  persegi yang
mempunyai (a) alas pada sumbu horizontal (sumbu X), dengan pusat-pusat yang terletak
pada tanda-tanda kelasnya dan panjang akan sebanding dengan frekuensi-frekuensi kelas.
Jika seluruh interval kelas mempunyai ukuran yang sama, maka tinggi dari persegi
panjang akan sebanding dengan frekuensi kelas, sehingga kita biasanya menetapkan
bahwa tinggi-tinggi tersebut memiliki nilai yang sama, dengan frekuensi-frekuensi kelas.
Jika interval-interval kelas tidak memiliki ukuran yang sama, maka tinggi-tinggi ini
harus disesuaikan.
Polygon Frekuensi adalah suatu grafik berbentuk garis dari frekuensi kelas yang
diplot terhadap tanda kelas. Polygon frekuensi dapat diperoleh dengan cara
menghubungkan titik-titik tengah dari puncak-puncak persegi panjang pada histogram.

Poligon Menurut Bentuknya


Berdasarkan bentuknya poligon dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu :

1. poligon terbuka,
2. tertutup,
3. bercabang dan
4. kombinasi.

 Poligon Terbuka

Poligon terbuka adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya merupakan titik
yang berlainan (tidak bertemu pada satu titik).

 Poligon Tertutup

Poligon tertutup atau kring adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya bertemu
pada satu titik yang sama. Pada poligon tertutup, koreksi sudut dan koreksi koordinat
tetap dapat dilakukan walaupun tanpa titik ikat.

 Poligon Bercabang
Poligon cabang adalah suatu poligon yang dapat mempunyai satu atau lebih titik
simpul, yaitu titik dimana cabang itu terjadi.

 Poligon Kombinasi

Bentuk poligon kombinasi merupakan gabungan dua atau tiga dari bentukbentuk poligon
yang ada.

2. Poligon Menurut Titik Ikatnya


a. Poligon Terikat Sempurna
Suatu poligon yang terikat sempurna dapat terjadi pada poligon tertutup ataupun
poligon terbuka, suatu titik dikatakan sempurna sebagai titik ikat apabila diketahui
koordinat dan jurusannya minimum 2 buah titik ikat dan tingkatnya berada diatas titik
yang akan dihasilkan.

b. Poligon tertutup terikat sempurna :


Poligon tertutup yang terikat oleh azimuth dan koordinat.

c. Poligon terbuka terikat sempurna :

Poligon terbuka yang masing-masing ujungnya terikat azimuth dan koordinat.

d. Poligon Terikat Tidak Sempurna


Suatu poligon yang terikat tidak sempurna dapat terjadi pada poligon tertutup ataupun
poligon terbuka, dikatakan titik ikat tidak sempurna apabila titik ikat tersebut diketahui
koordinatnya atau hanya jurusannya.

e. Poligon tertutup tidak terikat sempurna :

Poligon tertutup yang terikat pada koordinat atau azimuth saja.

f. Poligon terbuka tidak terikat sempurna :

1. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth saja, sedangkan ujung
yang lain tidak terikat sama sekali. Poligon semacam ini dapat dihitung dari azimuth
awal dan yang diketahui dan sudut-sudut poligon yang diukur, sedangkan koordinat
dari masingmasing titiknya masih lokal.
2. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh koordinat saja, sedangkan
ujung yang lain tidak terikat sama sekali.Poligon semacam ini dapat dihitung dengan
cara memisalkan azimuth awal sehingga masing-masing azimuth sisi poligon dapat
dihitung, sedangkan koordinat masing-masing titik dihitung berdasarkan koordinat
yang diketahui. Oleh karena itu pada poligon bentuk ini koordinat yang dianggap
betul hanyalah pada koordinat titik yang diketahui (awal) sehingga poligon ini tidak
ada orientasinya.
3. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth dan koordinat,
sedangkan ujung yang lain tidak terikat. Poligon jenis ini dapat dikatakan satu titik
terikat secara sempurna namun belum terkoreksi secara sempurna baik koreksi sudut
maupun koreksi koordinat, tetapi sistim koordinatnya sudah benar.
4. Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth. Pada poligon jenis ini ada
koreksi azimuth, sedangkan koordinat titik-titik poligon adalah koordinat lokal.
5. Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh koordinat. Jenis poligon ini tidak
ada koreksi sudut tetapi ada koreksi koordinat.
6. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh koordinat, sedangkan ujung
yang lain terikat azimuth. Pada poligon ini tidak ada koreksi sudut dan koreksi
koordinat.
7. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth dan koordinat saja,
sedangkan ujung yang lain terikat koordinat. Jenis poligon ini tidak ada koreksi
sudut tetapi ada koreksi koordinat.
8. Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth dan koordinat, sedangkan
ujung yang lain tidak terikat azimuth. Poligon ini ada koreksi sudut tetapi tidak ada
koreksi koordinat.
9. Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth dan koordinat, sedangkan
ujung yang lain tidak terikat azimuth. Jenis poligon ini ada koreksi sudut tetapi tidak
ada koreksi koordinat.

3. Poligon Tidak Terikat/Bebas

a. Poligon tertutup tanpa ikatan sama sekali (poligon lepas)


b. Poligon terbuka tanpa ikatan sama sekali (poligon lepas), pengukuran seperti ini akan
terjadi pada daerah-daerah yang tidak ada titik tetapnya dan sulit melakukan
pengukuran baik dengan cara astronomis maupun dengan satelit. Poligon semacam ini
dihitung dengan orientasi lokal artinya koordinat dan azimuth awalnya dimisalkan
sembarang.
Rumus Umum Perhitungan Poligon

Pada Gambar 9.5, untuk mendapatkan koordinat titik 1, 2, 3 dan 4 maka


dilakukan pengukuran sudut (β1, β2,β3, β4) dan jarak (dB1, d12, d23, d34, d4C)
Rumus koordinat secara umum :

Syarat Geometris Hitungan Koordinat


1. Syarat Sudut
Apabila dipakai pada poligon tertutup dimana titik awal dan titik akhir sama maka
rumus diatas akan berubah :
Untuk poligon tertutup yang diukur sudut dalamnya maka :

 syarat sudut :

 syarat absis :

 syarat ordinat :
Untuk poligon tertutup yang diukur sudut luarnya maka :

 syarat sudut :

 syarat absis

 syarat ordinat

Toleransi Pengukuran
Cara Pengukuran

1. Memasang alat theodolit pada titik awal dan aturlah alat tersebut.
2. Posisi teropong biasa arahkan alat pada titik sebelumnya (titik tetap, bila ada) dan
kemudian pada titik selanjutnya, putarlah teropong pada posisi luar biasa arahkan ke titik
seperti pada posisi teropong biasa.
3. Ukurlah jarak antar titik secara langsung dengan pita ukur.
4. Kemudian pindahkan alat theodolit ke titik selanjutnya, lakukan langkah 1 s.d 3,
demikian seterusnya sampai titik terakhir apabila poligon terbuka dan kembali ke titik
awal apabila poligon tertutup.

Cara Perhitungan :

1. Hitunglah azimuth awal dan akhir apabila diketahui.


2. Hitunglah salah penutup sudut.
3. Koreksikan masing-masing sudut pengukuran.
4. Hitunglah azimuth masing-masing titik/arah.
5. Hitunglah selisih absis (ΔX ) dan selisih ordinat (ΔY )
6. Hitung salah penutup absis dan salah penutup ordinat.
7. Koreksikan masing-masing selisih absis dan selisih ordinat.
8. Hitung koordinat masing-masing titik.

Poligon Tertutup

Poligon tertutup adalah kerangka dasar pengukuran yang membentuk poligon segi
banyak yang menutup. Yang dimaksud menutup adalah apabila mulai dari titik 1
kemudian ke titik 2 dan seterusnya akan kembali ke titik 1 lagi. Sehingga akan
membentuk segi banyak. Fungsi dari kembali ke titik awal adalah digunakan untuk
mengkoreksi besaran sudut pada tiap segi banyak tersebut. 
Pada gambar di atas terlihat semua sudut teratur namun pada pengukuran di
lapangan semua sudut mempunyai besaran yang berbeda-beda. lalu bagaimana cara
menerapkan di lapangannya? Pada prinsipnya yang perlu diingat adalah penentuan
jumlah titik poligon disesuaikan dengan kondisi lapangan. Misalkan yang diukur lahan
yang sangat luas maka membutuhkan banyak titik poligon. Usahakan menggunakan
sedikit titik poligon yang terpenting menutup. Semakin banyak titik poligon maka tingkat
kesalahan sudut semakin besar.
Gambar di atas mempunyai segi 6 artinya apabila kita menghitung jumlah
keseluruhan sudut dalam bisa menggunakan rumus (n-2)x180.
Jumlah sudut dalam total = (6-2)x180 = 720 derajat. Hasil hitungan tersebut adalah sudut
apabila poligon tersebut benar-benar menutup. tapi tahukah anda bahwa pengukuran di
lapangan tidak bisa seperti itu. biasanya ada sedikit kesalahan jumlah sudut dalam karena
beberapa faktor di lapangan. Misalkan saya bandingkan hasil pengukuran dari lapangan
sebelum dikoreksi didapat jumlah sudut dalam sebesar 720d54'43" (720 derajat 54 menit
43 detik). Maka hasil pengukuran saya ini ada kesalahan atau kelebihan sudut sebesar
54'43". Maka yang harus dikoreksi adalah sebesar 54'43" agar sudut dalam sesuai dengan
hasil rumus di atas. Selain untuk mengkoreksi sudut dalam, fungsi dari poligon tertutup
ini adalah untuk mengkoreksi elevasi. Misalkan saat kita mulai pengukuran dari titik
awal atau titik 1 dengan elevasi awal 100 m dari permukaan laut. Maka saat kita kembali
ketitik awal lagi setelah melalui titik poligon 2,3,4,5, dan 6 harusnya elevasi akhir adalah
100 m juga. apabila lebih atau kurang dari itu maka harus dikoreksi.
Manfaat dari Benchmark ini adalah

1. Untuk menggabungkan area-area pengukuran yang terpisah pada satu sistem


koordinat Global.
2. Mempermudah pengukuran peta situasi di lokasi sekitar dengan cara menjadikan BM
sebagai acuan sehingga peta situasi dapat diintegrasikan ke dalam koordinat global.
3. Membuat titik tetap pada suatu kompleks bangunan. Apabila nanti ada penambahan
bangunan bisa menggunakan patok BM tersebut sebagai acuan pengukuran. Sebagai
contoh adalah kampus. kampus mempunyai beberapa bangunan baik berupa taman dan
gedung. tentu seiring berjalannya waktu penambahan gedung sangat dimungkinkan
sehingga patok BM ini menjadi sangat penting dipasang pada saat pembangunan pertama
kampus dahulu.
4. Patok ini juga bisa digunakan untuk acuan marking level bowplank

Bagaimana proses penentuan tempatnya?

1. Ya. Penentuan tempat patok BM adalah berada pada tempat yang stabil dan aman dari
jangkauan manusia ataupun binatang.
2. Patok harus berada pada tempat yang tidak mengganggu aktivitas umum.
3. Patok harus berada pada tempat yang mudah dijangkau dan mudah dicari. 
4. Patok harus berada pada tempat yang kira-kira steril dari pembangunan-pembangunan
yang akan datang.

Bagaimana proses pembuatannya dan struktur patok tersebut?

1. Patok terbuat dari beton bertulang dengan campuran semen:pasir:kerikil = 1:2:3


2. Patok terbuat dari beton dengan tulangan baja dengan tulangan utama P10 dan
tulangan beugel P6 atau P8.
3. Ditengah Patok terpasang baut dengan panjang 10 cm dan berdiameter 1 cm.
4. Patok dipasang marmer dengan ukuran 12 cm x 12 cm yang berfungsi untuk
penulisan nomor atau inisial dari patok.
5. Tinggi keseluruhan patok ini adalah 120 cm dengan terbagi menjadi dua bagian. 20
cm diatas permukaan tanah dan sisanya ditanam dalam tanah.
6. Pembuatan galian untuk patok ini dengan kedalaman 140 cm. karena pada dasar
galian diberi pasir setebal 20 cm.
Untuk lebih jelasnya bisa lihat pada gambar struktur di bawah ini.

Cara mengukur luas tanah dengan theodolite

Bagi sebagian besar orang yang ingin membangun sebuah rumah, tentu akan
mempertimbangkan beberapa parameter yang salah satunya sudah saya sebutkan di atas.
lokasi merupakan faktor utama pembelian tanah. Lalu faktor kedua saat berencana
membuat rumah adalah luas bangunan dan budget. Faktor ketiga adalah desain atau
aristektur.Berbicara masalah luas bangunan maka harus disesuaikan dengan luas tanah
yang ada. Hunian yang baik adalah yang mempunyai ruang terbuka hijau minimal 30%.
Artinya ada sekitar 30 % tanah yang tidak boleh tertutup oleh rabat beton. Sebelum kita
memulai desain gambar rumah ada baiknya kita ukur ulang dahulu lahannya. walaupun
sudah ada pada sertipikat. Mungkin untuk bentuk lahan yang persegi atau kotak atau luas
yang relatif kecil bisa menggunakan rol meter saja. Tapi bagaimana kalau tanahnya itu
sangat luas dan bentuknya tidak beraturan? Solusinya adalah menggunakan theodolite.

Alat ini biasa digunakan untuk pekerjaan yang luas dan berbentuk tidak
beraturan. Sebelum mulai ke langkah saya akan memberikan dengan contoh studi kasus
yang saya ambil dari projek sebelumnya. Tanah di bawah ini mempunyai luas sekitar 2
hektar dimana kegunaan lahan adalah sawah. Saya menentukan titik poligon atau titik
alat sebanyak 5 titik. seperti pada gambar di bawah ini.

Pada contoh kasus diatas saya menggunakan poligon segi 5. bagaimana langkahnya?
kita langsung saja bahas langkah-langkah mengukur luas dan kontur tanah dengan
theodolite.

1.  Siap peralatan yang terdiri dari theodolite, statif, dan meteran kecil, bak ukur, alat
tulis, formulir pengisian data. seperti contoh dibawah ini.
formulir data pengukuran

2. Cek dulu batas-batas tanahnya yang ditandai dengan patok dari bpn biasanya terletak
dipojok-pojok dan berwarna putih terbuat dari beton. Sebelum anda menggunakan alat
anda keliling dulu untuk mengetahui batas-batasnya sampai mana. jangan sampai ngukur
tanah orang ya.
3. Setelah anda keliling-keliling liat patok anda juga harus memikirkan mulai
pengukurannya dari mana. Carilah tempat yang teduh apabila ada. Tapi kalo ternyata
panas semua, maka siapkan payung untuk melindungi alat dari koagulasi. Titik awal
anda adalah tempat alat. Dan nanti kita akan pindah alat sesuai dengan titik poligon yang
akan kita lakukan.
4. Tentukan titik-titik poligon di lapangan. Ingat. antar titik poligon harus saling terlihat
atau tidak terhalang apa pun. pada contoh kasus di atas dibuat 5 titik alat. liat gambar
paling atas. kemudian Tandai titik poligon dengan menggunakan kayu yang ditancap
kemudian dikasi cat atau piloks. Yang terpenting patok tersebut tidak hilang.
5. Dirikan theodolite pada titik 1 dan Lakukan setting alat dengan cepat. Sudah saya
bahas pada artikel sebelumnya cara menyetel theodolite. Apabila belum tahu caranya
silahkan baca terlebih dahulu.
6. Setelah disetting, kemudian setel sudut horizontal 0D0'0" pada arah utara dan.ukur
tinggi alat.
7. Bidik titik poligon no. 7 baca benang tengah dan benang bawah. Tulis Sudut
horizontal dan vertikal. Tulis keterangan misalkan: titik 7. setelah itu bidik titik no.2
yang ditulis sama dengan saat membidik titik sebelumnya.
8. Bidik atau tembak titik penyebaran di sekitar alat. terutama batas-batas tanah dan
patok BPN. kemudian tembak secara menyebar agar bisa dibuat kontur.
9. Pindahkan alat ke titik no.2. setting alat dan setel sudut horizontal 0d0'0" pada titik
sebelumnya yaitu titik 1. kemudian bidik titik no 1 dan bidik titik selanjutnya yaitu 3. 
10. lakukan bidik titik-titik secara merata dan menyebar di sekitar alat. terutama
batas-batas tanah. 
11. Untuk titik-titik selanjutnya lakukan langkah seperti diatas yang pada intinya -
arah 0d0'0" pda titik sebelumnya-bidik titik sebelumnya-bidik titik selanjutnya-
bidik penyebaran disekitarnya.
12. Jangan lupa apabila sudah sampai di titik poligon 5 maka prosedurnya tetap
sama. tembak/bidik titik selanjutnya yaitu titik no. 1

Produk dari pengukuran tanah ini adalah gambar peta kontur dan potongan
melintang dan memanjang. begitu lah kurang lebihnya cara mengukur luas dan kontur
tanah di lapangan. Untuk selanjutnya adalah pengolahan data yang akan di bahas pada
artikel selanjutnya.

Berdasarkan fungsinya, poligon dibedakan menjadi ;

1. Poligon untuk keperluan kerangka peta, syaratnya harus memiliki titik–titik yang
cukup baik, dalam arti menjangkau semua wilayah.
2. Poligon yang berfungsi sebagai titik-titik pertolongan untuk mengambil detail
lapangan.
Untuk memudahkan dalam memahami sudut-sudut yang ada dalam pengukuran poligon,
maka perlu dijelaskan hal-hal sebagai berikut :

1. Sudut dalam adalah selisih antara dua arah (jurusan) yang berlainan.
2. Azimuth (sudut arah) adalah sudut yang dihitung terhadap arah utara magnetis, dan
arah ini berhimpit dengan sumbu Y pada peta.

Unsur-unsur yang dicari dalam pengukuran poligon adalah semua jarak dan sudut (Di,
βi). Kedua unsur ini telah cukup untuk melukis poligon di atas peta, jika kita tidak terikat
pada sistem koodinat yang ada dan tidak menghiraukan orientasi pada poligon
tersebut.Agar poligon tersebut terarah (tertentu orientasinya), maka perlu salah satu sisi
diketahui sudut arahnya (azimuth).

Untuk memperoleh azimuth tiap sisi poligon, syaratnya harus diketahui azimuth awalnya
(α1). Penentuan azimuth awal dapat dicari dengan langjah-langkah sebagai berikut :

1. Sumbu I theodolit diatur dalam keadaan vertikal (gelembung nivo seimbang), dan
bacaan sudut horisontal menunjukkan angka 00˚00’00” pada arah magnetis bumi.
2. Putar theodolit dan arahkan ke titik P2 pada bacaan biasa, kemudian balikkan
teropong pada keadaan luar biasa (LB) dan bacalah sudut yang dibentuk dengan arah
titik.

Penentuan azimuth awal (α1) dihitung dengan rumus :

α1 = (HB2 + (HLB2 – 180°)) / 2

Untuk azimuth-azimuth selanjutnya dihitung dengan rumus :

a. Untuk pengukuran searah jarum jam :

α2 = α1 + 180º – ( β2 ± ∆fβ)

α3 = α2 + 180º – ( β3 ± ∆fβ)
KESIMPULAN

 Konsistensi jarak dan sudut merupakan syarat utama dalam memilih peralatan ukur
dan perataan hitungan dengan metoda bowditch atau kompas. Jika alat ukur sudut
lebih baik daripada alat ukur jarak sebaiknya digunakan metoda transit yang lebih
mempertahankan sudut dari pada jarak hasil ukuran. Pada poligon tertutup, arah
ukuran akan mempengaruhi sudut yang terbentuk. Arah ukuran berlawanan arah
jarum jam akan terbentuk sudut dalam sedangkan arah ukuran searah jarum jam
akan terbentuk sudut luar; dengan catatan sudut yang dihitung adalah bacaan
horisontal muka dikurangi belakang. Jumlah sudut dalam adalah = (n-2).180°
sedangkan jumlah sudut luar (n+2).180°. Selisih antara hasil ukuran dengan jumlah
yang seharusnya adalah kesalahan ukuran sudut yang besarnya harus kurang dari
ketelitian teodolit dikali akar jumlah titik poligon, untuk dapat diterima atau masuk
toleransi.
• Sejak awal di lapangan surveyor hendaknya menganalisis data mentah bacaaan
horisontal dan sudut yang terbentuk dengan membandingkannya terhadap toleransi
yang diperbolehkan.

SELAMAT BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai