Anda di halaman 1dari 51

JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 52

HUBUNGAN FAKTOR USIA DAN KONSUMSI MINUMAN BERKAFEIN


(KOPI DAN TEH) DENGAN KEJADIAN PRE EKLAMPSIA PADA IBU HAMIL
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULULAWANG KABUPATEN MALANG

Susana Setyowati1
1
Program Studi Diploma III Akademi Kebidanan Wira Husada Nusantara Malang
susanasetyowati411@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Pre eklampsia adalah gejala yang timbul pada ibu hamil, pre eklampsia perlu
untuk diwaspadai adanya komplikasi yang mungkin terjadi bisa mengalami kejang (eklampsia),
penurunan perfusi uteroplasenta atau penurunan aliran darah ke ari-ari. Di Jawa Timur kasus
preeklampsia/eklampsia 36,29%. Kejadian preeklampsia dapat dikurangi dengan cara deteksi
dini apabila ibu hamil rutin melakukan kunjungan ke tenaga kesehatan terlatih. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui adanya Hubungan Faktor Usia dan Konsumsi Minuman Berkafein
(Kopi dan Teh) dengan Kejadian Pre Eklampsia pada Ibu Hamil. Metode: Populasi dalam
penelitian ini adalah 213 ibu hamil dan sampel dalam penelitian ini 30 ibu hamil. Pengambilan
sampel menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data pada penelitian ini yaitu
menggunakan wawancara, observasi, kuesioner dan dokumentasi. Analisis data penelitian ini
menggunakan perhitungan regresi yaitu regresi linear berganda. Hasil: variabel Faktor Usia (X1)
mempunyai nilai thitung sebesar 8,483 > ttabel 0,05 (2,045) artinya terdapat hubungan yang
signifikan antara variabel Faktor Usia (X1) dengan kejadian pre eklampsia (Y). Variabel
Konsumsi Minuman Berkafein (Kopi dan Teh) (X2) mempunyai nilai thitung sebesar 3,464 > ttabel
0,05 (2.045) artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Konsumsi Minuman
Berkafein (Kopi dan Teh) (X2) dengan kejadian pre eklampsia (Y). Nilai Fhitung sebesar 44,301
> Ftabel 0,05 (3,35) artinya adanya hubungan yang signifikan antara variabel Faktor Usia (X1)
dan Konsumsi Minuman Berkafein (Kopi dan Teh) (X2) dengan kejadian pre eklampsia (Y).
Nilai R Square dari variabel X1 dan X2 yaitu sebesar 0,766 yang artinya faktor usia (X1) dan
konsumsi minuman berkafein (kopi dan teh) (X2) ada pengaruh terhadap kejadian pre eklampsia
sebesar 76,6% sedangkan 23,4% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.

Kata Kunci: Faktor Usia, Konsumsi Minuman Berkafein (Kopi dan Teh), Preeklampsia

ABSTRACT

Introduction: Pre-eclampsia is a symptom that occurs in pregnant women, pre-eclampsia needs


to be aware of any complications that may occur, such as seizures (eclampsia), decreased
uteroplacental perfusion or decreased blood flow to the placenta. In East Java, the cases of
preeclampsia / eclampsia were 36.29%. The incidence of preeclampsia can be reduced by early
detection if pregnant women regularly make visits to trained health personnel. The purpose of
this study was to determine the correlation between age and consumption of caffeinated
beverages (coffee and tea) and the incidence of pre-eclampsia in pregnant women. Methods:
The population in this study were 213 pregnant women and the sample in this study was 30
pregnant women. Sampling using purposive sampling technique. Collecting data in this study
using interviews, observation, questionnaires and documentation. The data analysis of this
research used regression calculation, namely multiple linear regression. Results: Age Factor
variable (X has a valuet of 8.483 t 0.05 (2,045) means that there is a significant relationship
1) count> table

between the Age Factor variable (X ) and the incidence of pre-eclampsia (Y). Variable
1

consumption of caffeinated beverages (coffee and tea) (X has a valuet of 3.464 t 0.05 (2,045)
2) count> table

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 53

means that there is a significant relationship between the variable consumption of caffeinated
drinks (coffee and tea) (X ) and the incidence of pre-eclampsia (Y). TheF value
2 of 44.301>
calculated

F 0.05 (3.35) means that there is a significant relationship between the Age Factor variable
table

(X ) and the consumption of caffeinated drinks (coffee and tea) (X ) with the incidence of pre-
1 2

eclampsia (Y). The R Square value of the X1 and X2 variables is equal to 0.766, which means
that the age factor (X1) and consumption of caffeinated drinks (coffee and tea) (X2) has an effect
on the incidence of pre-eclampsia by 76.6%, while the other 23.4% is influenced by factors
others not researched.

Keywords: Age Factor, Consumption of Caffeinated Drinks (Coffee and Tea),


Preeclampsia

PENDAHULUAN pedesaan, perkotaan, dan lainnya (Rohmani,


Sustainable Development Goals Setyabudi, & Puspitasari, 2015).
(SDGs) adalah sebagai pengganti Pre eklampsia ialah sekumpulan
pembangunan global Millenium gejala yang timbul pada ibu hamil, pre
Development Goals (MDGs) yang telah eklampsia perlu untuk diwaspadai adanya
berakhir di tahun 2015 yaitu merupakan komplikasi yang mungkin terjadi bisa
upaya pembangunan berkelanjutan yang mengalami kejang (eklampsia), penurunan
menjadi acuan dalam kerangka perfusi uteroplasenta atau penurunan aliran
pembanggunan dan perundingan negara- darah ke ari-ari (Utami, 2014). Usia,
negara di dunia. Dalam SDGs memiliki genetik, riwayat penyakit sebelumnya
beberapa tujuan, yaitu menjamin kehidupan merupakan faktor risiko terjadinya
yang sehat dan mendorong kesejahteraan hipertensi. Hipertensi dapat dipengaruhi
untuk semua orang di berbagai usia, salah oleh gaya hidup dan asupan makanan
satu outputnya adalah mengurangi Angka (merokok, aktifitas fisik kurang, asupan
Kematian Ibu (AKI) hingga 70 per 100.000 garam yang berlebihan, dan berat badan
kelahiran hidup (KH) pada tahun 2030. yang berlebihan). Dalam penelitian ini
Output ini tentunya semakin turun jika mengonsumsi kafein juga masih menjadi
dibandingkan target pada MDGs tahun 2015 perdebatan, karena kandungan dalam kopi
yaitu menurunkan AKI menjadi 102 per maupun teh terdapat tiga kandungan
100.000 KH dalam kurun waktu 1990-2015 terpenting yaitu polifenol dan kalium yang
(Situmorang, 2015). dapat memperbaiki fungsi vaskuler dan
Data World Health Organization atherogenesis sehingga dapat menghambat
(WHO) dalam maternal and reproductive peningkatan tekanan darah. Sedangkan
health pada tahun 2013 kematian ibu terjadi kandungan kafein inilah yang menyebabkan
setiap hari, sekitar 800 perempuan tekanan darah meningkat karena memiliki
meninggal karena komplikasi kehamilan sifat antagonis kompetitif terhadap adenosin
dan kelahiran anak. Penyebab utama sehingga mempengaruhi sejumlah fungsi
kematian adalah perdarahan, hipertensi, susunan saraf pusat (Martiani & Lelyana,
infeksi, riwayat hipertensi pada kehamilan 2012). Sehingga upaya pencegahan lebih
sebelumnya. Dari 800 kematian ibu hamil, efektif dengan melakukan deteksi dini dan
500 terjadi di Afrika Sub-Sahara dan 190 di skrining rutin terhadap resiko terjadinya pre
Asia Selatan. Resiko seorang wanita di eklampsia.
negara berkembang beresiko 23 kali lebih Data Dinkes Provinsi Jawa Timur
tinggi dibandingkan yang tinggal di negara tahun 2015 AKI berjumlah 121, penyebab
maju. Kematian ibu merupakan indikator langsung AKI yaitu perdarahan 21,81%,
kesehatan yang menunjukkan perbedaan eklampsia/ pre eklampsia 36,29%, jantung
yang besar antara daerah kaya dan miskin, 12,93%, infeksi 22,90%, dan penyebab lain

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 54

6,07%. Sedangkan AKB di Provinsi Jawa ini sebanyak 30 orang ibu hamil dan ibu
Timur pada tahun 2015 sebesar 154 hamil yang mengkonsumsi minuman
kematian bayi (Perilaku, Dan, Resiko, & berkafein (kopi dan teh). Untuk
Preeklampsia, 2018). Kasus kematian pada pengambilan sampel pada penelitian ini
ibu hamil di Kota Malang tahun 2016 menggunakan teknik Purposive sampling..
keberadaannya meningkat jika Metode pengumpulan data
dibandingkan dari tahun 2015, yaitu merupakan cara peneliti untuk
terdapat 9 kasus kematian ibu melahirkan mengumpulkan data yang akan dilakukan
pada tahun 2016, sedangkan pada tahun dalam penelitian. Metode pengumpulan data
2015 terdapat kasus kematian ibu terdiri atas wawancara, observasi, dokumen,
melahirkan berjumlah 8 kasus. Namun focus group discussion, pemeriksaan fisik,
Angka Kematian Ibu (AKI) dilaporkan pada dan kuisioner/ angket (Hidayat, 2014).
tahun 2016 mencapai 75,29% per 100.000 Analisa data dalam penelitian ini
kelahiran, artinya setiap kelahiran hidup menggunakan perhitungan regresi, yaitu
sejumlah 100.000 terjadi kematian ibu analisis regresi linier berganda, yang akan
kirasan 75-76 kasus, jumlah tersebut lebih dipakai untuk menghitung besarnya pengaruh
tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 dari suatu perubahan kejadian (variabel X)
terhadap kejadian lainnya (variabel Y) secara
yang berjumlah 68,24% per 100.000
kuantitatif .
kelahiran (Dinkes, 2017). Adapun spesifikasi model regresi linier
Berdasarkan studi pendahuluan yang berganda adalah sebagai berikut :
dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas
Bululawang pada Bulan Oktober, November Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + £
dan Desember 2018 terdapat 27 ibu hamil
yang menderita pre eklampsia dari total 213 Dimana :
ibu hamil, dengan 11 ibu hamil yang berusia Y : Kejadian Pre Eklampsi
kurang dari 20 tahun, 10 ibu hamil yang X1 : Faktor usia
berusia 20-35 tahun dan 6 ibu hamil yang X2 : Konsumsi Minuman Berkafein (Kopi
berusia lebih dari 35 tahun, sedangkan dari dan Teh)
Β0 : Koefisien Regresi
27 ibu hamil terdapat 8 ibu hamil yang
£ : Error / galat
sering mengkonsumsi kopi, 12 ibu hamil
sering mengkonsumsi teh dan 7 ibu hamil HASIL DAN PEMBAHASAN
yang tidak mengkonsumsi kopi maupun teh, 1. Karakteristik Responden
karena masalah usia serta terlalu sering Berdasarkan Umur Responden
mengonsumsi kafein (kopi dan teh) juga Penelitian yang dilakukan di wilayah
menjadi salah satu faktor terjadinya kerja Puskesmas Bululawang dengan
peningkatan tekanan darah. melibatkan 30 responden dengan kriteria usia
sebagai berikut:
METODE PENELITIAN Tabel 1. Karakteristik responden
Variabel bebas dalam penelitian ini berdasarkan usia
adalah Usia (X1) dan Konsumsi Minuman
Usia Frekuensi (f) Presentase
Berkafein (Kopi dan Teh) (X2). Variabel
(tahun) (%)
terikat dalam penelitian ini adalah Pre < 20 6 20
Eklampsia (Y). 20-35 12 40
Populasi pada penelitian ini adalah > 35 12 40
seluruh ibu hamil di Wilayah Kerja Total 30 100
Puskesmas Bululawang Kabupaten Malang
adalah 213 ibu hamil. Sampel adalah Berdasarkan tabel 1 dapat
sebagian dari populasi yang akan diteliti diketahui bahwa dari 30 responden
yang memiliki karakteristik yang sama terdapat usia < 20 tahun berjumlah 6
dengan populasi. Sampel dalam penelitian responden atau 20%, usia 20-35 tahun

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 55

berjumlah 12 responden atau 40% dan Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan


> 35 tahun berjumlah 12 responden nilai terkecil variabel fakktor usia (X1)
atau 40%. adalah 1,00, nilai terbesar 3,00 dan rata-rata
1. Karakteristik Responden Berdasarkan sebesar 2,1667 dengan standar deviasi
Pendidikan 0,74664. Nilai terkecil variabel konsumsi
Tabel 2 Frekuensi Karakteristik minuman berkafein (kopi dan teh) (X2)
Responden Berdasarkan Pendidikan sebesar 2,00, nilai terbesar 6,00 dan nilai
rata-rata 4,0667 dengan standar deviasi
Pendididkan Frekuensi (%)
1,08066. Nilai terkecil variabel kejadian pre
SD 2 7
eklampsia (Y) sebesar 5,00, nilai terbesar
SMP 5 17
SMU 22 73 9,00 dan nilai rata-rata 6,9000 dengan
S1 1 3 standar deviasi 1,44676.
Total 30 100 Persamaan regresi linear berganda
hasil analisis tersebut adalah sebagai
Berdasarkan tabel 2 dapat berikut:
diketahui bahwa dari 30 responden Y = β0 + β1X1 + β2X2 + e
dari tingkat pendidikan terakhir Y = 1,820 + 1,533 (X1) + 0,432 (X2)
terdapat 2 responden atau 7% yang Pada persamaan regresi linear berganda
berpendidikan SD, 5 responden atau tersebut, diketahui koefisien regresi variabel
17% yang berpendidikan SMP, 22 X1 positif. Artinya setiap kenaikan satu skor
responden atau 73% yang faktor usia (X1) akan meningkatkan
berpendidikan SMU dan 1 responden kejadian pre eklampsia (Y) sebesar 1,533.
atau 3% yang berpendidikan S1. Sedangkan koefisien regresi variabel X2
2. Karakteristik Responden positif. Artinya setiap kenaikan satu skor
Berdasarkan Agama konsumsi minuman berkafein (kopi dan teh)
Tabel 3 Frekuensi Karakteristik (X2) akan meningkatkan kejadian pre
Responden Berdasarkan Agama eklampsia (Y) sebesar 0,432.

Agama Frekuensi (%) Tabel 5 nilai analisis thitung, ttabel pada faktor usia
Islam 30 100 (X1) dan konsumsi minuman berkafein (kopi
Total 30 100,0 dan teh) (X2) dengan kejadian pre eklampsia
pada ibu hamil (Y)
Berdasarkan tabel 3 dapat
Variabel R Square thitung ttabel (0,05)
diketahui bahwa dari 30 responden X1 8,483
terdapat 30 responden atau 100% 0,766 2,045
X2 3,464
menganut agama islam.
Analisis data penelitian ini untuk Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat
mengukur “Hubungan Faktor Usia dan diketahui bahwa tidak terdapat hubungan
Konsumsi Minuman Berkafein (Kopi dan dan terdapat hubungan yang signifikan
Teh) dengan Kejadian Pre Eklampsia pada antara variabel bebas yang ditentukan
Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas melalui nilai thitung dari masing-masing
Bululawang Kabupaten Malang” disajikan variabel. Nilai thitung variabel faktor usia (X1)
pada tabel-tabel berikut ini: sebesar 8,483 lebih besar dari nilai ttabel yaitu
Tabel 4. nilai rata-rata variabel faktor usia (X1) 2,045 artinya terdapat hubungan yang
dan konsumsi minuman berkafein (kopi dan
signifikan antara faktor usia dan kejadian
teh) (X2), dan kejadian pre eklampsia (Y)
pre eklampsia (Y). Nilai thitung konsumsi
Var Min Max Mean SD minuman berkafein (kopi dan teh) (X2)
X1 1,00 3,00 2,1667 0,74664 sebesar 3,464 lebih besar dari nilai ttabel
X2 2,00 6,00 4,0667 1,08066 2,045 artinya terdapat hubungan yang
Y 5,00 9,00 6,9000 1,44676 signifikan antara konsumsi minuman

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 56

berkafein (kopi dan teh) (X2) dengan variabel independen (X1) diketahui bahwa
kejadian pre eklampsia (Y). variabel yang lebih dominan terhadap
Nilai R Square dari variabel X1 dan variabel Y adalah nilai thitung > ttabel yaitu
X2 yaitu sebesar 0,766 yang artinya faktor 8,483 > 2,045.
usia (X1) dan konsumsi minuman berkafein Menurut Tuti Meihartini (2015)
(kopi dan teh) (X2) ada pengaruh terhadap menjelaskan bahwa usia dan fisik wanita
kejadian pre eklampsia sebesar 76,6% berpengaruh terhadap proses kehamilan
sedangkan 23,4% lainnya dipengaruhi oleh pertama, pada kesehatan janin dan proses
faktor lain yang tidak diteliti. persalinan. World Health Organisasi
(WHO) memberikan rekomendasi untuk
Tabel 6 nilai analisis fhitung pada hubungan usia saat menjalani kehamilan dan
faktor usia (X1) dan konsumsi minuman persalinan adalah 20 hingga 30 tahun yang
berkafein (kopi dan teh) (X2) dengan di anggap paling aman. Tapi dengan adanya
kejadian pre eklampsia (Y) kemajuan teknologi saat ini, sampai usia 35
tahun masih boleh untuk hamil. Eka
Sumber Derajat Jumlah Kuadran F F Novaliasari Utami (2014) di RSUD Dr.
variasi bebas kuadran tengah hitung 0,05 Abdoer Rahem Situbondo dengan judul
Regresi 2 46,523 23,261 44,301 3,35
“Usia dan Pendidikan dengan Pre
Galat 27 14,177 0,525
Total 29 60,700 Eklampsia”. Hasil penelitian di uji dengan
uji chi square didapatkan insidensi ibu hamil
Berdasarkan tabel 4.6 hasil analisis usia < 20 tahun sebanyak (37,4%) dan ibu
statistik deskriptif terhadap variabel diatas hamil usia 20-35 tahun sebanyak (18,7%).
dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh yang Mekanisme kafein yang memengaruhi
signifikan antara faktor usia dan konsumsi tubuh terutama dengan memblokir reseptor
minuman berkafein (kopi dan teh) dengan adenosin, yang dapat menyebabkan
kejadian pre eklampsia yang dibuktikan peningkatan sekresi katekolamin: adrenalin,
dengan nilai Fhitung 44,301 > Ftabel yaitu 3,35. dopamin dan serotonin. Efek dari ini adalah
Berdasarkan hasil analisis didapatkan untuk percepatan denyut jantung dan
nilai thitung variabel faktor usia (X1) sebesar vasodilatasi darah serta merangsang sistem
8,483 lebih besar dari nilai t0,05 2,045 artinya saraf pusat. Beberapa studi menunjukkan
terdapat hubungan yang signifikan antara bahwa asupan kafein moderat (100-300 mg
variabel faktor usia (X1) dengan kejadian per hari) memberikan efek menguntungkan
pre eklampsia (Y). Nilai thitung konsumsi pada ketahanan mental dan fisik berpikir,
minuman berkafein (kopi dan teh) (X2) konsentrasi dan juga mengurangi kelelahan
sebesar 3,464 lebih besar dari nilai t0,05 2.045 dan kantuk. Kafein merangsang sekresi
artinya terdapat hubungan yang signifikan asam lambung, bertindak diuretik dan
antara variabel konsumsi minuman menurut beberapa data dapat memengaruhi
berkafein (kopi dan teh) (X2) dengan proses metabolisme dalam tubuh,
kejadian pre eklampsia pada ibu hamil (Y). mengintensifkan lipolisis lemak dan
Berdasarkan ragam regresi didapatkan nilai termogenesis tubuh (Insan, Andi &
Fhitung > Ftabel yaitu 44,301 > 3,35 artinya Kurniawaty, 2016).
adanya hubungan yang signifikan antara Pada orang dewasa hanya 1-5% dari
variabel faktor usia (X1) dan konsumsi kafein yang dikonsumsi diekskresikan
minuman berkafein (kopi dan teh) (X2) dalam urin dalam bentuk yang tidak diubah.
dengan kejadian pre eklampsia (Y). Nilai R Waktu paruh kafein pada orang dewasa
Square pada X1 dan X2 sebesar 0,766 yang berkisar antara 3 sampai 7 jam. Bayi usia 6-
artinya faktor usia ada berpengaruh pada 9 bulan memiliki kemampuan terbatas untuk
kejadian pre eklampsia sebesar 76,6% metabolisme kafein karena rendahnya
sedangkan 23,4% lain dipengaruhi oleh jumlah enzim dalam hati, maka sekitar 85%
faktor lain yang tidak diteliti. Dari kedua kafein yang di ekskresikan dalam urin dalam

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 57

bentuk tidak diubah. Metabolisme kafein signifikan antara variabel konsumsi


tergantung pada genetik, kondisi fisiologis, minuman berkafein (kopi dan teh) (X2)
serta faktor lingkungan. Pada wanita hamil dengan kejadian pre eklampsia (Y).
waktu paruh kafein 2-3 kali lebih lama dari 3. Nilai Fhitung 44,301 > Ftabel yaitu 3,35
biasanya, hal ini terjadi karena perubahan artinya terdapat pengaruh yang
hormonal yang terjadi dalam tubuh (Yonata signifikan antara variabel bebas dengan
et al., 2016). kejadian pre eklampsia. Nilai R Square
Ayu Martiani Dan Rosa Lelyana 0,766 yang artinya hubungan antara
(2012) di Wilayah Kerja Puskesmas variabel bebas dengan kejadian pre
Ungaran Semarang dengan judul “Faktor eklampsia sebesar 76,6% sedangkan
Resiko Hipertensi Ditinjau Dari Kebiasaan 23,4% lainnya dipengaruhi oleh faktor
Minum Kopi”. Hasil penelitian di uji dengan lain yang tidak diketahui.
uji chi square didapatkan bahwa minum 4. Dilihat dari hubungan kedua variabel
kopi/ teh 1-2 cangkir setiap hari dapat independen (X) terhadap variabel (Y)
meningkatkan risiko hipertensi sebesar 4,12 dapat disimpulkan variabel X1 terdapat
kali lebih tinggi dibanding dengan subyek hubungan dengan variabel Y dan
yang tidak mempunyai kebiasaan minum variabel X2 terdapat hubungan dengan
kopi maupun teh p=0,017 (OR=4,12, IK variabel Y.
95% 1,22-13,39). Pre eklampsia : Kriteria
minimum : tekanan darah lebih dari 140/90 UCAPAN TERIMA KASIH
mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu, Terima kasih kepada Ketua Yayasan
disertai dengan proteinuria lebih dari 300 Bakti Mulya Sejahtera Terpadu, Direktur Akbid
mg/ 24 jam atau dipstick > +1 (Nugroho, WHN, Kepala Puskesmas Bululawang dan
2012). bidan, perawat serta staf Puskesmas Bululawang
yang telah berperan dalam terlakasanya
Pre eklampsia adalah hipertensi yang
penelitian ini.
terjadi setelah 20 minggu kehamilan dengan
disertai proteinuria (Prawirohardjo, 2014). DAFTAR PUSTAKA
Dien Gusta Anggraini Nusal, dkk tahun Anggraini, Dien Gusta. 2014. Faktor Resiko
2014 di RSUP DR. M. Djamil Padang yang Kejadian Preekalmpsia Pada Ibu
berjudul “faktor resiko kejadian pre Hamil Di RSUP DR. M. Djamil
eklampsia pada ibu hamil”. Hasil penelitian Padang. Jurnal Kesehatan
di uji dengan uji chi square didapatkan Masyarakat Andalas. Volume 10.
insidensi ibu hamil usia < 20 tahun dan > 35 Anzaharni,Junuarty Dan Stevani. 2016.
tahun berisiko 4,886 kali lebih tinggi terkena Penetapan Kadar Tanin Pada Teh
pre eklampsia dan ibu hamil dengan Celup Yang Beredar Dipasaran
obesitas 4 kali lebih besar risiko terkena pre Secara Spektrofotometri UV-VIS.
eklampsia dibandingkan dengan ibu hamil Jurnal Farmasi Higea. Volume 8.
yang tidak obesitas. Faktor risiko yang
paling dominan adalah umur dengan OR 8,3 Dinkes. 2017. Profile Kesehatan Kota
(95% CI 2,4-28). Malang. Profile Kesehatan Kota
Malang. 45.
KESIMPULAN Fadilah, Nor. 2011. Hal-hal Yang Tidak
1. Nilai thitung faktor usia (X1) sebesar Boleh Dilakukan Saat Anda Hamil.
8,483 > t0,05 2,045 artinya terdapat Laksana, Jogjakarta.
hubungan yang signifikan antara Hidayat, A. A. 2014. Metode Penelitian
variabel faktor usia (X1) dan kejadian Kebidanan Dan Teknik Analisis
pre eklampsia (Y). Data. Salemba Medika, Jakarta.
2. Nilai thitung konsumsi minuman berkafein Insan, Andi, N., & Kurniawaty, E. 2016.
(kopi dan teh) (X2) sebesar 3,464 > Pengaruh Kopi Terhadap
2,045 artinya terdapat hubungan yang Hipertensi. Majority, Lampung.

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 58

Martiani, S., & Lelyana, R. 2012. Faktor Dan Kualitatif. Buku Ajar
Risiko Hipertensi Ditinjau Dari Perkuliahan, Jakarta.
Kebiasaan Minum Kopi. Journal Of Utami, Eka Novalia. 2014. Usia Dan
Nutrition College. Hal 78-85. Pendidikan Dengan Pre Eklampsia
Meihartati, Tuti. 2015. Hubungan Di RSUD dr. Abdoer Rahem
Kehamilan Usia Dini Dengan Situbondo. Laporan Penelitian. Hal
Kejadian Persalinan Premature Di 1-6.
Ruang Bersalin Rumah Sakit Ibu Yuniarti, Wijayanti Dan Ivantarina. 2017.
Dan Anak Paradise Tahun 2015. Analisis Perilaku Kesehatan Dan
Jurnal Daruh Azhar. Volume 2. Factor Risiko Kejadian Pre
Mudjia, Rahardo. 2017. Desain Penelitian Eklampsia Pada Ibu Hamil. Journal
Studi Kasus. Pengalaman Empiric. Of Issues In Midwifery. Hal 1-17.
Malang. Hal 1-15.
Nugroho, T. 2012. Patologi Kebidanan.
Nuha Medika, Yogyakarta.
Prawirohardjo, S. 2013. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta.
Prawirohardjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan.
Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
Rialita, Gayatri Dan Frenly. 2013. Analisis
Kafein Dalam Kopi Bubuk Di Kota
Manado Menggunakan
Spektrofotometri UV-VIS. Jurnal
Ilmiah Farmasi-UNSRAT. Volume
2.
Rohmani, A., Setyabudi & Puspitasari.
2015. Faktor Resiko Kejadian
Hipertensi Dalam Kehamilan.
Jurnal Kedokteran Muhammadiyah,
Semarang.
Situmorang. 2015. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Penderita Rawat
Inap Di RSU Sari Mutiara Medan
Tahun 2014. Jurnal Ilmiah
Keperawatan. Hal 285.
Situmorang, T. 2016. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Rsu
Anutapura Palu Pendahuluan.
Jurnal Ilmiah Keperawatan. Hal 34-
44.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Kuantitatif Dan Kualitatif Dan
R&D. Alfabeta, Bandung.
Suryana. 2013. Metodologi Penelitian
Model Praktis Penelitian Kuantitaif

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 59

TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG STIMULASI


PERKEMBANGAN ANAK PRA SEKOLAH USIA 60-72 BULAN

Egga Koni Slamet Riyadi1, Sri Sundari2


12
Akademi Kebidanan Ummi Khasanah Yogyakarta
eggakoni@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Stimulasi merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak. Stimulasi
perkembangan adalah upaya untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Kurangnya
pemahaman mengenai stimulasi dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Oleh karena itu
orang tua perlu memahami tumbuh kembang dan stimulasi untuk memajukan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang
stimulasi perkembangan anak pra sekolah. Metode: Desain Penelitian deskriptif kuantitatif
dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh orang tua yang
mempunyai anak usia 60-72 bulan di TK Pertiwi Nangsri Klaten Jawa Tengah. Sampel
penelitian berjumlah 34 orang teknik sampling dengan accidental sampling. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner. analisis menggunakan uji chi-square. Hasil: Hasil analisis penelitian
ini pengetahuan orang tua tentang stimulasi perkembangan sebagian besar kurang baik yaitu 19
(55,9%) . Hasil uji statistik diperoleh adanya hubungan tingkat pengetahuan orang tua dengan
karakteristik orang tua yaitu usia dengan p value (0,017), pekerjaan dengan p value (0,049), dan
pendidikan dengan p value (0,017). Kesimpulan : Berdasarkan hasil dapat dismipulkan adanya
pengaruh yang signifikan pada karakteristik usia, pekerjaan, pendidikan, dengan tingkat
pengetahuan orang tua tentang stimulasi perkembangan anak pra sekolah usia 60-72 bulan.

Kata kunci: Pengetahuan, Stimulasi, Anak Pra Sekolah

ABSTRACT

Introduction: Stimulation is important in child development. Developmental stimulation is an


effort to optimize child development. Lack of understanding about stimulation can affect child
development. Therefore, parents need to understand growth and development and stimulation
to promote children's growth and development. This study is to determine the level of knowledge
of parents about the stimulation of development of pre-school children. Methods: Quantitative
descriptive research design withapproach cross sectional. The study population was all parents
who had children aged 60-72 months in TK Pertiwi Nangsri Klaten, Central Java. The research
sample consisted of 34 people using accidental sampling technique. Data collection using a
questionnaire. analysis using the chi-square test. Results: The results of the analysis of this study
were the parents' knowledge of developmental stimulation was mostly poor, namely 19 (55.9%).
The results of statistical tests showed that there was a relationship between the level of parental
knowledge and parental characteristics, namely age with p value (0.017), work with p value
(0.049), and education with p value (0.017). Conclusion: Based on the results, it can be
concluded that there is a significant influence on the characteristics of age, occupation,
education, with the level of parental knowledge about the stimulation of development of pre-
school children aged 60-72 months.

Keywords: Knowledge, Stimulation, Pre-School Children

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 60

PENDAHULUAN perkembangan anak di dunia memiliki


angka yang cukup tinggi yaitu urutan
Tumbuh kembang anak mencakup pertama di tempati negara Thailand dengan
dua peristiwa penting yang sulit dipisahkan 24%, nomor dua negara Argentina dengan
dan saling berkaitan yaitu pertumbuhan angka 22%, dan yang ketiga tak lain
(growth) dan perkembangan (development). diduduki oleh negara Indonesia sendiri
Menurut Yusuf (2011), perkembangan dengan angka 13-18% gangguan
adalah perubahan-perubahan yang dialami perkembangan anak.
individu atau organisme menuju tingkat Menurut Profil Anak Indonesia
kedewasaannya atau kematangannya (2018) memproyeksikan bahwa 30,5 persen
(maturation) yang berlangsung secara atau 79.6 juta jiwa penduduk adalah anak
sistematis, progresif, dan berusia 0-17 tahun. Pada tahun 2018 jumlah
berkesinambungan, baik menyangkut fisik anak pra sekolah di Indonesia sekitar 21.990
(jasmaniah) maupun psikis (rohaniah). ribu jiwa. Dengan jumlah yang cukup
Perkembangan diartikan sebagai perubahan signifikan Indonesia tidak luput dari
bentuk yang dimulai saat konsepsi dan terus permasalah kesehatan salah satunya adalah
berlanjut sepanjang satu masa kehidupan kesehatan anak yaitu ada sekitar 56,34 %
(Soetjiningsih dan Ranuh, 2015).Pada masa anak pra sekolah mengalami keterlambatan
tumbuh kembang atau fase golden age ini pada perkembangan seperti membaca dan
merupakan saat yang tepat untuk menulis.
mengoptimalkan perkembangan anak, dan Berdasarkan Profil Kesehatan Jawa
diperlukan stimulasi yang sesuai agar Tengah (2018) tercatat ada 8.194.304 jiwa
potensi anak berkembang ( Kania, 2010). penduduk yang berusia 0-14 tahun,
Stimulasi adalah perangsang yang sedagkan dari jumlah usia 0-14 tahun itu ada
datang dari luar anak. Stimulasi merupakan 2.759.467 jiwa anak pra sekolah.
hal penting dalam tumbuh kembang anak. Berdasarkan skrining perkembangan
Anak yang mendapatkan stimulasi yang melalui SDIDTK ada 8,83% anak pra
terarah dan teratur akan lebih cepat sekolah mengalami keterlambatan dalam
berkembang (Marmi dan Kukuh, 2015). perkembangan seperti motorik kasar,
Menurut hurlock 2012 mengatakan bahwa motorik halus, serta mental dan emosional
lingkungan merupakan faktor pendorong anak (Depkes RI, 2018).
perkembangan anak. Jika lingkungannya Provinsi Jawa Tengah terbagi
merangsang perkembangan anak maka menjadi 29 Kabupaten salah satunya adalah
hasilnya baik. Sedangkan jika lingkungan Kabupaten Klaten dengan jumlah penduduk
tidak merangsang maka menyebabkan 1.171.411 jiwa, dari jumlah penduduk di
perkembangan anak dibawah Kabupaten Klaten itu, ada 80.975 jiwa anak
kemampuannya. prasekolah. Pada tahun 2018 ada sekitar 697
Bedasarkan catatan United Nations jiwa (1.05%) anak pra sekolah mengalami
Children’s Fund (UNICEF), tercatat gangguan perkembangan (Dinkes, 2018).
Indonesia berada diurutan keempat dunia Hal ini perlu peningkatan terhadap kualitas
dengan jumlah anak terbanyak pada tahun tumbuh kembang anak pra sekolah. Kualitas
2018. Posisi pertama dengan jumlah anak masa pra sekolah memberikan kontribusi
terbanyak di dunia adalah India sebesar 85% terhadap perkembangan anak dimasa
448,3 juta jiwa, kedua diduduki oleh mendatang sekaligus sebagai masa kritis
Tiongkok dengan jumlah sebesar 295,1 juta terjadinya gangguan perkembangan (Vahedi
jiwa, diurutan tiga Nigeria dengan 93,9 juta dan Carter, 2012).
jiwa. United Nations Children’s Fund Orang tua memiliki peranan penting
(UNICEF) juga mengungkapkan bahwa dalam mengawasi perkembangan anak.
semua tidak luput dari permasalahan Orang tua harus memberikan rangsangan
mengenai kesehatan. Didapatkan gangguan atau stimulasi kepada anak dalam semua

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 61

aspek perkembangan baik motorik kasar Salah seorang guru juga mengtakan pihak
maupun halus, bahasa dan personal sosial. puskesmas kecamatan pernah melakukan
Stimulasi harus diberikan secara rutin penyuluhan tentang kesehatan anak, namun
dengan kasih sayang dan metode bermain. hanya dalam lingkup gizi anak dan
Sehingga perkembangan anak akan berjalan pertumbuhan anak.
optimal dan dapat mencegah keterlambatan
perkembangan anak (Marmi dan Kukuh, METODE PENELITIAN
2015).
Pemerintah telah melakukan Desain Penelitian deskriptif
beberapa upaya untuk menunjang kuantitatif dengan pendekatan cross
pemeriksaan kesehatan anak seperti sectional. Populasi seluruh orang tua yang
posyandu di tunjang juga dengan mempunyai anak usia 60-72 bulan di TK
keberadaan KB, PAUD, TK, dan sebagainya Pertiwi Nangsri Klaten Jawa Tengah.
(Depkes, RI 2018). Kedepan anak adalah Sampel 34 orang diperoleh dengan teknik
investasi dan harapan sebagai generasi accidental sampling. Pengumpulan data
penerus bangsa, oleh karena itu anak perlu menggunakan kuesioner. Dianalisis
mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk menggunakan uji chi-squar.
tumbuh dan berkembang dengan wajar dan
baik secara rohani maupun jasmani. Pada HASIL DAN PEMBAHASAN
Univariat
masa tersebut memiliki ciri khas dan
1. Karakteristik Orangtua
perbedaan masing-masing pada setiap anak, Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
sebagai orang tua harus mengetahui tumbuh Responden Berdasarkan Usia, Pekerjaan,
kembang anak, apakah tumbuh kembang Pendidikan, dan Lama Interaksi
anak berlangsung secara normal atau ada
keterlambatan dalam berkembang (Marmi Karakteristik Frekuensi %
dan Kukuh, 2015). Usia (tahun)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan <20-35 20 58,8
yang dilakukan pada bulan desember 2019 >35 14 41,2
di TK Pertiwi Nangsri Klaten Jawa Tengah Total 34 100
melalui wawancara dengan empat guru dan Pekerjaan
Bekerja 21 61,8
dua belas orang tua siswa, didapatkan data
Tidak bekerja 13 38,2
delapan orang tua mengatakan anaknya Total 34 100
mengalami keterlambatan dimotorik halus Pendidikan
maupun kasar, serta bahasa dan personal ≤SMP 18 52,9
sosialnya. Hal itu disebabkan kurangnya ≥SMA 16 47,1
pemahaman orang tua dalam memberikan Total 34 100
stimulasi dan kesibukan orang tua dalam Lama interaksi
bekerja. Sedangkan hasil wawancara dengan <8 jam 22 64,7
empat orang guru, tiga orang guru ≥8 jam 12 35,3
mengatakan ada sepuluh anak didiknya Total 34 100
dengan usia 60-72 bulan mengalami
keterlambatan dalam perkembangan Berdasarkan tabel 1. dapat
motorik halus maupun kasar, bahasa dan diketahui bahwa dari 34 responden di
personal sosial. Pihak sekolah telah TK Pertiwi Nangsri Klaten Jawa
mencoba melakukan upaya pembimbingan Tengah memiliki usia <20-35 tahun
yang intensif untuk anak didiknya yang sebanyak 20 orang (58,8%). Jika dilihat
mengalami keterlambatan dalam dari pekerjaan diketahui dari 34
perkembangan, dan menginformasikan responden paling banyak adalah yang
kepada orang tua anak didiknya untuk juga bekerja yaitu ada 21 orang (61,8%).
melukan bimbingan secara intensif dirumah. Berdasarkan pendidikan terakhir ada 18

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 62

orang (52,9%) yang memiliki 4. Tabulasi silang usia, pekerjaan,


pendidikan terakhir SMP atau dibawah pendidikan, dan lama interaksi
SMP dari 34 responden. Dilihat dari 34 responden dengan pengetahuan
responden itu diketahui ada 22 orang responden.
(64,7%) yang lama interaksinya <8 Tabel 4. Distribusi Frekuensi karakteristik
jam. Responden dengan Pengetahuan
2. Karakteristik Anak
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pengetahuan
Responden Anak Berdasarkan Usia dan Total
Karakteristik Kurang Baik
Jenis Kelamin
f % f % f %

Karakteristik Frekuensi (%) Usia


Usia anak 20-35 15 75,0 5 25,0 20 100
60 23 67,6 >35 4 28,6 10 71,4 14 100
72 11 32,4
Pekerjaan
Total 34 100
Jenis kelamin Bekerja 15 71,4 6 28,6 21 100
Laki-laki 22 64,7 Tidak bekerja 4 30,8 9 69,2 13 100
Perempuan 12 35,3 Pendidikan
Total 34 100 ≤SMP 14 77,8 4 22,2 18 100
≥SMA 5 31,2 11 68,8 16 100
Berdasarkan tabel 2. dapat
diketahui bahwa dari 34 responden Lama Interaksi
anak di TK Pertiwi Nangsri Klaten <8 jam 13 59.1 9 40,9 22 100
Jawa Tengah memiliki usia 60 bulan ≥8jam 6 50,0 6 50,0 12 100
sebanyak 23 orang (67,6%). Jika dilihat Berdasarkan tabel 4. dapat
dari jenis kelamin responden mayoritas diketahui dari usia responden sebanyak
anak laki-laki sebanyak 22 orang 15 orang (75,0%) berpengetahuan
(64,7%) dari 34 responden. kurang baik di usia 20-35 tahun.
3. Pengetahuan Stimulasi Diketahui juga responden yang bekerja
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan berpengetahuan kurang baik sebanyak
Responden Tentang Stimulasi 15 orang (71,4%). Sedangkan dilihat
Perkembangan Anak Pra Sekolah Usia 60- dari pendidikan sebanyak 14 orang
72 Bulan (77,8%) berpengetahuan kurang baik
Frequensi Persentase dengan pendidikan terakhir ≤SMP,
Pengetahuan
(f) (%) untuk Lama interaksi responden
Kurang 19 55,9 sebanyak 13 orang (59,1%) yang
Baik 15 44,1 interaksinya <8 jam dan
Total 34 100 berpengetahuan kurang baik. Dari hasil
analisis data yang memiliki hubungan
Berdasarkan tabel 3. dapat adalah usia dengan nilai p
diketahui bahwa sebanyak 19 orang (0,017)<α(0,05), untuk pekerjaan nilai
(55,9%) dari 34 responden p (0,049)<α(0,05) dan pendidikan
berpengetahuan kurang baik. dengan nilai p (0,017)<α(0,05).
Sedangkan lama interaksi tidak
memiliki hubungan karena nilai p
(0,082)>α(0,05).

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 63

5. Tabulasi Silang Usia dan Jenis reproduktif, berfikir, dan bekerja adalah
Kelamin Responden dengan pada usia 20-35 tahun.
Pengetahuan Responden. b. Pekerjaan
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Didapatkan hasil penelitian
Responden Dengan Pengetahuan sebanyak 21 orangtua (61,8%) bekerja.
Responden Keluarga merupakan unit sosial ekonomi
terkecil dalam masyarakat. Dalam keluarga,
Pengetahuan
Karakteristik Kurang Baik
Total orangtua memegang peranan sebagai
f % f % f % pencari nafkah bertanggung jawab
Usia memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Dan
60 bulan 14 60,9 9 39,1 23 100 menurut teori Deki (2016) mengatakan
70 bulan 5 45,5 6 54,5 11 100 bahwa orangtua yang cenderung sibuk
Jenis Kelamin dalam urusan pekerjaannya terkadang
Laki-Laki 14 63,6 6 36,4 20 100 menjadi kurang memperhatikan keadaan
perempuan 5 41,7 9 58,3 14 100 anak-anaknya dan mengakibatkan fungsi
atau peran stimulasi perkembangan
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui diserahkan kepada orang lain. Hal ini sejalan
bahwa pengetahuan responden kurang baik dengan jurnal penelitian A. Munawaroh dkk
sebanyak 14 orang (60,9%) pada usia 60 (2015) yang menjelaskan bahwa orang tua
bulan. Dapat diketahui juga sebanyak 14 yang bekerja akan kehilangan waktu yang
orang (63,6%) responden berpengetahuan cukup banyak untuk mengasuh anak dan
kurang baik pada jenis kelamin laki-laki. mengamati perkembangan anak.
Dari hasil analisis penelitian usia dan jenis c. Pendidikan
kelamin tidak berhubungan dengan Hasil penelitian ini didapatkan
pengetahuan responden. Dikatakan usia bahwa mayoritas pendidikan orangtua
anak tidak berhubungan karena nilai p (responden) terbanyak berpendidikan ≤SMP
(0,633) >α(0,05). Begitu juga dengan jenis yaitu 18 orangtua (52,9%). Latar belakang
kelamin tidak saling berhubungan karena pendidikan orangtua dapat mempengaruhi
nilai p (0,383)>α(0,05). pola pikir orangtua baik formal maupun non
formal dalam mendidik anak. Menurut
PEMBAHASAN baker dan lopez (2010) pengetahuan yang
diperoleh dari pendidikan dimana semakin
1. Karakteristik Responden
tinggi pendidikan seseorang maka dapat
a. Usia orang tua
memberikan pengetahuan lebih di
Dari hasil penelitian pada orangtua
bandingkan mereka yang berpendidikan
anak TK Pertiwi Nangsri menunjukkan
rendah. Hal ini juga sejalan dengan jurnal
bahwa diperoleh usia 20-35 tahun yaitu
penelitian Imelda (2017) juga menjelaskan
sebanyak 20 responden (58,8%). Hasil
bahwa pengetahuan kurang baik
analisis ini sejalan dengan teori
dilatarbelakangi oleh pendidikan terakhir
Notoatmodjo (2010) yang mengatakan
yang rendah.
bahawa seseorang yang berumur reproduktif
d. Lama Interaksi
lebih mudah menerima pengetahuan dan
Hasil penelitian ini didapatkan
informasi. Hal ini juga sejalan dengan jurnal
bahwa mayoritas lama interaksi orangtua <8
penelitian L. Hanifah dan M. Febriani
jam yaitu sebanyak 22 orang (64,7%). Orang
(2011) yang mengatakan bahwa semakin
tua diperlukan untuk mengetahui setiap
cukup umur semakin matang dalam pola
permasalahan yang dialami oleh anak.
pikir, namun pada usia tertentu kematangan
Orang tua harus mengerti, paham, dan
pola pikir pikir seseorang akan menurun
mempunyai banyak waktu berinteraksi dan
yaitu rentang usia 20-35 tahun. Dari hasil
mengawasi perkembangan anak karena
penelitian, teori dan jurnal penelitian dapat
lingkungan yang mendukung akan
di simpulkan bahwa usia untuk siap

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 64

mengoptimalkan berjalannya stimulasi. Hal sejalan bahawa pengetahuan yang baik akan
ini sesuai dengan teori Tanuwijaya (2013) memberikan hasil yang baik dan begitu pula
yang menyatakan cara berhubungan dan sebaliknya, apabila pengetahuan kurang
lama berinteraksi dengan orang tua atau baik juga akan menghasilkan yang kurang
lingkungan sekitar dapat mempengaruhi baaik. Semua dapat diartikan bahawa yang
perkembangan psikologi anak jika lama berpengetahuan kurang baik tentang
interaksi orang tua tidak erat atau kurang stimulasi perkembangan anak pra sekolah
dapat mengurangi kebutuhan dasar anak juga kurang baik. Namun pengetahuan
dalam tumbuh kembang. Hal ini juga sesuai seseorang juga tidak luput dari faktor yang
dengan penelitian D. A Nurlaeli (2015) mempengaruhi mulai dari internal maupun
mengatakan bahwa jika interaksi orang tua eksternal seseorang itu sendiri.
kurang dapat menyebabkan kurangnya kasih 3. Pengaruh karakteristik reponden
sayang orang tua ke anak. terhadap pengetahuan responden.
e. Usia anak a. Usia orang tua
Hasil penelitian ini didapatkan Dapat diketahui bahwa dari 34
bahwa mayoritas responden anaknya responden yang berpengetahuan kurang
berusia 60 bulan yaitu sebanyak 23 orang baik yaitu 15 orang (75,0%) yang berusia
(67,6%). Hasil ini sesuai teori Dewi dkk <20-35 tahun. Di lihat dari hasil chi square
(2015) yang mengatakan Usia anak pra menyatakan bahwa ada pengaruh usia orang
sekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun tua mengenai tingkat pengetahuan orang tua
serta biasanya sudah mulai mengikuti tentang stimulasi anak pra sekolah usia 60-
program presschool. Hal ini juga sesuai 72 bulan di TK Pertiwi Nangsri Klaten Jawa
dengan jurnal penelitian A. Handayani dkk Tengah.
(2012) yang mengatakan bahwa mayoritas Sesuai dengan teori Wawan dan
anak pra sekolah berusia 5 tahun. Dewi (2011) mengatakan bahwa umur
f. Jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi
Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan seseorang, semakin cukup
menunjukkan mayoritas anak responden umur, semakin matang tingkat kematangan
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 22 anak dan kekuatan dalam berfikir. Hal ini
(67,6%). Adanya tuntutan perilaku yang berbanding terbalik dengan hasil penelitian
berbeda antara laki-laki dan perempuan I. F. Kusuma (2013) yang mengatakan
menjadi alasan membedakan cara stimulasi. bahwa usia tidak berpengaruh pada
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pengetahuan seseorang. Dari hasil penelitian
(2016) juga menggatakan jenis kelamin dapat diketahui ada 10 orang (71,4%)
merupakan faktor yang mempengaruhi berusia >35 tahun berpengetahuan baik.
tumbuh kembang anak. Dapat diartikan bahwa usia 20-35 lebih
2. Pengetahuan Responden beresiko berpengetahuan kurang baik
Berdasarkan hasil dari 34 responden mungkin dari segi pengalaman mendidik
ada 19 orang (55,9%) yang mempunyai anak atau baru pertama memiliki anak.
pengetahuan yang kurang baik dan 15 orang b. Pekerjaan
(44,1%) yang berpengetahuan baik. Dapat diketahui bahwa ada sebanyak
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini 15 orang(71,4%) yang bekerja dan mereka
terjadi setelah orang melakukan mempunyai pengetahuan yang kurang baik..
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu Di lihat dari hasil chi square menyatakan
melalui panca indera manusia. Mernurut bahwa ada pengaruh pekerjaan orang tua
Notoatmodjo (2011) pengetahuan atau mengenai tingkat pengetahuan orang tua
kognitif merupakan domain yang sangat tentang stimulasi anak pra sekolah usia 60-
penting untuk terbentuknya tindakan 72 bulan di TK Pertiwi Nangsri Klaten Jawa
seseorang (overt behavior). Menurut jurnal Tengah. Status pekerjaan orang tua dapat
penelitian I. F, Kusuma, dkk (2013) ini juga mempengaruhi pemberian stimulasi pada

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 65

anak karena lebih banyak menghabiskan waktu berinteraksi dan mengawasi


waktu di luar rumah. Hal ini juga di dukung perkembangan anak karena lingkungan
oleh hasil penelitian Jasda (2001) dalam yang mendukung akan mengoptimalkan
Niiam (2012) juga mengungkapkan bahwa berjalannya stimulasi (Tanuwijaya, 2013).
kedekatan hubungan orang tua- anak lebih Di lihat dari hasil chi square menyatakan
tinggi pada orang tua yang tidak bekerja bahwa tidak ada pengaruh lama interaksi
dibandingkan dengan orang tua yang anak dengan orang tua mengenai tingkat
bekerja. Dari hasil analisis di atas pengetahuan orang tua tentang stimulasi
menunjukkan bahwa ada 15 orang tua yang anak pra sekolah usia 60-72 bulan di TK
bekerja dengan porsentase (71,4%) dapat di Pertiwi Nangsri Klaten Jawa Tengah. Hal ini
simpulkan bahwa orang tua yang bekerja berbanding terbalik dengan hasil penelitian
beresiko jauh lebih besar memiliki Irawan dkk, (2013) yang menyatakan
pengetahuan yang kurang baik tentang pendampingan orang tua atau interaksi
stimulasi perkembangan anak pra sekolah di orang tua berpengaruh dalam pemberian
TK Pertiwi Nangsri Klaten Jawa Tengah. stimulasi dengan perkembangan motorik
c. Pendidikan anak. Hal ini berbanding terbalik dengan
Dapat diketahui dari hasil peneltian hasil penelitian F. S Hati dan P. Lestari
bahwa yang berpengetahuan kurang baik (2016) yang mengatakan bahwa lama
sebanyak 14 orang(77,8%) yang interaksi >8 jam berpengaruh pada
berpendikan ≤SMP. Di lihat dari hasil chi pengetahuan orang tua dan pemberian
square menyatakan bahwa ada pengaruh stimulasi pada perkembangan anak usia 12-
pendidikan terakhir orang tua mengenai 36 bulan di kecamatan sedayu bantul.
tingkat pengetahuan orang tua tentang e. Usia anak
stimulasi anak pra sekolah usia 60-72 bulan Dapat diketahui bahwa ada yang
di TK Pertiwi Nangsri Klaten Jawa Tengah. berpengetahuan kurang baik yaitu sebanyak
Senada dengan teori Baker dan 14 orang(59,1%) yang anaknya berusia 60
Lopez (2010) bahwa pengetahuan yang bulan. Di lihat dari hasil chi square
diperoleh dari pendidikan, dimana semakin menyatakan bahwa tidak ada pengaruh usia
tinggi pendidikan seseorang maka dapat anak mengenai tingkat pengetahuan orang
memberikan pengetahuan lebih baik di tua tentang stimulasi anak pra sekolah usia
bandingkan mereka yang berpendidikan 60-72 bulan di TK Pertiwi Nangsri Klaten
rendah, sehingga yang berpengetahuan lebih Jawa Tengah. Hal ini berbanding terbalik
baik akan semakin paham dengan materi dengan teori Departemen Kesehatan
strategi dan mampu menerapkan. Hal ini Republik Indonesia (2016) mengatakan
berbanding terbalik dengan penelitian L. stimulasi yang dilakukan oleh orangtua
Hanifah dan M. Febriani (2011) bahwa ataupun orang terdekat anak lainnya, harus
orang yang berpendidikan lebih tinggi sesuai dengan pembagian kelompok umur
belum menjamin berpengetahuan lebih baik anak yang sesuai. Begitu juga dengan teori
dari yang berpendidikan rendah, karena Marmi dan Kukuh (2015) bahwa anak
pengetahuan tidak hanya di dapat dari semakin berkembang dan usia semakin
pendidikan namun informasi dari berbagai meningkat stimulasi juga harus
media. diimbangkan sesuai usia anak dan
d. Lama interaksi kebutuhan anak.
Dapat diketahui bahwa ada 19 orang f. Jenis kelamin anak
(55,9%) yang berpengetahuan kurang baik Dapat diketahui bahwa ada 14 orang
yaitu 13 orang(59,1%) yang lama (44,1%) yang berpengetahuan kurang baik
interaksinya <8 jam. Orang tua diperlukan dan berjenis kelamin laki-laki. Di lihat dari
untuk mengetahui setiap permasalahan yang hasil chi square menyatakan bahwa tidak
dialami oleh anak. Orang tua harus ada pengaruh jenis kelamin anak me ngenai
mengerti, paham, dan mempunyai banyak tingkat pengetahuan orang tua tentang

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 66

stimulasi anak pra sekolah usia 60-72 bulan (2014). Metode Penelitian
di TK Pertiwi Nangsri Klaten Jawa Tengah. Keperawatan dan Teknis Analisa Data.
Hal ini berbanding terbalik dengan teori Jakarta : Salemba Medika.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Hidayat A.A., (2010). Metode Penelitian
(2016) yang mengatakan adanya tuntutan Kesehatan Paradigma Kuantitatif,
perilaku yang berbeda antara laki-laki dan Jakarta: Heath BooksHurlock. 2012.
perempuan menjadi alasan membedakan Perkembangan Anak, jilid 2. Jakarta:
cara stimulasi dan juga mengatakan jenis Erlangga
kelamin merupakan faktor yang IDAI. (2010). Buku Ajar Hematologi-
mempengaruhi tumbuh kembang anak. Onkologi Anak. Jakarta : EGC
Hasil jurnal ilmiah bidan T. Siswina, dkk Kemenkes RI. (2018). Profil Kesehatan
(2016) juga mengatakan bahwa ada Indonesia Tahun (2018). Jakarta:
pengaruh jenis kelamin anak pada penelitian Kementrian Kesehatan Republik
pengaruh stimulasi pendidikan terhadap Indonesia.
perkembangan kecerdasan anak usia 3-6 Kozier. (2010). Buku Ajar Praktik
Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta :
KESIMPULAN EGC
Notoatmodjo,S. (2010). Metedologi
Ada hubungan antara pengetahuan Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
orang tua dan usia orang tua. Ada pengaruh Cipta.
antara pengetahuan orang tua dan pekerjaan. Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan
Ada pengaruh antara pengetahuan orang tua dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
dan pendidikan orang tua. Tidak ada Rineka Cipta.
pengaruh antara pengetahuan dan lama Papalia, E. D. dan Feldman, R. T. (2014).
interaksi orang tua. Tidak ada hubungan Meyelami Perkembangan Manusia ;
antara pengetahuan dan usia anak. Tidak ada Experience Hman Development.
hubungan antara pengetahuan dan jenis Jakarta: Salemba Humanika.
kelamin anak. Patmonodewo S. 2010. Pendidikan Anak
Pra Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
DAFTAR PUSTAKA Priyanto. (2010). Teknik Mudah dan Cepat
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Melakukan Analisis Data Penelitian
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. dengan SPSS. Yogyakarta: Gava
Jakarta : Rineka Cipta. Media.
Depkes RI. (2016). Pedoman Pelaksanaan Riwidikdo, H. (2013). Statistik Kesehatan.
Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Yogyakarta: Nuha Madika.
Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Santrock, J. W. (2011). Life-Span
Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta. development:Perkembangan Masa-
Depkes RI. (2015). Buku Kesehatan Ibu dan Hidup. Jakarta: Erlangga.
Anak (KIA). Jakarta: Depkes dan JICA. Soetjiningsih dan Ign. N. Gede Ranuh.
Desiningsih,A. 2011. Tumbuh Kembang (2015). Tumbuh Kembang Anak. Edisi
dan Terapi Bermain Anak. 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Jakarta:Salemba Medika. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Dinkes Klaten. (2018). Profil Kesehatan Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi
Kota Klaten 2018, Klaten: Dinas (Mixed Methods). Bandung : Alfabeta.
Kesehatan Kota Klaten. Sugiyono, P. D. (2010). Metode Penelitian
Dewi, R.C., Oktiawati, A., & Saputri, L.D. Kuantitatif, Kualitatif dan R& D.
(2015). Teori dan Konsep Tumbuh Bandung: Alfabeta. Sulistyaningsih.
Kembang : Bayi, Toddler, Anak, dan 2011. Metodologi Penelitian
Usia Remaja. Yogyakarta : Nuha Kebidanan, Kuantitatif & Kualitatif.
Medika. Hidayat, A Aziz Alimul.

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 67

Edisi Pertama, Yogyakarta : Graha


Ilmu
Sobur, Alex. (2013). Psikologi Umum
dalam Lintasan Sejarah. Bandung:
Penerbit Pustaka Setia. Tanuwijaya S.
(2013). Konsep Umum Tumbuh
Kembang. Jakarta: EGC.
Unicef (2018). Ringkasan Kajian
Pendidikan dan Perkembangan Anak
Usia Dini. Jurnal Pendidikan. Jakarta:
Unicef
Wawan, a & Dewi, M. (2011). Teori dan
Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Yusuf LN, Syamsu. (2011). Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 68

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ABORTUS


DI RSKIA UMMI KHASANAH
Yuni Uswatun Khasanah1, Nur Safrini2
12
Akademi Kebidanan Ummi Khasanah Bantul Yogyakarta
yunifindra@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pendahuluan: Menurut WHO (2006), kejadian abortus di Indonesia paling tinggi diantara negara Asia
Tenggara lainnya yaitu sebesar 2 juta dari 4,2 juta orang. Penyebab utama kematian pada ibu hamil dan
melahirkan adalah perdarahan 38%, eklamsi 24%, infeksi 11%, komplikasi puerpurium 8%, abortus
5%, emboli obstetri 3%, dan lain-lain 11% (BKKBN, 2012). Tujuan penelitian untuk menganalisis
karakteristik ibu hamil dengan kejadian abortus. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif. Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil dengan kejadian
abortus di RSKIA Ummi Khasanah, yaitu berjumlah 46 pada bulan Januari-Desember 2016.
Menggunakan teknik total sampling, pengambilan data sekunder menggunakan instrumen rekam medis
dan check list. Hasil: Karakteristik ibu hamil dengan kejadian abortus mayoritas 33 responden
(71,7%) berusia 20-35 tahun, 34 responden (73,9%) paritas multigravida, 39 responden (84,8%)
tidak ada riwayat abortus, 21 responden (45,7%) bekerja sebagai IRT, 22 responden (47,8%)
berpendidikan SMA/SLTA, 21 responden (45,7%) abortus iminen. Ibu hamil dengan kejadian abortus
7 responden (15,2%) dengan karakteristik usia 20-35 tahun, paritas multigravida, riwayat abortus tidak
ada, pekerjaan IRT, pendidikan SMA/SLTA, abortus iminen. Kesimpulan: Diketahui jumlah kejadian
abortus berdasarkan karakteristik usia, paritas, riwayat abortus, pekerjaan, pendidikan, dan jenis abortus
di RSKIA Ummi Khasanah mayoritas dengan karakteristik usia 20-35 tahun, paritas multigravida,
riwayat abortus tidak ada, pekerjaan IRT, pendidikan SMA/SLTA, abortus iminen.

Kata Kunci : Ibu Hamil, Kejadian Abortus

ABSTRACT

Introduction: According to WHO (2006), the incidence of abortion in Indonesia is the highest among
other Southeast Asian countries, amounting to 2 million out of 4.2 million people. The main causes of
death in pregnant women and childbirth are bleeding 38%, eclampsia 24%, infection 11%,
complications puerpurium 8%, abortion. 5%, obstetric embolism 3%, and others 11% (BKKBN, 2012).
The research objective was to analyze the characteristics of pregnant women with abortion. Methods:
This study is astudy descriptive. The population to be used in this study were all pregnant women with
abortions at RSKIA Ummi Khasanah, amounting to 46 in January-December 2016. Using total
sampling techniques, secondary data collection used medical record instruments and check lists.
Results: Characteristics of pregnant women with the incidence of abortion, the majority of 33
respondents (71.7%) aged 20-35 years, 34 respondents (73.9%) multigravida parity, 39 respondents
(84.8%) had no history of abortion, 21 respondents ( 45.7%) worked as an IRT, 22 respondents (47.8%)
had high school / high school education, 21 respondents (45.7%) had imminent abortion. Pregnant
women with the incidence of abortion were 7 respondents (15.2%) with characteristics aged 20-35
years, multigravida parity, no history of abortion, occupation of IRT, high school / high school
education, iminent abortion. Conclusion: It is known that the number of cases of abortion based on the
characteristics of age, parity, history of abortion, occupation, education, and type of abortion in RSKIA
Ummi Khasanah is the majority with the characteristics of the age of 20-35 years, multigravida parity,
no history of abortion, occupation of IRT, high school / high school education. , iminent abortion.

Keywords: Pregnant Women, Abortion Incidence

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 69

PENDAHULUAN Faktor-faktor terjadinya abortus


disebabkan faktor fetal kelainan kromosom
Kesakitan dan kematian pada wanita dan faktor maternal seperti genetik,
merupakan suatu permasalahan yang perlu anatomi, autoimun, hormonal, endokrin,
mendapatkan perhatian serius terutama di lingkungan, hematologi, eksogen, serta
negara berkembang. Berdasarkan Data infeksi. Riwayat abortus pada kehamilan
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015 sebelumnya juga merupakan faktor
AKI di Indonesia tahun 2012 sebesar 359 predisposisi terjadinya abortus berulang,
kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. kejadiannya sekitar 3-5%. Data dari
Mengalami penurunan pada tahun 2015 beberapa studi menunjukkan bahwa setelah
menjadi 305 kematian ibu per 100.000 1 kali abortus pasangan punya risiko 15%
kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei untuk mengalami keguguran lagi,
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015. sedangkan bila pernah 2 kali, risikonya
Perdarahan merupakan penyebab kematian akan meningkat 25%. Beberapa studi
tertinggi di Indonesia terutama perdarahan meramalkan bahwa risiko abortus setelah 3
antepartum yaitu abortus. Kejadian abortus kali abortus berurutan adalah 30-45%
terkadang sulit diketahui karena terkadang (Saifudin, 2008). Dari faktor-faktor
ada wanita yang tidak tahu sedang hamil penyebab abortus diatas maka karakteristik
tetapi mengalami abortus dan gejala yang dari setiap ibu hamil yang mengalami
ditimbulkan tidak hebat sehingga dianggap kejadian abortus sangat beragam salah
menstruasi yang terlambat atau memanjang satunya riwayat abortus. Selain itu
(Sastrawinarta et.al, 2005). Selain itu karakteristik ibu hamil dengan kejadian
kejadian pada abortus provokatus juga abortus juga dapat dilihat dari usia, paritas,
tidak selalu dilaporkan, kebanyakan saat riwayat abortus, pekerjan, pendidikan
sudah terjadi komplikasi baru akan terdapat (Notoatmodjo,2010).
laporan. Kejadian abortus di Indonesia Berdasarkan data Dinas Kesehatan
mendekati 50% atau rata-rata 114 Bantul tahun 2015 Angka kematian Ibu
kasus/jam apabila dikaji lebih lanjut karena pada tahun 2015 lebih baik dibandingkan
tingginya angka chemical pregnancy loss pada tahun 2014. Hal tersebut ditandai
yang tidak bisa diketahui 2-4 minggu dengan turunnya angka kematian Ibu, jika
setelah konsepsi. Pada kasus abortus pada tahun 2014 sebesar 104,7 per
spontan atau kehamilan ektopik 100.000 kelahiran hidup yaitu
kejadiannya 15-20%, sementara itu pada sejumlah 14 kasus, sedangkan pada tahun
5% pasangan yang mencoba hamil akan 2015 sebanyak 11 kasus sebesar 87,5 per
mengalami keguguran 2 kali beruntun dan 100.000. Target AKI tahun 2015 adalah 70
sekitar 1% akan mengalami 3 kali atau per 100.000 kelahiran hidup. Hasil Audit
lebih kejadian abortus beruntun (Saifudin, Maternal Perinatal (AMP) tahun 2015
2009). menyimpulkan bahwa penyebab kematian
Berdasarkan data Dinas Kesehatan ibu pada tahun 2015 adalah Pre Eklampsia
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun Berat (PEB) sebanyak 36% (4 kasus),
2014, peningkatan angka kematian ibu Pendarahan sebesar 36% (4kasus), TB Paru
dari tahun 2011 sebesar 126 per 100.000 18% (2 kasus), dan Emboli air ketuban 9%
kelahiran hidup menjadi 150 per 100.000 (1 kasus).
kelahiran hidup pada tahun 2012 sampai
dengan tahun 2013 terjadi peningkatan METODE PENELITIAN
yang signifikan yaitu 204 per100.000
kelahiran hidup sedangkan pada tahun Penelitian ini merupakan penelitian
2014 turun menjadi 104,7 per 100.000 deskriptif dengan pendekatan waktu
kelahiran hidup. retrospektif. Penelitian ini dilakukan di
RSKIA Ummi Khasanah, Bantul,

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 70

Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan responden (73,9%) paritas multigravida, 39


Maret-Juli 2017. Populasi yang akan responden (84,8%) tidak ada riwayat
digunakan dalam penelitian ini adalah abortus, 21 responden (45,7%) bekerja
semua ibu hamil dengan kejadian abortus di sebagai IRT, 22 responden (47,8%)
RSKIA Ummi Khasanah, yaitu berjumlah berpendidikan SMA/SLTA, 21 responden
46 pada bulan Januari-Desember 2016 (45,7%) abortus iminen.
menggunakan teknik total sampling.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian PEMBAHASAN
adalah rekam medis dan cek list.
Berdasarkan teori S. Prawirohardjo
HASIL (2002) pada kehamilan usia muda keadaan
1. Karakteristik Responden ibu masih labil dan belum siap mental untuk
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik menerima kehamilannya. Hal tersebut
Responden
mengakibatkan tidak adanya persiapan dan
Frekuensi Presentase kehamilannya tidak dipelihara dengan baik.
Karakteristik Kondisi seperti ini menyebabkan ibu stress
(f) (%)
Usia sehingga dapat menigkatkan resiko kejadian
<20 tahun 1 2,2 abortus. Kejadian abortus berdasarkan usia
20-35 tahun 33 71,7
>35 tahun 12 26,1 42,9% terjadi pada kelompok usia diatas 35
Total 46 100 tahun, kemudian kelompok usia 30-34 tahun
Paritas dan antara 25-29 tahun. Hal tersebut tidak
Primigravida 11 23,9 sesuai dengan hasil penelitian ini yang
Multigravida 34 73,9
Grandemultigravida 1 2,2 menunjukkan ibu hamil dengan kejadian
Total 46 100 abortus paling banyak dialami oleh
Riwayat Abortus kelompok usia 20-35 tahun yaitu 33
Ada Riwayat 7 15,2 responden (71,7%), kemudian kelompok
Tidak Ada Riwayat 39 84,8
usia >35 tahun yaitu 12 responden (26,1%),
Total 46 100
Pekerjaan dan kelompok usia <20 tahun yaitu 1
Swasta/Karyawan 17 36,9 responden (2,2%). Kemungkinan ini bisa
PNS 4 8,7 disebabkan oleh kebanyakan responden
Buruh/Petani 4 8,7
berusia 20-35 tahun. Selain itu bisa
IRT 21 45,7
Total 46 100 dipengaruh pada usia 20-35 tahun
Pendidikan merupakan usia siap menikah serta bisa juga
SD 2 4,4 dipengaruhi kebiasaan makan, kurang
SMP/SLTP 6 13 olahraga, merokok berlebihan, dan kurang
SMA/SLTA 22 47,8
Perguruan Tinggi 16 34,8 istirahat (Dalimartha, 2008).
Total 46 100 Menurut Jones (2002), frekuensi
Jenis Abortus abortus akan meningkat dengan semakin
Ab. Iminen 21 45,7 bertambahnya paritas. Persalinan kedua dan
Ab. Insipiens 5 10,9
Ab. Inkomplit 20 43,4 ketiga merupakan persalinan yang aman,
Total 46 100 sedangkan resiko terjadinya komplikasi
meningkat pada kehamilan, persalinan, dan
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui nifas setelah yang ketiga dan seterusnya
terdapat karakteristik ibu hamil dengan (Chuningham, 2008). Hal tersebut berbeda
kejadian abortus sebagai berikut : 33 dengan hasil penelitian ini yaitu
responden (71,7 %) berusia 20-35 tahun, 34

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 71

karakteristik subyek penelitian paritas rata- sebelumnya yaitu sebanyak 142 responden
rata merupakan kehamilan multigravida (82,1%).
yaitu 34 responden (73,9%), kemudian Pekerjaan bukanlah sumber
primigravida 11 responden (23,9%), dan kesenangan tetapi lebih banyak merupakan
grandemultigravida yaitu 1 reponden cara mencari nafkah yang membosankan,
(2,2%). berulang dan banyak tantangan (Nursalam,
Karakteristik selanjutnya adalah 2002). Namun pada masa kehamilan
riwayat abortus, setelah 1 kali abortus pekerjaan yang berat dan dapat
spontan memiliki 15% untuk mengalami membahayakan kehamilannya hendaklah
keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali dihindari untuk menjaga keselamatan ibu
resikonya meningkat 25%. Beberapa studi maupun janin. Hasil penelitian ini
meramalkan bahwa resiko abortus setelah 3 menunjukkan paling banyak kejadian
abortus berurutan adalah 30-45% (Saifudin, abortus terjadi pada ibu hamil yang bekerja
2008). Hal ini berbeda dengan hasil sebagai IRT sebanyak 21 responden
penelitian yaitu kejadian abortus sebanyak (45,7%), kemudian swasta/karyawan
39 responden (84,8%) tidak ada riwayat sebanyak 17 responden (36,9%),
abortus, kemuadian sebanyak 7 rsponden selanjutnya PNS sebanyak 4 responden
(15, 2%) ada riwayat abortus. Menurut (8,7%) dan petani/buruh sebanyak 4
Wiknjosastro (2007), faktor risiko dari responden (8,7%). Aktifitas kerja bisa sama
abortus meliputi usia, paritas, riwayat dilihat dari beban kerja maupun waktu,
abortus, pemeriksaan antenatal, pekerjaan, namun cara seseorang dalam melakukan
gaya hidup. Namun tidak semua ibu yang pekerjaan tersebut bisa saja berbeda
mengalami abortus memiliki faktor risiko tergantung kebiasaan dan perilaku yang
tersebut tetapi hanya satu atau beberapa dijalaninya selama bekerja.
faktor risiko saja maka seorang ibu sudah Menurut Wahyuni (2012)
dapat dikatakan memiliki faktor risiko pendidikan sangat dibutuhkan oleh manusia
terjadinya abortus. untuk pengembangan diri dan meningkatkan
Hasil penelitian ini juga sesuai kematangan intelektual seseorang.
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kematangan intelektual akan berpengaruh
Santi Saidah Tanjung tahun 2012 di RSU pada wawasan dan cara berfikir dalam
Padangsidimpuan diperoleh prevalensi tindakan maupun pengambilan keputusan
abortus pada ibu dengan tidak memiliki dalam menggunakan pelayanan kesehatan.
riwayat abortus sebesar 77,2% dari total 127 Pendidikan yang rendah membuat seseorang
responden. Selain penelitian yang pernah acuh tak acuh terhadap program kesehatan
dilakukan oleh Santi Saidah Tanjung sehingga mereka tidak mengerti bahaya
penelitian yang sama pernah dilakukan oleh yang mungkin terjadi, meskipun sarana
Zanuar Abidin tahun 2010 di RSUP dr. kesehatan telah tersedia namun belum tentu
Kariadi Semarang tentang karakteristik mereka mau menggunakannya. Hasil
abortus salah satunya berdasarkan riwayat penelitian ini berbeda dengan teori yaitu
abortus pada kehamilan sebelumnya. Hasil tingkat pendidikan SMA/SLTA sebanyak
penelitiannya menunjukkan prevalensi 22 responden (47,6%), Perguruan tinggi
terbanyak kejadian abortus dialami oleh ibu sebanyak 16 responden (34,8%),
tanpa riwayat abortus pada kehamilan SMP/SLTP sebanyak 6 responden (13%),
SD sebanyak 2 (4,4%).

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 72

Abortus spontan dibagi menjadi Ummi Khasanah Bantul Tahun 2016


abortus iminens, abortus insipiens, abortus mayoritas dengan karakteristik usia 20-35
kompletus, abortus inkompletus, missed tahun, paritas multigravida, riwayat abortus
abortion, abortus habitualis, dan abortus tidak ada, pekerjaan IRT, pendidikan
infeksiosa serta abortus septik SMA/SLTA, abortus iminen.
(Sastrawinata, 2004). Dalam penelitian ini
sampel peneliti yaitu 46 responden yang DAFTAR PUSTAKA
terbagi dalam abortus iminen, abortus Channingham, FG. 2005. Obstetri Wiliams
insipiens, abortus inkomplit, dan abortus 23 rd ed. USA : Mc Graw-Hill
komplit. Hasil penelitian mayoritas kejadian Companies, Inc.
abortus yaitu abortus iminen sebanyak 21 Diana, Meti. 2012. Jurnal Keperawatan,
responden (45,7%), abortus inkomplit 20 Volume VIII, No 2. Karakeristik Ibu
responden (43,4%), abortus insipien Hamil Pada Kejadian Abortus.
Eka, Yuli. 2015. Jurnal Maternity and
sebanyak 5 responden (10,9%) dan tidak ada
Neonatal Volume 1 No 6. Hubungan
yang mengalami abortus komplit atau jenis Umur dan Paritas dengan Kejadian
abortus yang lainnya. Hasil penelitian Abortus di RSUD Kabupaten Rokan
tersebut sesuai dengan teori Sastrawinata Hulu.
dkk (2005), abortus spontan dapat terjadi Hidayat, Aziz. 2007. Metode Penelitian
pada trimester satu kehamilan yang meliputi Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
85% dari kejadian abortus spontan. Surabaya : Salemba Medika
Manuaba, I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan,
Menurut Sastrawinata dkk (2005),
Penyakit Kandungan dan Keluarga
selain risiko tinggi diatas sebenarnya Berencana, Jakarta : Penerbit EGC.
terdapat banyak faktor-faktor penyebab Mochtar, R. 2004. Sinopsis Obstetri. Jakarta
abortus antara lain faktor fetal yaitu sekitar : Rineka Cipta.
2/3 dari abortus spontan pada trimester Nia, A dan Margaretha. 2017. Jurnal Ilmiah
pertama merupakan anomali kromosom Psikologi Terapan Vol 5 No 1. Strategi
dengan ½ dari jumlah tersebut adalah Coping Terhadap Kecemasan Pada Ibu
Hamil Dengan Riwayat Keguguran di
trisomi autosom dan sebagian lagi
Kehamilan Sebelumnya.
merupakan triploidi, tetraploidi, atau Prawirohardjo. 2008. Ilmu Kebidanan.
monosomi. Faktor maternal yang terdiri dari Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
faktor genetik, faktor anatomi, faktor Sarwono Prawirohardjo.
autoimun, faktor hormonal dan endokrin, Saifudin. 2008. Buku Acuan Nasional
faktor hematologic, faktor lingkungan, Pelayanan Kesehatan Maternal dan
faktor infeksi, dan faktor eksogen. Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
KESIMPULAN Saifudin,dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Edisi
ke Empat Cetakan ke Tiga. Jakarta :
Jenis abortus tertinggi di RSKIA PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Ummi Khasanah Bantul Tahun 2016 dari
Sastrawinata, 2005. Obstetri Patologi.
46 responden terdapat 21 responden Bandung : Penerbit Elstar Offset.
(45,7%) abortus iminen. Jumlah kejadian Siti, M dan Hasifah, dkk. 2013. Jurnal
abortus berdasarkan karakteristik usia, Keperawatan Volume VIII. Hubungan
paritas, riwayat abortus, pekerjaan, Karakteristik Ibu dengan Kejadian
pendidikan, dan jenis abortus di RSKIA Abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Siti Fatimah Makasar.

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 73

Sujiyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi


Kebidanan. Yogyakarta : Penerbit
Nuha Medika.
Tanjung, Santi Saidah. 2012. Jurnal
Maternity and Neonatal. Karakteristik
Ibu Yang Mengalami Abortus Rawat
Inap di RSU Padangsidimpuan.
Varney et all. 2007. Asuhan Kebidanan.
Jakarta : Penerbit EGC.
Wikjosastro, H. 2006. Ilmu Kebidanan.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 74

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN ASI


EKSKLUSIF DI PUSKESMAS BANTUL II

Dian Karisma1, Tita Restu Yuliasri2


12
Akademi Kebidanan Ummi Khasanah Bantul Yogyakarta
dian.karisma@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Berdasarkan data dari United Nations Children’s Fund (UNICEF) tahun 2015 hanya
39% bayi di bawah 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif di seluruh dunia. Saat melakukan studi
pendahuluan di Puskesmas Bantul II tanggal 11 Desember 2018 didapatkan data dari enam responden,
dua responden mengetahui tentang ASI Eksklusif dan empat responden belum mengetahui tentang ASI
Eksklusif. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas dalam pemberian ASI
Ekslusif di Puskesmas Bantul II. Metode: Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan
pendekatan cross sectional, jumlah populasi 50 orang, jumlah sampel 30 orang, teknik pengambilan
sampel menggunakan Purposive Sampling dengan kriteria inklusi, semua ibu nifas yang melakukan
kunjungan ulang di Puskesmas Bantul II tahun 2019 yang bersedia menjadi responden dan ibu nifas
yang bisa membaca dan menulis, kriteria eksklusi, ibu nifas yang mengalami masalah seperti IUFD.
Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan 30 butir pernyataan, jumlah yang valid 25 butir
dan yang tidak valid 5 butir. Analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil: Mayoritas usia
responden 20-35 tahun 22 orang (73,3%), sebagian besar bekerja 21 orang (70%), berpendidikan SMA
18 orang (60%) dan multipara 16 orang (53,3%). Untuk tingkat pengetahuan, yang berpengetahuan baik
sebanyak 9 orang (30%), berpengetahuan cukup 18 orang (60%) dan berpengetahuan kurang 3 orang
(10%). Kesimpulan: Hasil sebagian besar ibu nifas berpengetahuan cukup.

Kata Kunci: ASI Eksklusif, Pengetahuan, Ibu nifas.

ABSTRACT

Introduction: Based on data from the United Nations Children's Fund (UNICEF) in 2015, only 39% of
babies under 6 months are breastfed worldwide. When conducting a preliminary study at the Bantul II
Community Health Center on December 11, 2018, data was obtained from six respondents, two
respondents knew about breastfeeding and four respondents did not know about exclusive
breastfeeding. The objective was researchto determine the level of knowledge of postpartum mothers
in exclusive breastfeeding at Bantul II Public Health Center. Methods: The method used is descriptive
quantitative with aapproach cross sectional, a population of 50 people, a sample size of 30 people, the
sampling technique used purposive sampling with inclusion criteria, all postpartum mothers who made
repeat visits to the Bantul II Public Health Center in 2019 who were willing to become respondents and
postpartum mothers who can read and write, exclusion criteria, postpartum mothers who experience
problems such as IUFD. The research instrument used a questionnaire with 30 statement items, 25
valid and 5 invalid items. Statistical analysis using univariate analysis. Results: The majority of
respondents aged 20-35 years were 22 people (73.3%), most of them worked 21 people (70%), 18 people
had high school education (60%) and 16 people were multiparous (53.3%). For the level of knowledge,
9 people had good knowledge (30%), 18 people had enough knowledge (60%) and 3 people had less
knowledge (10%). Conclusion: The results of most of the postpartum mothers are sufficiently
knowledgeable.

Keywords: breastfeeding, knowledge, postpartum mother.

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 75

PENDAHULUAN Pemberian air susu ibu (ASI) pada


Pemberian Air Susu Ibu (ASI) bayi merupakan cara terbaik bagi
Eksklusif di dunia masih rendah. peningkatan kualitas sumber daya manusia
Berdasarkan data dari United Nations sejak dini yang akan menjadi penerus
Children’s Fund (UNICEF) pada tahun bangsa. ASI merupakan satu-satunya
2015 hanya 39% bayi di bawah 6 bulan yang makanan yang sempurna dan terbaik bagi
mendapatkan ASI Eksklusif di seluruh bayi karena mengandung unsur-unsur gizi
dunia, angka tersebut mengalami yang dibutuhkan oleh bayi untuk
peningkatan pada tahun 2017 yaitu 40% pertumbuhan dan perkembangan bayi guna
(UNICEF, 2017). mencapai pertumbuhan dan perkembangan
Di Indonesia jumlah cakupan bayi yang optimal. Dengan memberikan
pemberian ASI eksklusif adalah 54,0%. ASI, maka itu berarti ibu telah memberikan
Mengacu pada target renstra pada tahun kekebalan tubuh bagi bayinya (Marmi,
2017 yaitu 42%, maka secara nasional 2012).
cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi ASI memiliki banyak manfaat
usia kurang dari enam bulan sudah mencapai karena merupakan makanan yang
target (Kemenkes RI, 2017). mengandung gizi seimbang untuk bayi, serta
Menurut Dinas Kesehatan mengandung zat kekebalan yang mampu
Yogyakarta tahun 2017, cakupan pemberian mengurangi resiko bayi terjangkit penyakit.
ASI eksklusif di Yogyakarta pada tahun Zat kekebalan tubuh tersebut adalah
2017 sebesar 74,9%. Kondisi ini mengalami immunoglobulin, dimana zat kekebalan
peningkatan dibandingkan pada tahun 2016 yang tidak dimiliki oleh susu formula adalah
yaitu 54,9%. Kondisi pemberian ASI kolostrum yang hanya diproduksi sampai
Eksklusif terus meningkat dari tahun 2011 hari kelima pasca persalinan. Pemberian
sampai tahun 2017. Pada tahun 2011 sebesar cairan dan makanan lain selain ASI saat usia
35,5%, tahun 2012 39,7%, tahun 2013 bayi kurang dari 6 bulan akan meningkatkan
46,4%, tahun 2014 50,6%, tahun 2015 resiko masuknya bakteri penyebab diare
52,9%, tahun 2016 54,9% dan tahun 2017 (Marmi, 2013).
74,9% (Dinkes Yogyakarta, 2017). Bagi seorang ibu nifas, menyusui
Menurut Dinas Kesehatan Bantul merupakan salah satu tugas perkembangan
tahun 2017, cakupan pemberian ASI yang harus dilaluinya. Meskipun tidak
Eksklusif di Kabupaten Bantul tahun 2017 semua ibu dapat melakukannya dengan baik
sebesar 74,27%. Kondisi ini mengalami dikarenakan berbagai kondisi, salah satunya
penurunan bila dibandingkan dengan tahun karena ibu harus bekerja (Rejeki, 2008).
2016 sebesar 75,73%. Untuk wilayah Padahal, ASI memiliki banyak manfaat
Kecamatan Bantul pencapaian pemberian diantaranya adalah mencegah diare dan
ASI Eksklusif sebesar 73% (Dinkes Bantul, pneumonia yang merupakan dua penyakit
2017). penyebab kematiaan terbesar pada anak di
Pemberian ASI eksklusif dunia (WHO, 2010). Hasil studi dari 42
didefinisikan sebagai pemberian ASI saja negara menunjukkan bahwa ASI Ekslusif
pada bayi tanpa diberikan tambahan cairan memiliki dampak terbesar terhadap
lain seperti susu formula, jeruk, madu, air penurunan angka kematian yaitu 13%,
teh, air putih, atau tambahan makanan padat dibanding dengan intervensi kesehatan
seperti pisang, pepaya, biskuit, bubur susu, masyarakat lainnya (Roesli, 2008).
bubur biskuit, dan tim. Pengertian lain dari Mengingat pentingnya pemberian
ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini ASI bagi tumbuh kembang yang optimal
mungkin setelah bayi lahir sampai berumur baik fisik maupun mental dan
6 bulan tanpa diberikan makanan atau kecerdasannya, maka perlu perhatian agar
minuman lain (Marmi, 2012). dapat terlaksana dengan benar. Pemerintah
mengeluarkan aturan dalam Peraturan

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 76

Pemerintah Republik Indonesia Nomo 33 sebanyak 86% bayi mendapatkan makanan


Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu berupa susu formula, makanan padat, atau
Ekslusif pada pasal 6 berbunyi “Setiap ibu campuran antara ASI dan susu formula
yang melahirkan harus memberikan ASI (Lestari, 2009).
ekslusif kepada bayi yang dilahirkannya” Harus dipahami bahwa memberikan
(Kemenkes RI, 2015). Program Peningkatan ASI kepada bayi, bukan saja memberikan
Pemberian ASI (PP-ASI) khususnya ASI kebaikan bagi bayi tapi juga keuntungan
Eksklusif mempunyai dampak yang luas untuk ibu. Banyak manfaat yang bisa
terhadap status gizi ibu dan bayi. Untuk diperoleh bagi ibu maupun bayinya
mendukung pemberian ASI eklusif, maka dengan pemberian ASI khususnya ASI
World Health Association (WHO) Eksklusif. Salah satu keunggulan ASI
mencanangkan Pekan ASI Sedunia (PAS) adalah terdapat lebih dari 100 jenis zat gizi
yang dilaksanakan setiap tahun pada awal yang tidak terdapat dalam susu sapi yang
bulan Agustus. Dalam mendukung PAS diperlukan untuk pertumbuhan dan
2016, Kementerian Kesehatan perkembangan kecerdasan anak.
menyelenggarakan lomba Dengan ASI, Sedangkan bagi ibu dapat menurunkan
Baduta Sehat, Ibu Bekerja Produktif yang resiko perdarahan dan anemia serta
diikuti oleh perwakilan dari beberapa menunda terjadinya kehamilan berikutnya
propinsi di Indonesia. Melalui lomba (Marmi, 2013).
tersebut, diharapkan dapat memotivasi ibu
bekerja untuk tetap bersemangat METODE PENELITIAN
memberikan ASI Eksklusif kepada bayi Penelitian ini merupakan penelitian
yang kita cintai (Kemenkes RI, 2017). deskriptif dengan pendekatan waktu
Namun pada kenyataannya, program retrospektif. Populasi dalam penelitian ini
yang telah dicanangkan belum sepenuhnya adalah ibu nifas di Puskesmas Bantul II
berhasil dilaksanakan di Indonesia. Upaya Yogyakarta yang berjumlah 50 orang yang
meningkatkan perilaku menyusui pada ibu diambil dari data bulan Juli-Desember 2018.
yang memiliki bayi khususnya ASI Sampling menggunakan teknik purposive
eksklusif masih dirasa kurang. sampling, dan besar sampel dihitung
Permasalahannya ada pada sosial budaya, menggunakan sampel minimal 30 orang.
motivasi, pelayanan kesehatan dan Instrumen yang digunakan dalam
kesadaran akan pentingnya ASI, yang penelitian adalah kuesioner. Kuesioner ini
tergantung dari tingkat pendidikan, digunakan untuk mengukur tingkat
pengetahuan, dan kepercayaan (Kartikasari, pengetahuan ibu nifas dalam pemberikan
2008). ASI Eksklusif dengan skala Guttman yang
Meskipun menyusui bayi sudah berisi pernyataan-pernyataan yang bersifat
menjadi budaya Indonesia, namun praktek positif (favorable) dan negatif
pemberian air susu ibu (ASI) masih buruk. (unfavorable).
Tingkat kesadaran masyarakat untuk Kriteria Inklusi:
memberikan air susu ibu (ASI) kepada 1. Semua ibu nifas yang melakukan
bayinya masih sangat memprihatinkan. kunjungan ulang di Puskesmas
Data lain yang mendukung pernyataan di Bantul II tahun 2019 yang bersedia
atas dilaporkan oleh Kementerian Negara menjadi responden.
Pemberdayaan Perempuan bahwa hanya 2. Ibu nifas yang bisa membaca dan
14% ibu di tanah air yang memberikan menulis.
air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayinya Kriteria Ekslusi:
sampai 6 bulan. Rata-rata bayi di Indonesia 1. Ibu nifas yang mengalami masalah
hanya menerima ASI eksklusif kurang dari seperti IUFD.
2 bulan. Bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif sangat rendah dan diketahui

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 77

HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Tabulasi Silang Antara Karakteristik


1. Karakteristik Responden Responden dengan Tingkat Pengetahuan
Tabel 1. Karakteristik Responden Tabel 3 Tabulasi Silang Antara Karakteristik
Responden dengan Tingkat Pengetahuan
Karakteristik Frekuensi Persen (%) Tingkat Pengetahuan
Usia Karakteristik Baik Cukup Kurang Total
<20 tahun 3 10 F % F % F %
20-35 tahun 22 73,3
Usia
>35 tahun 5 16,7
<20 tahun 0 0 2 6,7 1 3,3 10
Total 30 100 20-35 tahun 9 30 13 43,3 0 0 73,3
Pekerjaan >35 tahun 0 0 3 10 2 6,7 16,7
Bekerja 21 70 Total 9 30 18 60 3 10 100
Tidak Bekerja 9 30 Pekerjaan
Total 30 100 Bekerja 6 20 13 43,3 2 6,7 70
Pendidikan Tidak bekerja 3 10 5 16,7 1 3,3 30
SMP 5 16,7 Total 9 30 18 60 3 10 100
SMA 18 60 Pendidikan
Perguruan 7 23,3 SMP 0 0 2 6,7 3 10 16,7
Tinggi SMA 2 6,7 16 53,3 0 0 60
Total 30 100 Perguruan 7
Paritas 23,3 0 0 0 0 23,3
Tinggi
Primipara 11 36,7 Total 9 30 18 60 3 10 100
Multipara 16 53,3 Paritas
Grande 3 10 Primipara 2 6,7 8 26,7 1 3,3
multipara 36,7
Multipara 6 20 8 26,7 2 6,7
Total 30 100 53,3
Grande 1 3,3 2 6,7 0 0
10
Berdasarkan tabel 1 diketahui terdapat multipara
sebagian besar responden berusia 20-35 Total 9 30 18 60 3 10 100
tahun yaitu sebanyak 22 responden (73,3%),
Berdasarkan tabel 3 diketahui
sebagian besar mayoritas bekerja yaitu
bahwa dari segi usia responden sebagian
sebanyak 21 responden (70%), sebagian
besar di usia 20-35 tahun
besar responden berpendidikan SMA yaitu
berpengetahuan cukup yaitu 13
sebanyak 18 responden (60%) dan sebagian
responden (43,3%), dari segi pekerjaan
besar responden multipara yaitu sebanyak
sebagian besar responden bekerja
16 responden (53,3%).
berpengetahuan cukup yaitu sebanyak
2. Tingkat pengetahuan ibu nifas dalam 13 responden (43,3%), dari segi
pemberian ASI Eksklusif pendidikan sebagian besar
Tabel 2 Tingkat pengetahuan ibu nifas berpendidikan SMA yang
dalam pemberian ASI Eksklusif berpengetahuan cukup yaitu sebanyak
Tingkat Persentasi
16 responden (53,3%), dan dari segi
Frekuensi paritas responden yang berpengetahuan
Pengetahuan (%)
Baik 9 30 cukup sebanyak 8 responden (26,7%)
Cukup 18 60 yaitu primipara dan multipara.
Kurang 3 10 Penelitian ini dilakukan pada 30
Total 30 100 responden yang diambil dari data ibu
nifas pada bulan Januari-April 2019 di
Berdasarkan tabel 2 diketahui Puskesmas Bantul II, Bantul
sebagian besar responden mempunyai Yogyakarta. Berdasarkan tabel 4.1
tingkat pengetahuan cukup yaitu mayoritas usia responden antara 20-35
sebanyak 18 responden (60%). tahun sebanyak 22 responden (73,3%).
Dari 22 orang tersebut, 9 orang

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 78

berpengetahuan baik (30%), 13 orang mencari cara merawat bayi. Bekerja


berpengetahuan cukup (43,3%) dan bukan hanya berarti pekerjaan yang
tidak terdapat responden yang dibayar dan dilakukan dikantor, tapi bisa
berpengetahuan kurang (0%). juga berarti bekerja diladang, bagi
Menurut Potter dan Perry (2010) masyarakat dipedesaan.
perkembangan berkaitan erat dengan Menurut Salvina (2015) ada
umur (usia) seseorang. Kemudian pola 59,7% dari 100% ibu yang bekerja
fikir dan perilaku seseorang selalu hanya memberikan 4 kali ASI dalam
berubah sepanjang hidupnya seiring sehari, sementara jika pada waktu siang
dengan pertambahan usia. Pada usia 20- hari diberikan susu formula oleh
35 tahun ibu akan lebih matang dalam keluarga atau pengasuh. Menurut Roesli
berfikir, sehingga secara psikologis akan (2008), menyatakan bahwa bekerja
berpengaruh pada kesiapan ibu dalam bukan alasan untuk menghentikan
merawat bayi. Sedangkan pada usia pemberian ASI Eksklusif, pemberian
lebih dari 35 tahun, ibu cenderung lebih ASI Eksklusif merupakan hal yang
percaya dengan adat istiadat yang masih terbaik bagi bayi.
berkembang di masyarakat. Hal ini Berdasarkan tabel 1 tingkat
sesuai dengan penelitian Wadud (2013) pendidikan responden diketahui
yang menunjukan adanya hubungan berpendidikan SMA sebanyak 18
yang bermakna antara umur dengan responden (60%). Dari 18 orang
pemberian ASI Eksklusif. Pada umur tersebut, 2 orang berpengetahuan baik
produktif seseorang akan memiliki (6,7%), 16 orang berpengetahuan cukup
pengalaman dan pengetahuan tentang (53,3%) dan tidak terdapat responden
pemberian ASI sesuai perannya sebagai yang berpengetahuan kurang.
seorang ibu tanpa ragu-ragu Menurut Supari (2010)
memutuskan suatu tindakan. pencapaian pemberian ASI Eksklusif
Perkembangan emosional akan yang rendah disebabkan berbagai faktor,
sangat mempengaruhi keyakinan dan salah satunya adalah masih rendahnya
tindakan seseorang terhadap status pendidikan ibu dan kurangnya
pelayanan kesehatan. Tahap kepedulian dan dukungan suami,
perkembangan dapat mempengaruhi keluarga dan masyarakat untuk
pemberian ASI eksklusif dan perilaku memberikan kesempatan kepada ibu
kesehatan, oleh karena kematangan untuk menyusui secara Eksklusif.
emosional dan peningkatan pengetahuan Menurut Abdullah (2013)
seiring dengan pertambahan usia (Potter Tingkat pendidikan dan akses ibu
dan Perry, 2010). terhadap media masa juga
Berdasarkan tabel 1 hasil mempengaruhi pengambilan keputusan,
penelitian menunjukan bahwa sebagian dimana semakin tinggi pendidikan
besar responden bekerja yaitu sebanyak semakin besar peluang untuk memberi
21 responden (70%). Dari 21 orang ASI Eksklusif. Sebaliknya akses
tersebut, 6 orang berpengetahuan baik terhadap media berpengaruh negatif
(20%), 13 orang berpengetahuan cukup terhadap pemberian ASI, dimana
(43,3%) dan 2 orang berpengetahuan semakin tinggi akses ibu pada media
kurang (6,7%). semakin tinggi peluang untuk tidak
Menurut King (2010) salah satu memberikan ASI Eksklusif.
alasan yang paling sering dikemukakan Pendidikan merupakan penuntun
bila ibu tidak menyusui adalah karena manusia untuk berbuat dan mengisi
mereka harus bekerja. Wanita selalu kehidupan yang dapat digunakan untuk
bekerja, terutama pada usia subur, mendapatkan informasi, sehingga dapat
sehingga selalu menjadi masalah untuk meningkatkan kualitas hidup

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 79

sebagaimana umumnya, semakin tinggi didapat. Pengalaman sebagai sumber


pendidikan seseorang semakin mudah pengetahuan adalah suatu cara untuk
mendapatkan informasi (Hidayat, 2018). memperoleh kebenaran pengetahuan
Hal ini dapat disimpulkan dengan dengan cara mengulagi kembali
tingginya pendidikan akan semakin pengetahuan yang diperoleh dalam
mudah untuk menggali informasi, memecahkan masalah yang di hadapi
pengetahuan dan meningkatkan kualitas dimasa lalu.
hidup. Berdasarkan tabel 2 hasil
Berdasarkan tabel 1 hasil penelitian diketahui bahwa responden
penelitian menunjukan bahwa sebagian yang berpengetahuan baik sebanyak 9
besar responden multipara yaitu responden (30%), berpengetahuan
sebanyak 16 responden (53,3%). Dari cukup sebanyak 18 responden (60%)
tabel 4.3 berdasarkan paritas yang dan berpengetahuan kurang sebanyak 3
berpengetahuan baik sebanyak 6 responden (10%). Berdasarkan tabel 4.3
responden (20%), berpengetahuan diketahui bahwa dari segi umur
cukup sebanyak 8 responden (26,7%) responden sebagian besar di usia 20-35
dan yang berpengetahuan kurang tahun berpengetahuan cukup yaitu 13
sebanyak 2 responden (6,7%). responden (43,3%), dari segi pekerjaan
Paritas adalah jumlah anak yang sebagian besar responden bekerja
dilahirkan oleh seorang ibu. Seorang ibu berpengetahuan cukup yaitu sebanyak
dengan anak pertama mungkin akan 13 responden (43,3%), dari segi
mengalami masalah ketika menyusui. pendidikan sebagian besar responden
Hal ini dikarenakan kurangnya berpendidikan SMA yaitu
pengetahuan mengenai cara menyusui berpengetahuan cukup sebanyak 16
yang benar, juga karena mendengar responden (53,3%) dan dari segi paritas
pengalaman yang kurang baik yang sebagian besar responden multipara
dialami oleh orang lain pada saat yaitu berpengetahuan cukup sebanyak 8
menyusui. Hal ini menyebabkan ibu responden (26,7%).
ragu untuk memberikan ASI Eksklusif Pengetahuan ibu tentang ASI
pada bayinya (Hidajati, 2012). merupakan salah satu faktor yang
Menurut Djami (2015) penting dalam kesuksesan proses
menyatakan bahwa prevalensi menyusui menyusui. Thaeb et al dalam Abdullah
Eksklusif meningkat dengan (2013) menyatakan bahwa tingkat
bertambahnya jumlah anak, dimana pengetahuan, pendidikan, status kerja
prevalensi anak ketiga atau lebih, lebih ibu, dan jumlah anak dalam keluarga
banyak yang disusui Eksklusif berpengaruh positif pada frekwensi dan
dibandingkan dengan anak kedua dan pola pemberian ASI. Hasil penelitian
pertama, sehingga terdapat hubungan Handayani (2007) di Puskesmas
yang bermakna antara paritas dengan Sukawarna menujukkan bahwa
pemberian ASI Eksklusif. pengetahuan ibu menyusui tentang ASI
Menurut penelitian Mabud Eksklusif sebagian besar katagori
(2014) menunjukan adanya hubungan kurang dan ibu yang bekerja tingkat
antara paritas dengan pemberian ASI pengetahuannya lebih baik dari ibu yang
Eksklusif. Paritas berpengaruh terhadap tidak bekerja.
penerimaan seseorang terhadap Banyak bayi yang tidak
pengetahuan, semakin banyak mendapatkan ASI Eksklusif
pengalaman seorang ibu maka kemungkinan disebabkan oleh
penerimaan akan semakin mudah. karakteristik ibu tersebut diantaranya
Dimana sesuatu yang dialami seseorang umur ibu yang masih terlalu muda yaitu
akan menambah pengetahuan yang kurang dari 20 tahun sehingga tidak

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 80

mengerti akan kebutuhan bayi, Astuti, Puji A dan Adimayant E. 2016.


pendidikan yang tidak memadai, Gambaran Pengetahuan Ibu Tentanf
pertama kali melahirkan sehingga tidak Cara Pemberian ASI Eksklusif Yang
tahu pentingnya ASI Eksklusif, Baik Pada Bayi Usia 0-6 Bulan.
pekerjaan, mementingkan keindahan Jakarta : Heath Books.
tubuh pasca persalinan atau juga bisa Dian, Lestari. 2009. Faktor –Faktor yang
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan Mempangaruhi Ibu dalam
ibu, disebabkan ibu tidak mendapat Pemberian ASI Eksklusif. Skripsi.
informasi dari pihak kesehatan, keluarga Fakultas Kesehatan Masyrakat
dan masyarakat. Faktor lain yang Universitas Indonesia.
memperkuat ibu untuk tidak menyusui Dinas Kesehatan Daerah Istimewa
dan memberikan susu formula adalah Yogyakarta. 2017. Profil Kesehatan
pemakaian pil KB, gengsi supaya Tahun 2017 Kabupaten Kota
kelihatan lebih modern dan tidak kalah Yogyakarta. Yogyakarta: Dinkes
pentingnya adalah pengaruh iklan DIY.
(Soetjiningsih, 2012). Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. 2017.
Profil Kesehatan Tahun 2017
KESIMPULAN Kabupaten Bantul. Bantul: Dinkes
Tingkat pengetahuan ibu nifas dalam Bantul.
pemberian ASI eksklusif berdasarkan usia, Djami, Noormartany, dan Dany Hilmanto.
usia 20-35 tahun sebanya 22 responden Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan,
(73,3%), yang bekerja sebanyak 21 Konseling Laktasi Dan Pemberian
responden (70%), yang berpendidikan SMA Asi Eksklusif. Jurnal Ilmiah Bina
sebanyak 18 responden (60%), dan yang Cendikia Kebidanan, Volume 1
multipara sebanyak 16 responden (53,3%). No1, April 2015. Diakses pada 11
Tingkat pengetahuan ibu nifas dalam Desember 2018, pukul 11.10 WIB.
pemberian ASI eksklusif berdasarkan Etiana. 2011. Hubungan antara dukungan
kategori baik sebanyak 9 responden (30%). keluarga dengan Pemberian Asi
Tingkat pengetahuan ibu nifas dalam Eksklusif (Studi di Desa Kencong
pemberian ASI eksklusif berdasarkan Kecamatan Kepung Kabupaten
kategori cukup sebanyak 18 responden Kediri). Skripsi thesis, Universitas
(60%). Tingkat pengetahuan ibu nifas dalam Airlangga.
pemberian ASI eksklusif berdasarkan Handayani, Dini Sukmawati. 2007.
kategori kurang sebanyak 3 responden Gambaran Ibu Menyusui Tentang
(10%). Pemberian Asi Ekslusif Berdasarkan
Karakteristik Ibu Di Puskesmas
DAFTAR PUSTAKA Sukawarna Bandung Periode
Desember 2006 – Januari 2007.
Abdullah, Inayah. 2013. Determinan Skripsi
Perilaku Pemberian Air Susu Ibu Hidajati. 2012. Faktor –Faktor yang
Eksklusif. Jurnal Kesehatan Mempangaruhi Ibu dalam
Masyarakat Nasional, 7 (7), 298- Memberikan ASI Eksklusif. Skripsi.
303. Fakultas Kesehatan Masyrakat
Aprilia, Gita. 2010. Hubungan Tingkat Universitas Indonesia.
Pegetahuan Ibu Tentang ASI Kartikasari, Ratih. 2008. Hubungan
Eksklusif Dengan Pemberian ASI Pengetahuan Bidan Praktek Swasta
Eksklusif. Jakarta : Heath Books. dengan Pelaksanaan IMD di
Astuti, Lelia Kusuma. 2009. Tingkat Wilayah Puskesmas Sragen dan
Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Karang Malang. Klaten. KTI.
ASI Eksklusif. Salemba: Jakarta.

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 81

Kartikasari, R. I dan Dian Nur Afifah. 2008. Rejeki, Sri. Pengalaman Menyusui
Hubungan Antara Motivasi dengan Eksklusif Ibu Bekerja di Wilayah
Pemberian ASI Ekdlusif di Desa Kendal Jawa Tengah. Semarang:
Balun Kecamatan Turi Kabupaten Fakultas Ilmu Keperawatan dan
Lamongan. KTI. Kesehatan Universitas
www.stikesmuhla.ac.id. Diunduh Muhammadiyah Semarang ; 2008 ;
pada 12 Desember 2018, Pukul p-3 [cited 2017feb 8] Avaliable
10.50 WIB. from :
Kementerian Kesehatan Republik https://www.google.com/url?sa=t&
Indonesia. 2015. Presiden Republik rct=j&q=&esrc=s&source=web&c
Indonesia. Peraturan Pemerintah d=12
Republik Indonesia nomor 33 &cad=rja&ved=0CDUQFjABOAo
tentang Pemberian ASI Eksklusif. &url=http%3A%2F%2Fejournal.u
Jakarta: Kementerian Kesehatan ndip. ac.id
Republik Indonesia. Roesli, U. 2008. Mengenal Asi Eksklusif.
Lestari. D. 2009. Faktor Ibu Bayi yang Jakarta: Trubus Agriwidya.
Berhubungan dengan Pemberian Supari. 2010. www.menkokesra.go.id.
Asi Eksklusif di Indonesia Tahun Diunduh pada 13 Desember 2017,
2007(Analisis Survei Demografi pukul 11.12 WIB.
Kesehatan Indonesia 2007). Skripsi. Suyatno. 2010. Pemberian ASI Secara
Fakultas Kesehatan Masyarakat Eksklusif Dan Pertumbuhan Bayi
Indonesia. Depok. Usia 0-3 Bulan. Studi Kasus Pada
LINKAGES. 2009. Pemberian ASI Bayi Yang Dilahirkan Di 4 Rumah
Eksklusif atau ASI Saja: Satu- Sakit Bersalin Di Semarang.
satunya Sumber Cairan yang United Nations Children’s Fund (UNICEF).
Dibutuhkan Bayi Usia Dini. Diakses (2017). Pemberian ASI Eksklusif.
pada tanggal 16 Maret 2017, http://www.who.int. Diakses Jum’at,
Ditelusuri dari 14 Desember 2018, pukul 10.20
www.linkagesproject.org. WIB.
Mabud, U. 2014. Hubungan Paritas Dengan Wadud, A. 2013. Hubungan Umur dan
Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Paritas Dengan Pemberian ASI
Berusia 0-6 Bulan Di Puskesmas Eksklusif Pada Bayi Berusia 0-6
Pembina Palembang. Palembang: Bulan Di Puskesmas Pembina
Poltekkes Kemenkes Jurusan Palembang. Palembang: Poltekkes
Kebidanan Kemenkes Jurusan Kebidanan
Meyske K, Eva. 2007. Faktor Yang WHO. 2010. The. World. Health. Report.
Berkaitan Dengan Praktek 2010. http://www.who.int. Diakses
Pemberian Asi Eksklusif (Studi di Jum’at, 14 Desembar 2018, pukul
Kelurahan Pahandut Kota 10.00 WIB.
Palangkaraya Propinsi Kalimantan Widiastuti, Puji, Yuni., 2011. Faktor-Faktor
Tengah). Skripsi thesis, Universitas yang Memengaruhi Pelaksanaan
Airlangga. Inisiasi Menyusu Dini Di Ruang
Prasetyono, D.S. 2009. ASI Eksklusif Mawar Rumah Sakit Umum Daerah
Pengenalan, Praktik dan Dr. H. Soewondo Kendal. Skripsi.
Kemanfaatan- kemanfaatannya. Program Studi Keperawatan Stikes
Yogyakarta: Diva Press. Kendal.
Proverawati, Atikah dan Eni Rahmawati. YLKI. (2009). Jalan Panjang Menyukseskan
2010. Kapita Selekta ASI Program ASI Eksklusif 6 Bulan.
&Menyusui. Nuha Medika. Warta Konsumen. Edisi Februari
2009/No.02/XXXI, hal. 10-14.

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 82

PERBEDAAN LAMA PERSALINAN PADA PRIMIGRAVIDA DAN


MULTIGRAVIDA
Ishmah Fatriyani1, Esti Nugraheny2
12
Akademi Kebidanan Ummi Khasanah Bantul Yogyakarta
ishmah@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yang mencapai 305/100.000 kelahiran hidup,
yang salah satu penyebabnya yaitu kasus persalinan lama atau partus lama. Sehingga dapat
menyebabkan Morbiditas dan menyumbang angka kematian ibu maupun bayi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan lama persalinan kala I fase laten, kala I fase aktif, dan kala II pada
primigravida dan multigravida. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan
pendekatan retrospektif dengan jumlah populasi 189 responden. Jumlah sampel yang digunakan 175
responden dengan teknik pengambilam sampel Purposive Sampling. Tempat penelitian ini di
Puskesmas Bambanglipuro bantul Yogyakarta. Instrument yang digunakan berupa rekam medis,
dengan perhitungan data menggunakan distribusi frekuensi. Hasil : Diketahui rata-rata lama persalinan
kala I fase laten pada primigravida terjadi dalam waktu 228 menit (3,8 jam) dengan pembukaan satu
cm per 76 menit (1,2 jam), sedangkan pada multigravida terjadi selama 69 menit (1,15 jam) dengan
pembukaan satu cm per 23 menit (0,3 jam). Pada kala I fase aktif pada primigravida terjadi selama 232
menit (3,8 jam) dengan pembukaan satu cm per 33 menit (0,55 jam), sedangkan pada multigravida
terjadi dalam waktu 165 menit (2,75 jam) dengan pembukaan satu cm per 23,5 menit (0,39 jam). Pada
kala II pada primigravida terjadi dalam waktu 21 menit (0,35 jam), dan pada multigravida terjadi dalam
waktu 11 menit (0,18 jam). Kesimpulan: diketahui bahwa pada ibu primigravida lama persalinan kala
I dan II terjadi dalam waktu rata-rata 481 menit (8,01 jam), dan pada multigravida terjadi dalam waktu
rata-rata 245 menit (4,08 jam).

Kata Kunci : Lama persalinan, Kala I, Fase Laten, Fase Aktif, Kala II

ABSTRACT

Introduction: The Maternal Mortality Rate (MMR) in Indonesia reaches 305 / 100,000 live births, one
of which is the case of prolonged labor or prolonged labor. So that it can cause Morbidity and
contribute to maternal and infant mortality. This study aims to determine the differences in the duration
of labor for the first stage of the latent phase, the first stage of the active phase, and the second stage
of labor in primigravidas and multigravidas. Methods: This study is a descriptive study using a
retrospective approach with a population of 189 respondents. The number of samples used was 175
respondents withtechnique purposive sampling. The place of this research is in Puskesmas
Bambanglipuro Bantul, Yogyakarta. The instrument used is a medical record, with data calculation
using a frequency distribution. Results: It is known that the average latent phase of labor in
primigravida occurs within 228 minutes (3.8 hours) with an opening of one cm per 76 minutes (1.2
hours), while in multigravidas it occurs for 69 minutes (1,15 hours) with an opening of one cm per 23
minutes (0.3 hours). In the first stage, the active phase in primigravida occurs for 232 minutes (3.8
hours) with an opening of one cm per 33 minutes (0.55 hours), while in multigravidas occurs within
165 minutes (2.75 hours) with an opening of one cm per 23.5 minutes (0.39 hours). Stage II in
primigravida occurs within 21 minutes (0.35 hours), and in multigravidas occurs within 11 minutes
(0.18 hours). Conclusion: It is known that for primigravida mothers the duration of labor for stage I
and II occurs in an average time of 481 minutes (8.01 hours), and in multigravidas occurs in an average
time of 245 minutes (4.08 hours).

Keywords : Duration of labor, Stage I, Latent Phase, Active Phase, Stage II

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 83

PENDAHULUAN Pemberian air susu ibu (ASI) pada


Pemberian Air Susu Ibu (ASI) bayi merupakan cara terbaik bagi
Eksklusif di dunia masih rendah. peningkatan kualitas sumber daya manusia
Berdasarkan data dari United Nations sejak dini yang akan menjadi penerus
Children’s Fund (UNICEF) pada tahun bangsa. ASI merupakan satu-satunya
2015 hanya 39% bayi di bawah 6 bulan yang makanan yang sempurna dan terbaik bagi
mendapatkan ASI Eksklusif di seluruh bayi karena mengandung unsur-unsur gizi
dunia, angka tersebut mengalami yang dibutuhkan oleh bayi untuk
peningkatan pada tahun 2017 yaitu 40% pertumbuhan dan perkembangan bayi guna
(UNICEF, 2017). mencapai pertumbuhan dan perkembangan
Di Indonesia jumlah cakupan bayi yang optimal. Dengan memberikan
pemberian ASI eksklusif adalah 54,0%. ASI, maka itu berarti ibu telah memberikan
Mengacu pada target renstra pada tahun kekebalan tubuh bagi bayinya (Marmi,
2017 yaitu 42%, maka secara nasional 2012).
cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi ASI memiliki banyak manfaat
usia kurang dari enam bulan sudah mencapai karena merupakan makanan yang
target (Kemenkes RI, 2017). mengandung gizi seimbang untuk bayi, serta
Menurut Dinas Kesehatan mengandung zat kekebalan yang mampu
Yogyakarta tahun 2017, cakupan pemberian mengurangi resiko bayi terjangkit penyakit.
ASI eksklusif di Yogyakarta pada tahun Zat kekebalan tubuh tersebut adalah
2017 sebesar 74,9%. Kondisi ini mengalami immunoglobulin, dimana zat kekebalan
peningkatan dibandingkan pada tahun 2016 yang tidak dimiliki oleh susu formula adalah
yaitu 54,9%. Kondisi pemberian ASI kolostrum yang hanya diproduksi sampai
Eksklusif terus meningkat dari tahun 2011 hari kelima pasca persalinan. Pemberian
sampai tahun 2017. Pada tahun 2011 sebesar cairan dan makanan lain selain ASI saat usia
35,5%, tahun 2012 39,7%, tahun 2013 bayi kurang dari 6 bulan akan meningkatkan
46,4%, tahun 2014 50,6%, tahun 2015 resiko masuknya bakteri penyebab diare
52,9%, tahun 2016 54,9% dan tahun 2017 (Marmi, 2013).
74,9% (Dinkes Yogyakarta, 2017). Bagi seorang ibu nifas, menyusui
Menurut Dinas Kesehatan Bantul merupakan salah satu tugas perkembangan
tahun 2017, cakupan pemberian ASI yang harus dilaluinya. Meskipun tidak
Eksklusif di Kabupaten Bantul tahun 2017 semua ibu dapat melakukannya dengan baik
sebesar 74,27%. Kondisi ini mengalami dikarenakan berbagai kondisi, salah satunya
penurunan bila dibandingkan dengan tahun karena ibu harus bekerja (Rejeki, 2008).
2016 sebesar 75,73%. Untuk wilayah Padahal, ASI memiliki banyak manfaat
Kecamatan Bantul pencapaian pemberian diantaranya adalah mencegah diare dan
ASI Eksklusif sebesar 73% (Dinkes Bantul, pneumonia yang merupakan dua penyakit
2017). penyebab kematiaan terbesar pada anak di
Pemberian ASI eksklusif dunia (WHO, 2010). Hasil studi dari 42
didefinisikan sebagai pemberian ASI saja negara menunjukkan bahwa ASI Ekslusif
pada bayi tanpa diberikan tambahan cairan memiliki dampak terbesar terhadap
lain seperti susu formula, jeruk, madu, air penurunan angka kematian yaitu 13%,
teh, air putih, atau tambahan makanan padat dibanding dengan intervensi kesehatan
seperti pisang, pepaya, biskuit, bubur susu, masyarakat lainnya (Roesli, 2008).
bubur biskuit, dan tim. Pengertian lain dari Mengingat pentingnya pemberian
ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini ASI bagi tumbuh kembang yang optimal
mungkin setelah bayi lahir sampai berumur baik fisik maupun mental dan
6 bulan tanpa diberikan makanan atau kecerdasannya, maka perlu perhatian agar
minuman lain (Marmi, 2012). dapat terlaksana dengan benar. Pemerintah
mengeluarkan aturan dalam Peraturan

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 84

Pemerintah Republik Indonesia Nomo 33 sebanyak 86% bayi mendapatkan makanan


Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu berupa susu formula, makanan padat, atau
Ekslusif pada pasal 6 berbunyi “Setiap ibu campuran antara ASI dan susu formula
yang melahirkan harus memberikan ASI (Lestari, 2009).
ekslusif kepada bayi yang dilahirkannya” Harus dipahami bahwa memberikan
(Kemenkes RI, 2015). Program Peningkatan ASI kepada bayi, bukan saja memberikan
Pemberian ASI (PP-ASI) khususnya ASI kebaikan bagi bayi tapi juga keuntungan
Eksklusif mempunyai dampak yang luas untuk ibu. Banyak manfaat yang bisa
terhadap status gizi ibu dan bayi. Untuk diperoleh bagi ibu maupun bayinya
mendukung pemberian ASI eklusif, maka dengan pemberian ASI khususnya ASI
World Health Association (WHO) Eksklusif. Salah satu keunggulan ASI
mencanangkan Pekan ASI Sedunia (PAS) adalah terdapat lebih dari 100 jenis zat gizi
yang dilaksanakan setiap tahun pada awal yang tidak terdapat dalam susu sapi yang
bulan Agustus. Dalam mendukung PAS diperlukan untuk pertumbuhan dan
2016, Kementerian Kesehatan perkembangan kecerdasan anak.
menyelenggarakan lomba Dengan ASI, Sedangkan bagi ibu dapat menurunkan
Baduta Sehat, Ibu Bekerja Produktif yang resiko perdarahan dan anemia serta
diikuti oleh perwakilan dari beberapa menunda terjadinya kehamilan berikutnya
propinsi di Indonesia. Melalui lomba (Marmi, 2013).
tersebut, diharapkan dapat memotivasi ibu
bekerja untuk tetap bersemangat METODE PENELITIAN
memberikan ASI Eksklusif kepada bayi Penelitian ini merupakan penelitian
yang kita cintai (Kemenkes RI, 2017). deskriptif dengan pendekatan waktu
Namun pada kenyataannya, program retrospektif. Populasi dalam penelitian ini
yang telah dicanangkan belum sepenuhnya adalah ibu nifas di Puskesmas Bantul II
berhasil dilaksanakan di Indonesia. Upaya Yogyakarta yang berjumlah 50 orang yang
meningkatkan perilaku menyusui pada ibu diambil dari data bulan Juli-Desember 2018.
yang memiliki bayi khususnya ASI Sampling menggunakan teknik purposive
eksklusif masih dirasa kurang. sampling, dan besar sampel dihitung
Permasalahannya ada pada sosial budaya, menggunakan sampel minimal 30 orang.
motivasi, pelayanan kesehatan dan Instrumen yang digunakan dalam
kesadaran akan pentingnya ASI, yang penelitian adalah kuesioner. Kuesioner ini
tergantung dari tingkat pendidikan, digunakan untuk mengukur tingkat
pengetahuan, dan kepercayaan (Kartikasari, pengetahuan ibu nifas dalam pemberikan
2008). ASI Eksklusif dengan skala Guttman yang
Meskipun menyusui bayi sudah berisi pernyataan-pernyataan yang bersifat
menjadi budaya Indonesia, namun praktek positif (favorable) dan negatif
pemberian air susu ibu (ASI) masih buruk. (unfavorable).
Tingkat kesadaran masyarakat untuk Kriteria Inklusi:
memberikan air susu ibu (ASI) kepada 1. Semua ibu nifas yang melakukan
bayinya masih sangat memprihatinkan. kunjungan ulang di Puskesmas
Data lain yang mendukung pernyataan di Bantul II tahun 2019 yang bersedia
atas dilaporkan oleh Kementerian Negara menjadi responden.
Pemberdayaan Perempuan bahwa hanya 2. Ibu nifas yang bisa membaca dan
14% ibu di tanah air yang memberikan menulis.
air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayinya Kriteria Ekslusi:
sampai 6 bulan. Rata-rata bayi di Indonesia 1. Ibu nifas yang mengalami masalah
hanya menerima ASI eksklusif kurang dari seperti IUFD.
2 bulan. Bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif sangat rendah dan diketahui

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 85

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik ∑ %


1. Karakteristik Responden Total 175 100.0
Karakteristik responden pada Presentasi
penelitian ini dikelompokkan berdasarkan Kepala 175 100
usia, tinggi badan, paritas, presentasi janin, Bokong 0 0
dan lamanya persalinan yang diuraikan Total 175 100
sebagai berikut:
Tabel 1. Karakteristik Responden Tabel 1 menunjukkan bahwa
sebagian besar ibu hamil multigravida
Karakteristik ∑ % melahirkan di Puskesmas Bambanglipuro
Paritas sebanyak 103 orang (58,9%), sebagian besar
Primigravida 72 41.1 ibu melahirkan berumur 20-35 tahun
Multigravida 103 58.9 sebanyak 160 orang (91,4%), sebagian besar
Total 175 100.0 ibu melahirkan dengan tinggi badan lebih
Umur dari 150 cm sebanyak 128 orang (73,1%),
<20 tahun 2 1.1 dan seluruh ibu hamil yang melahirkan di
20-35 tahun 160 91.4 Puskesmas Bambanglipuro dengan
>35 tahun 13 7.4
presentasi kepala sebanyak 175 orang
Total 175 100.0
(100%).
TB
<150 cm 47 26.9
≥150 cm 128 73.1

2. Lama Persalinan Kala I Fase Laten


Tabel 2 Distribusi Lama Persalinan Kala I Fase Laten
60-210 211-360 361-480
menit menit menit Mean Median Modus
Paritas
(menit) (menit) (menit)
∑ % ∑ % ∑ %
Primigravida 21 29.2 48 66.7 3 2.9 228 225 240
Multigravida 103 100.0 0 0.0 0 0.0 69 60 90

Tabel 2 menunjukkan bahwa lama persalinan kala I fase laten pada primigravida
sebagian besar terjadi dalam rentang waktu 211-360 menit sebanyak 48 orang (66,7%),
sedaangkan lama persalinan kala I fase laten pada multigravida sebagian besar terjadi dalam
rentang waktu 60-120 menit sebanyak 103 orang (100%).
3. Lama Persalinan Kala I Fase Aktif
Tabel 3 Distribusi Lama Persalinan Kala I Fase Aktif
45-190 191-335 336-480
menit menit menit Mean Median Modus
Paritas
(menit) (menit) (menit)
∑ % ∑ % ∑ %
Primigravida 28 38.9 31 43.1 13 18.1 232 225 120
Multigravida 63 61.2 40 38.8 0 0.0 165 150 90

Tabel 3 menunjukkan bahwa lama persalinan kala I fase aktif pada primigravida
sebagian besar terjadi dalam rentang waktu 191-335 menit pada primigravida sebanyak 31
orang (41,3%), sedangkan lama persalinan kala I fase aktif pada multigravida sebagian besar
terjadi dalam rentang waktu 45-190 menit sebanyak 63 orang (61,2%).

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 86

4. Lama Persalinan Kala II


Analisis lama persalinan kala II ibu bersalin di Puskesmas Bambanglipuro Bantul
sebagai berikut:
Tabel 4. Distribusi Lama Persalinan Kala II
5-20 21-50 51-60
menit menit menit Mean Median Modus
Paritas
(menit) (menit) (menit)
∑ % ∑ % ∑ %
Primigravida 42 58.3 29 40.3 1 1.4 21 20 10
Multigravida 98 95.1 5 4.9 0 0.0 11 10 5

Tabel 4 menunjukkan bahwa lama persalinan kala II pada primigravida sebagian


besar terjadi dalam rentang waktu 5-20 menit sebanyak 42 orang (58,3%), pada multigravida
sebagian besar terjadi dalam rentang waktu 5-20 menit sebanyak 98 orang (95,1%).

Berdasarkan hasil penelitian kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35


menunjukkan bahwa sebagian besar ibu tahun ibu melahirkan pada primigravida
hamil multigravida. Berdasarkan teori dapat terjadi resiko seperti perineum
diketahui bahwa persalinan pada kaku dan tidak elastis, hal tersebut akan
multigravida akan mengalami persalinan menghambat lama persalinan pada kala
kala I fase laten selama 4,5 jam dengan II dan dapat meningkatkan resiko pada
pembukaan satu cm per 90 menit (1,5 janin. Faktor umur dapat menjadi
jam), lebih cepat dibandingkan dengan penyebab terjadinya berbagai
primigravida yang lama persalinan kala komplikasi yang terjadi pada kehamilan
I fase laten mencapai satu cm per 160 dan persalinan, antara lain penyebab
menit (2,5 jam). Pada multigravida lama kelainan his, atonia uteri, plasenta previa
persalinan kala I fase aktif terjadi selama dan yang lainnya (Prawirohardjo, 2010).
8,5 jam dengan pembukaan satu cm per Berdasarkan hasil penelitian
72,8 menit (1,2 jam), lebih cepat menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
dibandingkan dengan primigravida yang hamil di Puskesmas Bambanglipuro
lama persalinan kala I fase aktif melahirkan dengan ukuran tinggi badan
mencapai 10 jam dengan pembukaan lebih dari 150 cm sebanyak 128 orang
satu cm per 85,7 menit (1,4 jam). Pada (73,1%).
multigravida lama persalinan kala II Berdasarkan teori ibu yang
terjadi selama 1,5 jam sampai maksimal memiliki tinggi badan kurang dari 150
2 jam, lebih cepat dibandingkan dengan cm maka dikategorikan sebagai
primigravida yang mengalami perawakan pendek dan memiliki resiko
persalinana kala II dengan lama lebih tinggi untuk mengalami kesulitan
persalinan 0,5 jam sampai maksimal persalinan akibat panggul sempit,
satu jam (Prawirohardjo, 2010). memiliki kemungkinan 2,4 kali
Berdasarkan hasil penelitian mengalami CFD (Cephalopelvic
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu Disporpotion) atau disporposi antara
hamil yang melahirkan di Puskesmas kepala bayi dengan panggul yang
Bambanglipuro berumur 20-35 tahun menyebabkan kesulitan bila persalinan
sebanyak 171 orang (91,4%). dilakukan normal. Seringkali
Berdasarkan teori usia 20-35 tahun penyebabnya adalah kemacetnya bahu
merupakan usia yang sehat yang mana bayi saat melalui jalan lahir (distosia
pada usia tersebut organ reproduksi bahu) pada ibu dengan panggul sempit
sudah matang, dapat menekan resiko (Prawirohardjo, 2010).
gangguan kesehatan baik pada ibu Berdasarkan hasil penelitian
maupun janin, sedangkan pada usia yang menunjukkan bahwa seluruh ibu hamil

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 87

yang melahirkan di Puskesmas dengan pembukaan satu cm per 90 menit


Bambanglipuro Bantul dengan (1,5 jam).
presentasi kepala sebanyak 175 orang Hasil penelitian ini sesuai
(100%). Berdasarkan teori presentasi dengan penelitian yang dilakukan oleh
kepala merupakan posisi terbaik untuk Halimatussakdiah di RS Pemerintah
prestasi keberhasilan persalinan Banda Aceh dengan hasil penelitian
spontan, posisi ini memungkinkan janin yang menyatakaan bahwa lama
dengan mudah melewati pintu panggul persalinan kala I fase laten pada
ibu dan hamper sebagian besar harapan primigravida terjadi pada rata-rata
untuk lahir secara spontan terpenuhi, waktu 3,5 sampai empat jam dengan
dibandingkan dengan presentasi bokong pembukaan satu cm per 75 menit (1,25
yang merupakan kelainan letak atau jam) namun pada multigravida terdapat
posisi janin, yang dapat melahirkan sedikit perbedaan dengan selisih rata-
dengan waktu yang lebih lama dari rata 21 menit, pada penelitian yang
persalinan dengan presentasi kepala, dilakukan oleh Halimatussakdiah
bahkan dapat dilakukan operasi Caesar memiliki waktu rata-rata waktu satu
apabila ibu maupun janin dalam faktor sampai 1,5 jam dengan pembukaan satu
resiko (Prawirohardjo, 2010). cm per 30 menit (0,5 jam)
Lama persalinan kala I fase laten (Halimatussakdiah, 2017). Hal ini
lama pada primigravida sebagian besar kemungkinan terjadi karena kala I fase
terjadi dalam rentang waktu 211-360 laten terjadi pada awal permulaan his,
menit sebanyak 48 orang (66,7%), sehingga pada kala I fase laten dapat
sedaangkan lama persalinan kala I fase terjadi lebih cepat dan mungkin lebih
laten pada multigravida sebagian besar lambat, dan setiap ibu yang bersalin
terjadi dalam rentang waktu 60-120 memiliki kekuataan his yang berbeda-
menit sebanyak 103 orang (100%). Pada beda (Wulandari, 2011).
persalinan kala I fase laten pada Lama persalinan kala I fase aktif
primigravida memiliki rata-rata waktu pada primigravida sebagian besar terjadi
persalinan selama 228 menit, sedangkan dalam rentang waktu 191-335 menit
pada multigravida 69 menit. Sehingga pada primigravida sebanyak 31 orang
pada penelitian ini diketahui bahwa (41,3%), sedangkan lama persalinan
selisih waktu rata-rata pada multigravida kala I fase aktif pada multigravida
159 menit lebih cepat dibandingkan sebagian besar terjadi dalam rentang
dengan primigravida. waktu 45-190 menit sebanyak 63 orang
Hasil penelitian diketahui bahwa (61,2%). Pada persalinan kala I fase aktif
lama persalinan kala I fase laten pada pada primigravida memiliki rata-rata
primigravida terjadi selama rata-rata 228 waktu persalinan selama 232 menit (3,8
menit dengan pembukaan satu cm setiap jam), sedangkan pada primigravida 165
76 menit (1,2 jam), sedangkan pada menit (2.7 jam). Sehingga pada
multigravida terjadi dengan rata-rata penelitian ini diketahui bahwa selisih
waktu 69 menit dengan pembukaan satu waktu rata-rata pada multigravida 67
cm per 23 menit (0,3 jam) hasil ini tidak menit lebih cepat dibandingkan dengan
sesuai dengan teori dari Prawirohardjo primigravida.
(2010) yang menyatakan bahwa lama Hasil penelitian diketahui bahwa
persalinan kala I fase laten terjadi dalam lama persalinan kala I fase laten pada
waktu selama delapan jam pada primigravida terjadi selama rata-rata 232
primigravida dengan pembukaan satu menit (3,8 jam) dengan pembukaan satu
cm per 160 menit (2,5 jam) dan pada cm setiap 33 menit (0,55 jam),
multigravida terjadi selama 4,5 jam sedangkan pada multigravida terjadi
dengan rata-rata waktu 165 menit (2,75

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 88

jam) dengan pembukaan satu cm per diketahui bahwa selisih waktu rata-rata
23,5 menit (0,39 jam) hasil ini tidak pada multigravida 10 menit lebih cepat
sesuai dengan teori dari Prawirohardjo dibandingkan dengan primigravida.
(2010) yang menyatakan bahwa lama Hasil penelitian ini tidak sesuai
persalinan kala I fase aktif terjadi dalam dengan teori dari Prawirohardjo (2010)
waktu selama 10 jam pada primigravida yang menyatakan bahwa rata-rata lama
dengan pembukaan satu cm per 85,7 persalinan pada primigravida yaitu 50
menit (1,4 jam) dan pada multigravida menit sampai maksimal dua jam,
terjadi selama 8,5 jam dengan sedangkan pada multigravida memiliki
pembukaan satu cm per 72,8 menit (1,2 rata-rata 20 menit sampai maksimal satu
jam). jam. Hasil penelitian ini juga tidak
Namun hasil penelitian ini sesuai sesuai dengan penelitian yang dilakukan
dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Halimatussakdiah yang dilakukan
Halimatussakdiah di RS Pemerintah di RS Pemerintah Banda Aceh pada
Banda Aceh dengan hasil penelitian tahun 2017 dengan hasil penelitian lama
yang menyatakaan bahwa lama persalinan rata-rata pada primigravida
persalinan kala I fase laten pada 30 menit dan 15 menit pada
primigravida terjadi pada rata-rata multigravida. Hal ini kemungkinan
waktu 3,5 sampai empat jam dengan karena terdapat hal-hal yang
pembukaan satu cm per 30 menit (0,5 mempengaruhi ibu mengenai kesiapan
jam) namun pada multigravida terdapat ibu dalam menghadapi persalinan,
sedikit perbedaan dengan selisih rata- seperti latihan relaksasi, cara mengejan
rata 60 menit, pada penelitian yang yang benar, posisi persalinan, dukungan
dilakukan oleh Halimatussakdiah dari suami dan keluarga, yang dapat
memiliki waktu rata-rata waktu satu memotivasi ibu hingga ibu merasa
sampai 1,5 jam dengan pembukaan satu percaya diri dan melancarkan proses
cm per 15 menit (0,25 jam) persalinan (Halimatussakdiah, 2010).
(Halimatussakdiah, 2017). Hal ini Hal ini kemungkinan terjadi karena ibu
kemungkinan terjadi karena frekuensi yang sudah mempunyai pengalaman
dan lama kontraksi uterus akan cara mengejan yang benar, posisi
meningkat secara bertahap, biasanya persalinan, dan adanya his yang adekuat
terjadi tiga kali atau lebih dalam 10 saat pembukaan terdeteksi lengkap
menit (Manjoer & Arif, 2009), posisi ibu diikuti pecahnya ketubah, kemudian
selama kala I fase laten juga dapat tidak adanya hambatan selama proses
memberikan pengaruh turunnta kepala persalinan kala II seperti adanya lilitan
bayi sehingga dapat mempengaruhi tali pusat (Murray & Huelsmann, 2013).
pertambahan jumlah pembukaan serviks Hasil penelitian ini menunjukkan
(Chopra, 2006). bahwa pada persalinan primigravida
Lama persalinan kala II pada kala I fase laten terjadi dalam waktu
primigravida sebagian besar terjadi rata-rata 228 menit (3,8 jam), pada
dalam rentang waktu 5-20 menit multigravida lama kala I fase laten
sebanyak 42 orang (58,3%), pada terjadi dalam waktu rata-rata 69 menit
multigravida sebagian besar terjadi (1,15 jam), berbeda dengan teori
dalam rentang waktu 5-20 menit sebelumnya dari Prawirohardjo (2010)
sebanyak 98 orang (95,1%). Pada lama bahwa lama persalinan kala I fase laten
persalinan kala II pada primigravida pada primigravida terjadi selama 480
memiliki rata-rata waktu 21 menit (0,35 menit (8 jam) dan pada multigravida
jam), sedangkan pada multigravida terjadi selama 270 menit (4,5 jam).
memiliki rata-rata waktu 11 menit (0,18
jam). Sehingga pada penelitian ini

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 89

Hasil penelitian lama persalinan KESIMPULAN


kala I fase aktif pada primigravida Karakteristik ibu hamil yang
terjadi dalam waktu rata-rata 232 menit melahirkan di Puskesmas Bambanglipuro
(3,8 jam), pada multigravida lama kala I sebagian besar ibu hamil multigravida
fase aktif terjadi dalam wakt rata-rata sebanyak 103 orang (58,9%), sebagian besar
165 menit (2,75 jam), berbeda dengan ibu melahirkan berumur 20-35 tahun
teori sebelumnya bahwa lama persalinan sebanyak 160 orang (91,4%), sebagian besar
kala I fase aktif terjadi dalam waktu 600 ibu melahirkan dengan tinggi badan lebih
menit (10 jam) pada primigravida, dan dari 150 cm sebanyak 128 orang (73,1%),
510 menit (8,5 jam) pada multigravida. dan seluruh ibu hamil yang melahirkan di
Hasil penelitian menunjukkan Puskesmas Bambanglipuro dengan
bahwa lama persalinan kala II pada presentasi kepala sebanyak 175 orang
primigravida terjadi dalam waktu rata- (100%).
rata 21 menit (0,35 jam), pada Lama persalinan kala I fase laten
multigravida terjadi dalam waktu rata- pada primigravida dan multigravida yang
rata 11 menit (0,18 jam), berbeda dengan melahirkan di Puskesmas Bambanglipuro,
teori sebelumnya bahwa lama kala II pada primigravida rata-rata lama persalinan
pada primigravida terjadi dalam waktu kala I fase laten 228 menit (3,8 jam) setara
rata-rata 50 menit sampai maksimak dua dengan satu cm memakan waktu 76 menit
jam, dan pada multigravida terjadi (1,2 jam), sedangkan pada multigravida
dalam waktu rata-rata 20 menit sampai rata-rata lama persalinan kala I fase laten 69
maksimal satu jam. dan multigravida menit (1,1 jam) setara dengan satu cm
terdapat pergeseran pada lama memakan waktu 23 menit (0,38 jam).
pembukaan, pada primigravida kala I Lama persalinan kala I fase aktif
fase laten pembukaan terjadi setiap satu pada primigravida dan multigravida yang
cm per 2,5 jam menjadi satu cm per 1,4 melahirkan di Puskesmas Bambanglipuro,
jam pada kala I fase aktif, sedangkan pada primigravida rata-rata lama persalinan
pada multigravida kala I fase laten kala I fase aktif 232 menit (3,8 jam) setara
pembukaan terjadi setiap 1,5 cm per jam dengan satu cm memakan waktu 33,1 menit
menjadi 1,2 cm per jam pada kala I fase (0,55 jam), sedangkan pada multigravida
aktif. rata-rata lama persalinan kala I fase aktif
165 menit (2,7 jam) setara dengan satu cm
memakan waktu 23,5 menit (0,39 jam).
Kurva Lama persalinan kala II pada
12 primigravida dan multigravida yang
Pembukaan (cm)

10 melahirkan di Puskesmas Bambanglipuro,


8 pada primigravida rata-rata lama persalinan
6 kala II 21,8 menit (0,35 jam), sedangkan
4 pada multigravida rata-rata lama persalinan
2 kala II 11 menit (0,1 jam).
0
0 5 10 15 20
DAFTAR PUSTAKA

Waktu (jam) Bantul, D. (2017). Profil Kesehatan Bantul


2017.
Ket : : Kurva Friedman Hutomo, C. S. (2009, Agustus). Hubungan
: Kurva Hasil Penelitian Antara Paritas Dengan Kejadian
Ruptur Perineum Spontan DI RSUD
Kota Surakarta. KTI, 1.

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 90

Halimatussakdiah, (2017). Lamanya Wiknjosastro, H. (2007). Ilmu Kebidanan.


Persalinan Kala I dan II Pada Ibu Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Multipara Dengan Apgar Score Bayi Sarwono Prawirohardjo.
Baru Lahir
Kemenkes, R. (2016). Profil kesehatan
Indonesia Tahun 2016. Jakarta:
Kemenkes RI.
Liu, D. (2008). Manual Persalinan (Labour
Ward Manual) Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Manjoer, & Arif. (2009). Kapita Selekta
Kedokteran Volume 1. Jakarta:
Media Aesculapius.
Manuaba, C. (2008). Gawat-Darurat
Obstetri-Ginekologi & Obstetri-
Ginekologi Sosial untuk Profesi
Bidan. Jakarta: EGC.
Marmi. (2012). Intranatal care Asuhan
Kebidanan Pada Persalinan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Murray, L. M., & Huelsmann, M. G. (2013).
Persalinan & Melahirkan : Praktik
berbasis Bukti. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Pasiowan, S., Lontaan, A., & Rantung, M.
(2015). Faktor-faktor Yang
Berhubungan Dengan Robekan jalan
Lahir Pada Ibu Bersalin. Jurnal
Ilmiah Bidan Volume 3 No.1.
Prawirohardjo. (2010). Ilmu Kebidanan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono.
Setiowati, W. (2017). Hubungan Antara
Paritas Dengan Kejadian Rupture
Perineum. Jurnal Darul Azhar Vol.4
No.1, 38.
Sulistyawati, A., & Nugraheny, E. (2013).
Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin. Jakarta: Salemba Medika.
Suradi, R., & Yanuarso, B. P. (2000). Sari
Pediatri. Metode Kanguru Sebagai
Pengganti Inkubator, Untuk Bayi
Berat Lahir Rendah, 29-35.
Suririnah. (2008). Buku Pintar Kehamilan &
Persalinan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Varney, H. (2007). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan : Volume 1. Jakarta:
EGC.

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 91

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KOLOSTRUM


DI KLINIK PRATAMA ASIH

Ika Sofiliyah Ningrum1, Arifah Istiqomah2


12
Akademi Kebidanan Ummi Khasanah Bantul Yogyakarta
ika.sofi@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Faktor pengetahuan, pendidikan, dan sumber informasi dapat menyebabkan ibu tidak
memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir, namun banyak disertai dengan faktor persepsi, sikap,
sosial budaya, dukungan sosial dan faktor ketidakmampuan tenaga kesehatan untuk memotivasi dalam
memberi penambahan ilmu bagi ibu-ibu yang menyusui. Berdasarkan studi pendahuluan yang sudah
dilakukan didapatkan hasil bahwa 1 ibu nifas (20 %) berpengetahuan baik, 1 ibu nifas (20%)
berpengetahuan cukup, dan 3 ibu nifas (60%) berpengetahuan kurang. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang kolostrum di Klinik Pratama Asih Waluyo Jati.
Metode: penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan
cross sectional dengan jumlah populasi 30 responden. Jumlah sampel yang digunakan 30 responden
dengan teknik pengambilan sampel yaitu accidental sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner. Penelitian ini dilakukan di Klinik Pratama Asih Waluyo Jati Bantul. Hasil: Analisis data
univariat dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa mayoritas responden ibu nifas masih berusia 20-
35 tahun sejumlah 27 responden (90%), berpendidikan SMA/SMK sejumlah 14 responden (46,7%),
pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 21 responden (70,0%), dan mempunyai paritas
multipara sebanyak 20 responden (66,7%). Tingkat pengetahuan ibu nifas dalam penelitian ini dalam
kategori kurang yaitu sejumlah 14 responden (46,7%). Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu nifas tentang kolostrum dalam kategori kurang.

Kata Kunci: Pengetahuan, ibu nifas, kolostrum

ABSTRACT

Background: Factors of knowledge, education, and sources of information can cause mothers not to
give colostrum to newborns, but many are accompanied by perceptions, attitudes, socio-cultural
factors, social support and the inability of health workers to motivate in providing additional knowledge
for breastfeeding mothers. . Based on the preliminary studies that have been done, it was found that 1
postpartum mother (20%) had good knowledge, 1 postpartum mother (20%) had sufficient knowledge,
and 3 postpartum mothers (60%) had less knowledge. Penelitian aims to determine the level of
knowledge about colostrum postpartum mothers in the Primary Clinic Asih Waluyo Jati. Methods: This
research is a quantitative descriptive study using aapproach cross sectional with a population of 30
respondents. The number of samples used 30 respondents with a sampling technique that is accidental
sampling. Data collection using a questionnaire. This research was conducted at the Asih Waluyo Jati
Pratama Clinic, Bantul. Results: The univariate data analysis in this study showed that the majority of
postpartum mothers were aged 20-35 years, a total of 27 respondents (90%), 14 respondents (46.7%)
high school / vocational education (46.7%), work as housewives (IRT ) as many as 21 respondents
(70.0%), and have multiparity of 20 respondents (66.7%). The level of knowledge of postpartum
mothers in this study was in the poor category, namely 14 respondents (46.7%). Conclusion: Based on
the results of the study it can be concluded that the level of knowledge of postpartum mothers about
colostrum is in the low category.

Keywords: Knowledge, postpartum mother, colostrum

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 92

PENDAHULUAN kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama


Derajat kesehatan merupakan salah kelahiran (Arif, 2009).
satu ukuran kesejahteraan dan kualitas Faktor pengetahuan, pendidikan, dan
sumber daya manusia. Derajat kesehatan sumber informasi dapat menyebabkan ibu
masyarakat Indonesia ditentukan oleh tidak memberikan kolostrum kepada bayi
banyak faktor, tidak hanya ditentukan oleh baru lahir, namun banyak disertai dengan
pelayanan kesehatan dan ketersediaan faktor persepsi, sikap, sosial budaya,
sarana dan prasarana kesehatan, namun juga dukungan sosial dan faktor
dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, ketidakmampuan tenaga kesehatan untuk
lingkungan sosial, keturunan, dan faktor memotivasi dalam memberi penambahan
lainnya. Faktor-faktor ini berpengaruh pada ilmu bagi ibu-ibu yang menyusui (Nazara,
kejadian mordibitas, mortalitas dan status 2008).
gizi masyarakat. Angka mordibitas, Beberapa hal yang menghambat ibu
mortalitas dan status gizi dapat nifas memberikankolostrum dengan segera,
menggambarkan keadaan dan situasi derajat diantaranya takut bayi kedinginan, setelah
kesehatan masyarakat (Prasetyono, 2015). melahirkan ibu terlalu lelah untuk segera
Salah satu upaya untuk menyusui bayinya, kolostrum tidak keluar
meningkatkan sumber daya manusia antara atau jumlah kolostrum tidak memadai, serta
lain dengan jalan memberi Air Susu Ibu kolostrum tidak baik bahkan berbahaya bagi
(ASI) sedini mungkin. ASI adalah makanan bayi. Hal tersebut tidak akan terjadi bila
ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan seorang ibu nifas mempunyai pengetahuan
bayi. ASI merupakan makanan pertama, yang bagus serta mendapat dukungan dari
utama, dan terbaik bagi bayi yang bersifat keluarga (Roesli, 2008).
alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi Berdasarkan penelitian yang
yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dilakukan oleh Rohmawati (2013) yaitu
dan perkembangan (Prasetyono, 2015). Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang
Pemberian ASI pada satu jam pertama Kolostrumdidapatkan hasil sebanyak 6
setelah melahirkan dapat mempercepat responden (20%) berpengetahuan baik,
pergantian produksi susu dari payudara yang sebanyak 17 responden (56.7%)
penuh dan matang. Sentuhan kulit antara ibu berpengetahuan cukup dan sebanyak 7
dan bayi, serta isapan bayi akan membantu responden (23.3%) berpengetahuan kurang.
memperlancar produksi ASI (Hayati, 2009). Dari hasil penelitian diatas paling banyak
Pemberian kolostrum dapat dimulai adalah pengetahuan ibu nifas tentang
sejak satu jam pertama bayi dilahirkan kolostrum dalam kategori cukup yaitu
dengan melakukan praktik inisiasi menyusui sebanyak 17 responden (56.7%).
dini (IMD). Pendekatan IMD yang Berdasarkan studi pendahuluan yang
dianjurkan adalah dengan metode breast peneliti lakukan diKlinik Pratama Asih
crawl (merangkak mencari payudara) yaitu Waluyo Jati. Berdasarkan wawancara
setelah bayi lahir segera diletakkan diatas kepada lima orang ibu nifas pada tanggal 27
perut ibu dan dibiarkan merangkak untuk April2018, didapatkan hasil bahwa1 ibu
mencari sendiri puting ibunya dan akhirnya nifas (20 %) berpengetahuan baik, 1 ibu
menghisap tanpa bantuan (Februhartanty, nifas (20%) berpengetahuan cukup, dan 3
2009). Pemberian kolostrum pada bayi ibu nifas (60%) berpengetahuan kurang.
sedini mungkin mempunyai beberapa
manfaat, diantaranya mengandung zat METODE PENELITIAN
kekebalan tubuh untuk melindungi bayi dari Penelitian ini merupakan penelitian
berbagai penyakit, mengandung vitamin A deskriptif dengan pendekatan waktu cross
yang tinggi dan mengandung karbohidrat sectional. Populasi yang digunakandalam
dan rendah lemak sehingga sesuai dengan penelitian ini yaitu 30 ibu nifas yang
berkunjung ke Klinik Pratama Asih Waluyo

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 93

Jati Bantul Yogyakarta. Teknik sampling Karakteristik F %


menggunakan metode accidental sampling. SMA/SMK 14 46,7
Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan PT 3 10,0
kriteria yang ditentukan oleh peneliti dengan Total 30 100
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Pekerjaan Karyawan swasta 8 26,7
Kriteria inklusi pada penelitian ini Buruh harian lepas 1 3,3
IRT 21 70,0
yaitu :
Total 30 100
1) Ibu nifas yang berkunjung ke Klinik
Paritas Primipara 10 33,3
Pratama Asih Waluyo Jati Bantul Multipara 20 66,7
Yogyakarta pada saat penelitian. Total 30 100
2) Ibu nifas yang bersedia menjadi
responden saat penelitian dan Berdasarkan tabel 1 dapat
bersedia menandatangani informed diketahui bahwa responden mayoritas
consent. berusia 20-35 tahun berjumlah 27
Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu responden (90,0%), memiliki kehamilan
ibu nifas yang saatberkunjung ke Klinik multipara berjumlah 20 responden
Pratama Asih Waluyo Jati Bantul (66,7%), sebagai ibu rumah tangga
Yogyakarta dalam keadaan sakit. berjumlah 21 responden (70,0%),
Instrumen yang digunakan dalam berpendidikan SMA/SMK berjumlah 14
penelitian adalah kuesioner. Kuesioner responden (46,7%).
disusun berupa pernyataan untuk Menurut hasil penelitian yang
mendapatkan keterangan dari responden terdapat pada tabel 1 dengan kategori
tentang tingkat pengetahuan ibu nifas usia, maka mayoritas responden dalam
tentang kolostrum.Bentuk kuesioner penelitian ini yaitu berusia 20-35 tahun
sehingga responden tinggal memilih sebanyak 27 responden (90%). Semakin
jawaban alternatif yaitu jawaban benar tua umur seseorang maka proses-proses
dengan memberikan skor 1 dan jawaban perkembangan mentalnya bertambah
salah dengan memberikan skor 0, yang baik, akan tetapi pada umur tertentu,
menggunakan skala ordinal. Bentuk bertambahnya proses perkembangan
pertanyaan adalah favorable dan mental ini tidak secepat seperti ketika
unfavorable dengan jumlah pertanyaan 30 berumur belasan tahun (Notoatmodjo,
item. 2010).
Menurut hasil penelitian yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
terdapat pada tabel 1 dengan kategori
1. Karakteristik Responden
pendidikan, maka mayoritas dalam
Karakteristik responden dalam
responden dalam penelitian ini yaitu
kelompok ini meliputi usia, pendidikan,
berpendidikan SMA/SMK sebanyak 14
pekerjaan, dan paritas responden.
responden (46,7%). Pendidikan yang
Berdasarkan hasil penelitian
telah ditempuh berpengaruh terhadap
karakteristik responden dapat di
perubahan dan perilaku ibu. Melalui
deskripsikan sebagai berikut:
pendidikan akan terjadi proses
Tabel 1 Distribusi karakteristik responden pengembangan, pengetahuan, dan
menurut usia, pendidikan, pekerjaan, dan wawasan. Menurut Notoatmodjo (2010),
paritas Tingkat pendidikan turut pula
Karakteristik F % menentukan mudah tidaknya seseorang
Usia 20-35 tahun 27 90,0 menyerap dan memahami pengetahuan
>35 tahun 3 10,0 yang mereka peroleh. Menurut Salfina
Total 30 100 (2013), Pada umumnya semakin tinggi
Pendidikan SD 1 3,3 pendidikan seseorang semakin baik pula
SMP 12 40,0 pengetahuannya. Namun, bukan berarti

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 94

seseorang yang berpendidikan tinggi kurang baik dibandingkan dengan ibu


mempunyai tingkat pengetahuan yang yang bekerja, termasuk pengetahuan
baik pula. Hal ini sesuai dengan tentang kolostrum.
penelitian yang telah dilakukan di Klinik Menurut hasil penelitian yang
Pratama Asih Waluyo Jati Bantul, terdapat pada tabel 1 dengan kategori
mayoritas responden berpendidikan paritas, maka mayoritas responden
SMA/SMK. dalam penelitian ini yaitu dengan
Dalam penelitian ini pendidikan kehamilan multipara sebanyak 20
tidak berpengaruh terhadap pengetahuan responden (66,7%). Paritas dapat
ibu nifas tentang kolostrum. Hal ini menunjukkan pengalaman yang pernah
dimungkinkan karena meskipun dialami oleh seorang ibu terkait dengan
mayoritas responden dalam penelitian kehamilannya, baik itu kehamilan
ini yaitu berpendidikan SMA/SMK, sebelumnya, saat ini, atau kehamilan
bukan berarti responden juga berikutnya (Prawirohardjo, 2012).
mempunyai pengetahuan yang baik. Menurut Mirani (2012), ibu yang sudah
Pengetahuan yang dimaksud dalam pernah melahirkan sebelumnya
penelitian ini adalah pengetahuan yang mempunyai pengalaman yang lebih
spesifik yaitu pengetahuan tentang banyak daripada ibu yang belum pernah
kolostrum, bukan pengetahuan secara melahirkan sama sekali. Namun, bukan
umum. Sehingga belum tentu responden berarti ibu yang sudah pernah
dengan pendidikan tinggi mempunyai melahirkan mempunyai tingkat
pengetahuan yang baik juga tentang pengetahuan yang baik daripada ibu
kolostrum. yang belum pernah melahirkan
Menurut hasil penelitian yang sebelumnya. Dikarenakan faktor
terdapat pada tabel 1 dengan kategori pengalaman yang sudah lama, sehingga
pekerjaan, maka mayoritas responden pengetahuan ibu menjadi berkurang.
dalam penelitian ini yaitu sebagai Ibu 2. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas
Rumah Tangga (IRT) sebanyak 21 tentang Kolostrum
responden (70,0%). Pekerjaan Tabel 2 Distribusi Tingkat Pengetahuan
merupakan aktivitas yang dilakukan Ibu Nifas tentang Kolostrum
oleh ibu sehari-hari yang bertujuan
untuk menambah keuangan rumah Kategori F %
tangga. Menurut Wawan dan Dewi Baik 6 20,0
(2010), Semakin tinggi pekerjaan Cukup 10 33,3
Kurang 14 46,7
seseorang maka akan memberikan
Total 30 100
kesempatan luas untuk menerima
Berdasarkan tabel 2 dapat
informasi kesehatan dari lingkungan
diketahui bahwa tingkat pengetahuan
bekerja atau media informasi yang lebih
ibu nifas tentang kolostrum mayoritas
maju. Karena, semakin tinggi pekerjaan
dalam kategori kurang dengan jumlah 14
seseorang maka semakin banyak
responden (46,7%).
informasi yang diperoleh dan semakin
Berdasarkan analisis univariat
tinggi pengetahuannya. Hal serupa
dalam penelitian ini didapatkan hasil
dinyatakan Purwanti (2012), Ibu rumah
sesuai dengan tabel 2 diketahui bahwa
tangga secara sosial mempunyai
tingkat pengetahuan ibu nifas tentang
lingkungan pergaulan yang kurang luas
kolostrum dengan kategori kurang
dibandingkan dengan yang mempunyai
sebanyak 14 responden (46,7%).
pekerjaan. Pergaulan sosial mempunyai
Pengetahuan adalah hasil pengindraan
manfaat terhadap tingkat perolehan
manusia, atau hasil tahu seseorang
informasi, sehingga ibu yang tidak
terhadap objek melalui indra yang
bekerja mempunyai pengetahuan yang
dimilikinya (mata, hidung, telinga,

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 95

penciuman, rasa dan raba). Pada waktu Nazara, P. 2008. Faktor- faktor yang
pengindraan sampai menghasilkan Menyebabkan Ibu Tidak
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi Memberikan Kolostrum Kepada
oleh intensitas perhatian dan persepsi Bayi Baru Lahir di Desa Sifalaete
terhadap objek.Sebagian besar Ulu KecamatanGunungsitoli
pengetahuan diperoleh melalui mata dan Kabupaten Nias Tahun 2007. Jurnal
telinga (Notoatmodjo, 2010). Menurut Kebidanan Universitas Sumatera
Notoatmodjo (2010), semakin banyak Utara, Sumatera Utara.
informasi dapat mempengaruhi atau Prasetyono DS. 2015. Buku Pintar ASI
menambah pengetahuan seseorang, dan Eksklusif. Yogyakarta: Diva Press.
dengan pengetahuan menimbulkan Prawirohardjo, S. 2012. Ilmu Kebidanan.
kesadaran yang akhirnya seseorang akan Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
berperilaku sesuai dengan pengetahuan Rohmawati. 2013. Tingkat Pengetahuan Ibu
yang dimilikinya. Nifas Tentang Kolostrum di Klinik
Mojosongo Surakarta.
KESIMPULAN www.digilib.stikeskusumahusada.ac
Responden mayoritas berusia 20-35 .id. diakses 11 April 2018.
tahun sebanyak 27 responden (90,0%), Salfina, Elmida. 2013. Hubungan
berpendidikan SMA/SMK sebanyak 14 Pengetahuan dan Perilaku Ibu
responden (46,7%), pekerjaan sebagai Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif di
Rumah Tangga (IRT) sebanyak 21 Klinik Tebet Surakarta.
responden (70,0%), kehamilan multipara www.digilib.stikeskusumahusada.ac
sebanyak 20 responden (66,7%). .id. diakses 08 Agustus 2018.
Tingkat pengetahuan ibu nifas Sulistyawati, A. 2015. Buku Ajar Asuhan
tentang kolostrum mayoritas dalam kategori Kebidanan pada Ibu Nifas.
kurang sebanyak 14 responden (46,7%). Yogyakarta: C.V Andi OFFSET.
Wawan A, Dan Dewi. 2010. Teori dan
DAFTAR PUSTAKA Pengukuran Pengetahuan, Sikap,
dan Perilaku Manusia. Yogyakarta:
Astuti. 2015. Tingkat Pengetahuan Ibu Nuha Medika.
Nifas Tentang Kolostrum dengan Wulandari, S.R, Handayani, S. 2011.
Motivasi Pemberian Kolostrum di Asuhan Kebidanan Ibu Masa
Rumah Sakit Panembahan Senopati Nifas.Yogyakarta: Gosyen
Bantul, Yogyakarta. Publishing.
Februhartanty J. 2009. ASI dari Ayah untuk
Ibu dan Bayi. Jakarta: Semesta
Media.
Kristiyanasari, W. 2009.ASI, Menyusui dan
Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika.
Mirani, S. A. 2012. Tingkat Pengetahuan
Ibu Nifas Tentang Kolostrum di BPS
Harapan Bunda
Surakarta.www.digilib.stikeskusum
ahusada.ac.id. diakses 08 Agustus
2018.
Murti, B. 2010. Desain dan Ukuran Sampel
untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Ed.
2. Yogyakarta: UGM Press.

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 96

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PREMENOPOUSE DAN


MENOPOUSE PADA MASA KLIMAKTERIUM

Rima Widiastuti1, Tuti Rohani2


12
Akademi Kebidanan Ummi Khasanah Bantul Yogyakarta
rimawidi@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Perubahan yang terjadi pada wanita menopause dapat menimbulkan gangguan baik
fisik maupun psikis. Ada baiknya jika seorang wanita telah mempersiapkan diri menghadapi menopause
dengan pengetahuan yang memadai. Hasil studi pendahuluan melalui kuisioner pada 10 ibu
premenopause dan menopause menunjukkan bahwa 4 orang memiliki pengetahuan cukup dan 6 orang
memiliki pengetahuan kurang tentang masa klimakterik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan ibu tentang premenopause dan menopause pada periode klimakterik dalam kadar
baik, cukup, dan kurang. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif dan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan sampel radom
sederhana, dengan jumlah sampel 54 orang. Hasil: Dari penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar
responden memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 22 responden (40,7%), 15 responden (27,8%)
memiliki tingkat pengetahuan baik, 17 responden (31,5) memiliki tingkat pengetahuan yang baik.
kurangnya pengetahuan. Kesimpulan: dari penelitian ini ditemukan bahwa tingkat pengetahuan ibu
tentang premenopause dan menopause pada periode klimakterik berada pada tingkat yang cukup yaitu
sebanyak 22 responden (40,7%) dikarenakan situasi sosial ekonomi dimana kondisi sosial ekonomi.
akan mempengaruhi pendidikan dan pengalaman terutama dalam memperoleh informasi.

Kata Kunci: Pengetahuan, perimenopouse, menopause, klimakterium

ABSTRACT

Background : The changes that occur in menopausal women can cause both physical and psychological
disorders. It is better if a woman has prepared herself for menopause with adequate knowledge. The
results of a preliminary study through questionnaires on 10 premenopausal and menopausal mothers
showed that 4 people had sufficient knowledge and 6 people had less knowledge about the climacteric
period. This study aims to determine the level of maternal knowledge about premenopause and
menopause at the climacteric period in good, sufficient, and less levels. Methods: The method used in
this research is descriptive quantitative and the sampling technique used is simple radom sampling,
with a total sample of 54 people. Results: From this study, it was found that most of the respondents
had a sufficient level of knowledge as many as 22 respondents (40.7%), 15 respondents (27.8%) had a
good level of knowledge, 17 respondents (31.5) had a lack of knowledge. Conclusion: from the study,
it was found that the level of maternal knowledge about premenopause and menopause at the
climacteric period was at a sufficient level as many as 22 respondents (40.7%) due to the socio-
economic situation in which the socio-economy will affect education and experience, especially in
obtaining information.

Keywords : Knowledge, Perimenopouse, Menopouse, Climacterium

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 97

PENDAHULUAN hari. Gejala fisik yang timbul pada masa


Klimakterium adalah masa yang menopouse adalah keriput, sakit kepala,
bermula dari akhir tahap reproduksi, insomnia, rasa panas (hot flushes), vagina
berakhir pada awal senium dan terjadi pada terasa kering, ketidaknyamanan dalam
wanita umur 40-65 tahun. Masa ini ditandai buang air kecil dan ketidakmampuan untuk
dengan berbagai macam keluhan. mengendalikan buang air kecil
Klimakterium bukan suatu keadaan yang (Proverawati, 2010 ; Sibagaring, 2010)
patologis, melainkan suatu masa peralihan Akibat tidak haid lagi, otomatis
yang normal yang berlangsung beberapa terjadi perubahan pada organ reproduksi
tahun sebelum dan sesudah menopouse wanita dan muncul berbagai keluhan fisik
(Sarwono, 2008). maupun psikologi, ada baiknya jika seorang
Menopouse merupakan akhir proses wanita sudah mempersiapkan diri
biologis dari siklus menstruasi,yang menghadapi menopouse dengan
dikarenakan karena perubahan hormon yaitu pengetahuan yang memadai. Menopouse
penurunanproduksi hormon estrogen yang tidak bisa dihindari, namun terjadinya resiko
dihasilkan oleh ovarium. Penurunan hormon keluhan bisa menurun jika mempersiapkan
estrogen menyebabkan siklus menstruasi diri secara fisik maupun psikis sejak jauh-
menjadi tidak teratur. Menopouse juga dapat jauh hari. Dengan demikian masa
diartikan sebagai haid terakhir. Terjadinya menopouse dapat dijalani dengan lebih baik,
menopouse ada hubungannya dengan secara fisik maupun psikis (Proverawati,
menarche (pertama haid), makin dini 2010).
menarche terjadi maka makin lambat atau Pada tahun 2030, jumlah perempuan
lama menopouse timbul (Mulyani, 2013). diseluruh dunia yang memasuki masa
Seiring dengan peningkatan usia, menopouse diperkirakan mencapai 1,2
banyak terjadi perkembangan dan miliar orang.Di indonisia , pada tahun 2025
pertumbuhan manusia. Namun pada suatu diperkirakan akan ada 60 juta perempuan
saat perkembangan dan pertumbuhan itu menopouse. Pada tahun 2016 saat ini di
akan terhenti pada suatu tahapan, sehingga Indonesia baru mencapai 14 juta perempuan
berikutnya akan terjadi banyak perubahan menopouse atau 7,4% dari total populasi
seperti fungsi tubuh pada manusia. yang ada (Dinas kesehatan RI, 2014 ; WHO,
Perubahan tersebut biasanya terjadi pada 2014).
proses menua, karena pada proses ini Jumlah penduduk di provinsi DIY
banyak terjadi perubahan fisik maupun tahun 2014 mencapai 3637,1 juta penduduk
psikologis. Perubahan tersebut paling yaitu laki-laki sebanyak 1797,4 juta
banyak terjadi pada wanita karena pada penduduk sedangkan perempuan sebanyak
proses menua terjadi fase menopouse yaitu 1839,7 juta penduduk. Jumlah penduduk
berakhirnya haid pada wanita (Proverawati, perempuan berusia 40-44 tahun (134,3 juta
2010). penduduk) usia 45-49 tahun (132,3 juta
Sesuatu yang berlebihan atau penduduk) dan usia 50-54 tahun (119,8 juta
kurang, akan mengakibatkan timbulnya penduduk) (BPS DIY, 2014).
suatu reaksi. Pada masa menopouse reaksi Bantul merupakan kabupaten
nyata adalah berkurangnya hormon dengan jumlah penduduk tertinggi di DIY
estrogen. Meskipun perubahan terjadi pada pada tahun 2014 sebanyak 955.015 ribu
hormon progesteron, tetapi yang penduduk yaitu laki-laki 475.872 ribu
berpengaruh langsung adalah hormon penduduk dan perempuan mencapai
estrogen. Gejala psikologis yang dialami 479.143 ribu penduduk. Untuk usia 40-44
wanita menjelang menopouse meliputi tahun (laki-laki 36.227 ribu penduduk dan
mudah tersinggung, depresi, cemas, suasana perempuan 35.837 ribu penduduk ), usia 50-
hati (mood) tidak menentu, sering lupa, 54 tahun (laki-laki 29.560 ribu penduduk
susah berkonsentrasi, keringat pada malam dan perempuan 29.845 ribu penduduk).

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 98

Sehingga dari data tersebut jumlah yaitu pertanyaan yang sudah disediakan
penduduk bantul lebih banyak jawabannya sehingga responden tinggal
perempuan_dari_pada_laki-laki (Badan memilih jawaban sesuai dengan keyakinan.
Pusat Statistika DIY, 2014). Jawaban yang tersedia dalam kuesioner ini
Sebagian wanita dihantui dengan ada 2 pilihan jawaban yaitu benar atau salah.
istilah menopouse, berfikir jika suatu saat Jawaban benar dengan pernyataan positif
nanti menopouse menghampirinya. Seorang (favorable) mendapat nilai 1 dan jawaban
wanita ditengah-tengah tahun kehidupan salah jika pertanyaan negatif (unfavorable)
dikelilingi oleh mitos-mitos yang mendapat nilai 0. Pengisian kuesioner
berkembang dikalangan wanita tentang tersebut dengan memberi tanda (√ ) pada
menopouse. Mitos-mitos ini dapat jawaban yang dianggap benar.
menimbulkan banyak ketakutan dan
kecemasan dalam kehidupan wanita. HASIL DAN PEMBAHASAN
Terutama wanita paruh baya ketika mereka 1. Karakteristik Responden
mendekati masa menopouse padahal belum Tabel 1 Karakteristik Responden
tentu mitos itu benar (Mulyani, 2013).
Hasil studi pendahuluan melalui Kategori Frekuensi %
kuesioner pada 10 orang ibu yang Usia
46-48 30 55,6
pramenopouse di desa srandakan didapatkan 49-51 24 44,4
hasil 6 orang berpengetahuan kurang Total 54 100
tentang menopouse dan 4 orang
Pendidikan
berpengetahuan cukup tentang menopouse. 12 22,2
SD
METODE PENELITIAN SMP 13 24,1
Penelitian ini merupakan penelitian SMA 28 51,9
PT 1 1,9
deskriptif. Populasi dalam penelitian ini
Total 54 100
adalah seluruh ibu menopouse di Dusun
IRT 40 74.1
Nengahan, Srandakan sebanyak 107. Besar Swasta 14 25,9
sampel dihitung menggunakan rumus slovin Total 54 100
didapatkan sampel dengan jumlah 84.
Teknik sampling menggunakan metode Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
simple random sampling. Pengambilan bahwa umur ibu pramenopouse dan
sampel dilakukan berdasarkan kriteria yang menopouse umur <50 tahun sebanyak 30
ditentukan oleh peneliti dengan kriteria Orang (55,6%), ibu menopouse dengan
inklusi dan kriteria eksklusi. umur >50 tahun sebanyak 24 Orang
Kriteria Insklusi (44,4%). Berdasarkan table 4.2 dapat
1. Ibu-ibu yang bertempat tinggal di diketahui bahwa ibu pramenopouse dan
Desa Trimurti, Nengahan, menopouse dengan tingkat pendidikan SD
Srandakan sebanyak 12 (22,2%), SMP sebanyak 13
2. Sehat jasmani dan rohani orang (24,1%), SMA sebanyak 28 orang
3. Dapat membaca dan menulis (51,9%), PT sebanyak 1 orang (1,9%),
Kriteria Ekslusi sehingga mayoritas tingkat pendidikan
1. Tidak bersedia menjadi responden responden adalah SMA. Berdasarkan table
2. Tidak bisa membaca dan menulis 4.2 dapat diketahui bahwa ibu
Instrumen yang digunakan dalam pramenopouse dan menopouse pekerjaan
penelitian adalah kuesioner. Pertanyaan IRT sebanyak 40 orang (74,1%), dan Swasta
yang diberikan kepada responden adalah sebanyak 14 orang (25,9%).
mengenai pengetahuan tentang menopouse. Berdasarkan table 1 karakteristik
Peneliti membagikan kuesioner kepada responden berdasarkan umur 46-48
responden berjumlah 30 pertanyaan tertutup

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 99

sebanyak 30 responden (55,6%). penelitian menunjukan sehagian besar


Penelitian ini sejalan dengan Ratna Setyo responden IRT. Penelitian ini sejalan
Ningsih (2015) umur mempengaruhi dengan penelitian yang dilakukan oleh
terhadap daya tangkap dan pola pikir Sasitorn Rakkuea (2016) pekerjaan
seseorang, semakin bertambah usia akan seseorang berhubungan dengan usia
semakin berkembang pula daya tangkap dan menopouse. Ada beberapa faktor yang
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang mempengaruhi menopouse yaitu umur
diperoleh semakin membaik. Berdasarkan waktu mendapatkan haid pertama kali
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (menarche), kondisi kejiwaan dan
umur akan mempengaruhi kematangan pekerjaan, jumlah anak, penggunaan obat-
berfikir seseorang. obatan keluarga berencana (KB), merokok,
Berdasarkan tabel 1 karakteristik sosial ekonomi, menopouse yang terlalu dini
responden berdasarkan pendidikan dan menopouse yang terlambat salah satu
mayoritas pendidikan SMA sebanyak 28 faktor yang mempengaruhi menopouse
responden (51,9%). Penelitian ini sejalan yaitu pekerjaan, wanita yang bekerja akan
dengan penelitian yang dilakukan oleh mengalami menopouse lebih cepat
Meilina Estiani (2015) dan Citra Dhohana dibandingkan wanita tidak bekerja. Hal ini
menyatakan bahwa terdapat hubungan berpengaruh ke perkembangan psikis
antara tingkat pendidikan dengan tingkat seseoang wanita.
kesehatan. Ibu yang tingkat pendidikan 2. Tingkat Pengetahuan Ibu
formalnya lebih tinggi cenderung akan Pramenopouse dan Menopouse Pada
mempunyai pengetahuan yang lebih Masa Klimakterium
dibandingkan orang dengan tingkat Tabel 2. Tingkat Pengetahuan
pendidikan formal yang lebih rendah,
Kategori Frekuensi %
karena akan lebih mampu dan mudah Baik 15 27,8
memahami arti kesehatan serta pentingnya Cukup 22 40,7
kesehatan, Kurang 17 31,5
Pendidikan adalah usaha sadar dan Total 54 100
terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta Berdasarkan data tabel 2 dapat
didik secara aktif mengembangkan potensi diketahui bahwa responden dengan
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual pengetahuan baik sebanyak 15 orang
keagamaan, pengalaman diri, kepribadian, (27,8%), tingkat pengetahuan dalam
kecerdasan, akhlak mulia, serta kategori cukup sebanyak 22 orang (40,7%),
keterampilan yang diperoleh masyarakat, dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak
bangsa, dan negara. Pendidikan dapat 17 orang 31,5%), sehingga mayoritas
mempengaruhi perilaku seseorang dalam responden mempunyai tingkat pengetahuan
pola hidup terutama motivasi untuk cukup. Berdasarkan Tabel 4.4 dapat
berperan serta dalam pembangunan diketahui bahwa responden dengan
kesehatan. Tingkat pendidikan diperlukan pengetahuan cukup sebanyak 22 responden
untuk mendapatkan informasi misalnya hal- (40,7%). Hasil penelitian ini menunjukan
hal yang menunjang kesehatan. Tingkat sebagian beras responden berpengetahuan
pendidikan yang rendah mempengaruhi cukup. Penelitian ini sejalan dengan
pengetahuan seseorang sehingga respon penelitian Nur Fitriana Sari (2012)
yang berpendidikan rendah akan berkorelasi dikarenakan sosial ekonomi dimana sosial
dengan rendahnya pengetahuan responden ekonomi akan mempengaruhi pendidikan
tentang menopouse. dan pengalaman terutama dalam
Berdasarkan tabel 1 karakteristik memperoleh informasi. Informasi yang
responden berdasarkan pekerjaan IRT diperoleh dari berbagai sumber akan
sebanyak 40 responden (74,1%). Hasil mempengaruhi tingkat pengetahuan

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 100

seseorang. Bila seseorang banyak susah berkonsentrasi, keringat pada malam


memperoleh informasi maka ia cenderung hari. Gejala fisik yang timbul pada masa
mempunyai wawasan yang lebih luas. menopouse adalah keriput, sakit kepala,
Dengan mengetahui tentang menopouse, insomnia, rasa panas (hot flushes), vagina
masa tersebut apat dijalani dengan lebih terasa kering, ketidaknyamanan dalam
baik, secara fisik maupun psikis sehingga buang air kecil dan ketidakmampuan untuk
setiap wanita dapat menjalani hari-harinya mengendalikan buang air kecil
dengan kualitas hidup yang lebih baik. (Proverawati, 2010).
Menurut Notoadmodjo (2010),
pengetahuan adalah berbagai gejala yang KESIMPULAN
ditemui dan diperoleh manusia melalui Pengetahuan ibu-ibu tentang
pengamatan akal. Pengetahuan muncul pramenopouse dan menopouse pada masa
ketika seorang menggunakan akal budinya klimakterium pada tingkat baik sebanyak 15
untuk mengenali benda atau kejadian responden (27,8%). Pengetahuan ibu-ibu
tertentu yang belum pernah dilihat atau tentang pramenopouse dan menopouse pada
dirasakan sebelumnya. Faktor-faktor yang masa klimakterium pada tingkat cukup
mempengaruhi pengetahuan yaitu sosial sebanyak 22 responden (40,7%).
ekonomi, budaya, pendidikan, dan Pengetahuan ibu-ibu tentang pramenopouse
pengalaman. Apabila status ekonomi baik, dan menopouse pada masa klimakterium
tingkat pendidikan akan tinggi, diiringi oleh pada tingkat kurang sebanyak 17 responden
peningkatan pengetahuan. Budaya (31,5%)
berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
karena informasi yang baru akan disaring DAFTAR PUSTAKA
dan disesuaikan dengan budaya yang ada
serta agama yang dianut. Pendidikan yang Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik
tinggi akan berpengaruh pada penerimaan Daerah Istimewa Yogyakarta 2014.
hal-hal baru dan dapat menyesuaikan diri Yogyakarta: BPS.
dengan hal baru tersebut. Pengalaman Dinas Kesehatan Republik Indonisia. 2014.
berkaitan dengan umur dan pendidikan Populasi Penduduk Indonisia. Jakarta.
individu. Pendidikan yang tinggi maka Kasdu, D. 2008. Kiat Sehat dan Bahagia di
pengalaman akan luas dan semakin tua umur Usia Menopouse. Yogyakarta :
seseorang maka pengalaman akan Maha Medika Jakarta : Salemba
bertambah. Medika.
Klimakterium adalah masa yang Manuaba, I.B.G. (2009). Memahami
bermula dari akhir tahap reproduksi, Kesehatan Reproduksi Wanita.
berakhir pada awal senium dan terjadi pada Jakarta : EGC.
wanitaumur 40-65 tahun sedangkan Mulyani, N. S. 2013. Menopouse.
Menopouse merupakan akhir proses Yogyakarta : Muha Medika.
biologis dari siklus menstruasi, yang Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian
dikarenakan karena perubahan hormon yaitu Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
penurunan produksi hormon estrogen yang Proverawati . Atikah. 2010. Menopouse Dan
dihasilkan oleh ovarium. Penurunan hormon Sindrom Menopouse. Yogyakarta :
estrogen menyebabkan siklus menstruasi MuhaMedika Jakarta : Salemba
menjadi tidak teratur. Menopouse juga dapat Medika.
diartikan sebagai haid terakhir (Mulyani, Putri, A. 2009. Tetap Sehat di Usia Lanjut.
2013). Yogyakarta. Genius Publisher.
Gejala psikologis yang dialami Sibagaring. 2010. Reproduksi Wanita.
wanita menjelang menopouse meliputi Jakarta : Trans Info Medika
mudah tersinggung, depresi, cemas, suasana Spencer, RF and Brown, P. 2007.
hati (mood) tidak menentu, sering lupa, Menopouse. Jakarta Erlangga.

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, Juni 2020 101

Suratini, KT. 2009. Pola Hidup Menjelang


Menopouse. Jurna Kebidanan dan
Keperawatan. STIKES Aisyiyah
Yogyakarta.
Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Pustaka
Rihama : Yogyakarta.
Wiknjosastro. 2009. Ilmu Kebidanan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
World Health Organization. 2014.
Kesehatan reproduksi wanita.
www.who.int/features/factfiles/phys
ical_activity/facts/en/index2.html.Di
akses tanggal 25 Februari 2016
pukul 19.45.

(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN p-ISSN 2407-6872 e-ISSN 2579-4027


AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH

Anda mungkin juga menyukai