Anda di halaman 1dari 28

JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022 pp 1-6

POLTEKKES UMMI KHASANAH p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027

Model Hubungan Pendidikan dan Latihan, Akses Informasi,


Norma Subjektif dengan Keberdayaan Kader Keluarga
Berencana
Juda Julia Kristiarini1*
1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Guna Bangsa, DI Yogyakarta, Indonesia
*yudayulia2019@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article history: Latar Belakang: Tingginya laju pertumbuhan penduduk berdampak pada penyediaan
pangan, bahan konsumsi non pangan, lahan pertanian, lahan perumahan, lapangan
Received February 17,2022 pekerjaan, pendidikan, tingkat kesehatan masyarakat, dan kualitas hidup masyarakat.
Accepted February 26, 2022 Pelitian ini bertujuan mengkaji keterkaitan variabel pendidikan dan latihan (diklat), akses
Published February 26, 2022 informasi, norma subyektif dengan keberdayaan kader KB. Metode: Desain penelitian
adalah observasional tipe korelasional, dengan pendekatan survei. Jumlah sampel
penelitian adalah 220 orang, yang diambil berdasarkan proportional cluster random
Kata Kunci: sampling. Teknik analisis data menggunakan analisis jalur. Hasil dan Kesimpulan: Diklat
tidak berpengaruh secara langsung terhadap Keberdayaan Kader KB. Akses Informasi
Pendidikan dan Latihan berpengaruh langsung terhadap Keberdayaan Kader KB. Diklat berpengaruh langsung
Akses Informasi terhadap Norma Subyektif. Akses Informasi berpengaruh langsung terhadap Norma
Norma Subjektif Subyektif. Norma Subyektif berpengaruh langsung terhadap Keberdayaan Kader KB.
Keberdayaan Kader Norma Subyektif mampu memediasi pengaruh Diklat terhadap Keberdayaan Kader KB.
Norma Subyektif mampu memediasi pengaruh Akses Informasi terhadap Keberdayaan
Kader KB.

ABSTRACT
Relationship Model of Education and Training, Access to Information, Subjective Norms
with Family Planning Cadre Empowerment

Background: The high rate of population growth has an impact on the supply of food, non-
Key words: food consumption materials, agricultural land, residential land, employment opportunities,
education, public health levels, and the quality of life of the community. This study aims to
Education and Training examine the relationship between education and training variables, access to information,
Access to Information subjective norms and the empowerment of family planning cadres. Methods: The research
Subjective Norms design is correlational type observational, with a survey approach. The number of research
Cadre Empowerment samples was 220 people, which were taken based on proportional cluster random
sampling. The data analysis technique used path analysis. Results and Conclusions:
training does not directly affect the Empowerment of Family Planning Cadres. Access to
information has a direct effect on the Empowerment of Family Planning Cadres. Education
DOI: and training has a direct effect on Subjective Norms. Access to Information has a direct
https://10.48092/jik.v8i2.168 effect on Subjective Norms. Subjective Norms directly affect the Empowerment of Family
Planning Cadres. Subjective Norms are able to mediate the effect of Education and
Training on Family Planning Cadre Empowerment. Subjective Norms are able to mediate
the effect of Access to Information on the Empowerment of Family Planning Cadres.

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Page | 1
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

PENDAHULUAN daerahnya sendiri. Penyelenggaraan otonomi daerah ini


berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat
Permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi
adalah pertambahan jumlah penduduk yang besar dan yang tumbuh dalam masyarakat. Selain itu
kualitas hidup yang rendah. Jumlah penduduk Indonesia penyelenggaraan otonomi daerah dapat menjamin
tahun 2015 sebanyak 255,18 juta jiwa dengan luas keserasian hubungan antara daerah satu dengan daerah
wilayah 1.910.931,32 km2, kepadatan penduduk 134 yang lainnya, yang berarti bahwa mampu membangun
jiwa/km2. Pada kurun waktu lima tahun terakhir (2010- kerjasama antar daerah untuk meningkatkan
2015) laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah 1,43 kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar
persen. Jumlah penduduk Indonesia terus mengalami daerah.
peningkatan. Pada jangka waktu lima belas tahun (2000 Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
hingga 2015), jumlah penduduk Indonesia mengalami keberdayaan kader KB, yaitu: (1) Faktor eksternal
penambahan sekitar 50,06 juta jiwa atau rata-rata 3,33 meliputi: pelatihan, kepemimpinan, jenis pekerjaan,
juta setiap tahun (BPS, 2015). Tingginya laju rancangan kerja, sistem penghargaan, sumber daya
pertumbuhan penduduk berdampak pada penyediaan (fasilitas), iklim organisasi (lingkungan); (2) faktor
pangan, bahan konsumsi non pangan, lahan pertanian, internal meliputi: tingkat pendidikan, pengetahuan,
lahan perumahan, lapangan pekerjaan, pendidikan, kepribadian, sikap, persepsi, latar belakang, pengalaman
tingkat kesehatan masyarakat, dan kualitas hidup (masa kerja), usia, motivasi, kepuasan kerja, komitmen
masyarakat (BPS, 2015). organisasional (Kadir et al, 2018).
Indonesia termasuk dalam kategori negara Mengingat adanya berbagai faktor yang dapat
lamban dalam pencapaian MDGs (Millennium mempengaruhi keberdayaan kader KB, maka dalam
Development Goals) yang sekarang dilanjutkan oleh penelitian ini hanya difokuskan pada faktor pendidikan
Sustainable Development Goals (SDGs). Keterlambatan dan latihan, akses informasi dan norma subyektif.
pencapaian ini, dikarenakan tingginya angka kematian
ibu (AKI). AKI pada tahun 2012 mencapai 359/100.000 METODE
kelahiran hidup, dan pada tahun 2015 sebesar
305/100.000 kelahiran hidup (BPS, 2015). Desain penelitian adalah analitik observasional
Khusus di Kabupaten Klaten, kepesertaan tipe korelasional dengan pendekatan survei. Penelitian
akseptor KB yang tersebar di 34 kecamatan sebagai ini dilakukan di wilayah Kabupaten Klaten pada tahun
berikut: Pasangan Usia Subur (PUS) unmet need 2019. Populasi penelitian adalah kader KB di wilayah
10,13%, PUS bukan peserta KB 21,29% dari jumlah Kecamatan Prambanan, Manisrenggo, Karangnongko.
PUS 201.950. Peserta KB aktif berhasil dibina sebanyak Klaten Selatan, Klaten Utara, Jatinom, Kebonarum,
158.943 (78,70%) akseptor. Peserta KB aktif awal tahun Kemalang, Tulung, Karanganom, Bayat, Delanggu,
sebanyak 142.048 (70,39%) akseptor, tambahan peserta Juwiring dan Ceper. Jumlah populasi sebanyak 401
KB aktif sebanyak 16.895 (8,37%) akseptor. Peserta kader. Jumlah sampel penelitian sebanyak 220 kader
baru sebanyak 26.481 (13,11%) akseptor dan peserta KB. Teknik sampling menggunakan proportional
Drop Out sebanyak 9.586 (4,75% akseptor. Artinya cluster random sampling. Teknik analisis data
jumlah akseptor KB aktif masih rendah, memerlukan menggunakan analisis jalur.
sebuah penggugah kesadaran untuk mengikuti program Instrumen penelitian berupa kuesioner yang
KB guna meningkatkan tingkat kesejahteraan keluarga disusun berdasarkan konstruk, variabel dan indikator
yang terwujud dalam Norma Keluarga Kecil Bahagia yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil uji validitas
Sejahtera (sekarang: keluarga berkualitas) (Profil kuesioner dengan 30 responden, diketahui bahwa
BKKBN Klaten, 2016). seluruh item (12 item) kuesioner pendidikan dan latihan
Peran kader KB yang tersebar di setiap kader adalah valid, dengan nilai corrected item-total
desa/kelurahan sangat menentukan kesuksesan program correlation berkisar antara 0,403 sampai dengan 0,796.
KB. Kader KB merupakan motivator dan perekrut Sebanyak 10 item (dari 12 item) kuesioner akses
akseptor KB yang sangat efektif. Kader KB merupakan informasi dinyatakan valid, dengan nilai corrected item-
anggota masyarakat yang bekerja secara sukarela dalam total correlation berkisar antara 0,399 sampai dengan
mensukseskan program KB. Peran kader KB meliputi 0,876. Seluruh item (8 item) kuesioner norma subyektif
mensosialisasikan program KB, mengajak, memotivasi, dinyatakan valid, dengan nilai corrected item-total
merekrut pasangan usia subur menjadi peserta KB aktif. correlation berkisar antara 0,502 sampai dengan 0,764.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan Sebanyak 14 item (dari 16 item) kuesioner keberdayaan
pemberdayaan kader KB dalam meningkatkan perannya kader KB dinyatakan valid, dengan nilai corrected item-
dalam program KB. total correlation berkisar antara 0,416 sampai dengan
Pada setiap daerah, pemberdayaan kader KB 0,907. Selanjutnya keempat kuesioner dinyatakan
tersebut perlu terus digalakkan karena pada saat ini reliabel, karena memiliki nilai Cronbach’s Alpha 0,923
daerah telah diberikan otonomi untuk mengatur

Page | 2
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

(pendidikan dan latihan); 0,876 (akses informasi); 0,893 Sb = standar error untuk b
(norma subyektif); dan 0,921 (keberdayaan kader KB).
Berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh nilai
HASIL DAN PEMBAHASAN z yaitu 0,2305 > 1,96 (pada taraf signifikansi 0,05), maka
dapat disimpulkan bahwa Norma Subyektif mampu
1. Hubungan Pendidikan dan Latihan Kader, Norma memediasi pengaruh Diklat terhadap Keberdayaan
Subyektif, dan Keberdayaan Kader KB Kader KB.
Berdasarkan analisis diketahui bahwa model Pengaruh langsung diklat terhadap
hubungan antara Diklat, Norma Subyektif, Keberdayaan Keberdayaan Kader KB tidak signifikan, karena hasil uji
Kader KB dan residual (variabel lain) dapat digambarkan t sebesar 0,624 dengan signifikansi 0,534 > 0,05. Hal ini
sebagai berikut ini. terjadi karena pelaksanaan diklat bagi kader KB tidak
dilaksanakan secara optimal, sehingga kader kurang
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang
Residu memadai untuk melaksanakan fungsi dan tugasnya
sebagai kader KB. Namun demikian, pengaruh secara
langsung terhadap Norma Subyektif adalah signifikan,
ρ = 0,989 karena hasil uji t sebesar 2,219 dengan signifikansi
0,028 < 0,05. Ini terjadi karena, melalui diklat para kader
mendapatkan pencerahan baru untuk merubah
ρ = 0,149 Norma
keyakinan, sikap dan perilakunya terhadap program KB,
Subyektif ρ = 0,460 sehingga norma-norma yang diyakini secara subyektif
yang semula kurang peduli terdapat program KB dapat
berubah menjadi bersikap peduli terhadap program KB.
Diklat Keberdayaan Selanjutnya, norma subyektif ini dapat meningkatkan
keberdayaan Kader KB. Hal ini dibuktikan dari hasil uji
Kader KB
ρ = 0,026 t sebesar 7,573 dengan signifikansi 0,000 < 0,05 yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh Norma Subyektif
ρ = 0,889 terhadap Keberdayaan Kader KB.
Subjective norms merupakan faktor sosial yang
Residu mempengaruhi seseorang untuk berperilaku. Seseorang
akan memiliki keinginan terhadap suatu obyek atau
perilaku seandainya ia terpengaruh oleh orang-orang di
Gambar 1 sekitarnya untuk melakukannya atau ia meyakini bahwa
Model Hubungan antara Diklat, Norma Subyektif dan lingkungan atau orang-orang di sekitarnya mendukung
terhadap apa yang ia lakukan. Kontrol perilaku yang
Keberdayaan Kader KB
dipersepsikan berkaitan dengan sumberdaya-
Pada gambar 1 terlihat bahwa pengaruh sumberdaya yang dimiliki dan kesempatan yang ada
langsung Diklat terhadap Keberdayaan Kader KB untuk melakukan sesuatu (Tan dan Thomson, 2000).
sebesar 0,026, sedangkan pengaruh Diklat terhadap Oleh karena itu, seorang kader yang menyakini bahwa
Keberdayaan Kader KB yang dimediasi oleh Norma orang-orang sekitar atau lingkungan mendukung
Subyektif adalah 0,149 + 0,460 = 0,230. Jadi besarnya terhadap apa yang dilakukannya, maka kader tersebut
pengaruh Diklat terhadap Keberdayaan Kader KB yang akan mampu menunjukkan keberdayaannya sebagai
dimediasi oleh Norma Subyektif lebih besar dibanding seorang kader KB.
dengan pengaruh langsung Diklat terhadap Keberdayaan Hubungan pendidikan dan latihan dengan
Kader KB. norma subyektif adalah erat dalam rangka meningkatkan
Pengujian signifikansi pengaruh indirect effect keberdayaan kader KB, karena norma subyektif dapat
Diklat terhadap Keberdayaan Kader KB yang dimediasi dipengaruhi oleh pendidikan dan latihan kerja yang
oleh Norma Subyektif dapat dihitung dengan rumus z- pernah diberikan kepada kader KB. Hal ini sejalan
statistic yang dikembangkan Sobel (1982) dalam Latan dengan hasil penelitian Ratnasari dan Sunuharyo (2018),
dan Temalagi (2013) sebagai berikut ini. Muslikh dan Nugraha (2014), Khamis dan Njau (2016),
Asnani, dkk (2016), Trawardani, dkk (2015) yang
 menyimpulkan bahwa variabel yang berhubungan
 dengan kinerja kader posyandu adalah pendidikan dan
        
  
pelatihan. Hasil penelitian Noorlena dkk (2014)
Keterangan:
menyimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara
a = koefisien jalur untuk a
pendidikan, pengetahuan, lama menjadi kader, dan
b = koefisien jalur untuk b
Sa = standar error untuk a

Page | 3
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

pekerjaan dengan keaktifan Kader dalam Pelaksanaan hubungan antara akses informasi dengan norma
Kelurahan Siaga. subyektif kader KB memiliki hubungan yang erat,
karena akses informasi dapat meningkatkan kemampuan
2. Hubungan Akses Informasi, Norma Subyektif, dan dan pemahaman kader dan selanjutnya dapat
Keberdayaan Kader KB mempengaruhi norma subyektif kader KB.
Berdasarkan analisis diketahui bahwa model Rothman (1987, dalam Sulaemen dkk, 2015)
hubungan antara Akses Informasi, Norma Subyektif, menjelaskan bahwa peran akses informasi kesehatan
Keberdayaan Kader KB dan residual (variabel lain) meliputi pengetahuan tentang kesehatan dan perawatan
dapat digambarkan sebagai berikut ini. kesehatan, kemampuan untuk menemukan, memahami,
menginterpretasikan dan mengkomunikasikan informasi
Residu kesehatan, kemampuan untuk meminta perawatan
kesehatan yang tepat dan membuat keputusan kesehatan
secara kritis. Hasil penelitian Sulaeman dkk (2015)
ρ = 0,983 menjelaskan bahwa peran akses informasi kesehatan
adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
Norma kesehatan, mengambil keputusan, dan meminta
ρ = 0,182
Subyektif ρ = 0,435 pelayanan kesehatan. Akses informasi kesehatan
diperoleh masyarakat dari petugas puskesmas dan media
massa seperti televisi dan radio. Melalui sumber
Akses Informasi Keberdayaan informasi tersebut, masyarakat memperoleh
Kader KB pengetahuan tentang cara hidup sehat, cara merawat
ρ = 0,120 kesehatan perorangan, cara menjaga kebersihan
ρ = 0,882 lingkungan, cara merawat kehamilan, cara merawat bayi,
dan sebagainya. Mudahnya akses informasi yang
Residu diperoleh masyarakat akan meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat.
Gambar 2
Model Hubungan antara Akses Informasi, Norma
Subyektif dan Keberdayaan Kader KB KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada gambar 2 terlihat bahwa pengaruh Berdasarkan hasil penelitian dapat
langsung Akses Informasi terhadap Keberdayaan Kader disimpulkan: (1) Diklat tidak berpengaruh secara
KB sebesar 0,120, sedangkan pengaruh Akses Informasi langsung terhadap Keberdayaan Kader KB; (2) Akses
terhadap Keberdayaan Kader KB yang dimediasi oleh Informasi berpengaruh langsung terhadap Keberdayaan
Norma Subyektif adalah 0,182 + 0,435 = 0,617. Jadi Kader KB; (3) Diklat berpengaruh langsung terhadap
besarnya pengaruh Akses Informasi terhadap Norma Subyektif; (4) Akses Informasi berpengaruh
Keberdayaan Kader KB yang dimediasi oleh Norma langsung terhadap Norma Subyektif; (5) Norma
Subyektif lebih besar dibanding dengan pengaruh Subyektif berpengaruh langsung terhadap Keberdayaan
langsung Akses Informasi terhadap Keberdayaan Kader Kader KB; (6) Norma Subyektif mampu memediasi
KB. Berdasarkan perhitungan z-statistic diperoleh nilai pengaruh Diklat terhadap Keberdayaan Kader KB; (7)
z yaitu 2,007 > 1,96 (pada taraf signifikansi 0,05), maka Norma Subyektif mampu memediasi pengaruh Akses
dapat disimpulkan bahwa Norma Subyektif mampu Informasi terhadap Keberdayaan Kader KB.
memediasi pengaruh Akses Informasi terhadap Berkaitan dengan kesimpulan di atas, ada beberapa
Keberdayaan Kader KB. saran yang dapat diajukan, yaitu: (1) Pemerintah Daerah,
Pengaruh langsung Akses Informasi terhadap dalam hal ini petugas kesehatan Puskesmas (Bidan
Keberdayaan Kader KB adalah signifikan dengan hasil Desa), dalam memberikan diklat bagi kader KB jangan
uji t sebesar 3,000 dan signifikansi 0,003 < 0,05. Hal ini hanya terkesan formalitas belaka, tetapi harus
terjadi karena di era globalisasi seperti sekarang ini, para menggunakan strategi dan metode diklat yang inovatif,
kader KB mendapatkan kemudahan untuk mengakses materi diklat disesuaikan kebutuhan kader, dan waktu
informasi yang tersedia di internet. Pada umumnya para penyelenggaraan diklat harus menyesuaikan waktu
kader KB telah memiliki handphone yang dapat longgar kader; (2) Peneliti selanjutnya diharapkan
digunakan untuk mendapatkan informasi yang menambahkan variabel lain dalam model penelitian.
dibutuhkan dalam rangka mendukung tugasnya sebagai
kader KB. REFERENSI
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
Akses Informasi berpengaruh langsung terhadap Norma Ajzen, Icek. (2005). Attitude, Personality, and Behavior
Subyektif, karena hasil uji t sebesar 2,729 dengan second edition. USA: Open University Press.
signifikansi 0,007 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa

Page | 4
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Asnani, Mattalatta, dan Gunawan, (2016). Analisis Notoatmodjo, S. (2013). Promosi Kesehatan dan Ilmu
Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan, Kompensasi, Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pranarka, A.M.W. dan V. Moeljarto. (2016).
pada Sekretariat Daerah Kabupaten Soppeng. Jurnal Pemberdayaan: Konsep dan Implementasi. Jakarta:
Mirai Management, Volume 1 Nomor 2, Oktober CSIS.
2016:1-27. Ratnasari,M.D. dan B.S. Sunuharyo. (2018). Pengaruh
BPS. (2015). Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) Pendidikan Dan Pelatihan Terhadap Kinerja
Tahun 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Karyawan Melalui Variabel Mediator Kemampuan
BKKBN. (2016). Profil Badan Kesejahteraan Keluarga Kerja Karyawan (Studi Pada Karyawan PT
Berencana Nasional (BKKBN) Kabupaten Klaten. Petrokimia Gresik), Jurnal Administrasi Bisnis
Klaten: BKKBN. (JAB), Vol. 58 No.1 Mei 2018: 210-218.
DeBate, R., Plescia, M. (2005). I Could Live Other Rehn NS, Ovretveit J, Laamanen R, Suominen S, Sundel
Places, But This is Where I Want To Be: Support for J, Brommels M. (2016). Determinants of health
Natural Helper Initiaties. International Quarterly of promotion action: comparative analysis of local
Community Health Education; 23 (4), 327-339. voluntary associations in four municipalities in
Ife, J.W., (2015). Community Development: Creating Finland. Health Promotion International. New York:
Community Alternatives-vision,Analysiis and Palgrave MacMillan.
Practice. Melbourne: Longman. Sastropoetro, S. (2013). Partisipasi, Komunikasi,
Kadir H.A., Yusuf D., Rajindra, Marwana, Mutmainnah. Persuasi dan Disiplin dalam Pembangunan.
(2018). Kinerja Petugas Lapangan Keluarga Bandung: Alumni.
Berencana, Jurnal Sinar Manajemen, Vol 5, No 1, Scott V.K, L.B. Gottschalk, K.Q. Wright, C.Twose,
2018. M.A. Bohren, M.E. Schmitt, and N. Ortayli, (2015).
Khamis K. and B. Njau, (2016). Health care worker’s Community Health Workers’ Provision of Family
perception about the quality of health care at the Planning Services in Low- and Middle-Income
outpatient department in Mwananyamala Hospital in Countries: A Systematic Review of Effectiveness,
Dar es Salaam, Tanzania, Tanzania Journal of Studies in Family Planning 2015; 46[3]: 241–261.
Health Research, Volume 18, Number 1, January Setyowati, E., Arsiyah, A.R.U. Balahmar. (2016). Peran
2016. Petugas Lapangan Keluarga Berencana Dan
Kusmiati, D. (2010). Dasar-Dasar Perilaku. Jakarta: Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa Dalam
Depkes RI Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. Mensosialisasikan Alat Kontrasepsi (Studi Di Desa
Latan, H. dan S. Temalagi. 2013. Analisis Multivariate: Kebonagung Kecamatan Sukodono Kabupaten
Teknik dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta. Sidoarjo), JKMP (ISSN. 2338-445X dan E-ISSN.
Mardikanto T. (2010). Model-model Pemberdayaan 2527 9246), Vol. 4, No. 2, September 2016, 117-234
Masyarakat. 1st ed. Surakarta: Kerjasama Fakultas Soekanto, Soerjono. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar.
Pertanian UNS dengan UPT Penerbitan dan Jakarta: Rajawali Press.
Percetakan UNS (UNS Press). Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung:
Mikkelsen, Britha. (2015). Metode Partisipatoris dan Alfabeta.
Upaya Pemberdayaan Lapangan. Jakarta: Yayasan Suharto, Edi. (2010). Membangun Masyarakat
Obor Indonesia. Memberdayakan Rakyat. Cet. Ke- IV. Bandung: PT
Murti, Bishma. (2017). Prinsip dan Metode Riset Refika Aditama.
Epidemiologi. Surakarta: Program Studi Ilmu Sulaeman, Endang Sutisna. (2018). Pembelajaran Model
Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana, dan Teori Perilaku Kesehatan: Konsep dan Aplikasi.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta: UNS Press.
Muslikh, I. dan Ch. A. Nugraha. (2014). Analisis ________ (2015). Model Pemberdayaan Masyarakat
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Bidang Kesehatan: Studi Program Desa Siaga.
Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa Surakarta: UNS Press.
(PPKBD) Dalam Pencapaian Keberhasilan Keluarga Surjono, A. dan T. Nugroho, (2013). Paradigma, Model,
Berencana (KB) Pria Di Kabupaten Pemalang, Media Pendekatan Pembangunan, dan Pemberdayaan
Ekonomi Dan Manajemen Vol. 29 No. 2 Juli 2014. Masyarakat di Era Otonomi Daerah. Malang:
Ndraha, Taldzuhuh, (2011). Pembangunan Masyarakat, Bayumedia Publishing.
Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Tessaro, I.A., Taylor, S., Belton, L., Campbell, M.K.,
Jakarta: Dian Aksara. Benedict, S., Kelsey, K. (2000). Adapting a Natural
Norlena, V. K. Dewi, Suhrawardi, (2014). Faktor-Faktor (Lay) Helpers Model of Change for Worksite Health
Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Kader Dalam Promotion for Women. Health Educ Res; 15 (5): 603-
Pelaksanaan Kelurahan Siaga Di Kota Banjarmasin 614.
Tahun 2013, Jurnal Skala Kesehatan Volume 5 No. 1 Trawardani, I.B., A. Prasetya, Y. Mayowan (2015).
Tahun 2014. Pengaruh Pelatihan Terhadap Kemampuan Kerja

Page | 5
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Yang Berdampak Pada Kinerja Karyawan (Studi


Pada Karyawan PT Bank Rakyat Indonesia (Pesero)
Tbk Cabang Lumajang), Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB), Vol. 29 No. 1 Desember 2015:51-58.
Usman, Sunyoto. (2008). Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Weidert K., A. Gessessew, S. Bell, H. Godefay, and N.
Prata, (2017). Community Health Workers as Social
Marketers of Injectable Contraceptives: A Case
Study from Ethiopia, Global Health: Science and
Practice 2017, Volume 5, Number 1.
Widarjono, Agus. (2015). Analisis Multivariat Terapan:
Dengan Program SPSS, AMOS, dan SmartPLS.
Yogyakarta: UUP STIM YKPN.
Widayanti, Sri. (2012). Pemberdayaan Masyarakat:
Pendekatan Teoritis, Jurnal Ilmu Kesejahteraan
Sosial, Vol. 1, No. 1, Januari-Juni 2012.
.

Page | 6
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022 pp 7-12

POLTEKKES UMMI KHASANAH p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027

Konseling Menyusui Eksklusif on Demand Terhadap Involusi


Uteri pada Akseptor IUD Post Plasenta

Indah Purnamasari1*, Lia Ayu Kusumawardani2*


1, 2 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Guna Bangsa, DI Yogyakarta, Indonesia
*indahpurnamasari30912@gmail.com, lia.ak@gunabangsa.ac.id

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article history: Latar Belakang: Konseling yang diberikan tenaga kesehatan kepada akseptor KB IUD
mengenai ASI on demand dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku akseptor
Received February 17,2022 KB IUD terhadap pemberian ASI eksklusif on demand. Penelitian ini bertujuan mengetahui
Accepted February 26, 2022 pengaruh konseling tentang menyusui on demand terhadap involusi uteri pada akseptor
Published February 26, 2022 IUD post plasenta. Metodequasi eksperimental dengan desain penelitian static group
comparison. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang menggunakan IUD post
plasenta berjumlah 51 orang. Teknik pengambian sampel purposive sampling. Instrumen
Kata Kunci: yang digunakan adalah kuesioner, modul dan leaflet menyusui ASI on demand. Analisis
data menggunakan uji anova dan ancova. Hasil: rata-rata TFU pada akseptor IUD post
Konseling plasenta pada kelompok intervensi konseling adalah 8,39, rata-rata TFU kelompok control
Menyusui on Demand leaflet 8,03 dan rata-rata TFU kelompok tanpa perlakuan 7,92. Hasil uji anoca didapatkan
Involusi Uteri nilai p-value 0,002 < 0,05. Kesimpulannya ada pengaruh konseling tentang menyusui on
IUD Post Plasenta demand terhadap involusi uteri pada akseptor IUD post plasenta. Kesimpulan: Ada
perbedaan involusi uteri pada kelompok konseling, leaflet dan tanpa perlakuan pada
akseptor IUD post plasenta. Ada perbedaan involusi uteri pada kelompok konseling, leaflet
dan tanpa perlakuan dengan kovarian pengetahuan, sikap dan perilaku pada akseptor IUD
post plasenta.

ABSTRACT
Exclusive Breastfeeding Counseling on Demand Against Uterine Involution in Post
Placenta IUD Acceptors

Key words: Background: Counseling given by health workers to IUD family planning acceptors
regarding breastfeeding on demand can affect the knowledge, attitudes and behavior of
Counseling IUD family planning acceptors towards exclusive breastfeeding on demand. This study
On Demand Breasfeeding aims to determine the effect of counseling on breastfeeding on demand on uterine
Involutary Utery involution in post-placental IUD acceptors.methodQuasi experimentalThe population in
IUD Post Plasenta this study were all 51 mothers who used a post-placental IUD. The sampling technique is
purposive sampling. The instruments used were questionnaires, modules and leaflets for
breastfeeding on demand. Data analysis used ANOVA and ANOVA tests. Results: the
DOI: average TFU of postplacental IUD acceptors in the counseling intervention group was
https://10.48092/jik.v8i2.167 8.39, the average TFU of the leaflet control group was 8.03 and the average TFU of the
untreated group was 7.92. Anoca test results obtained p-value 0.002 <0.05. In conclusion,
there is an effect of counseling about breastfeeding on demand on uterine involution in
post-placental IUD acceptors. Conclusion: There were differences in uterine involution in
the counseling, leaflet and untreated groups on post-placental IUD acceptors. There were
differences in uterine involution in the counseling, leaflet and untreated groups with
covariance of knowledge, attitude and behavior in post-placental IUD acceptors.

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Page | 7
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
PENDAHULUAN banyak dan berbau, dan tidak jarang terdapat pula
perdarahan (Prawirohardjo, 2010).
Selama kurun waktu 25 tahun yaitu 1990 sampai Salah satu cara untuk menunda kehamilan dan
dengan 2015, WHO memperkirakan 10,7 juta perempuan menekan angka pertumbuhan penduduk yakni melalui
telah meninggal karena melahirkan. Pada tahun 2015, program Keluarga Berencana (KB) (BPS, 2016). Program
sebanyak 303.000 kematian ibu terjadi di seluruh dunia. KB memiliki peranan dalam menurunkan resiko kematian
Kematian wanita usia subur di negara miskin diperkirakan ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia
sekitar 25-50% penyebabnya adalah masalah kesehatan, kehamilan serta mejarangkan kehamilan dengan sasaran
persalinan, dan nifas. AKI masih merupakan masalah utama adalah ibu nifas. Program KB yang paling efektif
kesehatan yang serius di negara berkembang. Menurut adalah kontrasepsi IUD post plasenta (BKKBN, 2013).
laporan World Health Organization (WHO), tahun 2014 Meskipun sudah ada berbagai cara baik secara
beberapa negara memiliki AKI cukup tinggi seperti Afrika global maupun nasional, upaya untuk meningkatkan
Sub-Saharan 179.000 jiwa, Asia Selatan 69.000 jiwa, dan kesehatan ibu salah satunya dengan cara penggunan alat
Asia Tenggara 16.000 jiwa (WHO, 2015). kontrasepsi jangka panjang seperti IUD post plasenta, tetapi
Angka kematian ibu di negara-negara Asia mortalitas pada ibu masih menjadi perhatian yang utama.
Tenggara urutan pertama ditempat oleh Laos dengan angka Saat ini semakin tinggi resiko kehamilan yang tidak
kematian 357 per 100 ribu. Bila dibandingkan dengan diinginkan yaitu 35% di seluruh dunia, dengan alat
tetangga terdekat, yaitu Singapura dan Malaysia, jumlah kontrasepsi mampu menurunkan 20-35% kematian
kematian ibu melahirkan di Indonesia masih sangat besar. maternal (Machiyama, Kazuyo and John, 2014). Setelah
Singapura pada tahun 2015 memiliki angka kematian ibu melahirkan perempuan membutuhkan kontrasepsi yang
melahirkan tujuh per 100 ribu, dan Malaysia di angka 24 per efektif dan efisien yang aman digunakan dalam waktu yang
100 ribu (Marzuki, 2018). Angka kematian ibu di Indonesia cukup lama seperti IUD, sebuah penelitian mengevaluasi
belum mencapai target yang telah ditentukan oleh bahwa kontrasepsi yang efektif bagi perempuan setelah
pemerintah. Berdasarkan data SDKI (2012) angka kematian melahirkan yaitu menggunakan IUD (Kittur, 2012).
ibu mencapai 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran Upaya untuk mengendalikan involusi post partum,
hidup. Data (BPS, 2016) ditinjau dari hasil SUPAS 2015 pemerintah mengeluarkan program dan kebijakan teknis,
angka kematian ibu di Indonesia mengalami penurunan yaitu setidaknya dilakukan 4x kunjungan masa nifas untuk
yaitu 346 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. menilai status ibu dan BBL, dan untuk mencegah,
Jumlah kematian ibu di DIY tahun 2014 (40 ibu) mendeteksi menangani masalah-masalah yang terjadi, salah
mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2013 (46 satunya masalah yang dipantau pada ibu nifas (KF) adalah
ibu). Pada tahun 2015 penurunan jumlah kematian ibu involusi uteri. Diantara program dan kebijakan adalah
sangat siknifikan hingga menjadi sebesar 29 kasus. Namun senam nifas, peningkatan gizi ibu nifas, inisiasi menyusui
pada tahun 2016 kembali naik tajam menjadi 39 kasus dan dini (IMD) dan mobilisasi dini (Munayarokh, 2015).
kembali sedikit turun menjadi 34 pada tahun 2017. Kasus Konseling yang diberikan tenaga kesehatan
terbanyak terjadi di Kabupaten Gunung Kidul (12 kasus) kepada akseptor KB IUD mengenai ASI on demand dapat
dan terendah di Kabupaten Kulon Progo (3 kasus) (DIY, mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku akseptor
2017). KB IUD terhadap pemberian ASI eksklusif on demand.
Menurut Kemenkes RI (2014) penyebab kematian Penelitian yang dilakukan oleh Azzahra (2015) dan Yanti,
ibu langsung yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, dkk (2018) mengungkapkan bahwa konseling berpengaruh
infeksi, partus lama/macet, abortus, dan lain-lain. Penyebab terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang dimana
kematian ibu terbesar masih tetap sama yaitu perdarahan, peningkatan pengetahuan dan sikap secara signifi kan
sedangkan partus lama merupakan penyumbang kematian terjadi pada kelompok ibu yang mendapatkan konseling.
ibu terendah. Penyebab tidak langsung yang menyebabkan Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
kematian ibu, seperti pendidikan, sosial ekonomi, empat dilakukan di kabupaten Gunung kidul didapatkan informasi
terlalu dan tiga terlambat. Berdasarkan uraian di atas dapat bahwa peserta IUD masih tergolong rendah yaitu 51,26%
disimpulkan bahwa tingginya angka kematian ibu akibat lebih rendah dibandingkan kabupaten lain di wilayah DIY.
penyebab langsung maupun penyebab lain atau tidak Data 3 bulan terakhir yaitu bulan Oktober sampai dengan
langsung menuntut peran besar tenaga kesehatan dalam bulan Desember 2018 diketahui rata-rata jumlah akseptor
menangani penyebab tersebut sehingga dapat tedeteksi IUD adalah 30 orang dengan rincian rata-rata di Puskesmas
secara dini dan dapat menyelamatkan ibu maupun bayinya. Pathuk 1 sebanyak 5 orang, Puskesmas Nglipar 1 sebanyak
Salah satu penyebab terjadinya perdarahan pasca 5 orang, Puskesmas Playen 1 sebanyak 5 orang, Puskesmas
post partum adalah subinvolusi. Penyebab subinvolusi atau Wonosari 1 sebanyak 5 orang, Puskesmas Semin 1 dan
kegagalan rahim untuk kembali ke keadaan semula seperti Puskesmas Ponjong 1 sebanyak 5 orang.
keadaan tidak hamil adalah adanya infeksi dan sisa plasenta Hasil wawancara dengan 10 orang akseptor KB
(Sunarsih, 2013). Subinvolusi merupakan salah satu IUD yang kunjungan, didapatkan informasi bahwa 7 orang
penyebab terjadinya perdarahan postpartum yang (70%) melakukan IMD namun tidak menyusui on demand
merupakan penyebab tertinggi kematian ibu (Saleha, 2013). dan 3 orang lainnya melakukan IMD dan menyusui on
Subinvolusi uterus terjadi karena adanya sisa demand. Akseptor IUD tersebut, dari 10 orang, 6 orang
plasenta dan infeksi (Sunarsih, 2013). Subinvolusi uterus (60%) mengalami subinvolusi uteri sehingga mengalami
menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga perdarahan lebih lama dan 4 orang lainnya (40%) tidak
pembuluh darah yang lebar tidak menutup sempurna mengalami subinvolusi uteri.
sehingga pendarahan terjadi terus menerus. Pada
pemeriksaan bimanual di temukan uterus lebih besar dan
lebih lembek dari seharusnya, fundus masih tinggi, lochea
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh tangga (IRT) yaitu 11 orang (64,7%), berumur antara 25-30
konseling tentang menyusui on demand terhadap involusi tahun yaitu 12 orang (70,6%), multipara yaitu 11 orang
uteri pada akseptor IUD post plasenta. (64,7%) dan mempunyai penghasilan 1-2 juta yaitu 11
orang (64,7%). Sebagian besar kelompok kontrol
METODE berpendidikan SLTA yaitu 9 orang (52,9%), bekerja
sebagai ibu rumah tangga (IRT) yaitu 10 orang (58,8%),
Desain penelitian adalah quasi eksperimental berumur antara 25-30 tahun yaitu 12 orang (70,6%),
dengan desain penelitian static group comparison. primipara yaitu 10 orang (58,8%) dan mempunyai
Penelitian dilakukan di puskesmas wilayah Kabupaten penghasilan 1-2 juta yaitu 11 orang (64,7%). Sebagian besar
Gunungkidul pada bulan Agustus 2019. Populasi pada kelompok tanpa perlakuan berpendidikan PT yaitu 8 orang
penelitian ini adalah semua ibu yang menggunakan IUD (47,1%), bekerja swasta yaitu 8 orang (47,8%), berumur
post plasenta di kabupaten Gunungkidul berjumlah 51 antara 25-30 tahun dan berumur antara 36-40 tahun yaitu 5
orang. Teknik pengambian sampel purposive sampling. orang (29,4%), primipara yaitu 9 orang (52,9%) dan
Kriteria inklusi: Ibu post partum akseptor IUD, melakukan mempunyai penghasilan 1-2 juta yaitu 13 orang (76,5%).
IMD, mendapatkan ijin dari suami/keluarga, umur 25-45
tahun, tidak memiliki riwayat komplikasi kehamilan atau 2. Perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku
persalinan, persalinan normal. Kriteria eksklusi: dalam terhadap pemberian ASI on demand setelah
kegawatdaruratan dan tidak bersedia menjadi responden. diberikan konseling ASI eksklusif on demand
Variable bebas konseling dan variabel terikat involusi uteri.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, modul dan Tabel 2.
leaflet menyusui ASI on demand. Analisis data Perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap
menggunakan uji anova dan ancova. pemberian ASI on demand setelah diberikan konseling
ASI eksklusif on demand
HASIL DAN PEMBAHASAN Kelompok
Output p-
1. Karakteristik responden intervensi
Intervensi Kontrol Tanpa
value
Karakteristik responden dalam penelitian ini (konseling) (leaflet) Perlakuan
meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, paritas dan Pengetahuan 9,65 + 0,493 8,94 + 7,94 + 0,000
penghasilan. Responden dalam penelitian ini 0,899 1,144
dikelompokkan menjadi 3 yaitu kelompok intervensi Sikap 4,71 + 0,588 4,00 + 3,12 + 0,000
1,000 1,495
yaitu kelompok yang diberi konseling tentang ASI on
Perilaku 14,00 + 13,82 + 12,76 + 0,042
demand, kelompok kontrol yaitu kelompok yang diberi 1,225 1,811 1,393
leaflet tentang ASI on demand dan kelompok yang tidak
diberi perlakuan. Deskripsi karakteristik responden Berdasarkan tabel 2. dapat diinterpretasikan bahwa
dapat diperlihatkan pada tabel berikut: rata-rata pengetahuan ibu tentang ASI on demand pada
Tabel 1. kelompok intervensi adalah 9,65 lebih tinggi dibandingkan
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden pada kelompok kontrol 8,94 dan pada kelompok tanpa
Tanpa
Intervensi Kontrol perlakuan 7,94. Hasil nilai p-value < 0,05 yang berarti ada
No. Karakteristik Perlakuan
f % f % f %
perbedaan pengetahuan ibu tentang ASI on demand setelah
1. Pendidikan
diberikan konseling ASI eksklusif on demand
a. SLTP 5 29,4 4 23,5 2 11,8 Hasil analisis sikap menunjukkan bahwa rata-rata
b. SLTA 11 64,7 9 52,9 7 41,2 sikap ibu terhadap ASI on demand pada kelompok
c. PT 1 5,9 4 23,5 8 47,1 intervensi adalah 4,71 lebih tinggi dibandingkan pada
2. Pekerjaan kelompok kontrol 4,000 dan pada kelompok tanpa
a. IRT 11 64,7 10 58,8 7 41,2 perlakuan 3,12. Hasil nilai p-value < 0,05 yang berarti ada
b. Karyawan 4 23,5 7 41,2 9 52,9 perbedaan sikap ibu terhadap ASI on demand setelah
c. Wiraswasta 2 11,8 1 5,9 diberikan konseling ASI eksklusif on demand
3. Umur Hasil analisis penghasilan menunjukkan bahwa rata-
a. 25-30 tahun 12 70,6 12 70,6 4 23,5 rata perilaku ibu terhadap ASI on demand pada kelompok
b. 31-35 tahun 4 23,5 4 23,5 5 29,4 intervensi adalah 14,00 pada kelompok kontrol 13,82 dan
c. 36-40 tahun 1 5,9 1 5,9 5 29,4 pada kelompok tanpa perlakuan 12,76. Hasil nilai p-value <
d. 41-45 tahun 3 17,6 0,05 yang berarti ada perbedaan perilaku ibu terhadap ASI
4. Paritas on demand setelah diberikan konseling ASI eksklusif on
a. Primipara 6 35,3 10 58,8 9 52,9 demand
b. Multipara 11 64,7 7 41,2 8 47,1 Berdasarkan tabel 2. dapat disimpulkan bahwa ada
5. Penghasilan perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku akseptor IUD
a. 1-2 juta 11 64,7 11 64,7 13 76,5 post plasenta tentang ASI on demand setelah diberikan
b. > 2 juta 6 35,3 6 35,3 4 23,5 konseling ASI eksklusif on demand

Berdasarkan tabel 1. diketahui bahwa dari 17


orang, sebagian besar kelompok intervensi berpendidikan
SLTA yaitu 11 orang (64,7%), bekerja sebagai ibu rumah
Page | 8
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
3. Perbedaan Involusi Uteri Pada Akseptor IUD Post Tabel 5
Plasenta setelah diberikan konseling ASI eksklusif Perbedaan Involusi Uteri Pada Kelompok
on demand Konseling, Leaflet Dan Tanpa Perlakuan Dengan Kovarian
Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Pada Akseptor IUD Post
Tabel 3. Plasenta
Perbedaan Involusi Uteri Pada Akseptor IUD Post Plasenta
setelah diberikan konseling ASI eksklusif on demand Mean 95% Confidence
(I) Differe Interval
Konseling (J) kelompok Sig.
Kelompok kelompok nce Lower Upper
p- (I-J)
Observasi Intervensi Kontrol Tanpa Bound Bound
value
(konselin) (leaflet) Perlakuan pengetahuan intervensi kontrol 0,706* 0,025 0,09 1,32
TFU Mean 8,39 + 8,03 + 7,92 + 0,002 ASI intervensi tanpa perlakuan 1,706* 0,000 1,09 2,32
+SD 0,395 0,330 0,425
kontrol tanpa perlakuan 1,000* 0,002 0,39 1,61
Berdasarkan tabel 3. dapat diinterpretasikan bahwa sikap ASI intervensi kontrol 0,706 0,066 -0,05 1,46
rata-rata TFU pada akseptor IUD post plasenta pada intervensi tanpa perlakuan 1,588* 0,000 0,83 2,34
kelompok intervensi adalah 8,39 lebih tinggi dibandingkan kontrol tanpa perlakuan 0,882* 0,023 0,13 1,64
pada kelompok kontrol 8,03 dan pada kelompok tanpa perilaku ASI intervensi kontrol 0,176 0,733 -0,86 1,21
perlakuan 7,92. Hasil nilai p-value < 0,05 yang berarti ada intervensi tanpa perlakuan 1,235* 0,020 0,20 2,27
Perbedaan Involusi Uteri Pada Akseptor IUD Post Plasenta kontrol tanpa perlakuan 1,059* 0,045 0,03 2,09
setelah diberikan konseling ASI eksklusif on demand.
Berdasarkan tabel 5., dapat diinterpretasikan
Selanjutnya untuk mengetahui kelompok mana yang
sebagai berikut:
paling besar perbedaannya dilanjutkan dengan uji post hock
Berdasarkan pengetahuan, TFU antara kelompok
atau uji Least Significant Differences (LSD) yang hasilnya
intervensi dengan kelompok kontrol terdapat beda rata-rata
adalah sebagai berikut:
0,706 dengan signifikansi 0,025. TFU antara kelompok
intervensi dengan kelompok tanpa perlakuan terdapat beda
Tabel 4
rata-rata 1,706 dengan signifikansi 0,000. TFU antara
Perbedaan Involusi Uteri Pada Kelompok Konseling,
kelompok kontrol dengan kelompok tanpa perlakuan
Leaflet Dan Tanpa Perlakuan Pada Akseptor IUD post
terdapat beda rata-rata 1,000 dengan signifikansi 0,002.
plasenta di wilayah Kabupaten Gunungkidul
Berdasarkan nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa secara signifikan perbedaan
(I) Mean pengetahuan tentang menyusui ASI on demand paling besar
(J) kelompok P value
kelompok Difference (I-J) antara kelompok intervensi, dan kelompok tanpa perlakuan.
intervensi kontrol 0,353 0,010 Berdasarkan sikap, TFU antara kelompok intervensi
dengan kelompok kontrol terdapat beda rata-rata 0,706
tanpa perlakuan 0,471 0,001 dengan signifikansi 0,066. TFU antara kelompok intervensi
kontrol tanpa perlakuan 0,117 0,375 dengan kelompok tanpa perlakuan terdapat beda rata-rata
1,588 dengan signifikansi 0,000. TFU antara kelompok
Berdasarkan tabel 4. dapat diinterpretasikan bahwa kontrol dengan kelompok tanpa perlakuan terdapat beda
TFU antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol rata-rata 0,882 dengan signifikansi 0,023. Berdasarkan nilai
terdapat beda rata-rata 0,353 dengan signifikansi (p value) signifikansi maka dapat disimpulkan bahwa secara
0,010 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan perbedaan sikap terhadap menyusui on demand
yang signifikan antara involusi uteri pada kelompok paling besar antara kelompok intervensi dan kelompok
intervensi dengan kelompok kontrol. TFU antara kelompok tanpa perlakuan.
intervensi dengan kelompok tanpa perlakuan terdapat beda Berdasarkan perilaku, TFU antara kelompok
rata-rata 0,471 dengan signifikansi (p value) 0,001 sehingga intervensi dengan kelompok kontrol terdapat beda rata-rata
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan 0,176 dengan signifikansi 0,733. TFU antara kelompok
antara involusi uteri pada kelompok intervensi dengan intervensi dengan kelompok tanpa perlakuan terdapat beda
kelompok tanpa perlakuan. TFU antara kelompok kontrol rata-rata 1,235 dengan signifikansi 0,020. TFU antara
dengan kelompok tanpa perlakuan terdapat beda rata-rata kelompok kelompok kontrol dengan kelompok tanpa
0,117 dengan signifikansi (p value) 0,375 sehingga dapat perlakuan terdapat beda rata-rata 1,059 dengan signifikansi
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan 0,045. Berdasarkan nilai signifikansi maka dapat
antara involusi uteri pada kelompok kontrol dengan disimpulkan bahwa secara signifikan perbedaan perilaku
kelompok tanpa perlakuan. menyusui on demand paling besar antara kelompok
Selanjutnya untuk mengetahui variabel mana yang intervensi dengan kelompok tanpa perlakuan.
paling besar perbedaannya dilanjutkan dengan uji post hock Berdasarkan tabel 5 dapat disimpulkan bahwa ada
atau uji Least Significant Differences (LSD) yang hasilnya Perbedaan involusi uteri pada kelompok konseling, leaflet
adalah sebagai berikut: dan tanpa perlakuan dengan kovarian pengetahuan, sikap
dan perilaku pada akseptor IUD post plasenta

Page | 9
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

4. Analisis multivariat lebih baik dibandingkan responden yang tidak diberi


Tabel 6 perlakuan.
Hasil Uji Ancova pengaruh konseling tentang menyusui Pemberian informasi ASI on demand baik
on demand terhadap involusi uteri pada akseptor IUD melalui konseling maupun leaflet mempengaruhi
post plasenta pengetahuan, sikap dan perilaku menyusui on demand,
Mean dimana responden yang diberikan informasi tentang ASI
Sumber df Square F Sig. on demand memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku
Corrected Model 5 0,463 3,084 0,018 yang lebih baik dibandingkan responden yang tidak
Intercept 1 15,146 100,881 0,000 diberi perlakuan.
pengetahuan 1 0,029 0,193 0,663 Adanya pengaruh konseling menyusui on
demand terhadap involusi uteri akseptor IUD tentang
sikap 1 0,158 1,055 0,310
menyusui on dmeand menunjukkan adanya perubahan
perilaku 1 0,044 0,292 0,592
yang terjadi pada responden sebelum dan setelah
kelompok 2 0,895 5,958 0,005 dilakukan konseling menyusui on demand. Hasil
R Squared = .255 (Adjusted R Squared = .172) penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh (Astrina, 2010) menyatakan bahwa ada
Berdasarkan tabel 6. dapat diinterpretasikan pengaruh yang signifikan antara pemberian konseling
sebagai berikut: terhadap peningkatan tingkat pengetahuan (p<0,016).
1. Pada kolom Corrected Model didapatkan nilai mean Penelitian Sofiyana (2013) menunjukkan ada perbedaan
square 0,463 nilai F 3,084 dengan signifikansi (p antara pengetahuan dan sikap dan perilaku ibu sebelum
value) 0,018 lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dan setelah konseling dimana setelah konseling
disimpulkan bahwa secara simultan (bersama-sama) pengetahuan ibu meningkat sebesar 34,6%, sedangkan
variabel kelompok, pengetahuan, sikap dan perilaku sikap ibu meningkat sebesar 57,7%. Peningkatan
berpengaruh terhadap involusi uteri. perilaku ibu setelah konseling menjadi baik ditunjukkan
2. Pada kolom Interceps didapatkan nilai mean square sebagian besar ibu menerapkan anjuran yang diberikan
15.146 nilai F 100.881 dengan signifikansi (p value) oleh konselor.
0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat Penelitian ini didukung penelitian Afriani (2018)
disimpulkan bahwa nilai variabel dependen (involusi menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap memiliki
uteri) dapat berubah sebesar 0,463 meski tanpa pengaruh yang bermakna terhadap pemberian ASI secara
dipengaruhi keberadaan covariat dan peubah bebas on demand. Menurut Notoatmodjo (2015) pengetahuan
(variabel kelompok, pengetahuan, sikap dan merupakan factor dominan yang mempengaruhi perilaku
perilaku). seseorang, dimana seseorang akan berperilaku sesuai
3. Pada kolom pengetahuan didapatkan nilai mean dengan pengetahuan yang dimilikinya. Perilaku terjadi
square 0,029 nilai F 0,193 dengan signifikansi (p setelah adanya informasi yang diterima, dimana
value) 0,663 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat informasi tersebut akan mempengaruhi sikap. Sikap
disimpulkan bahwa pengetahuan tidak berpengaruh yang menerima informasi akan diwujudkan dalam
terhadap involusi uteri. perilaku.
4. Pada kolom sikap didapatkan nilai mean square 0,158 Notoatmodjo (2015) dalam teori HBM
nilai F 1,055 dengan signifikansi (p value) 0,310 menjelaskan perilaku sebagai hasil proses informasi
lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan rasional dan menekankan pada kognisi individu, model
bahwa sikap tidak berpengaruh terhadap involusi ini sering kali dipertimbangkan sebagai kerangka utama
uteri. dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan
5. Pada kolom perilaku didapatkan nilai mean square manusia. Individu akan mengambil tindakan untuk
0,044 nilai F 0,292 dengan signifikansi (p value) menghindarkan, memeriksa atau mengendalikan kondisi
0,592 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat kesehatan buruk jika mereka memandang rentan
disimpulkan bahwa perilaku tidak berpengaruh terhadap kondisi itu, jika mereka percaya bahwa
terhadap involusi uteri. tindakan tertentu yang tersedia akan menguntungkan
6. Nilai Adjusted R Squared 0,172 menunjukkan dalam mengurangi kerentanan atau keparahan kondisi,
besarnya pengaruh konseling terhadap involusi uteri dan jika mereka percaya bahwa hambatan yang
sebesar 17,2% sehingga ada faktor lain sebesar terantisipasi untuk mengambil tindakan
82,8% yang mempengaruhi involusi uteri. dipertimbangkan dengan keuntungan. HBM
Berdasarkan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa berhubungan dengan aspek kesehatan negatif yaitu
pemberian informasi ASI on demand baik melalui perilaku seseorang ketika terancam suatu penyakit.
konseling maupun leaflet mempengaruhi pengetahuan, Namun ada pula kemungkinan motivasi kesehatan
sikap dan perilaku menyusui on demand, dimana positif yang meliputi perilaku mau untuk berobat.
responden yang diberikan informasi tentang ASI on Perilaku adalah sebuah hasil dari sekumpulan persepsi,
demand memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku yang dan persepsi-persepsi ini memprediksi kemungkinan

Page | 10
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

seseorang akan berperilaku. Persepsi tersebut adalah dibandingkan dengan kelompok yang diberi konseling
persepsi seseorang terhadap kemudahan kemungkinan dan diberi leaflet.
terkena penyakit, persepsi seseorang terhadap benefits/
untung ruginya melakukan perilaku tersebut, persepsi KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
seseorang terhadap pembiayaan bila melakukan perilaku
tersebut dan tanda-tanda seseorang berperilaku/ Berdasarkan hasil penelitian dapat
bertindak. disimpulkan: terdapat pengaruh konseling tentang
Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan menyusui on demand terhadap involusi uteri pada
bahwa pemberian konseling terhadap akseptor KB IUD akseptor IUD post plasenta. Ada perbedaan involusi
post plasenta berpengaruh terhadap involusi uteri. uteri pada kelompok konseling, leaflet dan tanpa
Penelitian ini sesuai dengan penelitian (Berta, 2012) perlakuan pada akseptor IUD post plasenta. Ada
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh konseling perbedaan involusi uteri pada kelompok konseling,
terhadap sikap PUS dalam pemakaian alat kontrasepsi leaflet dan tanpa perlakuan dengan kovarian
IUD. Demikian juga dengan penelitian (Nurul, 2013) pengetahuan, sikap dan perilaku pada akseptor IUD post
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh konseling plasenta.
terhadap sikap PUS dalam pemakaian alat kontrasepsi
IUD. REFERENSI
Adanya perbedaan rata-rata TFU antara
kelompok intervensi, kelompok kontrol dan kelompok Astrina, K. M. (2010) Pengaruh Konseling
tanpa perlakuan disebabkan karena adanya perbedaan Terhadap Pengetahuan Dan Pemilihan Alat
pemahaman dan pengetahuan tentang ASI on demand
Kontrasepsi Oleh Akseptor Kb Di
sehingga berbeda pula dalam memberikan ASI pada
bayinya. Penelitian yang dilakukan Marati (2018) Lingkungan Ii Kelurahan Sumber Jaya
membuktikan bahwa ada hubungan yang antara Kecamatan Siantar Martoba
menyusui eksklusif dengan involusi uteri dimana Ibu Pematangsiantar Tahun 2010. Medan:
yang melaksanakan menyusui eksklusif mempunyai Universitas Sumatera Utara.
peluang 33 kali mengalami kontraksi uterus baik Berta (2012) Pengaruh Konseling Terhadap Sikap
dibandingkan ibu yang tidak melaksanakan menyusui
eksklusif Pus Dalam Pemakaian Alat Kontrasepsi
Proses menyusui membantu mempercepat IUD. Medan: Universitas Sumatera Utara.
pengembalian rahim kebentuk semula dan mengurangi BKKBN (2013) Laporan BKKBN tahun 2013.
perdarahan. Hal ini disebabkan adanya isapan bayi pada Jakarta: BKKBN.
payudara dilanjutkan melalui saraf ke kelenjar hipofise BKKBN (2018) International Conference on
di otak yang mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin
selain bekerja untuk mengkontraksi saluran ASI pada
Family Planning (ICFP), Kigali Convention
kelenjar air susu juga merangsang uterus untuk Centre. Jakarta: BKKBN.
berkontraksi sehingga mempercepat involusio uteri. BPS (2016) Potret Awal Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (Sustainable Development
Adanya perbedaan involusi uteri pada kelompok Goals) di Indonesia. Jakarta: BPS Pusat.
intervensi kelompok kontrol dan kelompok tanpa
DIY, P. (2017) Profil Kesehatan Provinsi Di
perlakuan yang disebabkan karena adanya perbedaan
pengetahuan, sikap dan perilaku menyusui on demand Yogyakarta Tahun 2017. Yogyakarta: Dinas
yang disebabkan adanya pebedaan perlakuan. Kesehatan.
Responden yang diberikan perlakuan konseling akan Kemenkes, RI. (2014) ‘PMK No.97 Tahun 2014
memiliki pengetahuan tinggi, sikap dan perilaku positif Tentang Pelayanan Kesehatan’, Artikel, p.
kemudian menyusui secara on demand sehingga [cited 2018 Jan 7]; p.3-8.
involusinya lebih cepat. Responden yang diberikan
leaflet akan memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku Kittur, S. (2012) ‘Enhancing contraceptive usage
sesuai dengan pemahamannya terhadap informasi yang by post-placental intrauterine contraceptive
diterima kemudian menerapkannya dalam perilaku devices (PPIUCD) insertion with evaluation
menyusui on demand sesuai dengan pemahamannya of safety, efficacy, and expulsion’,
sehingga involusi uteri yang dialaminya sesuai dengan International Journal of Reproduction,
intensitasnya menyusui on demand. Responden yang
Contraception, Obstetrics and Gynecology,
tidak diberikan perlakuan akan menyusui bayinya sesuai
naluri keibuannya tanpa memperhatikan kebutuhan 1(1), pp. 26–32.
bayinya sehingga involusi uterinya akan lebih lambat M. Somesh, S. Rupali, S. Swati, M. Jose, M. M.
(2014) ‘Invitro Comparative Study on

Page | 11
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Antimicrobial Activity of five Extract of Few


Citrus Fruit: Peel & Pulp vs Gentamicin’,
Australian Journal of Basic and Applied
Sciences, 9(1), pp. 165–173.
Machiyama, Kazuyo and John, C. (2014) ‘Unmet
Need for Family Planning in Ghana: The
Shifting Contributions of Lack of Access and
Attitudinal Resistance’, Studies in Family
Planning, 45(2), pp. 203–226.
Marzuki (2018) ASEAN StatisticalReport on
MillenniumDevelopment Goals 2017.
Jakarta.: The ASEAN Secretariat.
Munayarokh (2015) ‘Proses Involusio Uterus pada
Ibu yang Melaksanakan dan Tidak
Melaksanakan Senam Nifas di Bidan Praktek
Mandiri’, Jurnal Riset Kesehatan, 4(1).
Notoatmodjo, S. (2015) Ilmu Kesehatan
Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Prawirohardjo, S. (2010) Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan. Maternal dan
Neonata. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saleha, S. (2013) Asuhan Kebidanan 3. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sofiyana, D., (2013) Perbedaan Pengetahuan, Sikap
Dan Perilaku Ibu Sebelum Dan Setelah
Konseling Gizi Pada Balita Gizi Buruk,
Journal of Nutrition College, Volume 2,
Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 134-144 .
Online di : http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jnc
Sunarsih, V. N. L. D. & T. (2013) Asuhan
Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Medika
Salemba.
Wahyuningsih, E. and Sawitri, E. (2017) ‘Pengaruh
KB IUD Pasca Salin ( Intracaesarian Iud )
terhadap Proses Involusi Uteri pada Ibu
Nifas’, pp. 311–320.
WHO (2015) ‘Trends in Maternal Mortality: 1990
to 2015’, Geneva: WHO, UNICEF. UNFPA,
and The World Bank.

Page | 12
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
8 (2) Juni 2022 pp 13-16
JURNAL ILMU KEBIDANAN
POLTEKKES UMMI KHASANAH p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027

Hubungan Usia dan Kesiapan Ibu Hamil Trimester III dalam


Persiapan Persalinan di Puskesmas Srandakan Bantul,
Yogyakarta
Yuni Uswatun Khasanah1*
1Politeknik Kesehatan Ummi Khasanah, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia
*yunifindra@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article history: Latar Belakang: Kesiapan persalinan menjadi salah satu tolak ukur dalam keberhasilan
proses persalinan. Seorang ibu primigravida yang belum memahami tentang persalinan
Received June 13,2022 sering kali mengalami kesulitan dalam mempersiapkan persalinannya. Oleh karena itu, saat
Accepted June 27, 2022 kehamilan berlangsung ibu sudah harus diberi pengetahuan tentang persalinan dan
Published June 30, 2022 kesiapan apa saja yang dibutuhkan mulai dari persiapan mental, fisik maupun finansial atau
keuangan. Kesiapan metal dan fisik ibu dapat dibentuk selama kehamilan dengan konseling
dari bidan dan motivasi diri untuk segera melihat bayinya tetapi persiapan finansial sering
Kata Kunci: kali menjadi ganjalan ibu dalam persalinan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan
usia dan kesiapan ibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan. Metode: desain
Usia penelitian cross sectional kuantitatif. pengambilan data secara purposive sampling, sampel
Kesiapan Ibu Hamil Trimester III sebanyak 39 orang. Tempat penelitian ini dilakukan di Puskesmas Srandakan Bantul
Persiapan Persalinan Yogyakarta. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner. Dengan menggunakan analisis
data univariat distribusi dan presentase setiap variable dan analisis bivariatnya dengan uji
chi-square. Hasil: Berdasarkan dengan uji univariat bahwa ibu hamil trimester III yang
siap sejumlah 34 responden usia 20-35 tahun dan 1 responden usia > 35 tahun, hasil tidak
siap sejumlah 4 responden dengan rincian 3 responden usia 20-35 tahun dan 1 responden
usia >35 tahun. Hasil analisa data dengan uji chi square didapatkan nilai significancy 0.57.
Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa “tidak ada hubungan antara usia dan kesiapan
kesiapan ibu hamil trimester iii dalam mempersiapkan persalinan”.

ABSTRACT
Relationship Beetween Age and Readiness of Third Trimester Pregnant Women in
Preparation for Childbirth at Srandakan Health Center Bantul, Yogyakarta

Background: Childbirth readiness is one of the benchmarks for the success of the delivery
Key words: process. A primigravida mother who does not understand about often has difficulty in
preparing for childbirth. Therefore, during pregnancy, the mother must be given
Age knowledge about childbirth and what readiness is needed from mental, physical and
3rd Trimester Pregnant Mother financial or financial preparation. The mother's physical and mental readiness can be
Readiness formed during pregnancy with counseling from the midwife and self-motivation to
Child Preparation immediately see her baby, but financial preparation is often an obstacle for the mother in
childbirth. Methods: data collection by purposive sampling, a sample of 39 people. The
place of this research was carried out at the Srandakan Public Health Center, Bantul
DOI: Yogyakarta. The instrument used is a questionnaire. By using univariate distribution data
https://10.48092/jik.v8i2.172 analysis and the percentage of each variable. Results: It is known that the coverage of the
readiness of pregnant women in the third trimester in facing the readiness of 35
respondents (89.7%). Based on the univariate test that the third trimester pregnant women
totaling 35 respondents. The results of the data analysis with the chi square test
obtainedsignificance value 0.57. Conclusion: It can be concluded that there is no
Relationship Between Age and Readiness of Third Trimester Pregnant Women in
Childbirth". From these results it can be seen that age is not a measure of a person's
readiness to face work, there are several other factors including mental, physical and
financial readiness.

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Page | 13
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

PENDAHULUAN Peningkatan konsumsi glukosa tubuh pada ibu bersalin


yang mengalami stres menyebabkan kelelahan dan
Ibu yang merasa cemas dan khawatir sejak sekresi katekolamin yang menghambat kontraksi uterus,
dalam proses persalinan, hal ini sering terjadi terutama hal tersebut menyebabkan persalinan lama yang
pada ibu yang baru pertama kali melahirkan. Kecemasan
akhirnya menyebabkan cemas pada ibu, peningkatan
merupakan perasaan tidak santai karena
ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu nyeri dan stres berkepanjangan. (Norhapifah, 2020)
respon (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak Berdasarkan hasil penelitian Montung (2016)
diketahui oleh individu) suatu perasaan takut akan terjadi didapatkan hasil penelitian ini kepada 57 responden
sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Hal ini distribusi umur responden sebagian besar memiliki umur
merupakan sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan 20-35 tahun yaitu sebanyak 34 (59,6%). Usia ini
tentang bahaya yang akan datang dan memperkuat merupakan usia yang aman untuk berproduksi. Seperti
individu mengambil tindakan menghadapi ancaman teori yang mengemukakan bahw ausia reproduksi sehat
(Fitria, Sriati, dan Hernawaty, 2013). Di Indonesia adalah umur 20-35 tahun,dimana pada usia ini organ
terdapat 373.000 ibu hamil,yang mengalami kecemasan reproduksi wanita sudah mencapai kematangan sehingga
dalam menghadapi persalinan sebanyak 107.000 orang siap untuk hamil, melahirkan dan nifas.
(28.7%). Seluruh populasi di pulau Jawa terdapat 67.976
ibu hamil. Sedangkan yang mengalami kecemasan dalam Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
menghadapi persalinan 35.587 orang (52,3%). Hubungan usia ibu dan kesiapan ibu hamil trimester III
dalam menghadapi persalinan. Berdasarkan hasil studi
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pendahuluan pada bulan Mei 2018 di Puskesmas
kecemasan yang berpengaruh pada psikologis ibu yaitu Srandakan Bantul dari hasil wawancara yang dilakukan
usia, pendidikan, paritas, pengalaman traumatis, peneliti pada tanggal 15 mei 2018 dari 10 ibu hamil yang
dukungan keluarga serta dukungan suami. Ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC), terdapat 7
dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun ibu hamil belum siap menghadapi persalinan karena
merupakan usia hamil resiko tinggi karena dapat terjadi faktor jarak persalinan, usia, pendidikan dan
kelainan atau gangguan pada janin, sehingga dapat penghasilan. Sesuai dengan data tersebut peneliti tertarik
menimbulkan kecemasan pada ibu (Handayani, 2015). untuk mengetahui “Hubungan Usia Dan Kesiapan Ibu
Ibu yang tidak mempunyai persiapan untuk melahirkan Hamil Trimester III Dalam Menghadapi Persalinan Di
akan lebih cemas dan memperlihatkan ketakutan dalam Puskesmas Srandakan Bantul, Yogyakarta”.
suatu perilaku diam hingga menangis. Kesiapan
persalinan menjadi salah satu tolak ukur dalam METODE
keberhasilan proses persalinan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantatif.
Seorang ibu primigravida yang belum Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Srandakan Bantul
memahami tentang persalinan sering kali mengalami Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari
kesulitan dalam mempersiapkan persalinannya. Oleh 2018 – Juli 2018. Populasi dalam penelitian ini adalah
karena itu, saat kehamilan berlangsung ibu sudah harus semua ibu hamil trimester III yang di Puskesmas
diberi pengetahuan tentang persalinan dan kesiapan apa Srandakan Bantul, Yogyakarta.
saja yang dibutuhkan mulai dari persiapan mental, fisik Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
maupun finansial atau keuangan. Kesiapan metal dan ini adalah purposive sampling. Instrumen yang
fisik ibu dapat dibentuk selama kehamilan dengan digunakan adalah kuesioner, dengan menggunakan
konseling dari bidan dan motivasi diri untuk segera analisis data univariat distribusi dan persentase setiap
melihat bayinya tetapi persiapan finansial sering kali variable. Sampel dalam penelitian ini sejumlah 39 ibu
menjadi ganjalan ibu dalam persalinan. Sekalipun hamil trimester III.
peristiwa kelahiran sebagai fenomenal fisiologis yang
normal, kenyataannya proses persalinan berdampak HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap perdarahan, kesakitan luar biasa serta bisa
menimbulkan ketakutan bahkan kematian baik ibu 1. Karakteristik Responden
ataupun bayinya (Janiwarty, Pieter, 2012). Rasa nyeri Hasil penelitian karakteristik responden diuraikan
pada persalinan ditimbulkan karena adanya kontraksi dalam tabel berikut :
uterus yang dapat mengakibatkan peningkatan aktivitas Tabel 1. Karakteristik Responden
sistem syaraf simpatis. Nyeri yang hebat pada persalinan No Usia Responden frekuensi presentase
dapat menyebabkan perubahan-perubahan fisiologi 1. Usia
tubuh seperti; tekanan darah menjadi naik, denyut 20-35 tahun 37 94.9%
>35 tahun 2 5.1%
jantung meningkat, laju pernafasan meningkat, dan
Total 39 100%
apabila tidak segera diatasi maka akan meningkatkan 2. Pendidikan
rasa khawatir, tegang, takut dan stres. SD 3 77%
SMP 5 12.8%

Page | 14
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

SMA 29 74.4% dapat diasumsikan karena mayoritas masyarakat


Perguruan Tinggi 3 5.1%
masih memegang teguh budaya setempat, dan jika
Total 39 100%
3. Paritas dilihat dari cakupan paritas ibu, ibu yang pernah
Primipara 2 94.9% melahirkan sudah merasa mempunyai pengalaman
Multipara 37 5.1% dalam kehamilan sehingga tidak termotivasi dalam
Total 39 100% melakukan kunjungan ulang Antenatal Care.
4. Frekuensi ANC
< 6 kali 11 28.2%
7-15 kali 28 71.8% 2. Hubungan Usia dan Kesiapan Ibu Hamil Trimester III
Total 39 100% dalam Menghadapi Persalinan di Puskesmas
Srandakan
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas Untuk melihat hubungan usia dan kesiapan
responden ibu hamil Trimester III berusia 20-35 ibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan,
tahun sejumlah mayoritas ibu hamil Trimester III peneliti melakukan uji chi square. Hasil pengujian
dengan pendidikan SMA/SMK. Bahwa mayoritas tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini
responden berusia 20-35 tahun sejumlah 37
responden (94.9%). Tabel 2. Analisi Data Chi Square Hubungan Usia
dan Kesiapan Ibu Hamil Trimester III Dalam
Menurut Notoatmodjo (2018), pada Menghadapi Persalinan di Puskesmas Srandakan
umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, semakin baik pula tingkat No Usia Kesiapan ibu Total p-
pengetahuannya. Hal ini sejalan dengan hasil Ibu Siap Tidak value
penelitian (Purtanti, 2014) menyebutkan bahwa siap
semakin baik pengetahuan dan sikap ibu hamil maka 1. 20-35 34 3 37 .057
semakin baik pula kesiapan kesiapan ibu menghadapi tahun
persalinan. Hal ini sejalan dengan penelitian Walyani 2. >35 1 1 2
(2015), yang menyatakan tingkat pendidikan sangat tahun
mempengaruhi bagaimana seorang untuk bertindak Jumlah 39
dan mencari penyebab solusi dalam hidupnya.
Pendidikan berkaitan erat dengan pengetahuan, sikap
Hasil penelitian menunjukkan kesiapan
ibu dalam menghadapi persalinan.
responden menghadapi persalinan mayoritas siap
Hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas sejumlah siap sejumlah 35 responden (89.7%).
frekuensi ANC adalah 7-15 kali sejumlah 28 Menurut Depkes (2008), hal-hal yang dipengaruhi
responden (71.8%). Antenatal care adalah pelayanan kesiapan persalinan dipengaruhi oleh aspek finansial
kesehatan oleh tenaga profesional untuk ibu selama dalam mempersiapkan persalinan adalah kesiapan
masa kehamilannya yang dilaksanakan sesuai dengan biaya persalinan, kesiapan perlengkapan persalinan,
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan. kesiapan fisik terhadap kebutuhan nutrisi.
(Kemenkes RI, 2012). World Health Organization
(WHO) mengatakan setiap wanita hamil harus Semua kebutuhan saat hamil dan bersalin
mendapat perawatan yang berkualitas, dengan disesuaikan dengan pendapatan yang tinggi
menerapkan praktik yang tepat dan sesuai ANC dapat harapannya semua kebutuhan ibu hamil dapat
menyelamatkan nyawa ibu (WHO, 2016). terpenuhi dan ibu pun mendapatkan pelayanan
kesehatan yang sesuai, namun hal ini tidak berlaku
Rekomendasi POGI untuk ANC standar saat ini. Dengan adanya program pemerintah terkait
ANC Kemenkes PemeriksaanANC minimal 6 kali dana gotong royong milik BPJS, seseorang dengan
dengan rincian 2 kali pada trimester 1, pemeriksaan pendapatan yang rendah masih memiliki harapan
pertama dilakukan di dokter, 1kali pada trimester dan untuk pelayanan kesehatan yang sesuai. Berdasarkan
3 kali pada trimester 3, dengan 1 kali pemeriksaan tabel 2 kesiapan responden yang siap ada 35
dilakukan oleh dokter untuk Beberapa kondisi yang responden (89,7%). Hal ini sejalan dengan penelitian
membutuhkan pengawasan ANC lebih ketat harus (Yuliana, 2015) menyatakan dukungan sosial
dirujuk seperti Penyakitpenyerta: hipertensi, DM, merupakan bantuan atau dukungan yang positif yang
penyakitjantung, autoimun, asma, TB, dll, seperti diberikan oleh orang-orang tertentu terhadap individu
lesu, mudahletih–anemia, Pertumbuhan janin tidak dalam kehidupannya serta dalam lingkungan sosial
sesuai, Ancaman persalinan premature, tertentu sehingga individu yang menerima merasa
merencanakan persalinan (K5) (Juknis KIA, 2020). diperhatikan, dihargai, dihormati, dicintai. Individu
yang menerima dukungan sosial akan lebih percaya
Hal ini sejalan dengan penelitian Novi diri dan siapdalammenghadapi persalinan.
Maharani (2009) dari beberapa faktor yang
mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan ANC

Page | 15
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Hasil uji statistik menggunakan chi square Fitria, N. S. (2013). Laporan Pendahuluan Tentang
dengan fisher exact test didapatkan p value = Masalah Psikososial. Jakarta: Salemba
0,057 (α > 0,05) sehingga Ha ditolak dan Ho Medika.
diterima. yang artinya usia tidak berhubungan
dengan kesiapan ibu hamil trimester III dalam H. Norhapifah and T. Meihartati, “Pengaruh Teknik
mempersiapkan persalinan. Berdasarkan nilai Hypnobirthing Terhadap Penurunan Intensitas
tersebut karena nilai p value > 0.05 Nyeri Pada Ibu Bersalin,” J. Med. Karya Ilm.
dapat disimpulkan bahwa “Usia Tidak Kesehat., vol. 5, no. 1, 2020
Berhubungan Dengan Kesiapan Ibu Hamil Handayani, R. (2015). Faktor-Faktor Yang
Trimester III Dalam Mempersiapkan Persalinan”. Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan
Kesiapan responden yang siap ada 35 Menjelang Persalinan Pada Ibu Primigravida
responden (89,7%). Menurut (Sumiati, 2015) Trimester III. NERS JURNAL
menyatakan bahwa ada hubungan signifikan KEPERAWATAN.
antara dukungan sosial dengan kesiapan Janiwarty, B. &. (2012). Pendidikan Psikologi Untuk
persalinan. Hal ini sejalan dengan penelitian Bidan. Medan: Rapha Publishing.
(Yuliana, 2015) menyatakan dukungan sosial
merupakan bantuan atau dukungan yang positif Kartono. (2010). Adaptasi Psikologis Ibu Hamil.
yang diberikan oleh orang-orang tertentu http://.sehat.com.
terhadap individu dalam kehidupannya serta
dalam lingkungan sosial tertentu sehingga Kemenkes RI.2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun
individu yang menerima merasa diperhatikan, 2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
dihargai, dihormati, dicintai. Individu yang
Montung V . (2016). Hubungan Pengetahuan Dengan
menerima dukungan sosial akan lebih percaya diri
Perilaku Ibu Hamil Trimester III Dalam
dan siap dalam menghadapi persalinan.
Persiapan Persalinan. Poltekkes Kemenkes
Menurut Sumiati (2015), orang yang Manado Jurnal Ilmiah Bidan
paling penting bagi seorang wanita hamil adalah
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian
suami. Semakin banyak bukti yang menunjukkan
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta...
bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh
pasangannya maupun keluarganya akan Notoatmodjo. (2018). Ilmu Perilaku Kesehatan.
menunjukkan lebih gejala emosi dan fisik, lebih Jakarta: Rineka Cipta.
sedikit komplikasi persalinan dan lebih siap
menghadapi persalinan, hal ini sesuai dengan Petunjuk Teknis Penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan
hasil penelitian bahwa tidak hanya umur yang Anak 2020, Kementrian
mempengaruhi kesiapan sesorang menghadapi
persalinan tetapi dukungan dari keluarga yang Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2020
bisa membentuk psikologis ibu dalam
menghadapi pesalinan. Sugiono. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung:
Alfabet.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Varney, H. (2013). Buku ajar Asuhan Kebidanan.
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil Jakarta : EGC.
penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
WHO. Maternal Mortality: World Health Organization;
antara usia dan kesiapan ibu hamil Trimester III dalam
2014.
mempersiapkan persalinan. Saran bagi ibu hamil lebih
mempersiapkan konsisi psikologis, mental, dan fisik Yogyakarta, D. (2014). Dipetik 12 13, 2016, dari Profil
dalam menghadapi persalinan. Kesehatan Kota Yogyakarta Tahun 2014.
http://www.dinkes.go.id.
REFERENSI
Zamriati, W. H. (2013). Faktor-Faktor yang
Depkes RI.(2012).Dipetik 12 13. (2016). Profil Berhubungan dengan Kecemasan Ibu Hamil
Kesehatan Republik Indonesia Tahun Menjelang Persalinan. ejournal keperawatan
2012:http://www.depkes.go.id. (e-Kp) Volume. 1 Nomor. 1

Dinas Kesehatan. Profil Kesehatan Kabupaten/Kota se-


DIY. Yogyakarta: Dinas Kesehatan D.I.
Yogyakarta; 2015.

Page | 16
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
8 (2) Juni 2022 pp 17-20
JURNAL ILMU KEBIDANAN
POLTEKKES UMMI KHASANAH p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP


PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG CARA
MEMERAH DAN MENYIMPAN AIR SUSU IBU (ASI)
Tita Restu Yuliasri1*
1 Politeknik Kesehatan Ummi Khasanah, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia
*tita_dheta@yahoo.com

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article history: Latar Belakang: Cakupan presentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di
Indonesia pada tahun 2017 sebesar (35,73%) naik bila dibandingkan pada tahun 2016
Received June 27,2022 (29,5%) (Kemenkes RI, 2018). Namun, target pencapaian ASI eksklusif enam bulan yang
Accepted June 29, 2022 ditetapkan Kementrian Kesehatan masih dibawah target. Ibu bekerja yang tidak menyusui
Published June 30, 2022 bayinya secara eksklusif dikarenakan ibu merasa tidak mempunyai waktu untuk menyusui
bayinya. Sebenarnya, ASI masih dapat diberikan kepada bayi pada saat ibu sibuk bekerja
dengan cara memerah atau memompa dan kemudian menyimpannya untuk diberikan
Kata Kunci: kepada bayi. Tujuan penelitian ini untuk megetahui pengaruh tingkat pendidikan dengan
pengetahuan ibu menyusui tentang cara memerah dan menyimpan air susu ibu (ASI).
Tingkat pendidikan Metode: Desain penelitian menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan
Pengetahuan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini sebanyak 199 orang. Pengambilan
Memerah ASI sampel menggunakan teknik accidental sampling dengan jumlah 67 orang. Instrumen yang
Menyimpan ASI digunakan adalah kuesioner terdiri dari 25 item pernyataan yang telah dinyatakan valid
dengan menggunakan uji pearson product moment. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang cara memerah dan menyimpan Air Susu Ibu (ASI)
mayoritas dalam kategori baik dengan jumlah 39 responden (58,2%). Kesimpulan: Dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan ibu tentang cara memerah dan menyimpan Air Susu Ibu
(ASI) baik sehingga cakupan ASI eksklusif dapat mencapai target.

ABSTRACT
The Relationship of Education Level to Knowledge of Breastfeeding about Expressing
and Storing Breast Milk

Background: The percentage coverage of exclusive breastfeeding for infants 0-6 months
Key words: in Indonesia in 2017 was (35.73%) an increase compared to 2016 (29.5%) (Kemenkes RI,
2018). However, the target of achieving six months of exclusive breastfeeding set by the
Education level Ministry of Health is still below the target. Working mothers who do not breastfeed their
Knowledge babies exclusively because they feel they do not have time to breastfeed their babies.
Expressing milk Actually, breast milk can still be given to the baby when the mother is busy working by
Storing breast milk expressing or pumping and then storing it to be given to the baby. The purpose of this study
was to determine the effect of education level on breastfeeding mothers' knowledge of how
to express and store breast milk. Methods: The research design used a quantitative
DOI: descriptive study with a cross sectional approach. The population of this study was 199
https://10.48092/jik.v8i2.173 people. Sampling using accidental sampling technique with a total of 67 people. The
instrument used is a questionnaire consisting of 25 statement items that have been declared
valid using the Pearson product moment test. Results: The results showed that the mother's
level of knowledge about how to express and store breast milk was mostly in the good
category with 39 respondents (58.2%). Conclusion: It can be concluded that the mother's
knowledge about how to express and store breast milk is good so that the coverage of
exclusive breastfeeding can reach the target.

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Page | 17
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

PENDAHULUAN menyusui bayinya secara eksklusif dikarenakan ibu


merasa tidak mempunyai waktu untuk menyusui
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan bayi bayinya. Sebenarnya, ASI masih dapat diberikan kepada
yang paling sempurna, mudah dicerna, dan diserap bayi pada saat ibu sibuk bekerja dengan cara memerah
karena mengandung enzim pencernaan. Hal ini dapat atau memompa dan kemudian menyimpannya untuk
mencegah terjadinya penyakit infeksi, karena diberikan kepada bayi (Septyasrini, 2016).
mengandung zat penangkal penyakit. Selain itu ASI
mengandung rangkaian asam lemak tak jenuh yang Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu
otak anak. Kebutuhan bayi selama enam bulan cukup menyusui tentang cara memerah dan menyimpan air susu
dipenuhi dengan pemberian ASI saja, atau yang sering ibu (ASI) yang dilakukan di PMB Sumarni Pundong.
dikenal dengan ASI eksklusif.
METODE
Pemerintah Indonesia telah melakukan
kampanye pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif yang Jenis penelitian yang digunakan bersifat
dipelopori oleh World Health Organization (WHO). deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional.
Selain itu, Pemerintah telah menetapkan peraturan yang Populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah ibu
tercantum dalam Undang-undang (UU) Kesehatan No. yang menyusui anak usia 0 bulan sampai usia 2 tahun
36 Tahun 2009 tentang kesehatan memberlakukan sanksi yang berkunjung di PMB Sumarni Pundong sebanyak
pengadilan dalam pasal 200 yang berbunyi setiap orang 199 orang. Jumlah sampel sebanyak 67 orang. Teknik
yang dengan sengaja menghalangi program pemberian pengambilan sampel secara accidental sampling. Dalam
ASI eksklusif dapat dikenai pidana penjara paling lama penelitian ini instrumen yang digunakan adalah
satu tahun dan denda sebanyak 100 juta rupiah. Undang- kuesioner dengan hasil uji validitas dan reliabilitas valid
undang (UU) ini telah disahkan oleh Presiden dan juga untuk 25 butir soal dari 30 butir soal. Analisis data
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI pada tanggal menggunakan uji Chi Square.
13 Oktober 2009 (Wiji, 2013).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Cakupan presentase pemberian ASI eksklusif
pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada tahun 2017 1. Karakteristik Responden
sebesar (35,73%) naik bila dibandingkan pada tahun Sampel dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang
2016 (29,5%) (Kemenkes RI, 2018). Namun, target berjumlah 67 orang responden. Sebelum dilakukan
pencapaian ASI eksklusif enam bulan yang ditetapkan analisa dilakukan pengelompokkan data dengan
Kementrian Kesehatan masih dibawah target yaitu pada tujuan untuk memudahkan pembaca karena data yang
tahun 2016 sebesar 80 % dan tahun 2017 sebesar 90%. diperoleh dari responden berbeda-beda, untuk lebih
Persentase pemberian ASI eksklusif secara nasional jelas dalam pengelompokkan dapat dilihat pada tabel
diperoleh angka tertinggi pada Provinsi Daerah Istimewa berikut :
Yogyakarta (61,45%), sedangkan persentase terendah Tabel 1. Karakteristik Responden
Provinsi Sumatra Utara (10,75%) (Kemenkes RI, 2018). No Karakteristik Frekuensi %
1 Usia Responden
Faktor-faktor penyebab gagalnya pemberian <20 tahun 1 1,4%
ASI eksklusif dipangaruhi oleh faktor internal dan 20– 35 tahun 57 85,0%
eksternal. Faktor internal seperti faktor pendidikan, >35 tahun 9 13,4%
faktor pengetahuan faktor sikap atau perilaku, dan faktor Jumlah 67 100%
psikologis. Sedangkan untuk faktor eksternal yaitu 2 Paritas
seperti faktor peranan ayah, perubahan sosial budaya, Primipara 17 25,3%
Sekundipara 36 53,7%
meningkatnya promosi susu formula sebagai pengganti Multipara 14 20,8%
ASI, dan Pemberian informasi yang salah (Wijayanti, Jumlah 67 100%
2017). Penyabab gagalnya ibu tidak bekerja dalam
3 Pekerjaan
memberikan ASI eksklusif yaitu karena kurangnya Bekerja 36 53,7%
tingkat pengetahuan ibu menyusui, dan dukungan Tidak bekerja 31 46,2%
keluarga terutama dukungan ibu kandung dan mertua ibu Jumlah 67 100%
menyusui sehingga diminta atau diperintah untuk 4 Pendidikan
memberikan susu formula atau makanan berupa pisang Tidak sekolah 0 0%
atau bubur sebelum bayi berusia enam bulan dengan SD 7 10,4%
alasan ASI yang belum keluar atau produksi ASI sedikit SMP 16 23,8%
sehingga bayinya rewel dan dianggap tidak kenyang SMA/SMK 38 56,7%
(Lenna, 2017). Akan tetapi satu sisi ibu bekerja juga bisa Akademi/S1 6 8,9%
Jumlah 67 100%
gagal dalam memberikan ASI eksklusif karena ibu sibuk
bekerja (Wahyuningsih, 2013). Ibu bekerja yang tidak Sumber: Data Primer, Juni 2020

Page | 18
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan yang diluar bidang pendidikan yang
karakteristik responden mayoritas berusia 20-35 ditempuhnya.
tahun yaitu sebanyak 57 responden (85,0%),
mempunyai jumlah anak 2 (sekundipara) sebanyak Sebagian besar responden ibu bekerja
36 responden (53,7%), dan jika dilihat dari pekerjaan sejumlah 36 responden (53,7%), bekerja merupakan
sebagian responden adalah ibu bekerja sebanyak 36 salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan
responden (53,7%) yang sebagian besar mayoritas ditinjau dari jenis pekerjaan seseorang yang sering
berpendidikan SMA/SMK sebanyak sebanyak 38 berinteraksi dengan orang lain lebih banyak
responden (56,7%). Kemudian tingkat pendidikan pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang
dikategorikan menjadi dua yaitu tingkat pendidikan tanpa ada interaksi dengan orang lain. Lingkungan
tinggi dan tingkat pendidikan rendah. Tingkat pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh
pendidikan tinggi meliputi akademi/ S1 dan pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung
SMA/SMK dengan jumlah responden sebanyak 44 maupun tidak langsung. Pergaulan lingkungan sosial
responden (65,7%) dan tingkat pendidikan rendah dalam pekerjaan ada yang memberikan dampak
meliputi SD dan SMP sebesar 23 responden (34,3%). positif dan negatif. Seseorang yang bergaul dengan
Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa orang-orang yang mempunyai pengetahuan tinggi
faktor yang dapat mempengaruhi tingkat maka secara langsung maupun tidak langsung
pengetahuan ibu menjadi baik diantaranya yaitu usia, pengetahuan yang dimilikinya akan bertambah begitu
paritas, pekerjaan dan pendidikan ibu (Wawan & sebaliknya.
Dewi, 2011). Pekerjaan bukan merupakan kesenangan,
Usia dapat mempengaruhi terhadap daya tetapi pekerjaan merupakan cara mencari nafkah
tangkap dan pola pikir seseorang dimana semakin yang cenderung membosankan, berulang dan banyak
bertambah usia seseorang maka semakin banyak tantangan. Namun persepsi setiap individu dalam
pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya, menilai pekerjaan tidaklah sama sama dan tergantung
sehingga usia seseorang yang lebih dewasa dari jenis pekerjaannya pula. Bekerja bagi ibu-ibu
mempengaruhi tingkat kemampuan dan kematangan akan berpengaruh bagi kehidupan keluarganya, orang
dalam berfikir dan menerima informasi pengetahuan yang bekerja akan mempunyai pengetahuan yang
yang baik. Sesuai dengan hasil penelitian yang lebih baik dibandingan dengan orang yang tidak
didapatkan mayoritas responden usia 20-35 tahun bekerja karena orang yang bekerja akan banyak
memiliki tingkat pengetahuan yang baik. menerima informasi dari lingkungan maupun rekan
kerja. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
Mayoritas ibu berpendidikan tinggi sejumlah menunjukan ibu bekerja mempunyai tingkat
44 responden (65,7%), tingkat pendidikan seseorang pengetahuan yang baik. Sebagian besar ibu juga
atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan mempunyai paritas sekundipara sejumlah 36
berpikir, semakin tinggi pendidikan akan semakin responden (53,7%), pengalaman seseorang sangat
mudah berpikir dan semakin luas pula mempengaruhi pengetahuan, semakin banyak
pengetahuannya. Sesuai dengan teori Notoatmodjo pengalaman seseorang tentang suatu hal maka akan
(2012) pendidikan merupakan peran penting dalam semakin bertambah pengetahuan seseorang akan hal
menentukan kualitas manusia, dengan pendidikan tersebut.
manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan
implikasinya. Semakin tinggi pendidikan, hidup 2. Tingkat Pegetahuan
manusia akan semakin berkualitas karna pendidikan Tingkat pengetahuan ibu tentang cara memerah dan
yang tinggi akan membuahkan pendidikan yang baik menyimpan Air Susu Ibu (ASI) dapat diketahui dari
dan menjadikan hidup berkualitas. Tingkat tabel berikut:
pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam Tabel 2. Tingkat Pengetahuan
memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari No Kategori Frekuensi %
luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi 1 Baik 39 58,2%
respon yang lebih rasional terhadap informasi yang 2 Cukup 18 26,8,%
didapatnya dan akan berpikir sejauh mana
3 Kurang 10 14,9%
keuntungan yang akan mereka peroleh dari gagasan
Total 67 100%
tersebut. Pendidikan mempunyai pengaruh dalam hal
Sumber: Data Primer, Juni 2020
peningkatan pengetahuan seseorang, namun banyak
faktor lain juga yang menyebabkan seseorang kurang Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
dapat menyerap informasi yang diberikan dalam jalur pengetahuan ibu tentang cara memerah dan
formal pendidikan, sehingga seseorang yang menyimpan Air Susu Ibu (ASI) mayoritas dalam
berpendidikan tinggi belum tentu sepenuhnya kategori Baik dengan jumlah 39 responden (58,2%).
memiliki pengetahuan yang baik pula, apalagi

Page | 19
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

3. Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap melakukan uji chi square. Hasil pengujian tersebut
Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Cara Memerah dapat dilihat pada tabel di bawah ini
dan Menyimpan Air Susu Ibu (ASI)
Tabel 3. Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap
Untuk melihat hubungan tingkat pendidikan Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Cara Memerah
terhadap pengetahuan ibu menyusui tentang cara dan Menyimpan Air Susu Ibu (ASI)
memerah dan menyimpan air susu ibu (ASI) peneliti

Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total


p value
Pendidikan n % N % N % n %
Rendah 4 6,0 9 13,4 9 13,4 22 32,8 0.000
Tinggi 35 52,2 9 13,4 1 1,5 45 67,2
Jumlah 39 58,2 18 26,8 10 14,9 67 100

Hasil uji statistik menggunakan chi square target untuk pemberian ASI eksklusif.
diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,000,
karena nilai signifikansi p< 0,05, maka Ho ditolah, REFERENSI
artinya terdapat hubungan antara tingkat pendidikan
dengan pengetahuan ibu menyusui tentang cara Dinkes. Bantul. (2018). Profil Kesehatan Kabupaten
memerah dan menyimpan air susu ibu (ASI). Cara Bantul 2017.Bantul: DinasKesehatanBantul.
memerah ASI menggunakan pompa dapat dilakukan
menggunkan pompa ASI elektrik atau pompa ASI Dinkes. DIY. (2018). Profil Kesehatan Provinsi DIY
tipe silindris akan tetapi apabila ibu salah memilih 2017. Yogyakarta: Dinas Kesehatan Yogyakarta.
pompa, maka dapat merusak jaringan payudara.
Untuk itu selain mengetahuai cara memerah ASI Fitri Nurhayati & Sofi Nurlatifah. (2017). Hubungan
menggunakan pompa ibu menyusui juga harus Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Pemberian
memiliki pengetahuan yang lebih terkait pemilihan Air Susu Ibu (ASI) Perah dengan Pendidikan
dan penggunaan pompa ASI yang steril dan aman diwilayah Kerja Puskesmas Cimahi Tengah.
dengan menggali informasi kepada petugas Jurnal Kebidanan. Vol 5 Hal 9
kesehatan maupun membaca dan mencari informasi Kemenkes, RI. (2012). Profil Kesehatan Indonesia 2011.
di media (Maritalia, 2012). Jakarta: Kemenkes RI.
Menyimpan Air Susu Ibu (ASI) adalah salah Kemenkes, RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia tahun
satu upaya ataupun solusi yang dapat digunakan ibu 2017. Jakarta: Kemenkes RI.
bekerja atau pun ibu yang tidak selalu berada dirumah
atau tidak selalu bersama dengan bayinya. Hal ini Luluk Hidayat & Utari Setyaningsih. (2018). Hubungan
didukung dengan ketepatan responden dalam Pengetahuan Ibu Bekerja tentang ASI perah
menjawab kuesioner dengan jawaban yang benar dengan Sikap Terhadap ASI Perah. Midwife
mengenai cara memerah dan menyimpan ASI dapat Journal, Vol 1 Hal 35.
diperah menggunakan tangan, ASI dapat di perah
menggunakan pompa, ASI diperah menggunakan Firmansya & Mahmudah. (2012). Pengaruh
pompa lebih maksimal dari pada menggunakan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Ibu
tangan. dan menyimpan ASI pada botol atau tempat Menyusui terhadap Pemberian ASI Eksklusif.
menyimpan ASI yang bersih, steril dan setiap Jurnal Biometrika dan Kependududkan, Vol 1
menyimpan ASI tempelkan label jam dan tanggal Hal 52-71.
pada botol atau tempat yang digunakan untuk Maritalia. (2012). Asuhan Kebidanan Nifas dan
menyimpan ASI. Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Mega Oktiana. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan
Terdapat hubungan antara pendidikan dengan dengan Sikap Penyimpanan ASI pada Ibu
Menyusui. Jurnal Kesehatan. Vol 1 Hal 3
pengetahuan ibu menyusui tentang cara memerah dan
menyimpan Air Susu Ibu (ASI) di Praktek Mandiri Notoadmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan
Bidan (PMB) Sumarni Pundong. Saran untuk peneliti Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
selanjutnya penelitian akan lebih mendalami tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam Wiji. (2013). ASI dan Panduan Ibu Menyusui.
memberikan ASI pada bayinya, sehingga dapat tercapai Yogyakarta: Nuha Medika.

Page | 20
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022 pp 21-26

POLTEKKES UMMI KHASANAH p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027

Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia


Margiyati1*
1Politeknik Kesehatan Ummi Khasanah, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia
*ugikndaru@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article history: Latar Belakang: Anemia ibu hamil berkaitan mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi,
risiko keguguran, lahir mati, prematuritas dan BBLR. Karakteristik ibu hamil menjadi
Received March 01,2021 faktor penyebab terjadinya anemia, diantaranya umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, jarak
Accepted June 26, 2022 kelahiran, status gizi, kepatuhan konsumsi Fe. Tujuan penelitian:mengetahui hubungan
Published June 30, 2022 karakteristik ibu hamil dengan kejadian anemia di PMB Sumarni Pundong Bantul,
Yogyakarta. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan
cross sectional. Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini semua ibu hamil yang
Kata Kunci: berkunjung di PMB Sumarni Pundong bulan Januari-Agustus 2019 berjumlah 80 orang
dengan menggunakan teknik Non Probability dengan hasil 32 orang. Analisis data yang
Karakteristik Ibu Hamil digunakan univariat dan bivariate dengan uji Chi Square. Hasil: Hasil penelitian
Tingkat Anemia menunjukkan bahwa Ibu hamil yang mengalami anemia dilihat dari karakteristik usia >35
tahun (53,1%), paritas multipara (37,5%), pendidikan SMA (62,5%), pekerjaan IRT
(84,3%), jarak kelahiran <2 tahun (56,2%), status gizi normal (96,8%), konsumsi Fe patuh
(90,6%). Ada hubungan pendidikan terhadap tingkat anemia (p-value= 0,043), tidak ada
hubungan kepatuhan konsumsi Fe terhadap tingkat anemia (p value = 0.548), usia terhadap
tingkat anemia (p value = 0.468), paritas terhadap tingkat anemia (p value = 0.243),
pekerjaan terhadap tingkat anemia (p value = 0.619), jarak kelahiran terhadap tingkat
anemia (p value = 0.561), status gizi terhadap tingkat anemia (p value = 0.295).
Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pendidikan terhadap tingkat
anemia. Tidak ada hubungan kepatuhan konsumsi Fe, usia, paritas, pekerjaan, jarak
kelahiran, status gizi terhadap tingkat anemia

ABSTRACT
Relationship Between the Characteristics of Pregnant Women and the Incidence of
Anemia

Background: Anemia in pregnant women is related to maternal and infant mortality and
Key words: morbidity, risk of miscarriage, stillbirth, prematurity and LBW. The characteristics of
pregnant women are factors that cause anemia, including age, parity, education,
Characteristics of Pregnant occupation, birth distance, nutritional status, compliance with Fe consumption. This study
Women aims to find out the relationship of the characteristics of pregnant women with anemia
Anemia Level levels in pregnant women at PMB Sumarni Pundong Bantul, Yogyakarta. Methods: This
research is an analytic study with cross sectional approach. The population of all pregnant
women who visited the PMB Sumarni Pundong in January-August 2019 amounted to 80
DOI: people and samples were taken using Non-Probability techniques with the results of 32
https://10.48092/jik.v8i2.107 people. Data analysis used univariate and bivariate with Chi Square test. Results: The
results showed that pregnant women who experienced anemia were seen from the
characteristics of age > 35 years (53,1%), multipara parity (37,5%), high school education
(62,5%), IRT employment (84,3%), distance births < 2 years (56,2%), normal nutritional
status (96,8%), Fe consumption compliant (90,6%).There is a relationship of education to
the level of anemia (p-value = 0.043), there is no relationship between compliance with Fe
consumption to anemia level (p value = 0.548), age to anemia level (p value = 0.468),
parity to anemia level (p value = 0.243 ), occupation of anemia level (p value = 0.619),
birth distance to anemia rate (p value = 0.561), nutritional status to anemia level (p value
= 0.295). Conclusion: It can be concluded that there is a relationship of education to the
level of anemia and there was no relationship between compliance with Fe consumption,
age, parity, occupation, birth distance, nutritional status to anemia level.

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Page | 21
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

PENDAHULUAN meta-analisis ini adalah anemia maternal, terutama pada


trimester pertama kehamilan dianggap sebagai faktor
Keberhasilan upaya kesehatan ibu dapat dilihat risiko untuk hasil kehamilan.
dari indikator Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah
jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan Penelitian berjudul Anemia and Associated
dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan,persalinan, Factors Among Pregnant Women Atteding Antenatal
dan nifas atau pengelolaannya setiap 100.000 kelahiran Care Clinic in Wolayita Sodo Town, Southern Ethiopia
hidup. Indikator ini tidak hanya mampu menilai program dengan desain penelitian cross sectional dan sampel 363
kesehatan ibu, namun mampu menilai derajat kesehatan ibu hamil menghasilkan beberapa prediktor independen
masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan anemia pada ibu hamil yaitu usia 15-24 tahun, jumlah
pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun keluarga >5, multigravida, memiliki pendapatan rendah,
kualitas. penyakit klinis yang diderita saat ini, infeksi parasit usus,
tidak ada riwayat penggunaan kontrasepsi, kehamilan
Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun trimester ketiga, perdarahan mentruasi berlebihan dan
1991 sampai dengan 2007, yaitu dari 390 menjadi 228, indeks massa tubuh rendah. Namun masih terdapat
namun SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI perbedaan dari beberapa penelitian mengenai hubungan
yang signifikan, yaitu menjadi 359 kematian ibu per paritas dan umur ibu hamil dengan kejadian anemia.
100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan
penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 Anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan
kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk perdarahan saat persalinan maupun masa nifas sehingga
Antar Sensus (SUPAS) pada tahun 2015, namun angka bisa menyebabkan terjadinya kematian ibu.World Health
tersebut tidak mencapai target global MDGs (Millenium Organization (WHO, 2008) bahwa prevalensi ibu hamil
Development Goals) ke-5 yaitu menurunkan AKI diseluruh dunia yang mengalami anemia sebesar 41,8%,
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan masih jauh Amerika 24,1 %, dan Eropa 25,1%. Berdasaranhasil
dari target SDGs (Sustainable Development Goals) ke-3 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018,
yaitu mengurangi angka kematian ibu hingga di bawah prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar
70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. melaporkan 37,1 (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Anemia merupakan penyakit kekurangan sel Anemia pada ibu hamil sangat terkait dengan
darah merah. Apabila jumlah sel darah merah berkurang, mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi, termasuk
asupan oksigen dan aliran darah menuju otak juga risiko keguguran, lahir mati, prematuritas dan berat bayi
semakin berkurang (Sutanto dkk, 2017). Bagi kelompok lahir rendah.Anemia yakni suatu kondisi dimana jumlah
wanita usia reproduksi, anemia merupakan suatu dan ukuran sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin
permasalahan kesehatan terbesar didunia (Astriana, dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat
2017). Menurut World Health Organization (WHO) mengganggu kapasitas darah untuk mengangkut oksigen
(2018), secara global prevalensi anemia pada ibu hamil ke sekitar tubuh.Anemia merupakan indikator untuk gizi
di seluruh dunia adalah sebesar 41,8 %. Sedangkan di buruk dan kesehatan yang buruk (WHO, 2018).
Indonesia anemia pada ibu hamil tahun 2018 sebesar
48,9 % Riskesdes, 2018). Di DIY ibu hamil dengan Prevalensi anemia ibu hamil di Daerah
anemia yang terdiri dari empat Kabupaten yaitu Istimewa Yogyakarta pada tahun 2015 sebesar 14,85%
kabupaten Kulon Progo sebesar 12,88 %, Bantul 16,32 dan mengalami kenaikan pada tahun 2016 yaitu sebesar
%, Gunung Kidul 16,77 %, Sleman 8,06 %, Kota 16,09 % dan kembali turun menjadi 14,32 pada tahun
Yogyakarta 30, 81 %, DIY 14,32 % (Dinkes DIY, 2017). 2017. Upaya menurunkan prevalensi anemia pada ibu
Prevalensi kejadian anemia di Kabupaten Gunung Kidul hamil harus dilakukan secara optimal mengingat target
merupakan paling tinggi diantara empat kabupaten di penurunan jumlah kematian ibu menjadi prioritas
DIY yaitu 16,77%, urutan kedua Kabupaten Bantul yaitu permasalahan kesehatan di DIY (Dinkes DIY, 2017).
16,32% dan urutan ke tiga Kabupaten Kulon Progo Karakteristik ibu hamil menjadi faktor penyebab
sebesar 12,88%. terjadinya anemia, diantaranya adalah umur, paritas,
pendidikan, pekerjaan, jarak kelahiran, status gizi,
Anemia merupakan salah satu resiko kejadian kepatuhan minum Fe (Kondi dkk, 2017), status gizi
bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi (Lestari, 2016).
terhadap janin dan ibu, keguguran, kelahiran prematur
dan kematian ibu. 17 penelitian dengan total sampel Upaya pencegahan anemia pada ibu hamil, di
245.407 dalam sebuah meta-analisis yang berjudul Kabupaten Bantul dilaksanakan melalui program
“maternal anemia during pregnancy and infant low birth pemberian tablet Fe kepada ibu hamil sebanyak 90 tablet
weight” menunjukkan bahwa risiko relatif pada anemia yang terbagi dalam tiga kali pemberian selama
pada trimester pertama, kedua dan ketiga kehamilan kehamilannya. Ibu hamil yang mendapatkan tablet besi
adalah 1.26 (95% CI: 1.03-1.55), 0.97 (95% CI: 0.57- mencakup Fe1 sebanyak 95,45 % dan Fe3 sebanyak
1.65), dan 1.21 (95% CI: 0.84-1.76). Kesimpulan dari 86,48 %. Cakupan pemberian Fe pada ibu hamil yang
sudah mencapai target ini ternyata tidak merata di

Page | 22
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

seluruh Puskesmas. Puskesmas dengan pemberian tablet


Fe 3 yang cukup tinggi 100% yaitu pada Puskesmas HASIL DAN PEMBAHASAN
Sewon I. Pelayanan pada ibu hamil risiko
tinggi/komplikasi pada Tahun 2017 mencakup 2.715 Ibu 1. Karakteristik Responden
hamil risiko tinggi. Berdasarkan data dari Dinkes Bantul Hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan
sejak bulan Januari sampai bulan Juni angka anemia ibu umur yang diuraikan dalam tabel berikut :
hamil yang berada Puskesmas dengan pemberian tablet Tabel 1. Distribusi frekuensi responden
Fe 3 yang cukup tinggi 100% yaitu pada Puskesmas Karakteristik Frekuensi Presentase
Sewon I. Pelayanan pada ibu hamil risiko Umur
tinggi/komplikasi pada Tahun 2017 mencakup 2.715 Ibu <20 tahun 3 9.4
hamil risiko tinggi. Berdasarkan data dari Dinkes Bantul 20-35 tahun 12 37.5
sejak bulan Januari sampai bulan Juni angka anemia ibu >35 tahun 17 53.1
hamil yang berada di 17 kecamatan yaitu Srandakan 141 Total 32 100.0
kasus, Sanden 10 kasus, Kretek 148 kasus, Pundong 69 Paritas
kasus, Bambanglipuro 12 kasus, Pandak 128 kasus, Nullipara 9 28.1
Bantul 62 kasus, Jetis 112 kasus, Imogiri 23 kasus, Primipara 11 34.4
Dlingo 49 kasus, Pleret 169 kasus, Piyungan 77 kasus, Multipara 12 37.5
Banguntapan 98 kasus, Kasihan 42 kasus, Sewon 273 Total 32 100.0
kasus, Pajangan 76 kasus, Sedayu 50 kasus (Dinkes Pendidikan
Bantul, 2018). SD 4 12.5
SMP 6 18.8
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di
SMA 20 62.5
PMB Sumarni Pundong Bantul Yogyakarta pada tanggal
Diploma 1 3.1
27 September 2019 di dapatkan ibu hamil yang
S1 1 3.1
mengalami anemia sebesar 32 dari 80 kehamilan, pada
periode bulan Januari-Agustus 2019, sehingga penulis Total 32 100.0
tertarik mengambil penelitian dengan judul “Hubungan Pekerjaan
Karakteristik Ibu Hamil Dengan Kejadian Anemia Di PNS 1 3.1
PMB Sumarni Pundong Bantul Yogyakarta Tahun 2019. Wiraswasta 2 6.3
Petani 2 6.3
METODE IRT 27 84.4
Total 32 100.0
Jenis penelitian ini menggunakan metode
analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi Jarak
dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil dengan Kelahiran 18 56.3
anemia yang berkunjung di PMB Sumarni Pundong pada <2 tahun
bulan Januari-Agustus 2019 dengan jumlah 80 orang. 2-3 tahun 4 12.5
>3 tahun 10 31.3
Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu ibu Total 32 100.0
hamil pada semua trimester dan umur kehamilan,
Satus Gizi
terdiagnosis anemia berdasarkan kadar hemoglobin < 10
Kurus 1 3.1
mmHg. Kriteria eksklusi menderita anemia disebabkan
karena faktor genetic dan menderita penyakit kronis. Normal 31 96.9
Total 32 100.0
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
Kepatuhan
ini menggunakan teknik Non Probability yaitu sampel
Konsumsi Fe
jenuh atau sering disebut total sampling. Jumlah sampel
Patuh 29 90.6
pada penelitian ini adalah 32 ibu hamil anemia.
Tidak patuh 3 9.4
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Total 32 100.0
check list yang berisi identitas responden adalah nama,
alamat dan No Hp. Data penelitian yang berisi usia, Kadar HB
paritas, pendidikan, pekerjaan, jarak kelahiran, status 7.0 4 12.5
gizi. Kepatuhan konsumsi Fe berdasarkan evaluasi 8.0 11 34.4
dengan bidan yang melakukan pemeriksaan. 9.8 17 53.1
Total 32 100.0
Analisa data yang digunakan adalah analisis Tingkat Anemia
univariat dan analisis bivariat. Analisis bivariate Anemia ringan 17 53.1
menggunakan uji statistic chi square dan uji Spearman. Anemia sedang 15 46.9
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan SPSS Total 32 100.0
19.

Page | 23
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tabel 3. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan
sebagian besar responden berusia > 37 tahun yaitu Kejadian Anemia
sebanyak 17 responden (53,1%), sebagian besar
multigravida sebanyak 12 responden (37,5%), N Variabel Anemia Total % p-
o value
sebagian besar berpendidikan SMA sebanyak 20 Anemia % Anemia %
responden (62,5%), sebagian besar IRT sebanyak Ringan Sedang
1 Usia
27 responden (84,4%), dengan jarak kelahiran < 20 tahun 0 0 3 9.4 3 9.4
sebagian besar < 2 tahun sebanyak 18 responden 20 – 35 10 31.3 2 6.3 12 37.5 0.468
(56,3%), status gizi mayoritas nornal sebanyak 31 tahun
>35 tahun 7 21.9 10 31.3 17 53.1
responden (96,9%), kepatuhan ibu hamil 2 Paritas
konsumsi Fe sebagian besar patuh sebanyak 29 Nulipara 5 15.6 4 12.5 9 28.1
Primipara 8 25.0 3 9.4 11 34.4 0.243
responden (90.6%), kadar Hb responden sebagian Multipara 4 8 25.0 12 37.5
besar 9.8 gr% sebanyak 17 responden (53.1%), 3 Pendidikan
SD 1 3.1 3 9.4 4 12.5
sedangkan tingkat anemia responden sebagian SMP 2 6.3 4 12.5 6 18.8 0.043
besar anemia ringan sebesar 17 responden SMA 12 37.5 8 25.0 20 62.5
(53.1%). Diploma 1 3.1 0 0.00 1 3.1
Sarjana 1 3.1 0 0.00 1 3.1
4 Pekerjaan
2. Hubungan karakteristik ibu hamil terhadap PNS 1 3.1 0 0.00 1 3.1
tingkat anemia pada ibu hamil Swasta 2 6.3 0 0.00 2 6.3 0.619
Petani 2 6.3 2 6.3
Untuk mengetahui hubungan karakteristik IRT 14 43.8 13 40.6 27 84.4
ibu hamil terhadap tingkat anemia pada ibu hamil 5 Jarak
Kelahiran
digunakan uji Chi Square dan Spearman rho. < 2 tahun 10 31.3 8 25.0 18 56.3
Hasil uji Chi Square dan Spearman dapat dilihat 2 – 3 tahun 3 9.4 1 3.1 4 12.5 0.561
berikut ini: >35 tahun 4 12.5 6 18.7 10 31.2
6 Status Gizi
Kurus 0 0.00 1 3.1 1 3.1 0.295
Tabel 2. Hubungan Kepatuhan Konsumsi Fe Normal 17 53.1 14 43.8 31 96.9
terhadap Tingkat Anemia
Karakteristik responden berdasarkan usia hasil
Tingkat Anemia
Kepatuhan Anemia Anemia Total
uji Spearman menunjukkan nilai p value = 0.468
Ρ
Konsumsi Ringan Sedang value
sehingga Ha di tolak (p>0.05). Hal ini
Fe menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
n % n % n %
Patuh 15 46.9 14 43.8 29 90.6 usia terhadap tingkat anemia. Dengan demikian
0.548 penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
Tidak Patuh 2 6.3 1 3.1 3 9.4
Jumlah 17 53.2 15 46,9 32 100 Astriana, W. (2017) yang menyatakan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara usia dengan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kejadian anemia pada ibu hamil. Penelitian ini tidak
hubungan karakteristik ibu dengan kejadian sejalan karena jumlah responden lebih banyak
anemia pada ibu hamil di PMB Sumarni Pundong dibandingkan dengan responden penelitian dan
Bantul Yogyakarta tahun 2019 didapatkan hasil teknik pengambilan sampel yang digunakan
uji Chi Square kepatuhan konsumsi Fe penelitian Astriana, W. (2017) menggunakan
menunjukkan p value= 0.548 sehingga Ha di tolak random sampling. Hal ini disebabkan bahwa umur
(p> 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada bukan satu – satunya faktor penyebab anemia
hubungan antara kepatuhan konsumsi Fe terhadap melainkan ada faktor dasar (sosial ekonomi,
tingkat anemia. pengetahuan, pendidikan, dan budaya) dan faktor
langsung (pola konsumsi tablet tambah darah,
Penelitian ini tidak sejalan dengan infeksi dan perdarahan). Faktor yang paling
penelitian Desi dkk., (2015) yang mengatakan mempengaruhi yaitu paritas karena meskipun ibu
bahwa ada hubungan antara kepatuhan konsumsi hamil berusia reproduktif (tidak berisiko) namun
tablet Fe dengan kejadian anemia kehamilan. mayoritas ibu hamil merupakan nulipara dan
Penelitian ini tidak sejalan karena responden lebih primipara (berisiko).
banyak dibandingkan dengan responden pada
penelitian ini. Karakteristik responden berdasarkan paritas
hasil uji Spearman menunjukkan nilai p value =
0.243 sehingga Ha di tolak (p > 0.05). Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
paritas terhadap tingkat anemia. Hal tersebut tidak
sesuai dengan teori yang mengatakan nulipara atau
primipara lebih berisiko mengalami anemia karena
seringnya terjadi hiperemisis gravidarum pada awal

Page | 24
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

kehamilan sehingga kurangnya asupan makanan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
untuk memenuhi gizi ibu hamil. Hal ini status gizi terhadap tingkat anemia. Penelitian ini
kemungkinan terjadi karena ibu hamil dengan sejalan dengan penelitian Meihartati, T., Widia, L.,
paritas < 1 lebih aktif untuk mendapatkan informasi & Lestari, D. A. (2017), yang mengatakan tidak
tentang kehamilan sehingga dapat mencegah terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi
terjadinya anemia. ibu hamil dengan kejadian anemia.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Astuti, D. (2016) yang mengatakan bahwa faktor- KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
faktor yang tidak berhubungan secara signifikan
terhadap kejadian anemia pada ibu hamil adalah Ada hubungan signifikan yang cukup dan
paritas. Namun penelitian ini sejalan dengan berlawanan arah antara pendidikan terhadap tingkat
penelitian Astriana, W. (2017) yang mengatakan anemia (p value = 0.043) dan tidak ada hubungan antara
bahwa ada hubungan yang bermakna antara paritas kepatuhan konsumsi Fe terhadap tingkat anemia (p
dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Penelitian value = 0.548), usia terhadap tingkat anemia (p value =
ini tidak sejalan dengan Astriana, W. (2017) karena 0.468), paritas terhadap tingkat anemia (p value =
jumlah respondennya lebih banyak dan 0.243), pekerjaan terhadap tingkat anemia (p value =
pengambilan sampelnya menggunakan random 0.619), jarak kelahiran terhadap tingkat anemia (p value
sampling. = 0.561), status gizi terhadap tingkat anemia (p value =
0.295).
Karakteristik responden berdasarkan Saran bagi petugas agar dapat meningkatkan
pendidikan hasil uji Spearman menunjukkan nilai p kerjasama antara petugas kesehatan untuk melakukan
value = 0.043 sehingga Ha di terima (p < 0.05). Hal pemantauan khususnya pada ibu hamil yang mengalami
ini menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan anemia. Hasil penelitian ini dijadikan pengalaman
yang cukup dan berlawanan arah antara pendidikan tentang manfaat pijat endorphin agar dapat diterapkan
terhadap tingkat anemia. Hasil penelitian ini sejalan pada kelahiran berikutnya. Saran bagi peneliti
dengan teori Walyani (2015) yang mengatakan selanjutanya di harapkan dapat dilakukan penelitian
bahwa faktor yang berhubungan dengan anemia lebih mendalam terkait hubungan karakteristik ibu
pada ibu hamil berdasarkan karakteristik ibu hamil hamil dengan menggunakan kuesioner dan wawancara
yaitu pendidikan. Namun penelitian ini tidak sejalan secara mendalam. Peneliti harus mempertimbangkan
dengan penelitian Purwandari, A., Freike, L., & dari semua karakteristik yang diteliti dengan distribusi
Feybe, P. (2016), hasil analisis menunjukkan tidak varian harus merata.
ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu
hamil dengan tingkat anemia. Penelitian ini tidak REFERENSI
sejalan dengan Purwandari, A., Freike, L., & Feybe,
P. (2016), karena populasi yang diambil semua ibu Asriana, Suhartatik, & Ferial, E. W. (2014). Faktor-
hamil trimester III yang mengalami anemia dengan Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
jumlah responden 56 ibu hamil. Anemia Pada Ibu Hamil di Rumah Sakit Ibu dan
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Anak Siti Fatimah Makassar. Jurnal Ilmu
hasil uji Spearman menunjukkan nilai p value = Kesehatan Diagnosis, 2302-1721
0.619 sehingga Ha di tolak (p>0.05). Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara Astuti, D. (2016). Faktor Yang Berhubungan Dengan
pekerjaan terhadap tingkat anemia. Penelitian ini Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di
sejalan dengan penelitian Umi Fikriana dan Suharni Puskesmas Undaan Lor Kabupaten Kudus.
(2013) yaitu tidak terdapat hubungan pekerjaan 2407-9189.
dengan kejadian anemia.
Astriana, W. (2017). Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
Karakteristik responden berdasarkan jarak Ditinjau dari Paritas dan Usia. Jurnal Ilmu
kelahiran hasil uji Spearman menunjukkan nilai p Kesehatan, 123-130.
value = 0.561 sehingga Ha di tolak (p > 0.05). Hal
ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara Dinkes. (2017). Profil Kesehatan Yogyakarta Tahun
jarak kelahiran terhadap tingkat anemia. Dengan ini 2017. Yogyakarta: Dinas Kesehatan
sejalan penelitian Asrina, Suhartatik dan Ferial, E. Yogyakarta.
W. (2014) yaitu tidak ada hubungan antara jarak
kelahiran dengan anemia. Dinkes. (2018). Profil Kesehatan Tahun 2018
Kabupaten Bantul. Yogyakarta: Dinas
Karakteristik responden berdasarkan status gizi
Kesehatan Kabupaten Bantul.
hasil uji Spearman menunjukkan nilai p value =
0.295 sehingga Ha di tolak (p > 0.05). Hal ini

Page | 25
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Fikriana, U. (2013). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Yanti, D. A., Sulistyaningsih, A., & Keisnawati. (2015).
Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Faktor-faktor Terjadinya Anemia Pada Ibu
Puskesmas Kasihan II Bantul Tahun 2013. Primigravida Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pringsewu Lampung.Jurnal Keperawatan,
Kemenkes. (2017). Profil Kesehata Republik Indonesia 79-87.
Tahun 2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

Kondi, M. F., Berkanis, A. T., & Febriyanti, E. (2017).


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anemia
pada Ibu Hamil di Puskesmas Padediwatu
Kabupaten Sumba Barat.

Lealem G. et al. “Anemia and Associated Factors


Among Pregnant Women Atteding Antenatal
Care Clinic in Wolayita Sodo Town, Southern
Ethiopia”.Ethiop J Health Sci. Vol 25. No 2.
2015

Lestari, V. O. (2016). Karakteristik Ibu Hamil Dengan


Anemia Di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta
tahun 2016. Karya Tulis Ilmiah.

Lealem G. et al. “Anemia and Associated Factors


Among Pregnant Women Atteding Antenatal
Care Clinic in Wolayita Sodo Town, Southern
Ethiopia”.Ethiop J Health Sci. Vol 25. No 2.
2015

Meihartati, T., Widia, L., & Lestari, D. A. (2017).


Hubungan Antara Status Gizi Ibu Hamil
Dengan Kejadian Anemia. Jurnal Darul Azhar
Vol 3, 64-70.

Purwandari, A., Freike, L., & Feybe, P. (2016). Faktor-


faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Anemia. Jurnal Ilmiah Bidan.

Riskesdes. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta:


Trans Info Medika.

Riskesdes. (2018). Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta:


Trans Info Medika.

SDKI. (2012). Survei Demografi Dan Kesehatan


Indonesia.Jakarta

Sutanto, Y. F. (2017). Asuhan pada Kehamilan:


Panduan Lengkap Asuhan Selama Kehamilan
bagi Praktisi Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka
Baru.

WHO. (2018). World Health Organization. Retrieved


Oktober 16, 2019, from World Health
Organization: //www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/maternal-mortality/

Page | 26
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik

Anda mungkin juga menyukai