Bab 2
Bab 2
A. Review RTRW
1. Rencana Struktur Ruang Wilayah
Rencana struktur Kabupaten Pinrang adalah meliputi:
a. Pusat-pusat kegian Kabupaten Pinrang terdiri dari:
1) Pusat Kegiatan Lokal (PKL), merupakan Kawasan Perkotaan Pinrang
yang meliputi sebagian wilayah Kecamatan Watang Sawitto, sebagian
wilayah Kecamatan Paleteang, dan sebagian wilayah Kecamatan
Tiroang.
2) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), terdiri atas:
a) Kawasan Perkotaan Watang Suppa di Kecamatan Suppa;
b) Kawasan Perkotaan Teppo di Kecamatan Patampanua;
c) Kawasan Perkotaan Alitta di Kecamatan Mattiro Bulu;
d) Kawasan Perkotaan Lampa Pekkabata di Kecamatan Duampanua;
e) Kawasan Perkotaan Kassa di Kecamatan Batulappapa; dan
f) Kawasan Perkotaan Taddokkong di Kecamatan Lembang.
3) Pusat Pelayanan Lokal (PPL) meliputi pusat-pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa, terdiri atas:
a) Pusat permukiman perdesaan Lero di Kecamatan Suppa;
b) Pusat Permukiman perdesaan Langnga di Kecamatan Mattiro
Sompe;
c) Pusat Permukiman perdesaanWaetuoe di Kecamatan Lanrisang;
d) Pusat Permukiman perdesaan Tadang Palie di Kecamatan Cempa;
e) Pusat Permukiman perdesaan Bungi di Kecamatan Duampanua;
f) Pusat Permukiman perdesaan Lembang Mesakada di Kecamatan
Lembang;
g) Pusat permukiman perdesaan Sali-Sali di Kecamatan Lembang;
dan
h) Pusat permukiman perdesaan Basseang di Kecamatan Lembang.
b. Sistem Jaringan Prasaran Utama
1) Jaringan jalan arteri primer yang ada di Kabupaten Pinrang meliputi:
a) Ruas Batas Provinsi Sulawesi Barat – Batas Kota Pinrang
sepanjang 43,554 (empat puluh tiga koma lima lima empat)
kilometer;
b) Ruas jalan Sultan Hasanuddin sepanjang 0,891 (nol koma delapan
sembilan satu) kilometer;
c) Ruas jalan Ahmad Yani sepanjang 2,804 (dua koma delapan
kosong empat) kilometer;
d) Ruas Batas Kota Pinrang – Batas Kota Parepare sepanjang 20,154
(dua puluh koma satu lima empat) kilometer; dan
e) Ruas jalan Jenderal Sudirman sepanjang 2,912 (dua koma sembilan
satu dua) kilometer.
2) jaringan jalan kolektor yang ada di Kabupaten Pinrang merupakan
jaringan jalan kolektor primer K2 dan jaringan jalan kolektor primer
K4
3) jaringan jalan kolektor primer yang ada di Kabupaten Pinrang
meliputi:
a) Ruas Pinrang–Rappang sepanjang 19,68 (sembilan belas koma
enam delapan) kilometer;
b) Ruas jalan Pincara – Malimpung – Malaga Batas Kabupaten
Enrekang sepanjang 22,50 (dua puluh dua koma lima nol)
kilometer; dan
c) Ruas jalan Tuppu – Bakaru sepanjang 20,00 (dua puluh koma nol)
kilometer.
4) Trayek angkutan meliputi:
a) Trayek angkutan barang, terdiri atas:
Trayek angkutan barang dalam provinsi yang melayani
pergerakan moda angkutan barang antara Kabupaten Pinrang
dengan Kabupaten/Kota lainnya dalam wilayah Provinsi
Sulawesi Selatan; dan
Trayek angkutan barang antar provinsi yang melayani
pergerakan moda angkutan barang antara Kabupaten Pinrang
dengan Kabupaten/Kota lainnya dalam wilayah Pulau Sulawesi.
b) Trayek angkutan penumpang antar kota antar provinsi (AKAP)
yang melayani pergerakan moda angkutan umum penumpang
antara Kabupaten Pinrang dengan Kabupaten/Kota lainnya dalam
wilayah Pulau Sulawesi;
c) Trayek angkutan penumpang antar kota dalam provinsi (AKDP)
yang melayani pergerakan moda angkutan umum penumpang
antara Kabupaten Pinrang dengan Kabupaten/Kota lainnya dalam
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan; dan d. Trayek angkutan
penumpang perdesaan yang melayani pergerakan moda angkutan
umum penumpang antara Kawasan Perkotaan Pinrang dengan PPK
dalam wilayah Kabupaten Pinrang.
5) Terminal meliputi:
a) Terminal penumpang tipe C di Kecamatan Paleteang;
b) Rencana pembangunan terminal penumpang tipe C, terdiri dari:
Terminal Suppa di Kecamatan Suppa;
Terminal Jampue di Kecamatan Lanrisang;
Terminal Langnga di Kecamatan Mattiro Sompe;
Terminal Alitta di Kecamatan Mattiro Bulu;
Terminal Tiroang di Kecamatan Tiroang;
Terminal Teppo di Kecamatan Patampanua;
Terminal Cempa di Kecamatan Cempa;
Terminal Kassa di Kecamatan Batulappa;
Terminal Pekkabata di Kecamatan Duampanua; dan
Terminal Taddokkong di Kecamatan Lembang.
6) Jaringan jalur kereta api, merupakan jaringan jalur kereta api umum
antarkota Lintas Barat Pulau Sulawesi Bagian Barat yang
menghubungkan Provinsi Sulawesi Tengah – Provinsi Sulawesi Barat
– Parepare – Pinrang – Pangkajene – Pinrang – Makassar –
Sungguminasa – Takalar – Bulukumba – Watampone – Parepare.
7) Tatanan kepelabuhanan terdiri atas:
a) Pelabuhan pengumpul yaitu Pelabuhan Kajuanging di Kecamatan
Lembang;
b) Pelabuhan pengumpan terdiri atas:
Pelabuhan Marabombang di Kecamatan Suppa;
Pelabuhan Ujung Lero di Kecamatan Suppa; dan
Pelabuhan Langnga di Kecamatan Mattiro Sompe.
c) Terminal khusus yaitu Terminal Khusus PLTD Suppa di
Kecamatan Suppa yang diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
8) Alur pelayaran terdiri atas:
a) alur pelayaran nasional yang menghubungkan pelabuhan
Kajuanging dan pelabuhan nasional lainnya; dan
b) alur pelayaran lokal yang menghubungkan pelabuhan pengumpan
di Kabupaten Pinrang dan pelabuhan lainnya di wilayah Provinsi
Sulawesi Selatan.
9) Tatanan kebandarudaraan adalah bandar udara umum yaitu Bandar
Udara Malimpung di Kecamatan Patampanua, yang berfungsi sebagai
bandar udara pengumpul.
c. Sistem Jaringan Energi
1) Pembangkit tenaga listrik merupakan rencana pengembangan energi
listrik dengan memanfaatkan energi terbarukan untuk mendukung
ketersediaan energi listrik pada daerah-daerah terpencil dan terisolir di
Kabupaten Pinrang terdiri atas:
a) Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bakaru di Kecamatan
Lembang dengan kapasitas 126 (seratus dua puluh enam)
megawatt;
b) Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Suppa di Kecamatan
Suppa dengan kapasitas 62 (enam puluh dua) megawatt;
c) Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Sawitto di
Kecamatan Patampanua dengan kapasitas 1,5 (satu koma lima)
megawatt;
d) Pengembangan energy listrik dengan memanfaatkan energi
terbarukan untuk mendukung ketersediaan energi listrik pada
daerah-daerah terpencil dan terisolir di Kabupaten Pinrang terdiri
atas:
Rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Terpusat di Kecamatan Lembang, Kecamatan Batulappa, dan
Kecamatan Duampanua; dan
Rencana pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
dengan kapasitas 25 (dua puluh lima) Mwe
2) Jaringan transmisi tenaga listrik terdiri atas:
a) Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) kapasitas 150 (seratus
lima puluh) KV yang menghubungkan GI Bakaru – GI Tuppu - GI
Pinrang, GI Pinrang - GI Parepare, dan GI Parepare – GI Suppa;
dan
b) Gardu Induk (GI) Bakaru dengan kapasitas 20 (dua puluh) MVA
terdapat di Kecamatan Lembang dan GI Pinrang dengan kapasitas
20 (dua puluh) MVA di Kecamatan Watang Sawitto.
d. Sistem Jaringan Telekomunikasi
1) Sistem jaringan telekomunikasi dilayani oleh Sentral Telepon Otomat
(STO) Pinrang di Kecamatan Watang Sawitto dengan kapasitas 3.576
(tiga ribu lima ratus tujuh puluh enam) satuan sambungan telepon.
e. Sistem Jaringan Sumber Daya Air
1) Sumber air terdiri atas air permukaan pada sungai, bendung,
bendungan, embung, sumber air permukaan lainnya, dan cekungan air
tanah (CAT). Sumber terdiri atas:
a) Air permukaan yang bersumber dari WS Saddang sebagai wilayah
sungai lintas provinsi yang meliputi DAS Kariango, DAS Rappang,
dan DAS Karajae;
b) Bendung, yaitu Bendung Benteng dan Bendung Pasolengan di
Kecamatan Duampanua, , Bendung Padang Lolo dan Bendung
Taccipi di Kecamatan Patampanua dan Bendung Kalosi di
Kecamatan Lembang;
c) Bendungan yaitu Bendungan Bakaru di Kecamatan Lembang;
d) Embung, yaitu Embung Watangpulu di Kecamatan Suppa, dan
Embung Watang Kasa I dan Embung Watang Kasa II di
Kecamatan Batu Lappa, Embung Binanga Karaeng I dan Embung
Binanga Karaeng II di Kecamatan Lembang, dan Embung
Malimpung di Kecamatan Patampanua;
e) sumber air permukaan lainnya berupa mata air yang meliputi mata
air Pakeng, mata air Taddokkong, dan mata air Tuppu di
Kecamatan Lembang, mata air Rajang, dan mata air Massewae di
Kecamatan Duampanua, dan mata air Tapporang di Kecamatan
Batulappa; dan
f) Cekungan Air Tanah (CAT) yang meliputi: Cekungan Air Tanah
(CAT) lintas kabupaten, yaitu CAT Sidenreng Rappang yang
melintasi Kecamatan Watang Sawitto, Kecamatan Paleteang,
Kecamatan Tiroang, Kecamatan Mattiro Bulu, Kecamatan Suppa,
Kecamatan Lanrisang, Kecamatan Cempa, Kecamatan
Patampanua, dan Kecamatan Duampanua.
2) Sistem jaringan meliputi jaringan irigasi primer, jaringan irigasi
sekunder, dan jaringan irigasi tersier yang melayani DI di wilayah
Kabupaten Pinrang. DI terdiri atas:
a) Daerah Irigasi (DI) kewenangan Pemerintah yaitu DI Saddang
dengan luas pelayanan 42.931 (empat puluh dua ribu sembilan
ratus tiga puluh satu) hektar;
b) Daerah Irigasi (DI) kewenangan Provinsi yaitu rencana
pengembangan Bendung DI Taccipi dengan luas pelayanan 1.568
(seribu lima ratus enam puluh delapan) hektar di sebagian wilayah
Kecamatan Patampanua; dan
c) Daerah Irigasi (DI) kewenangan Pemerintah Kabupaten terdiri dari
87 (delapan puluh tujuh) DI meliputi total luas pelayanan 9.557
(sembilan ribu lima ratus lima puluh tujuh) hektar terdapat di
sebagian wilayah Kecamatan Lembang, Kecamatan Duampanua,
Kecamatan Patampanua, Kecamatan Batulappa, dan Kecamatan
Mattiro Bulu.
3) Sistem pengendalian banjir adalah dengan melakukan pengendalian
terhadap luapan air Sungai Saddang dan Sungai Kariango.
f. Sistem Jaringan Pengelolaan Lingkungan
1) Sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten Pinrang terdiri atas
tempat penampungan sementara (TPS), tempat pengolahan sampah
terpadu (TPST), dan tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah.
2) Lokasi TPS di Kabupaten Pinrang meliputi TPS sampah organic dan
TPS sampah an organik direncanakan pada unit lingkungan
permukiman dan di kawasan perkotaan PKL, PPK dan PPL yang
dikembangkan dengan sistem transfer depo.
3) Lokasi TPST dan TPA di Kabupaten Pinrang ditetapkan di Desa
Malimpung, Kecamatan Patampanua dengan luasan 5,3 (lima koma
tiga) hektar.
4) SPAM jaringan perpipaan meliputi unit air baku, unit produksi, unit
distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan dengan kapasitas
produksi sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan Kabupaten
Pinrang.
5) SPAM jaringan perpipaan terdiri atas:
a) unit air baku yang bersumber dari:
Sungai, yaitu Sungai Saddang dan Sungai Kariango; dan
Mata air, yaitu mata air Pakeng di Kecamatan Lembang, dan
mata air Rajang di Kecamatan Duampanua.
b) unit produksi air minum meliputi:
SPAM Zona I, meliputi Kecamatan Watang Sawitto, Kecamatan
Paleteang, Kecamatan Patampanua, Kecamatan Tiroang,
Kecamatan Cempa dan Kecamatan Batulappa mengambil air
baku dari Bendung Benteng;
SPAM Zona II, meliputi Kecamatan Suppa,Kecamatan
Lanrisang, Kecamatan Mattiro Bulu, Kecamatan Mattiro Sompe
mengambil air baku dari Sungai Kariango; dan
SPAM Zona III,meliputi Kecamatan Lembang dan Kecamatan
Duampanua mengambil air baku dari mata air Pakeng dan/atau
mata air Rajang.
c) unit distribusi air minum ditetapkan di seluruh kecamatan.
6) Sistem saluran drainase primer dikembangkan melalui saluran
pembuangan utama meliputi Sungai Saddang, dan Sungai Kariango
yang melayani kawasan perkotaan di Kabupaten Pinrang.
7) Sistem saluran drainase sekunder dikembangkan tersendiri pada
kawasan industri, kawasan perdagangan, kawasan perkantoran, dan
kawasan pariwisata yang terhubung ke saluran primer, sehingga tidak
menganggu saluran drainase permukiman.
8) Sistem saluran drainase tersier dikembangkan pada kawasan
permukiman.
9) Sistem pembuangan air limbah setempat dilakukan secara individual
melalui pengolahan dan pembuangan air limbah setempat serta
dikembangkan pada kawasan yang belum memiliki sistem
pembuangan air limbah terpusat.
10) Sistem pembuangan air limbah terpusat mencakup Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) beserta jaringan air limbah. Sistem
pembuangan air limbah terpusat dilaksanakan dengan memperhatikan
aspek teknis, lingkungan, dan sosial-budaya masyarakat setempat,
serta dilengkapi dengan zona penyangga. Sistem pembuangan air
limbah terpusat meliputi:
a) Sistem pembuangan air limbah terpusat Rumah Sakit Umum
Daerah Lasinrang di Kecamatan Watang Sawitto;
b) Sistem pembuangan alr limbah terpusat kawasan industri Suppa-
Mattiro Bulu di Kecamatan Suppa dan Kecamatan Mattiro Bulu;
dan
c) Sistem pembuangan air limbah terpusat kawasan perkotaan
Pinrang di sebagian wilayah Kecamatan Paleteang, sebagian
wilayah Kecamatan Tiroang, dan sebagian wilayah Kecamatan
Watang Sawitto.
11) Jalur evakuasi bencana sebagaimana meliputi:
a) ruas jalan Lero Minralo – Tana Mili, ruas jalan Sabangparu –
Ladea – Tonrognge dan ruas jalan Ujung Lero – Tana Mili di
Kecamatan Suppa;
b) ruas jalan Jampue – Paladang – Polewali – Tonrongnge di
Kecamatan Lanrisang;
c) ruas jalan Langnga – Patobong – Cappakala di Kecamatan
Mattiro Sompe;
d) ruas jalan Wakka – Akkajang – Cempa Pasar di Kecamatan
Cempa;
e) ruas jalan Kajuanging – Tuppu dan ruas jalan Pajalele – Teppo –
Cenrana di Kecamatan Lembang; dan
f) ruas jalan Paria – Pekkabata, ruas jalan Serang - Kappe – Data,
dan ruas jalan Maroneng - Bungi – Rajang di Kecamatan
Duampanua.
12) ruang evakuasi bencana (Melting point) merupakan kawasan yang
dipersiapkan sebagai tempat sementara evakuasi korban bencana
meliputi:
a) Pos Angkatan Laut dan SD 230 Majjakka B di Kecamatan Suppa;
b) Lapangan Sepak Bola Cappakala di Kecamatan Mattiro Sompe;
c) Kantor Camat Cempa di Kecamatan Cempa;
d) Lapangan Sepakbola Pekkabata, dan lapangan sepak bola Rajang
di Kecamatan Duampanua; dan
e) SD 141 Tuppu dan Lapangan Terbuka Cenrana di Kecamatan
Lembang.
B. Review RPJM
1. Isu Strategis Daerah
Isu starategis daerah hasil sintesa fakta-fakta permasalahan
pembangunan maupun permasalahan dalam penyelenggaraan pemerintahan
yang telah disampaiakan pada bahagian sebelumnya dengan isu-isu global.
Selain isu global,penyusunan RPJMD ini juga memperhatikan secara khusus
dampak terhadap lingkungan hidup dari program-program yang akan
dilaksanakan seperti yang tlah diamanahkan oleh Permendagri No.67 Tahun
2012 tentang Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
Adapun daftar isu strategis secara keseluruhan daerah ini disajikan
dengan pendekatan urusan pemerintahan, yakni urusan wajib dan urusan
pilihan.pendekatan urusan akan lebih mempermudah didalam menentukan
stakeholder terkait dalam menetukan kebijkan yang akan dilakukan
menhadapi isu starategis tersebut.
a. Urusan wajib pelayanan dasar
1) Urusan pendidikan
a) Masih tingginya angka buta aksara serta angka partispasi sekolah
cenderung menurun;
b) Standar pelayanan minimal pendidikan belum tercapai;
c) Belum optimalnya aksesibilitas, sarana dan prasarana dan peran
serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.
2) Urusan lingkungan hidup
a) Menurunnya daya tamping lingkungan akibat pencemaran dan
pengrusakan lingkungan;
b) Menurunnya kapasitas dan kualitas sumber air baku;
c) Kesadaran masyarakat dan swasta dalampengolahan lingkungan
hidup masih kurang;
d) Dampak pemanasan global semakin meningkat;
e) Dilakukan Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS RPJMD 2014-2019) sesuai Permendagri No.67 Tahun
2012.
3) Urusan pekerjaan umum
a) Belum meratanya aksebilitas pelayanan transportasi;
b) Belum optimalnya kinerja sarana dan prasarana sumber daya air
untuk mendukung ketahanan pangan Kab. Pinrang;
c) Rendahnya akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak;
d) Tingkat kerusakan jalan, jembatan, prasarana dan sarana irigasi
yang masih tinggi;
e) Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan sarana
dan prasarana.
4) Urusan penataan ruang
a) Belum adanya RTH yang refsentatif yang telah disusun belum
disadari sebagai produk yang empunyai kekuatan hukum, dan
kurangnya kesadaran masyarakat dalam tertib penataan ruang.
5) Urusan perencanaan pembangunan
a) Belum efektifnya perencanaan dari bawah (bottom up planning)
yang disebabkan oleh kurang akuratnya data pendukung
perencanaan pembangunan;
b) Masih terdapat kesulitan untuk memastikan adanya konsistensi
antara perencanaan (program/kegiatan) pembangunan dan alokasi
penganggarannya;
c) Belum adanya rencana pengadaan tanah pada kawsan tertentu
untuk mempercepat kerjasama investor dari luar.
6) Urusan perumahan
a) Belum optimalnya pengelolaan Asset tanah pemerintah dan
kurangnya kesadaran masyarakat dalam perizinan dan
persertifikatan tanah karena biaya dianggapmasih tinggi;
b) Belum memadainya penyediaan sarana dan prasarana dasar
pemukiman dan masih besarnya kesenjangan pemenuhan akan
rumah layak huni.
7) Urusan kepemudaan dan olahraga
a) Masih terbatasnya sarana dan prasarana pengembangan pemuda
dan olah raga, dan kurangnya pembinaan pemuda dan olah raga;
b) Masih kurangnya pembinaan kepemudaan;
c) Masih kurangnya pembinaan dan peningkatan prestasi olahraga
8) Urusan Kependudukan dan catatan Sipil
a) Masih rendahnya kesadaran masyarakat dan aparat dalam tertib
administrasi kependudukan;
b) Relatif Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk.
9) Urusan Ketahanan Pangan
a) Belum optimalnya diversifikasi produk pangan lokal;
b) Ketersedian dan kedaulatan pangan belum menjadi fokus daerah;
c) Kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi produk pangan lokal
cenderung menurun.
10) Urusan Perhubungan
a) Kurangnya sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan;
b) Daya tamping infrastruktur transportasi;
c) Belum meratanya aksesibilitas pelayanan transportasi.
11) Urusan Komunikasi dan Informasi
a) Belum optimalnya implementasi e-government dan pelayanan
perijinan telekomunikasi.
12) Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi
Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
a) Belum optimalnya pelayanan kepada masyarakat disebabkan
terbatasnya kemampuan keuangan daerah, kompetensi sebagai
pegawai belum sesuai dengan kebutuhan riil dan produk hokum
daerah yang tidak sesuai dengan perkembangan;
b) SKPD belum semua memiliki Standar Pelayanan Minimal
Prosedur Standar Operasional;
c) Masih terbatasnya pemanfaatan teknologi informasi dalam
pelayanan administrasi keuangan daerah (pembiayaan,
Pendapatan dan belanja daerah) dalam rangka mendorong
peningkatan transparansi dan akuntabilatas pengelolaan keuangan
daerah;
d) Penegakan dan pelaksanaan hukum dan perundang-undangan
yang masih lemah;
e) Perlunya integrasi kegiatan mulai dari pra bencana, saat terjadi
bencana, dan paska bencana secara seimbang dan sinergis;
f) Peningkatan SDM aparatur yang memiliki integritas dan
kompotensi yang diharapkan;
g) Lemahnya infrastruktur pendukung pelaksanaan birokrasi;
h) Kesadaran masyarakat terhadap tertib administrasi kependudukan
yang masih kurang;
i) Pengalokasian pegawai pada setiap SKPD tidak merata;
j) Perangkat daerah yang cenderung terlalu gemuk (banyaknya pada
setiap SKPD)
k) Munculnya berbagai masalah pertanahan termasuk asset pemda
yang bermasalah
13) Urusan Pemberdayaan Masyarakat Desa
a) Belum optimalnya peran dan fungsi kelembagaan masyarakat desa,
peran
b) perempuan dalam pembangunan, dan tata kelola pemerintah desa;
c) Ketidakberdayaan masyarakat disebabkan faktor ekonomi,
rendahnya kapasitas SDM, dan terbatasnya akses informasi, sarana,
modal, pasar dan pelayanan;
d) Belum fokus dan tidak sinerginya gerakan pemberdayaan
masyarakat yang dilaksanakan antara pemerintah, pemprov,
pemkab dan desa;
e) Perlunya diantisipasi akan berakhirnya program PNPM.
14) Urusan Sosial
a) Masih cukup tingginya angka kemiskinan,pengangguran dan
penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS);
b) Tingginya konflik sosial dimasyarakat dan kejadian bencana alam;
c) Panti-panti sosial kurang diberdayakan.
15) Urusan Kebudayaan
a) Masih rendahnya penerapan nilai-nilai luhur budaya dalam
kehidupan sehari-hari, belum optimalnya pengelolaan kekayaan
budaya, dan masih terbatasnya kualitas sumber daya manusia
pelaku budaya;
b) Partisipasi generasi muda dalam seni dan budaya masih kurang;
c) Masuknya nilai dan budaya asing yang banyak berpengaruh
negatif;
d) Terjadinya degradasi nilai budaya dan kearifan lokal.
16) Urusan Penelitian dan Pengembangan
a) Belum dimanfaatkannya hasil-hasil Kajian/ Penelitian
pengembangan potensi daerah, bidang ekonomi, sosial budaya,
prasarana dan Pemerintahan.
b) Potensi Sumber daya Alam (Mineral,Batu bara dan Lain-lain belum
ada Penelitian jumlah Bahan Baku sehingga Instansi masih ragu.
b. Urusan pilihan pemerintah daerah
1) Urusan Kelautan dan Perikanan
a) Belum optimalnya tata guna dan tata kelola air serta fungsi
kelembagaan pembudidaya perikanan dan Nelayan tangkap di Laut
b) Kerusakan kawasan pesisir dan ekosistemnya;
c) Keterbatasan infrastruktur/sarana dan prasarana dari perikanan budi
daya, tangkap dan pengelolaan kelautan dan perikanan;
d) Rendahnya produktifitas dan daya saing usaha perikanan budaya
dan perikanan tangkap.
e) Armada dan Alat Tangkap Nelayan,Relatif terbatas untuk menuju
Laut dalam.
2) Urusan Pertanian
a) Pengembangan sarana dan prasarana perkebunan, peternakan serta
teknologi untuk mendukung peningkatan produksi dan
produktifitas;
b) Alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian masih cukup tinggi;
c) Biaya produksi tidak sebanding dengan harga jual, serta belum
optimalnya manajemen agrebisnis;
d) Pengembangan penyediaan sarana prasarana, teknologi dan
kelembagaan untuk mendukung peningkatan produksi dan
produktifitas serta nilai tambah hasil perkebunan;
e) Pengembangan Peternakan Sapi, belum terlaksana sesuai ketentuan
tehknis dan terbatasnya investor Status lahan belum jelas;
f) Pengembangan peterbakan sapi, belum terlaksana sesuai kebutuhan
teknis dan terbatasnya investor karena status lahan belum jelas.
3) Urusan Kehutanan
a) Degradasi hutan dan lahan;
b) Alih fungsi lahan;
c) Luas hutan semakin berkurang akibat dari penambangan;
d) Luas lahan kritis masih cukup banyak.
4) Urusan Energi dan Sumberdaya Mineral
a) Terbatasnya patokan listrik untuk industry dan rumah tangga;
b) Masih banyak penambangan yang tidak ramah lingkungan;
c) Potensi energi terbarukan seperti energi matahari dan mikrohidro
belum dimanfaatkan secara optimal.
5) Urusan Pariwisata
a) Masih kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengembangan
pariwisata, kreativitas, inovasi dan kompotensi daya saing ODTW,
dan belum optimalnya kualitas SDM petugas dan pelaku usaha
pariwisata;
b) Keterpaduan dan sinergi antar pelaku wisata dalam pengembangan
c) pariwisata masih rendah.
d) Terbatasnya obyek Wisata, dimiliki status kepemilikan/Sertifikat
hak guna.
6) Urusan Industri
a) Masih kurangnya kualitas manajemen pengolahn usaha bagi
UMKM;
b) Industri berbasis sumberdaya lokal belum berkembang secara
merata dan berkelanjutan.
c) Inovasi produk belum mampu mengimbangi kebutuhan pasar, dan
belum optimalnya kemitraan antara pelaku usaha.
7) Urusan Perdagangan
a) Rendahnya daya saing produk dipasar nasionalmaupun global,
b) Belum lancaranya distribusi bahan pokok/barang strategis;
c) Kurang siap menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015;
d) Kurang Memadainya kondisi sarana dan prasarana pasar
tradisional.
8) Urusan Ketransmigrasian
a) Animo masyarakat untuk bertransimigrasi lokal relative rendah dan
ketidak siapan lokasi transmigrasi;
b) Semakin rendahnya transimigrasi umum dan Transimigrasi
Swakarya Mandiri (TSM)
2. Strategi dan Arah Kebijakan
a. Strategi
Segala sesuatu yang secara langsung dimaksudkan untuk
mewujudkan tujuan dan sasaran RPJMD maka dianggap strategis, ini
dijalankan melalui program pembangunan daerah dan program prioritas
berdasarkan penyelenggaraan urusan pemerintahan. Perencanaan
strategik ini didukung oleh keberhasilan kinerja dari implementasi
perencanaan operasional dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan
melalui program prioritas masing-masing urusan. Dalam perumusan
strategi pembangunan daerah ada empat perspektif yang digunakan
dalam mengarahkan keselarasan dengan pilihan program pembangunan
daerah yakni:
Tabel 2.1
Strategi RPJMD Kabupaten Pinrang
No. Tujuan Sasaran strategi
1. Meningkatkan kualitas ibadah dan Terpenuhinya kebutuhan dan fasilitas Kemitraan pemerintah dan
pengamalan agama dalam berbagai bagi penyelenggaraan ibadah dan organisasi keagamaan dalam
aspek kehidupan masyarakat perayaan keagamaan keterpenuhan sarana, fasilitas dan
Terpenuhinya kebutuhan dan penyelenggara kegiatan kegamaan
fasilitas bagi penyelenggaraan ibadah serta kerukunan intra dan antar umat
dan perayaan keagamaan beragama
2. Meningkatkan ketahanan budaya Terjaganya keragaman budaya dan Penggalian, pelestarian dan
dalam menghadapi dinamika kekayaan budaya, Kekayaan Budaya dan pengembangan keragaman dan
perubahan Potensi pariwisata kekayaan budaya dalam merespons
dinamika perubahan
3. Mewujudkan karakter pemuda dan Berkembangnya karakter pemuda, remaja Menguatkan karakter pemuda,
remaja serta masyarakat secara dan masyarakat secara umum berbasis remaja dan masyarakat secara
umum berbasis kearifan lokal nilai-nilai saling menghargai, saling umum melalui revitalisasi adat-
menghormati, saling tolong menolon istiadat dan nilai-nilai saling
dalam kebajikan (amar ma’ruf dan nahir menghargai, saling menghormati,
mungkar) saling tolong-menolong sebagai
modal sosial dalam menghadapi
dinamika perubahan
4. Mewujudkan ketertiban, Terkendalikannya ganggunan Mendorong sinergi pemerintah
ketenteraman, keamanan dan ketertiban, ketenteraman, keamanan dan dengan seluruh lapisan, golongan
kenyamanan dalam kehidupan kenyamanan dalam kehidupan dan organisasi social
masyarakat masyarakat kemasyarakatan dalam
memelihara dan meningkatkan
ketertiban, ketenteraman, keamanan,
kenyamanan
5. Menguatkan toleransi dan Terpeliharanya harmoni sosial dan Memperkuat kegotongroyongan
kohesivitas social serta kesatuan kesatuan bangsa dalam masyarakat sebagai basis ketahanan sosial
bangsa masyarakat dalam bingkai kesadaran
persatuan dan kesatuan bangsa
6. Meningkatkan kualitas kehidupan Berkembangnya kelembagaaan serta Mendorong kesadaran berdemokrasi
demokrasi dan politik proses dan mekanisme demokrasi dan secara substansial seiring dengan
politik yang sehat dan fungsional bagi peningkatan kapasitas organisasi
kehidupan berbangsa dan bernegara politik dan kepatuhan hukum
7. Meningkatkan keberdayaan Berkembangnya kapasitas masyaraka Pemberdayaan masyarakat secara
masyarakat dan partisipasinya dalam dalam pemecahan masalah local secara berkelanjutan secara bersinergi
pembangunan mandiri dan partisipasi dalam dengan peningkatan kapasitas
pembangunan struktural-fungsional pemerintahan
desa
8. Meningkatkan akses dan kualitas Meningkatnya kualitas pelayanan Meningkatan kualitas dan
layanan kesehatan kesehatan dasar dan rujukan jangkauan pelayanan kesehatan
Menigkatnya kualitas pelayanan Meningkatkan promosi kesehatan,
kesehatan ibu, anak dan gizi pemberdayaan masyarakat dan
kesehatan lingkungan
Terwujudnya pola hidup bersih dan Melibatkan pemangku kepentingan
sehat dalam masyarakat dalam peningkatan efektivitas
Meningkatnya jangkauan dan kualitas penanganan penyakit menular dan
penanganan penyakit menular kejadian luar biasa
9. Meningkatkan akses dan kualitas Meningkatnya tingkat melek huruf dan Mengembangkan, pendidikan
pelayanan pendidikan minat baca masyarakat keakasaraan fungsional dan fungsi
perpustakaan berbasis kapasitas
masyarakat dan pemerintah desa
Meningkatnya akses masyarakat pada Meningkatkan dan memeratakan
seluruh jenjang pendidikan akses pendidikan pada seluruh
wilayah dan jenjang pendidikan
Meningkatnya kualitas pendidikan Meningkatkan kualitas
pada seluruh jenjang pendidikan pendidik/tenaga kependidikan dalam
pembelajaran berbasis teknologi
informasi dengan manajemen
berbasis sekolah yang berkualitas
10. Meningkatkan daya saing Meningkatnya daya saing tenaga Mendorong peningkatan kompetensi
sumberdaya Manusia kerja dan keterlibatan tenaga kerja dan kompetensi berbasis
terdidik dalam kemajuan pedesaan masyarakat sesuai karakteristik
potensi sumberdaya local
Meningkatnya kesetaraan gender dan Pengarusutamaan gender dalam
keberdayaan perempuan kebijakan dan penganggaran
pemerintah serta kegiatan berbasis
masyarakat
Meningkatnya kesejahteraan keluarga Penyadaran keluarga berencana dan
dan keluarga berencana kesehatan reproduksi secara
bersinergi dengan upaya
peningkatan kesejahteraan keluarga
11. Mengembangkan daya tarik Meningkatnya daya saing investasi Mengembangkan sarana dan
investasi prasarana investasi secara bersinergi
dengan perbaikan pelayanan
investasi
12. Pengembangan koperasi dan usaha Meningkatnya daya saing produk Menguatkan gerakan koperasi
mikro, kecil dan menengah (UMKM) koperasi dan usaha mikro, kecil dan berbasis masyarakat dan
menengan (UMKM) peningkatan kapasitas
teknologi/manajerial UMKM
13. Meningkatkan produksi dan nilai Meningkatnya produksi dan nilai Penguatan kapasitas teknologi
tambah komoditas unggulan tambah produk pertanian dan kapasitas kelembagaan petani,
Meningkatnya produksi dan nilai peternak, nelayan tangkap dan
tambah produk perkebunan pembudidaya ikan berbasis sistem
agribisnis
Meningkatnya produksi dan nilai Penguatan dukungan surplus
tambah produk peternakan pangan bagi ketahanan pangan
nasional
Meningkatnya produksi dan nilai Peningkatan kapasitas sarana/
tambah produk perikanan prasarana, kelembagaan dan SDM
Terpeliharanya ketahanan pangan dan penyuluh pertanian, perikanan dan
surplus pangan dalam mewujudkan kehutanan untuk peningkatan
Pinrang sebagai poros pangan nasional produksi, pendapatan dan
Meningkatnya kapasitas kelembagaan pelestarian lingkungan pelaku
dan efektivitas penyelenggaraan utama dan pelaku usaha
penyuluhan pertanian, perikanan dan
kehutanan
14. Meningkatkan penanganan Meningkatnya kesejahteraan fakir Pelibatan multipihak dalam
penyandang masalah kesejahteraan miskin, anak terlantar dan meningkatkan efektivitas
social penyandang masalah kesejahteraan penanganan PMKS
sosial (PMKS) lainnya
15. Memantapkan kualitas sistem dan Meningkatnya kualitas pelayanan publik Peningkatan kapasitas
tata kelola pelayanan public kelembagaan, sarana/prasarana dan
SDM pelayanan terpadu satu
pintu
Meningkatnya kapasitas pemerintahan Penguatan SDM dan
desa kelembagaan pemerintahan desa
16. Mewujudkan percepatan reformasi Meningkatnya kualitas laporan keuangan Peningkatan kapasitas SDM dan
birokrasi daerah kelembagaan dalam
pelaporan keuangan pada SKPD
(26)
Meningkatnya kompetensi dan Peningkatan kompetensi SDM
profesionalisme SDM aparatur aparatur secara bersinergi dengan
penempatan SDM aparatur sesuai
kompetensi
Meningkatnya penataan dan penguatan Meningkatkan penataan struktur
Organisasi dan tata laksana dan tata laksana organisasi
Meningkatnya kualitas perencanaan Peningkatan kualitas isi serta
pembangunan daerah proses dan mekanisme perencanaan
pembangunan daerah
Meningkatnya kualitas pengawasan Peningkatan kapasitas sistem dan
penyelenggaraan pemerintahan dan SDM pengawasan daerah
pembangunan
17. Mengembangkan kawasan terpadu Berkembangan kawasan pembangunan Pengembangan kordinasi
dan cepat tumbuh terpadu agropolitan keterlibatan multipihak berbasis
Berkembangnya pembangunan terpadu rencana kawasan terpadu
kawasan minapolitan agropolitan dan minapolitan
18. Mengembangkan sistem agribisnis Meningkatnya koridor perdagangan Pengembangan terminal agribisnis
dan agroindustry produk unggulan bagi perdagangan produk unggulan
19 Mengoptimalkan fungsi infrastruktur Meningkatnya kapasitas infrastruktur Pengembangan kapasitas
wilayah perhubungan sarana/prasarana perhubungan dan
Meningkatnya kapasitas infrastruktur transportasi bagi pergerakan barang
transportasi dan jasa serta koneksivitas antar
wilayah
Meningkatnya kapasitas infrastruktur Pemeliharaan dan peningkatan
irigasi/pengairan fungsi irigasi/pengairan dalam
menjamin keberlanjutan pertanian
dan fungsi lainnya
Meningkatnya kualitas perumahan dan Perbaikan perumahan dan
permukiman pemukiman orang miskin
20. Memelihara daya dukung lingkungan Terpeliharanya kelestarian hutan dan Pelibatan multipihak dan penegakan
hidup lahan hukum dalam pelestarian hutan dan
Meningkatnya kualitas lingkungan hidup lahan kritis serta lingkungan hidup
Meningkatnya kapasitas penanganan Peningkatan kapasitas dan
bencana kordinasi antisipasi dan penangan
bencana
Meningkatnya kualitas penanganan Pelibatan masyarakat dalam
sampah dan kebersihan penanganan sampah terpadu
C. Review Rencana Strategis (Renstra)
1. Pengertian Rencana Strategis
Rencana Strategis adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
mendapatkan kejelasan arah dan tujuhan suatu dinas/SKPD. Dalam rencana
tersebut dilakukan analis masalah, identifikasi potensi pemecahan masalah,
dan menyusun program dan kegiatan untuk mencapai tujuan. Rencana
strategis berfokus pada pengembangan suatu visi yang luas dan strategis
khusus berdasarkan analisis komprehensif terhadap situasi (meliputi
kekuatan dan kelemahan) serta lingkungan termasuk peluang dan
kecenderungan atau “trends” dan mengembangkan kegiatan yang memiliki
dampak terhadap masyarakat.
Rencana Strategis merupakan suatu proses berkelanjutan untuk
memperbaiki kinerja (performance) sebuah kelompok, komunitas atau
organisasi akibat situasi kritis atau konflik yang dialaminya dengan
mengembangkan visi, tujuan, cara atau metode untuk mencapainya.
Memperbaiki sebuah tataan yang telah rapuh akibat konflik sosial yang
berkepanjangan atau berbagai gejolak akibat perebutan kekuatan kekuasaan,
membutuhkan suatu rencana yang memandang perubahan yang lebih baik,
positif dan berkelanjutan . Tuntutan dan kebutuihan untuk perubahan
dituangkan dalam bentuk rencana strategis sebagai arah, kebijakan dan
panduan bagi pemangku kepentingan untuk mewujudkannya. Dalam proses
rencana strategis ditentukan arah, tujuan, nilai-nilai dan keadaan komunitas,
serta mengembangkan pendekatan pelaksanaan kegiatan untuk mencapai
target yang telah ditetepkan secara efektif dan efisien.
Dengan konsisten memfokuskan perhatian pada visi dan tujuan lebih
spesifik, rencana strategis menjadi alat untuk merespon atau tanggap
terhadap perubahan lingkungan.
Dalam upaya mencapai efisiensi dan efektifitas pelaksanaan program
SKPD dan makin eksis serta unggul dalam persaingan pada lingkungnya
yang makin kompetitif dan selalu berubah, setiap SKPD harus selalu
melalukan perbaikan dan inovasi, secara bertahap dan berkelanjutan agar
tercipta akuntabilitas dan peningkatan kinerja SKPD.
Suatu pernyataan strategis menggambarkan bagaimana setiap isu
strategis akan dipecahakan. Strategi mencakup sejumlah langkah atau taktik
yang dirancang untuk pencapaian tujuan dan sasaran, termasuk pemberi
tanggung jawab, jadwal, jadwal dan suber-sumber daya. Strategis
merupakan komitmen organisasi secara keseluruhan terhadap nilai – nilai,
filosofi dan prioritas.
2. Fungsi Rencana Strategis (Renstra)
Renstra sebagai pedoman perencanaan 5 tahunan berfungsi :
a. Sebagai pedoman komprehensif yang jelas dan mendorong berbagai
pihak yang terlibat untuk menentukan tujuan dimasa depan;
b. Sebagai acuan dan pedoman penyusunan Rencana Kerja (Renja) SKPD
sebagai dokumen operasional tahunan di SKPD.