disusun oleh :
PEMBIMBING INSTITUSI
INTAN NUGRAHENI H, S. SiT, M.Kes
NIM : P1337424821057
Pembimbing Klinik
Praktikan
Praktikan,
Fitria Mar Atus Sholehah
Sri Wahyuningsih,Amd.Keb.
NIP.19780430 200801 2 007
Mengetahui
Pembimbing Institusi,
Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan asuhan kebidanan
Kolaborasi. Penulisan laporan ini merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan tugas praktek kebidanan semester II.
Dalam penulisan laporan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu penyelesaian laporan ini:
1) Intan Nugraheni H, S.SiT, M.Kes selaku pembimbing akademik Poltekkes
Kemenkes Semarang
2) Sri Wahyuningsih, Amd.Keb selaku pembimbing lahan praktik yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis selama praktik stage Kolaborasi di
Puskesmas Godong 1
3) Orang tua dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan doa
sehingga laporan ini terselesaikan
4) Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian laporan ini.
Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.
Praktikan
4) Sikap
Sikap mengacu pada posisi kepala serta hubungan bagian-bagian
janin dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang
punggungnya. Janin umumnya dalam sikap fleksi, di mana
kepala, tulang punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, serta
lengan bersilang di dada. Fleksi kepala penting untuk
menyesuaikan dengan panggul ibu, saat dagu janin optimal
menempel di dada, sub occipito bregmatika berada dalam
diameter terkecil pada presentasi kepala.
5) Posisi janin
Posisi merupakan indikator untuk menetapkan arah bagian
terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri, depan atau belakang
terhadap sumbu ibu (maternal pelvis). Misalnya pada letak
belakang kepala ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan/ left oksiput
anterior (LOA), UUK kanan belakang/ Right oksiput posterior
(ROP). Malposisi jika letak ubun- ubun selain LOA, ROA atau
OA.
6) Station
Stasion adalah penilaian penurunan kepala melewati bidang
panggul dengan titik tengah adalah spina ischiadika sebagai
stasion 0 melalui pemeriksaan dalam. Jika kepala lebih tinggi
dari spina ischiadika diberi angka negatif dan jika lebih rendah
dari spina ischiadika diberi angka positif. Stasion +3 kepala janin
sudah crowning yaitu terlihat di introitus vagina.
Air ketuban dan selaput ketuban merupakan ruangan yang
dilapisi selaput janin (selaput ketuban) berisi air ketuban (liquar
amnii).
1) Volume
Volume air ketuban dalam kehamilan cukup bulan adalah
1000-1500 cc, bila kurang dari 1000 cc disebut oligohidromnion.
Namun bila volume air ketuban lebih dari 1500 cc disebut
polihidromnion.
2) Bentuk
Air ketuban berwarna putih kekeruhan khas amis dan berasa
manis. Bila air ketuban berwarna hijau ini adalah indikasi adanya
ketidaknormalan.
3) Komposisi
Terdiri atas 98% air, sisanya albumin sel-sel epitel. Rambut
lanugo, verniks caseosa dan garam-garam organik. Kadar
protein 2 gr/l terutama di bagian albumin. Diproduksi oleh
kencing janin, transudasi dari epitel amnion sekresi dari epitel
amnion asal campuran (mixed arigin).
Plasenta (uri) adalah alat transportasi darah, nutrisi, oksigen
dan juga sisa buangan dari ibu kepada janin. Uri berbentuk
bundar atau oval, ukuran diameter 15-20 cm tebal 2-3 cm berat
500-600 gram.
1) Komponen plasenta: Plasenta terdiri dari desidua kompektel
atas beberapa lobus dan terdiri dari 15-20 kotiloden.
2) Tali pusat: Tali pusat merentang dari pusat janin ke uri
bagian permukaan janin. Panjang tali pusat antara 50-55 cm
diameternya 1-2,5 cm dan terdiri atas 2 buah arteri,
umbilicalis dan 1 buah vena umbilicalis. Selain panjangnya
tali pusat yang terpenting lagi adalah insersi nya kepada
plasenta, hal ini sering menjadi masalah ketika insersi itu
tidak pada tempatnya.
d. Potition
Posisi menentukan prestasi. Posisi ibu mempengaruhi adaptasi
anatomi dan fisiologi persalinan. Menurut Bobak (2012) mengubah
posisi memberi rasa nyaman, menghilangkan kepenatan, dan
memperbaiki sirkulasi. Posisi yang nyaman adalah sesuai kehendak
ibu. Posisi yang dianjurkan adalah posisi tegak, meliputi posisi
berdiri, berjalan, duduk dan jongkok. Posisi tegak memiliki
keuntungan dengan alasan memanfaatkan gaya gravitasi dapat
membantu penurunan kepala janin, mengurangi terjadinya kompresi
tali pusat, mengurangi kompresi vena cava inferior, dan membuat
kerja otot-otot myometrium berkontrkasi lebih sinkron saat ibu
mengejan.
e. Pysichologic Respon
Persalinan memerlukan persiapan psikologis, pikiran, hati dan
kesiapan mental. Penting melatih mental dan psikologis bagi setiap
ibu hamil agar memiliki pengalaman positif saat melahirkan, nyaman
dan terhindar dari rasa traumatis. Pemberdayaan diri bisa dilakukan
dengan bekal pengetahuan dan berlatih secara kontinue dimanapun
dan dalam kondisi apapun tentang nafas, berlatih fokus dengan
menyatukan tubuh, pikiran dan jiwa, ketenangan jiwa,
penyembuhan trauma, keseimbangan antara pikiran, janin dan tubuh,
pergerakan dan gravitasi saat kehamilan dan persalinan serta
dukungan dari pasangan serta provider (Aprilia, 2017). Persiapan ini
tidak hanya dilakukan oleh ibu, tetapi juga melibatkan peran suami
dan keluarga dengan bekal pengetahuan serta memberikan dukungan
positif dalam setiap proses mulai dari perencanaan, kehamilan,
persalinan dan melaksanakan peran sebagai orangtua.
4. Tanda-tanda persalinan
a. Tanda-tanda menjelang persalinan
1) Lightening atau settling atau dropping, yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul, pada primigravida terjadi menjelang
minggu ke-36. Lightening disebabkan oleh:
a) Kontraksi braxton hicks
b) Ketegangan dinding perut
c) Ketegangan ligamentum rotundum
d) Gaya berat janin.
2) Terjadinya his permulaan
Makin tua usia kehamilan, pengeluaran progesterone dan estrogen
semakin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan
kontraksi, yang lebih sering disebut his palsu. Sifat his palsu yaitu
rasa nyeri ringan dibagian bawah, datangnya tidak teratur, tidak
ada perubahan serviks, durasinya pendek dan tidak bertambah jika
beraktivitas.
b. Tanda-tanda Persalinan
1) Terjadinya his persalinan
His persalinan mempunyai sifat yaitu:
a) Pinggang terasa sakit, yang menjalar ke depan.
b) Sifat teratur, interval makin pendek dan kekuatannya makin
besar.
c) Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan uterus.
d) Makin beraktivitas (jalan), kekuatan makin bertambah.
2) Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina)
Adanya his permulaan terjadi perubahan serviks yang
menimbulkan pendataran dan pembukaan, lendir yang tedapat di
kanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh darah pecah, yang
menjadikan perdarahan sedikit.
3) Pengeluaran cairan
Terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban robek.
Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan
lengkap tetapi kadang pecah pada pembukaan kecil akibat
kontraksi yang sering terjadi.
4) Terdapat penipisan dan pembukaan serviks
Penipisan dan pembukaan serviks merupakan akibat dari
kontraksi yang timbul (Nurasiah et al, 2012).
5. Tahap Persalinan
Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 fase atau kala, itu (Oktarina, 2015):
a. Kala I
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala
pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga pasien masih
dapat berjalan-jalan. Proses pembuakan serviks sebagai akibat his
dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
1) Fase laten
Berlangsung selama 8 jam. Pembukaaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
2) Fase aktif
a) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi
menjadi 4 cm
b) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm
c) Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali. Dalam
waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada
multigravida pun terjadi demikian, tetapi fase laten, fase aktif,
dan fase deselesari terjadi lebih pendek. Mekanisme pembukaan
serviks berbeda antara primi dan multigravida. Pada
primingravida ostium uteri eksternum membuka. Pada
primigravida ostium internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri
internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks
terjadi dalam saat yang sama. Pada primigravida kala I
berlangsung kira-kira 12 jam, sedangkan pada mulyigravida kira-
kira 7 jam.
b. Kala II
Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran. Periode persalinan
dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai lahirnya bayi. Proses
ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.
Pada kala ini his lebih cepat dan kuat, kurang lebih 2-3 menit sekali.
Dalam kondisi normal kepala janin sudah dalam rongga panggul
(Diana, 2019).
Gejala utama kala II adalah (Oktarina, 2015) :
1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 jam dengan durasi
50 sampai 100 detik
2) Menjelang akhir I ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak
3) Ketuban pecah pada pembukaan mendeteksi lengkap diikuti
keinginan mengejan, karena tertekannya fleksus frankenhauser
4) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga terjadi: kepala membuka pintu, subocciput bertindak
sebagai hipomoglion berurut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi,
hidung, dan muka serta kepala seluruhnya
5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala pada punggung
6) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi
ditolong dengan jalan:
a) Kepala dipegang pada osocciput dan dibawah dagu,ditarik
cunam ke bawah untuk melahirkan bahu belakang
b) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikaitkan untuk melakukan
sisa badan bayi
c) Bari lahir diikuti oleh air ketuban
7) Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada
multipara rata-rata 0,5 jam
c. Kala III
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit.
Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan placenta pada lapisan
Nitabusch, karena sifat retraksi otot Rahim. Lepasnya placenta sudah
dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda:
1) Uterus menjadi bundar
2) Uterus terdorong keatas karena placenta lepas ke segmen bawah
Rahim
3) Tali pusat bertambah panjang
4) Terjadi perdarahan
Melahirkan placenta dilakukan dengan dorongan ringan secara
erede pada fundus uteri. Biasanya placenta lepas dalam 6 sampai 15
menit setelah bayi lahir.
d. Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
pendarahan postpartum paling sering terjadi 2 jam pertama. Observasi
yang dilakukan adalah pemerikssan tanda-tanda vital, kontraksi uterus
dan perdarahan
6. Tanda dan Gejala Persalinan
Ada sejumlah tanda dan gejala peringatan yang akan meningkatkan
kesiagaan bahwa seorang wanita sedang mendekati waktu bersalin.
Tanda dan gejala menjelang persalinan antara lain (Diana, 2019):
a. Lightening
Lightening, yang dimulai dirasa kira-kira dua minggu sebelum
persalinan, adalah penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis
minor. Pada presentasi sefalik, kepala bayi biasanya menancap
(engaged) setelah lightening, yang biasanya oleh wanita awam disebut
“kepala bayi sudah turun”. Sesak napas yang dirasakan sebelumnya
selama trimester III akan berkurang, penurunan kepala menciptakan
ruang yang lebih besar di dalam abdomen atas untuk ekspansi paru.
Lightening menimbulkan perasaan tidak nyaman yang lain
akibat tekanan pada bagian presentasi pada struktur di area pelvis
minor. Hal-hal spesifik berikut akan dialami ibu:
1) Ibu jadi sering berkemih
2) Perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang menyeluruh,
membuat ibu merasa tidak enak dan timbul sensasi terus-menerus
bahwa sesuatu perlu dikeluarkan atau perlu defekasi
3) Kram pada tungkai yang disebabkan oleh tekanan bagian
presentasi pada saraf yang menjalar melalui foramina iskiadika
mayor dan menuju tungkai
4) Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema dependen
akibat tekanan bagian presentasi pada pelvis minor menghambat
aliran balik darah dari ekstremitas bawah. Lightening
menyebabkan tinggi fundus menurun ke posisi yang sama dengan
posisi fundus pada usia kehamilan 8 bulan. Pada kondisi ini bidan
tidak dapat lagi melakukan pemeriksaan ballotte pada kepala
janin yang sebelumnya dapat digerakkan di atas simpisis pada
palpasi abdomen. Pada Leopold IV jari-jari bidan yang
sebelumnya merapat sekarang akan memisah lebar. Pada
primigravida biasanya lightening terjadi sebelum persalinan. Hal
ini kemungkinan disebabkan oleh peningkatan intensitas
kontraksi Braxton hicks dan tonus otot abdomen yang baik, yang
memang lebih sering ditemukan pada primigravida.
b. Pollakisuria
Pada akhir bulan ke-9 hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium
kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya, dan kepala
janin sudah mulai masuk ke dalam pintu atas panggul. Keadaan ini
menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu
untuk sering kencing.
c. Fase Labor
Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri,
yang memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada
persalinan palsu sebenarnya timbul akibat kontraksi Braxton hicks
yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak sekitar enam minggu
kehamilan. Persalinan palsu dapat terjadi selama berhari0hari atau
secara inrermiten bahkan tiga atau empat minggu sebelum permulaan
persalinan sejati. Persalinan palsu sangat nyeri. Wanita dapat
mengalami kurang tidur dan kehilangan energi dalam menghadapinya.
Bagaimanapun persalinan palsu juga mengindikasikan bahwa
persalinan sudah dekat.
d. Perubahan Serviks
Mendekati persalinan, serviks semakin “matang”. Kalau tadinya
selama hamil, serviks masih lunak, dengan konsistensi seperti pudding
dan mengalami sedikit penipisan (effacement) dan kemungkinan
sedikit dilatasi. Perubahan serviks diduga akibat peningkatan
intensitas kontraksi Braxton hiks. Serviks menjadi matang selama
periode yang berbeda-beda sebelum persalinan. Kematangan serviks
mengindikasikan kesiapan untuk persalinan.
e. Bloody Show
Plak lendir disekresi sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir
serviks pada awal kehamilan. Plak ini menjadi sawar pelindung dan
menutup jalan lahir selama kehamilan. Pengeluaran plak lendir inilah
yang dimaksud dengan bloody show.
f. Energy Spurt
Banyak wanita mengalami lonjakan energy kurang lebih 24 jam
sampai 48 jam sebelum permulaan persalinan. Umumnya para wanita
ini merasa energik selama beberapa jam sehingga bersemangat
melakukan berbagai aktivitas diantaranya pekerjaan rumah tangga dan
berbagai tugas lain yang sebelumnya tidak mampu mereka
laksanakan. Akibatnya, mereka memasuki persalinan dalam keadaan
letih dan sering sekali persalinan menjadi sulit dan lama. Terjadinya
lonjakan energy ini belum dapat dijelaskan selain bahwa hal tersebut
terjadi secara alamiah yang memungkinkan wanita memperoleh
energy yang diperlukan untuk menjalani persalinan. Wanita harus
diinformasikan tentang kemungkinan lonjakan energu ini dan
diarahkan untuk menahan diri dan menggunakannya untuk persalinan.
g. Gangguan Saluran Pencernaan
Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare, kesulitan
mencerna, mual, dan muntah. Diduga hal-hal ini merupakan gejala
menjelang persalinan walaupun belum ada penjelasan untuk hal ini.
Beberapa wanita mengalami satu atau beberapa gejala tersebut
7. Perubahan Fisiologis pada Ibu Bersalin
Sejumlah perubahan fisiologis yang normal akan terjadi selama
persalinan anatar lain (Diana, 2019):
a. Perubahan Uterus
Selama persalinan uterus berubah bentuk menjadi dua bagian
yang berbeda, yaitu segmen atas dan segmen bawah Rahim lebih jelas
lagi. Segmen atas memegang peranan yang aktif karena berkontraksi
dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan.
Sebaliknya akibat menipisnya segmen bawah uterus dan
bersamaan dengan menebalnya segmen atas, batas antara keduanya
ditandai oleh suatu lingkaran pada permukaan dalam uterus yang
disebut sebagai cincin retraksi fisiologik. Jadi, secara singkat segmen
atas berkontraksi, mengalami retraksi, menjadi tebal, dan mendorong
janin keluar sebagai respon terhadap gaya dorong kontraksi pada
segmen atas, sedangkan segmen bawah uterus dan serviks
mengadakan relaksasi, dilatasi, serta menjadi saluran yang tipis dan
teregang yang akan dilalui janin.
Setelah kontraksi maka otot tersebut tidak berelaksasi kembali
ke keadaan sebelum kontraksi tapi menjadi sedikit lebih pendek
walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi. Kejadian ini disebut
retraksi. Dengan retraksi ini maka rongga Rahim mengecil, anak
berangsur di dorong ke bawah, dan tidak banyak naik lagi ke atas
setelah his hilang. Akibatnya retraksi ini segmen atas semakin tebal
dengan majunya persalinan apalagi setelah bayi lahir.
Kontraksi tidak sama kuatnya, tapi paling kuat di daerah fundus
uteri dan berangsur berkurang ke bawah dan paling lemah pada
segmen bawah Rahim. Jika kontraksi di bagian bawah sama kuatnya
dengan kontraksi bagian atas, maka tidak aka nada kemajuan dalam
persalinan. Telah dikatakan bahwa sebagai akibat retraksi, segmen
atas semakin mengecil karena pada permulaan persalinan serviks
masih tutup, maka tentu isi Rahim dapat di dorong ke dalam vagina.
Pengecilan segmen atas hanya mungkin jika diimbangi oleh
relaksasi segmen bawah Rahim. Sebagian dari isi Rahim keluar dari
segmen atas tetapi diterima oleh segmen bawah. Jadi, segmen atas
makin lama makin mengecil, sedangkan segmen bawah makin
direnggang makin tipis da nisi Rahim sedikit demi sedikit pindah ke
segmen bawah. Karena segmen atas makin tebal dan segmen bawah
makin tipis, maka batas antara segmen atas dan segmen bawah
menjadi jelas. Batas ini disebut lingkaran retraksi yang fisiologis.
Kalau segmen bawah sangat diregang maka lingkaran retraksi lebih
jelas lagi dan naik mendekati pusat dan disebut lingkaran retraksi yang
patologis atau lingkaran bandl. Lingkaran bandl adalah tanda ancaman
sobekan Rahim dan terdapat kalau bagian depan tidak dapat maju,
misalnya karena panggul sempit.
b. Perubahan Serviks
Tenaga yang efektif pada kala I persalinan adalah kontraksi
uterus, yang selanjutnya akan mengasilkan tekanan hidrostatik
keseluruh selaput ketuban terhadap serviks dan segmen bawah uterus.
Bila selaput ketuban sudah pecah, bagian terbawah janin dipaksa
langsung mendesak serviks dan segmen bawah uterus. Sebagai
akibatnya kegiatan daya dorong ini, terjadi 2 perubahan mendasar
yaitu pendataran dan dilatasi pada serviks yang sudah melunak. Pada
nulipara penurunan bagian bawah janin terjadi secara khas agak
lambat tetapi pada multipara, khususnya yang paritasnya tinggi,
penurunan bisa berlangsung sangat cepat.
Pendataran dari serviks ialah pemendekatan dari canalis
cervikslid, ysng semula berupa sebuah saluran yang panjangnya 1-2
cm, menjadi suatu lubang saja dengan pinggir yang tipis. Serabut-
serabut setinggi osserviks internum ditarik ke atas atau dipendekkan
menuju segmen bawah uterus, kondisi oseksternum untuk sementara
tidak berubah. Pinggiran osinternum di tarik ke atas beberapa
sentimeter sampai menjadi bagian (baik secara anatomi maupun
fungsional) dari segmen bawah uterus.
Sebenarnya pendataran serviks sudah dimulai dalam kehamilan
dan serviks yang pendek (lebih dari setengahnya telah merata)
merupakan tanda dari serviks yang matang.
Dilatasi adalah pelebaran os serviks eksternal dari muara dengan
diameter berukuran beberapa millimeter sampai muara tersebut cukup
lebar untuk dilewati bayi. Ketika kontraksi ueterus menimbulkan
tekanan pada selaput ketuban, tekanan hidrostatik kantong amnion
akan melebarkan serviks. Dilatasi secara klinis dievaluasu dengan
mengukur diameter serviks dalam sentimeter, 0-10cm dianggap
pembukaan lengkap. Kalau pembukaan telah mencapai ukuran 10 cm,
maka dikatakan pembukaan lengkap. Pada pembukaan lengkap tidak
teraba lagi bibir portio; segmen bawah Rahim, serviks, dan vagina
telah merupakan satu saluran.faktor-faktor yang menyebabkan
pembukaan serviks adalah:
1) Mungkin otot-otot serviks menarik pada pinggir ostium dan
membesarkannya
2) Waktu kontraksi segmen bawah Rahim dan serviks diregang oleh
isi Rahim terutama air ketuban dan ini menyebabkan tarikan pada
serviks.
Waktu kontraksi, bagian selaput yang terdapat di atas canalis
servikalis ialah ketuban, menonjol ke dalam canalis servikalis, dan
membukanya.
Selaput ketuban yang pecar dini tidak mengurangi dilatasi
serviks selama bagian terbawah janin berasa pada posisi meneruskan
tekanan terhadap serviks dan segmen bawah uterus. Pola dilatasi
serviks yang terjadi selama berlangsungnya persalinan normal
mempunyai bentuk kurva sigmois, dibagi 2 fase dilatasi serviks adalah
fase laten dan fase aktif. Fase aktif dibagi menjadi fase akselerasi, fase
lereng maksimum, dan fase deselerasi. Lengkapnya dilatasi serviks
pada fase aktif persalinan dihasilkan oleh retraksi serviks di sekeliling
bagian terbawah janin.
c. Perubahan Kardiovaskuler
Penurunan yang mencolok selama acme kontraksi uterus tidak
terjadi jika ibu berada dalam posisi miring bukan posisi terlentang.
Denyut jantung diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibandingkan
selama periode persalinan atau belum masuk persalinan. Hal ini
mencerminkan kenaikan dalam metabolisme yang terjadi selama
persalinan, denyut jantung yang sedikit naik merupakan hal yang
normal. Meskipun normal perlu dikontrol secara periodic untuk
mengidentifikasi infeksi. Detak jantung akan meningkat cepat selama
kontraksi berkaitan juga dengan peningkatan metabolisme. Sedangkan
antara kontraksi detak jantung mengalami peningkatan sedikit
dibandingkan sebelum persalinan.
d. Perubahan Tekanan Darah
Perubahan tekanan darah meningkat selam kontraksi uterus
dengan kenaikan sistolik rata-rata sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan
diastolic rata-rata 5-10 mmHg. Pada waktu diantara kontraksi, tekanan
darah kembali ke tingkat sebelum persalinan. Dengan mengubah
posisi tubuh dari terlentang ke posisi miring, perubahan tekanan darah
selama kontraksi dapat dihindari. Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran
dapat semakin meningkatkan tekanan darah.
Diantara kontraksi-kontraksi uterus, tekanan darah akan turun
seperti sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi bila terjadi
kontraksi. Penting untuk memastikan tekanan darah yang
sesungguhnya, sehingga diperlukan pengukuran di antara kontraksi.
Jika seorang ibu dalam keadaan yang sangat takut/khawatir, rasa
takutnyalah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah.
Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan lainnya untuk
mengesampingkan preeklamsia. Oleh karena itu, diperlukan asuhan
yang mendukung yang dapat menimbulkan ibu rileks/santai. Posisi
tidur terlwntang selama bersalin akan menyebabkan penekanan uterus
terhadap pembuluh darah besar (aorta) yang menyebabkan sirkulasi
darah baik untuk ibu maupun janin akan terganggu. Ibu dapat terkena
hipotensi dan janin dapat asfiksia.
e. Perubahan Nadi
Frekuensi denyut jantung nadi di antara kontraksi sedikit lebih
tinggi dibandingkan selama periode menjelang persalinan. Hal ini
mencerminkan peningkayan metabolisme yang terjadi selama
persalinan.
f. Perubahan Suhu
Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu
mencapai tertinggi selama persalinan dan segera setelah persalinan.
Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5o-1oC. Suhu
badan yang naik sedikit merupakan hal yang wajar, tetapi keadaan ini
berlangsung lama, keadaan suhu ini mengindikasikan adanya
dehidrasi. Parameter lainnya yang aharus diperiksa, anatara lain
selaput ketuban pecah atau belum karena hal ini merupakan tanda
infeksi.
g. Perubahan Pernapasan
1) Terjadi peningkatan laju pernafasan dianggap normal
2) Hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal dan bisa
menyebabkan alkologis. Sistem pernapasan juga beradaptasi.
Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian oksigen
terlihat dari peningkatan frekuensi pernapasan. Hiperventilasi
dapat menyebabkan alkalosis respiratorik (pH meningkat),
hipoksia dan hipokapnea (karbondioksida menurun) pada tahap
kedua persalinan. Jika ibu tidak diberi obat-obatan, maka ia akan
mengkonsumsi oksigen hamper dua kali lipat. Kecemasan juga
menigkatkan pemakaian oksigen.
Kenaikan pernapasan dapat disebabkan karena adanya rasa
nyeri, kekhawatiran, serta penggunaan teknik pernaoasan yang tidak
benar.
h. Perubahan Metabolisme
Selama persalinan, metabolisme karbohidrat aerob maupun
anaerob meningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini terutama
disebabkan oleh anxietas dan aktiitas otot rangka. Peningkatan
aktivitas metabolic terlihat dari peningkatan sushu tubuh, denyut nadi,
pernapasan, curah jantung dan cairan yang hilang.
Peningkatan curah jantung dan cairan yang hilang
mempengaruhi fungsi ginjal dan perlu mendapatkan perhatian serta
ditindak lanjuti guna mencegah terjadinya dehidrasi.
Peran bidan disini dapat menganjurkan ibu untuk mendapatkan
asupan (makanan ringan dan minum air) selama persalinan dan
kelahiran bayi sebagian ibu masih ingin makan selama fase laten
persalinan, tetapi setelah memasuki fase aktif, mereka hanya
menginginkan cairan saja. Anjurkan anggota keluarga menawarkan
ibu minum sesering mungkin dan makanan ringan selama persalinan.
Makanan dan cairan yang cukup selama persalinan akan
memberikan lebih banyak energy dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi
bisa memoerlambat kontraksi atau membuat kontraksi menjadi tidak
teratur dan kurang efektif.
i. Perubahan Ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat
mengakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama
persalinan dan kemungkinan penigkatan laju filtrasi glomelurus dan
aliran plasma ginjal. Polyuria menjadi kurang jelas pada posisi
terlentang karena poisi ini membuat aliran urine berkurang selama
kehamilan. Sedikit proteinuria (rek, 1+) umum ditemukan pada
sepertiga sampai setengah jumlah wanita bersalinan. Proteinuria 2+ da
lebih adalah abnormal.
Kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap dua jam) unyuk
mengetahui adanya distensi juga harus dikosongkan untuk mencegah
1) Obstruksi persalinan akibat kandung kemih yang penuh, yang
akan mencegah penurunan bagian presentasi janin
2) Trauma pada kandung kemih akibat penekanan yang lama, yang
akan menyebabkan hipotonia kandung kemil dan retensi urine
selama periode pascapartum awal. Lebih sering terjadi pada
wanita primipara, wanita yang mengalami anemia, atau yang
persalinannya lama. Mengidentifikasikan preeklamsia.
Peran bidan dapat menganjurkan ibu untuk mengkosongkan
kantung kemihnya secara rutin selama persalinan, paling sedikit setiap
2 jam atau lebih dan jika terasa ingin berkemih atau jika kantung
kemih dirasakan penuh. Anjurkan dan antarkan ibu berkemih di kamar
mandi. Jika ibu tidak dapat berjalan ke kamar mandi berikan wadah
penampung urine. Kandung kemih yang penuh akan:
1) Memperlambat penurunan baguan terbawah janin dan mungkin
menyebabkan ibu tidak nyaman
2) Meningkatkan risiko perdarahan pascapersalinan yang disebabkan
atonia uteri
3) Menggangu penatalaksanaan distosia bahu
4) Menigkatkan risiko infeksi kandung kemih pascapersalinan
j. Perubahan Gastrointestinal
Motilitas dan absorbsi lambung terhadao makanan oadat jauh
berkurang. Apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut
sekresi asam lambung selama persalinan, maka saluran cerna bekerja
dengan lambat sehingga waktu pengosongan lambung menjadi lebih
lama. Makanan yang diingesti selama periode menjelang persalinan
atau fase laten, persalinan cenderung akan tetap berasa di dalam
lambung selama persalinan. Mual dan muntah umum terjadi selama
fase transisi, yang menandai akhir fase pertama persalinan.
Lambung yang penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan
penderitaan umum selama masa transisi. Oleh karena itu, wanita harus
dianjurkan untuk tidak makan dalam porsi besar atau minum
berlebihan, tetapi makan dan minum ketika keinginan timbul guna
mempertahankan energi dan hidrasi.
k. Perubahan Hematologi
Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gr/100ml selama persalinan
dan kembali kekadar sebelum persalinan pada hari pertama
pascapartum jika tidak ada kehilangan darah yang abnolmal. Waktu
koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan fibrinogem
plasma lebih lanjut selama persalinan. Sel darah putih selama
progresif meningkat selama kala I persalinan sebesar kurang lebih
5.000 hingga jumlah rata-rata 15.000 pada saat pembukaan lengkap,
tidak ada peningkatan lebih lanjut setelah ini. Gula darah menurun
selama persalinan, menurun drastis pada persalinan yang lama dan
sulit, kemungkinan besar akibat peningkatan aktivitas otot dan rangka.
8. Perubahan Psikologis pada Ibu Bersalin
a. Perubahan Psikologis pada Ibu Bersalin Kala I
Kondisi psikologis yang sering terjadi pada wanita dalam persalinan
kala I adalah (Legawati, 2018):
1) Kecemasan dan ketakutan pada dosa-dosa atau kesalahan-
kesalahan sendiri. Ketakutan tersebut berupa rasa takut jika yang
akan dilahirkan dalam keadaan cacat, serta takhayul lain.
Walaupun pada jaman ini kepercayaan pada ketakutan-ketakutan
gaib selama proses reproduksi sudah sangat berkurang sebab
secara biologis, anatomis, dan fisiologis kesulitan-kesulitan pada
peristiwa partus bisa dijelaskan dengan alasan-alasan patologis
atau sebab abnormalitas.
2) Timbulnya rasa tegang, takut, kesakitan, kecemasan dan konflik
batin. Hal ini disebabkan oleh semakin membesarnya janin dalam
kandungan yang dapat mengakibatkan calon ibu mudah capek,
tidak nyaman badan, dan tidak bisa tidur nyenyak, sering
kesulitan bernafas dan macam-macam beban jasmaniah lainnya
diwaktu kehamilannya.
3) Seing timbul rasa jengkel, tidak nyaman dan selalu kegerahan
serta tidak sabaran. Ini disebabkan karena kepala bayi sudah
memasuki panggul dan timbulnya kontraksi-kontraksi pada
Rahim sehingga bayi yang semula diharapkan dan dicintai secara
psikologis selama berbulan bulan itu kini dirasakan sebagi beban
yang amat berat.
4) Ketakutan menghadapi kesulitan dan resiko bahaya melahirkan
bayi yang merupakan hambatan dalam proses persalinan:
a) Adanya rasa takut dan gelisah terjadi dalam waktu singkat
dan tanpa ada sebab yang jelas
b) Ada keluhan sesak nafas atau rasa tercekik, jantung berdebar-
debar
c) Takut mati atau merasa tidak dapat pertolongan saat
persalinan
d) Muka pucat, pandangan liar, pernafasan pendek, cepat dan
takikardi
5) Adanya harapan mengenai jenis kelamin yang akan dilahirkan
6) Sikap bermusuhan terhadap bayinya
a) Keinginan untuk memiliki janin yang unggul
b) Cemas kalau bayinya tidak aman di luar rahim
c) Belum mampu bertanggung jawab sebagai seorang ibu
7) Kegelisahan dan ketakutan menjelang kelahiran bayi
a) Takut mati
b) Trauma kelahiran
c) Perasaan bersalah
d) Ketakutan riil
b. Perubahan Psikologis pada Ibu Bersalin Kala II
Adapun perubahan psikologis yang terjadi pada kala II adalah sebagai
berikut (Legawati, 2018):
1) Panik dan terkejut dengan apa yang terjadi pada saat pembukaan
lengkap
2) Bingung dengan adanya apa yang terjadi pada saat pembuakaan
lengkap
3) Frustasi dan marah
4) Tidak memperdulikan apa saja dan siapa saja yang ada di kamar
bersalin
5) Rasa lelah dan sulit mengikuti perintah
6) Fokus pada dirinya sendiri
c. Masalah Psikologis yang Terjadi pada Masa Persalinan
Masalah psikologis yang terjadi pada masa persalinan adalah
kecemasan. Pada masa persalinan seorang wanita ada yang tenang dan
bangga akan kelahiran bayinya, tetepi ada juga yang merasa takut.
Kecemasan berbeda dengan rasa takut. Cemas adalah respon
emosi tanpa obyek yang spesifik yang secara subyektif dialami dan
dikomunikasikan interpersonal secara langsung. Kecemasan dapat
diekspresikan melalui respon fisiologis dan psikologis.
Secara fisiologis, respon tubuh terhadap kecemasan adalah
dengan mengaktifkan sistem syaraf otonom (simpatis dan
parasimpatis). Sistem saraf simpatis akan mengaktivasi proses tubuh,
sedangkan sistem parasimpatis akan menimbulkan respons tubuh. Bila
korteks otak menerima rangsang, maka rangsangan akan dikirim
melalui saraf simpatis ke kelenjar adrenal yang akan melepaskan
adrenal/epineprin sehingga efeknya antara lain nafas menjadi lebih
dalam, nadi meningkat, dan tekanan darah meningkat. Darah akan
tercurahkan terutama ke jantung, susunan saraf pusat dan otak. Dengan
peningkatan glikogenolisis maka gula darah akan meningkat. Secara
psikologis, kecemasan akan mempengaruhi koordinasi atau gerak
reflex, kesulitan mendengar atau mengganggu hubungan dengan orang
lain. Kecemasan dapat membuat individu menarik diri dan
menurunkan keterlibatan orang lain.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan diantaranya
yaitu:
1) Nyeri
Nyeri pada persalinan kala I adalah perasaan sakit dan tidak
nyaman yang dialami ibu sejak awal mulainya persalinan sampai
serviks berdilatasi maksimal (10 cm). Nyeri ini disebabkan oleh
dilatasi serviks, hipoksia otot uterus, iskemia korpus uteri,
peregangan segmen bawah uterus dan kompresi saraf di serviks
(gangglionik servikalis). Subyektif nyeri ini dipengaruhi paritas,
ukuran dan posisi janin, tidakan medis, kecemasan, kelelahan,
budaya dan mekanisme koping, serta lingkungan.
Nyeri melibatkan dua komponen yaitu fisiologis dan
psikologis. Secara psikologis pengurang nyeri akan menurunkan
tekanan yang luar biasa bagi ibu dan bayinya. Ibu mungkin akan
menurunkan kesulitan untuk berinteraksi setelah lahir karena ini
mengalami kelelahan saat menghadapi nyeri persalinan.
Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan
intensitas nyeri pada saat persalinan. Massage dan relaksasi
merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan
untuk mengurangi nyeri persalinan. Menurut penelitian, terjadinya
penurunan intensitas nyeri ibu bersalin sebelum dan setelah
diberikan massage maupun relaksasi dikarenakan kedua intervensi
tersebut memberikan efek yang hampir sama yaitu menghilangkan
nyeri. Tehnik massage diberikan dengan melakukan pijatan ringan
pada bagian abdomen ibu yangbmerupakan pusat dari nyeri akibat
kontraksi uterus. Sedangkan teknik relaksasi dilakukan saat
kontraksi sedang berlangsung, penghirupan udara yang maksimal
mengakibatkan suplai oksigen pada uterus cukup sehingga hal
tersebut dapat mengurangi ketegangan pada otot juga mengurangi
rasa takut atau kecemasan yang ada pada diri pasien (Sunarsih,
2017).
Teknik lain yang dapat diberikan ibu bersalin untuk
mengurangi nyeri persalinan adalah menggunakan terapi birthing
ball. Menurut (Siregar, 2020) birth ball adalah bola terapi fisik
yang membantu ibu inpartu kala I dalam kemajuan persalinan yang
dapat digunakan dalam berbagai posisi. Salah satu gerakannya
yaitu dengan duduk diatas bola dan bergoyang-goyang membuat
rasa nyaman dan membantu kemajuan persalinan dengan
menggunakan gravitasi sambil meningkatkan pelepasan endorphin
karena elasitetes dan lengkungan bola merangsang reseptor
dipanggul yang bertanngung jawa untuk mensehresi. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2020) bahwa birth
ball exercise berpengaruh terhadap penurunan intensitas nyeri
persalinan kala I fase laten pada ibu inpartu di BPM “LM” Desa
Giri Emas. Birth ball exercise yang dilakukan ibu bersalin dengan
cara duduk dengan santai dan bergoyang di atas bola, memeluk
bola selama kontraksi memiliki manfaat membantu ibu dalam
mengurangi raa nyeri saat persalinan. Manfaat lain dari latihan ini
adalah untuk mengurangi angka kejadian kala I fase laten dan
mempercepat penurunan kepala janin.
Menurut (Silfia, 2019) pelaksanaan pelvic rocking dengan
birthing ball berpengaruh terhadap pengurangan nyeri pinggang
persalinan kala I di Puskesmas Mamboro Kota Palu, karena dengan
pelaksanaan pelvic rocking dengan birthing ball ini responden
merasa lebih rileks sehingga keadaan psikis tidak berfokus dengan
rasa nyeri yang dirasakan. Pelvic rocking adalah salah satu bentuk
latihan menggoyangkan panggul yang dapat memperkuat otot-otot
perut dan pinggang. Latihan ini dapat mengurangi tekanan pada
pinggang dengan menggerakkan janin kedepan dari pinggang ibu
secara sementara. Latihan birthing ball yang dilakukan dengan cara
duduk dengan santai dan bergiyang di atas bola dapat membantu
ibu dalam mengurangi rasa nyeri saat persalinan.
Hal lain yang dapat mengurangi nyeri persalinan apabila
pasien seorang muslim dapat menggunakan kombinasi murotal Al
Qur’an Ar Rahman dan rileksasi dzikir. Lantunan ayat suci Al
Qur’an dapat menstimulasi gelombang Delta yang menyebabkan
pendengarannya merasa tenang, tenram, dan nyaman. Sedangkan
dzikir kepada Allah akan menimbulkan perasaan tenang, tentram
dan nyaman. Hasil penelitian menunjukkan sebelum intensitas
nyeri rerata sebesar 7,5 dan sesudah intensitas nyeri berkurang
menjadi 5,9 (Trianingsih, 2019).
2) Keadaan Fisik
Penyakit yang menyertai ibu dalam kehamilan adalah salah
satu faktor yang menyebabkan kecemasan. Seseorang yang
menderita suatu penyakit akan mengalami kecemasan
dibandingkan dengan orang yang tidak sedang menderita sakit.
3) Riwayat Pemeriksaan Kehamilan
Ibu hamil dapat memeriksakan kehamilannya pada dokter
ahli kandungan, dokter umum, dan bidan. Tujuan pemeriksaan dan
pengawasan ibu hamil adalah sebagai berikut:
a) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin
dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas
b) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin
diderita ibu sedini mungkin
c) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak
d) Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari
dan keluarga berencana, kehamilan, perslainan, nifas dan
laktasi.
Dalam setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan ke petugas
kesehatan, selain pemeriksan fisik, ibu akan mendapatkan
informasi/pendidikan kesehatan tentang perawatan kehamilan
yang baik, persiapan menjelang persalinan baik fisik maupun
psikis, serta informasi mengenai proses persalinan yang akan
dihadapi nanti. Dengan demikian, ibu diharapkan dapat lebih siap
dan lebih percaya diri dalam menghadapi proses persalinan. Untuk
itu selama hamil hendaknya ibu memeriksakan kehamilannya
secara teratur ke petugas kesehatan.
4) Pengetahuan
Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh seseorang
tentang suatu hal secara formal maupun nonformal. Selanjutnya
dikatakan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih permanen dianut seseorang dibandingkan dengan perilaku
yang biasa berlaku.
Penetahuan yang rendah mengakibatkan seseorang mudah
mengalami kecemasan. Ketidaktahuan tentang suatu hal yang
dianggap sebagai tekanan yang dapat mengakibatkan krisis
sehingga dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan dapat terjadi
pada ibu dengan pengetahuan rendah mengenai proses persalinan,
serta hal-hal yang akan dan harus dialami oleh ibu sebagai dampak
dari kemajuan persalinan. Hal ini disebabkan karena kurangnya
informasi yang diperoleh.
Menurut Kristianti (2020) kecemasan terjadi pada ibu dengan
pengetahuan yang rendah mengenai proses persalinan. Hal ini
dikarenakan kurangnya informasi yang diperoleh, tidak adanya
gambaran bagaimana persalinan yang akan dilaluinya. Hasil
penelitian menunjukkan ada pengaruh pendidikan kesehatan pada
ibu promigravida trimester III tentang persalinan dengan media
video terhadap kecemasan menghadapi persalinan di wilayah kerja
Puskesmas Blabak Kediri.
5) Dukungan Lingkungan Sosial (Dukungan Suami)
Dukungan suami kepada ibu saat bersalin merupakan bagian
dari dukungan social. Dukungan keluarga, terutama suami saat ibu
melahirkan sangat dibutuhkan seperti kehadiran keluarga dan
suami untuk mendampingi istri dengan penuh perasaan sehingga
istri akan merasa lebih tenang untuk menghadapi proses persalinan.
Selain itu kata-kata yang mampu memotivasi dan memberikan
keyakinan pada ibu bahwa proses persalinan yang dijalani ibu akan
berlangsung dengan baik, sehingga ibu tidak perlu merasa cemas,
tegang atau ketakutan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2019)
menunjukan bahwa ada hubungan antara dukungan suami dan
keluarga terhadap intensitas nyeri Kala I. Semakin tinggi dukungan
suami dan keluarga maka semakin rendah intensitas nyeri
persalinan yang dirasakan oleh ibu bersalin. Dukungan yang baik
akan membantu ibu menurunkan rasa nyeri yang diderita. Dalam
kondisi relaks, tubuh akan memprosuksi hormone bahagia yang
disebut endorphin yang akan menekan hormone stressor sehingga
rasa nyeri yang dirasakan akan berkurang. Dukungan diberikan
oleh suami akan membuat ibu lebih nyaman dan lebih menikmati
setiap perjalanan persalinan, semakin ibu menikmati proses
persalinan maka ibu akan merasa lebih relaks akibatnya ibu tidak
lagi terasa.
B. KETUBAN PECAH DINI
1. Pengertian
Keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan . Bila
ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut
ketuban pecah dini pada kehamilan prematur (Sarwono, 2012).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan.Waktu sejak pecahnya ketuban sampai terjadi kontraksi
rahim disebut kejadian ketuban pecah dini (Manuaba, 2011).
Ketuban pecah dini dapat diartikan pecahnya atau ruptur selaput
amnion sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya, atau pecahnya
selaput amnion sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan
atau tanpa kontraksi (Mitayani, 2011).
Kesimpulan dari ketiga pengertian tersebut ketuban pecah dini
adalah pecah /ruptur selaput amnion sebelum mulainya proses persalinan
dengan atau tanpa kontraksi.
2. Patofisiologi
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh
kontraksi uterus dan peregangan berulang.Selaput ketuban pecah karena
pada derah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan
selaput ketuban inferior rapuh,bukan karna seluruh selaput ketuban
rapuh.Terdapat keseimbangan antara sintetis dan degradasi ekstraseluler
matriks.Perubahan struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen
menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkanselaput
ketuban pecah (Prawirohardjo,S. 2012).
3. Etiologi
Menjelang usia kehamilan cukup bulan kelemahan terjadi pada
selaput janin diatasservik internal yang memicu robekan dilokasi ini.
Beberapa proses patologis( termasuk perdarahan dan infeksi) dapat
menyebabkan terjadinya KPD (Yulianti,2010).
Menurut Anik Maryunani (2013) penyebab KPD masih belum diketahui
secara pasti, namun faktor faktor yang lebih berperan sulit diketahui.
Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah:
a. Infeksi : infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban
maupun dari vagina atau infeksi pada cairan ketubanbisa
menyebabkan KPD.
b. Serviks yang inkompeten karna ada kelainan pada servik uteri.
c. Tekanan intra uteri yang meninggi atau peningkatan secara
berlebihan ( overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion.
4. Diagnosis
Tentukan pecahnya selaput ketuban ditandai dengan adanya cairan
ketuban di vagina .Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakkan
sedikit bagian terendah janin.Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan
dengan tes laksmus ( kertas laksmus berubah warna) Tentukan adanya
tanda infeksi yaitu bila ditemukan suhu ibu 38ºC disertai cairan ketuban
keruh dan berbau, janin mengalami takikardi mungkin mengalami infeksi
intra uterin.Mekanisme ketuban pecah dini adalah terjadi pembukaan
prematur serviks dan membran terkait dengan pembukaan terjadi
devaskularisasi dan nekrosis serta dapat diikuti pecah spontan. Jaringan
ikat yang menyangga membran ketuban makin berkurang.Melemahnya
daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim
(enzim proteolitik, enzim kolagenase). Masa interval sejak ketuban pecah
sampai terjadi kontraksi disebut fase laten. Makin panjang fase laten,
makin tinggi kemungkinan infeksi. Makin muda kehamilan, makin sulit
upaya pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas janin (Manuaba,
2011).
5. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah
keluarnya cairan ketuban melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis
dan seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau
menetes. Cairan ini tidak akan berhenti sampai proses persalinan. Tetapi
bila posisi ibu duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di
bawah biasanya akan mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk
sementara. Demam, bercak vagina yng banyak, nyeri perut, denyut
jantung janin bertambah cepat merupakan tanda tanda infeksi yang
terjadi ( Manuaba,2011).
6. Komplikasi
Menurut Prawirohardjo, S (2012) komplikasi yang timbul akibat
ketuban pecah dini tergantung usia kehamilan . Dapat terjadi infeksi
maternal maupun neonetal, persalinan prematur, hipoksia karena
kompresi tali pusat,deformitas janin,meningkatnya insiden SC atau
gagalnya persalinan normal:
a. Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah
Dini.Pada ibu terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi
septikemia, pneumonia, Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum
janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih
sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi pada KPD
meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
b. Hipoksia dan asfiksia
Pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali
pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubunganantara
terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit
air ketuban, janin semakin gawat (Prawirohardjo, S. 2012).
c. Syndrom deformitas janin
KPD yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan
janinterhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota
badan janin, serta hipoplasi pulmonal.
7. Penanganan
Menurut Prawirohardjo, S (2012) penatalaksanaan ketuban pecah
dini meliputi:
a. Konservatif
1) Pengelolan konservatif dilakukan bila tidak ada penyulit baik ibu
maupun janin dan harus dirawat di rumah sakit.
2) Jika umur kehamilan < 32-34 minggu dirawat selama air ketuban
masih keluar atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.
3) Jika usia kehamilan 32-37 minggu belum inpartu ,tidak ada
infeksi dirawat,diberikan dexametason,observasi tanda tanda
infeksi dan kesejahteraan janin.
4) Jika usia kehamilan 32-37 minggu sudah inpartu, tidak ada tanda
infeksi berikan dexametson dan lakukan induksi sesudah 24 jam.
5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu ada infeksi berikan antibiotik
dan lakukan induksi ,nilai tanda tanda infeksi (suhu, leukosit,
tanda tanda infeksi intra uteri).
6) Pada usia kehamilan 32-37 minggu diberikan steroid untuk
memacu kematangan paru janin
b. Aktif
1) Kehamilan >37 minggu dilakukan induksi dengan oksitosin,bila
gagal dilakukan seksio sesarea,bila ada tanda tanda infeksi
persalina diakhiri.
2) Bila ada tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan
persalinan diakhiri.
Menurut Manuaba (2009) penatalaksanaan Ketuban pecah dini pada
aterm meliputi:
1) Mempertahankan kehamilan sampai cukup bulan kususnya
maturitas paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan
perkembangan paru yang sehat.
2) Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamniotis yang menjadi
pemicu sepsis, meningitis janin dan persalinan prematuritas.
3) Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan
diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan
kortikosteroid sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
4) Pada kehamilan 24-32 minggu yang menyebabkan menunggu
berat badan janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan
induksi persalinan dengan kemungkinan janin tidak dapat
diselamatkan.
5) Menghadapi KPD diperlukan penjelasan kepada ibu dan keluarga
sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin
dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan
harus mengorbankan bayinya.
6) Pemeriksaan USG penting untuk mengukur distansia biparietal
dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk pemeriksaan
kematangan paru.
7) Waktu terminasi pada kehamilan aterm dapat dianjurkan selang
waktu 6-24 jam bila tidak terjadi his spontan.
8. Pathway Ketuban Pecah Dini
Konservatif Aktif
37 mg
< 32 mg 32-37 mg
Gagal Gagal
Gagal Berhasil
SC
Penanganan
bbl
2.Perawatan
ibu nifas
7) Ajari ibu teknik relaksasi dengan menarik nafas panjang saat ada
kontraksi.
R/ nafas panjang dapat membuat ibu menjadi lebih rileks dan tidak
kaku dalam menjalani persalinan.
8) Lakukan observasi kemajuan persalinan dan kesejahteraan janin
pada lembar observasi.
R/ sebagai upaya dalam meninjau kemajuan persalinan.
b. Kala 1 fase aktif
1) Informasikan hasil pemeriksaan.
R/ Memberi kesempatan ibu untuk mengetahui kondisinya.
2) Anjurkan ibu untuk beristirahat di sela-sela kontraksi dengan
miring kiri atau posisi senyaman ibu.
R/ posisi miring ke kiri mencegah tertekannya vena cava inferior
sehingga memperlancar sirkulasi darah ibu. Istirahat dapat
menghindari terjadinya kelelahan.
3) Bantu ibu memenuhi kebutuhan makan dan minum.
R/ Makanan dan minuman bisa memberikan tenaga selama
persalinan.
4) Anjurkan ibu untuk tidak menahan kencing.
R/ kandung kemih yang penuh dapat menghalangi penurunan
kepala janin dan mengganggu kontraksi.
5) Ajari ibu teknik relaksasi dengan menarik nafas panjang saat ada
kontraksi.
R/ nafas panjang dapat membuat ibu menjadi lebih rileks dan tidak
kaku dalam menjalani persalinan.
6) Lakukan masase punggung.
R/ Masase punggung dapat mengurangi nyeri persalinan.
7) Lakukan observasi kemajuan persalinan dan kesejahteraan janin
pada lembar partograf.
R/ sebagai upaya dalam meninjau kemajuan persalinan.
8) Siapkan alat dan perlengkapan APN.
R/ Pertolongan persalinan dilakukan sesuai dengan prosedur.
c. Kala II
1) Informasikan hasil pemeriksaan.
R/ Memberi kesempatan ibu untuk mengetahui kondisinya.
2) Bantu ibu memilih posisi yang nyaman.
R/ Pemilihan posisi yang nyaman membantu mewujudkan
persalinan yang lancar.
3) Fasitasi pendamping persalinan.
R/ Dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu selama proses
persalinan sangat membantu mewujudkan persalinan yang lancar.
4) Libatkan pendamping persalinan dalam memberikan asuhan
(memberikan makan dan minum, membantu dalam mengatasi rasa
nyeri dengan masase pinggang)
R/ Untuk memaksimalkan asuhan yang diberikan.
5) Ajari ibu cara meneran efektif.
R/ Meneran efektif dapat memperlancar proses persalinan.
6) Lakukan pertolongan sesuai langkah APN.
R/ Pertolongan APN meminimalkan resiko terjadinya penyulit atau
komplikasi selama persalinan.
7) Cek DJJ di sela-sela kontraksi.
R/ Memastikan kesejahteraan janin.
d. Kala III
1) Informasikan hasil pemeriksaan.
R/ Memberi kesempatan ibu untuk mengetahui kondisinya.
2) Beritahu ibu akan disuntik oksitosin untuk membantu kelahiran ari-
ari.
R/ Agar ibu mengetahui tujuan dilakukan penyuntikan oksitosin.
3) Suntikkan oksitosin 1 ampul IM pada 1/3 anterolateral paha kanan
ibu.
R/ Agar menimbulkan kontraksi yang efektif untuk melepas dan
melahirkan plasenta, mencegah perdarahan dan terjadinya retensio
plasenta.
4) Lakukan penjepitan, pemotongan, dan pengikatan tali pusat.
R/ Agar tidak terjadi perdarahan pada tali pusat.
5) Lakukan IMD.
R/ Kontak pertama untuk meningkatkan bonding attachment ibu-
bayi.
6) Lakukan penegangan tali pusat terkendali.
R/ Membantu proses pengeluaran plasenta.
7) Lakukan masase fundus selama 15 detik.
R/ Merangsang uterus tetap berkontraksi dengan baik agar tidak
terjadi perdarahan.
e. Kala IV
1) Informasikan hasil pemeriksaan.
R/ Memberi kesempatan ibu untuk mengetahui kondisinya.
2) Lakukan penjahitan pada perineum yang rupture.
R/ Mencegah terjadinya perdarahan.
3) Bersihkan tubuh ibu.
R/ ibu merasa nyaman dan mencegah infeksi.
4) Dekontaminasi alat-alat.
R/ Sebagai bentuk upaya pencegahan infeksi.
5) Ajarkan ibu cara memeriksa kontraksi uterus dan masase uterus.
R/ Pemantauan terhadap kontraksi uterus diperlukan untuk
menghindari bahaya komplikasi dan waspada kemungkinan atonia.
6) Lakukan observasi kala IV.
R/ Mendeteksi penyulit/komplikasi sedini mungkin.
7) Berikan HE tentang tanda bahaya masa nifas.
R/ Menambah wawasan ibu tentang deteksi dini komplikasi.
8) Anjurkan ibu mobilisasi dini secara bertahap (miring kanan/kiri).
R/ Mobilisasi dini dapat mempercepat proses involusi uteri.
9) Bantu ibu memenuhi asupan nutrisi dan cairan.
R/ Memulihkan kembali tenaga ibu pasca persalinan dan mencegah
dehidrasi.
f. 2 jam post partum
1) Informasikan hasil pemeriksaan.
R/ Memberi kesempatan ibu untuk mengetahui kondisinya.
2) Antarkan ibu ke ruang nifas.
R/ Memberikan kesempatan bagi ibu dan bayi untuk rawat gabung.
3) Berikan HE tentang nutrisi, personal higiene, perawatan luka
perineum (bila ada), penggunaan kontrasepsi pasca salin.
R/ Supaya ibu bisa merawat dirinya dengan baik.
4) Fasilitasi pemberian terapi (Fe, analgetik).
R/ Membantu mencegah terjadinya anemia, mengurangi nyeri
pasca salin maupun nyeri luka jahitan perineum.
5) Ajarkan ibu cara menyusui dan menyendawakan bayi dengan
benar.
R/ Ibu dapat menyusui dan menyendawakan bayi dengan benar.
6. Implementasi
Langkah ini berisi tentang asuhan yang telah diberikan kepada klien
berdasarkan rencana yang telah disusun sebelumnya untuk menangani
diagnosa/ masalah yang telah terindentifikasi.
7. Evaluasi
Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai kebutuhan yang telah diidentifikasi dalam diagnosa dan
masalah. Dapat ditulis di catatan perkembangan dan evaluasi dengan
dokumentasi:
S: (Data subjektif, data yang didapat dari pasien melalui anamnesa)
O: (Data objektif, hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang dibutuhkan)
A: (Hasil analisis diagnosa masalah)
P: (Penatalaksanaan yang dilakukan)
Evaluasi rencana didalamnya termasuk :
a) Asuhan mandiri
b) Kolaborasi
c) Test diagnostik/ laboratorium
d) Konseling
e) Follow up
(1) Evaluasi sesaat: ibu paham tentang HE yang dierikan dan dapat
menjelaskan kembali, nyeri yang dirasakan ibu dapat berkurang
(2) Evalusasi keberlanjutan: catatan perkembangan dan kunjungan
ulang
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL FISIOLOGIS
PADA NY. S UMUR 34 TAHUN G4P3A0 HAMIL 40 MINGGU DENGAN
PEB DI PUSKESMAS GODONG 1
B. PENGKAJIAN
I. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan datang : ibu ingin melahirkan
2. Keluhan Utama : ibu mengatakan kenceng-kenceng, pusing,
kadang-kadang mual
3. Riwayat Kesehatan
Sekarang : Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit
menurun, seperti: DM, hipertensi, jantung,dan tidak
sedang menderita penyakit menular seperti: Hepatittis,
TBC, HIV/AIDS.
Dahulu : Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit
menurun, seperti: DM, hipertensi, jantung, dan tidak
pernah menderita penyakit menular seperti: Hepatittis,
TBC, HIV/AIDS.
Keluarga : Ibu mengatakan dalam keluarga ada riwayat penyakit
menurun yaitu hipertensi dari ibu pasien.
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Haid
Menarch: 12 tahun Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari Warna : merah segar
Banyak : 3 sampai 4 kali ganti pembalut Leokhorea : tidak ada
Nyeri haid: kadang-kadang dihari pertama
b. Riwayat kehamilan sekarang
1) Hamil ke 4, usia 40 minggu
2) HPHT : 01 Juli 2020
3) HPL : 08 April 2022
4) Gerak janin: Ibu merasakan janinnya aktif bergerak
5) TT : status TT ibu sudah T5
6) ANC: ANC kedelapan
7) Kekhawatiran khusus : ibu sedikit khawatir tentang keadaannya
8) Tanda Bahaya : tekanan darah ibu tinggi
c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :
Persalinan Nifas
Hamil Jenis Komplikasi kom
Tgl Peno BB Lak
Ke UK Persa JK plika
Lahir long Ibu bayi Lahir tasi
linan si
13 9
spon bida perem
1 Maret bul - - 3000 + -
tan n puan
2007 an
2
9 Spo Bida Perem
2 Januar - - 2800 + -
bl ntan n puan
i 2012
26
9 Spo Bida Perem
3 Juli - - 3300 + -
bl ntan n puan
2016
Hamil
4
ini
5. Riwayat Perkawinan
Pernikahan ke 1
Usia Nikah: Ibu 22 Tahun, Suami 24 Tahun
Status Pernikahan: Sah menurut agama dan hukum
Lama pernikahan: 15 Tahun
Hubungan dengan suami : Baik
6. Riwayat KB
Ibu mengatakan pernah menggunakan KB suntik 3 bulan
Jenis Kontrasepsi Lama Pemakaian Keluhan Alasan dilepas
Suntik 3 bulan 3 tahun - Ingin hamil lagi
Rencana setelah melahirkan : suntik 3 bulan
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Sebelum Hamil :
1) Makan
a) Frekuensi makan pokok : 3x per hari
b) Komposisi
Nasi : 3x ½ piring sedang
Lauk : 3 x 1 potong ikan/tahu/tempe/daging
Sayuran : 2 x ½ mangkok sayuran hijau
Buah : kadang-kadang
Cemilan : 1 x sehari makanan ringan
c) Pantangan : tidak ada pantangan makanan
2) Minum
a) Jumlah total 6-8 gelas per hari, air putih dan es teh
b) Ibu tidak suka minum susu
3) Perubahan selama hamil ini
Frekuensi makan ibu saat ini meningkat, mudah lapar dan suka
makan cemilan
b. Pola Eliminasi
Sebelum Hamil
Ibu mengatakan BAB 1X per hari, dengan konsistensi sedang, warna
kuning kecokelatan, BAK 4 x/hari.
Selama Hamil
Ibu mengatakan BAB 2 hari sekali, dengan konsistensi sedang, warna
kecokelatan, BAK 6-7 x/hari.
c. Pola Istirahat
Sebelum Hamil
Ibu mengatakan tidur malam selama 8 jam dan tidur siang 1 jam.
Selama Hamil
Ibu mengatakan tidur malam selama 6 jam dan tidur siang 1 jam..
d. Pola Seksual
Sebelum Hamil
Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 3 x seminggu.
Selama Hamil
Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 1 x seminggu.
e. Personal Hygiene
Sebelum Hamil
Ibu mengatakan mandi dan gosok gigi sehari 2x, keramas 2-3x
seminggu. ganti pakaian dan celana dalam 2 x sehari, ibu rajin
memakai alas kaki jika keluar rumah.
Selama Hamil
Ibu mengatakan mandi, gosok gigi, ganti pakaian 2 x sehari, keramas
2-3x seminggu.ibu ganti celana dalam 2 x per hari, ibu rajin memakai
alas kaki jika keluar rumah.
f. Aktivitas fisik dan olahraga
Sebelum hamil : aktivitas ibu sebagai ibu rumah tangga (menyapu,
memasak, mengepel, mencuci, dll) dan ibu tidak pernah olahraga
Selama hamil : Pada usia kehamilan ini ibu juga melakukan aktivitas
sebagai ibu rumah tangga.
g. Kebiasaan yang merugikan kesehatan
Ibu mengatakan tidak merokok/ konsumsi alkohol/ narkotika/ jamu
maupun obat-obatan.
h. Psiko,Sosial,Spiritual
1) Ibu mengatakan senang dengan kehamilanya, suami dan keluarga
mendukung.
2) Ibu hanya tinggal serumah dengan suami
3) .Ibu menjalankan shalat 5 waktu bersama suami
4) Ibu tidak pernah puasa sunah senin kamis
5) Ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh nakeswanita maupun pria
6) Pengambil keputusan utama dalam keluarga adalah suami
7) Rencana tempat bersalin yang diinginkan adalah puskesmas
8) Penghasilan perbulan 4 juta
9) Adat istiadat disekitar ibu masil kental serta ibu memiliki seorang
nenek yang msh kejawen yang melarang ibu hamil keluar rumah
saat malam hari.
10) Ibu mengatakan belum paham tentang keluhan yang dialami saat
ini, karena pada kehamilan sebelumnya ibu tidak mengalami hal
tersebut
II. DATA OBYEKTIF
a. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmenthis
TB :155 cm
BB : sebelum hamil 53 kg BB sekarang 62 kg
IMT : 25,8
LILA : 25 cm
Tekanan darah : 160/98 mmHg
Nadi : 82 kali per menit
Pernafasan : 20 kali per menit
Suhu : 36,5 0C
2. Status Present
Kepala : Mesochepal, bersih, tidak ada nyeri tekan.
Mata : Konjungtiva merah muda, sclera putih, reflek
pupil baik.
Hidung : simetris, tidak ada secret,tidak ada cuping hidung.
Mulut : Bersih, gigi tidak caries dan stomatitis.
Telinga : Tidak ada serumen,fungsi pendengaran baik.
Leher : Tidak ada pembesaran tyroid
Ketiak : Tidak ada benjolan
Dada : Tidak ada bunyi ronchi dan wheezing.
Perut : Tidak ada luka tidak ada nyeri tekan.
Ekstremitas : Jari lengkap, tidak ada turgor kulit, kaki oedem
Punggung : Tidak ada kelainan tulang belakang.
Anus : Tidak ada hemoroid.
3. Status Obstetri
a. Inspeksi
Muka : Tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum.
Mamae :Puting susu menonjol, hiperpigmentasi areola,
kolostrum sudah keluar
Abdomen :Terdapat linea nigra, membulat sesuai kehamilan.
Vulva : tidak ada varises, tidak bengkak, tidak oedem
Ekstremitas : kaki oedem.
Reflek patella : +/+
b. Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari dibawah px, bagian fundus teraba
bulat lunak,tidak melenting
Leopold II : bagian perut kanan ibu teraba datar memapan dan
memanjang (punggung kanan)
Leopold III : bagian bawah teraba bulat keras melenting dan
masih bisa digoyang (kepala belum masuk
panggul)
Leopold IV : Bagian terbawah janin sudah masuk panggul
DJJ : 146 x/mnt, reguler
Mc. Donald : 30 cm, TBJ : 2945 gr
c. Pemeriksaan Dalam
VT Portio lunak, Pembukaan serviks 2 cm, kantong ketuban (+),
UUK belum dapat dinilai, penurunan kepala janin di Hodge II dan
tidak ada molase tulang kepala.
b. Pemeriksaan penunjang :
Hb :12, 9 gr/%
Protein urine : positif 3
C. ANALISA DATA
Ny. S umur 34 Tahun G4P3A0 hamil 40 minggu dengan PEB
Masalah : tensi tinggi, oedem pada kaki, protein urine +3
Kebutuhan : Penatalaksanaan PEB
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal 2 April 2022 jam 09.30
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada Ibu bahwa Ibu sudah dalam
proses persalinan dengan keadaan janin baik, tekanan darah 166/92 mmHg
danpembukaan 3 cm.
Rasionalisasi : Memberitahukan hasil pemeriksaan merupakan salam satu
hak pasien (Depkes, 2012)
Evaluasi : Ibu merasa mengetahui keadaan saat ini.
2. Kolaborasi dengan dokter Puskesmas advice
a. Memasang infus RL 20 tpm dan memasang DC
Hasil : infus dan DC terpasang
b. Menyuntik MgSO4 40% 4 gr bolus lanjut MgSO4 40% 6 gr drip ke
dalam RL 500 ml 28 tpm
Hasil : ibu bersedia disuntik
c. Memberikan ibu obat nefedipin 10 ml (3x1)
Hasil: ibu mau meminum obat yang telah diberikan.
d. Rujuk ke RS
3. Memberikan memberikan support dan motivasi kepada ibu.
Rasionalisasi : Menurut Manuaba (2007) salah satu kebutuhan pada ibu
bersalin yaitu memberikan support mental dari keluarga dan tenaga
kesehatan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan cemas mulai berkurang.
4. Menganjurkan ibu untuk ditemani keluarga maupun suaminya dan
menganjurkan kepada suami dan keluarga agar memberikan dukungan
kepada ibu.
Rasionalisasi : Salah satu konsep dari persalinan normal adalah kehadiran
pendamping persalinan (suami, keluarga, dan teman) akan memberikan efek
positif terhadap proses persalinan (Indrayani, 2013).
Evaluasi : Ibu didampingi suami dan sudah diberi dukungan.
5. Memberitahukan dan meminta persetujuan suami dengan menandatangani
lembar persetujuan tindakan medis mengenai tindakan yang akan dilakukan
yaitu merujuk ke Rs untuk berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian
obat untuk mempercepat kemajuan persalinan
Rasionalisasi : dilakukan atas indikasi komplikasi persalinan preeclampsia
(Manuaba, 2010)
Evaluasi : Ibu dan keluarga bersedia untuk di rujuk dan berkolaborasi
dengan dokter untuk untuk mempercepat persalinan.
6. Mempersilahkan ibu mengatur posisi senyaman mungkin dan menganjurkan
ibu tidur miring ke kiri agar mempercepat proses penurunan kepala bayi.
Rasionalisasi : Menurut Indrayani (2013) Salah satu konsep dari
persalinan normal adalah ibu dapat melahirkan dengan posisi yang sesuai
dengan keinginannya (selama tidak membahayakan). Mengatur posisi ibu
(miring kiri) mengurangi tekanan pada tali pusat dan memperbaiki aliran
darah uterus (Susanti, 2009).
Evaluasi : Ibu memilih posisi miring ke kiri jika tidur
7. Mengajarkan ibu teknik relaksasi (pernapasan dalam) saat ada
kontraksiuntuk mengurangi rasa nyeri.
Rasionalisasi : Teknik relaksasi (pernapasan dalam) merupakan salah satu
cara untuk mengurangi rasa nyeri pada ibu bersalin secara non
farmakologis. Dengan menarik nafas dalam saat kontraksi dengan
menggunakan pernapasan dada melalui hidung akan mengalirkan oksigen
ke darah yang kemudian dialirkan seluruh tubuh sehingga ibu bersalin akan
merasa rileks dan nyaman karena tubuh akan mengeluarkan hormon
endorphin yang merupakan penghilang rasa sakit alami di dalam tubuh
(Andriana, 2007).
Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
8. Monitoring input cairan ( melalui oral ataupun infus) dan output cairan
(melalui urin)
Rasionalisasi : Monitoring input/output cairan untuk mencegah Edema paru
sebagai akibat dari gejala preklampsia yang terjadi karena peningkatan
cairan yang sangat banyak (Cunningham, 2005).
Evaluasi : Ibu minum air putih sekitar 200 cc, Infus RL yang terpasang sisa
400 cc, urin 600 cc.
9. Menyiapkan tempat, alat-alat partus, dan obat untuk menolong persalinan
saat rujukan .
Partus Set : sepasang handscoon steril, klem tali pusat 1 buah, klem 1 buah,
gunting tali pusat 1 buah, gunting episiotomy 1 buah.
Hecting Set : sepasang handscoon steril, pinset anatomi 1 buah, pinset
cirurgy 1 buah, benang chatgut, nafuder, jarum dan spuit 1 buah.
Resusitasi Set : 2 bedong bayi, penghisap lendir DeLee, alat ventilasi
(sungkup atau balon), sarung tangan.
Obat-obaan : Oksitosin 10 IU 1 ampul
Evaluasi : tempat, alat-alat partus dan obat sudah disiapkan.
10. Melakukan observasi keadaan ibu dan janin serta kemajuan persalinan dan
melakukan dokumentasi selama rujukan.
Rasionalisasi : Salah satu asuhan kala I adalah memantau kemajuan
persalinan dan kesejahteraan janin dengan melakukan observasi DJJ dan His
tiap 15 menit, pemeriksaan dalam tiap 4 jam, nadi dan pernafasan tiap 30
menit, Tekanan darah dan suhu tiap 4 jam (Depkes, 2012).
Evaluasi : keadaan janin baik, tekanan darah 166/92mmHg DJJ
144X/Menit
11. Melakukan pendokumentasian
Hasil : hasil pemeriksaan sudah di dokumentasikan
12. Merujuk pasien ke RSUD dr. Raden Soedjati Purwodadi
Hasil : pasien sudah sampai d PONEK RSUD dr. Raden Soedjati
Purwodadi
Grobogan, 9 April 2022
Pembimbing Klinik
Praktikan
Mengetahui
Pembimbing Institusi,
DAFTAR PUSTAKA
Ari, Sulistyawati dan Esty Nugraheny. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu
Bersalin. Jakarta: Salemba Medika.
Dewi, Putu Indah Sintya, dkk. 2020. Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase
Laten pada Ibu Inpartu menggunakan Birth Ball Exercise. Buleleng:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng.
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JKS/article/view/1050 [diakses
pada 30 Januari 2022]
Diana, Sulis, Erfiani Mail, Zulfa Rufaida. 2019. Asuhan Kebidanan Persalinan
dan Bayi Baru Lahir. Surakarta: CV OASE GRUP.
Fraser, Diane M and Cooper, Margaret A. 2009. Myles Buku Ajar Bidan
Myles Buku Ajar Bidan ed.14 alih bahasa Sri Rahayu, Jakarta: EGC.
Kriebs, J. M. & Gegor, C. L., 2010. Buku Saku Asuhan Kebidanan Varney. 2
penyunt. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Legawati. 2018. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Malang: Wineka
Media.
Manuaba, I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Nurasiah, A; Ani, R; Dewi, L.B. 2012. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Oktarina, Mika. 2015. Buku Ajar Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: Deepublish.
Rochjati, Poedji. 2011. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Jakarta : EGC
Saifuddin, A., 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Silfia, Niluh Nita, Anna Veronica Pont, Sulasmi. 2019. Pengaruh Pelaksanaan
Pelvic Rocking dengan Birthing Ball Terhadap Pengurangan Nyeri
Pinggang Persalinan Kala I Di Wilayah Puskesmas Mamboro Kota Palu.
Palu: Poltekkes Kemenkes Palu.
http://ejournal.uhb.ac.id/index.php/VM/issue/archive [diakses pada 30
Januari 2022]
Varney, Helen. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta:
EGC.
Wiknjosastro, Hanifa. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono.
Moegni, E. M. & Ocviyanti, D., 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Pertama ed. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, World Health Organization, Himpunan
Obstetri dan Ginekologi Indonesia - Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia dan Ikatan Bidan Indonesia.
Siregar, Wilda Whyuni, dkk. 2020. Pengaruh Pelaksanaan Teknik Birth Ball
Terhadap Kemajuan Persalinan. Medan: Universitas Tjut Nyak Dhien.
https://ejournal.delihusada.ac.id/ejournal/index.php/JPK2R/article/
download/426/209 [diakses pada 8 Februari 2022]
Nurjasmi, Emi. 2016. Buku Acuan Midwifery Update. Cetakan Pertama. Jakarta:
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia..