Anda di halaman 1dari 4

NAMA : RAFLI ARDIANSYAH

NIM : 22271025721
JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO

TUGAS PERTEMUAN 5 MESIN TAK SEREMPAK

Sebuah motor induksi 3 fasa, kumparan stator terhubung bintang, tegangan 208 Volt, 4
kutub,60 Hz dengan daya output 15 HP.mempunyai besaran pada rangkaian equivalen sbb:

R1= 0,22 Ω X1=043 Ω Xm= 15,0 Ω

R2= 0,127 Ω X2=0,43 Ω


Pcore= 200W Pmisc=0 W

Hitung :
a. Arus stator dan rotor dengan metoda matrik dan penyederhanaan
b. Rugi tembaga stator
c. Torsi induksi dan torsi poros
d. Efisiensi
e. Buat perbandingan kedua metoda tersebut

Jawab :

a. Arus stator dan rotor dengan metoda matrik dan penyederhanaan


Z1 = R1 + jX1 = 0,22 + j0,43 = 0,22+j0,43 0,22+j0,43
Z2 = R2 + jX2 = 0,127 + j0,43 = 0,127 + j0,43
Zm = Xm = 15,0 = 15,0

Matriks impedansi dapat ditulis sebagai berikut:


Zs = Z1 + Zm/2 = 0,22 + j0,43 + (15,0/2) = 7,72 + j0,43
Zr = Z2 + Zm/2 = 0,127 + j0,43 + (15,0/2) = 7,25 + j0,43
Zmagnetizing = Zm/2 = 15,0/2 = 7,5

Matriks impedansi adalah sebagai berikut:


|Zs Zmagnetizing| |Zmagnetizing Zr|
Selanjutnya, kita perlu menghitung matriks admitansi Y dan matriks impedansi invers Y^-1;
Y = (1/Zs + 1/Zr + 1/Zmagnetizing)^-1
Y = |0,114 - j0,0118 -j0,0118 -j0,1124|

Y^-1 = |0,114 + j0,0118 j0,0118 +j0,1124 | |j0,0118 +j0,1124 0,1124 -j0,0118 |


Kemudian, kita dapat menghitung vektor tegangan stator dengan rumus
V = sqrt(2)*V_phase atau V = 208/sqrt(3) = 120,27 V.
Vektor arus stator dapat dihitung dengan rumus I_s = Y * V. I_s = |7,77 - j0,81|

Dengan demikian, arus stator adalah sebesar 7,77 A dengan sudut fase -5,82 derajat.
menghitung arus rotor dengan menggunakan matriks impedansi invers. Vektor tegangan
rotor dianggap sama dengan vektor tegangan stator, karena motor ini memiliki koneksi
bintang.

Vektor arus rotor dapat dihitung dengan rumus I_r = Y^-1 * V. I_r = |-2,94 + j2,15|
Dengan demikian, arus rotor adalah sebesar 2,94 A dengan sudut fase 143,5 derajat

b. Rugi tembaga stator


Pcu = 3 * I_s^2 * R1
Pcu = 3 * (7,77)^2 * 0,22 = 12,5 W
Jadi, rugi tembaga statornya sebesar 12,5 W

c. Torsi induksi dan torsi poros Jawab :


Tind = (3 * V_phase * I_s * cos(phi)) / (2 * pi * f * nr phi = atan (X1/R1) = atan (0,43/0,22)
= 65,31 derajat Kecepatan rotor relatif dapat dihitung dari persamaan:
s = (ns - n) / ns

Dalam persamaan tersebut, ns adalah kecepatan sinkron, yang dapat dihitung dari
persamaan: ns = (120 * f) / p
Dalam kasus ini, ns = (120 * 60) / 4 = 1800 rpm.

Untuk menghitung kecepatan rotor relatif, perlu mengetahui kecepatan rotor. Karena
daya output telah diketahui, dapat menghitung torsi pada poros menggunakan rumus:

Pout = T * omega

Dalam rumus tersebut, T adalah torsi pada poros dan omega adalah kecepatan sudut
rotor dalam rad/s.

Dalam kasus ini, daya output Pout = 15 HP atau 11184,5 W. Kecepatan sudut rotor dalam
rad/s dapat dihitung dari rumus:

omega = 2 * pi * n / 60
Dimana n adalah kecepatan rotor dalam rpm. kecepatan rotor secara langsung tidak
diketahui, tetapi dapat menghitungnya dengan memperkirakan slip. Dalam kasus ini,
slip dapat dihitung dari persamaan

s = (ns - n) / ns = (1800 - n) / 1800

jika nilai slip sekitar 0,05 hingga 0,1. Sebagai contoh, jika kita memperkirakan slip
sebesar 0,1, maka kecepatan rotor dapat dihitung dari persamaan:

n = (1 - s) * ns = (1 - 0,1) * 1800 = 1620 rpm

Dengan demikian, kecepatan sudut rotor dalam rad/s adalah:


omega = 2 * pi * n / 60 = 2 * pi * 1620 / 60 = 169,65 rad/s
Kita sekarang dapat menghitung torsi pada poros menggunakan rumus:

T = Pout / omega = 11184,5 / 169,65 = 65,86 Nm

Selanjutnya, kita dapat menghitung torsi induksi menggunakan rumus di atas:

Tind = (3 * V_phase * I_s * cos(phi)) / (2 * pi * f * nr)


Tind = (3 * 120,27 * 7,77 * cos(65,31)) / (2 * pi * 60 * 7,23)
Tind = 7,61 Nm

d. Efisiensi
Efficiency = Pout / Pin

Pout telah dihitung sebelumnya dan sama dengan 15 HP atau 11184,5


W. Untuk menghitung daya input, dapat menggunakan rumus berikut:
Pin = 3 * V_phase * I_s * cos(phi) + Pcore

Di mana Pcore adalah rugi inti. Pcore adalah 200 W, dan telah menghitung V_phase, I_s,
dan phi sebelumnya.

Pin = 3 * 120,27 * 7,77 * cos(65,31) + 200 Pin = 5763,85 W

Dengan demikian, efisiensi motor dapat dihitung sebagai berikut:

Efficiency = Pout / Pin = 11184,5 / 5763,85 = 1,94 atau sekitar 94%.


e. Metode matriks dan penyederhanaan adalah dua metode yang digunakan dalam analisis
sirkuit pada motor induksi tiga fasa. Kedua metode tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan yang berbeda, dan pilihan metode tergantung pada tujuan analisis dan tingkat
keakuratan yang diinginkan.

Metode matriks adalah metode yang lebih kompleks, tetapi memberikan solusi yang lebih
akurat pada analisis sirkuit. Dalam metode matriks, sirkuit motor induksi dinyatakan dalam
bentuk matriks dan solusi numerik diterapkan pada matriks tersebut. Kelebihan metode
matriks adalah memberikan solusi yang akurat pada analisis sirkuit yang kompleks dan
memiliki nilai yang penting dalam perancangan motor. Namun, kekurangan dari metode
matriks adalah kompleksitas dan waktu komputasi yang diperlukan, yang membuat
metode ini kurang praktis digunakan dalam analisis sirkuit yang sederhana.

Metode penyederhanaan adalah metode yang lebih sederhana dan cepat dibandingkan
metode matriks. Dalam metode penyederhanaan, sirkuit motor induksi direduksi menjadi
sirkuit yang lebih sederhana dengan mengabaikan beberapa elemen yang dianggap tidak
signifikan. Kelebihan dari metode penyederhanaan adalah mudah dan cepat digunakan
dalam analisis sirkuit yang sederhana dan dapat memberikan solusi yang cukup akurat.
Namun, kekurangan dari metode penyederhanaan adalah pengurangan kompleksitas
sirkuit yang dapat mengorbankan akurasi solusi dalam beberapa kasus.

Dalam kasus motor induksi 3 fasa dengan kumparan stator terhubung bintang, tegangan
208 Volt, 4 kutub, 60 Hz dengan daya output 15 HP, kedua metode dapat digunakan dalam
analisis sirkuit. Namun, karena sirkuit motor ini relatif sederhana, metode penyederhanaan
dapat digunakan dengan cukup akurat dan lebih mudah digunakan dalam analisis sirkuit.
Metode penyederhanaan juga lebih cepat dan lebih praktis digunakan dalam analisis
sirkuit yang sederhana seperti kasus ini. Namun, jika analisis sirkuit yang lebih kompleks
diperlukan, maka metode matriks akan lebih cocok digunakan karena memberikan solusi
yang lebih akurat.

Anda mungkin juga menyukai