Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

THE ROUTLEDGE COMPANION TO LEADERSHIP AND CHANGE

D
I
S
U
S
U
N
Oleh:

 Jevania Oktorin Barus (222101031)


 Nazwa Elfira (222101035)
 Siti Fathonah Azzharah (222101055)
 Stefani Alicia Simamora (222101056)

PROGRAM STUDI D-III KEUANGAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “The Routledge Companion To Leadership And Change”
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
segala usaha kita. Amin.

Medan, 10 Mei 2023


DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
Pembahsan
A. Leadership Theories/Styles/Types
B. Motivation, Mindfulness, and the Changing Landscape of Leadership
C. Emerging Trends in Leadership and Change Management
D. Leading and Managing Effectively During Uncertain, Disruptive Times
Daftar Pustaka
Leadership Theories/Styles/Types
Bab ini mengeksplorasi pelajaran kepemimpinan yang dicontohkan dalam kehidupan
Marcus Aurelius, yang merupakan Kaisar Romawi. Menurut Plato, cinta kebijaksanaan
adalah kualitas terpenting seorang pemimpin. Orang mungkin bertanya mengapa Plato sangat
menekankan kebajikan kebijaksanaan dalam diri seorang pemimpin. Dalam pandangan
Platon, kekuasaan harus berada pada orang yang berpengetahuan karena hanya orang bijak
yang dapat menggunakan kekuasaan dengan baik, untuk kebaikan keseluruhan. Oleh karena
itu, pengamatan terkenal Plato umat manusia tidak akan selamat dari masalah sampai filsuf
menjadi raja atau raja menjadi filsuf. Plato mengatakan para filsuf, orang bijak, harus menjadi
pemimpin masyarakat, karena hanya orang bijak yang dapat mengutamakan kebaikan
komunitas di atas kebaikan mereka sendiri. Hanya ketika aturan bijak bahwa keadilan akan
menang.

Mengapa kebanyakan pemimpin yang berkuasa jauh dari kata bijak dan sering
ambruk di bawah beban kekuasaan? Itu karena pemimpin seperti itu tidak memiliki
kebijaksanaan dan kesederhanaan dan mulai menggunakan kekuasaan untuk memajukan
tujuan egois mereka. Refleksi filosofis Marcus Aurelius tertuang dalam buku berjudul
Mediations. Hadot (1995, p. vii) menyebut Meditasi sebagai “sumber kebijaksanaan yang
tidak ada habisnya” dan memberikan petunjuk berikut untuk mempelajari buku ini: “Ini
bukan buku untuk dibaca sekaligus. Seseorang harus sering kembali ke sana, untuk
menemukan di dalamnya, hari demi hari, makanan yang sesuai dengan keadaan jiwa sesaat.”
JS Mill telah menyamakan dua belas buku seri Renungan dengan Khotbah di Bukit. Bagi
Marcus Aurelius, filsafat adalah cara hidup, rancangan untuk hidup, dan bukan kesempatan
untuk spekulasi belaka. Jika cara terbaik untuk belajar, hidup, dan memimpin adalah dengan
memberi contoh, maka Marcus berhasil secara mengagumkan dalam segala hal. Seperti yang
kita catat sebelumnya, dia tetap menjadi tokoh sejarah soliter yang paling dekat dengan
realisasi cita-cita Plato tentang seorang filsuf-raja yang sedang beraksi. Platon menegaskan
umat manusia tidak akan menemukan kelonggaran dari masalahnya sampai penguasa menjadi
filsuf atau filsuf menjadi penguasa.

Kehidupan dan pelayanan Yesus mencerminkan pentingnya proses perubahan dalam


pertumbuhan dan perkembangan manusia yang berhasil. Seperti yang dicatat Yesus dalam
kutipan pengantar dari Matius 18:2–4, proses perubahan dimulai dengan sikap dan praktik
kerendahan hati, menyadari bahwa pengetahuan dan pemahaman pribadi kita terbatas, dan
kita perlu menantang asumsi hidup kita secara terus menerus. seperti anak kecil yang mencari
pengertian. Perubahan adalah atribut yang ada di mana-mana dari hukum spiritual, fisik, dan
alam yang mengatur alam semesta, dan praktik kepemimpinan pelayan Kristen memahami
bahwa proses perubahan sangat penting untuk kompetensi spiritual dan kepemimpinan
(Roberts, 2015). Yesus membentuk proses transformasi para murid-Nya untuk memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan mereka baik dalam upaya perubahan yang berhasil maupun
yang tidak berhasil, dengan merangkul pendekatan perkembangan jangka panjang. Contoh
terbesar dari para murid yang belajar dari kegagalan adalah peristiwa-peristiwa seputar
pemenjaraan, penyaliban, dan kebangkitan Yesus di mana di bawah tekanan akut
mengaktifkan respons naluriah "melarikan diri atau melawan", yang mengalahkan nalar dan
kemampuan mereka untuk beradaptasi dan mengatasi.

Elemen penting pertama dalam keberhasilan jangka panjang dalam berkembang


sebagai murid Yesus adalah kepercayaan mutlak mereka pada integritas karakter Yesus.
Tanpa keperc.ayaan, semua upaya perubahan organisasi akan terhambat oleh tingkat
resistensi yang tinggi. Dalam hal ini, Yesus menyeimbangkan penalaran etis deontologis
(menghormati hari Sabat dan tidak menyelesaikan pekerjaan) dengan penalaran teleologis
(mempromosikan kebaikan yang lebih besar dari kasih melalui pengurangan penderitaan) di
hadapan kebajikan karakter-Nya berupa keberanian, empati, kasih sayang, dan integritas.
Intinya, Yesus memahami bahwa tatanan nilai tertinggi dari cinta agape paling baik
diwujudkan dengan mendefinisikan kembali tindakan penyembuhan sebagai manifestasi dari
cinta dan penyembuhan Tuhan sehingga memulihkan kemampuan manusia untuk hidup
bermartabat dan mengejar berbagai panggilan domain kehidupannya (pekerjaan).

Elemen kedua adalah “menara kembar” dasar atribut pemimpin pelayan Kristen dari
pelayanan dan penatalayanan, yang mewakili perjanjian atau komitmen hubungan jangka
panjang (Rob erts, 2015, 2016). Servanthood adalah komitmen berkelanjutan untuk
mempromosikan kepentingan jangka panjang terbaik dari semua pemangku kepentingan
sementara stewardship mencapai misi sambil menjalankan tanggung jawab fidusia yang
sesuai untuk karyawan, sumber daya keuangan (anggaran), dan informasi. Dari pandangan
dunia Kristen, kedua atribut itu penting untuk pandangan yang seimbang tentang
kepemimpinan yang melayani. Seperangkat atribut mendasar yang memperkuat pelayanan
dan penatalayanan adalah tindakan penyeimbangan yang halus antara pengampunan dan
anugerah (bantuan yang tidak pantas) dan akuntabilitas atau disiplin dan koreksi.
Elemen terakhir adalah proses implementasi manajemen perubahan yang mengurangi
resistensi karyawan terhadap perubahan. Pemimpin yang melayani memahami bahwa agar
perubahan berhasil, karyawan harus terlebih dahulu percaya bahwa pemimpin dan organisasi
dapat dipercaya, kredibel, bermoral, etis, dan mempromosikan kepentingan terbaik karyawan,
pemangku kepentingan lainnya, dan kebaikan yang lebih besar.

Salah satu klise yang paling mendalam adalah bahwa satu-satunya hal yang tetap
sama adalah perubahan. Perubahan adalah atribut dasar dari alam semesta fisik, dan para
pemimpin pelayan Kristen semuanya sedang diubah oleh Roh Kudus yang berdiam.
Perubahan sangat penting untuk pertumbuhan, tetapi itu bertentangan dengan kebutuhan kita
akan stabilitas. Dalam proses perubahan, sebagian besar pemangku kepentingan
mempertahankan koeksistensi yang tidak nyaman dengan realitas perubahan. Dalam setiap
upaya perubahan, penting untuk secara proaktif mengidentifikasi sumber penolakan terhadap
perubahan. Cara yang lebih disukai untuk mengidentifikasi tingkat resistensi keseluruhan
terhadap suatu kebijakan adalah melalui analisis pemangku kepentingan.

Berikut adalah contoh sederhana dari organisasi nirlaba berbasis agama yang
menyediakan pelatihan kerja. Ini jelas merupakan kumpulan atribut yang mengesankan, dan
jelas tidak lengkap, tetapi memberikan landasan yang jelas dan berbasis bukti untuk
mengatasi sumber perubahan. Pada bagian selanjutnya, kami akan memperkenalkan contoh
analisis pemangku kepentingan yang memberikan panduan tentang cara menerapkan model
hambatan perubahan ke situasi praktis. mewakili kekuatan besar. Salah satu klise yang paling
mendalam adalah bahwa satu-satunya hal yang tetap sama adalah perubahan. Perubahan
adalah atribut dasar dari alam semesta fisik, dan para pemimpin pelayan Kristen semuanya
sedang diubah oleh Roh Kudus yang berdiam. Perubahan sangat penting untuk pertumbuhan,
tetapi itu bertentangan dengan kebutuhan kita akan stabilitas. Dalam proses perubahan,
sebagian besar pemangku kepentingan mempertahankan koeksistensi yang tidak nyaman
dengan realitas perubahan. Dalam setiap upaya perubahan, penting untuk secara proaktif
mengidentifikasi sumber penolakan terhadap perubahan. Cara yang lebih disukai untuk
mengidentifikasi tingkat resistensi keseluruhan terhadap suatu kebijakan adalah melalui
analisis pemangku kepentingan. Langkah-langkah dalam analisis pemangku kepentingan
adalah: Keputusannya adalah apakah akan menerima dana pemerintah negara bagian untuk
mendukung program pelatihan kerja bagi ibu yang tidak menikah. Dengan menerima dana
pemerintah negara bagian, ini memungkinkan organisasi nirlaba memperluas layanan dengan
menggandakan jumlah klien potensial. Oleh karena itu, ini mempromosikan cakupan
pencapaian misi yang lebih luas. Keberatan utama adalah pengawasan administrasi dan
persyaratan pelaporan yang terkait dengan hibah negara yang meningkatkan biaya pencatatan
dan, yang paling menonjol untuk misi, pembatasan integrasi keyakinan dalam proses
penyampaian layanan. Selain itu, ada kekhawatiran bahwa organisasi mungkin menjadi
terlalu bergantung pada sumber daya hibah yang mengurangi otonomi dan kemandirian.
Dengan menerima program hibah pemerintah negara bagian, organisasi nirlaba tidak dapat
secara eksplisit mengintegrasikan unsur-unsur iman Kristen ke dalam kurikulum, suatu
hambatan misi utama. Klien dapat secara sukarela menerima elemen instruksional berbasis
agama, tetapi hanya atas dasar sukarela. Keputusan ini telah menimbulkan konflik yang
signifikan di antara pemangku kepentingan utama, dewan, Direktur Eksekutif, staf,
sukarelawan, dan penyandang dana utama. perilaku yang tidak terkait dengan pencapaian
misi, dan efektivitas organisasi. Ini berkisar dari konflik kepribadian dan perebutan
kekuasaan, kehilangan prestise, dan erosi kekuasaan, sumber daya, dan pengaruh. Politik
eksternal hampir sama menerima lokus di luar unit kerja atau organisasi langsung.

Sangat penting bagi para pemimpin pelayan Kristen untuk melihat proses manajemen
perubahan dari perspektif moral dan etika yang mendasar. Dari perspektif pengembangan,
implementasi, dan evaluasi, keempat elemen kunci tersebut adalah kepercayaan pribadi
terhadap karakter dan integritas pemimpin, komitmen terhadap elemen dasar pelayanan dan
kepengurusan, pemahaman holistik tentang kesejahteraan bawahan, dan karyawan. Jika
faktor-faktor ini benar-benar diinternalisasi dan diimplementasikan, terdapat integritas “surat
dan semangat” di mana pemimpin dipandang sebagai “pendengar dan pelaku”,
menumbuhkan cadangan kepercayaan yang sangat berharga dalam mengatasi konflik. Sangat
penting untuk secara proaktif merencanakan dan menerima penentangan terhadap proses
perubahan sebagai proses kerendahan hati, pembelajaran, dan pertumbuhan yang produktif.
Bab ini menyajikan model empat faktor dari sumber hambatan perubahan, faktor pelayan,
dan penatalayanan, faktor resistensi psikologis, politik kantor internal/pribadi, dan politik
antar departemen atau organisasi eksternal dan diakhiri dengan contoh analisis hambatan
organisasi yang mengidentifikasi sumbernya, resistensi, tingkat kekuatan dan kepentingan
pemangku kepentingan dan posisi relatif mereka. Dari analisis ini, rencana aksi resistensi
perubahan pemangku kepentingan dapat dikembangkan untuk mengatasi hambatan secara
proaktif dan meningkatkan proses implementasi. Pemimpin pelayan Kristen memahami
hikmat kitab suci seperti yang digambarkan dalam Amsal 11:14, Dimana tidak ada nasihat,
rakyat jatuh; Tetapi di dalam banyak konselor ada keamanan. Marilah kita berkomitmen
untuk menjadi pemimpin bijak yang dengan rendah hati belajar dan tumbuh bersama.

Motivation, Mindfulness, and the Changing Landscape of Leadership

MOTIVATIONAL STRATEGIES OF CIRCULAR ECONOMY COMPANIES

Five Case Studies from Finland Teks tersebut membahas tentang strategi ekonomi sirkular (circular
economy/CE) dan tantangan dalam mengimplementasikannya. Teks tersebut menyimpulkan bahwa
literatur mengenai strategi ekonomi sirkular tidak selalu sesuai dengan prinsip-prinsip dasar CE dan
perlu untuk diperbaiki. Ada lima strategi CE yang ditemukan dalam penelitian ini, tetapi tantangan
dalam mengimplementasikan strategi-strategi tersebut masih besar. Selain itu, penelitian ini juga
menemukan bahwa literatur mengenai CE masih terbatas dan lebih banyak penelitian diperlukan
untuk memahami dan mengukur strategi CE secara tepat. Ada juga kebutuhan untuk memahami
bagaimana strategi CE dapat diintegrasikan dengan strategi bisnis lainnya dan bagaimana
kepemimpinan memainkan peran dalam mengimplementasikan strategi-strategi tersebut. Teks ini juga
memberikan contoh-contoh strategi CE dan tantangan yang dihadapi oleh perusahaan dalam
menerapkan strategi-strategi tersebut. Teks tersebut menyarankan adanya penelitian lebih lanjut untuk
memahami dan mengembangkan strategi CE.

WHY LEADERS IN THE UNITED STATES BUILD BUSINESSES WITH PURPOSE

Teks tersebut membahas tentang pentingnya tujuan moral dalam dunia bisnis. Meskipun bukti-bukti
dalam kasus bisnis untuk tujuan semakin banyak, tetapi hanya 13% karyawan yang percaya bahwa
organisasi mereka berorientasi pada tujuan. Oleh karena itu, tujuan moral diperlukan untuk mengisi
kesenjangan antara niat dan praktek. Ada yang skeptis bahwa tujuan yang lebih tinggi tidak mungkin
ditangkap oleh organisasi, dan konsep jiwa korporat dan moralitas sangat tidak masuk akal untuk
objek yang tidak hidup. Namun, meskipun perusahaan dianggap tidak memiliki hati nurani, organisasi
terdiri dari kumpulan orang, dan inti dari jiwa korporat adalah nilai-nilai dan aspirasi bersama.
Seorang pemimpin yang berorientasi pada tujuan merupakan praktisi tanggung jawab yang baik dan
berjuang untuk mencapai keadaan kesejahteraan atau "eudaemonia". Dalam mengambil keputusan,
pemimpin dapat melatih kebijaksanaan praktis untuk menghasilkan tindakan yang lebih baik,
membantu orang lain untuk berkembang bersama-sama, dan membangun momentum untuk
menciptakan inovasi yang menghasilkan kesejahteraan bersama di masyarakat dan ekonomi.

MINDFUL CHANGE MANAGEMENT FOR DISRUPTIVE ARTIFICIAL INTELLIGENCE


(AI)
Teks tersebut membahas pentingnya pengelolaan perubahan yang disebabkan oleh teknologi
kecerdasan buatan (AI) yang disruptif dengan pendekatan mindfulness. Mindfulness
diimplementasikan pada tiga tingkatan organisasi, yaitu Eksekutif, Manajer, dan Karyawan untuk
menghadapi gangguan yang ditimbulkan oleh AI. Karyawan harus memiliki kesadaran dan kesiapan
untuk berubah melalui pembelajaran aktif dan adopsi teknologi AI. Dengan pembelajaran dan adopsi
yang proaktif, Karyawan dapat menjadi penguasa dari teknologi AI dan mampu mengendalikan
nasibnya sendiri. Kemampuan Karyawan untuk merespons perubahan dengan proaktif dapat
membantu mereka bertahan dan berkembang dalam lingkungan yang semakin berubah. Selain itu,
Karyawan perlu terus belajar dan mengembangkan keterampilan baru untuk memenuhi kebutuhan AI.
Pada akhirnya, pendekatan mindfulness akan meningkatkan kinerja kerja dan kreativitas Karyawan
dan berhubungan dengan kepuasan kerja yang lebih besar. praktik mindfulness sangat efektif dan
bermanfaat untuk semua level organisasi dalam menghadapi gangguan yang disebabkan oleh AI.
Eksekutif melakukan praktik mindfulness untuk menjaga kesadaran yang luas terhadap seluruh aspek
AI, termasuk industri, stakeholder, pasar, dan bisnis. Hal ini membantu posisi visi dan strategi
eksekutif serta memberikan alasan dan keyakinan dalam komitmen terhadap AI. Manager melakukan
praktik mindfulness untuk merespons kebutuhan AI dalam keragaman tim dan dinamika dalam
pengembangan sistem AI dan proses bisnis. Sementara itu, karyawan menggunakan praktik
mindfulness untuk mempersiapkan diri menghadapi peluang AI yang ada dan menjadi pengendali
nasib sendiri. Kesimpulannya, mindfulness sangat berharga dalam manajemen perubahan AI. SHOCK
LEADER MINDFULNESS An Essential Element for Leading Organizations through Crises Teks ini
membahas tentang bagaimana organisasi dapat mempersiapkan diri menghadapi situasi krisis yang
kompleks dan tidak terduga seperti pandemi COVID-19. Salah satu pendekatan yang diusulkan adalah
dengan menggunakan Shock Leadership, di mana kepemimpinan yang mampu beradaptasi dengan
cepat dan membuat keputusan yang tepat dalam situasi yang sulit sangat dibutuhkan. Di dalam Shock
Leadership, mindfulness diidentifikasi sebagai elemen penting dalam membantu pengembangan
pemimpin yang dapat menghadapi krisis. Mindfulness dianggap sebagai faktor yang menghubungkan
dan memengaruhi komponen-komponen lain dalam Shock Leadership, dan dinamakan sebagai Shock
Mindfulness. Dengan pendekatan Shock Leadership dan pengembangan Shock Mindfulness,
organisasi diharapkan mampu bertahan dan bangkit dari masa-masa yang sulit.

CHANGE MANAGEMENT AND NIKE’S SUSTAINABLE PRODUCT INNOVATION

Dalam teks ini, disampaikan bahwa bisnis yang berkelanjutan sudah menjadi hal yang umum dan
tahap selanjutnya dari bisnis yang berkelanjutan memerlukan transformasi produk dan layanan serta
kebutuhan mendesak untuk menggabungkan prinsip-prinsip yang berkelanjutan dalam pengembangan
produk dan operasi bisnis. Studi kasus manajemen perubahan Nike dalam transisi keberlanjutan
menunjukkan potensi perusahaan untuk menciptakan retorika win-win antara kinerja bisnis dan
lingkungan. Hal ini juga menunjukkan bahwa manajemen perubahan merupakan alat untuk terus
memperbaiki kursus keberlanjutan dan meningkatkan target dengan lebih ambisius dalam kemitraan
dengan pemangku kepentingan eksternal dan tim lintas fungsi di dalam perusahaan. Dimensi lembut
dari manajemen perubahan perlu ditanamkan untuk memupuk dan menjaga perubahan yang
mendisrupsi melampaui manajemen adaptif. Perubahan memang sulit, namun manajemen perubahan
organisasi untuk keberlanjutan memberikan harapan besar bagi pertumbuhan bisnis yang
berkelanjutan sambil meminimalkan dan pada akhirnya menghilangkan dampak lingkungan. SELF-
DEVELOPMENT Mapping the Enablers of Personal Growth within Changing Organizations Teks
tersebut membahas mengenai self-development atau pengembangan diri, yang terdiri dari dua tipe
yaitu personal dan situasional (organisasional dan kontekstual). Meskipun organisasi dapat
memberikan kesempatan dan sumber daya untuk self-development, faktor individu/personal lebih
kritis karena individu yang memiliki motivasi untuk self-develop dapat berkembang bahkan di
organisasi yang tidak mendorong, sedangkan individu yang kurang termotivasi untuk selfdevelop
akan tetap stagnan bahkan di organisasi yang paling kondusif. Penelitian selanjutnya di masa depan
dapat mengeksplorasi tipe-tipe baru dari proactive employee development dan peran pengusaha dalam
memberikan insentif kepada karyawan untuk melakukan investasi spesifik perusahaan. Teks juga
menyarankan penelitian multilevel untuk memahami interaksi antara faktor organisasional dan
karakteristik individu dalam pengembangan diri, serta pentingnya mempertimbangkan faktor
kontekstual dan budaya dalam memahami self-development.

THE ROLE OF LEADERSHIP IN DELIVERING ORGANIZATIONAL VALUE THROUGH


INNOVATION AND CHANGE MANAGEMENT

Teks tersebut membahas tentang pentingnya kepemimpinan yang responsif dan adaptif dalam
organisasi untuk tetap bersaing dan relevan di masa depan. Organisasi harus memanfaatkan metode
dan sumber daya yang tersedia untuk memproduksi produk atau layanan yang memenuhi kebutuhan
pelanggan, dan juga mengembangkan inovasi agar dapat meningkatkan daya saing. Selain itu,
organisasi juga harus mampu mengelola perubahan agar dapat beradaptasi dengan cepat terhadap
perubahan lingkungan dan teknologi. Penting bagi pemimpin senior untuk memimpin organisasi agar
tetap responsif dan beradaptasi dengan keadaan yang ada. Melalui studi kasus organisasi yang sukses,
dapat memberikan inspirasi dan pandangan untuk perjalanan organisasi menuju keberhasilan di masa
depan.

PREPARE FOR BEING UNPREPARED

Learning About Collective Leadership, Change Readiness, and Mindful Organizing From an
Extreme Case Study of Rowing Across the Atlantic

Teks ini membahas tentang studi yang dilakukan terhadap empat pelaut Angkatan Laut Kerajaan
Inggris yang berhasil menyeberangi Samudera Atlantik sejauh lebih dari 3.000 mil dalam kompetisi
yang sangat dipublikasikan dengan tujuan untuk memeriksa faktor-faktor yang mendorong kinerja tim
yang sangat andal dan tangguh dalam situasi yang penuh tekanan. Para pelaut yang terlibat dalam
studi ini adalah anggota aktif Angkatan Laut Kerajaan yang telah melayani setidaknya selama 7 tahun.
Hasil studi menunjukkan bahwa kesadaran tim yang fokus pada tugas saja tidak cukup untuk
mengatasi tantangan yang tak terduga, tetapi kesadaran tim yang lebih tinggi, yang berfokus pada
strategi dan orang-orang, sangat diperlukan dalam situasi yang sangat menekan. Temuan ini
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara kepemimpinan kolektif dan
kesiapan untuk menghadapi perubahan.

Emerging Trends in Leadership and Change Management

LEADERSHIP FOR FUTURE Co-creation in Communities

Kepemimpinan adalah tentang belajar bersama dan membangun makna dan pengetahuan secara
kolektif dan kolaboratif. Ini melibatkan kesempatan untuk mengungkapkan dan memediasi persepsi,
nilai, keyakinan, informasi, dan asumsi melalui percakapan yang berkelanjutan. Ini berarti
menghasilkan ide bersama; berusaha untuk merenungkan dan membuat makna dari pekerjaan dalam
cahaya keyakinan bersama dan informasi baru; dan menciptakan tindakan yang tumbuh dari
pemahaman baru ini. Ini mengimplikasikan bahwa kepemimpinan dibangun secara sosial dan sensitif
secara budaya. Ini tidak mengimplikasikan perpecahan pemimpin/pengikut, dan juga tidak
menunjukkan potensi kepemimpinan hanya pada satu orang.

INDIFFERENCE, DISCERNMENT, AND ADAPTATION

An Ignatian Approach to Leading Change in (Jesuit) Higher Education Adolfo Nicolás, dalam
pidatonya, menanyakan apakah cara kita menjalankan universitas saat ini masih menjadi cara terbaik
untuk merespons misi Gereja dan kebutuhan dunia yang semakin global. Dia juga menekankan
pentingnya keberanian untuk menjadi terbuka terhadap kemungkinan dan adaptasi dalam pendidikan
tinggi untuk kebaikan umum universal. Tulisan ini berfokus pada filosofi spiritual 500 tahun lalu
Ignatius of Loyola yang mendasari universitas Jesuit dalam menghadapi perubahan yang cepat dan
disruptif di masa kini. Ignatian dynamics of indifference, discernment, and adaptation juga digunakan
untuk mengeksplorasi inovasi para pemimpin pendidikan tinggi Jesuit dalam menjalankan misi
mereka di tengah masa sulit bagi perguruan tinggi. Hasilnya, didirikanlah Jesuit Worldwide Learning
dan Arrupe College of Loyola University Chicago sebagai alternatif yang berkelanjutan dari model
ekonomi pendidikan tinggi saat ini yang memerlukan reposisi.

NEW PATHWAYS FOR RELIGIOUS LEADERSHIP Change in Highly Traditioned


Organizations

Teks tersebut membahas tentang respons para pemimpin agama dan komunitas keagamaan dalam
menghadapi perubahan dinamis dalam masyarakat. Meskipun gereja dianggap sebagai "organisasi
misionaris" yang cenderung resisten terhadap perubahan, para pemimpin agama menunjukkan tingkat
kepekaan budaya dan adaptasi yang tinggi dalam menjaga relevansi dan kontak dengan mereka di luar
gereja. Dalam menghadapi masyarakat yang semakin dinamis, model gereja yang lebih baru
diperlukan, sehingga teori gereja yang lincah berbasis tradisi muncul sebagai respons terhadap
masyarakat yang semakin cair. Nilainilai spiritual dan moral menjadi sangat penting dalam cara para
pemimpin agama dan komunitas mereka tidak hanya mengatasi, tetapi juga merespons perubahan
secara proaktif.

FEMALE GLOBAL LEADERSHIP AT THE TIME OF ANTHROPOGENICALLY DRIVEN


CLIMATE CHANGE

perubahan iklim berdampak berbeda pada laki-laki dan perempuan, terutama karena ketidaksetaraan
gender yang masih terjadi di seluruh dunia. Ketimpangan akses dan kontrol terhadap sumber daya
fundamental menjadi faktor penting dalam menentukan apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh
perempuan dan laki-laki dalam menghadapi perubahan lingkungan. Meskipun perempuan lebih
banyak terdampak oleh perubahan iklim, mereka juga memainkan peran penting dalam adaptasi dan
mitigasi terhadap perubahan lingkungan. Namun, banyak faktor yang menghambat perempuan dalam
berpartisipasi penuh dalam mengatasi perubahan iklim dan tantangan lingkungan lainnya, seperti hak
atas tanah yang terbatas, akses terbatas terhadap sumber daya keuangan, pelatihan, dan teknologi,
serta keterbatasan dalam akses ke dalam keputusan politik. Namun, di sisi lain, perempuan juga
menunjukkan ketahanan yang luar biasa dalam menghadapi perubahan iklim dan memimpin gerakan
aksi iklim serta membangun model komunitas yang lebih berkelanjutan dan berfokus pada kerjasama.
BEYOND ROLE EXPECTATIONS Gender, Leadership Emergence, and the Changing Nature of
Work Dalam intinya, bab tersebut membahas bagaimana perspektif teori peran sosial yang dominan
sesuai dengan pandangan relasional yang muncul tentang kepemimpinan untuk mengorganisir proses
di mana gender mempengaruhi munculnya kepemimpinan. Gender tidak hanya memengaruhi harapan
kepemimpinan, tetapi juga bagaimana pemimpin dan pengikut berinteraksi dalam konteks yang
berbeda. Memisahkan dinamika kepemimpinan gender dan relasional membantu untuk
memprioritaskan keterampilan dalam suatu konteks daripada bergantung pada gender sebagai proxy
untuk kesesuaian kepemimpinan. Pada akhirnya, dinamika ini dapat digunakan untuk merumuskan
tren organisasi saat ini untuk menyarankan bagaimana wanita dapat menggunakan kesempatan ini
untuk muncul sebagai pemimpin.

CHANGING POLITICAL LANDSCAPE Women in Leadership


Teks ini membahas tentang halangan yang dialami oleh perempuan dalam dunia politik dan
bagaimana membangun kekuatan untuk mengatasi halangan tersebut. Halangan tersebut mencakup
beberapa tingkat, yaitu individu, institusi, dan budaya. Dalam membangun kekuatan, perempuan
harus mengembangkan modal manusia, mencari peluang pengembangan, dan membangun jaringan
kolaboratif melalui mentorship dan sponsorship. Karakteristik kepemimpinan perempuan meliputi
farsightedness, passion, courage, wise, generous, trustworthy, empathy, humility, persuasiveness, dan
resilience. Meskipun begitu, perempuan masih dihadapkan pada berbagai stereotype dan diskriminasi
yang membuat kekuatan untuk mengatasi masalah menjadi vital untuk kesuksesan politik. Para
praktisi menyatakan bahwa kepemimpinan perempuan di politik telah membuat kemajuan yang
signifikan, terutama selama pandemi Covid-19, tetapi masih ada banyak pekerjaan yang harus
dilakukan.

WOMEN LEADERSHIP IN HIGHER EDUCATION Barriers and Success Factors

Dalam teks ini dijelaskan bahwa perjuangan untuk mengatasi kesenjangan gender dan diskriminasi
memerlukan pemahaman, kesabaran, dan pandangan jangka panjang. Hal ini merupakan suatu
revolusi sosial yang memerlukan waktu yang lama dan tidak mudah. Ada juga tantangan budaya yang
spesifik pada suatu negara dan masyarakat, sehingga solusi yang sama tidak akan berhasil untuk
semua. Diperlukan penelitian yang spesifik untuk mengatasi hambatan yang sesuai dengan budaya
tersebut. Teks ini juga menekankan pentingnya memiliki panutan yang baik sebagai inspirasi bagi
generasi pemimpin wanita yang baru. Walaupun mengatasi kesenjangan gender memerlukan waktu
yang lama, tindakan harus dilakukan sekarang.

Leading and Managing Effectively During Uncertain, Disruptive Times

AN INTEGRATIVE APPROACH TO CHANGE The Role of Responsible Leadership in


Taming Wicked Change Paths

Dalam teks ini disimpulkan bahwa terdapat tiga pelajaran penting bagi top dan middle managers
untuk menghadapi perubahan organisasi yang sulit dan kompleks. Pelajaran pertama adalah tentang
pentingnya memandang perubahan sebagai sebuah jalur atau proses daripada sekadar masalah yang
terisolasi. Pelajaran kedua menekankan pentingnya kepemimpinan yang bertanggung jawab secara
integratif untuk mengatasi masalah perubahan organisasi yang sulit, dan pelajaran ketiga menekankan
pentingnya menyadari tantangan dan kesulitan yang dihadapi oleh manajer dalam mengatasi masalah
perubahan organisasi yang sulit. Oleh karena itu, organisasi dan manajer harus berupaya
mengembangkan keterampilan yang diperlukan, seperti berpikir konvergen dan divergen, dan
meningkatkan kecerdasan emosional. Selain itu, interaksi antara top dan middle managers juga
penting untuk mendapatkan dukungan yang luas di dalam organisasi dalam menghadapi perubahan.
UNDERSTANDING THE POTENTIAL OF LEADERSHIP FOR CHANGE WITH
EMPIRICAL WISDOM

Teks tersebut menyimpulkan bahwa seorang pemimpin dapat mengembangkan karisma integralnya
dengan bekerja dengan kredibilitas, komitmen, dan keberanian di organisasi. Karyakarya fiksi atau
legenda telah mempengaruhi proses transformasi manusia dan menganalisis kekuatan keyakinan,
etika, dan psikologi positif, serta memperkuat keterkaitan antara praktik kepemimpinan zaman dulu
dan sekarang. Cerita rakyat yang didasarkan pada akreditasi kepemimpinan yang bijaksana dapat
membantu mengidentifikasi potensi dalam seorang pemimpin dan memberikan peluang tambahan
untuk mempelajari mekanisme perubahan. Sebuah pola pikir rasional dan kebajikan intelektual
memiliki aspek yang berharga dalam mengkategorikan karakter seorang pemimpin perubahan. Oleh
karena itu, cerita kuno dan umum terbukti bermanfaat untuk mengidentifikasi perspektif perubahan
dengan pendekatan kebijaksanaan yang unik, yang juga memperkaya prinsip-prinsip kepemimpinan
lebih lanjut.

INSIGHTS FROM STATE-OWNED ENTERPRISES TRANSITIONING TO THE MARKET


MODE Lessons for Organizational Transformation

Teks tersebut membahas tentang bagaimana organisasi pasar bebas menghadapi tekanan untuk
bertransformasi. Sejak krisis keuangan global pada tahun 2009, banyak negara mengalami krisis
ekonomi yang mendorong terjadinya pertanyaan fundamental tentang manfaat kapitalisme Anglo-
Saxon yang tidak terkendali dan ekonomi pasar yang terlalu sedikit diatur. Pemimpin nasionalis
"kita/kami terlebih dahulu" di berbagai negara juga menuntut perusahaan untuk memenuhi
kepentingan nasional mereka. Teks tersebut juga membahas tentang solusi dari masalah ini, yaitu
organisasi In-Between yang dapat mencapai fleksibilitas yang tidak mungkin didapatkan jika mereka
menerima pengawasan atau menolaknya dengan tegas. Organisasi semacam ini dapat
menyeimbangkan permintaan publik untuk pengendalian sambil menyediakan barang dan jasa dengan
cara yang adil. Selain itu, teks juga membahas Cooperatives yang dianggap sebagai organisasi yang
cocok untuk menggantikan perusahaan publik. Namun, tantangan utama yang dihadapi oleh
pemimpin organisasi semacam itu adalah mencari posisi stabil dan menyeimbangkan kepentingan
bisnis dan masyarakat.

ANOTHER RESILIENCE TEST? The Lebanese Leadership and Human Response during
Covid-19

Kesimpulan dari pembahasan tentang Lebanon adalah adanya beberapa pertanyaan penting yang perlu
dipertimbangkan terkait penanganan krisis Covid-19 oleh pemerintah, dampaknya terhadap sektor
pekerjaan, pengaruhnya terhadap jaringan sosial masyarakat, evaluasi kesehatan mental penduduk,
dan apa yang bisa pemimpin lakukan dengan lebih baik dalam menghadapi pandemi di negara
berkembang. Kepemimpinan yang tangguh dan tahan bencana sangat penting dalam menghadapi
krisis seperti Covid-19, dan dalam hal ini, resilensi dan kepemimpinan yang tangguh harus dikaitkan
dengan persiapan menghadapi bencana. Pembahasan ini juga menunjukkan bahwa dalam menghadapi
pandemi, ketahanan terkait dengan harapan, optimisme, dan sikap positif, dan ketika seorang
pemimpin mengelola krisis dengan efisien, ia akan mendapatkan kepercayaan dan rasa hormat dari
masyarakat. Oleh karena itu, dalam menghadapi pandemi, kepemimpinan yang tangguh dan tahan
bencana sangat penting.

AN ANATOMY OF SELF-LEADERSHIP A Key to Workplace Well-being, Growth, and


Change

Teks tersebut membahas mengenai konsep self-leadership atau kepemimpinan diri dan bagaimana
cara mencapainya. Self-leadership merupakan kemampuan individu untuk memimpin diri sendiri
dengan menggunakan intelektual dan kemauan yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai
pertumbuhan karakter yang positif yang berdampak baik pada lingkungan kerja dan memberikan
manfaat bagi rekan kerja dan klien. Self-leadership juga membutuhkan pengembangan dan penerapan
kecerdasan emosional, disiplin, kemauan, dan orientasi pada yang baik secara sengaja. Meskipun self-
leadership bukan pengganti kepemimpinan eksternal, namun tanpa self-leadership, pengaruh eksternal
sulit untuk memberikan perubahan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi terhadap
tingkat self-leadership anggota komunitas atau tempat kerja dan mencari cara untuk memperkayanya.
Teks tersebut juga menyajikan contoh analisis SWOT self-leadership dan strategi pengembangan diri
untuk mencapai tujuan tersebut. Tekst juga menyarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai self-leadership untuk memahami peran pengalaman pribadi, gender, dan usia dalam
pengembangan kompetensi selfleadership.

LEADERSHIP AND CHANGE IMPLICATIONS OF FREEDOM IN THE AGE OF


ARTIFICIAL INTELLIGENCE

Dalam teks tersebut disampaikan bahwa pandemi Covid-19 telah mengubah beberapa aspek ekonomi
dan sosial. Para pasien Covid Long Haulers memiliki kecenderungan untuk menghindari kecepatan
dan beban mental, sehingga menjadi preferensi bagi mereka untuk minimalisme, istirahat, dan
relaksasi. Konsep ekonomi minimalisme telah muncul dan akan menuntut pengembangan hukum dan
kebijakan yang lebih tepat dalam menggambarkan tren tenaga kerja dan memberikan arahan
kepemimpinan yang lebih baik. Perusahaan juga harus memperhatikan kesehatan karyawan dan
memantau kondisi kesehatan mereka. Selain itu, pandemi juga memunculkan tren deurbanisasi, yang
membuat banyak orang memilih untuk tinggal di luar kota dan menciptakan lingkungan yang lebih
sehat dan berkelanjutan, baik di dalam maupun di luar ruangan.

MANAGEMENT STRATEGIES FOR TECHNOLOGY CHANGE


Secara ringkas, terdapat empat strategi manajemen perubahan untuk menghadapi perubahan
teknologi, yaitu komunikasi, pelatihan, dukungan manajemen, dan ketersediaan sumber daya
teknologi. Untuk mengimplementasikan strategi-strategi tersebut, manajer harus membuat rencana
dan terus berkomunikasi mengenai perubahan yang akan terjadi, memberikan dukungan manajerial,
dan memberikan pelatihan bagi karyawan agar dapat beralih ke prosedur baru. Evaluasi yang realistis
dan umpan balik yang memadai juga diperlukan untuk mencapai kesuksesan. Selain itu, perusahaan
harus menyediakan sumber daya teknis yang cukup dan mendukung teknologi baru yang diterapkan
serta mengintegrasikan layanan IT internal dalam perencanaan dan pelaksanaan perubahan. Dalam
menghadapi resistensi, manajemen juga perlu memberikan dukungan dan menjaga komunikasi yang
positif, serta merayakan kemajuan yang dicapai selama implementasi perubahan.

Daftar Pustaka

Dr. Ian Mitroff. 2023. “The Routledge Companion to Leadership and


Change”605 Third Avenue New York: Routledge.

Anda mungkin juga menyukai