Anda di halaman 1dari 32

JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021 pp 1-6

AKBID UMMI KHASANAH p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027

Pengaruh Pijat Oxytocin Terhadap Jumlah Lochea Pada Ibu


Post Partum
Sri Lestari1*, Agnes Isti Harjanti2*, Widya Mariyana3*
1, 2, 3 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Telogorejo, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
*lestari_elearning@stikestelogorejo.ac.id, agnes@stikestelogorejo.ac.id, widya_mariyana@stikestelogoreji.ac.id

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article history: Latar Belakang: Proses involusi uterus ditandai dengan pengeluaran lochea,
jumlah pengeluaran lochea akan mempengaruhi lama proses involusi. Salah satu
Received March 01, 2021 cara untuk memepercepat pengeluaran lochea rubra dengan dilakukannya massage
Accepted March 30, 2021 oxytocin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh massage oxytocin
Published April 01, 2021 terhadap jumlah lochea rubra pada ibu post partum. Metode: Rancangan penelitian
ini adalah Quasi Eksperimen Design posttest only with control group. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling responden
Kata Kunci: sebanyak 34 ibu post partum. Hasil:. Hasil penellitian didapatkan bahwa rerata
jumlah lochea rubra pada hari ke 3 kelompok perlakuan 45.18 cc dan kelompok
Jumlah Lochea Rubra kontrol 71.24 cc. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan jumlah
Ibu Post Partum lochea rubra pada hari ke 3 dengan ρ = 0.000 (ρ < 0.05). Kesimpulan: Massage
Pijat Oksitosin oxytocin mengeluarkan hormon oksitosin dan hormon oksitosin dapat merangsang
frekuensi kontraksi uterus untuk mempelancar pengeluaran lochea rubra, sehingga
dapat diterapkan untuk ibu post partum.

ABSTRACT
The Effect of Oxytocin Massage toward The Amount of Lochea Rubra on Post
Partum Mothers

Background: Lochia discharge is a symptom of uterine involution.The amount of


Key words: this discharge will affect the length of the involution process. One method to speed
up the discharge of lochia rubra is by conducting oxytocin massage. The aim of
Oxytocin Massage this research is to determine the effect of oxytocin massage on the amount of
Postpartum Mother lochia rubra discharge on post partum mothers. Methods: The design of this
The amount of Lochia Rubra research is Quasy Experimental Design using post-test only with a control group.
The sampling technique used is accidental sampling with 34 post partum mothers
as the respondents. The result of this research shows that the average amount of
DOI: lochia rubra on the third day of the treatment group is 45.18 cc and the control
https://10.48092/jik.v7i2.131 group is 71.24 cc. Results: The result of a statistical test shows that there is a
difference in the amount of lochia rubra on the third day with p = 0.000 (p <
0.05). Conclusion: Oxytocin massage discharges oxytocin hormon and this
hormon can stimulate the frequency of uterus contraction to speed up lochia rubra
discharge, so that it can be applied to post partum mothers.

This open access article is under the CC–BY-SA license.

Page | 1
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

This open access article is under the CC–BY-SA license.

PENDAHULUAN bisa diambil sebagai sampel. Kriteria inklusi pada


penelitian ini yaitu:
Salah satu indikator untuk menentukan derajat
1) Ibu post partum dengan persalinan pervaginam
kesehatan suatu bangsa ditandai dengan tinggi
rendahnya angka kematian ibu. Hal ini merupakan 2) Ibu post partum bersedia menjadi responden
suatu fenomena yang mempunyai pengaruh besar 3) Ibu post partum yang sadar dan kooperatif
terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan. Masa 4) Ibu post partum yang menyusui dan
Nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna beraktifitas
menurunkan angka kematian ibu. Setelah persalinan
tubuh seorang ibu memasuki masa pemulihan, salah b. Kriteria eksklusi
satunya adalah involusi uteri yang dimulai segera
Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi
setelah persalinan dan proses ini harus tuntas setelah 6
minggu. yang tidak bisa diambil sebagai sampel. Kriteria
ekslusi pada penelitian ini yaitu: Ibu post partum
Perdarahan post partum adalah perdarahan dengan komplikasi perdarahan
sebanyak 500 ml atau lebih setelah ibu melahirkan
pervaginam. Perdarahan dibagi menjadi dua yaitu Teknik sampling menggunakan accidental
perdarahan post partum dini dalam 24 jam pertama sampling. Penelitian ini dilakukan pada ibu post partum
setelah melahirkan dan lanjut setelah 24 jam pertama di Desa Meteseh Boja Kendal selama kurang lebih satu
setelah melahirkan. Penyebab perdarahan inpartum dini bulan pada bulan 3 September-20 Desember 2019.
yaitu atonia uteri, laserasi jalan lahir, serta penyebab
perdarahan inpartum lanjut yang paling sering dialami HASIL DAN PEMBAHASAN
yaitu jaringan plasenta yang tertahan, infeksi, dan
subinvolusi. 1. Gambaran Karakteristik Berdasarkan Usia
Responden
Subinvolusi uterus merupakan kegagalan Tabel 1. Karakteristik Usia Responden
uterus dalam berinvolusi dan terjadi pemanjangan
jumlah lochea, lochea menetap tidak berubah, dan Variabel N Min Max Mean Sdf
uterus akan teraba lebih besar, lunak dari pada keadaan
normalnya. Penyebab terjadinya subinvolusi yaitu Kelompok 17 20 33 26.53 3.875
retensi fragmen plasenta dan infeksi. perlakuan

Banyak hal yang menjadi faktor resiko Kelompok 17 23 33 27.82 2.963


terjadinya kegagalan involusi dan laktasi. Faktor kontrol
tersebut antara lain mobilisasi, nutrisi, laktasi, faktor
lingkungan, budaya dan keluarga. Beberapa treatment
dapat dilakukan agar proses tersebut berjalan dengan Berdasarkan tabel 1 diatas dapat dijelaskan
baik antara lain senam nifas, pijat oksitosin dan bahwa usia responden kelompok perlakuan usia
postnatal massage. termuda 20 tahun dan usia tertua 33 tahun, rerata 27
tahun dengan standar deviasi 3.875 tahun. Usia
METODE responden kelompok kontrol usia termuda 23 tahun
dan usia tertinggi 33 tahun, dengan rerata 28 tahun
Variabel independent dalam penelitian ini dengan standar deviasi 2.963 tahun.
adalah pijat oxytocin dan variabel dependentnya adalah
jumlah lochea. Hipotesis penelitian ini adalah ada 2. Gambaran Karakteristik Berdasarkan Paritas
perbedaan pemberian pijat oxytocin terhadap jumlah Responden
lochea yang keluar pada ibu post partum di Desa Tabel 2. Karakteristik Paritas Responden
Meteseh Boja Kendal. Penelitian ini menggunakan
metode Quasi Eksperimen Design (eksperimen semu) Variabel N Min Max Mean Sd
dengan rancangan posttest only with control group.
Desain penelitian ini membandingkan hasil kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol. Populasi ada 34 ibu Kelompok 17 1 4 2.00 3.875
post partum dengan syarat sampel sesuai kriteria inklusi perlakuan
dan eksklusi,
Kelompok 17 1 4 2.06 0.827
a. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang control
perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang

Page | 2
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

This open access article is under the CC–BY-SA license.

Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dijelaskan Berdasarkan tabel 5 diatas dapat dijelaskan
bahwa paritas responden kelompok perlakuan bahwa jumlah lochea pada hari ke-3 pada kelompok
paritas nilai terendah 1 dan nilai tertinggi 4, rerata kontrol nilai terendah 60 cc, jumlah nilai tertinggi 80
2.00 dengan standar deviasi 3.875. Paritas kelompok cc, rerata 71.24 cc dengan standar deviasi 6.006 cc.
kontrol nilai terendah paritas 1 dan nilai tertinggi
paritas 4, rerata 2.06 dengan standar deviasi 0.827. 6. Perbedaan Jumlah Lochea 24 Jam pada Hari ke-
3 Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol
3. Gambaran Karakteristik Berdasarkan Tabel 6 Distribusi Bivariat Jumlah Lochea 24 Jam
Tingkatan Pendidikan Responden Hari Ke-3 Pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol
Tabel 3. Karakteristik Berdasarkan Tingkatan
Pendidikan Responden Variabel Maen Sd Shapiro Ρ value
- Wik sig – (2-
Variabel N Pendidikan f % tailed)

Kelompok 17 SMP 3 17.6% Kelompok 45.18 9.322 0.060 0.000


perlakuan perlakuan
SMA 11 64.7% 24 jam hari
PT 3 17.6% ke-3
Kelompok 17 SMP 3 17.6%
kontrol SMA 13 76.5% Kelompok 71.24 6.006 0.483
PT 1 5.9% kontrol 24
jam hari
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat ke-3
dijelaskan bahwa kelompok perlakuan SMP
sebanyak 3 responden (17.6%), SMA sebanyak 11
responden (64.7%), PT sebanyak 3 responden Uji independent t test atau uji t tidak
(17.6). Kelompok kontrol SMP sebanyak 3 berpasangan jumlah lochea 24 jam hari ke-3 kelompok
responden (17.6%), SMA sebanyak 13 responden intervensi dengan rerata 45.18 cc, standar deviasi 9.322
(76.5%), PT sebanyak 1 responden (5.9%). cc dan kelompok kontrol 71.24 cc, standar deviasi
6.006 cc. Hasil uji normalitas pada kelompok perlakuan
4. Gambaran Jumlah Lochea 24 Jam pada Hari ke- 0.060 (>0.05), kelompok kontrol 0.483(>0.05) hal ini
3 Kelompok Perlakuan menunjukkan kedua kelompok berdistibusi normal.
Tabel 4 Distribusi Jumlah Lochea 24 Jam Ke 3 Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji
Kelompok Perlakuan Responden independent t-test didapatkan hasil nilai sig (2-tailed)
sebesar p value 0.000 ˂ 0.05 maka adanya perbedaan
Variabel Min Max Mean sd pijat oxytocin pada lochea 24 jam pada hari ke-3 antara
Kelompok 32 58 45.18 9.322 kelompok perlakuan dan kontrol. Jika dilihat dari nilai
perlakuan selisih mean antara kedua kelompok jumlah lochea hari
Lochea 24 ke-3, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada kelompok
perlakuan lebih berpengaruh terhadap jumlah lochea
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dengan selisih mean 45.18 cc.
dijelaskan bahwa jumlah lochea pada kelompok
perlakuan nilai terendah 32 cc, jumlah nilai tertinggi 1. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan
58 cc, rerata 45.18 cc dengan standar deviasi 9.322 Usia
cc. Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah lochea hari
ke-3 pada responden kelompok perlakuan usia 20
5. Gambaran Jumlah Lochea 24 Jam pada Hari ke- tahun sebanyak 32 cc dan usia 33 tahun sebanyak 46
3 Kelompok Kontrol cc. Didukung hasil penelitian Palupi (2011) bahwa
Tabel 5 Distribusi Jumlah Lochea Rubra 24 Jam usia 20-35 tahun merupakan usia yang mengalami
Hari Ke-3 Kelompok Kontrol Responden percepatan proses involusi uterus yang disebabkan
karena faktor elastisitas dari otot uterus dalam
Variabel Min Max Mean sd kondisi vitalitas yang mengakibatkan kontraksi otot
Kelompok 60 80 71.24 6.006 dan mempercepat kembalinya alat-alat kandungan.
kontrol
Lochea 24

Page | 3
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

This open access article is under the CC–BY-SA license.

2. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan proses involusi uterus, involusi uterus adalah
Paritas proses saat terjadinya plasenta keluar dan
Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah berlangsung selama 6 minggu.
lochea hari ke-3 pada responden kelompok
Dua jam pertama setelah lahir jumlah lochea
perlakuan paritas 1 sebanyak 33 cc dan paritas 4
tidak boleh dari jumlah maksimal yang keluar
sebanyak 58 cc. Pada penelitian ini paritas 1 proses
selama menstruasi. Beberapa jam dan hari jumlah
pengeluaran lochea lebih cepat dari pada paritas 4
lochea harus semakin berkurang. Keluarnya
karena adanya proses involusi uterus.
plasenta mengakibatkan keluarnya lapisan lain
Penelitian ini sesuai dengan teori Reeder, yang terdapat dari dalam rahim juga ikut keluar.
Martin & Griffin (2012), bahwa pada primipara Dan lapisan decidua basalis yang sudah menjadi
fisiologis otot-otot rahim tingkat elastisitasnya nekrotik akan keluar sebagai lochea.
bagus karena belum pernah mengalami
6. Analisis Perbedaan Jumlah Lochea 24 Jam pada
peregangan. Pada multipara proses involusi uterus
Hari ke-3
cenderung menurun karena keadaan fisiologis otot-
Berdasarkan hasil analisa independent t-test
otot rahim kurang elastis otot-otot uterus sudah
pada jumlah lochea 24 jam hari ke-3 kelompok
sering teregang, otot-otot uterus yang sering
perlakuan dan kontrol dapat disimpulkan bahwa
teregang memerlukan waktu yang lama untuk
terdapat perbedaan yang signifikan dengan nilai ρ
proses involusi uterus.
=0.000 ˂0.05. Pada lochea hari ke-3 jika dilihat
3. Gambaran Karakteristik Berdasarkan Tingkat pada selisih mean kelompok perlakuan 45.18 cc
Pendidikan dan kelompok kontrol 71.24 cc dapat ditarik
Hasil penelitian menunjukkan pendidikan PT kesimpulan bahwa kelompok perlakuan lebih
terdapat 3 responden kelompok perlakuan dan 1 berpengaruh dari pada kontrol.
responden untuk kelompok kontrol. Menurut
Efek fisiologis dari pijat oxytocin adalah
peneliti tingkat pendidikan akan mempengaruhi
merangsang kontraksi otot polos uterus baik pada
pengetahuan yang berdampak pada gaya hidup
proses saat persalinan maupun setelah persalinan
sehingga akan berdampak pada faktor-faktor
sehingga dapat mempercepat proses involusi
percepatan involusi uterus yang berdampak
uterus. Didukung oleh hasil penelitian Elisa (2016)
pengeluaran lochea.
bahwa proses pengembalian uterus bisa dilihat dari
Pendidikan merupakan proses dimulainya adanya kontraksi uterus yang kuat, penurunan
waktu lahir dan berlangsung sepanjang hidup, tinggi fundus uteri dan jumlah pengeluaran lochea.
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
akan lebih mudah menerima informasi, sikap yang
kooperaktif dibandingkan ibu post partum yang KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
berpendidikan rendah karena diakibatkan Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui
kurangnya pengetahuan. bahwa responden kelompok perlakuan usia termuda 20
4. Gambaran pada Kelompok Perlakuan Jumlah tahun dan usia tertua 33 tahun,. Usia responden
Lochea pada Hari ke-3 kelompok kontrol usia termuda 23 tahun dan usia
Berdasarkan hasil penelitian jumlah lochea tertinggi 33 tahun paritas responden kelompok
jumlah nilai tertinggi sebanyak 58 cc dan nilai perlakuan paritas terendah 1 dan tertinggi 4, rerata 2.00
terendah 32 cc, rerata 45.18 cc, dengan standar dengan standar deviasi 3.875.
deviasi 9.322cc. Pijat oxytocin mengeluarkan Paritas kelompok kontrol nilai terendah paritas
hormon oksitosin dimana hormon ini dapat 1 dan nilai tertinggi paritas 4, rerata 2.06 dengan
mengakibatkan kontraksi uterus menjadi kuat. standar deviasi 0.827, kelompok perlakuan tingkat
Kontraksi uterus yang kuat akan mempengaruhi pendidikan terbanyak SMA sebanyak 11 responden
proses involusi menjadi lebih cepat. (64.7%), dan sedikit PT sebanyak 3 responden (17.6).
Saat uterus berkontraksi akan mengeluarkan Kelompok kontrol terbanyak SMA sebanyak 13
cairan rahim berupa lochea, pengeluaran lochea responden (76.5%), sedikit PT sebanyak 1 responden
yang lancar menunjukkan kontraksi uterus yang (5.9%), jumlah lochea hari ke-3 kelompok perlakuan
bagus dan kuat. nilai terendah 32 cc, jumlah nilai tertinggi 58 cc, rerata
45.18 cc dengan standar deviasi 9.322 cc, dan pada
5. Gambaran Pada Kelompok Kontrol Jumlah Lochea kelompok kontrol nilai terendah 60 cc, jumlah nilai
Hari ke-3 tertinggi 80 cc, rerata 71.24 cc dengan standar deviasi
Berdasarkan hasil penelitian jumlah lochea 6.006 cc.
jumlah nilai tertinggi sebanyak 80 cc dan nilai Ada perbedaan jumlah lochea pada ibu post
terendah 60 cc, rerata 71.24 cc dengan standar partum antara kelompok perlakuan dan kelompok
deviasi 6.006 cc. Hal ini di karenakan adanya kontrol dengan nilai ρ value = 0.000 ˂ 0.05.

Page | 4
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

This open access article is under the CC–BY-SA license.

REFERENSI rumah sakit khusus daerah ibu dan anak


pertiwi Makassar.
http://www.ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/
Ambarwati, R.E. (2010). Asuhan kebidanan (nifas). jikd/search Diakses 5Maret 2019
Yogyakarta: Mitra Cendikia Lowdermilk, L., Perry, S., & Cashion, K. (2013).
Dharma. (2011). Metodologi penelitian keperawatan Keperawatan maternitas.Singapore: Elsevier
(pedoman melaksanakan dan menerapkan Manuaba, I.A.C. (2013). Ilmu kandungan, penyakit
hasil penelitian. Jakarta: CV. Trans Info kandunga dan KB. EGC : Jakarta
Medika Martini. (2012). Hubungan inisiasi menyusui dini
Elisa. (2016). Manfaat pijat oksitosin untuk dengan tinggi fundus uteri ibu post partum
pencegahan perdarahan ibu pasca hari ke-tujuh di wilayah kerja puskesmas
melahirkan kota bumi II lampung utara.
http://http//ejournal.poltekkes.smg.ac.id/ojs/i http://lib.ui.ac.id/login.jsp?requester=file?fil
ndex.php/link/article/view/434 Diakses pada e=digital/20313701-T31318-
tanggal 21 Juni 2019 Hubungan%20inisiasi.pdf.Diakses pada
Fauziah, H.W. (2014). Pengaruh pijat oksitosin tanggal 15 Februari 2019
terhadap involusi uterus pada ibu post Nasir., Muhith., & Ideputri. (2011). Buku ajar
partum primigravida di RSUD panembahan metodologi penelitian kesehatan: konsep
senopati bantul Yogyakarta. pembuatan karya tulis dan thesis untuk
http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t34055.pdf. mahasiswa kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Diakses pada tanggal 02 April 2019 Medika
Fiorentina. (2017). Pengaruh pijat oksitosin terhadap Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian
involusi uterus pada ibu post partum di kesehatan. Jakarta: Rineka cipta Nurjanah.
ruang post partum di puskesmas wilayah kota (2017). Gambaran lama pengeluaran lochea
semarang. dan pola menyusui pada ibu post partum
http://journal.unpad.ac.id/ejournal/artccle/vie di puskesmas panjang dan
w/787. Diakses 10 April 2019 banyuanyar Surakarta.
Greenstein B, & Diana W. (2010). Hormon oksitosin, http://eprints.ums.ac.id/59830/14/file%202%2
alih bahasa at a glance sistem endokrin edisi 0naskah%20publikasi%20bena%20r%20.pdf.
2. Jakarta : Erlangga Diakses pada tanggal 20 Februari 2019
Hadi, M.Y. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan Palupi, I.F.H. (2011). Hubungan Inisiasi Menyusui
dengan involusi uteri pada ibu post partum di Dini Dengan Perubahan Involusi Uteri Pada
wilayah kerja puskesmas ketapang lampung Ibu Nifas Di BPS ANIK S, Amd.Keb Di
utara. Mojosongo Surakarta.
https://ejurnal.poltekkes- https://ejurnal.stikesmhk.ac.id/index.php/mat
tjk.ac.id/index.php/JKM/article/view/548 ernal/article/view/151.
Diakses pada tanggal 15 Februari 2019 Diakses pada tanggal 16 Februari 2019
Hidayat, A.A. (2011). Metode penelitian kebidanan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2018)
dan teknik analisa data. Jakarta: Salemba http://www.depkes.go.id/resources/downloa
Medika d/profil/PROFIL_KES_PROVIN%20SI_201
Hindiriati, T. (2011). Faktor-Faktor yang 7/13_Jateng_2017.pdf. Diakses pada tanggal
berhubungan dengan involusi uteri pada Ibu 01 Januari 2019
nifas di rumah sakit bersalin wilayah kerja Reeder, S., J., Martin, L., & Griffin. (2012).
puskesmas rawasari tahun 2011. Keperawatan maternitas kesehatan wanita,
https://media.neliti.com/media/publications/ bayi, dan keluarga. Jakarta: EGC
225553-faktor-faktor-yang-berhubungan- Rukiyah, Y., Yulianti, L., & Liana, M. (2011).
dengan-in-f3f767c5.pdf.Diakses pada Asuhan kala III (Nifas). Jakarta: Trans Info
tanggal 15 Februari 2019 Media
Hockenberry, M.J., & Wilson, D.W. (2002). Nursing Rumekti, D. Perbandingan efektifitas misoprostol per
care of infants and children. 8th ed. St. oral dengan oksitosin untuk prevensi
Louis: Mosby Elsevier perdarahan post partum.
Khairani, L. (2012). Pengaruh pijat oksitosinterhadap http://www.chnrl.net.publikasi.pdf.mpo/
involusi uterus pada ibu post partum di Diakses pada tanggal 02 April 2019
ruang post partum kelas III rshs bandung. Saryono, & Setiawan. (2011) .Metodologi dan
http://journal.unpad.ac.id/ejournal/article/vie aplikasi. Yogyakarta: Mitra CendikiaPress
w/787. Diakses 05 April 2019 Sarli, D. (2015). Pengaruh perbedaan kadar oksitosin
Lisnawaty. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan melalui pemijatan oksitosin Terhadap Jumlah
dengan involusi uteri pada ibu post partum di Perdarahan pada ibu 2 jam postpartum.

Page | 5
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

This open access article is under the CC–BY-SA license.

http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/arti
cle/view/357 Diakses 7 Maret 2019
Setiadi. (2013). Konsep dan praktik penulisan riset
keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sofian, A. (2011). Rustam mochtar sinopsis obstetri.
Jakarta: EGC Suherni, S. (2008). Perawatan
masa nifas. Yogyakarta: Fitramaya
Sukarni K., Icemi., & Wahyu, P. (2013). Buku ajar
keperawatan maternitas.Yogyakarta: Nuh
Medika
Wulandari & Handayani. (2011). Asuhan kebidanan
ibu masa nifas. Yogyakarta: Gosyen
Publishing

Page | 6
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021 pp 7-13

AKBID UMMI KHASANAH p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027

Efektivitas Pijat Payudara dan Kompres Air Hangat Terhadap


Kecukupan ASI Bayi Pada Ibu Post Partum
Anisah Jaya Anggraeni1*, Qomariyah2*, Kristina Maharani3*
1, 2, 3 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Telogorejo, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
*anisah@stikestelogorejo.ac.id, qomariyah@stikestelogorejo.ac.id, kristina@stikestelogorejo.ac.id

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article history: Latar Belakang: Penurunan produksi ASI hari-hari pertama setelah melahirkan dapat
disebabkan kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat berperan
ReceivedMarch 01,2021 dalam produksi ASI. Manfaat pijat payudara pada masa nifas dan menyusui karena ASI
Accepted March 30, 2021 mengandung banyak endorphine sehingga bayi lebih tenang dan merasa nyaman dan
Published April 01, 2021 kompres air hangat mampu membuat pembuluh darah dan kelenjar pada payudara
mengalami pelebaran atau vasodilatasi, sehingga ASI lebih mudah untuk keluar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pijat payudara dan kompres air
Kata Kunci: hangat terhadap kecukupan ASI bayi pada ibu post partum. Metode: Desain penelitian
menggunakan quasi eksperimen dengan metode penelitian yang di gunakan adalah pre-
Ibu Postpartum test dan post-test with control group, teknik pengambilan sampel purposive sampling,
Kecukupan ASI bayi sejumlah 32 responden yaitu 16 responden pada kelompok intervensi dan 16 responden
Kompres Air Hangat pada kelompok kontrol. Pengambilan data dengan menggunakan lembar observasi
Pijat Payudara karakteristik bayi dan melakukan pijat payudara dan kompres air hangat. Hasil: Hasil
penelitian menunjukkan adanya perbedaan BB bayi yang bermakna dengan p value=
0.007, dan ada perbedaan frekuensi BAK yang bermakna dengan p value= 0.022, dan ada
perbedaan frekuensi menyusu yang bermakna dengan p value= 0.007, serta ada
perbedaan lama tidur yang bermakna dengan p value= 0.001.Kesimpulan: Dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh pijat payudara dan kompres air hangat terhadap
kecukupan ASI bayi dengan indikasi berat badan bayi, frekuensi BAK, frekuensi
menyusu, dan lama tidur setelah menyusu.

ABSTRACT
The Effectiveness of Breast Massage and Warm Water Compression on the Adequacy
of Infant Breastfeeding in Postpartum Mother

Background: Breast milk production may have declined in the early days of postpartum
Key words: due to a lack of prolactin and oxytocyn stimulants, both of which play important roles in
the production of breast milk. Breast massage and warm water compresses can be
Breast Massage beneficial during the puerperal and breastfeeding periods because breast milk contains a
Postpartum Mother lot of endorphins that make the baby feel calm and comfortable, and the water compress
The Adequacy of Breastmilk can make the blood vessels and breast gland widen, which is known as vasodilation, and
Warm Water Compress thus the breast milk can be taken out more easily.The goal of this study is to see how well
breast massage and warm water compresses affect the adequacy of breast milk in
postpartum mothers Methods: The research design used a quasi-experimental research
DOI: design. The research method taken in this research is pretest-postest with control group
https://10.48092/jik.v7i2.132 design. Purposive sampling is used as a technique to collect samples from 32
respondents, 16 from the intervention group and 16 from the control group.The
information is gathered by using a baby characteristic observation sheet while
performing breast massage and a warm water compress. Results: The result shows a
significant difference in baby weight with p value =0.007, significant difference in
frequency of urination with p value =0.022, significant difference in frequency of
breastfeeding with p value =0.007, and also a difference in duration of sleep with p value
=0.001. Conclusion: It can be concluded that the influence of breast massage and warm
water compresses the adequacy of breast milk that is indicated by baby weight, frequency
of urination, frequency of breastfeeding, and duration of sleep after breastfeeding.

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Page | 7
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

PENDAHULUAN “hubungan keefektifitas endorphine dan kompres air


hangat terhadap kecukupan ASI bayi pada ibu post
ASI ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, partum
tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk,
madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan METODE
padat seperti pisang, pepaya dll. Pemberian ASI saja
tanpa makanan pendamping apapun sampai bayi Penelitian ini termasuk penelitian quasi
berusia enam bulan akan mempunyai manfaat yang luar eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah
biasa bagi perkembangan dan pertumbuhan bayi di Pretest-Posttest with Control Group. Populasi dalam
samping meningkatkan ikatan kasih sayang ibu dan penelitian ini adalah ibu post partum di wilayah desa
bayi. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif pada usia Meteseh Boja Kendal. Teknik sampling dalam
nol sampai kurang dari enam bulan, secara nasional di penelitian ini adalah purposive sampling, sampel dalam
Indonesia sebanyak 54,0%.21 Sedangkan Jawa Tengah penelitian ini sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria
sendiri presentase pemberian ASI eksklusif pada bayi
ekslusi yang meliputi :
0-6 bulan pada tahun 2018 sebesar 65,57%, meningkat
dibandingkan presentase pemberian ASI ekslusif pada 1. Kriteria sampel inklusi :
tahun 2017 yaitu 54,4%. a. Ibu :
Produksi ASI pada ibu dipengaruhi oleh
1) Ibu post partum normal
beberapa faktor diantaranya ialah kurangnya perawatan
2) Ibu yang memberikan ASI eksklusif
payudara, kurang sering menyusui atau memerah
3) Ibu yang bersedia menjadi responden
payudara, kelainan endokrin ibu tetapi sangat jarang
4) Ibu yang tidak mengalami komplikasi
sekali terjadi dan yang terakhir adalah kurangnya gizi
misalnya perdarahan.
pada ibu. Menyusui setiap dua-tiga jam akan menjaga
b. Bayi :
produksi ASI tetap tinggi untuk wanita pada umumnya,
1) Bayi yang tidak ada komplikasi
menyusui atau memerah ASI delapan kali dalam 24 jam
2) Bayi yang lahir tidak premature
akan menjaga produksi ASI tetap tinggi pada masa
2. Kriteria sampel eksklusi :
awal-awal menyusui. Istirahat pada ibu menyusui harus
a. Ibu post partum normal yang tidak bersedia
dijaga dan diperhatikan, terutama pada satu atau dua
menjadi responden
minggu pertama setelah melahirkan. Ibu yang kurang
b. Ibu post partum normal yang tidak bisa membaca
istirahat pasca melahirkan dapat mengalami kelelahan
dan menulis
yang menyebabkan dampak negatif pada produksi susu
c. Ibu post partum normal dengan anak yang
dan reflek let down.
meninggal
Menyusui hari pertama yang terpenting bagi
ibu adalah memperkenalkan puting susu ibu kepada
HASIL DAN PEMBAHASAN
bayi. Karena dalam 24 jam bayi tidak perlu cairan,
yang terpenting adalah dalam 1 jam pertama bayi harus 1. Karakteristik Responden berdasarkan Paritas
diberikan kepada ibu untuk mulai menyusui, karena Tabel 1.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
pada saat bayi baru lahir daya isap bayi sangat kuat dan Paritas Pada Kelompok Intervensi Pijat Payudara dan
kemampuan isap ini baru akan kembali 38 jam Kompres Hangat dan Kelompok Kontrol
kemudian, jadi penurunan produksi ASI hari-hari Paritas Kelompok kelompok
pertama tidak perlu di khawatirkan karena bisa Intervensi kontrol
dilakukan perawatan payudara selama masa nifas.
F (%) F (%)
Hasil penelitian Anderson et.al (2016) di
Austria hasil survey yang memperlihatkan 96% bayi
Primigravida 9 56.2% 6 37.5%
menyusui dan mendapatkan ASI Eksklusif sampai
sebulan 61% dan 15% yang mendapat ASI eksklusif
Multigravida 7 43.8% 10 62.5%
sampai 6 bulan. Masalah yang dihadapi adalah
produksi ASI, mastitis, pembengkakan dan gangguan Total 16 100.% 16 100.%
pada saluran ASI.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada
bulan Januari 2019 di wilayah desa Meteseh Boja Berdasarkan tabel 1 frekuensi di atas di
Kendal terdapat rata-rata 26 ibu post partum 25% ibu ketahui pada kelompok intervensi pijat payudara
menyusui setelah 3 minggu melahirkan mengalami dan kompres air hangat bahwa responden terbanyak
masalah produksi ASI dan tidak bisa memenuhi adalah primigravida sebanyak 9 responden (56.2%)
kebutuhan bayinya. dan sedangkan responden multigravida sebanyak 7
Berdasarkan fenomena diatas yang disertai responden (43.8%) kemudian untuk kelompok
dengan data-data dan fakta yang empiris maka peneliti kontrol responden terbanyak adalah multigravida
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul sebanyak 10 responden (62.5%) dan sedangkan

Page | 8
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

responden primigravida sebanyak 6 responden Berdasarkan tabel diatas di ketahui jumlah


(37.5). BAK terendah pada hari ke-2 dan ke-14 adalah 5x
pada kelompok intervensi dan BAK terendah hari
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Berat ke-2 dan hari ke-14 5x untuk kelompok kontrol,
Badan Bayi BAK tertinggi pada hari ke-2 15x dan hari ke-14
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berat Badan Bayi 20x pada kelompok intervensi dan BAK tertinggi
Sebelum dan Sesudah di Lakukan Pijat Payudara dan pada hari ke-2 16x dan hari ke-14 15x untuk
Kompres Air Hangat pada Kelompok Intervensi dan kelompok kontrol dengan nilai rata- rata pada
Kelompok Kontrol kelompok intervensi ke-2 yaitu 8.06 hari ke-14
yaitu 13.00 dan nilai rata- rata untuk kelompok
Nilai
kontrol pada hari ke-2 yaitu 7.75 dan hari ke-14
Nilai yaitu 8.38 dan standar devisiasi pada kelompok
Kelompok mini Rata-rata Std. deviasi
maksimal
mal intervensi hari ke-2 adalah 3.924, hari ke-14 adalah
kelompok Hari 2000 3600 2906.25 468.286 4.803 untuk kelompok kontrol hari ke-2 adalah
intervensi -2 2400 4000 3293.75 475.351 3.733 dan hari ke-14 yaitu 4.603.
Hari
kelompok -14 2600 3500 3075.00 232.379
kontrol 2900 3700 3212.50 241.868 4. Distribusi Frekuensi Menyusui pada Kelompok
Hari Intervensi dan Kelompok Kontrol
-2 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Menyusui Sebelum dan
Hari Sesudah di Lakukan Pijat Payudara dan Kompres Air
14
Hangat pada Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol
Berdasarkan tabel 2 diatas di ketahui Nilai Nilai Rata- Std.
jumlah BB terendah pada hari ke-2 dan ke-14 Kelompok
minimal Maksimal rata deviasi
adalah 2000 gram pada kelompok intervensi dan Kelompok Hari 7 7 8. 31 1.195
BB terendah hari ke-2 yaitu 2600, dan hari ke-14 intervensi ke-2 7 12 9.56 1.861
Hari
yaitu 2900 gram untuk kelompok kontrol. ke-14
BB tertinggi pada hari ke-2 yaitu 3400 Kelompok Hari 7 7 8.00 1.095
gram dan hari ke-14 adalah 4000 gram pada kontrol ke-2 7 12 8.81 1.721
kelompok intervensi dan BB tertinggi pada hari ke- Hari
ke-14
2 adalah 3500 gram dan hari ke-14 yaitu 3700 gram
untuk kelompok kontrol dengan nilai rata-rata pada
kelompok intervensi adalah nilai rata-rata hari ke- Berdasarkan tabel diatas di ketahui jumlah
2 ya i t u 2906.25 hari ke-14 yaitu 3293.75 dan menyusui terendah pada hari ke-2 dan ke-14 adalah
nilai mean untuk kelompok kontrol pada hari ke-2 7x pada kelompok intervensi dan menyusui
adalah 3075.00 dan hari ke-14 adalah 3212.50 dan terendah hari-2 dan hari ke-14 7x untuk kelompok
standar devisiasi pada kelompok intervensi hari ke- kontrol, menyusui tertinggi pada hari ke-2 7 dan
2 yaitu 468.286, hari ke-14 yaitu 475.351 untuk hari ke-14 12x, pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol hari ke-2 adalah 232.379 dan hari menyusui tertinggi pada hari ke-2 7x dan hari ke-14
ke- 14 adalah 241.868. 12x untuk kelompok kontrol dengan nilai rata-rata
pada kelompok intervensi hari ke-2 yaitu 8.31 hari
ke-14 yaitu 9.56 dan nilai rata-rata untuk kelompok
3. Karakteristik Responden Berdasarkan
kontrol pada hari ke-2 adalah 8.00 dan hari ke-14
Frekuensi BAK
adalah 8.81 dan standar devisiasi pada kelompok
Tabel 3. Distribusi Frekuensi BAK Sebelum dan intervensi hari ke-2 adalah 1.195 hari ke-14 1.861
Sesudah di Lakukan Pijat Payudara dan Kompres Air untuk kelompok kontrol menyusui hari ke-2
Hangat pada Kelompok Intervensi dan Kelompok adalaah 1.095 dan hari ke-14 adalah 1.721.
Kontrol
Nilai Nilai Rata- Std.
Kelompok
minimal Maksimal rata deviasi
Kelompok Hari 5 15 8.06 3.924
intervensi ke-2 5 20 13.00 4.803
Hari
ke-
14
Kelompok Hari 5 16 7.75 3.733
kontrol ke-2 5 15 8.38 4.603
Hari
ke-
14

Page | 9
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

5. Distribusi Frekuensi Lama Tidur pada Meteseh Boja Kendal, menggunakan uji
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol independent t-test di dapatkan data berdistribusi
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Lama Tidur Sebelum tidak normal sehingga menggunakan uji man-
dan Sesudah di Lakukan Pijat Payudara dan whitney di peroleh angka significancy 0.007 atau <
Kompres Air Hangat pada Kelompok Intervensi 0,05 dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rerata
dan Kelompok Kontrol BB bayi lahir dan BB bayi sesudah 2 minggu antara
Nilai Nilai Rata- Std. diberi dan tidak diberi pijat payudara dan kompres
Kelompok air hangat terhadap kecukupan ASI bayi pada ibu
minimal Maksimal rata deviasi
Kelompok Hari 13 18 16.56 1.931 post partum di Desa Meteseh Boja Kendal.
intervensi ke-2 13 18 16.88 1.360
Hari
ke- 7. Uji Efektivitas Pijat Payudara dan Kompres Air
14 Hangat dengan Indikator BAK Bayi Terhadap
Kelompok Hari 12 18 16.00 1.713 Kecukupan ASI Bayi pada Ibu Post Partum
kontrol ke-2 13 18 16.06 2.016 Tabel 7. Distribusi Efektivitas Pijat Payudara dan
Hari
ke- Kompres Air Hangat dengan Indikator BAK Bayi
14 Terhadap Kecukupan ASI Bayi pada Ibu Post Partum
BAK Rata-
Perlakuan N Jumlah Sig
Bayi rata
Berdasarkan tabel 5 diatas di ketahui Kelompok
jumlah lama tidur terendah pada hari ke-2 dan ke- 16 16.78 268.50
Intervensi
Pre .851
14 adalah 13 jam (780 menit) pada kelompok Kelompok 16.
16 259.50
intervensi dan lama tidur terendah hari-2 adalah 12 Kontrol 22
dan hari ke-14 13 (780 menit) untuk kelompok Total 32
Kelompok
kontrol, lama tidur tertinggi pada hari ke-2 dan hari Intervensi
16 20.16 322.50
ke-14 18 jam (1.080 menit) pada kelompok Post .022
Kelompok
16 12.84 205.50
intervensi dan lama tidur tertinggi pada hari ke-2 Kontrol
dan hari ke-14 18 jam (1.080 menit) untuk Total 32
kelompok kontrol dengan nilai rata-rata pada Dalam penelitian ini hasil uji statistik
kelompok intervensi hari ke-2 adalah 16.56 hari dengan efektivitas pijat payudara dan kompres air
ke-14 yaitu 16.88 dan nilai rata-rata untuk hangat dengan indikator BAK bayi terhadap
kelompok kontrol pada hari ke-2 adalah 16.00 dan kecukupan ASI bayi pada ibu post partum di Desa
hari ke-14 adalah 16.06 dan standar devisiasi pada Meteseh Boja Kendal menggunakan uji
kelompok intervensi hari ke-2 yaaitu 1.931, hari ke- independent t-test didapatkan data berdistribusi
14 yaitu 1.360 untuk kelompok kontrol lama tidur tidak normal sehingga menggunakan uji man-
hari ke-2 adalah 1.713 dan hari ke-14 adalah 2.016. whitney di peroleh angka significancy 0.022 atau <
0,05 dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rerata
6. Uji Efektivitas Pijat Payudara dan Kompres Air BAK bayi waktu lahir dan BAK bayi sesudah 2
Hangat terhadap Kecukupan ASI Bayi pada Ibu minggu antara diberi dan tidak diberi pijat payudara
Post Partum dengan Indikator Berat Badan dan kompres air hangat terhadap kecukupan ASI
Bayi bayi pada ibu post partum di Desa Meteseh Boja
Tabel 6. Distribusi Efektivitas Pijat Payudara dan Kendal.
Kompres Air Hangat dengan Indikator Berat Badan 8. Uji Efektivitas Pijat Payudara dan Kompres Air
Bayi Terhadap Kecukupan ASI Bayi pada Ibu Post Hangat dengan Indikator Menyusu Bayi
Partum Terhadap Kecukupan ASI Bayi pada Ibu Post
BB Rata- Partum
Perlakuan n Jumlah Sig
Bayi rata Tabel 8. Distribusi Efektivitas Pijat Payudara dan
Kelompok Kompres Air Hangat dengan Indikator Menyusu Bayi
16 15.09 241.50
Intervensi
Pre
Kelompok
.393 Terhadap Kecukupan ASI Bayi pada Ibu Post Partum
16 17.91 286.50
Kontrol
Total 32 Menyusu Rata-
Perlakuan N Jumlah Sig
Kelompok Bayi rata
16 20.97 335.50 Kelompok
Intervensi 16 17.66 282.50
Post .007 Intervensi
Kelompok Pre .464
16 12.03 192.50 Kelompok 13.
Kontrol 16 245.50
Total 32 Kontrol 34
Total 32
Kelompok
Dalam penelitian ini hasil uji statistik Intervensi
16 20.81 333.00
dengan efektivitas pijat payudara dan kompres air Post .007
Kelompok
16 12.19 195.00
hangat dengan indikator berat badan bayi terhadap Kontrol
kecukupan ASI bayi pada ibu post partum di Desa Total 32

Page | 10
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Dalam penelitian ini hasil uji statistik dan tidak diberi pijat payudara dan kompres air
dengan efektivitas pijat payudara dan kompres air hangat. Kemudian dengan indikator BAK bayi
hangat dengan indikator menyusu bayi terhadap terhadap kecukupan ASI bayi di peroleh angka
kecukupan ASI bayi pada ibu post partum di Desa significancy 0.022 atau < 0,05 dapat disimpulkan
Meteseh Boja Kendal menggunakan uji bahwa ada perbedaan rerata BAK bayi waktu lahir
independent t-test di dapatkan data berdistribusi dan BAK bayi sesudah 2 minggu antara diberi dan
tidak normal sehingga menggunakan uji man- tidak diberi pijat payudara dan kompres air hangat.
whitney di peroleh angka significancy 0.007 atau < Dan untuk indikator menyusu bayi terhadap
0,05 dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rerata kecukupan ASI bayi di peroleh angka significancy
menyusu bayi waktu lahir dan menyusu bayi 0.007 atau < 0,05 dapat disimpulkan bahwa ada
sesudah 2 minggu antara diberi dan tidak diberi perbedaan rerata menyusu bayi waktu lahir dan
pijat payudara dan kompres air hangat terhadap menyusu bayi sesudah 2 minggu antara diberi dan
kecukupan ASI bayi pada ibu post partum di Desa tidak diberi pijat payudara dan kompres air hangat.
Meteseh Boja Kendal. Dan yang terakhir dengan indikator lama
tidur bayi terhadap kecukupan ASI bayi di peroleh
9. Uji Efektivitas Pijat Payudara dan Kompres Air angka significancy 0.001 atau < 0,05 dapat
Hangat dengan Indikator Lama Tidur Bayi disimpulkan bahwa ada perbedaan rerata lama tidur
Terhadap Kecukupan ASI Bayi pada Ibu Post bayi waktu lahir dan lama tidur bayi sesudah 2
Partum minggu antara diberi dan tidak diberi pijat payudara
Tabel 9. Distribusi Efektivitas Pijat Payudara dan dan kompres air hangat. Data diatas di dukung oleh
Kompres Air Hangat dengan Indikator Lama Tidut Bayi penelitian yang dilakukan oleh Nurhanifah (2013)
Terhadap Kecukupan ASI Bayi pada Ibu Post Partum yang mengatakan bahwa massage punggung dan
kompres hangat payudara efektif terhadap
Lama peningkatan kelancaran ejeksi ASI.
Rata-
Tidur Perlakuan N Jumlah Sig Hasil penelitian ini di dukung oleh
rata
Bayi penelitian yang dilakukan oleh Safitri, tahun 2015
Kelompok dalam penelitiannya bahwa ada pengaruh pijat
Intervensi 16 18.00 288.00
Pre . 344 punggung terhadap percepatan pengeluaran ASI
Kelompok
Kontrol
16 15.00 240.00 dengan nilai p=0,029 (p<0,05). Pengaruh tersebut
Total 32 adalah ibu post partum yang mendapat perlakuan
Kelompok pijat punggung mengeluarkan ASI lebih cepat
Intervensi 16 20.72 347.50
dibanding yang tidak mendapat pemijatan.
Post .001
Kelompok
16 11.28 180.50
Dari beberapa penjelasan teori dan jurnal
Kontrol yang ada diatas, maka dapat di simpulkan bahwa
Total 32 melakukan pijat payudara yang di kombinasikan
dengan kompres air hangat efektif untuk
Dalam penelitian ini hasil uji statistik meningkatkan ejeksi ASI pada ibu post partum
dengan efektivitas pijat payudara dan kompres air
hangat dengan indikator lama tidur bayi terhadap KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
kecukupan ASI bayi pada ibu post partum di Desa
Meteseh Boja Kendal menggunakan uji Berdasarkan hasil penelitian responden
independent t-test di dapatkan data berdistribusi menggunakan uji man-whitney dengan indikator berat
tidak normal sehingga menggunakan uji man- badan bayi terhadap kecukupan ASI bayi di peroleh
whitney di peroleh angka significancy 0.001 atau < angka significancy 0.007 atau < 0,05 dapat disimpulkan
0,05 dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rerata bahwa ada perbedaan rerata BB bayi lahir dan BB bayi
lama tidur bayi waktu lahir dan lama tidur bayi sesudah 2 minggu antara diberi dan tidak diberi pijat
sesudah 2 minggu antara diberi dan tidak diberi payudara dan kompres air hangat. Kemudian dengan
pijat payudara dan kompres air hangat terhadap indikator BAK bayi terhadap kecukupan ASI bayi di
kecukupan ASI bayi pada ibu post partum di Desa peroleh angka significancy 0.022 atau < 0,05 dapat
Meteseh Boja Kendal. disimpulkan bahwa ada perbedaan rerata BAK bayi
Berdasarkan hasil penelitian responden waktu lahir dan BAK bayi sesudah 2 minggu antara
menggunakan uji man-whitney Dalam penelitian ini diberi dan tidak diberi pijat payudara dan kompres air
hasil uji statistik dengan efektivitas pijat payudara hangat.
dan kompres air hangat dengan indikator berat Untuk indikator yang ke 3 yaitu menyusu bayi
badan bayi terhadap kecukupan ASI bayi di peroleh terhadap kecukupan ASI bayi di peroleh angka
angka significancy 0.007 atau < 0,05 dapat significancy 0.007 atau < 0,05 dapat disimpulkan
disimpulkan bahwa ada perbedaan rerata BB bayi bahwa ada perbedaan rerata menyusu bayi waktu lahir
lahir dan BB bayi sesudah 2 minggu antara diberi dan menyusu bayi sesudah 2 minggu antara diberi dan

Page | 11
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

tidak diberi pijat payudara dan kompres air hangat. Dan Haryono, R. 2014. Manfaat ASI Eksklusif untuk Buah
yang terakhir dengan indikator lama tidur bayi terhadap Hati Anda, Edisi 1. Gosyen Publishing.
kecukupan ASI bayi di peroleh angka significancy Hastuti, P., & Wijayanti, I. T. 2017. Analisis Deskriptif
0.001 atau < 0,05 dapat disimpulkan bahwa ada Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran ASI
perbedaan rerata lama tidur bayi waktu lahir dan lama pada Ibu Nifas di Desa Sumber Kecamatan
tidur bayi sesudah 2 minggu antara diberi dan tidak Sumber Kabupaten Rembang. Jurnal
diberi pijat payudara dan kompres air hangat, terhadap Universitas Muhamadiyah Magelang
kecukupan ASI bayi pada ibu post partum di Desa Jamilah, dkk. 2014.Efektifitas Kombinasi Pijat
Meteseh Boja Kendal. Oksitosin Tehnik Effluerage dan Aromterapi
Diharapkan untuk hasil penelitian ini dapat Rose Terhadap Kadar Prolaktin Ibu Post
dikembangkan untuk penelitian selanjutnya bahwa Partum Normal Di Wilayah Puskesam Dawe
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI Kudus Tahun 2013. Bhamada, JITK. Vol 5,
dapat dijelaskan lagi secara detail sehingga dapat No.1.
mengetahui lagi faktor lain apa yang sangat Kemenkes RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia.
mempengaruhi produksi ASI Retrieved from
http://www.depkes.go.id/downloads/publi kasi/profil
REFERENSI kesehatan indonesia 2016.pdf
Khasanah, N. A. & Sulistyawati W. 2017. Buku Ajar
Anderson dkk. 2016. Efectiveness of Breast Massage in Nifas dan Menyusui. Surakarta : CV Kekata
the Treatment of Women with Breastfeeding Group.
Problems : a Systematic Review Protocol. JBI Lowdermilk, D. L., Perry, S. E., Cashion, K. 2013.
Database of Systematic Reviews and Keperawatan Maternitas Edisi 8. Indonesia :
Implementation Reports. Vol 14-Issue 8-PP 19- Salemba Medika.
25 Mabud, N.H., Mandang, J., & Mamuaya, T . 2014.
Andriyani. 2015. Perbedaan Efektifitas Massase Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, Paritas
Payudara dan Pijat Oksitoisn Terhadap dengan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas
Produksi Air Susu Ibu Post Partum di Wilayah Bahu Malalayang Kota Manado.
Kerja Puskesmas Brangsong 02 Kabupaten Maritalia, D. 2017. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Kendal. Skripsi. STIKES Ngudi Waluyo Yogyakarta: Goysen Publishing.
Ungaran. Semarang Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian
Astuti,Sri, Dkk 2015. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Menyusui. Bandung: Erlangga. Nuraningsih, W., Machmudah., & Sayono. 2016.
Astutik, R.Y. 2014. Payudara dan Laktasi. Jakarta: Efektivitas Pijat Marmet dengan Pijat
Salemba Medika. Woolwich terhadap Kecukupan ASI Bayi pada
Anggraini, H., Devi., I.P. 2018. Hubungan Inisiasi Ibu Postpartum di BPM HJ. Nawaningsing
Menyusui Dini (IMD) dengan Kecukupan Semarang.
Produksi Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu di BPM Nurhanifah, F. 2013. Perbedaan efektivitas massage
Mastuti Amd.keb Kec. Pardasuka Kab. punggung dan kompres hangat payudara
Pringsewu terhadap peningkatan kelancaran produksi ASI
Bobak,Lowdermilk, J. 2012. Buku Ajar keperawatan di desa majang tengah wilayah kerja puskesmas
Maternitas, Edisi 4. Jakarta : Buku Kedokteran pamotan dampit malang.
Jakarta. Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi
Bulechek. 2013. Nursing Interventions Classification Penelitian Ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba
(NIC). Jakarta : EGC. Medika
Cadwell, K. 2011. Buku Saku Manajemen Laktasi. Prasetyono. 2012.Buku Pintar ASI Eksklusif, Edisi 3.
Jakarta: EGC Diva Press
Cahyadi, S. 2012. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Rahayu. 2012. Buku Ajar Masa Nifas & Menyusui.
Tambahhan Pangan, Cetakan Pertama. Jakarta: Jakarta: Mitra Wacana Medika.
PT. Bumi Aksara. Rahmawati, A., Bahar, B., & Salam, A. 2013.
Dahlan Sapiyuddin. 2014. Statistik untuk kedokteran Hubungan antara Karakteristik Ibu, Peran
dan kesehatan. Jakarta : Salemba Medika Petugas Kesehatan dan Dukungan Keluarga
Dharma, K.K. (2011). Metodologi penelitian dengan Pemberian ASI Ekslusif di Wilayah
keperawatan. Jakarta: CV.Trans info media. Kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2018. Profil Roesli, Utami. 2013. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta:
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. PT. Pustaka Pembangunan, Swadaya Pustaka.
Farrer, H. 2011. Perawatan Maternitas. Edisi ke-2. Rukiyah, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan 1 (Kehamilan).
Jakarta: ECG. Cetakan Pertama. Jakarta: Trans Info Media

Page | 12
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Sabri, L., & Hastono, S. P. 2014. Statistik Kesehatan.


Jakarta: Rajawali Pers
Saraung, M.W, Rompas, S, & Bataha, Y.B . 2017.
Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengaan Produksi ASI pada Ibu Post Partum di
Puskesmas Ranotana Weru.
Setiawan & Presetyo. 2015. Metode Penelitian
Kesehatan untuk Mahasiswa Kesehatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Soetjiningsih. 2014. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran.
Sudoharjo. 2013.ASI ekslusif. Jogjakarta : Bina pustaka.
Sukarni & Wahyu. 2013. Buku Ajar Keperawatan
Meternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Supardi & Rustika. 2013. Buku Ajar Metodologi Riset
Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.
Suryani, E. 2013. Pengaruh pijat oksitosin terhadap
produksi ASI ibu post partum di BPM wilayah
kabupaten klaten.
Utami Sri, dkk. 2018. Efektivitas Pijat Woolwich
terhadap Produksi ASI Post Partum di
Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru. JOM
FKp, Vol. 5 No. 2.
Walyani, E.S, & Purwoastuti, E. 2015. Asuhan
Kebidanan Masa Nifas & Menyusui.
Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Page | 13
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021 pp 14-18

AKBID UMMI KHASANAH p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027

Pengaruh Dukungan Suami Terkait Pijat Endorphin Terhadap


Produksi ASI Pada Ibu Nifas
Triana Widyastuti1*, Kristina Maharani2*, Qomariyah*
1, 2, 3 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Telogorejo, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
*triana@stikestelogorejo.ac.id, kristina@stikestelogorejo.ac.id, qomariyah@stikestelogorejo.ac.id

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article history: Latar Belakang: Ibu Nifas di Desa Meteseh Boja Kendal banyak yang mengalami
masalah produksi ASI. pada tahun 2017 jumlah ibu nifas 1024 orang dan pada tahun 2018
Received March 01,2021 jumlah ibu nifas meningkat sebesar 1172 orang, dari data tersebut didapatkan ibu yang
Accepted March 30, 2021 memiliki masalah produksi ASI yaitu 97 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Published April 01, 2021 pengaruh pijat endorphin oleh suami terhadap produksi ASI pada ibu nifas. Metode:
Desain penelitian menggunakan quasi experiment (ekperimen semu) dengan rancangan
pretest post test non equivalent control group. Jumlah sampel 40 responden, teknik
Kata Kunci: accidental sampling. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi ASI yang tidak
diberikan perlakuan pijat endorphin oleh suami kurang sebanyak 19 responden (95,0%).
Dukungan Suami Produksi ASI yang diberikan perlakuan pijat endorphin oleh suami kurang 3 responden
Pijat Endorphin (15,0%). Ada pengaruh pijat endorphin oleh suami terhadap produksi ASI pada ibu nifas
Produksi ASI di Desa Meteseh Boja Kendal dengan p value 0,000. Kesimpulan: Dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh pijat endorphin oleh suami terhadap produksi ASI pada ibu nifas di
Desa Meteseh Boja Kendal.

ABSTRACT
Effect of Husband Support Related to Endorphin Massage on Breast Milk Production
in Postpartum

Background: Many Nifas mothers in the village of Meteseh Boja Kendal experience
Key words: problems with milk production. In 2017 the number of post-partum mothers was 1024
people and in 2018 the number of post-partum mothers increased by 1172 people, from
Breast Milk Production these data, it was found that mothers with breast milk production problems were 97 people.
Endorphin Massage This study aims to determine the effect of endorphin massage by husbands on milk
Husband Support production in postpartum mothers. Methods: The research design used a quasi experiment
(quasi-experimental) with adesign non-equivalent control group pretest posttest. The
number of samples is 40 respondents, accidental sampling technique. Results: The results
DOI: showed that the production of breastmilk that was not given the endorphin massage
https://10.48092/jik.v7i2.130 treatment by the husband was less than 19 respondents (95.0%). Breast milk production
given endorphin massage treatment by husbands was less than 3 respondents (15.0%).
There is an effect of endorphin massage by the husband on the production of breast milk
in postpartum mothers in the village of Meteseh Boja Kendal with a p value of 0.000.
Conclusion: It can be concluded that there is an effect of endorphin massage by husbands
on breast milk production in postpartum mothers in the village of Meteseh Boja Kendal.

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Page | 14
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

PENDAHULUAN perlakuan dan kontrol tidak dilakukan secara random


atau acak. Dalam penelitian ini kelompok perlakuan
Berdasarakan data World Health Organization diberikan perlakuan massage endorphin, kemudian hasil
(WHO) cakupan pemberian ASI eksklusif di Afrika pengukuran dibandingkan dengan hasil kelompok
Tengah sebanyak 25%, Amerika Latin dan Karibia kontrol yang tidak diberi massage endorphin. Populasi
sebanyak 32%, Asia Timur sebanyak 30%, Asia Selatan dalam penelitian ini adalah populasi target yang bersifat
sebanyak 47%, dan negara berkembang sebanyak 46%. umum dan luas yaitu semua ibu nifas di desa Meteseh
Secara keseluruhan, kurang dari 40 persen anak di bawah Boja Kendal. Sampel dalam peneltian ini yaitu semua ibu
usia enam bulan diberi ASI Eksklusif. Hal tersebut nifas di desa Meteseh Boja Kendal yang berjumlah 40
belum sesuai dengan target WHO yaitu meningkatkan orang dengan kriteria yaitu:
pemberian ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama sampai 1. Kriteria Inklusi :
paling sedikit 50%. Ini merupakan target ke lima WHO a. Ibu nifas dengan persalinan pervaginam
di tahun 2025.(WHO,2015). b. Suami tidak bekerja di luar daerah
c. Ibu nifas mengalami kelainan putting susu
Penelitian sebelumnya Pamuji dan Rahayu
d. Ibu nifas memiliki bayi dengan berat badan ≥
(2014) menyebutkan bahwa ada pengaruh pijat
2500 gr dan AS ≥ 9
woolwhich dan endorphin terhadap peningkatan hormon
2. Kriteria Ekslusi :
prolaktin dan volume ASI. Penelitian lain yang
a. Ibu nifas tidak mengalami penurunan kesadaran
dilakukan Hartono (2016) menunjukkan bahwa
b. Ibu nifas tidak mengalami gangguan psikologis
dilakukannya masase endorphin mempunyai pengaruh
atau depresi
secara statistik terhadap volume ASI pada ibu post
c. Ibu nifas tidak memiliki bayi (bayi meninggal)
partum. Masase endorphin ini diberikan pada ibu post
partum dapat memberikan rasa tenang dan nyaman
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
selama masa laktasi sehingga meningkatkan let down
menggunakan accidental sampling.Penelitian ini
reflex sehingga dapat meningkatkan produksi dan
dilakukan di wilayah desa Meteseh Boja Kendal pada
pengeluaran ASI dengan meningkatnya volume ASI.
bulan Januari- Februari 2019. Analisa data dalam
(Pamuji., Supriyana., Rahayu. 2014)
penelitian ini menggunakan analisa bivariate yaitu Chi
Upaya yang dapat dilakukan untuk memberikan square.
kelancaran ASI ibu nifas yaitu dengan Pemijatan
endhorpin yang dilakukan oleh tenaga kesehatan HASIL DAN PEMBAHASAN
maupun suami. Peran suami nyatanya tidak hanya
membuat proses pemberian ASI menjadi lebih lancar . 1. Karakteristik Responden
Kedekatan istri secara emosi dengan suami yang a. Usia Responden
memberikan dukungan penuh juga akan meningkatkan Hasil penelitian karakteristik responden
sisi romantisme pasangan, hal ini baik untuk membuat berdasarkan usia yang diuraikan dalam tabel
hubungan menjadi lebih harmonis, dan mendatangkan berikut :
efek yang bagus bagi ibu menyusui. Untuk Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden
memperlancar produksi ASI, suami dapat merangsang berdasarkan usia ibu nifas
reflek oksitosin dengan pijat oksitosin yang diawasi oleh
tenaga kesehatan. Pijat endorphin yaitu pemijatan pada Umur Min Max Mean Df
daerah tulang belakang leher, punggung atau sepanjang Kelompok
25 41 28,85 5,112
tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima kontrol
sampai keenam untuk bertujuan memberikan kelancaran Kelompok
25 38 28,15 3,313
produksi ASI pada ibu nifas. intervensi

METODE Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik


kelompok intervensi maupun kelompok kontrol
Variabel independen dalam penelitian ini
terlihat bahwa rata-rata mean umur responden
adalah pijat endhorphin oleh suami dan variabel
pada kelompok kontrol adalah 29. Untuk
dependent dalam penelitian ini adalah produksi ASI pada
kelompok intervensi rata-rata mean umur
Ibu Nifas. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu pegaruh
responden adalah 28. Hal ini menunjukkan bahwa
dukungan suami terkait pijat endhorpin terhadap
ibu berada pada usia yang cukup matang dalam
produksi ASI pada ibu nifas di desa Meteseh Boja
menghadapi kehamilan maupun kelahiran anak.
Kendal. Jenis penelitian ini yaitu penelitian quasi
Usia ibu sangat menentukan kesehatan
experiment (ekperimen semu) dengan rancangan pretest
maternal karena berkaitan dengan kondisi
posttest non equivalent control group. Desain penelitian
kehamilan, persalinan, dan nifas, serta cara
ini membandingkan hasil kelompok perlakuan dan
mengasuh juga menyusui bayinya. Ibu yang
kelompok kontrol. Rancangan ini pada kelompok
berumur kurang dari 20 tahun masih belum

Page | 15
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

matang dan belum siap secara jasmani dan sosial c. Pekerjaan responden
dalam menghadapi kehamilan, persalinan, serta Hasil penelitian karakteristik responden
dalam membina bayi dalam dilahirkan. pekerjaan diuraikan dalam tabel berikut :
Sedangkan ibu yang berumur 20 - 35 tahun, Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden
disebut sebagai masa dewasa dan disebut juga berdasarkan pekerjaan ibu nifas
masa reproduksi, di mana pada masa ini
diharapkan orang telah mampu untuk Variabel n Pekerjaan f %
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi IRT 10 50,0
dengan tenang secara emosional, terutama dalam Kelompok
20 Swasta 9 45,0
menghadapi kehamilan, persalinan, nifas, dan kontrol
PNS 1 5,0
merawat bayinya. Umur 35 tahun lebih, ibu IRT 13 65,0
melahirkan termasuk beresiko karena pada usia Kelompok
20 Swasta 5 25,0
ini erat kaitannya dengan anemia gizi yang dapat intervensi
PNS 2 10,0
mempengaruhi produksi ASI yang dihasilkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
(Bobak, Lowdermilk, J. 2012) 20 responden kelompok kontrol paling banyak
adalah responden yang bekerja sebagai IRT yaitu
b. Pendidikan Responden 50,0%. Sedangkan pada kelompok intervensi
Hasil penelitian karakteristik responden paling banyak adalah responden yang bekerja
pendidikan diuraikan dalam tabel berikut: sebagai IRT yaitu 65,0%). Ini menujukkan bahwa
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sebagian besar ibu tidak bekerja. Status pekerjaan
pendidikan ibu nifas responden menunjukkan mayoritas responden
tidak bekerja (sebagai ibu rumah tangga).
Variabel n Pendidikan f % Tugas seorang ibu rumah tangga sangat
SD 5 25,0 banyak diantaranya yaitu memasak, mencuci,
Kelompok SMP 7 35,0 mengurus anak dan suami. Hal ini mengakibatkan
20
kontrol SMA 6 30,0 kelelahan atau letih pada ibu yang memicu
PT 2 10,0 penurunan produksi ASI. Ibu yang bekerja akan
SD 2 10,0 lebih banyak menggunakan waktunya untuk
Kelompok SMP 10 50,0 bekerja mencari nafkah dibanding bersama
20
intervensi SMA 8 40,0 keluarga maupun anaknya serta dapat
PT 0 0,0 mempengaruhi kesehatannya terlebih saat hamil.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari d. Paritas


20 responden kelompok kontrol paling banyak Hasil penelitian karakteristik responden
adalah responden dengan tingkat pendidikan berdasarkan paritas yang diuraikan dalam tabel
rendah yaitu 40,0%. Sedangkan pada kelompok berikut :
intervensi paling banyak adalah responden Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden
dengan tingkat pendidikan menengah yaitu berdasarkan paritas ibu nifas
50,0%.
Tingkat pendidikan ibu akan Variabel n Paritas f %
mempengaruhi mereka dalam menerima 1 6 30,0
informasi yang diberikan karena seorang dengan Kelompok
20 2 10 50,0
tingkat pendidikan rendah lebih sulit meneima kontrol
3 4 20,0
informasi dibandingkan seorang yang memiliki 1 7 35,0
pendidikan tinggi. Semakin tinggi tingkat Kelompok
20 2 12 60,0
pendidikan maka semakin baik pula pengetahuan intervensi
3 1 5,0
yang dimiliki. Sejalan dengan pendapat Mubarak
(2012), yang mengemukakan bahwa pengetahuan Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70%
sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana ibu memiliki parietas multipara. Hal
diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, menunjukkan bahwa sebagian besar ibu telah
maka orang tersebut akan semakin luas pula memiliki pengalaman dengan kelahiran terdahulu
pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa dan hal ini baik karena dengan pengalaman yang
seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti dimiliki akan lebih muda menerima informasi
mutlak berpengetahuan rendah pula (Ida Prijatni. yang diberikan oleh petugas kesehatan.
2016). Paritas berkaitan dengan pencarian
informasi tentang pengetahuan ibu dalam
menyusui. Pengalaman yang diperoleh ibu dapat

Page | 16
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

memperluas pengetahuan seseorang dalam meningkatkan kesehatan pikiran


pemberian ASI. Kesiapan fisik dan psikologis (Prasetyono,2012).
harus sudah dipersiapkan dari awal Teknik masase membantu ibu merasa
kehamilannya, konseling dalam pemberian lebih segar, rileks, dan nyaman. Endorfin
informasi mengenai Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Massage merupakan sebuah terapi sentuhan serta
bisa diberikan selama pemeriksaan kehamilan. pijatan ringan. Hal ini disebabkan karena pijatan
Pemeliharaan puting payudara dan cara massase merangsang tubuh untuk melepaskan senyawa
payudara juga perlu di ajarkan agar ibu lebih siap endorfin yang dapat menormalkan denyut jantung
menghadapi persalinan dan dapat langsung dan tekanan darah, mengurangi rasa sakit,
memberikan ASI pada bayinya, rasa cemas, tidak mengendalikan perasaan stress dan menciptakan
nyaman dan nyeri selama proses persalinan perasaan nyaman serta meningkatkan kondisi
sangat mempengaruhi ibu untuk menyusui rileks dalam tubuh ibu dengan memicu perasaan
bayinya untukitu perlu adanya konseling nyaman melalui permukaan kulit. Selain itu salah
(Arini,2012) satu cara mengurangi kejadian bendungan ASI
secara nonfarmakologis dengan endorfin massage
e. Produksi ASI (Prasetyono,2012).
Hasil Penelitian karakteristik responden Pijatan merangsang tubuh untuk
berdasarkan produksi ASI yang diuraikan dalam melepaskan senyawa endorfin yang dapat
tabel berikut : menormalkan denyut jantung dan tekanan darah,
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden mengurangi rasa sakit, mengendalikan perasaan
berdasarkan produksi ASI stres dan menciptakan perasaan nyaman serta
meningkatkan kondisi rileks dalam tubuh ibu
No Variabel f % dengan memicu perasaan nyaman melalui
1 Produksi ASI tidak diberi pijat permukaan kulit. (Prasetyono,2012)
endhorpin
Kurang 19 95,0 2. Perbedaan produksi ASI pada ibu nifas yang
Cukup 1 5,0 tidak diberi dan yang diberi dukungan suami
Jumlah 20 100 terkait pijat endorphin
2 Produksi ASI yang diberi pijat Untuk melihat perbedaan produksi ASI
endhorpin pada ibu nifas yang tidak diberi dan yang diberi
Kurang 3 15,0 dukungan suami terkait pijat endhorpin, peneliti
Cukup 17 85,0 melakukan uji chi square. Hasil pengujian
Jumlah 20 100 tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tabel 4.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan
produksi ASI pada ibu nifas yang tidak diberi produksi ASI pada ibu nifas yang tidak diberi
perlakuan pijat endhorpin oleh suami dukungan.
memperoleh nilai tidak maksimal sesuai yang
diharapkan. Hal ini terjadi karena setelah Perlakuan
OR
Tidak
melahirkan ibu mengalami kelelahan dan diberi pijat
Diberi pijat total (95% Ρ value
mengalami kebingungan dengan peran barunya endhorpin CI)
Produksi endhorpin
sebagai seorang ibu dan faktor psikologis ibu juga ASI
dapat menghambat pengeluaran ASI. Keadaan n % n % n %
psikologis ibu yang cemas dan pikiran yang
stress, bingung, kacau dapat menghambat proses
Kurang 19 86,4 3 13,6 22 100 107,66
impuls ke hipotalamus untuk menghasilkan Cukup 1 5,6 17 94,4 18 100 7 (95%
hormon oksitosin reflek let down atau reflek CI:
pengeluaran ASI. 10,208 0,000
Selain itu sebagian ibu memiliki –
1135,5
pengalaman dengan kelahiran anak sebelumya. 86)
Ditunjang juga dengan kondisi psikologis ibu Jumlah 20 50,0 20 50,0 40 100
menyusui sangat menentukan keberhasilan ibu
pemberian ASI. masase merupakan salah satu Hasil uji statistik menggunakan chi square
cara untuk rileksasi pada ibu, karena sentuhan dengan fisher exact test didapatkan p value =
memiliki keajaiban tersendiri yang sangat 0,000 (α < 0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha
berguna untuk menghilangkan rasa lelah pada diterima. yang artinya ada pengaruh dukungan
tubuh, memperbaiki sirkulasi darah, merangsang suami terkait pijat endhorpin terhadap produksi
tubuh untuk mengeluarkan racun, serta ASI pada ibu nifas di desa Meteseh Boja Kendal.

Page | 17
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Hasil analisa statistik didapatkan nilai OR = Mubarak, Iqbal & Wahit. 2012. Ilmu Kesehatan
107,667 yang artinya ibu yang diberikan pijat Masyarakat Konsep dan Aplikasi dalam
endhorpin mempunyai peluang sebesar 107,667 Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
kali memiliki produksi ASI cukup.
Hasil penelitian menunjukkan adanya Pamuji., Supriyana., Rahayu. (2014). Pengaruh
perbedaan yang signifikan antara produksi ASI kombinasi Metode Woolwich dan
pada ibu nifas yang tidak diberi dan yang diberi Endorphine terhadap Kadar Hormon
perlakuan pijat endhorpin yang mendapat Prolaktin dan Volume ASI (Study Pada Ibu
dukungan suami. Ini terlihat dari nilai rata-rata Postpartum di Griya Hamil Sehat Majasem
produksi ASI pada ibu nifas yang diberi Kabupaten Tegal). Vol 6 (1)
perlakuan pijat endhorpin didukung oleh suami
yang lebih besar dari pada nilai rata-rata produksi Prasetyono. 2012.Buku Pintar ASI Eksklusif, Edisi 3.
ASI pada ibu nifas yang tidak diberi perlakuan Diva Press
pijat endhorpin oleh suami.
WHO. 2015. Infant and young child feeding. model
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI chapter for textbooks for medical students
and allied health professionals. Geneva:
Rerata-rata usia responden pada kelompok World Health Organization.
kontrol adalah 29 tahun, dan kelompok intervensi rerata
28 tahun. Tingkat pendidikan kelompok kontrol
terbanyak pendidikan rendah yaitu 40,0%, dan
kelompok intervensi paling banyak tingkat pendidikan
menengah yaitu 50,0%. Pekerjaan pada kelompok
kontrol paling banyak sebagai IRT yaitu 50,0% dan pada
kelompok intervensi juga sebagai IRT yaitu 65,0%.
Paritas terbanyak pada kelompok kontrol
multipara 14 responden (70%) dan kelompok intervensi
juga multipara 13 responden(65%). Produksi ASI yang
tidak diberikan perlakuan pijat endhorpin dukungan
oleh suami sebagian besar kurang sebanyak 19
responden (95,0%) dan produksi ASI cukup sebanyak 1
responden(5%,0). Produksi ASI yang diberikan
perlakuan pijat endhorpin dukungan oleh suami
sebagian besar cukup sebanyak 17 responden (85,0%)
dan produksi ASI kurang sebanyak 3 responden(15,0%).
Ada pengaruh pijat endhorpin oleh suami
terhadap produksi ASI pada ibu nifas di desa Meteseh
Boja Kendal dengan p value 0,000. Saran bagi ibu nifas
agar hasil penelitian ini dijadikan pengalaman tentang
manfaat pijat endorphin agar dapat diterapkan pada
kelahiran berikutnya. saran bagi peneliti selanjutanya di
harapkan dapat melanjutkan penelitian dari sisi
psikologi ibu nifas dan sel darah.

REFERENSI

A Rahayu,S Pertiwi, S patimah- Jurnal Bidan,2017-


media.neliti.com

Arini. (2012). Mengapa Seorang Ibu Harus Menyusui


?.Yogyakarta: Flash Books.

Ida Prijatni. 2016. Peran Suami dalam Mendukung


Kelancaran Pengeluaran ASI dengan Pijat
Oksitosin.

Page | 18
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021 pp 19-24

AKBID UMMI KHASANAH p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027

Pemanfaatan Penyuluhan Dengan Media Audiovisual, Untuk


Meningkatkan Pengetahuan Remaja Tentang Infeksi Menular
Seksual
Rosy Feratama1*, Esti Nugraheny2*
1Stikes Guna Bangsa, Jl Padjajaran, Condongcatur, Depok, Sleman Indonesia
2
Poltekkes Ummi Khasanah, Jl Pemuda Gandekan Bantul DIY
* rosyferatama1990@gmail.com, nugraheny.esti@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article history: Latar Belakang: Lebih dari satu juta orang terinfeksi penyakit menular seksual
setiap hari dan diperkirakan 499 juta kasus Infeksi Menular Seksual (IMS) terjadi
Received May 03, 2021 setiap tahun. Kelompok remaja dan dewasa muda (usia 15-24 tahun) merupakan
Accepted July 22, 2021 kelompok umur yang beresiko paling tinggi untuk tertular IMS. Salah satu upaya
Published July 23, 2021 pencegahan IMS pada remaja adalah dengan memberikan penyuluhan mengenai
IMS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan dengan
media audiovisual dibandingkan dengan media leaflet terhadap pengetahuan
Kata Kunci: remaja tentang infeksi menular seksual. Metode: Penelitian ini merupakan quasi
eskperimen dengan pre post test with control group design. Populasi kelompok
Audiovisual eksperimen (audiovisual) 244 dan pada kelompok kontrol (leaflet) 381. Sampel
Pengetahuan diambil dengan menggunakan teknik proportional random sampling pada
Remaja kelompok eksperimen 77 responden, pada kelompok kontrol 86 responden.
Infeksi Menular Seksual Analisis data menggunakan t-test. Hasil: Peningkatan pengetahuan pada kelompok
eksperimen lebih besar dibandingkan kelompok kontrol (40,05±2,715 VS
37,11±5,494, t-hit=4,401 p-value=0,000). Kesimpulan: Pemberian penyuluhan
dengan media audiovisual dan leaflet berpengaruh terhadap peningkatan
pengetahuan remaja, namun audiovisual lebih berpengaruh dibanding lealfet.

ABSTRACT
Effect of Husband Support Related to Endorphin Massage on Breast Milk
Production in Postpartum

Background: More than one million people are infected with sexually transmitted
Key words: diseases every day and an estimated 499 million cases of Sexually Transmitted
Infections (STIs) occur each year. Adolescents and young adults (aged 15-24
Audiovisual years) are the age group at the highest risk for contracting STIs. One of the efforts
Knowledge to prevent STIs in adolescents is to provide counseling about STIs. This study aims
Adolescents to determine the effect of counseling with audiovisual media compared to leaflet
Sexual Transmitted Disease media on adolescent knowledge about sexually transmitted infection. Methods:
This research is quasi-experimental with pre-post test with control group design.
DOI: The population of the experimental group (audiovisual) is 244, the sample is 77
https://10.48092/jik.v7i2.134 respondents. The population in the control group (leaflet) is 381, the sample is 86
respondents. Samples were taken using proportional random sampling technique.
Data analysis used t-test. Results: The increase of knowledge in the experimental
group was greater than the control group (40.05±2.715 VS 37.11±5.494, t-
hit=4.401 p-value=0.000). Conclusion: The provision of counseling using
audiovisual media and leaflets has an effect on increasing adolescent knowledge,
but audiovisuals are more influential than leaflets.

This open access article is under the CC–BY-SA license.

Page | 19
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

This open access article is under the CC–BY-SA license.

PENDAHULUAN menjadi 5.686 kasus pada tahun 2012 (Rahmi &


Gustini, 2015).
Remaja dalam masa perkembangannya Data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja
mengalami banyak perubahan, baik secara biologis, Indonesia terakhir dari Badan Koordinasi Keluarga
psikologis maupun kognitif. Pada umumnya, remaja Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2014
lebih cepat mengalami pematangan fisik dibandingkan menyebutkan sebanyak 5.912 wanita di umur 15 – 19
proses pematangan kejiwaan atau psikososial. Remaja tahun secara nasional pernah melakukan hubungan
seringkali kekurangan informasi dasar mengenai seksual. Sedangkan pria di usia yang sama berjumlah
kesehatan reproduksi, dan memiliki keterbatasan dalam 6.578, atau 3,7% pernah melakukan hubungan seks.
mengakses pelayanan kesehatan reproduksi yang Tidak adanya mata pelajaran yang secara khusus yang
terjamin kerahasiaannya (Rahayu, Suciawati, & mengajarkan dan memberikan informasi bagi murid
Indrayani, 2021). Kelompok remaja dan dewasa muda SMA, juga menjadi salah satu penyebab tingginya
(usia 15-24 tahun) merupakan kelompok umur yang angka kejadian penyakit menular seksual di kalangan
beresiko paling tinggi untuk tertular penyakit menular remaja. Hal ini disebabkan masih kurangnya
seksual (PMS). Tiga juta kasus baru tiap tahun terjadi penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah dan badan-
pada remaja. Menurut World Health Organization badan kesehatan lainnya (Rahmi & Gustini, 2015).
(WHO), remaja memiliki persentase tertinggi pada Selain angka yang relatif tinggi, IMS dapat
virus ini dibanding kelompok umur lainnya. Satu dari menimbulkan banyak dampak negatif baik dari segi
20 remaja tertular PMS setiap tahunnya, sementara fisik, psikososial, maupun finansial. Ketika seseorang
hampir separuh kasus Human Infection Virus (HIV) terkena IMS akan terjadi perubahan fisik yang bisa
baru berusia di bawah 25 tahun. PMS merupakan mengganggu fisiologisnya. Misalnya saja, penyakit
penyakit yang dapat ditularkan melalui kontak seksual gonore bisa mengakibatkan kemandulan pada laki- laki
seperti sering melakukan hubungan seksual dengan maupun perempuan bila tidak ditangani dengan segera,
berganti-ganti pasangan (multipartner) dan melakukan bahkan bisa sampai menyebabkan kematian. Dampak
hubungan seksual tanpa pengaman (kondom) psikososial dapat menimpa penderita maupun keluarga.
(Mamarodia, Kandou & Suling, 2017). Penderita IMS kebanyakan merasa malu untuk
Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan memberitahukan penyakitnya kepada orang terdekat.
penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan utama Hal ini dikarenakan penyakit ini masih memiliki stigma
di seluruh dunia. Lebih dari satu juta orang terinfeksi negatif di masyarakat. Lebih lanjut, beberapa IMS
penyakit menular seksual setiap hari. Diperkirakan 499 (seperti HIV, klamidia, gonore, dan sifilis) bisa
juta kasus IMS (gonore, klamidia, sifilis dan berdampak negatif ataupun menular kepada bayi yang
trikomoniasis) terjadi setiap tahun disamping 536 juta dikandung sang ibu. Selain dampak negatif secara fisik
orang diperkirakan hidup dengan herpes simplex virus dan psikososial bagi penderita maupun keluarga, IMS
tipe 2 (HSV-2). Sekitar 291 juta wanita memiliki juga membutuhkan biaya yang banyak baik untuk
human papilloma virus (HPV) (Kemenkes RI, 2017). pengobatan (Pangaribuan & Mardiah, 2018).
Penyakit menular seksual memiliki dampak besar pada Latar belakang penelitian ini adalah
kesehatan seksual dan reproduksi seperti kematian janin permasalahan remaja yang berkaitan dengan kesehatan
dan bayi baru lahir. Sifilis dalam kehamilan reproduksi yang semuanya berakar dari kurangnya
menyebabkan 305.000 janin dan kematian neonatal, informasi, pemahaman, dan kesadaran untuk mencapai
215.000 bayi mengalami peningkatan risiko kematian keadaan sehat secara reproduksi. Banyak remaja yang
akibat prematuritas, berat badan lahir rendah atau menunjukkan perilaku yang positif dan berprestasi
penyakit bawaan setiap tahun. IMS seperti gonore dan diberbagai bidang, namun, banyak juga dari mereka
klamidia merupakan penyebab dari infertilitas, infeksi yang berperilaku negatif seperti merokok, penggunaan
genital yang tidak diobati dapat menjadi penyebab napza, tawuran, adanya tindakan aborsi, seks bebas
sampai 85% dari infertilitas dan HIV pada wanita yang dapat menyebabkan kehamilan yang tidak
(Mamarodia, Kandou & Suling, 2017). diinginkan dan penyakit menular lainnya. Untuk itu
Di Indonesia, berdasarkan Laporan Survei diperlukan pemahaman mengenai pemeliharaan
Terpadu dan Biologis Perilaku (STBP) oleh Kemenkes, kebersihan alat reproduksi, proses-proses reproduksi
(2012), prevalensi penyakit menular seksual (PMS) serta dampak dari perilaku yang tidak bertanggung
pada tahun 2011 untuk infeksi gonore dan klamidia jawab seperti kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi,
adalah sebesar 179 % dan sifilis sebesar 44 %. Pada dan penyakit menular seksual lainnya yang sampai saat
kasus Human immu nodeficiency virus (HIV) dan ini belum dapat untuk dipecahkan (Aritonang, 2015).
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) selama Upaya peningkatan pengetahuan pada remaja
delapan tahun terakhir mulai dari tahun 2005 – 2012 memerlukan suatu media pembelajaran yang dapat
menunjukkan adanya peningkatan. Kasus baru infeksi menggambarkan konsep fisik secara nyata. Salah satu
HIV meningkat dari 859 kasus pada 2005 menjadi media yang dapat di gunakaan adalah video. Video
21.511 kasus di tahun 2012. Sedangkan kasus baru merupakan media audio visual yang dapat
AIDS meningkat dari 2.639 kasus pada tahun 2005 mengungkapkan objek dan peristiwa seperti keadaan

Page | 209
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

This open access article is under the CC–BY-SA license.

sesungguhnya. Melalui media video, siswa mampu informasi antara kelompok eksperimen dan
memahami pesan pembelajaran secara lebih bermakna kelompok.
sehingga informasi yang disampaikan melalui video 2. Analisis Paired Sampel T-Test Pengetahuan
tersebut dapat dipahami secara utuh (Meidiana, Remaja Tentang IMS
Simbolon & Wahyudi, 2018).
Tabel 2 Analisis Paired Sample T-Test Pengetahuan Remaja Tentang IMS
Pretest Posttest
Selisih
Kelompok N p-value
METODE Mean SD Mean SD
Rerata

Jenis penelitian ini adalah quasi eskperimen dengan pre


Kontrol 41,62 6,781 78,74 7,229 37,11 0,000
post test with control group design. Tempat penelitian 86
di SMAN 1 Gamping Sleman DIY. Populasi kelompok Eksperimen 44,13 7,748 84,18 8,023 40,05 0,000
77
eksperimen 244, sampel 77 responden. Populasi pada
kelompok kontrol 381, sampel 86 responden. Paired Sampel Test. 0,05 of Significant
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik proportional random sampling. Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa hasil
Instrumen penelitian adalah media audiovisual, leaflet analisis paired sample t-test menunjukkan ada
dan kuesioner. Prasyarat analisis menggunakan uji peningkatan pengetahuan pada kelompok eksperimen
normalitas kolmogrov-smirnov dan uji hipotesis sebesar 84,18 (posttest) dibanding dari hasil
menggunakan paired sample t-test dan independent sebelumnya yaitu sebesar 44,13 (pretest) yang artinya
sample t-test. bahwa ada peningkatan pengetahuan setelah diberikan
intervensi dengan media audiovisual. Uji statistik
menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan remaja
HASIL DAN PEMBAHASAN tentang infeksi menular seksual, hal tersebut dapat
dilihat pada taraf signifikan sebesar 0.000 (p<0,05).
1. Karakteristik Responden
Tabel 1. Karakteristik Responden Demikian pula hasil analisis paired sample t-test
Karakteristik Kontrol Eksperimen pada kelompok kontrol menunjukkan ada peningkatan
N % N % p-value pengetahuan sebesar 78,74 (posttest) dibanding dari
hasil sebelumnya yaitu sebesar 41,62 (pretest) yang
14 Tahun 3 3.5 2 2.6
Umur
artinya bahwa ada peningkatan pengetahuan setelah
0,985
15 Tahun 40 46.5 35 45.5
diberikan intervensi dengan media leaflet. Uji statistik
16 Tahun 43 50.0 40 51.9 menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan remaja
Jenis
Laki-Laki 36 41.9 29 37.7 0,391
tentang infeksi menular seksual, hal tersebut dapat
Kelamin
dilihat pada taraf signifikan sebesar 0,000 (p<0,05).
Perempuan 50 58.1 48 62.3

Tidak 29 33.7 25 32.5


3. Analisis Perbedaan Selisih Peningkatan
Pengaruh
Orang Lain Tenaga 19 22.1 23 29.9 0,203 Pengetahuan Remaja Tentang Infeksi Menular
Kesehatan Seksual Antara Kelompok Eksperimen dan
Tem an 38 44.2 29 37.7 Kelompok Kontrol
Tidak 27 31.4 25 32.5
Tabel 3. Perbedaan Selisih Peningkatan Pengetahuan
Remaja Tentang Infeksi Menular Seksual Antara
Majalah/Koran 15 17.4 16 20.8 0,730
Media Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Massa Handphone/Medi
44 51.2 36 46.8
a Sosial Kelompok N Mean SD p-value
Kontrol 86 37,11 5.494
0,000
Eksperimen 77 40,05 2,715
Independent Sampel Test. 0,05 of Significant
Berdasarkan tabel 1 karakterisitik pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Berdasarkan tabel 3 dapat ditunjukkan
didapatkan sebagian besar berumur 16 tahun,
selisih pengetahuan kelompok kontrol sebesar 37,11
berjenis kelamin perempuan, sebagian besar
dan kelompok eksperimen sebesar 40,05.
mendapatkan informasi kesehatan dari teman dan
Berdasarkan uji independent sample t-test diketahui
dari handphone/media social. Berdasarkan hasil dari
perbedaan yang bermakna antara dua kelompok
p value untuk karakteristik tersebut dapat
tersebut, hal ini dapat dilihat dari taraf signifikan
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi
sebesar 0,000 (p<0,05).
umur antara kelompok eksperimen dan kelompok
control, tidak ada perbedaan proporsi jenis kelamin
antara kelompok eksperimen dan kelompok control,
dan tidak ada perbedaan proporsi pengaruh

Page | 219
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

This open access article is under the CC–BY-SA license.

4. Pengaruh Penyuluhan dengan Media proporsional stratified random sampling. Hasil data
Audiovisual Terhadap Pengetahuan Remaja yang p nilai 0,014 dan 0,016 (α<0,05). Hasil
Tentang Infeksi Menular Seksual. penelitian ini menyatakan bahwa ada pengaruh yang
Berdasarkan analisis paired sample t-test signifikan antara pendidikan kesehatan melalui
pada Tabel 2 dapat ditunjukkan bahwa pengetahuan metode stratagem media audiovisual pada
responden pada kelompok eksperimen sebelum pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi
diberikan intervensi menunjukkan hasil sebesar dan terdapat perbedaan pengaruh dalam pendidikan
44,13 Setelah dilakukan intervensi pada kelompok kesehatan melalui metode stratagem media
eksperimen dengan memberikan penyuluhan dengan audiovisual dan metode konvensional ceramah.
media audiovisual, pengetahuan responden Kesimpulan dari penelitian ini bahwa metode
meningkat menjadi 84,18 dengan p-value=0,000 straragem media audiovisual mampu meingkatkan
<0,05. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.
bermakna antara nilai pengetahuan pretest dan Sama halnya dengan penelitian yang sekarang, yaitu
posttest pada kelompok eksperimen, sehingga media penyuluhan dengan menggunakan media
audiovisual efektif meningkatkan pengetahuan audiovisual dengan nilai signifikan sebesar 0,000
responden. (p<0,05), sehingga terbukti bahwa media
Hasil penelitian ini menegaskan bahwa audiovisual dapat meningkatkan pengetahuan
pemberian penyuluhan dengan media audiovisual terhadap remaja dan pada penelitian ini nilai
pada siswa dapat memberikan informasi yang jauh signifikan lebih tinggi jika dibandingkan dengan
lebih efektif dan lebih dimengerti oleh siswa, penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Pragita
sehingga nilai sebelum diberikan penyuluhan & Purwandari, (2017).
kesehatan dan setelah diberikan penyuluhan Pengetahuan adalah hasil informasi yang
kesehatan mengalami peningkatan pengetahuan kemudian diperhatikan, dimengerti, dan diingat
pada siswa. Melihat berbagai dampak akibat (Notoatmojo, 2010). Informasi dapat bermacam-
kurangnya pengetahuan tentang kesehatan macam bentuknya baik pendidikan formal maupun
reproduksi, maka perlu berbagai upaya untuk informal, seperti membaca surat kabar, mendengar
membantu remaja agar memahami dan menyadari radio, menonton TV, percakapan sehari-hari, dan
tentang kesehatan reproduksi, serta pengalaman hidup lainnya. Pengetahuan berupa
bertanggungjawab dengan masalah kesehatan segala sesuatu yang diketahui dan berkenaan dengan
reproduksinya. Sebagian langkah awal pencegahan, hasil. Pengetahuan merupakan hasil setelah orang
peningkatan pengetahuan remaja tentang kesehatan melakukan penginderaan terhadap suatu objek
reproduksi harus ditunjang dengan penyuluhan tertentu, penginderaan terjadi melalui pancaindera
tentang penyebab dan konsekuensi perilaku seks, manusia, yaitu penglihatan, pendengaran,
apa yang harus dilakukan dan dilengkapi dengan penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
informasi mengenai sarana pelayanan yang bersedia pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
menolong seandainya telah terjadi kehamilan yang telinga. Pengetahuan merupakan hasil tahu dari
tidak dikehendaki atau tertular infeksi saluran seseorang setelah melakukan penginderaan baik
kemih/ infeksi menular seksual. Belajar dengan indra penglihatan, pendengaran, penciuman maupun
menggunakan media audiovisual lebih mampu raba. Notoatmodjo, (2012) menyatakan bahwa
meningkatkan pengetahuan siswa. pengetahuan ini terjadi setelah orang melakukan
Hal ini sejalan dengan penelitian yang pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
dilakukan oleh Nadeak, Agrina & Misrawati, Pengetahuan adalah hasil dari mengingat sesuatu hal
(2017), tentang efektifitas promosi kesehatan yang dapat diperoleh oleh seseorang secara alami
melalui media audiovisual mengenai HIV/AIDS atau mendapat intervensi baik langsung maupun
terhadap peningkatan pengetahuan remaja tentang tidak langsung.
HIV/AIDS, hasil penelitian menunjukkan ada
peningkatan yang signifikan dalam kelompok 5. Pengaruh Penyuluhan dengan Media Leaflet
ekperimen dengan nilai p (0,000)<α (0,05). Artinya Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Infeksi
promosi kesehatan dengan menggunakan Menular Seksual.
audiovisual efektif untuk meningkatkan Berdasarkan analisis paired sample t-test
pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS. pada Tabel 2 dapat ditunjukkan bahwa pengetahuan
Penelitian lain yang dilakukan Pragita & responden pada kelompok kontrol sebelum
Purwandari, (2017) yang berjudul “Pengaruh diberikan intervensi menunjukkan hasil sebesar
Pendidikan Kesehatan Metode Stratagem dengan 41,62 Setelah dilakukan intervensi pada kelompok
Media Audiovisual terhadap Pengetahuan Kesehatan eksperimen dengan memberikan penyuluhan dengan
Reproduksi Remaja”. Penelitian ini melibatkan 15 media audiovisual, pengetahuan responden
orang sebagai kelompok eksperiment, dan 15 orang meningkat menjadi 78,74 dengan p-
sebagai kelompok kontrol dengan menggunakan value=0,000<0,05. Hal ini menunjukkan adanya

Page | 229
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

This open access article is under the CC–BY-SA license.

perbedaan bermakna antara nilai pengetahuan Hasil penelitian sebelumnya dengan


pretest dan posttest pada kelompok kontrol, menggunakan media audiovisual dan leaflet yang
sehingga leaflet efektif meningkatkan pengetahuan dilakukan oleh Tindaon (2018) tentang pengaruh
responden, namun peningkatan pada kelompok komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) melalui
eksperimen, lebih besar dibanding kelompok media leaflet dan video terhadap pengetahuan dan
kontrol. sikap remaja tentang paparan pornografi di SMPN 1
Hasil penelitan dari Septianingrum & Sidamanik. Hasil penelitian menunjukkan adanya
afiyah, (2018) menjelaskan bahwa penyuluhan perbedaan perubahan pengetahuan tentang
kesehatan yang diberikan leaflet efektif pornografi antara leaflet (7,33) dan video (8,40)
meningkatkan pengetahuan, dimana penelitian ini dengan nilai p=0,000 dimana perubahan
juga sejalan dengan penelitian Syaiful dan pengetahuan lebih besar pada video artinya media
Aristantia, (2016). Dimana rata-rata nilai sebelum video lebih efektif untuk merubah pengetahuan
diberikan leaflet dan sesudah diberikan leaflet yaitu dibanding media leaflet.
1,397 dengan p-value 0,001. Sama halnya dengan Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian
penelitian yang sekarang, yaitu penyuluhan dengan yang dikemukakan oleh Fauziah tentang lemahnya
menggunakan media leaflet, dengan nilai signifikan leaflet itu sendiri yang tidak tahan lama dan mudah
p=0,000, sehingga terbukti bahwa media leaflet hilang, leaflet akan menjadi percuma jika responden
dapat meningkatkan pengetahuan remaja dan pada tidak diikut sertakan secara aktif (Fauziah,
penelitian ini nilai signifikan lebih tinggi dari pada Maesaroh, Sulistyarini, 2017)
penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh
Septianingrum & afiyah (2017). KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Media penyuluhan kesehatan yang
digunakan berpengaruh terhadap penyampaian Pemberian penyuluhan dengan media
informasi. Leaflet merupakan media yang digunakan audiovisual dan leaflet dapat meningkatkan secara
dalam penyampaian informasi yang digunakan signifikan tingkat pengetahuan remaja tentang infeksi
peneliti dalam memberikan penyuluhan kesehatan menular seksual. Namun Pemberian penyuluhan
pada kelompok kontrol. Menurut Suiraoko & dengan media audiovisual lebih baik dibandingkan
Supariasa, (2012), leaflet adalah selembar kertas menggunakan media leaflet.
yang dilipat-lipat, beberapa gambar mengenai suatu Pemberian penyuluhan dengan media
topik untuk sasaran dan tujuan tertentu. Agar terlihat audiovisual dapat digunakan sebagai salah satu
menarik biasanya leaflet didesain dengan ilustrasi alternatif media penyuluhan yang dapat digunakan
dan menggunakan bahasa sederhana yang mudah untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang
dipahami. infeksi menular seksual. Diperlukan penelitian lanjutan
Adapun kelebihan menggunakan leaflet untuk mengetahui resistensi pengetahuan tersebut
adalah sasaran dapat menyesuaikan dan belajar dengan pemanfaatan media audiovisual.
mandiri serta praktis karena mengurangi kebutuhan
mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai. REFERENSI
Informasi dapat dibaca dan didiskusikan antar
anggota kelompok serta dapat juga memberikan Aritonang. (2015). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap
informasi secara detail, mudah dibuat, diperbanyak Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan
dan disesuaikan dengan kelompok sasaran (Fauziah, Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja Usia
Maesaroh, Sulistyarini, 2017) (15-17 Tahun) Di SMK Yadika 13 Tambun,
Bekasi’, Jurnal Ilmiah WIDYA, pp. 6–67.
6. Perbedaan pengaruh penyuluhan dengan
doi:10.1002/10970142(19840501)53:9<1923
menggunakan media audiovisual dan leaflet
::AID-CNCR2820530919>3.0.CO;2-M.
terhadap pengetahuan remaja tentang Infeksi
Menular Seksual. Fauziah, Maesaroh, Sulistyarini. 2017. Penggunaan
Leaflet Terhadap Peningkatan Pengetahuan
Pada hasil uji independent t-test penelitian Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri
ini, berdasarkan tabel 3 terdapat selisih peningkatan (SADARI). Gaster Vol. XV No. 2 Agustus
pengetahuan antara kelompok eksperimen (40,05) 2017. http://jurnal.aiska-
dan kelompok kontrol (37,11) dengan taraf university.ac.id/index.php/gaster/article/view
signifikan sebesar 0,000 (p<0,05). Sehingga /207
penggunaan media audiovisual dapat dikatakan lebih Kemenkes (2012) Laporan Akhir Riset Fasilitas
berpengaruh dibanding media leaflet dalam Kesehatan 2011, Badan penelitian dan
meningkatkan pengetahuan remaja tentang infeksi pengembagan Kesehatan Kemenkes RI. doi:
menular seksual.
10.1136/bmjqs-2011-000308.

Page | 239
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

This open access article is under the CC–BY-SA license.

Kemenkes RI (2017) Profil Kesehatan Indonesia 2016, Suiraoka dan Supariasa. 2012. Media Pendidikan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Mamarodia, Kandou, dan Suling. (2017). Hubungan Syaiful & Aristantia. 2016. Pendidikan Kesehatan
antara Pengetahuan, Sikap, Peran orangtua Pemeriksaan Payudara Sendiri Terhadap
dan Ketaatan Beragama dengan Tindakan Perilaku SADARI pada Remaja. Journals of
Pencegahan Penyakit Menular Seksual Pada Ners Community. Vol 7 No 2.
Siswa di SMA Dharma Wanita Pineleng. http://journal.aakdelimahusadagresik.ac.id/in
Community Health Journal 2017 dex.php/JNC/article/view/205
Meidiana, R., Simbolon, D. and Wahyudi, A. (2018) Zatalini, dan Wulandari. (2018). Pengaruh Penyuluhan
‘Pengaruh Edukasi melalui Media Audio dengan Metode Diskusi, Poster dan Video
Visual terhadap Pengetahuan dan Sikap Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang
Remaja Overweight’, 9(November), pp. 478– Penyakit Menular Seksual Pada Anak
484. Jalanan Kota Semarang (Studi Kasus di
Nadeak, D. N., Agrina and Misrawati (2017) Efektivitas Rumah Pintar Bang Jo). Laporan Hasil
Promosi Kesehatan Melalui Media Penelitian Karya Tulis Ilmiah Program
Audiovisual Mengenai HIV/AIDS Terhadap Pendidikan Sarjana Kedokteran Universitas
Peningkatan Pengetahuan Remaja Tentang Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/61942/
HIV/AIDS. Tindaon. 2018. Pengaruh Komunikasi Informasi dan
Notoatmodjo, S. (2010) Promosi Kesehatan Teori dan Edukasi Melalui Media Leaflet dan Video
Aplikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja
Notoatmodjo, S. (2012) Kesehatan Masyarakat Ilmu Tentang Paparan Pornografi di SMP Negeri 1
dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Sidamanik Kec Sidamanik. Kabupaten
Pangaribuan, S. M. and Mardiah, W. (2018) ‘Gambaran Simanlungun Tahun 2016. Jurnal Ilmu
Tingkat Pengetahuan Wanita Pekerja Seks Penelitian Kesehatan. Vol 3 No 1.
Komersial Tentang Infeksi Menular
Seksual’, Jurnal Pendidikan Keperawatan
Indonesia, 3(2), p. 175. doi:
10.17509/jpki.v3i2.9423.
Pragita, Purwandari, Sulistyorini. 2017. Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Metode Stratagem
dengan Media Audiovisual Terhadap
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja.
The Indonesian Journal of Health Science.
http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/TI
JHS/article/view/1521
Rahayu, S., Suciawati, A., & Indrayani, T. (2021).
Pengaruh Edukasi Tentang Kesehatan
Reproduksi Remaja Terhadap Pengetahuan
Dan Sikap Seksual Pranikah Di Smp
Yayasan Pendidikan Cisarua Bogor. Journal
for Quality in Women’s Health, 4(1), 1-6.
https://doi.org/10.30994/jqwh.v4i1.101
Rahmi, Gustini, Puspita (2015). Pengetahuan Siswa
Kelas XI Tentang Penyakit Menular Seksual.
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia.
Vol 1 No 2. 2015.
https://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI/articl
e/view/9748
Septianingrum, Y., & Afiyah, R. K. (2018). Penyuluhan
Deteksi Dini Kanker Payudara di Pondok
Pesantren Qomarudin Bungah Gresik.
Community Development Journal, 1(2).
https://doi.org/10.33086/cdj.v1i2.348

Page | 249
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021 pp 25-31

POLTEKKES UMMI KHASANAH p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027

Pertumbuhan, Perkembangan, dan Kesehatan Mental Emosional Anak


Pra Sekolah Usia 36-72 Bulan
(Studi di KB Kuncup Melati dan TK (Pamardi Putra)
Sylvia1*, Erna Yovi Kurniawati2*, Ani Ashari3*
1, 2, 3 Akademi Kebidanan Ummi Khasanah, Bantul, Yogyakarta, Indonesia
*sylvia.uk@gmail.com, yovi.raharjanto@gmail.com, ani.ashari@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article history: Latar belakang: Prevalensi gangguan mental emosional pada anak usia 3-5 sebesar 74,2
%. Sekitar 8-9 % anak pra sekolah mengalami gangguan sosial emosi seperti cemas,
Received December, 28 2020 berperilaku tidak taat, kurangnya ketrampilan sosial dan depresi. Persentase gizi buruk
Accepted Januari, 25 2021 pada balita usia 0-59 bulan sebesar 3,8% dan persentase gizi kurang sebesar 14,0%.
Published Jnauari, 25 2021 Prevalensi balita Kurang Energi Protein (Gizi Buruk dan Kurang) di DIY tahun 2015
sebesar 8,04. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif,
dengan pendekatan atau metode survey. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
Kata Kunci: dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 31 anak usia 36-72
bulan. Hasil: Indeks Masa Tubuh rata-rata 14.63, untuk IMT paling kecil 12 dan Paling
Pertumbuhan besar 21, sehingga didapatkan kesimpulan bahwa ststus gizi berdasarkan IMT/Umur
Perkembangan seluruhnya normal. Pemeriksaan tes daya lihat dan tes daya dengar keseluruhan siswa
Kesehatan Mental Emosional (100%) tidak mengalami gangguan baik pada sisi telinga kanan atau kiri serta mata kanan
Anak Pra Sekolah atau kiri. Hasil pemeriksaan pra skrining perkembangan didapatkan kesimpulan paling
besar perkembangan sesuai umur (71.9%). Pemeriksaan gangguan pemusatan perhatian
dan hiperaktifitas (GPPH) didapatkan kesimpulan paling besar (71.9%) siswa tidak
mengalami GPPH. Kesimpulan: terdapat 28. 1 % anak dengan perkembangan meragukan
dan mengalami kemungkinan GPPH.

ABSTRACT
Growth, Development, and Emotional Mental Health of Pre School Children Age 36-72
Months (Study in Kuncup Melati Playgroup and Pamardi Putra Kindergarten)
Background: The prevalence of mental emotional disorders in children aged 3-5 is 74.2%.
Key words: About 8-9% of preschool children experience social emotional disorders such as anxiety,
disobedient behavior, lack of social skills and depression. The percentage of malnutrition
Growth in children aged 0-59 months is 3.8% and the percentage of malnutrition is 14.0%. The
Development prevalence of under-fives with protein energy deficiency (malnutrition and malnutrition)
Mental Emotional Health in DIY in 2015 was 8.04. Method: The method used in this research is descriptive, with a
Pre School Children survey approach or method. Sampling in this study was conducted by purposive sampling
technique with a sample of 31 children aged 36-72 months. Results: Body Mass Index
averaged 14.63, for the smallest BMI of 12 and the largest of 21, so it was concluded that
DOI: the nutritional status based on BMI/Age was entirely normal. The examination of the visual
https://10.48092/jik.v7i2.159 power test and the overall hearing test of students (100%) did not experience disturbances
either on the right or left ear and right or left eye. The results of the developmental pre-
screening examination concluded that the greatest development was according to age
(71.9%). Examination of attention deficit and hyperactivity disorder (GPPH) concluded
that the largest (71.9%) students did not experience ADHD. Conclusion: there are 28.1%
of children with doubtful development and experience the possibility of ADHD.

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Page | 25
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

PENDAHULUAN saat ini belum ada data di Indonesia yang

Prevalensi gangguan mental emosional pada menggambarkan keadaan kesehatan mental emosional

anak usia 3-5 tahun 2013 sebesar 74,2 %. Perkembangan anak dalam skala besar (Winarsih, 2017).

social emosi yang tidak tercapai secara optimal dapat Gangguan pertumbuhan pada anak usia pra

menimbulkan gangguan social emosi pada anak. Sekitar sekolah diantaranya adalah obesitas, stunting, dan

8-9 % anak pra sekolah mengalami gangguan sosial malnutrisi. Obesitas disebabkan oleh adanya ketidak

emosi seperti cemas, berperilaku tidak taat, kurangnya seimbangan antara masukan energi dengan keluaran

ketrampilan sosial dan depresi. Anak yang mengalami energi. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

keterlambatan perkembangan sosial emosi pada saat usia 2017 menunjukkan persentase balita gemuk 0-5 tahun di

dini cenderung lebih berisiko untuk berperilaku Indonesia 11,9%, Yogyakarta 10,3%. Selain pola makan,

maladaptif seperti berperilaku kriminal dan faktor penting lain penyebab obesitas adalah aktivitas

mengkonsumsi narkoba saat dewasa (Hanifah dan fisik. Dampak obesitas, meliputi faktor resiko

Nigrum, 2012). kardiovaskular, sleep apneu, gangguan fungsi hati,

Beberapa jenis penyimpangan perkembangan masalah ortopedik yang berkaitan dengan obesitas,

yang sering ditemui pada anak adalah Down syndrome kelainan kulit serta gangguan psikiatrik (Sri Tanjung,

(DS), autisme, dan ADHD. Down syndrome yaitu 2017).

kelainan genetik yang mengakibatkan keterbelakangan Stunting merupakan status gizi berdasarkan

perkembangan fisik dan mental bagi para pada indeks tinggi badan menurut umur. Persentase

penyandangnya. Penderita down syndrome memiliki balita sangat pendek dan pendek usia 0-23 bulan di

kelebihan kromosom sehingga intelektual dibawah rata- Indonesia tahun 2018 yaitu 12,8% dan 17,1%. Kondisi

rata dan memiliki kelainan fisik. Beberapa kondisi yang ini meningkat dari tahun sebelumnya dimana persentase

menyertai penderitai down syndrome yaitu penyakit balita sangat pendek yaitu sebesar 6,9% dan balita

jantung bawaan, kelaian mental, kelainan pernafasan, pendek sebesar 13,2%. Persentase balita sangat pendek

pencernaan, dan kekuatan otot melemah (Olds, London, dan pendek usia 0-59 bulan di Indonesia tahun 2018

& Ladewing, 2010). adalah 11,5% dan 19,3%. Kondisi ini meningkat dari

Terdapat beberapa jenis gangguan mental tahun sebelumnya yaitu persentase balita usia 0-59 bulan

emosional anak, yaitu: depresi, kesedihan (grief), post sangat pendek sebesar 9,8% dan balita pendek sebesar

traumatic stress disorder (PTSD), antisosial. Gangguan- 19,8%.

gangguan ini rnempunyai etiologi dan penanganan yang Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018

berbeda, ada yang memiliki prognosis baik, misal PTSD yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan

dan ada yang kurang baik, misalnya gangguan bipolar. menyatakan bahwa persentase gizi buruk pada balita usia

Manifestasi dari akibat gejala gangguan mental 0-23 bulan di Indonesia adalah 3,8%, sedangkan

emosional bervariasi dari penurunan prestasi belajar persentase gizi kurang adalah 11,4%, hal tersebut tidak

sampai berkembangnya pribadi yang antisosial. Selain berbeda jauh dengan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG)

mempunyai dampak pada perkembangan kepribadian, yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan

gangguan mental emosional, manifestasi gejala tahun 2017, yaitu persentase gizi buruk pada balita usia

gangguan mental emosional bermacam-macam, 0-23 bulan sebesar 3,5% dan persentase gizi kurang

diantaranya yaitu gangguan tingkah laku dan gangguan sebesar 11,3%. Pada balita usia 0-59 bulan, hasil Riset

psiko-fisiologis (asma, sakit perut, migraine). Sampai Kesehatan Dasar tahun 2018 menyatakan bahwa

Page | 26
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

persentase gizi buruk di Indonesia adalah 3,9%, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak)
sedangkan persentase gizi kurang adalah 13,8%. Hal yang seharusnya dilaksanakan 2 kali dalam setahun
tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil Pemantauan hanya terlaksana 1 kali sehingga cakupannya kurang
Status Gizi (PSG) yang diselenggarakan oleh terpenuhi targetnya. Selain itu dalam pelaksanaan
Kementerian Kesehatan tahun 2017, yaitu persentase SDIDTK yang dilaksanakan yaitu deteksi dini
gizi buruk pada balita usia 0-59 bulan sebesar 3,8% dan penyimpangan pertumbuhan (Berat Badan, Tinggi
persentase gizi kurang sebesar 14,0%. Prevalensi balita Badan, ), deteksi dini penyimpangan perkembangan
Kurang Energi Protein (Gizi Buruk dan Kurang) di DIY (KPSP, TDD, TDL) dan yang belum dilaksanakan yaitu
tahun 2015 sebesar 8,04. Prevalensi KEP ini menurun deteksi dini penyimpangan mental emosional (KMME,
dibandingkan dengan tahun 2013 tetapi sedikit lebih CHAT, GPPH). Berdasarkan latar belakang tersebut,
tinggi dari tahun 2014. Pada tahun 2016 KEP DIY maka penulis tertarik untuk mengetahui gambaran
sebesar 8,83 dan kembali turun menjadi 8,26 pada tahun pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan mental
2017. Angka prevalensi selama tiga tahun terakhir masih emosional pada anak usia 36-72 bulan.
berkisar pada angka 8 yang menunjukan bahwa upaya
yang dilakukan dalam rangka penurunan prevalensi KEP METODE
Balita di DIY belum tercapai secara maksimal. Kondisi Metode yang digunakan dalam penelitian ini
paling tinggi prevalensi balita KEP adalah Kabupaten adalah Deskriptif, dengan pendekatan atau metode
Kulon Progo sebesar 12,33 dan terendah di Sleman 7,33 survey. Penelitian ini menggambarkan pelaksanaan
(Profil Kesehatan Provinsi Yogyakarta, 2017). deteksi dini pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan
Pemantauan status gizi Balita di Kabupaten emosional pada anak usia 36-72 bulan.
Bantul pada tahun 2018 dilaporkan Balita gizi buruk ada Populasi dalam penelitian ini adalah semua
199 Balita, dengan jumlah Laki-laki 101 Balita dan anak pra sekolah yang bersekolah di KB Kuncup Melati
Perempuan 98 Balita. Prevalensi Balita gizi buruk sesuai dan TK Pamardi Putera pada bulan Maret-April 2020
standar Berat Badan menurut Umur (BB/U) sebesar dengan jumlah 31 anak. Pengambilan sampel dalam
0.41% dan jika dibandingkan status gizi buruk pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive
tahun 2017 sebanyak 202 Balita dengan prevalensi yang sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai
sama sebesar 0,41%. Hal ini perlu diwaspadai mengingat berikut:
gizi Balita menentukan pertumbuhan fisik dan 1. Kriteria Inklusi
perkembangan kecerdasannya dimasa depan. ada a. Usia 36-72 bulan
peningkatan prevalensi gizi buruk pada Balita sesuai b. Bersekolah di KB Kuncup Melati atau
standar Berat Badan menurut Umur (BB/U), yaitu pada TK Pamardi Putra
Tahun 2018 sebesar 0,41 sama seperti tahun 2017 c. Orangtua bersedia mengisi inform
sebesar 0,41 Kasus gizi buruk pada Balita tertinggi ada content
di wilayah Puskesmas Piyungan sebanyak 5 kasus. 2. Kriteria Eksklusi
Pemerintah telah melakukan upaya untuk a. Sedang sakit atau mengalami sakit
pemantauan tumbuh kembang melalui program SDIDTK berat selama satu minggu terakhir
(Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh b. Riwayat gangguan mal absorbsi
Kembang Anak) dilaksanakan tiap 6 bulan sekali, yang nutrisi
dilaksanakan oleh bidan. Cakupan SDIDTK (Stimulasi,

Page | 27
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

c. Riwayat terdiagnosis mengalami Hasil penelitian pada karakteristik responden


trauma fisik atau kelainan rata-rata usia anak 63 bulan, usia paling banyak yaitu
perkembangan rentang 63-72 bulan, paling rendah berusia 36 bulan dan
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 31 paling tinggi berusia 72 bulan. Siswa paling banyak
anak. Instrumentasi data karakteristik menggunakan adalah laki-laki (65.6%), dengan riwayat ASI Eksklusif
Kuesioner. Pertumbuhan meliputi data BB, PB, IMT dan lebih besar (68.8%) dari yang tidak ASI Eksklusif. Rata-
status Gizi menggunakan lembar observasi. rata usia orangtua adalah 35 tahun, dengan latar belakang
Perkembangan meliputi Daya Lihat, Daya Dengar dan pendidikan terbanyak yaitu SMA (71.9%). Pekerjaan
KPSP menggunakan lembar observasi. Kesehatan orangtua terbesar adalah ibu rumah tangga (68.8 %).
Mental Emosional meliputi masalah mental emosional, Hampir semua orangtua mempunyai pengetahuan
autisme dan GPPH menggunakan lembar observasi. parenting (96.6%), sedangkan mayoritas jenis pola asuh
orangtua adalah permisif (43.8%).
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden merupakan ciri pribadi
1. Karakteristik Responden orangtua anak dan anak yang dapat menggambarkan
Berikut adalah gambaran distribusi frekuensi keadaan anak. Karakteristik responden yang dinilai pada
data karakteristik responden yang terdiri dari penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, ASI ekslusif,
karakteristik anak dan karakteristik orangtua. pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, jenis pola
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik asuh orangtua, pengetahuan parenting. Pengumpulan
Responden data mengenai karakteristik jenis kelamin, usia, ASI
Mean + SD ekslusif, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, jenis
Variabel n %
Min-max pola asuh orangtua, pengetahuan parenting penting
Usia anak
36-63 bulan 11 34.4 62.94 + 12.0 dilakukan untuk mengetahui sebaran usia dan
64-72 bulan 21 65.6 36-72 perbandingan jumlah jenis kelamin anak, riwayat ASI
Jenis kelamin anak
Laki-laki 21 65.6 ekslusif juga dapat mempengaruhi pertumbuhan,
Perempuan 11 34.4 perkembangan, dan kesehatan mental emosional anak,
Riwayat ASI Eksklusif
ASI Eksklusif 22 68.8 pendidikan orang tua, jenis pola asuh orang tua dan
Tidak ASI Eksklusif 10 31.3 pengetahuan parenting juga mempengaruhi ada tidaknya
Usia Orangtua
23-35 tahun 17 53.1 34.72 + 6.68 gangguan pada anak (Hanifah dan Nigrum, 2012).
36-52 tahun 15 46.9 23-52 2. Pertumbuhan
Pendidikan Orangtua
S1 5 15.6 Hasil pengukuran pertumbuhan terdiri dari
SMA 23 71.9 Berat badan, Tinggi Badan dan IMT disajikan dalam
SMP 4 12.5
tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
Pekerjaan Orangtua
IRT 22 68.8 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pertumbuhan
Wiraswasta 7 21.9
PNS 3 9.4 Mean + SD
Jenis Pola Asuh Variabel n %
Min-max
Demokratis 7 21.9 Berat Badan
Permisif 14 43.8 Status Gizi BB/TB 17.81 + 3.92
Otoriter 11 34.4 Normal 32 100 12-33
Pengetahuan Parenting Tinggi Badan
Mengetahui 31 96.9 Status TB/ Umur 109.59 + 8.7
Tidak mengetahui 1 3.1 Normal 32 100 88-124

Page | 28
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Mean + SD Tabel 4.3 Distribusi Ferekuensi Perkembangan


Variabel n %
Min-max
Variabel n %
IMT
TDD
Status Gizi IMT/Umur 14.63 + 3.92
Tidak ada gangguan 32 100
Normal 32 100 12-21
TDL
Tidak ada gangguan 32 100
Hasil penelitian pada pertumbuhan Rata-rata KPSP
berat badan adalah 17.8 kg, sedangkan untuk berat badan Sesuai umur 23 71.9
Meragukan 9 28.1
paling kecil 12 kg dan paling besar 33 kg. Status gizi
berdasarkan BB/TB sesuai dengan standar SDIDTK Hasil penelitian dari perkembangan
seluruh siswa dalam status gizi normal. Tinggi badan pemeriksaan tes daya lihat dan tes daya dengar
rata-rata siswa 109.59 cm dengan tinggi badan paling keseluruhan siswa (100%) tidak mengalami gangguan
pendek adalah 88 cm dan paling tinggi 124 cm, dapat baik pada sisi telinga kanan atau kiri serta mata kanan
disimpulkan bahwa status TB/Umur pada siswa atau kiri. Hasil pemeriksaan pra skrining perkembangan
seluruhnya normal, tidak ada temuan pendek maupun didapatkan kesimpulan paling besar perkembangan
stunting. Indeks Masa Tubuh rata-rata 14.63, untuk IMT sesuai umur (71.9%).
paling kecil 12 dan Paling besar 21, sehingga didapatkan Dari hasil penelitian tidak ada yang mengalami
kesimpulan bahwa ststus gizi berdasarkan IMT/Umur Gangguan daya lihat dan tidak ada yang mengalami
seluruhnya normal. gangguan daya dengar, untuk perkembangan motorik
Pengukuran status gizi didasarkan atas Standar halus, dan motorik kasar menggunakan KPSP 23 murid
World Health Organization (WHO, 2005) yang telah sudah sesuai dengan usia dan 9 murid mengalami
ditetapkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor keraguan dalam motorik halus dan motorik kasar. Murid
1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar yang mengalami perkembangan meragukan tersebut
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Menurut direkomendasikan untuk pengukuran ulang setelah 2
standar tersebut, status gizi balita dapat diukur minggu, diberikan edukasi kepada orangtua bagian yang
berdasarkan tiga indeks, yaitu berat badan menurut umur anak belum dapat melakukan untuk diberikan stimulasi
(BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat perkembangan sesuai usia anak. Selain itu diberikan pula
badan menurut tinggi badan (BB/TB). Gizi kurang dan edukasi untuk memberikan stimulasi perkembangan
gizi buruk merupakan status gizi yang didasarkan pada anak di usia yang selanjutnya dan orangtua diminta lebih
indeks berat badan menurut umur (BB/U) (Peraturan kooperatif dalam pola pendidikan anak dirumah.
Kemenkes RI, 2014). Dari hasil data penelitian 4. Kesehatan Mental Emosional
pertumbuhan Status gizi berdasarkan BB/TB, berat Hasil pemeriksaan Kesehatan Mental
badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut Emosional terdiri dari pemeriksaan autism, masalah
umur (TB/U) tidak ada kelainan semua normal, tidak ada mental emosional dan gangguan pemusatan
kesenjangan antara teori dan hasil penelitian. perhatian dan hiperaktifitas yang disajikan dalam
3. Perkembangan tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
Hasil pemeriksaan perkembangan terdiri dari
Tes Daya Lihat, Tes Daya Dengar dan Pra Skrining
Perkembangan disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi sebagai berikut:

Page | 29
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kesehatan Mental KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Emosional
Status TB/Umur pada responden seluruhnya
Variabel n %
Masalah Mental Emosional normal, tidak ada temuan pendek maupun stunting, ststus
Tidak ada masalah 32 100 gizi berdasarkan IMT/Umur seluruhnya normal.
Autisme
Negatif 32 100 Keseluruhan responden (100%) tidak mengalami
Gangguan Pemusatan gangguan baik pada sisi telinga kanan atau kiri serta mata
Perhatian dan Hiperaktifitas
Kemungkinan GPPH 9 28.1 kanan atau kiri. Perkembangan terdapat 28.1 %
Tidak GPPH 23 71.9 meragukan, sehingga diberikan edukasi untuk
melakukan stimulasi perkembangan pada anak. Tidak
Hasil penelitian pemeriksaan masalah mental
ditemukan adanya autism dan masalah mental emosional
emosional keseluruhan siswa (100%) tidak ada masalah,
pada anak, akan tetapi terdapat 28.1 % anak dengan
dan keseluruhan siswa (100%) negatif autisme. Hasil
kemungkinan GPPH.
pemeriksaan gangguan pemusatan perhatian dan
Direkomendasikan kepada orangtua untuk
hiperaktifitas (GPPH) didapatkan kesimpulan paling
melakukan observasi akan tanda-tanda gejala GPPH dan
besar (71.9%) siswa tidak mengalami GPPH.
diminta melakukan pengukuran ulang setelah minimal 2
Dari hasil penelitian kesehatan mental
minggu. Guru sekolah direkomendasikan melakukan
emosional anak semua anak dalam keadaan normal,
pemantauan khusus dan pendampingan kepada siswa
tidak ada yang melibatkan ketergugahan fisiologis,
yang mengalami perkembangan meragukan dan
pengalaman disadari dan ekspresi prilaku, yang
kemungkinan GPPH. Apabila diperlukan tindakan lebih
terangsang diorganisme mencangkup berubahan
lanjut dapat meminta pendampingan atau kolaborasi
perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dan
dengan puskesmas wilayah setempat.
berubah perilaku (caplin, 2009). Anak anank dengan
ADHD biasanya mempunyai setidak tidaknya satu orang REFERENSI
keluarga dengan ADHD. Orang tua pada anak yang
Adriana, D (2013). Tumbuh kembang & terapi bermain
hiperaktif akan sering memberi perintah serta anak. Jakarta : Salemba Medika.
mempunyai hubungan interaksi yang negatif (Rose & Ahmad Mansur. 2011. Metode Penelitian dan Teknik
Penulisan Laporan Karya Ilmiah. Bandung:
Rose, 1982 Dalam Kurtz, 2005). PAAP FEB-UNPAD.
Dalam penelitian ini terdapat 28.1 % anak Alex Sobur.2013. Filasafat Komunikasi. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
dengan kemungkinan GPPH, hal tersebut Anita Yus, 2012 Model Pendidikan Anak Usia Dini.
direkomendasikan untuk dilakukan pengujian ulang Jakarta: Kencana
Any Setyarini , Maria Mexitalia , Ani Margawati. 2015.
dengan jarak minimal 2 minggu. Berdasarkan Pengaruh Pemberian Asi Eksklusif dan Non
pengambilan data dimungkinkan karena ketidaksiapan Eksklusif terhadap Mental Emosional Anak
Usia 3–4 Tahun. Medica Hospitalia. Med Hosp
anak saat pengujian, terdapat beberapa anak yang rewel 2015; vol 3 (1) : 36–41.
karena menunggu terlalu lama ketika pengambilan data. Bandi Delphie, Pendidikan Anak Autis, Yogyakarta:
Intan Sejati Klaten, 2009.
Data anak dengan perkembangan meragukan mengalami Bremner, G.J., Wachs, D.T. 2010. Infant Development.
kemungkinan GPPH, sehingga dalam hal ini selain Second Edition Volume 2: Applied and Policy
Issues.
rekomendasi untuk pengukuran ulang, perlu juga Chamidah, Atien Nur. 2009. Deteksi Dini Gangguan
dilakukan pengkajian mendalam terkait pola asuh orang Pertumbuhan Dan Perkembangan. Jurnal
Pendidikan Khusus Vol 2 No 5. Yogyakarta
tua dan konsisi psikologis anak.

Page | 30
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Dosen Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP Mulyasa. 2012. Praktek Penelitian Tindakan Kelas.
UNY. 2012. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Chaplin, J. P. 2009, Dictionary of Psychology, Nattaya Lakshita, Panduan Simpel Mendidik Anak
(Terjemah. Kartini Kartono) Jakarta: PT. Raja Autis, Jogjakarta: Javalitera, 2013
Grafindo Persada. Ni’mah, K., & Nadhiroh, S.R. 2015. Faktor Yang
Dewi, R.C., Oktiawati, A., & Saputri, L.D. (2015). Teori Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada
dan Konsep Tumbuh Kembang : Bayi, Toddler, Balita. Jurnal Media Gizi Indonesia.Vol. 10.
Anak, dan Usia Remaja. Yogyakarta : Nuha No. 1. Januari–Juni. Hlm: 13–19. Diakses pada
Medika. tanggal 2 November 2018.
Depkes RI. 2010. Laporan Pencapaian Tujuan Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu
Pembangunan Milenium Di Indonesia. Jakarta : Keperawatan: Pendekatan Praktis : Jakarta :
BAPPENAS SalembaMedika.
Dinas kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, Profil Olds SB, London ML, Ladewig PAW. (2000). Maternal
Kesehatan Provinsi Di Yogyakarta Tahun New Born Nursing: a family and community
2017. Yogyakarta: 2017 based approach. Sixth edition. New Jersey:
Depkes RI. 2010. Laporan Pencapaian Tujuan practice Hall Health
Pembangunan Milenium Di Indonesia. Jakarta : Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
BAPPENAS tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. 2014.
Femmi Nurmalitasari. 2015. Perkembangan Sosial Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi
Emosi pada Anak Usia Prasekolah, Volume 23, 7. Jakarta : Salemba Medika
No.2, Desember. Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep,
Hockenberry, M.J & Wilson, D. (2009). Essential of Proses and Practice. Edisi 7. Vol. 3. Jakarta :
Pediatric Nursing. St. Louis Missoury: Mosby EGC
Jenny Thompson, Memahami Anak Berkebutuhan Republik Indonesia, 2014a, Peraturan Menteri
Khusus, Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 2012. Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56
Judarwanto, W. 2012. Down Syndrome: Deteksi Dini, Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan
Pencegahan Dan Penatalaksanaannya. Clinic Rumah Sakit, Jakarta.
For Children Information Education Network. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan
Available from : URL: http://goo.gl/fWAKS Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kemenkes. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta: Kementerian RI tahun 2018.
Kemenkes; 2017. http://www.depkes.go.id/resources/download/i
Kemenkes RI. 2013. Lampiran Peraturan Mentri nfoterkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%20Ris
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 kesdas%202018.pdf–Diakses Agustus 2018.
Tahun 2013: Angka Kecukupan Gizi Energi, Soetjiningsih. 2012. Perkembangan Anak dan
Protein Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Permasalahannya dalam Buku Ajar I Ilmu
Indonesia. Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta
King, Laura. 2010. Psikologi Umum. Jakarta : Salemba :Sagungseto .Pp 86-90.
Humanika. Mashar, Riana. (2011). Emosi anak Soetjiningsih dan Ign. N. Gede Ranuh. (2015). Tumbuh
Usia Dini dan Strategi Pengembangan. Kembang Anak. Edisi 2. Jakarta: Buku
Jakarata. Kencana. Kedokteran EGC.
Sri Winarsih , Nuril Nikmawati, Suprihatiningsih. 2017.
Kurniasih 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Studi Deskriptif Deteksi Dini Penyimpangan
Penerbit Buku Gramedia. Jakarta Mental Emosional ( Kmme, Chat, Gpph ) Pada
Leni Susanti, Kisah-kisah Motivasi untuk Anak Anak Usia 36 – 72 Bulan. JURNAL
Berkebutuhan Khusus Autis, Jogjakarta; KEBIDANAN Vol. 6 No.14 Oktober 2017
Javalitera, 2014. ISSN.2089-7669: 28-32.
Luthfia Nur Farida, Elsa Naviati. 2015. Hubungan Pola Yusuf, Syamsu. (2011). Psikologi Perkembangan Anak
Asuh Otoritatif Dengan Perkembangan Mental dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Emosional Pada Anak Usia Prasekolah Di Tk World Health Organization (WHO). Maternal Mortality
Melati Putih Banyumanik. Jurusan in 2005. Geneva : Departement of Reproductive
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Health and Research WHO; 2007.
Diponegoro email: World Health Organization. The World Medicine
elsanaviatizainal@gmail.com: 222-228. Situation 2011 3ed. Rational Use of Medicine.
Mirza Maulana, Anak Autis, Mendidik Anak Autis dan Geneva, 2011.
Gangguan Mental Lain Menuju Anak Cerdas
dan Sehat, Jogjakarta: Ar-Rruz MediaGroup.
2010

Page | 31
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik

Anda mungkin juga menyukai