22 June
22 June
Article history: Latar Belakang: Tingginya laju pertumbuhan penduduk berdampak pada penyediaan
pangan, bahan konsumsi non pangan, lahan pertanian, lahan perumahan, lapangan
Received February 17,2022 pekerjaan, pendidikan, tingkat kesehatan masyarakat, dan kualitas hidup masyarakat.
Accepted February 26, 2022 Pelitian ini bertujuan mengkaji keterkaitan variabel pendidikan dan latihan (diklat), akses
Published February 26, 2022 informasi, norma subyektif dengan keberdayaan kader KB. Metode: Desain penelitian
adalah observasional tipe korelasional, dengan pendekatan survei. Jumlah sampel
penelitian adalah 220 orang, yang diambil berdasarkan proportional cluster random
Kata Kunci: sampling. Teknik analisis data menggunakan analisis jalur. Hasil dan Kesimpulan: Diklat
tidak berpengaruh secara langsung terhadap Keberdayaan Kader KB. Akses Informasi
Pendidikan dan Latihan berpengaruh langsung terhadap Keberdayaan Kader KB. Diklat berpengaruh langsung
Akses Informasi terhadap Norma Subyektif. Akses Informasi berpengaruh langsung terhadap Norma
Norma Subjektif Subyektif. Norma Subyektif berpengaruh langsung terhadap Keberdayaan Kader KB.
Keberdayaan Kader Norma Subyektif mampu memediasi pengaruh Diklat terhadap Keberdayaan Kader KB.
Norma Subyektif mampu memediasi pengaruh Akses Informasi terhadap Keberdayaan
Kader KB.
ABSTRACT
Relationship Model of Education and Training, Access to Information, Subjective Norms
with Family Planning Cadre Empowerment
Background: The high rate of population growth has an impact on the supply of food, non-
Key words: food consumption materials, agricultural land, residential land, employment opportunities,
education, public health levels, and the quality of life of the community. This study aims to
Education and Training examine the relationship between education and training variables, access to information,
Access to Information subjective norms and the empowerment of family planning cadres. Methods: The research
Subjective Norms design is correlational type observational, with a survey approach. The number of research
Cadre Empowerment samples was 220 people, which were taken based on proportional cluster random
sampling. The data analysis technique used path analysis. Results and Conclusions:
training does not directly affect the Empowerment of Family Planning Cadres. Access to
information has a direct effect on the Empowerment of Family Planning Cadres. Education
DOI: and training has a direct effect on Subjective Norms. Access to Information has a direct
https://10.48092/jik.v8i2.168 effect on Subjective Norms. Subjective Norms directly affect the Empowerment of Family
Planning Cadres. Subjective Norms are able to mediate the effect of Education and
Training on Family Planning Cadre Empowerment. Subjective Norms are able to mediate
the effect of Access to Information on the Empowerment of Family Planning Cadres.
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
Page | 1
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
Page | 2
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
(pendidikan dan latihan); 0,876 (akses informasi); 0,893 Sb = standar error untuk b
(norma subyektif); dan 0,921 (keberdayaan kader KB).
Berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh nilai
HASIL DAN PEMBAHASAN z yaitu 0,2305 > 1,96 (pada taraf signifikansi 0,05), maka
dapat disimpulkan bahwa Norma Subyektif mampu
1. Hubungan Pendidikan dan Latihan Kader, Norma memediasi pengaruh Diklat terhadap Keberdayaan
Subyektif, dan Keberdayaan Kader KB Kader KB.
Berdasarkan analisis diketahui bahwa model Pengaruh langsung diklat terhadap
hubungan antara Diklat, Norma Subyektif, Keberdayaan Keberdayaan Kader KB tidak signifikan, karena hasil uji
Kader KB dan residual (variabel lain) dapat digambarkan t sebesar 0,624 dengan signifikansi 0,534 > 0,05. Hal ini
sebagai berikut ini. terjadi karena pelaksanaan diklat bagi kader KB tidak
dilaksanakan secara optimal, sehingga kader kurang
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang
Residu memadai untuk melaksanakan fungsi dan tugasnya
sebagai kader KB. Namun demikian, pengaruh secara
langsung terhadap Norma Subyektif adalah signifikan,
ρ = 0,989 karena hasil uji t sebesar 2,219 dengan signifikansi
0,028 < 0,05. Ini terjadi karena, melalui diklat para kader
mendapatkan pencerahan baru untuk merubah
ρ = 0,149 Norma
keyakinan, sikap dan perilakunya terhadap program KB,
Subyektif ρ = 0,460 sehingga norma-norma yang diyakini secara subyektif
yang semula kurang peduli terdapat program KB dapat
berubah menjadi bersikap peduli terhadap program KB.
Diklat Keberdayaan Selanjutnya, norma subyektif ini dapat meningkatkan
keberdayaan Kader KB. Hal ini dibuktikan dari hasil uji
Kader KB
ρ = 0,026 t sebesar 7,573 dengan signifikansi 0,000 < 0,05 yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh Norma Subyektif
ρ = 0,889 terhadap Keberdayaan Kader KB.
Subjective norms merupakan faktor sosial yang
Residu mempengaruhi seseorang untuk berperilaku. Seseorang
akan memiliki keinginan terhadap suatu obyek atau
perilaku seandainya ia terpengaruh oleh orang-orang di
Gambar 1 sekitarnya untuk melakukannya atau ia meyakini bahwa
Model Hubungan antara Diklat, Norma Subyektif dan lingkungan atau orang-orang di sekitarnya mendukung
terhadap apa yang ia lakukan. Kontrol perilaku yang
Keberdayaan Kader KB
dipersepsikan berkaitan dengan sumberdaya-
Pada gambar 1 terlihat bahwa pengaruh sumberdaya yang dimiliki dan kesempatan yang ada
langsung Diklat terhadap Keberdayaan Kader KB untuk melakukan sesuatu (Tan dan Thomson, 2000).
sebesar 0,026, sedangkan pengaruh Diklat terhadap Oleh karena itu, seorang kader yang menyakini bahwa
Keberdayaan Kader KB yang dimediasi oleh Norma orang-orang sekitar atau lingkungan mendukung
Subyektif adalah 0,149 + 0,460 = 0,230. Jadi besarnya terhadap apa yang dilakukannya, maka kader tersebut
pengaruh Diklat terhadap Keberdayaan Kader KB yang akan mampu menunjukkan keberdayaannya sebagai
dimediasi oleh Norma Subyektif lebih besar dibanding seorang kader KB.
dengan pengaruh langsung Diklat terhadap Keberdayaan Hubungan pendidikan dan latihan dengan
Kader KB. norma subyektif adalah erat dalam rangka meningkatkan
Pengujian signifikansi pengaruh indirect effect keberdayaan kader KB, karena norma subyektif dapat
Diklat terhadap Keberdayaan Kader KB yang dimediasi dipengaruhi oleh pendidikan dan latihan kerja yang
oleh Norma Subyektif dapat dihitung dengan rumus z- pernah diberikan kepada kader KB. Hal ini sejalan
statistic yang dikembangkan Sobel (1982) dalam Latan dengan hasil penelitian Ratnasari dan Sunuharyo (2018),
dan Temalagi (2013) sebagai berikut ini. Muslikh dan Nugraha (2014), Khamis dan Njau (2016),
Asnani, dkk (2016), Trawardani, dkk (2015) yang
menyimpulkan bahwa variabel yang berhubungan
dengan kinerja kader posyandu adalah pendidikan dan
pelatihan. Hasil penelitian Noorlena dkk (2014)
Keterangan:
menyimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara
a = koefisien jalur untuk a
pendidikan, pengetahuan, lama menjadi kader, dan
b = koefisien jalur untuk b
Sa = standar error untuk a
Page | 3
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
pekerjaan dengan keaktifan Kader dalam Pelaksanaan hubungan antara akses informasi dengan norma
Kelurahan Siaga. subyektif kader KB memiliki hubungan yang erat,
karena akses informasi dapat meningkatkan kemampuan
2. Hubungan Akses Informasi, Norma Subyektif, dan dan pemahaman kader dan selanjutnya dapat
Keberdayaan Kader KB mempengaruhi norma subyektif kader KB.
Berdasarkan analisis diketahui bahwa model Rothman (1987, dalam Sulaemen dkk, 2015)
hubungan antara Akses Informasi, Norma Subyektif, menjelaskan bahwa peran akses informasi kesehatan
Keberdayaan Kader KB dan residual (variabel lain) meliputi pengetahuan tentang kesehatan dan perawatan
dapat digambarkan sebagai berikut ini. kesehatan, kemampuan untuk menemukan, memahami,
menginterpretasikan dan mengkomunikasikan informasi
Residu kesehatan, kemampuan untuk meminta perawatan
kesehatan yang tepat dan membuat keputusan kesehatan
secara kritis. Hasil penelitian Sulaeman dkk (2015)
ρ = 0,983 menjelaskan bahwa peran akses informasi kesehatan
adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
Norma kesehatan, mengambil keputusan, dan meminta
ρ = 0,182
Subyektif ρ = 0,435 pelayanan kesehatan. Akses informasi kesehatan
diperoleh masyarakat dari petugas puskesmas dan media
massa seperti televisi dan radio. Melalui sumber
Akses Informasi Keberdayaan informasi tersebut, masyarakat memperoleh
Kader KB pengetahuan tentang cara hidup sehat, cara merawat
ρ = 0,120 kesehatan perorangan, cara menjaga kebersihan
ρ = 0,882 lingkungan, cara merawat kehamilan, cara merawat bayi,
dan sebagainya. Mudahnya akses informasi yang
Residu diperoleh masyarakat akan meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat.
Gambar 2
Model Hubungan antara Akses Informasi, Norma
Subyektif dan Keberdayaan Kader KB KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada gambar 2 terlihat bahwa pengaruh Berdasarkan hasil penelitian dapat
langsung Akses Informasi terhadap Keberdayaan Kader disimpulkan: (1) Diklat tidak berpengaruh secara
KB sebesar 0,120, sedangkan pengaruh Akses Informasi langsung terhadap Keberdayaan Kader KB; (2) Akses
terhadap Keberdayaan Kader KB yang dimediasi oleh Informasi berpengaruh langsung terhadap Keberdayaan
Norma Subyektif adalah 0,182 + 0,435 = 0,617. Jadi Kader KB; (3) Diklat berpengaruh langsung terhadap
besarnya pengaruh Akses Informasi terhadap Norma Subyektif; (4) Akses Informasi berpengaruh
Keberdayaan Kader KB yang dimediasi oleh Norma langsung terhadap Norma Subyektif; (5) Norma
Subyektif lebih besar dibanding dengan pengaruh Subyektif berpengaruh langsung terhadap Keberdayaan
langsung Akses Informasi terhadap Keberdayaan Kader Kader KB; (6) Norma Subyektif mampu memediasi
KB. Berdasarkan perhitungan z-statistic diperoleh nilai pengaruh Diklat terhadap Keberdayaan Kader KB; (7)
z yaitu 2,007 > 1,96 (pada taraf signifikansi 0,05), maka Norma Subyektif mampu memediasi pengaruh Akses
dapat disimpulkan bahwa Norma Subyektif mampu Informasi terhadap Keberdayaan Kader KB.
memediasi pengaruh Akses Informasi terhadap Berkaitan dengan kesimpulan di atas, ada beberapa
Keberdayaan Kader KB. saran yang dapat diajukan, yaitu: (1) Pemerintah Daerah,
Pengaruh langsung Akses Informasi terhadap dalam hal ini petugas kesehatan Puskesmas (Bidan
Keberdayaan Kader KB adalah signifikan dengan hasil Desa), dalam memberikan diklat bagi kader KB jangan
uji t sebesar 3,000 dan signifikansi 0,003 < 0,05. Hal ini hanya terkesan formalitas belaka, tetapi harus
terjadi karena di era globalisasi seperti sekarang ini, para menggunakan strategi dan metode diklat yang inovatif,
kader KB mendapatkan kemudahan untuk mengakses materi diklat disesuaikan kebutuhan kader, dan waktu
informasi yang tersedia di internet. Pada umumnya para penyelenggaraan diklat harus menyesuaikan waktu
kader KB telah memiliki handphone yang dapat longgar kader; (2) Peneliti selanjutnya diharapkan
digunakan untuk mendapatkan informasi yang menambahkan variabel lain dalam model penelitian.
dibutuhkan dalam rangka mendukung tugasnya sebagai
kader KB. REFERENSI
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
Akses Informasi berpengaruh langsung terhadap Norma Ajzen, Icek. (2005). Attitude, Personality, and Behavior
Subyektif, karena hasil uji t sebesar 2,729 dengan second edition. USA: Open University Press.
signifikansi 0,007 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
Page | 4
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
Asnani, Mattalatta, dan Gunawan, (2016). Analisis Notoatmodjo, S. (2013). Promosi Kesehatan dan Ilmu
Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan, Kompensasi, Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pranarka, A.M.W. dan V. Moeljarto. (2016).
pada Sekretariat Daerah Kabupaten Soppeng. Jurnal Pemberdayaan: Konsep dan Implementasi. Jakarta:
Mirai Management, Volume 1 Nomor 2, Oktober CSIS.
2016:1-27. Ratnasari,M.D. dan B.S. Sunuharyo. (2018). Pengaruh
BPS. (2015). Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) Pendidikan Dan Pelatihan Terhadap Kinerja
Tahun 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Karyawan Melalui Variabel Mediator Kemampuan
BKKBN. (2016). Profil Badan Kesejahteraan Keluarga Kerja Karyawan (Studi Pada Karyawan PT
Berencana Nasional (BKKBN) Kabupaten Klaten. Petrokimia Gresik), Jurnal Administrasi Bisnis
Klaten: BKKBN. (JAB), Vol. 58 No.1 Mei 2018: 210-218.
DeBate, R., Plescia, M. (2005). I Could Live Other Rehn NS, Ovretveit J, Laamanen R, Suominen S, Sundel
Places, But This is Where I Want To Be: Support for J, Brommels M. (2016). Determinants of health
Natural Helper Initiaties. International Quarterly of promotion action: comparative analysis of local
Community Health Education; 23 (4), 327-339. voluntary associations in four municipalities in
Ife, J.W., (2015). Community Development: Creating Finland. Health Promotion International. New York:
Community Alternatives-vision,Analysiis and Palgrave MacMillan.
Practice. Melbourne: Longman. Sastropoetro, S. (2013). Partisipasi, Komunikasi,
Kadir H.A., Yusuf D., Rajindra, Marwana, Mutmainnah. Persuasi dan Disiplin dalam Pembangunan.
(2018). Kinerja Petugas Lapangan Keluarga Bandung: Alumni.
Berencana, Jurnal Sinar Manajemen, Vol 5, No 1, Scott V.K, L.B. Gottschalk, K.Q. Wright, C.Twose,
2018. M.A. Bohren, M.E. Schmitt, and N. Ortayli, (2015).
Khamis K. and B. Njau, (2016). Health care worker’s Community Health Workers’ Provision of Family
perception about the quality of health care at the Planning Services in Low- and Middle-Income
outpatient department in Mwananyamala Hospital in Countries: A Systematic Review of Effectiveness,
Dar es Salaam, Tanzania, Tanzania Journal of Studies in Family Planning 2015; 46[3]: 241–261.
Health Research, Volume 18, Number 1, January Setyowati, E., Arsiyah, A.R.U. Balahmar. (2016). Peran
2016. Petugas Lapangan Keluarga Berencana Dan
Kusmiati, D. (2010). Dasar-Dasar Perilaku. Jakarta: Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa Dalam
Depkes RI Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. Mensosialisasikan Alat Kontrasepsi (Studi Di Desa
Latan, H. dan S. Temalagi. 2013. Analisis Multivariate: Kebonagung Kecamatan Sukodono Kabupaten
Teknik dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta. Sidoarjo), JKMP (ISSN. 2338-445X dan E-ISSN.
Mardikanto T. (2010). Model-model Pemberdayaan 2527 9246), Vol. 4, No. 2, September 2016, 117-234
Masyarakat. 1st ed. Surakarta: Kerjasama Fakultas Soekanto, Soerjono. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar.
Pertanian UNS dengan UPT Penerbitan dan Jakarta: Rajawali Press.
Percetakan UNS (UNS Press). Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung:
Mikkelsen, Britha. (2015). Metode Partisipatoris dan Alfabeta.
Upaya Pemberdayaan Lapangan. Jakarta: Yayasan Suharto, Edi. (2010). Membangun Masyarakat
Obor Indonesia. Memberdayakan Rakyat. Cet. Ke- IV. Bandung: PT
Murti, Bishma. (2017). Prinsip dan Metode Riset Refika Aditama.
Epidemiologi. Surakarta: Program Studi Ilmu Sulaeman, Endang Sutisna. (2018). Pembelajaran Model
Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana, dan Teori Perilaku Kesehatan: Konsep dan Aplikasi.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta: UNS Press.
Muslikh, I. dan Ch. A. Nugraha. (2014). Analisis ________ (2015). Model Pemberdayaan Masyarakat
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Bidang Kesehatan: Studi Program Desa Siaga.
Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa Surakarta: UNS Press.
(PPKBD) Dalam Pencapaian Keberhasilan Keluarga Surjono, A. dan T. Nugroho, (2013). Paradigma, Model,
Berencana (KB) Pria Di Kabupaten Pemalang, Media Pendekatan Pembangunan, dan Pemberdayaan
Ekonomi Dan Manajemen Vol. 29 No. 2 Juli 2014. Masyarakat di Era Otonomi Daerah. Malang:
Ndraha, Taldzuhuh, (2011). Pembangunan Masyarakat, Bayumedia Publishing.
Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Tessaro, I.A., Taylor, S., Belton, L., Campbell, M.K.,
Jakarta: Dian Aksara. Benedict, S., Kelsey, K. (2000). Adapting a Natural
Norlena, V. K. Dewi, Suhrawardi, (2014). Faktor-Faktor (Lay) Helpers Model of Change for Worksite Health
Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Kader Dalam Promotion for Women. Health Educ Res; 15 (5): 603-
Pelaksanaan Kelurahan Siaga Di Kota Banjarmasin 614.
Tahun 2013, Jurnal Skala Kesehatan Volume 5 No. 1 Trawardani, I.B., A. Prasetya, Y. Mayowan (2015).
Tahun 2014. Pengaruh Pelatihan Terhadap Kemampuan Kerja
Page | 5
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
Page | 6
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022 pp 7-12
Article history: Latar Belakang: Konseling yang diberikan tenaga kesehatan kepada akseptor KB IUD
mengenai ASI on demand dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku akseptor
Received February 17,2022 KB IUD terhadap pemberian ASI eksklusif on demand. Penelitian ini bertujuan mengetahui
Accepted February 26, 2022 pengaruh konseling tentang menyusui on demand terhadap involusi uteri pada akseptor
Published February 26, 2022 IUD post plasenta. Metodequasi eksperimental dengan desain penelitian static group
comparison. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang menggunakan IUD post
plasenta berjumlah 51 orang. Teknik pengambian sampel purposive sampling. Instrumen
Kata Kunci: yang digunakan adalah kuesioner, modul dan leaflet menyusui ASI on demand. Analisis
data menggunakan uji anova dan ancova. Hasil: rata-rata TFU pada akseptor IUD post
Konseling plasenta pada kelompok intervensi konseling adalah 8,39, rata-rata TFU kelompok control
Menyusui on Demand leaflet 8,03 dan rata-rata TFU kelompok tanpa perlakuan 7,92. Hasil uji anoca didapatkan
Involusi Uteri nilai p-value 0,002 < 0,05. Kesimpulannya ada pengaruh konseling tentang menyusui on
IUD Post Plasenta demand terhadap involusi uteri pada akseptor IUD post plasenta. Kesimpulan: Ada
perbedaan involusi uteri pada kelompok konseling, leaflet dan tanpa perlakuan pada
akseptor IUD post plasenta. Ada perbedaan involusi uteri pada kelompok konseling, leaflet
dan tanpa perlakuan dengan kovarian pengetahuan, sikap dan perilaku pada akseptor IUD
post plasenta.
ABSTRACT
Exclusive Breastfeeding Counseling on Demand Against Uterine Involution in Post
Placenta IUD Acceptors
Key words: Background: Counseling given by health workers to IUD family planning acceptors
regarding breastfeeding on demand can affect the knowledge, attitudes and behavior of
Counseling IUD family planning acceptors towards exclusive breastfeeding on demand. This study
On Demand Breasfeeding aims to determine the effect of counseling on breastfeeding on demand on uterine
Involutary Utery involution in post-placental IUD acceptors.methodQuasi experimentalThe population in
IUD Post Plasenta this study were all 51 mothers who used a post-placental IUD. The sampling technique is
purposive sampling. The instruments used were questionnaires, modules and leaflets for
breastfeeding on demand. Data analysis used ANOVA and ANOVA tests. Results: the
DOI: average TFU of postplacental IUD acceptors in the counseling intervention group was
https://10.48092/jik.v8i2.167 8.39, the average TFU of the leaflet control group was 8.03 and the average TFU of the
untreated group was 7.92. Anoca test results obtained p-value 0.002 <0.05. In conclusion,
there is an effect of counseling about breastfeeding on demand on uterine involution in
post-placental IUD acceptors. Conclusion: There were differences in uterine involution in
the counseling, leaflet and untreated groups on post-placental IUD acceptors. There were
differences in uterine involution in the counseling, leaflet and untreated groups with
covariance of knowledge, attitude and behavior in post-placental IUD acceptors.
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
Page | 7
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
PENDAHULUAN banyak dan berbau, dan tidak jarang terdapat pula
perdarahan (Prawirohardjo, 2010).
Selama kurun waktu 25 tahun yaitu 1990 sampai Salah satu cara untuk menunda kehamilan dan
dengan 2015, WHO memperkirakan 10,7 juta perempuan menekan angka pertumbuhan penduduk yakni melalui
telah meninggal karena melahirkan. Pada tahun 2015, program Keluarga Berencana (KB) (BPS, 2016). Program
sebanyak 303.000 kematian ibu terjadi di seluruh dunia. KB memiliki peranan dalam menurunkan resiko kematian
Kematian wanita usia subur di negara miskin diperkirakan ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia
sekitar 25-50% penyebabnya adalah masalah kesehatan, kehamilan serta mejarangkan kehamilan dengan sasaran
persalinan, dan nifas. AKI masih merupakan masalah utama adalah ibu nifas. Program KB yang paling efektif
kesehatan yang serius di negara berkembang. Menurut adalah kontrasepsi IUD post plasenta (BKKBN, 2013).
laporan World Health Organization (WHO), tahun 2014 Meskipun sudah ada berbagai cara baik secara
beberapa negara memiliki AKI cukup tinggi seperti Afrika global maupun nasional, upaya untuk meningkatkan
Sub-Saharan 179.000 jiwa, Asia Selatan 69.000 jiwa, dan kesehatan ibu salah satunya dengan cara penggunan alat
Asia Tenggara 16.000 jiwa (WHO, 2015). kontrasepsi jangka panjang seperti IUD post plasenta, tetapi
Angka kematian ibu di negara-negara Asia mortalitas pada ibu masih menjadi perhatian yang utama.
Tenggara urutan pertama ditempat oleh Laos dengan angka Saat ini semakin tinggi resiko kehamilan yang tidak
kematian 357 per 100 ribu. Bila dibandingkan dengan diinginkan yaitu 35% di seluruh dunia, dengan alat
tetangga terdekat, yaitu Singapura dan Malaysia, jumlah kontrasepsi mampu menurunkan 20-35% kematian
kematian ibu melahirkan di Indonesia masih sangat besar. maternal (Machiyama, Kazuyo and John, 2014). Setelah
Singapura pada tahun 2015 memiliki angka kematian ibu melahirkan perempuan membutuhkan kontrasepsi yang
melahirkan tujuh per 100 ribu, dan Malaysia di angka 24 per efektif dan efisien yang aman digunakan dalam waktu yang
100 ribu (Marzuki, 2018). Angka kematian ibu di Indonesia cukup lama seperti IUD, sebuah penelitian mengevaluasi
belum mencapai target yang telah ditentukan oleh bahwa kontrasepsi yang efektif bagi perempuan setelah
pemerintah. Berdasarkan data SDKI (2012) angka kematian melahirkan yaitu menggunakan IUD (Kittur, 2012).
ibu mencapai 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran Upaya untuk mengendalikan involusi post partum,
hidup. Data (BPS, 2016) ditinjau dari hasil SUPAS 2015 pemerintah mengeluarkan program dan kebijakan teknis,
angka kematian ibu di Indonesia mengalami penurunan yaitu setidaknya dilakukan 4x kunjungan masa nifas untuk
yaitu 346 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. menilai status ibu dan BBL, dan untuk mencegah,
Jumlah kematian ibu di DIY tahun 2014 (40 ibu) mendeteksi menangani masalah-masalah yang terjadi, salah
mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2013 (46 satunya masalah yang dipantau pada ibu nifas (KF) adalah
ibu). Pada tahun 2015 penurunan jumlah kematian ibu involusi uteri. Diantara program dan kebijakan adalah
sangat siknifikan hingga menjadi sebesar 29 kasus. Namun senam nifas, peningkatan gizi ibu nifas, inisiasi menyusui
pada tahun 2016 kembali naik tajam menjadi 39 kasus dan dini (IMD) dan mobilisasi dini (Munayarokh, 2015).
kembali sedikit turun menjadi 34 pada tahun 2017. Kasus Konseling yang diberikan tenaga kesehatan
terbanyak terjadi di Kabupaten Gunung Kidul (12 kasus) kepada akseptor KB IUD mengenai ASI on demand dapat
dan terendah di Kabupaten Kulon Progo (3 kasus) (DIY, mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku akseptor
2017). KB IUD terhadap pemberian ASI eksklusif on demand.
Menurut Kemenkes RI (2014) penyebab kematian Penelitian yang dilakukan oleh Azzahra (2015) dan Yanti,
ibu langsung yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, dkk (2018) mengungkapkan bahwa konseling berpengaruh
infeksi, partus lama/macet, abortus, dan lain-lain. Penyebab terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang dimana
kematian ibu terbesar masih tetap sama yaitu perdarahan, peningkatan pengetahuan dan sikap secara signifi kan
sedangkan partus lama merupakan penyumbang kematian terjadi pada kelompok ibu yang mendapatkan konseling.
ibu terendah. Penyebab tidak langsung yang menyebabkan Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
kematian ibu, seperti pendidikan, sosial ekonomi, empat dilakukan di kabupaten Gunung kidul didapatkan informasi
terlalu dan tiga terlambat. Berdasarkan uraian di atas dapat bahwa peserta IUD masih tergolong rendah yaitu 51,26%
disimpulkan bahwa tingginya angka kematian ibu akibat lebih rendah dibandingkan kabupaten lain di wilayah DIY.
penyebab langsung maupun penyebab lain atau tidak Data 3 bulan terakhir yaitu bulan Oktober sampai dengan
langsung menuntut peran besar tenaga kesehatan dalam bulan Desember 2018 diketahui rata-rata jumlah akseptor
menangani penyebab tersebut sehingga dapat tedeteksi IUD adalah 30 orang dengan rincian rata-rata di Puskesmas
secara dini dan dapat menyelamatkan ibu maupun bayinya. Pathuk 1 sebanyak 5 orang, Puskesmas Nglipar 1 sebanyak
Salah satu penyebab terjadinya perdarahan pasca 5 orang, Puskesmas Playen 1 sebanyak 5 orang, Puskesmas
post partum adalah subinvolusi. Penyebab subinvolusi atau Wonosari 1 sebanyak 5 orang, Puskesmas Semin 1 dan
kegagalan rahim untuk kembali ke keadaan semula seperti Puskesmas Ponjong 1 sebanyak 5 orang.
keadaan tidak hamil adalah adanya infeksi dan sisa plasenta Hasil wawancara dengan 10 orang akseptor KB
(Sunarsih, 2013). Subinvolusi merupakan salah satu IUD yang kunjungan, didapatkan informasi bahwa 7 orang
penyebab terjadinya perdarahan postpartum yang (70%) melakukan IMD namun tidak menyusui on demand
merupakan penyebab tertinggi kematian ibu (Saleha, 2013). dan 3 orang lainnya melakukan IMD dan menyusui on
Subinvolusi uterus terjadi karena adanya sisa demand. Akseptor IUD tersebut, dari 10 orang, 6 orang
plasenta dan infeksi (Sunarsih, 2013). Subinvolusi uterus (60%) mengalami subinvolusi uteri sehingga mengalami
menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga perdarahan lebih lama dan 4 orang lainnya (40%) tidak
pembuluh darah yang lebar tidak menutup sempurna mengalami subinvolusi uteri.
sehingga pendarahan terjadi terus menerus. Pada
pemeriksaan bimanual di temukan uterus lebih besar dan
lebih lembek dari seharusnya, fundus masih tinggi, lochea
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh tangga (IRT) yaitu 11 orang (64,7%), berumur antara 25-30
konseling tentang menyusui on demand terhadap involusi tahun yaitu 12 orang (70,6%), multipara yaitu 11 orang
uteri pada akseptor IUD post plasenta. (64,7%) dan mempunyai penghasilan 1-2 juta yaitu 11
orang (64,7%). Sebagian besar kelompok kontrol
METODE berpendidikan SLTA yaitu 9 orang (52,9%), bekerja
sebagai ibu rumah tangga (IRT) yaitu 10 orang (58,8%),
Desain penelitian adalah quasi eksperimental berumur antara 25-30 tahun yaitu 12 orang (70,6%),
dengan desain penelitian static group comparison. primipara yaitu 10 orang (58,8%) dan mempunyai
Penelitian dilakukan di puskesmas wilayah Kabupaten penghasilan 1-2 juta yaitu 11 orang (64,7%). Sebagian besar
Gunungkidul pada bulan Agustus 2019. Populasi pada kelompok tanpa perlakuan berpendidikan PT yaitu 8 orang
penelitian ini adalah semua ibu yang menggunakan IUD (47,1%), bekerja swasta yaitu 8 orang (47,8%), berumur
post plasenta di kabupaten Gunungkidul berjumlah 51 antara 25-30 tahun dan berumur antara 36-40 tahun yaitu 5
orang. Teknik pengambian sampel purposive sampling. orang (29,4%), primipara yaitu 9 orang (52,9%) dan
Kriteria inklusi: Ibu post partum akseptor IUD, melakukan mempunyai penghasilan 1-2 juta yaitu 13 orang (76,5%).
IMD, mendapatkan ijin dari suami/keluarga, umur 25-45
tahun, tidak memiliki riwayat komplikasi kehamilan atau 2. Perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku
persalinan, persalinan normal. Kriteria eksklusi: dalam terhadap pemberian ASI on demand setelah
kegawatdaruratan dan tidak bersedia menjadi responden. diberikan konseling ASI eksklusif on demand
Variable bebas konseling dan variabel terikat involusi uteri.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, modul dan Tabel 2.
leaflet menyusui ASI on demand. Analisis data Perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap
menggunakan uji anova dan ancova. pemberian ASI on demand setelah diberikan konseling
ASI eksklusif on demand
HASIL DAN PEMBAHASAN Kelompok
Output p-
1. Karakteristik responden intervensi
Intervensi Kontrol Tanpa
value
Karakteristik responden dalam penelitian ini (konseling) (leaflet) Perlakuan
meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, paritas dan Pengetahuan 9,65 + 0,493 8,94 + 7,94 + 0,000
penghasilan. Responden dalam penelitian ini 0,899 1,144
dikelompokkan menjadi 3 yaitu kelompok intervensi Sikap 4,71 + 0,588 4,00 + 3,12 + 0,000
1,000 1,495
yaitu kelompok yang diberi konseling tentang ASI on
Perilaku 14,00 + 13,82 + 12,76 + 0,042
demand, kelompok kontrol yaitu kelompok yang diberi 1,225 1,811 1,393
leaflet tentang ASI on demand dan kelompok yang tidak
diberi perlakuan. Deskripsi karakteristik responden Berdasarkan tabel 2. dapat diinterpretasikan bahwa
dapat diperlihatkan pada tabel berikut: rata-rata pengetahuan ibu tentang ASI on demand pada
Tabel 1. kelompok intervensi adalah 9,65 lebih tinggi dibandingkan
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden pada kelompok kontrol 8,94 dan pada kelompok tanpa
Tanpa
Intervensi Kontrol perlakuan 7,94. Hasil nilai p-value < 0,05 yang berarti ada
No. Karakteristik Perlakuan
f % f % f %
perbedaan pengetahuan ibu tentang ASI on demand setelah
1. Pendidikan
diberikan konseling ASI eksklusif on demand
a. SLTP 5 29,4 4 23,5 2 11,8 Hasil analisis sikap menunjukkan bahwa rata-rata
b. SLTA 11 64,7 9 52,9 7 41,2 sikap ibu terhadap ASI on demand pada kelompok
c. PT 1 5,9 4 23,5 8 47,1 intervensi adalah 4,71 lebih tinggi dibandingkan pada
2. Pekerjaan kelompok kontrol 4,000 dan pada kelompok tanpa
a. IRT 11 64,7 10 58,8 7 41,2 perlakuan 3,12. Hasil nilai p-value < 0,05 yang berarti ada
b. Karyawan 4 23,5 7 41,2 9 52,9 perbedaan sikap ibu terhadap ASI on demand setelah
c. Wiraswasta 2 11,8 1 5,9 diberikan konseling ASI eksklusif on demand
3. Umur Hasil analisis penghasilan menunjukkan bahwa rata-
a. 25-30 tahun 12 70,6 12 70,6 4 23,5 rata perilaku ibu terhadap ASI on demand pada kelompok
b. 31-35 tahun 4 23,5 4 23,5 5 29,4 intervensi adalah 14,00 pada kelompok kontrol 13,82 dan
c. 36-40 tahun 1 5,9 1 5,9 5 29,4 pada kelompok tanpa perlakuan 12,76. Hasil nilai p-value <
d. 41-45 tahun 3 17,6 0,05 yang berarti ada perbedaan perilaku ibu terhadap ASI
4. Paritas on demand setelah diberikan konseling ASI eksklusif on
a. Primipara 6 35,3 10 58,8 9 52,9 demand
b. Multipara 11 64,7 7 41,2 8 47,1 Berdasarkan tabel 2. dapat disimpulkan bahwa ada
5. Penghasilan perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku akseptor IUD
a. 1-2 juta 11 64,7 11 64,7 13 76,5 post plasenta tentang ASI on demand setelah diberikan
b. > 2 juta 6 35,3 6 35,3 4 23,5 konseling ASI eksklusif on demand
Page | 9
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
Page | 10
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
seseorang akan berperilaku. Persepsi tersebut adalah dibandingkan dengan kelompok yang diberi konseling
persepsi seseorang terhadap kemudahan kemungkinan dan diberi leaflet.
terkena penyakit, persepsi seseorang terhadap benefits/
untung ruginya melakukan perilaku tersebut, persepsi KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
seseorang terhadap pembiayaan bila melakukan perilaku
tersebut dan tanda-tanda seseorang berperilaku/ Berdasarkan hasil penelitian dapat
bertindak. disimpulkan: terdapat pengaruh konseling tentang
Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan menyusui on demand terhadap involusi uteri pada
bahwa pemberian konseling terhadap akseptor KB IUD akseptor IUD post plasenta. Ada perbedaan involusi
post plasenta berpengaruh terhadap involusi uteri. uteri pada kelompok konseling, leaflet dan tanpa
Penelitian ini sesuai dengan penelitian (Berta, 2012) perlakuan pada akseptor IUD post plasenta. Ada
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh konseling perbedaan involusi uteri pada kelompok konseling,
terhadap sikap PUS dalam pemakaian alat kontrasepsi leaflet dan tanpa perlakuan dengan kovarian
IUD. Demikian juga dengan penelitian (Nurul, 2013) pengetahuan, sikap dan perilaku pada akseptor IUD post
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh konseling plasenta.
terhadap sikap PUS dalam pemakaian alat kontrasepsi
IUD. REFERENSI
Adanya perbedaan rata-rata TFU antara
kelompok intervensi, kelompok kontrol dan kelompok Astrina, K. M. (2010) Pengaruh Konseling
tanpa perlakuan disebabkan karena adanya perbedaan Terhadap Pengetahuan Dan Pemilihan Alat
pemahaman dan pengetahuan tentang ASI on demand
Kontrasepsi Oleh Akseptor Kb Di
sehingga berbeda pula dalam memberikan ASI pada
bayinya. Penelitian yang dilakukan Marati (2018) Lingkungan Ii Kelurahan Sumber Jaya
membuktikan bahwa ada hubungan yang antara Kecamatan Siantar Martoba
menyusui eksklusif dengan involusi uteri dimana Ibu Pematangsiantar Tahun 2010. Medan:
yang melaksanakan menyusui eksklusif mempunyai Universitas Sumatera Utara.
peluang 33 kali mengalami kontraksi uterus baik Berta (2012) Pengaruh Konseling Terhadap Sikap
dibandingkan ibu yang tidak melaksanakan menyusui
eksklusif Pus Dalam Pemakaian Alat Kontrasepsi
Proses menyusui membantu mempercepat IUD. Medan: Universitas Sumatera Utara.
pengembalian rahim kebentuk semula dan mengurangi BKKBN (2013) Laporan BKKBN tahun 2013.
perdarahan. Hal ini disebabkan adanya isapan bayi pada Jakarta: BKKBN.
payudara dilanjutkan melalui saraf ke kelenjar hipofise BKKBN (2018) International Conference on
di otak yang mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin
selain bekerja untuk mengkontraksi saluran ASI pada
Family Planning (ICFP), Kigali Convention
kelenjar air susu juga merangsang uterus untuk Centre. Jakarta: BKKBN.
berkontraksi sehingga mempercepat involusio uteri. BPS (2016) Potret Awal Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (Sustainable Development
Adanya perbedaan involusi uteri pada kelompok Goals) di Indonesia. Jakarta: BPS Pusat.
intervensi kelompok kontrol dan kelompok tanpa
DIY, P. (2017) Profil Kesehatan Provinsi Di
perlakuan yang disebabkan karena adanya perbedaan
pengetahuan, sikap dan perilaku menyusui on demand Yogyakarta Tahun 2017. Yogyakarta: Dinas
yang disebabkan adanya pebedaan perlakuan. Kesehatan.
Responden yang diberikan perlakuan konseling akan Kemenkes, RI. (2014) ‘PMK No.97 Tahun 2014
memiliki pengetahuan tinggi, sikap dan perilaku positif Tentang Pelayanan Kesehatan’, Artikel, p.
kemudian menyusui secara on demand sehingga [cited 2018 Jan 7]; p.3-8.
involusinya lebih cepat. Responden yang diberikan
leaflet akan memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku Kittur, S. (2012) ‘Enhancing contraceptive usage
sesuai dengan pemahamannya terhadap informasi yang by post-placental intrauterine contraceptive
diterima kemudian menerapkannya dalam perilaku devices (PPIUCD) insertion with evaluation
menyusui on demand sesuai dengan pemahamannya of safety, efficacy, and expulsion’,
sehingga involusi uteri yang dialaminya sesuai dengan International Journal of Reproduction,
intensitasnya menyusui on demand. Responden yang
Contraception, Obstetrics and Gynecology,
tidak diberikan perlakuan akan menyusui bayinya sesuai
naluri keibuannya tanpa memperhatikan kebutuhan 1(1), pp. 26–32.
bayinya sehingga involusi uterinya akan lebih lambat M. Somesh, S. Rupali, S. Swati, M. Jose, M. M.
(2014) ‘Invitro Comparative Study on
Page | 11
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
Page | 12
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
8 (2) Juni 2022 pp 13-16
JURNAL ILMU KEBIDANAN
POLTEKKES UMMI KHASANAH p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027
Article history: Latar Belakang: Kesiapan persalinan menjadi salah satu tolak ukur dalam keberhasilan
proses persalinan. Seorang ibu primigravida yang belum memahami tentang persalinan
Received June 13,2022 sering kali mengalami kesulitan dalam mempersiapkan persalinannya. Oleh karena itu, saat
Accepted June 27, 2022 kehamilan berlangsung ibu sudah harus diberi pengetahuan tentang persalinan dan
Published June 30, 2022 kesiapan apa saja yang dibutuhkan mulai dari persiapan mental, fisik maupun finansial atau
keuangan. Kesiapan metal dan fisik ibu dapat dibentuk selama kehamilan dengan konseling
dari bidan dan motivasi diri untuk segera melihat bayinya tetapi persiapan finansial sering
Kata Kunci: kali menjadi ganjalan ibu dalam persalinan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan
usia dan kesiapan ibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan. Metode: desain
Usia penelitian cross sectional kuantitatif. pengambilan data secara purposive sampling, sampel
Kesiapan Ibu Hamil Trimester III sebanyak 39 orang. Tempat penelitian ini dilakukan di Puskesmas Srandakan Bantul
Persiapan Persalinan Yogyakarta. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner. Dengan menggunakan analisis
data univariat distribusi dan presentase setiap variable dan analisis bivariatnya dengan uji
chi-square. Hasil: Berdasarkan dengan uji univariat bahwa ibu hamil trimester III yang
siap sejumlah 34 responden usia 20-35 tahun dan 1 responden usia > 35 tahun, hasil tidak
siap sejumlah 4 responden dengan rincian 3 responden usia 20-35 tahun dan 1 responden
usia >35 tahun. Hasil analisa data dengan uji chi square didapatkan nilai significancy 0.57.
Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa “tidak ada hubungan antara usia dan kesiapan
kesiapan ibu hamil trimester iii dalam mempersiapkan persalinan”.
ABSTRACT
Relationship Beetween Age and Readiness of Third Trimester Pregnant Women in
Preparation for Childbirth at Srandakan Health Center Bantul, Yogyakarta
Background: Childbirth readiness is one of the benchmarks for the success of the delivery
Key words: process. A primigravida mother who does not understand about often has difficulty in
preparing for childbirth. Therefore, during pregnancy, the mother must be given
Age knowledge about childbirth and what readiness is needed from mental, physical and
3rd Trimester Pregnant Mother financial or financial preparation. The mother's physical and mental readiness can be
Readiness formed during pregnancy with counseling from the midwife and self-motivation to
Child Preparation immediately see her baby, but financial preparation is often an obstacle for the mother in
childbirth. Methods: data collection by purposive sampling, a sample of 39 people. The
place of this research was carried out at the Srandakan Public Health Center, Bantul
DOI: Yogyakarta. The instrument used is a questionnaire. By using univariate distribution data
https://10.48092/jik.v8i2.172 analysis and the percentage of each variable. Results: It is known that the coverage of the
readiness of pregnant women in the third trimester in facing the readiness of 35
respondents (89.7%). Based on the univariate test that the third trimester pregnant women
totaling 35 respondents. The results of the data analysis with the chi square test
obtainedsignificance value 0.57. Conclusion: It can be concluded that there is no
Relationship Between Age and Readiness of Third Trimester Pregnant Women in
Childbirth". From these results it can be seen that age is not a measure of a person's
readiness to face work, there are several other factors including mental, physical and
financial readiness.
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
Page | 13
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
Page | 14
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
Page | 15
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
Hasil uji statistik menggunakan chi square Fitria, N. S. (2013). Laporan Pendahuluan Tentang
dengan fisher exact test didapatkan p value = Masalah Psikososial. Jakarta: Salemba
0,057 (α > 0,05) sehingga Ha ditolak dan Ho Medika.
diterima. yang artinya usia tidak berhubungan
dengan kesiapan ibu hamil trimester III dalam H. Norhapifah and T. Meihartati, “Pengaruh Teknik
mempersiapkan persalinan. Berdasarkan nilai Hypnobirthing Terhadap Penurunan Intensitas
tersebut karena nilai p value > 0.05 Nyeri Pada Ibu Bersalin,” J. Med. Karya Ilm.
dapat disimpulkan bahwa “Usia Tidak Kesehat., vol. 5, no. 1, 2020
Berhubungan Dengan Kesiapan Ibu Hamil Handayani, R. (2015). Faktor-Faktor Yang
Trimester III Dalam Mempersiapkan Persalinan”. Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan
Kesiapan responden yang siap ada 35 Menjelang Persalinan Pada Ibu Primigravida
responden (89,7%). Menurut (Sumiati, 2015) Trimester III. NERS JURNAL
menyatakan bahwa ada hubungan signifikan KEPERAWATAN.
antara dukungan sosial dengan kesiapan Janiwarty, B. &. (2012). Pendidikan Psikologi Untuk
persalinan. Hal ini sejalan dengan penelitian Bidan. Medan: Rapha Publishing.
(Yuliana, 2015) menyatakan dukungan sosial
merupakan bantuan atau dukungan yang positif Kartono. (2010). Adaptasi Psikologis Ibu Hamil.
yang diberikan oleh orang-orang tertentu http://.sehat.com.
terhadap individu dalam kehidupannya serta
dalam lingkungan sosial tertentu sehingga Kemenkes RI.2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun
individu yang menerima merasa diperhatikan, 2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
dihargai, dihormati, dicintai. Individu yang
Montung V . (2016). Hubungan Pengetahuan Dengan
menerima dukungan sosial akan lebih percaya diri
Perilaku Ibu Hamil Trimester III Dalam
dan siap dalam menghadapi persalinan.
Persiapan Persalinan. Poltekkes Kemenkes
Menurut Sumiati (2015), orang yang Manado Jurnal Ilmiah Bidan
paling penting bagi seorang wanita hamil adalah
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian
suami. Semakin banyak bukti yang menunjukkan
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta...
bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh
pasangannya maupun keluarganya akan Notoatmodjo. (2018). Ilmu Perilaku Kesehatan.
menunjukkan lebih gejala emosi dan fisik, lebih Jakarta: Rineka Cipta.
sedikit komplikasi persalinan dan lebih siap
menghadapi persalinan, hal ini sesuai dengan Petunjuk Teknis Penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan
hasil penelitian bahwa tidak hanya umur yang Anak 2020, Kementrian
mempengaruhi kesiapan sesorang menghadapi
persalinan tetapi dukungan dari keluarga yang Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2020
bisa membentuk psikologis ibu dalam
menghadapi pesalinan. Sugiono. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung:
Alfabet.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Varney, H. (2013). Buku ajar Asuhan Kebidanan.
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil Jakarta : EGC.
penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
WHO. Maternal Mortality: World Health Organization;
antara usia dan kesiapan ibu hamil Trimester III dalam
2014.
mempersiapkan persalinan. Saran bagi ibu hamil lebih
mempersiapkan konsisi psikologis, mental, dan fisik Yogyakarta, D. (2014). Dipetik 12 13, 2016, dari Profil
dalam menghadapi persalinan. Kesehatan Kota Yogyakarta Tahun 2014.
http://www.dinkes.go.id.
REFERENSI
Zamriati, W. H. (2013). Faktor-Faktor yang
Depkes RI.(2012).Dipetik 12 13. (2016). Profil Berhubungan dengan Kecemasan Ibu Hamil
Kesehatan Republik Indonesia Tahun Menjelang Persalinan. ejournal keperawatan
2012:http://www.depkes.go.id. (e-Kp) Volume. 1 Nomor. 1
Page | 16
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
8 (2) Juni 2022 pp 17-20
JURNAL ILMU KEBIDANAN
POLTEKKES UMMI KHASANAH p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027
Article history: Latar Belakang: Cakupan presentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di
Indonesia pada tahun 2017 sebesar (35,73%) naik bila dibandingkan pada tahun 2016
Received June 27,2022 (29,5%) (Kemenkes RI, 2018). Namun, target pencapaian ASI eksklusif enam bulan yang
Accepted June 29, 2022 ditetapkan Kementrian Kesehatan masih dibawah target. Ibu bekerja yang tidak menyusui
Published June 30, 2022 bayinya secara eksklusif dikarenakan ibu merasa tidak mempunyai waktu untuk menyusui
bayinya. Sebenarnya, ASI masih dapat diberikan kepada bayi pada saat ibu sibuk bekerja
dengan cara memerah atau memompa dan kemudian menyimpannya untuk diberikan
Kata Kunci: kepada bayi. Tujuan penelitian ini untuk megetahui pengaruh tingkat pendidikan dengan
pengetahuan ibu menyusui tentang cara memerah dan menyimpan air susu ibu (ASI).
Tingkat pendidikan Metode: Desain penelitian menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan
Pengetahuan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini sebanyak 199 orang. Pengambilan
Memerah ASI sampel menggunakan teknik accidental sampling dengan jumlah 67 orang. Instrumen yang
Menyimpan ASI digunakan adalah kuesioner terdiri dari 25 item pernyataan yang telah dinyatakan valid
dengan menggunakan uji pearson product moment. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang cara memerah dan menyimpan Air Susu Ibu (ASI)
mayoritas dalam kategori baik dengan jumlah 39 responden (58,2%). Kesimpulan: Dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan ibu tentang cara memerah dan menyimpan Air Susu Ibu
(ASI) baik sehingga cakupan ASI eksklusif dapat mencapai target.
ABSTRACT
The Relationship of Education Level to Knowledge of Breastfeeding about Expressing
and Storing Breast Milk
Background: The percentage coverage of exclusive breastfeeding for infants 0-6 months
Key words: in Indonesia in 2017 was (35.73%) an increase compared to 2016 (29.5%) (Kemenkes RI,
2018). However, the target of achieving six months of exclusive breastfeeding set by the
Education level Ministry of Health is still below the target. Working mothers who do not breastfeed their
Knowledge babies exclusively because they feel they do not have time to breastfeed their babies.
Expressing milk Actually, breast milk can still be given to the baby when the mother is busy working by
Storing breast milk expressing or pumping and then storing it to be given to the baby. The purpose of this study
was to determine the effect of education level on breastfeeding mothers' knowledge of how
to express and store breast milk. Methods: The research design used a quantitative
DOI: descriptive study with a cross sectional approach. The population of this study was 199
https://10.48092/jik.v8i2.173 people. Sampling using accidental sampling technique with a total of 67 people. The
instrument used is a questionnaire consisting of 25 statement items that have been declared
valid using the Pearson product moment test. Results: The results showed that the mother's
level of knowledge about how to express and store breast milk was mostly in the good
category with 39 respondents (58.2%). Conclusion: It can be concluded that the mother's
knowledge about how to express and store breast milk is good so that the coverage of
exclusive breastfeeding can reach the target.
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
Page | 17
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
Page | 18
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan yang diluar bidang pendidikan yang
karakteristik responden mayoritas berusia 20-35 ditempuhnya.
tahun yaitu sebanyak 57 responden (85,0%),
mempunyai jumlah anak 2 (sekundipara) sebanyak Sebagian besar responden ibu bekerja
36 responden (53,7%), dan jika dilihat dari pekerjaan sejumlah 36 responden (53,7%), bekerja merupakan
sebagian responden adalah ibu bekerja sebanyak 36 salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan
responden (53,7%) yang sebagian besar mayoritas ditinjau dari jenis pekerjaan seseorang yang sering
berpendidikan SMA/SMK sebanyak sebanyak 38 berinteraksi dengan orang lain lebih banyak
responden (56,7%). Kemudian tingkat pendidikan pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang
dikategorikan menjadi dua yaitu tingkat pendidikan tanpa ada interaksi dengan orang lain. Lingkungan
tinggi dan tingkat pendidikan rendah. Tingkat pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh
pendidikan tinggi meliputi akademi/ S1 dan pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung
SMA/SMK dengan jumlah responden sebanyak 44 maupun tidak langsung. Pergaulan lingkungan sosial
responden (65,7%) dan tingkat pendidikan rendah dalam pekerjaan ada yang memberikan dampak
meliputi SD dan SMP sebesar 23 responden (34,3%). positif dan negatif. Seseorang yang bergaul dengan
Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa orang-orang yang mempunyai pengetahuan tinggi
faktor yang dapat mempengaruhi tingkat maka secara langsung maupun tidak langsung
pengetahuan ibu menjadi baik diantaranya yaitu usia, pengetahuan yang dimilikinya akan bertambah begitu
paritas, pekerjaan dan pendidikan ibu (Wawan & sebaliknya.
Dewi, 2011). Pekerjaan bukan merupakan kesenangan,
Usia dapat mempengaruhi terhadap daya tetapi pekerjaan merupakan cara mencari nafkah
tangkap dan pola pikir seseorang dimana semakin yang cenderung membosankan, berulang dan banyak
bertambah usia seseorang maka semakin banyak tantangan. Namun persepsi setiap individu dalam
pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya, menilai pekerjaan tidaklah sama sama dan tergantung
sehingga usia seseorang yang lebih dewasa dari jenis pekerjaannya pula. Bekerja bagi ibu-ibu
mempengaruhi tingkat kemampuan dan kematangan akan berpengaruh bagi kehidupan keluarganya, orang
dalam berfikir dan menerima informasi pengetahuan yang bekerja akan mempunyai pengetahuan yang
yang baik. Sesuai dengan hasil penelitian yang lebih baik dibandingan dengan orang yang tidak
didapatkan mayoritas responden usia 20-35 tahun bekerja karena orang yang bekerja akan banyak
memiliki tingkat pengetahuan yang baik. menerima informasi dari lingkungan maupun rekan
kerja. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
Mayoritas ibu berpendidikan tinggi sejumlah menunjukan ibu bekerja mempunyai tingkat
44 responden (65,7%), tingkat pendidikan seseorang pengetahuan yang baik. Sebagian besar ibu juga
atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan mempunyai paritas sekundipara sejumlah 36
berpikir, semakin tinggi pendidikan akan semakin responden (53,7%), pengalaman seseorang sangat
mudah berpikir dan semakin luas pula mempengaruhi pengetahuan, semakin banyak
pengetahuannya. Sesuai dengan teori Notoatmodjo pengalaman seseorang tentang suatu hal maka akan
(2012) pendidikan merupakan peran penting dalam semakin bertambah pengetahuan seseorang akan hal
menentukan kualitas manusia, dengan pendidikan tersebut.
manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan
implikasinya. Semakin tinggi pendidikan, hidup 2. Tingkat Pegetahuan
manusia akan semakin berkualitas karna pendidikan Tingkat pengetahuan ibu tentang cara memerah dan
yang tinggi akan membuahkan pendidikan yang baik menyimpan Air Susu Ibu (ASI) dapat diketahui dari
dan menjadikan hidup berkualitas. Tingkat tabel berikut:
pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam Tabel 2. Tingkat Pengetahuan
memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari No Kategori Frekuensi %
luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi 1 Baik 39 58,2%
respon yang lebih rasional terhadap informasi yang 2 Cukup 18 26,8,%
didapatnya dan akan berpikir sejauh mana
3 Kurang 10 14,9%
keuntungan yang akan mereka peroleh dari gagasan
Total 67 100%
tersebut. Pendidikan mempunyai pengaruh dalam hal
Sumber: Data Primer, Juni 2020
peningkatan pengetahuan seseorang, namun banyak
faktor lain juga yang menyebabkan seseorang kurang Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
dapat menyerap informasi yang diberikan dalam jalur pengetahuan ibu tentang cara memerah dan
formal pendidikan, sehingga seseorang yang menyimpan Air Susu Ibu (ASI) mayoritas dalam
berpendidikan tinggi belum tentu sepenuhnya kategori Baik dengan jumlah 39 responden (58,2%).
memiliki pengetahuan yang baik pula, apalagi
Page | 19
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
3. Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap melakukan uji chi square. Hasil pengujian tersebut
Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Cara Memerah dapat dilihat pada tabel di bawah ini
dan Menyimpan Air Susu Ibu (ASI)
Tabel 3. Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap
Untuk melihat hubungan tingkat pendidikan Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Cara Memerah
terhadap pengetahuan ibu menyusui tentang cara dan Menyimpan Air Susu Ibu (ASI)
memerah dan menyimpan air susu ibu (ASI) peneliti
Hasil uji statistik menggunakan chi square target untuk pemberian ASI eksklusif.
diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,000,
karena nilai signifikansi p< 0,05, maka Ho ditolah, REFERENSI
artinya terdapat hubungan antara tingkat pendidikan
dengan pengetahuan ibu menyusui tentang cara Dinkes. Bantul. (2018). Profil Kesehatan Kabupaten
memerah dan menyimpan air susu ibu (ASI). Cara Bantul 2017.Bantul: DinasKesehatanBantul.
memerah ASI menggunakan pompa dapat dilakukan
menggunkan pompa ASI elektrik atau pompa ASI Dinkes. DIY. (2018). Profil Kesehatan Provinsi DIY
tipe silindris akan tetapi apabila ibu salah memilih 2017. Yogyakarta: Dinas Kesehatan Yogyakarta.
pompa, maka dapat merusak jaringan payudara.
Untuk itu selain mengetahuai cara memerah ASI Fitri Nurhayati & Sofi Nurlatifah. (2017). Hubungan
menggunakan pompa ibu menyusui juga harus Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Pemberian
memiliki pengetahuan yang lebih terkait pemilihan Air Susu Ibu (ASI) Perah dengan Pendidikan
dan penggunaan pompa ASI yang steril dan aman diwilayah Kerja Puskesmas Cimahi Tengah.
dengan menggali informasi kepada petugas Jurnal Kebidanan. Vol 5 Hal 9
kesehatan maupun membaca dan mencari informasi Kemenkes, RI. (2012). Profil Kesehatan Indonesia 2011.
di media (Maritalia, 2012). Jakarta: Kemenkes RI.
Menyimpan Air Susu Ibu (ASI) adalah salah Kemenkes, RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia tahun
satu upaya ataupun solusi yang dapat digunakan ibu 2017. Jakarta: Kemenkes RI.
bekerja atau pun ibu yang tidak selalu berada dirumah
atau tidak selalu bersama dengan bayinya. Hal ini Luluk Hidayat & Utari Setyaningsih. (2018). Hubungan
didukung dengan ketepatan responden dalam Pengetahuan Ibu Bekerja tentang ASI perah
menjawab kuesioner dengan jawaban yang benar dengan Sikap Terhadap ASI Perah. Midwife
mengenai cara memerah dan menyimpan ASI dapat Journal, Vol 1 Hal 35.
diperah menggunakan tangan, ASI dapat di perah
menggunakan pompa, ASI diperah menggunakan Firmansya & Mahmudah. (2012). Pengaruh
pompa lebih maksimal dari pada menggunakan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Ibu
tangan. dan menyimpan ASI pada botol atau tempat Menyusui terhadap Pemberian ASI Eksklusif.
menyimpan ASI yang bersih, steril dan setiap Jurnal Biometrika dan Kependududkan, Vol 1
menyimpan ASI tempelkan label jam dan tanggal Hal 52-71.
pada botol atau tempat yang digunakan untuk Maritalia. (2012). Asuhan Kebidanan Nifas dan
menyimpan ASI. Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Mega Oktiana. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan
Terdapat hubungan antara pendidikan dengan dengan Sikap Penyimpanan ASI pada Ibu
Menyusui. Jurnal Kesehatan. Vol 1 Hal 3
pengetahuan ibu menyusui tentang cara memerah dan
menyimpan Air Susu Ibu (ASI) di Praktek Mandiri Notoadmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan
Bidan (PMB) Sumarni Pundong. Saran untuk peneliti Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
selanjutnya penelitian akan lebih mendalami tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam Wiji. (2013). ASI dan Panduan Ibu Menyusui.
memberikan ASI pada bayinya, sehingga dapat tercapai Yogyakarta: Nuha Medika.
Page | 20
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022 pp 21-26
Article history: Latar Belakang: Anemia ibu hamil berkaitan mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi,
risiko keguguran, lahir mati, prematuritas dan BBLR. Karakteristik ibu hamil menjadi
Received March 01,2021 faktor penyebab terjadinya anemia, diantaranya umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, jarak
Accepted June 26, 2022 kelahiran, status gizi, kepatuhan konsumsi Fe. Tujuan penelitian:mengetahui hubungan
Published June 30, 2022 karakteristik ibu hamil dengan kejadian anemia di PMB Sumarni Pundong Bantul,
Yogyakarta. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan
cross sectional. Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini semua ibu hamil yang
Kata Kunci: berkunjung di PMB Sumarni Pundong bulan Januari-Agustus 2019 berjumlah 80 orang
dengan menggunakan teknik Non Probability dengan hasil 32 orang. Analisis data yang
Karakteristik Ibu Hamil digunakan univariat dan bivariate dengan uji Chi Square. Hasil: Hasil penelitian
Tingkat Anemia menunjukkan bahwa Ibu hamil yang mengalami anemia dilihat dari karakteristik usia >35
tahun (53,1%), paritas multipara (37,5%), pendidikan SMA (62,5%), pekerjaan IRT
(84,3%), jarak kelahiran <2 tahun (56,2%), status gizi normal (96,8%), konsumsi Fe patuh
(90,6%). Ada hubungan pendidikan terhadap tingkat anemia (p-value= 0,043), tidak ada
hubungan kepatuhan konsumsi Fe terhadap tingkat anemia (p value = 0.548), usia terhadap
tingkat anemia (p value = 0.468), paritas terhadap tingkat anemia (p value = 0.243),
pekerjaan terhadap tingkat anemia (p value = 0.619), jarak kelahiran terhadap tingkat
anemia (p value = 0.561), status gizi terhadap tingkat anemia (p value = 0.295).
Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pendidikan terhadap tingkat
anemia. Tidak ada hubungan kepatuhan konsumsi Fe, usia, paritas, pekerjaan, jarak
kelahiran, status gizi terhadap tingkat anemia
ABSTRACT
Relationship Between the Characteristics of Pregnant Women and the Incidence of
Anemia
Background: Anemia in pregnant women is related to maternal and infant mortality and
Key words: morbidity, risk of miscarriage, stillbirth, prematurity and LBW. The characteristics of
pregnant women are factors that cause anemia, including age, parity, education,
Characteristics of Pregnant occupation, birth distance, nutritional status, compliance with Fe consumption. This study
Women aims to find out the relationship of the characteristics of pregnant women with anemia
Anemia Level levels in pregnant women at PMB Sumarni Pundong Bantul, Yogyakarta. Methods: This
research is an analytic study with cross sectional approach. The population of all pregnant
women who visited the PMB Sumarni Pundong in January-August 2019 amounted to 80
DOI: people and samples were taken using Non-Probability techniques with the results of 32
https://10.48092/jik.v8i2.107 people. Data analysis used univariate and bivariate with Chi Square test. Results: The
results showed that pregnant women who experienced anemia were seen from the
characteristics of age > 35 years (53,1%), multipara parity (37,5%), high school education
(62,5%), IRT employment (84,3%), distance births < 2 years (56,2%), normal nutritional
status (96,8%), Fe consumption compliant (90,6%).There is a relationship of education to
the level of anemia (p-value = 0.043), there is no relationship between compliance with Fe
consumption to anemia level (p value = 0.548), age to anemia level (p value = 0.468),
parity to anemia level (p value = 0.243 ), occupation of anemia level (p value = 0.619),
birth distance to anemia rate (p value = 0.561), nutritional status to anemia level (p value
= 0.295). Conclusion: It can be concluded that there is a relationship of education to the
level of anemia and there was no relationship between compliance with Fe consumption,
age, parity, occupation, birth distance, nutritional status to anemia level.
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
Page | 21
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
Anemia merupakan penyakit kekurangan sel Anemia pada ibu hamil sangat terkait dengan
darah merah. Apabila jumlah sel darah merah berkurang, mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi, termasuk
asupan oksigen dan aliran darah menuju otak juga risiko keguguran, lahir mati, prematuritas dan berat bayi
semakin berkurang (Sutanto dkk, 2017). Bagi kelompok lahir rendah.Anemia yakni suatu kondisi dimana jumlah
wanita usia reproduksi, anemia merupakan suatu dan ukuran sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin
permasalahan kesehatan terbesar didunia (Astriana, dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat
2017). Menurut World Health Organization (WHO) mengganggu kapasitas darah untuk mengangkut oksigen
(2018), secara global prevalensi anemia pada ibu hamil ke sekitar tubuh.Anemia merupakan indikator untuk gizi
di seluruh dunia adalah sebesar 41,8 %. Sedangkan di buruk dan kesehatan yang buruk (WHO, 2018).
Indonesia anemia pada ibu hamil tahun 2018 sebesar
48,9 % Riskesdes, 2018). Di DIY ibu hamil dengan Prevalensi anemia ibu hamil di Daerah
anemia yang terdiri dari empat Kabupaten yaitu Istimewa Yogyakarta pada tahun 2015 sebesar 14,85%
kabupaten Kulon Progo sebesar 12,88 %, Bantul 16,32 dan mengalami kenaikan pada tahun 2016 yaitu sebesar
%, Gunung Kidul 16,77 %, Sleman 8,06 %, Kota 16,09 % dan kembali turun menjadi 14,32 pada tahun
Yogyakarta 30, 81 %, DIY 14,32 % (Dinkes DIY, 2017). 2017. Upaya menurunkan prevalensi anemia pada ibu
Prevalensi kejadian anemia di Kabupaten Gunung Kidul hamil harus dilakukan secara optimal mengingat target
merupakan paling tinggi diantara empat kabupaten di penurunan jumlah kematian ibu menjadi prioritas
DIY yaitu 16,77%, urutan kedua Kabupaten Bantul yaitu permasalahan kesehatan di DIY (Dinkes DIY, 2017).
16,32% dan urutan ke tiga Kabupaten Kulon Progo Karakteristik ibu hamil menjadi faktor penyebab
sebesar 12,88%. terjadinya anemia, diantaranya adalah umur, paritas,
pendidikan, pekerjaan, jarak kelahiran, status gizi,
Anemia merupakan salah satu resiko kejadian kepatuhan minum Fe (Kondi dkk, 2017), status gizi
bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi (Lestari, 2016).
terhadap janin dan ibu, keguguran, kelahiran prematur
dan kematian ibu. 17 penelitian dengan total sampel Upaya pencegahan anemia pada ibu hamil, di
245.407 dalam sebuah meta-analisis yang berjudul Kabupaten Bantul dilaksanakan melalui program
“maternal anemia during pregnancy and infant low birth pemberian tablet Fe kepada ibu hamil sebanyak 90 tablet
weight” menunjukkan bahwa risiko relatif pada anemia yang terbagi dalam tiga kali pemberian selama
pada trimester pertama, kedua dan ketiga kehamilan kehamilannya. Ibu hamil yang mendapatkan tablet besi
adalah 1.26 (95% CI: 1.03-1.55), 0.97 (95% CI: 0.57- mencakup Fe1 sebanyak 95,45 % dan Fe3 sebanyak
1.65), dan 1.21 (95% CI: 0.84-1.76). Kesimpulan dari 86,48 %. Cakupan pemberian Fe pada ibu hamil yang
sudah mencapai target ini ternyata tidak merata di
Page | 22
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
Page | 23
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tabel 3. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan
sebagian besar responden berusia > 37 tahun yaitu Kejadian Anemia
sebanyak 17 responden (53,1%), sebagian besar
multigravida sebanyak 12 responden (37,5%), N Variabel Anemia Total % p-
o value
sebagian besar berpendidikan SMA sebanyak 20 Anemia % Anemia %
responden (62,5%), sebagian besar IRT sebanyak Ringan Sedang
1 Usia
27 responden (84,4%), dengan jarak kelahiran < 20 tahun 0 0 3 9.4 3 9.4
sebagian besar < 2 tahun sebanyak 18 responden 20 – 35 10 31.3 2 6.3 12 37.5 0.468
(56,3%), status gizi mayoritas nornal sebanyak 31 tahun
>35 tahun 7 21.9 10 31.3 17 53.1
responden (96,9%), kepatuhan ibu hamil 2 Paritas
konsumsi Fe sebagian besar patuh sebanyak 29 Nulipara 5 15.6 4 12.5 9 28.1
Primipara 8 25.0 3 9.4 11 34.4 0.243
responden (90.6%), kadar Hb responden sebagian Multipara 4 8 25.0 12 37.5
besar 9.8 gr% sebanyak 17 responden (53.1%), 3 Pendidikan
SD 1 3.1 3 9.4 4 12.5
sedangkan tingkat anemia responden sebagian SMP 2 6.3 4 12.5 6 18.8 0.043
besar anemia ringan sebesar 17 responden SMA 12 37.5 8 25.0 20 62.5
(53.1%). Diploma 1 3.1 0 0.00 1 3.1
Sarjana 1 3.1 0 0.00 1 3.1
4 Pekerjaan
2. Hubungan karakteristik ibu hamil terhadap PNS 1 3.1 0 0.00 1 3.1
tingkat anemia pada ibu hamil Swasta 2 6.3 0 0.00 2 6.3 0.619
Petani 2 6.3 2 6.3
Untuk mengetahui hubungan karakteristik IRT 14 43.8 13 40.6 27 84.4
ibu hamil terhadap tingkat anemia pada ibu hamil 5 Jarak
Kelahiran
digunakan uji Chi Square dan Spearman rho. < 2 tahun 10 31.3 8 25.0 18 56.3
Hasil uji Chi Square dan Spearman dapat dilihat 2 – 3 tahun 3 9.4 1 3.1 4 12.5 0.561
berikut ini: >35 tahun 4 12.5 6 18.7 10 31.2
6 Status Gizi
Kurus 0 0.00 1 3.1 1 3.1 0.295
Tabel 2. Hubungan Kepatuhan Konsumsi Fe Normal 17 53.1 14 43.8 31 96.9
terhadap Tingkat Anemia
Karakteristik responden berdasarkan usia hasil
Tingkat Anemia
Kepatuhan Anemia Anemia Total
uji Spearman menunjukkan nilai p value = 0.468
Ρ
Konsumsi Ringan Sedang value
sehingga Ha di tolak (p>0.05). Hal ini
Fe menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
n % n % n %
Patuh 15 46.9 14 43.8 29 90.6 usia terhadap tingkat anemia. Dengan demikian
0.548 penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
Tidak Patuh 2 6.3 1 3.1 3 9.4
Jumlah 17 53.2 15 46,9 32 100 Astriana, W. (2017) yang menyatakan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara usia dengan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kejadian anemia pada ibu hamil. Penelitian ini tidak
hubungan karakteristik ibu dengan kejadian sejalan karena jumlah responden lebih banyak
anemia pada ibu hamil di PMB Sumarni Pundong dibandingkan dengan responden penelitian dan
Bantul Yogyakarta tahun 2019 didapatkan hasil teknik pengambilan sampel yang digunakan
uji Chi Square kepatuhan konsumsi Fe penelitian Astriana, W. (2017) menggunakan
menunjukkan p value= 0.548 sehingga Ha di tolak random sampling. Hal ini disebabkan bahwa umur
(p> 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada bukan satu – satunya faktor penyebab anemia
hubungan antara kepatuhan konsumsi Fe terhadap melainkan ada faktor dasar (sosial ekonomi,
tingkat anemia. pengetahuan, pendidikan, dan budaya) dan faktor
langsung (pola konsumsi tablet tambah darah,
Penelitian ini tidak sejalan dengan infeksi dan perdarahan). Faktor yang paling
penelitian Desi dkk., (2015) yang mengatakan mempengaruhi yaitu paritas karena meskipun ibu
bahwa ada hubungan antara kepatuhan konsumsi hamil berusia reproduktif (tidak berisiko) namun
tablet Fe dengan kejadian anemia kehamilan. mayoritas ibu hamil merupakan nulipara dan
Penelitian ini tidak sejalan karena responden lebih primipara (berisiko).
banyak dibandingkan dengan responden pada
penelitian ini. Karakteristik responden berdasarkan paritas
hasil uji Spearman menunjukkan nilai p value =
0.243 sehingga Ha di tolak (p > 0.05). Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
paritas terhadap tingkat anemia. Hal tersebut tidak
sesuai dengan teori yang mengatakan nulipara atau
primipara lebih berisiko mengalami anemia karena
seringnya terjadi hiperemisis gravidarum pada awal
Page | 24
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
kehamilan sehingga kurangnya asupan makanan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
untuk memenuhi gizi ibu hamil. Hal ini status gizi terhadap tingkat anemia. Penelitian ini
kemungkinan terjadi karena ibu hamil dengan sejalan dengan penelitian Meihartati, T., Widia, L.,
paritas < 1 lebih aktif untuk mendapatkan informasi & Lestari, D. A. (2017), yang mengatakan tidak
tentang kehamilan sehingga dapat mencegah terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi
terjadinya anemia. ibu hamil dengan kejadian anemia.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Astuti, D. (2016) yang mengatakan bahwa faktor- KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
faktor yang tidak berhubungan secara signifikan
terhadap kejadian anemia pada ibu hamil adalah Ada hubungan signifikan yang cukup dan
paritas. Namun penelitian ini sejalan dengan berlawanan arah antara pendidikan terhadap tingkat
penelitian Astriana, W. (2017) yang mengatakan anemia (p value = 0.043) dan tidak ada hubungan antara
bahwa ada hubungan yang bermakna antara paritas kepatuhan konsumsi Fe terhadap tingkat anemia (p
dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Penelitian value = 0.548), usia terhadap tingkat anemia (p value =
ini tidak sejalan dengan Astriana, W. (2017) karena 0.468), paritas terhadap tingkat anemia (p value =
jumlah respondennya lebih banyak dan 0.243), pekerjaan terhadap tingkat anemia (p value =
pengambilan sampelnya menggunakan random 0.619), jarak kelahiran terhadap tingkat anemia (p value
sampling. = 0.561), status gizi terhadap tingkat anemia (p value =
0.295).
Karakteristik responden berdasarkan Saran bagi petugas agar dapat meningkatkan
pendidikan hasil uji Spearman menunjukkan nilai p kerjasama antara petugas kesehatan untuk melakukan
value = 0.043 sehingga Ha di terima (p < 0.05). Hal pemantauan khususnya pada ibu hamil yang mengalami
ini menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan anemia. Hasil penelitian ini dijadikan pengalaman
yang cukup dan berlawanan arah antara pendidikan tentang manfaat pijat endorphin agar dapat diterapkan
terhadap tingkat anemia. Hasil penelitian ini sejalan pada kelahiran berikutnya. Saran bagi peneliti
dengan teori Walyani (2015) yang mengatakan selanjutanya di harapkan dapat dilakukan penelitian
bahwa faktor yang berhubungan dengan anemia lebih mendalam terkait hubungan karakteristik ibu
pada ibu hamil berdasarkan karakteristik ibu hamil hamil dengan menggunakan kuesioner dan wawancara
yaitu pendidikan. Namun penelitian ini tidak sejalan secara mendalam. Peneliti harus mempertimbangkan
dengan penelitian Purwandari, A., Freike, L., & dari semua karakteristik yang diteliti dengan distribusi
Feybe, P. (2016), hasil analisis menunjukkan tidak varian harus merata.
ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu
hamil dengan tingkat anemia. Penelitian ini tidak REFERENSI
sejalan dengan Purwandari, A., Freike, L., & Feybe,
P. (2016), karena populasi yang diambil semua ibu Asriana, Suhartatik, & Ferial, E. W. (2014). Faktor-
hamil trimester III yang mengalami anemia dengan Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
jumlah responden 56 ibu hamil. Anemia Pada Ibu Hamil di Rumah Sakit Ibu dan
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Anak Siti Fatimah Makassar. Jurnal Ilmu
hasil uji Spearman menunjukkan nilai p value = Kesehatan Diagnosis, 2302-1721
0.619 sehingga Ha di tolak (p>0.05). Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara Astuti, D. (2016). Faktor Yang Berhubungan Dengan
pekerjaan terhadap tingkat anemia. Penelitian ini Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di
sejalan dengan penelitian Umi Fikriana dan Suharni Puskesmas Undaan Lor Kabupaten Kudus.
(2013) yaitu tidak terdapat hubungan pekerjaan 2407-9189.
dengan kejadian anemia.
Astriana, W. (2017). Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
Karakteristik responden berdasarkan jarak Ditinjau dari Paritas dan Usia. Jurnal Ilmu
kelahiran hasil uji Spearman menunjukkan nilai p Kesehatan, 123-130.
value = 0.561 sehingga Ha di tolak (p > 0.05). Hal
ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara Dinkes. (2017). Profil Kesehatan Yogyakarta Tahun
jarak kelahiran terhadap tingkat anemia. Dengan ini 2017. Yogyakarta: Dinas Kesehatan
sejalan penelitian Asrina, Suhartatik dan Ferial, E. Yogyakarta.
W. (2014) yaitu tidak ada hubungan antara jarak
kelahiran dengan anemia. Dinkes. (2018). Profil Kesehatan Tahun 2018
Kabupaten Bantul. Yogyakarta: Dinas
Karakteristik responden berdasarkan status gizi
Kesehatan Kabupaten Bantul.
hasil uji Spearman menunjukkan nilai p value =
0.295 sehingga Ha di tolak (p > 0.05). Hal ini
Page | 25
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni 2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.
Fikriana, U. (2013). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Yanti, D. A., Sulistyaningsih, A., & Keisnawati. (2015).
Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Faktor-faktor Terjadinya Anemia Pada Ibu
Puskesmas Kasihan II Bantul Tahun 2013. Primigravida Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pringsewu Lampung.Jurnal Keperawatan,
Kemenkes. (2017). Profil Kesehata Republik Indonesia 79-87.
Tahun 2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Page | 26
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik