Susana Setyowati1
1
Program Studi Diploma III Akademi Kebidanan Wira Husada Nusantara Malang
susanasetyowati411@gmail.com
ABSTRAK
Pendahuluan: Pre eklampsia adalah gejala yang timbul pada ibu hamil, pre eklampsia perlu
untuk diwaspadai adanya komplikasi yang mungkin terjadi bisa mengalami kejang (eklampsia),
penurunan perfusi uteroplasenta atau penurunan aliran darah ke ari-ari. Di Jawa Timur kasus
preeklampsia/eklampsia 36,29%. Kejadian preeklampsia dapat dikurangi dengan cara deteksi
dini apabila ibu hamil rutin melakukan kunjungan ke tenaga kesehatan terlatih. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui adanya Hubungan Faktor Usia dan Konsumsi Minuman Berkafein
(Kopi dan Teh) dengan Kejadian Pre Eklampsia pada Ibu Hamil. Metode: Populasi dalam
penelitian ini adalah 213 ibu hamil dan sampel dalam penelitian ini 30 ibu hamil. Pengambilan
sampel menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data pada penelitian ini yaitu
menggunakan wawancara, observasi, kuesioner dan dokumentasi. Analisis data penelitian ini
menggunakan perhitungan regresi yaitu regresi linear berganda. Hasil: variabel Faktor Usia (X1)
mempunyai nilai thitung sebesar 8,483 > ttabel 0,05 (2,045) artinya terdapat hubungan yang
signifikan antara variabel Faktor Usia (X1) dengan kejadian pre eklampsia (Y). Variabel
Konsumsi Minuman Berkafein (Kopi dan Teh) (X2) mempunyai nilai thitung sebesar 3,464 > ttabel
0,05 (2.045) artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Konsumsi Minuman
Berkafein (Kopi dan Teh) (X2) dengan kejadian pre eklampsia (Y). Nilai Fhitung sebesar 44,301
> Ftabel 0,05 (3,35) artinya adanya hubungan yang signifikan antara variabel Faktor Usia (X1)
dan Konsumsi Minuman Berkafein (Kopi dan Teh) (X2) dengan kejadian pre eklampsia (Y).
Nilai R Square dari variabel X1 dan X2 yaitu sebesar 0,766 yang artinya faktor usia (X1) dan
konsumsi minuman berkafein (kopi dan teh) (X2) ada pengaruh terhadap kejadian pre eklampsia
sebesar 76,6% sedangkan 23,4% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
Kata Kunci: Faktor Usia, Konsumsi Minuman Berkafein (Kopi dan Teh), Preeklampsia
ABSTRACT
between the Age Factor variable (X ) and the incidence of pre-eclampsia (Y). Variable
1
consumption of caffeinated beverages (coffee and tea) (X has a valuet of 3.464 t 0.05 (2,045)
2) count> table
means that there is a significant relationship between the variable consumption of caffeinated
drinks (coffee and tea) (X ) and the incidence of pre-eclampsia (Y). TheF value
2 of 44.301>
calculated
F 0.05 (3.35) means that there is a significant relationship between the Age Factor variable
table
(X ) and the consumption of caffeinated drinks (coffee and tea) (X ) with the incidence of pre-
1 2
eclampsia (Y). The R Square value of the X1 and X2 variables is equal to 0.766, which means
that the age factor (X1) and consumption of caffeinated drinks (coffee and tea) (X2) has an effect
on the incidence of pre-eclampsia by 76.6%, while the other 23.4% is influenced by factors
others not researched.
6,07%. Sedangkan AKB di Provinsi Jawa ini sebanyak 30 orang ibu hamil dan ibu
Timur pada tahun 2015 sebesar 154 hamil yang mengkonsumsi minuman
kematian bayi (Perilaku, Dan, Resiko, & berkafein (kopi dan teh). Untuk
Preeklampsia, 2018). Kasus kematian pada pengambilan sampel pada penelitian ini
ibu hamil di Kota Malang tahun 2016 menggunakan teknik Purposive sampling..
keberadaannya meningkat jika Metode pengumpulan data
dibandingkan dari tahun 2015, yaitu merupakan cara peneliti untuk
terdapat 9 kasus kematian ibu melahirkan mengumpulkan data yang akan dilakukan
pada tahun 2016, sedangkan pada tahun dalam penelitian. Metode pengumpulan data
2015 terdapat kasus kematian ibu terdiri atas wawancara, observasi, dokumen,
melahirkan berjumlah 8 kasus. Namun focus group discussion, pemeriksaan fisik,
Angka Kematian Ibu (AKI) dilaporkan pada dan kuisioner/ angket (Hidayat, 2014).
tahun 2016 mencapai 75,29% per 100.000 Analisa data dalam penelitian ini
kelahiran, artinya setiap kelahiran hidup menggunakan perhitungan regresi, yaitu
sejumlah 100.000 terjadi kematian ibu analisis regresi linier berganda, yang akan
kirasan 75-76 kasus, jumlah tersebut lebih dipakai untuk menghitung besarnya pengaruh
tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 dari suatu perubahan kejadian (variabel X)
terhadap kejadian lainnya (variabel Y) secara
yang berjumlah 68,24% per 100.000
kuantitatif .
kelahiran (Dinkes, 2017). Adapun spesifikasi model regresi linier
Berdasarkan studi pendahuluan yang berganda adalah sebagai berikut :
dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas
Bululawang pada Bulan Oktober, November Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + £
dan Desember 2018 terdapat 27 ibu hamil
yang menderita pre eklampsia dari total 213 Dimana :
ibu hamil, dengan 11 ibu hamil yang berusia Y : Kejadian Pre Eklampsi
kurang dari 20 tahun, 10 ibu hamil yang X1 : Faktor usia
berusia 20-35 tahun dan 6 ibu hamil yang X2 : Konsumsi Minuman Berkafein (Kopi
berusia lebih dari 35 tahun, sedangkan dari dan Teh)
Β0 : Koefisien Regresi
27 ibu hamil terdapat 8 ibu hamil yang
£ : Error / galat
sering mengkonsumsi kopi, 12 ibu hamil
sering mengkonsumsi teh dan 7 ibu hamil HASIL DAN PEMBAHASAN
yang tidak mengkonsumsi kopi maupun teh, 1. Karakteristik Responden
karena masalah usia serta terlalu sering Berdasarkan Umur Responden
mengonsumsi kafein (kopi dan teh) juga Penelitian yang dilakukan di wilayah
menjadi salah satu faktor terjadinya kerja Puskesmas Bululawang dengan
peningkatan tekanan darah. melibatkan 30 responden dengan kriteria usia
sebagai berikut:
METODE PENELITIAN Tabel 1. Karakteristik responden
Variabel bebas dalam penelitian ini berdasarkan usia
adalah Usia (X1) dan Konsumsi Minuman
Usia Frekuensi (f) Presentase
Berkafein (Kopi dan Teh) (X2). Variabel
(tahun) (%)
terikat dalam penelitian ini adalah Pre < 20 6 20
Eklampsia (Y). 20-35 12 40
Populasi pada penelitian ini adalah > 35 12 40
seluruh ibu hamil di Wilayah Kerja Total 30 100
Puskesmas Bululawang Kabupaten Malang
adalah 213 ibu hamil. Sampel adalah Berdasarkan tabel 1 dapat
sebagian dari populasi yang akan diteliti diketahui bahwa dari 30 responden
yang memiliki karakteristik yang sama terdapat usia < 20 tahun berjumlah 6
dengan populasi. Sampel dalam penelitian responden atau 20%, usia 20-35 tahun
Agama Frekuensi (%) Tabel 5 nilai analisis thitung, ttabel pada faktor usia
Islam 30 100 (X1) dan konsumsi minuman berkafein (kopi
Total 30 100,0 dan teh) (X2) dengan kejadian pre eklampsia
pada ibu hamil (Y)
Berdasarkan tabel 3 dapat
Variabel R Square thitung ttabel (0,05)
diketahui bahwa dari 30 responden X1 8,483
terdapat 30 responden atau 100% 0,766 2,045
X2 3,464
menganut agama islam.
Analisis data penelitian ini untuk Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat
mengukur “Hubungan Faktor Usia dan diketahui bahwa tidak terdapat hubungan
Konsumsi Minuman Berkafein (Kopi dan dan terdapat hubungan yang signifikan
Teh) dengan Kejadian Pre Eklampsia pada antara variabel bebas yang ditentukan
Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas melalui nilai thitung dari masing-masing
Bululawang Kabupaten Malang” disajikan variabel. Nilai thitung variabel faktor usia (X1)
pada tabel-tabel berikut ini: sebesar 8,483 lebih besar dari nilai ttabel yaitu
Tabel 4. nilai rata-rata variabel faktor usia (X1) 2,045 artinya terdapat hubungan yang
dan konsumsi minuman berkafein (kopi dan
signifikan antara faktor usia dan kejadian
teh) (X2), dan kejadian pre eklampsia (Y)
pre eklampsia (Y). Nilai thitung konsumsi
Var Min Max Mean SD minuman berkafein (kopi dan teh) (X2)
X1 1,00 3,00 2,1667 0,74664 sebesar 3,464 lebih besar dari nilai ttabel
X2 2,00 6,00 4,0667 1,08066 2,045 artinya terdapat hubungan yang
Y 5,00 9,00 6,9000 1,44676 signifikan antara konsumsi minuman
berkafein (kopi dan teh) (X2) dengan variabel independen (X1) diketahui bahwa
kejadian pre eklampsia (Y). variabel yang lebih dominan terhadap
Nilai R Square dari variabel X1 dan variabel Y adalah nilai thitung > ttabel yaitu
X2 yaitu sebesar 0,766 yang artinya faktor 8,483 > 2,045.
usia (X1) dan konsumsi minuman berkafein Menurut Tuti Meihartini (2015)
(kopi dan teh) (X2) ada pengaruh terhadap menjelaskan bahwa usia dan fisik wanita
kejadian pre eklampsia sebesar 76,6% berpengaruh terhadap proses kehamilan
sedangkan 23,4% lainnya dipengaruhi oleh pertama, pada kesehatan janin dan proses
faktor lain yang tidak diteliti. persalinan. World Health Organisasi
(WHO) memberikan rekomendasi untuk
Tabel 6 nilai analisis fhitung pada hubungan usia saat menjalani kehamilan dan
faktor usia (X1) dan konsumsi minuman persalinan adalah 20 hingga 30 tahun yang
berkafein (kopi dan teh) (X2) dengan di anggap paling aman. Tapi dengan adanya
kejadian pre eklampsia (Y) kemajuan teknologi saat ini, sampai usia 35
tahun masih boleh untuk hamil. Eka
Sumber Derajat Jumlah Kuadran F F Novaliasari Utami (2014) di RSUD Dr.
variasi bebas kuadran tengah hitung 0,05 Abdoer Rahem Situbondo dengan judul
Regresi 2 46,523 23,261 44,301 3,35
“Usia dan Pendidikan dengan Pre
Galat 27 14,177 0,525
Total 29 60,700 Eklampsia”. Hasil penelitian di uji dengan
uji chi square didapatkan insidensi ibu hamil
Berdasarkan tabel 4.6 hasil analisis usia < 20 tahun sebanyak (37,4%) dan ibu
statistik deskriptif terhadap variabel diatas hamil usia 20-35 tahun sebanyak (18,7%).
dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh yang Mekanisme kafein yang memengaruhi
signifikan antara faktor usia dan konsumsi tubuh terutama dengan memblokir reseptor
minuman berkafein (kopi dan teh) dengan adenosin, yang dapat menyebabkan
kejadian pre eklampsia yang dibuktikan peningkatan sekresi katekolamin: adrenalin,
dengan nilai Fhitung 44,301 > Ftabel yaitu 3,35. dopamin dan serotonin. Efek dari ini adalah
Berdasarkan hasil analisis didapatkan untuk percepatan denyut jantung dan
nilai thitung variabel faktor usia (X1) sebesar vasodilatasi darah serta merangsang sistem
8,483 lebih besar dari nilai t0,05 2,045 artinya saraf pusat. Beberapa studi menunjukkan
terdapat hubungan yang signifikan antara bahwa asupan kafein moderat (100-300 mg
variabel faktor usia (X1) dengan kejadian per hari) memberikan efek menguntungkan
pre eklampsia (Y). Nilai thitung konsumsi pada ketahanan mental dan fisik berpikir,
minuman berkafein (kopi dan teh) (X2) konsentrasi dan juga mengurangi kelelahan
sebesar 3,464 lebih besar dari nilai t0,05 2.045 dan kantuk. Kafein merangsang sekresi
artinya terdapat hubungan yang signifikan asam lambung, bertindak diuretik dan
antara variabel konsumsi minuman menurut beberapa data dapat memengaruhi
berkafein (kopi dan teh) (X2) dengan proses metabolisme dalam tubuh,
kejadian pre eklampsia pada ibu hamil (Y). mengintensifkan lipolisis lemak dan
Berdasarkan ragam regresi didapatkan nilai termogenesis tubuh (Insan, Andi &
Fhitung > Ftabel yaitu 44,301 > 3,35 artinya Kurniawaty, 2016).
adanya hubungan yang signifikan antara Pada orang dewasa hanya 1-5% dari
variabel faktor usia (X1) dan konsumsi kafein yang dikonsumsi diekskresikan
minuman berkafein (kopi dan teh) (X2) dalam urin dalam bentuk yang tidak diubah.
dengan kejadian pre eklampsia (Y). Nilai R Waktu paruh kafein pada orang dewasa
Square pada X1 dan X2 sebesar 0,766 yang berkisar antara 3 sampai 7 jam. Bayi usia 6-
artinya faktor usia ada berpengaruh pada 9 bulan memiliki kemampuan terbatas untuk
kejadian pre eklampsia sebesar 76,6% metabolisme kafein karena rendahnya
sedangkan 23,4% lain dipengaruhi oleh jumlah enzim dalam hati, maka sekitar 85%
faktor lain yang tidak diteliti. Dari kedua kafein yang di ekskresikan dalam urin dalam
Martiani, S., & Lelyana, R. 2012. Faktor Dan Kualitatif. Buku Ajar
Risiko Hipertensi Ditinjau Dari Perkuliahan, Jakarta.
Kebiasaan Minum Kopi. Journal Of Utami, Eka Novalia. 2014. Usia Dan
Nutrition College. Hal 78-85. Pendidikan Dengan Pre Eklampsia
Meihartati, Tuti. 2015. Hubungan Di RSUD dr. Abdoer Rahem
Kehamilan Usia Dini Dengan Situbondo. Laporan Penelitian. Hal
Kejadian Persalinan Premature Di 1-6.
Ruang Bersalin Rumah Sakit Ibu Yuniarti, Wijayanti Dan Ivantarina. 2017.
Dan Anak Paradise Tahun 2015. Analisis Perilaku Kesehatan Dan
Jurnal Daruh Azhar. Volume 2. Factor Risiko Kejadian Pre
Mudjia, Rahardo. 2017. Desain Penelitian Eklampsia Pada Ibu Hamil. Journal
Studi Kasus. Pengalaman Empiric. Of Issues In Midwifery. Hal 1-17.
Malang. Hal 1-15.
Nugroho, T. 2012. Patologi Kebidanan.
Nuha Medika, Yogyakarta.
Prawirohardjo, S. 2013. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta.
Prawirohardjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan.
Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
Rialita, Gayatri Dan Frenly. 2013. Analisis
Kafein Dalam Kopi Bubuk Di Kota
Manado Menggunakan
Spektrofotometri UV-VIS. Jurnal
Ilmiah Farmasi-UNSRAT. Volume
2.
Rohmani, A., Setyabudi & Puspitasari.
2015. Faktor Resiko Kejadian
Hipertensi Dalam Kehamilan.
Jurnal Kedokteran Muhammadiyah,
Semarang.
Situmorang. 2015. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Penderita Rawat
Inap Di RSU Sari Mutiara Medan
Tahun 2014. Jurnal Ilmiah
Keperawatan. Hal 285.
Situmorang, T. 2016. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Rsu
Anutapura Palu Pendahuluan.
Jurnal Ilmiah Keperawatan. Hal 34-
44.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Kuantitatif Dan Kualitatif Dan
R&D. Alfabeta, Bandung.
Suryana. 2013. Metodologi Penelitian
Model Praktis Penelitian Kuantitaif
ABSTRAK
Pendahuluan: Stimulasi merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak. Stimulasi
perkembangan adalah upaya untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Kurangnya
pemahaman mengenai stimulasi dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Oleh karena itu
orang tua perlu memahami tumbuh kembang dan stimulasi untuk memajukan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang
stimulasi perkembangan anak pra sekolah. Metode: Desain Penelitian deskriptif kuantitatif
dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh orang tua yang
mempunyai anak usia 60-72 bulan di TK Pertiwi Nangsri Klaten Jawa Tengah. Sampel
penelitian berjumlah 34 orang teknik sampling dengan accidental sampling. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner. analisis menggunakan uji chi-square. Hasil: Hasil analisis penelitian
ini pengetahuan orang tua tentang stimulasi perkembangan sebagian besar kurang baik yaitu 19
(55,9%) . Hasil uji statistik diperoleh adanya hubungan tingkat pengetahuan orang tua dengan
karakteristik orang tua yaitu usia dengan p value (0,017), pekerjaan dengan p value (0,049), dan
pendidikan dengan p value (0,017). Kesimpulan : Berdasarkan hasil dapat dismipulkan adanya
pengaruh yang signifikan pada karakteristik usia, pekerjaan, pendidikan, dengan tingkat
pengetahuan orang tua tentang stimulasi perkembangan anak pra sekolah usia 60-72 bulan.
ABSTRACT
aspek perkembangan baik motorik kasar Salah seorang guru juga mengtakan pihak
maupun halus, bahasa dan personal sosial. puskesmas kecamatan pernah melakukan
Stimulasi harus diberikan secara rutin penyuluhan tentang kesehatan anak, namun
dengan kasih sayang dan metode bermain. hanya dalam lingkup gizi anak dan
Sehingga perkembangan anak akan berjalan pertumbuhan anak.
optimal dan dapat mencegah keterlambatan
perkembangan anak (Marmi dan Kukuh, METODE PENELITIAN
2015).
Pemerintah telah melakukan Desain Penelitian deskriptif
beberapa upaya untuk menunjang kuantitatif dengan pendekatan cross
pemeriksaan kesehatan anak seperti sectional. Populasi seluruh orang tua yang
posyandu di tunjang juga dengan mempunyai anak usia 60-72 bulan di TK
keberadaan KB, PAUD, TK, dan sebagainya Pertiwi Nangsri Klaten Jawa Tengah.
(Depkes, RI 2018). Kedepan anak adalah Sampel 34 orang diperoleh dengan teknik
investasi dan harapan sebagai generasi accidental sampling. Pengumpulan data
penerus bangsa, oleh karena itu anak perlu menggunakan kuesioner. Dianalisis
mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk menggunakan uji chi-squar.
tumbuh dan berkembang dengan wajar dan
baik secara rohani maupun jasmani. Pada HASIL DAN PEMBAHASAN
Univariat
masa tersebut memiliki ciri khas dan
1. Karakteristik Orangtua
perbedaan masing-masing pada setiap anak, Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
sebagai orang tua harus mengetahui tumbuh Responden Berdasarkan Usia, Pekerjaan,
kembang anak, apakah tumbuh kembang Pendidikan, dan Lama Interaksi
anak berlangsung secara normal atau ada
keterlambatan dalam berkembang (Marmi Karakteristik Frekuensi %
dan Kukuh, 2015). Usia (tahun)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan <20-35 20 58,8
yang dilakukan pada bulan desember 2019 >35 14 41,2
di TK Pertiwi Nangsri Klaten Jawa Tengah Total 34 100
melalui wawancara dengan empat guru dan Pekerjaan
Bekerja 21 61,8
dua belas orang tua siswa, didapatkan data
Tidak bekerja 13 38,2
delapan orang tua mengatakan anaknya Total 34 100
mengalami keterlambatan dimotorik halus Pendidikan
maupun kasar, serta bahasa dan personal ≤SMP 18 52,9
sosialnya. Hal itu disebabkan kurangnya ≥SMA 16 47,1
pemahaman orang tua dalam memberikan Total 34 100
stimulasi dan kesibukan orang tua dalam Lama interaksi
bekerja. Sedangkan hasil wawancara dengan <8 jam 22 64,7
empat orang guru, tiga orang guru ≥8 jam 12 35,3
mengatakan ada sepuluh anak didiknya Total 34 100
dengan usia 60-72 bulan mengalami
keterlambatan dalam perkembangan Berdasarkan tabel 1. dapat
motorik halus maupun kasar, bahasa dan diketahui bahwa dari 34 responden di
personal sosial. Pihak sekolah telah TK Pertiwi Nangsri Klaten Jawa
mencoba melakukan upaya pembimbingan Tengah memiliki usia <20-35 tahun
yang intensif untuk anak didiknya yang sebanyak 20 orang (58,8%). Jika dilihat
mengalami keterlambatan dalam dari pekerjaan diketahui dari 34
perkembangan, dan menginformasikan responden paling banyak adalah yang
kepada orang tua anak didiknya untuk juga bekerja yaitu ada 21 orang (61,8%).
melukan bimbingan secara intensif dirumah. Berdasarkan pendidikan terakhir ada 18
5. Tabulasi Silang Usia dan Jenis reproduktif, berfikir, dan bekerja adalah
Kelamin Responden dengan pada usia 20-35 tahun.
Pengetahuan Responden. b. Pekerjaan
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Didapatkan hasil penelitian
Responden Dengan Pengetahuan sebanyak 21 orangtua (61,8%) bekerja.
Responden Keluarga merupakan unit sosial ekonomi
terkecil dalam masyarakat. Dalam keluarga,
Pengetahuan
Karakteristik Kurang Baik
Total orangtua memegang peranan sebagai
f % f % f % pencari nafkah bertanggung jawab
Usia memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Dan
60 bulan 14 60,9 9 39,1 23 100 menurut teori Deki (2016) mengatakan
70 bulan 5 45,5 6 54,5 11 100 bahwa orangtua yang cenderung sibuk
Jenis Kelamin dalam urusan pekerjaannya terkadang
Laki-Laki 14 63,6 6 36,4 20 100 menjadi kurang memperhatikan keadaan
perempuan 5 41,7 9 58,3 14 100 anak-anaknya dan mengakibatkan fungsi
atau peran stimulasi perkembangan
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui diserahkan kepada orang lain. Hal ini sejalan
bahwa pengetahuan responden kurang baik dengan jurnal penelitian A. Munawaroh dkk
sebanyak 14 orang (60,9%) pada usia 60 (2015) yang menjelaskan bahwa orang tua
bulan. Dapat diketahui juga sebanyak 14 yang bekerja akan kehilangan waktu yang
orang (63,6%) responden berpengetahuan cukup banyak untuk mengasuh anak dan
kurang baik pada jenis kelamin laki-laki. mengamati perkembangan anak.
Dari hasil analisis penelitian usia dan jenis c. Pendidikan
kelamin tidak berhubungan dengan Hasil penelitian ini didapatkan
pengetahuan responden. Dikatakan usia bahwa mayoritas pendidikan orangtua
anak tidak berhubungan karena nilai p (responden) terbanyak berpendidikan ≤SMP
(0,633) >α(0,05). Begitu juga dengan jenis yaitu 18 orangtua (52,9%). Latar belakang
kelamin tidak saling berhubungan karena pendidikan orangtua dapat mempengaruhi
nilai p (0,383)>α(0,05). pola pikir orangtua baik formal maupun non
formal dalam mendidik anak. Menurut
PEMBAHASAN baker dan lopez (2010) pengetahuan yang
diperoleh dari pendidikan dimana semakin
1. Karakteristik Responden
tinggi pendidikan seseorang maka dapat
a. Usia orang tua
memberikan pengetahuan lebih di
Dari hasil penelitian pada orangtua
bandingkan mereka yang berpendidikan
anak TK Pertiwi Nangsri menunjukkan
rendah. Hal ini juga sejalan dengan jurnal
bahwa diperoleh usia 20-35 tahun yaitu
penelitian Imelda (2017) juga menjelaskan
sebanyak 20 responden (58,8%). Hasil
bahwa pengetahuan kurang baik
analisis ini sejalan dengan teori
dilatarbelakangi oleh pendidikan terakhir
Notoatmodjo (2010) yang mengatakan
yang rendah.
bahawa seseorang yang berumur reproduktif
d. Lama Interaksi
lebih mudah menerima pengetahuan dan
Hasil penelitian ini didapatkan
informasi. Hal ini juga sejalan dengan jurnal
bahwa mayoritas lama interaksi orangtua <8
penelitian L. Hanifah dan M. Febriani
jam yaitu sebanyak 22 orang (64,7%). Orang
(2011) yang mengatakan bahwa semakin
tua diperlukan untuk mengetahui setiap
cukup umur semakin matang dalam pola
permasalahan yang dialami oleh anak.
pikir, namun pada usia tertentu kematangan
Orang tua harus mengerti, paham, dan
pola pikir pikir seseorang akan menurun
mempunyai banyak waktu berinteraksi dan
yaitu rentang usia 20-35 tahun. Dari hasil
mengawasi perkembangan anak karena
penelitian, teori dan jurnal penelitian dapat
lingkungan yang mendukung akan
di simpulkan bahwa usia untuk siap
mengoptimalkan berjalannya stimulasi. Hal sejalan bahawa pengetahuan yang baik akan
ini sesuai dengan teori Tanuwijaya (2013) memberikan hasil yang baik dan begitu pula
yang menyatakan cara berhubungan dan sebaliknya, apabila pengetahuan kurang
lama berinteraksi dengan orang tua atau baik juga akan menghasilkan yang kurang
lingkungan sekitar dapat mempengaruhi baaik. Semua dapat diartikan bahawa yang
perkembangan psikologi anak jika lama berpengetahuan kurang baik tentang
interaksi orang tua tidak erat atau kurang stimulasi perkembangan anak pra sekolah
dapat mengurangi kebutuhan dasar anak juga kurang baik. Namun pengetahuan
dalam tumbuh kembang. Hal ini juga sesuai seseorang juga tidak luput dari faktor yang
dengan penelitian D. A Nurlaeli (2015) mempengaruhi mulai dari internal maupun
mengatakan bahwa jika interaksi orang tua eksternal seseorang itu sendiri.
kurang dapat menyebabkan kurangnya kasih 3. Pengaruh karakteristik reponden
sayang orang tua ke anak. terhadap pengetahuan responden.
e. Usia anak a. Usia orang tua
Hasil penelitian ini didapatkan Dapat diketahui bahwa dari 34
bahwa mayoritas responden anaknya responden yang berpengetahuan kurang
berusia 60 bulan yaitu sebanyak 23 orang baik yaitu 15 orang (75,0%) yang berusia
(67,6%). Hasil ini sesuai teori Dewi dkk <20-35 tahun. Di lihat dari hasil chi square
(2015) yang mengatakan Usia anak pra menyatakan bahwa ada pengaruh usia orang
sekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun tua mengenai tingkat pengetahuan orang tua
serta biasanya sudah mulai mengikuti tentang stimulasi anak pra sekolah usia 60-
program presschool. Hal ini juga sesuai 72 bulan di TK Pertiwi Nangsri Klaten Jawa
dengan jurnal penelitian A. Handayani dkk Tengah.
(2012) yang mengatakan bahwa mayoritas Sesuai dengan teori Wawan dan
anak pra sekolah berusia 5 tahun. Dewi (2011) mengatakan bahwa umur
f. Jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi
Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan seseorang, semakin cukup
menunjukkan mayoritas anak responden umur, semakin matang tingkat kematangan
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 22 anak dan kekuatan dalam berfikir. Hal ini
(67,6%). Adanya tuntutan perilaku yang berbanding terbalik dengan hasil penelitian
berbeda antara laki-laki dan perempuan I. F. Kusuma (2013) yang mengatakan
menjadi alasan membedakan cara stimulasi. bahwa usia tidak berpengaruh pada
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pengetahuan seseorang. Dari hasil penelitian
(2016) juga menggatakan jenis kelamin dapat diketahui ada 10 orang (71,4%)
merupakan faktor yang mempengaruhi berusia >35 tahun berpengetahuan baik.
tumbuh kembang anak. Dapat diartikan bahwa usia 20-35 lebih
2. Pengetahuan Responden beresiko berpengetahuan kurang baik
Berdasarkan hasil dari 34 responden mungkin dari segi pengalaman mendidik
ada 19 orang (55,9%) yang mempunyai anak atau baru pertama memiliki anak.
pengetahuan yang kurang baik dan 15 orang b. Pekerjaan
(44,1%) yang berpengetahuan baik. Dapat diketahui bahwa ada sebanyak
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini 15 orang(71,4%) yang bekerja dan mereka
terjadi setelah orang melakukan mempunyai pengetahuan yang kurang baik..
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu Di lihat dari hasil chi square menyatakan
melalui panca indera manusia. Mernurut bahwa ada pengaruh pekerjaan orang tua
Notoatmodjo (2011) pengetahuan atau mengenai tingkat pengetahuan orang tua
kognitif merupakan domain yang sangat tentang stimulasi anak pra sekolah usia 60-
penting untuk terbentuknya tindakan 72 bulan di TK Pertiwi Nangsri Klaten Jawa
seseorang (overt behavior). Menurut jurnal Tengah. Status pekerjaan orang tua dapat
penelitian I. F, Kusuma, dkk (2013) ini juga mempengaruhi pemberian stimulasi pada
stimulasi anak pra sekolah usia 60-72 bulan (2014). Metode Penelitian
di TK Pertiwi Nangsri Klaten Jawa Tengah. Keperawatan dan Teknis Analisa Data.
Hal ini berbanding terbalik dengan teori Jakarta : Salemba Medika.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Hidayat A.A., (2010). Metode Penelitian
(2016) yang mengatakan adanya tuntutan Kesehatan Paradigma Kuantitatif,
perilaku yang berbeda antara laki-laki dan Jakarta: Heath BooksHurlock. 2012.
perempuan menjadi alasan membedakan Perkembangan Anak, jilid 2. Jakarta:
cara stimulasi dan juga mengatakan jenis Erlangga
kelamin merupakan faktor yang IDAI. (2010). Buku Ajar Hematologi-
mempengaruhi tumbuh kembang anak. Onkologi Anak. Jakarta : EGC
Hasil jurnal ilmiah bidan T. Siswina, dkk Kemenkes RI. (2018). Profil Kesehatan
(2016) juga mengatakan bahwa ada Indonesia Tahun (2018). Jakarta:
pengaruh jenis kelamin anak pada penelitian Kementrian Kesehatan Republik
pengaruh stimulasi pendidikan terhadap Indonesia.
perkembangan kecerdasan anak usia 3-6 Kozier. (2010). Buku Ajar Praktik
Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta :
KESIMPULAN EGC
Notoatmodjo,S. (2010). Metedologi
Ada hubungan antara pengetahuan Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
orang tua dan usia orang tua. Ada pengaruh Cipta.
antara pengetahuan orang tua dan pekerjaan. Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan
Ada pengaruh antara pengetahuan orang tua dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
dan pendidikan orang tua. Tidak ada Rineka Cipta.
pengaruh antara pengetahuan dan lama Papalia, E. D. dan Feldman, R. T. (2014).
interaksi orang tua. Tidak ada hubungan Meyelami Perkembangan Manusia ;
antara pengetahuan dan usia anak. Tidak ada Experience Hman Development.
hubungan antara pengetahuan dan jenis Jakarta: Salemba Humanika.
kelamin anak. Patmonodewo S. 2010. Pendidikan Anak
Pra Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
DAFTAR PUSTAKA Priyanto. (2010). Teknik Mudah dan Cepat
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Melakukan Analisis Data Penelitian
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. dengan SPSS. Yogyakarta: Gava
Jakarta : Rineka Cipta. Media.
Depkes RI. (2016). Pedoman Pelaksanaan Riwidikdo, H. (2013). Statistik Kesehatan.
Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Yogyakarta: Nuha Madika.
Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Santrock, J. W. (2011). Life-Span
Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta. development:Perkembangan Masa-
Depkes RI. (2015). Buku Kesehatan Ibu dan Hidup. Jakarta: Erlangga.
Anak (KIA). Jakarta: Depkes dan JICA. Soetjiningsih dan Ign. N. Gede Ranuh.
Desiningsih,A. 2011. Tumbuh Kembang (2015). Tumbuh Kembang Anak. Edisi
dan Terapi Bermain Anak. 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Jakarta:Salemba Medika. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Dinkes Klaten. (2018). Profil Kesehatan Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi
Kota Klaten 2018, Klaten: Dinas (Mixed Methods). Bandung : Alfabeta.
Kesehatan Kota Klaten. Sugiyono, P. D. (2010). Metode Penelitian
Dewi, R.C., Oktiawati, A., & Saputri, L.D. Kuantitatif, Kualitatif dan R& D.
(2015). Teori dan Konsep Tumbuh Bandung: Alfabeta. Sulistyaningsih.
Kembang : Bayi, Toddler, Anak, dan 2011. Metodologi Penelitian
Usia Remaja. Yogyakarta : Nuha Kebidanan, Kuantitatif & Kualitatif.
Medika. Hidayat, A Aziz Alimul.
ABSTRAK
Pendahuluan: Menurut WHO (2006), kejadian abortus di Indonesia paling tinggi diantara negara Asia
Tenggara lainnya yaitu sebesar 2 juta dari 4,2 juta orang. Penyebab utama kematian pada ibu hamil dan
melahirkan adalah perdarahan 38%, eklamsi 24%, infeksi 11%, komplikasi puerpurium 8%, abortus
5%, emboli obstetri 3%, dan lain-lain 11% (BKKBN, 2012). Tujuan penelitian untuk menganalisis
karakteristik ibu hamil dengan kejadian abortus. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif. Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil dengan kejadian
abortus di RSKIA Ummi Khasanah, yaitu berjumlah 46 pada bulan Januari-Desember 2016.
Menggunakan teknik total sampling, pengambilan data sekunder menggunakan instrumen rekam medis
dan check list. Hasil: Karakteristik ibu hamil dengan kejadian abortus mayoritas 33 responden
(71,7%) berusia 20-35 tahun, 34 responden (73,9%) paritas multigravida, 39 responden (84,8%)
tidak ada riwayat abortus, 21 responden (45,7%) bekerja sebagai IRT, 22 responden (47,8%)
berpendidikan SMA/SLTA, 21 responden (45,7%) abortus iminen. Ibu hamil dengan kejadian abortus
7 responden (15,2%) dengan karakteristik usia 20-35 tahun, paritas multigravida, riwayat abortus tidak
ada, pekerjaan IRT, pendidikan SMA/SLTA, abortus iminen. Kesimpulan: Diketahui jumlah kejadian
abortus berdasarkan karakteristik usia, paritas, riwayat abortus, pekerjaan, pendidikan, dan jenis abortus
di RSKIA Ummi Khasanah mayoritas dengan karakteristik usia 20-35 tahun, paritas multigravida,
riwayat abortus tidak ada, pekerjaan IRT, pendidikan SMA/SLTA, abortus iminen.
ABSTRACT
Introduction: According to WHO (2006), the incidence of abortion in Indonesia is the highest among
other Southeast Asian countries, amounting to 2 million out of 4.2 million people. The main causes of
death in pregnant women and childbirth are bleeding 38%, eclampsia 24%, infection 11%,
complications puerpurium 8%, abortion. 5%, obstetric embolism 3%, and others 11% (BKKBN, 2012).
The research objective was to analyze the characteristics of pregnant women with abortion. Methods:
This study is astudy descriptive. The population to be used in this study were all pregnant women with
abortions at RSKIA Ummi Khasanah, amounting to 46 in January-December 2016. Using total
sampling techniques, secondary data collection used medical record instruments and check lists.
Results: Characteristics of pregnant women with the incidence of abortion, the majority of 33
respondents (71.7%) aged 20-35 years, 34 respondents (73.9%) multigravida parity, 39 respondents
(84.8%) had no history of abortion, 21 respondents ( 45.7%) worked as an IRT, 22 respondents (47.8%)
had high school / high school education, 21 respondents (45.7%) had imminent abortion. Pregnant
women with the incidence of abortion were 7 respondents (15.2%) with characteristics aged 20-35
years, multigravida parity, no history of abortion, occupation of IRT, high school / high school
education, iminent abortion. Conclusion: It is known that the number of cases of abortion based on the
characteristics of age, parity, history of abortion, occupation, education, and type of abortion in RSKIA
Ummi Khasanah is the majority with the characteristics of the age of 20-35 years, multigravida parity,
no history of abortion, occupation of IRT, high school / high school education. , iminent abortion.
karakteristik subyek penelitian paritas rata- sebelumnya yaitu sebanyak 142 responden
rata merupakan kehamilan multigravida (82,1%).
yaitu 34 responden (73,9%), kemudian Pekerjaan bukanlah sumber
primigravida 11 responden (23,9%), dan kesenangan tetapi lebih banyak merupakan
grandemultigravida yaitu 1 reponden cara mencari nafkah yang membosankan,
(2,2%). berulang dan banyak tantangan (Nursalam,
Karakteristik selanjutnya adalah 2002). Namun pada masa kehamilan
riwayat abortus, setelah 1 kali abortus pekerjaan yang berat dan dapat
spontan memiliki 15% untuk mengalami membahayakan kehamilannya hendaklah
keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali dihindari untuk menjaga keselamatan ibu
resikonya meningkat 25%. Beberapa studi maupun janin. Hasil penelitian ini
meramalkan bahwa resiko abortus setelah 3 menunjukkan paling banyak kejadian
abortus berurutan adalah 30-45% (Saifudin, abortus terjadi pada ibu hamil yang bekerja
2008). Hal ini berbeda dengan hasil sebagai IRT sebanyak 21 responden
penelitian yaitu kejadian abortus sebanyak (45,7%), kemudian swasta/karyawan
39 responden (84,8%) tidak ada riwayat sebanyak 17 responden (36,9%),
abortus, kemuadian sebanyak 7 rsponden selanjutnya PNS sebanyak 4 responden
(15, 2%) ada riwayat abortus. Menurut (8,7%) dan petani/buruh sebanyak 4
Wiknjosastro (2007), faktor risiko dari responden (8,7%). Aktifitas kerja bisa sama
abortus meliputi usia, paritas, riwayat dilihat dari beban kerja maupun waktu,
abortus, pemeriksaan antenatal, pekerjaan, namun cara seseorang dalam melakukan
gaya hidup. Namun tidak semua ibu yang pekerjaan tersebut bisa saja berbeda
mengalami abortus memiliki faktor risiko tergantung kebiasaan dan perilaku yang
tersebut tetapi hanya satu atau beberapa dijalaninya selama bekerja.
faktor risiko saja maka seorang ibu sudah Menurut Wahyuni (2012)
dapat dikatakan memiliki faktor risiko pendidikan sangat dibutuhkan oleh manusia
terjadinya abortus. untuk pengembangan diri dan meningkatkan
Hasil penelitian ini juga sesuai kematangan intelektual seseorang.
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kematangan intelektual akan berpengaruh
Santi Saidah Tanjung tahun 2012 di RSU pada wawasan dan cara berfikir dalam
Padangsidimpuan diperoleh prevalensi tindakan maupun pengambilan keputusan
abortus pada ibu dengan tidak memiliki dalam menggunakan pelayanan kesehatan.
riwayat abortus sebesar 77,2% dari total 127 Pendidikan yang rendah membuat seseorang
responden. Selain penelitian yang pernah acuh tak acuh terhadap program kesehatan
dilakukan oleh Santi Saidah Tanjung sehingga mereka tidak mengerti bahaya
penelitian yang sama pernah dilakukan oleh yang mungkin terjadi, meskipun sarana
Zanuar Abidin tahun 2010 di RSUP dr. kesehatan telah tersedia namun belum tentu
Kariadi Semarang tentang karakteristik mereka mau menggunakannya. Hasil
abortus salah satunya berdasarkan riwayat penelitian ini berbeda dengan teori yaitu
abortus pada kehamilan sebelumnya. Hasil tingkat pendidikan SMA/SLTA sebanyak
penelitiannya menunjukkan prevalensi 22 responden (47,6%), Perguruan tinggi
terbanyak kejadian abortus dialami oleh ibu sebanyak 16 responden (34,8%),
tanpa riwayat abortus pada kehamilan SMP/SLTP sebanyak 6 responden (13%),
SD sebanyak 2 (4,4%).
ABSTRAK
Pendahuluan: Berdasarkan data dari United Nations Children’s Fund (UNICEF) tahun 2015 hanya
39% bayi di bawah 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif di seluruh dunia. Saat melakukan studi
pendahuluan di Puskesmas Bantul II tanggal 11 Desember 2018 didapatkan data dari enam responden,
dua responden mengetahui tentang ASI Eksklusif dan empat responden belum mengetahui tentang ASI
Eksklusif. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas dalam pemberian ASI
Ekslusif di Puskesmas Bantul II. Metode: Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan
pendekatan cross sectional, jumlah populasi 50 orang, jumlah sampel 30 orang, teknik pengambilan
sampel menggunakan Purposive Sampling dengan kriteria inklusi, semua ibu nifas yang melakukan
kunjungan ulang di Puskesmas Bantul II tahun 2019 yang bersedia menjadi responden dan ibu nifas
yang bisa membaca dan menulis, kriteria eksklusi, ibu nifas yang mengalami masalah seperti IUFD.
Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan 30 butir pernyataan, jumlah yang valid 25 butir
dan yang tidak valid 5 butir. Analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil: Mayoritas usia
responden 20-35 tahun 22 orang (73,3%), sebagian besar bekerja 21 orang (70%), berpendidikan SMA
18 orang (60%) dan multipara 16 orang (53,3%). Untuk tingkat pengetahuan, yang berpengetahuan baik
sebanyak 9 orang (30%), berpengetahuan cukup 18 orang (60%) dan berpengetahuan kurang 3 orang
(10%). Kesimpulan: Hasil sebagian besar ibu nifas berpengetahuan cukup.
ABSTRACT
Introduction: Based on data from the United Nations Children's Fund (UNICEF) in 2015, only 39% of
babies under 6 months are breastfed worldwide. When conducting a preliminary study at the Bantul II
Community Health Center on December 11, 2018, data was obtained from six respondents, two
respondents knew about breastfeeding and four respondents did not know about exclusive
breastfeeding. The objective was researchto determine the level of knowledge of postpartum mothers
in exclusive breastfeeding at Bantul II Public Health Center. Methods: The method used is descriptive
quantitative with aapproach cross sectional, a population of 50 people, a sample size of 30 people, the
sampling technique used purposive sampling with inclusion criteria, all postpartum mothers who made
repeat visits to the Bantul II Public Health Center in 2019 who were willing to become respondents and
postpartum mothers who can read and write, exclusion criteria, postpartum mothers who experience
problems such as IUFD. The research instrument used a questionnaire with 30 statement items, 25
valid and 5 invalid items. Statistical analysis using univariate analysis. Results: The majority of
respondents aged 20-35 years were 22 people (73.3%), most of them worked 21 people (70%), 18 people
had high school education (60%) and 16 people were multiparous (53.3%). For the level of knowledge,
9 people had good knowledge (30%), 18 people had enough knowledge (60%) and 3 people had less
knowledge (10%). Conclusion: The results of most of the postpartum mothers are sufficiently
knowledgeable.
Kartikasari, R. I dan Dian Nur Afifah. 2008. Rejeki, Sri. Pengalaman Menyusui
Hubungan Antara Motivasi dengan Eksklusif Ibu Bekerja di Wilayah
Pemberian ASI Ekdlusif di Desa Kendal Jawa Tengah. Semarang:
Balun Kecamatan Turi Kabupaten Fakultas Ilmu Keperawatan dan
Lamongan. KTI. Kesehatan Universitas
www.stikesmuhla.ac.id. Diunduh Muhammadiyah Semarang ; 2008 ;
pada 12 Desember 2018, Pukul p-3 [cited 2017feb 8] Avaliable
10.50 WIB. from :
Kementerian Kesehatan Republik https://www.google.com/url?sa=t&
Indonesia. 2015. Presiden Republik rct=j&q=&esrc=s&source=web&c
Indonesia. Peraturan Pemerintah d=12
Republik Indonesia nomor 33 &cad=rja&ved=0CDUQFjABOAo
tentang Pemberian ASI Eksklusif. &url=http%3A%2F%2Fejournal.u
Jakarta: Kementerian Kesehatan ndip. ac.id
Republik Indonesia. Roesli, U. 2008. Mengenal Asi Eksklusif.
Lestari. D. 2009. Faktor Ibu Bayi yang Jakarta: Trubus Agriwidya.
Berhubungan dengan Pemberian Supari. 2010. www.menkokesra.go.id.
Asi Eksklusif di Indonesia Tahun Diunduh pada 13 Desember 2017,
2007(Analisis Survei Demografi pukul 11.12 WIB.
Kesehatan Indonesia 2007). Skripsi. Suyatno. 2010. Pemberian ASI Secara
Fakultas Kesehatan Masyarakat Eksklusif Dan Pertumbuhan Bayi
Indonesia. Depok. Usia 0-3 Bulan. Studi Kasus Pada
LINKAGES. 2009. Pemberian ASI Bayi Yang Dilahirkan Di 4 Rumah
Eksklusif atau ASI Saja: Satu- Sakit Bersalin Di Semarang.
satunya Sumber Cairan yang United Nations Children’s Fund (UNICEF).
Dibutuhkan Bayi Usia Dini. Diakses (2017). Pemberian ASI Eksklusif.
pada tanggal 16 Maret 2017, http://www.who.int. Diakses Jum’at,
Ditelusuri dari 14 Desember 2018, pukul 10.20
www.linkagesproject.org. WIB.
Mabud, U. 2014. Hubungan Paritas Dengan Wadud, A. 2013. Hubungan Umur dan
Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Paritas Dengan Pemberian ASI
Berusia 0-6 Bulan Di Puskesmas Eksklusif Pada Bayi Berusia 0-6
Pembina Palembang. Palembang: Bulan Di Puskesmas Pembina
Poltekkes Kemenkes Jurusan Palembang. Palembang: Poltekkes
Kebidanan Kemenkes Jurusan Kebidanan
Meyske K, Eva. 2007. Faktor Yang WHO. 2010. The. World. Health. Report.
Berkaitan Dengan Praktek 2010. http://www.who.int. Diakses
Pemberian Asi Eksklusif (Studi di Jum’at, 14 Desembar 2018, pukul
Kelurahan Pahandut Kota 10.00 WIB.
Palangkaraya Propinsi Kalimantan Widiastuti, Puji, Yuni., 2011. Faktor-Faktor
Tengah). Skripsi thesis, Universitas yang Memengaruhi Pelaksanaan
Airlangga. Inisiasi Menyusu Dini Di Ruang
Prasetyono, D.S. 2009. ASI Eksklusif Mawar Rumah Sakit Umum Daerah
Pengenalan, Praktik dan Dr. H. Soewondo Kendal. Skripsi.
Kemanfaatan- kemanfaatannya. Program Studi Keperawatan Stikes
Yogyakarta: Diva Press. Kendal.
Proverawati, Atikah dan Eni Rahmawati. YLKI. (2009). Jalan Panjang Menyukseskan
2010. Kapita Selekta ASI Program ASI Eksklusif 6 Bulan.
&Menyusui. Nuha Medika. Warta Konsumen. Edisi Februari
2009/No.02/XXXI, hal. 10-14.
ABSTRAK
Pendahuluan: Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yang mencapai 305/100.000 kelahiran hidup,
yang salah satu penyebabnya yaitu kasus persalinan lama atau partus lama. Sehingga dapat
menyebabkan Morbiditas dan menyumbang angka kematian ibu maupun bayi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan lama persalinan kala I fase laten, kala I fase aktif, dan kala II pada
primigravida dan multigravida. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan
pendekatan retrospektif dengan jumlah populasi 189 responden. Jumlah sampel yang digunakan 175
responden dengan teknik pengambilam sampel Purposive Sampling. Tempat penelitian ini di
Puskesmas Bambanglipuro bantul Yogyakarta. Instrument yang digunakan berupa rekam medis,
dengan perhitungan data menggunakan distribusi frekuensi. Hasil : Diketahui rata-rata lama persalinan
kala I fase laten pada primigravida terjadi dalam waktu 228 menit (3,8 jam) dengan pembukaan satu
cm per 76 menit (1,2 jam), sedangkan pada multigravida terjadi selama 69 menit (1,15 jam) dengan
pembukaan satu cm per 23 menit (0,3 jam). Pada kala I fase aktif pada primigravida terjadi selama 232
menit (3,8 jam) dengan pembukaan satu cm per 33 menit (0,55 jam), sedangkan pada multigravida
terjadi dalam waktu 165 menit (2,75 jam) dengan pembukaan satu cm per 23,5 menit (0,39 jam). Pada
kala II pada primigravida terjadi dalam waktu 21 menit (0,35 jam), dan pada multigravida terjadi dalam
waktu 11 menit (0,18 jam). Kesimpulan: diketahui bahwa pada ibu primigravida lama persalinan kala
I dan II terjadi dalam waktu rata-rata 481 menit (8,01 jam), dan pada multigravida terjadi dalam waktu
rata-rata 245 menit (4,08 jam).
Kata Kunci : Lama persalinan, Kala I, Fase Laten, Fase Aktif, Kala II
ABSTRACT
Introduction: The Maternal Mortality Rate (MMR) in Indonesia reaches 305 / 100,000 live births, one
of which is the case of prolonged labor or prolonged labor. So that it can cause Morbidity and
contribute to maternal and infant mortality. This study aims to determine the differences in the duration
of labor for the first stage of the latent phase, the first stage of the active phase, and the second stage
of labor in primigravidas and multigravidas. Methods: This study is a descriptive study using a
retrospective approach with a population of 189 respondents. The number of samples used was 175
respondents withtechnique purposive sampling. The place of this research is in Puskesmas
Bambanglipuro Bantul, Yogyakarta. The instrument used is a medical record, with data calculation
using a frequency distribution. Results: It is known that the average latent phase of labor in
primigravida occurs within 228 minutes (3.8 hours) with an opening of one cm per 76 minutes (1.2
hours), while in multigravidas it occurs for 69 minutes (1,15 hours) with an opening of one cm per 23
minutes (0.3 hours). In the first stage, the active phase in primigravida occurs for 232 minutes (3.8
hours) with an opening of one cm per 33 minutes (0.55 hours), while in multigravidas occurs within
165 minutes (2.75 hours) with an opening of one cm per 23.5 minutes (0.39 hours). Stage II in
primigravida occurs within 21 minutes (0.35 hours), and in multigravidas occurs within 11 minutes
(0.18 hours). Conclusion: It is known that for primigravida mothers the duration of labor for stage I
and II occurs in an average time of 481 minutes (8.01 hours), and in multigravidas occurs in an average
time of 245 minutes (4.08 hours).
Tabel 2 menunjukkan bahwa lama persalinan kala I fase laten pada primigravida
sebagian besar terjadi dalam rentang waktu 211-360 menit sebanyak 48 orang (66,7%),
sedaangkan lama persalinan kala I fase laten pada multigravida sebagian besar terjadi dalam
rentang waktu 60-120 menit sebanyak 103 orang (100%).
3. Lama Persalinan Kala I Fase Aktif
Tabel 3 Distribusi Lama Persalinan Kala I Fase Aktif
45-190 191-335 336-480
menit menit menit Mean Median Modus
Paritas
(menit) (menit) (menit)
∑ % ∑ % ∑ %
Primigravida 28 38.9 31 43.1 13 18.1 232 225 120
Multigravida 63 61.2 40 38.8 0 0.0 165 150 90
Tabel 3 menunjukkan bahwa lama persalinan kala I fase aktif pada primigravida
sebagian besar terjadi dalam rentang waktu 191-335 menit pada primigravida sebanyak 31
orang (41,3%), sedangkan lama persalinan kala I fase aktif pada multigravida sebagian besar
terjadi dalam rentang waktu 45-190 menit sebanyak 63 orang (61,2%).
jam) dengan pembukaan satu cm per diketahui bahwa selisih waktu rata-rata
23,5 menit (0,39 jam) hasil ini tidak pada multigravida 10 menit lebih cepat
sesuai dengan teori dari Prawirohardjo dibandingkan dengan primigravida.
(2010) yang menyatakan bahwa lama Hasil penelitian ini tidak sesuai
persalinan kala I fase aktif terjadi dalam dengan teori dari Prawirohardjo (2010)
waktu selama 10 jam pada primigravida yang menyatakan bahwa rata-rata lama
dengan pembukaan satu cm per 85,7 persalinan pada primigravida yaitu 50
menit (1,4 jam) dan pada multigravida menit sampai maksimal dua jam,
terjadi selama 8,5 jam dengan sedangkan pada multigravida memiliki
pembukaan satu cm per 72,8 menit (1,2 rata-rata 20 menit sampai maksimal satu
jam). jam. Hasil penelitian ini juga tidak
Namun hasil penelitian ini sesuai sesuai dengan penelitian yang dilakukan
dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Halimatussakdiah yang dilakukan
Halimatussakdiah di RS Pemerintah di RS Pemerintah Banda Aceh pada
Banda Aceh dengan hasil penelitian tahun 2017 dengan hasil penelitian lama
yang menyatakaan bahwa lama persalinan rata-rata pada primigravida
persalinan kala I fase laten pada 30 menit dan 15 menit pada
primigravida terjadi pada rata-rata multigravida. Hal ini kemungkinan
waktu 3,5 sampai empat jam dengan karena terdapat hal-hal yang
pembukaan satu cm per 30 menit (0,5 mempengaruhi ibu mengenai kesiapan
jam) namun pada multigravida terdapat ibu dalam menghadapi persalinan,
sedikit perbedaan dengan selisih rata- seperti latihan relaksasi, cara mengejan
rata 60 menit, pada penelitian yang yang benar, posisi persalinan, dukungan
dilakukan oleh Halimatussakdiah dari suami dan keluarga, yang dapat
memiliki waktu rata-rata waktu satu memotivasi ibu hingga ibu merasa
sampai 1,5 jam dengan pembukaan satu percaya diri dan melancarkan proses
cm per 15 menit (0,25 jam) persalinan (Halimatussakdiah, 2010).
(Halimatussakdiah, 2017). Hal ini Hal ini kemungkinan terjadi karena ibu
kemungkinan terjadi karena frekuensi yang sudah mempunyai pengalaman
dan lama kontraksi uterus akan cara mengejan yang benar, posisi
meningkat secara bertahap, biasanya persalinan, dan adanya his yang adekuat
terjadi tiga kali atau lebih dalam 10 saat pembukaan terdeteksi lengkap
menit (Manjoer & Arif, 2009), posisi ibu diikuti pecahnya ketubah, kemudian
selama kala I fase laten juga dapat tidak adanya hambatan selama proses
memberikan pengaruh turunnta kepala persalinan kala II seperti adanya lilitan
bayi sehingga dapat mempengaruhi tali pusat (Murray & Huelsmann, 2013).
pertambahan jumlah pembukaan serviks Hasil penelitian ini menunjukkan
(Chopra, 2006). bahwa pada persalinan primigravida
Lama persalinan kala II pada kala I fase laten terjadi dalam waktu
primigravida sebagian besar terjadi rata-rata 228 menit (3,8 jam), pada
dalam rentang waktu 5-20 menit multigravida lama kala I fase laten
sebanyak 42 orang (58,3%), pada terjadi dalam waktu rata-rata 69 menit
multigravida sebagian besar terjadi (1,15 jam), berbeda dengan teori
dalam rentang waktu 5-20 menit sebelumnya dari Prawirohardjo (2010)
sebanyak 98 orang (95,1%). Pada lama bahwa lama persalinan kala I fase laten
persalinan kala II pada primigravida pada primigravida terjadi selama 480
memiliki rata-rata waktu 21 menit (0,35 menit (8 jam) dan pada multigravida
jam), sedangkan pada multigravida terjadi selama 270 menit (4,5 jam).
memiliki rata-rata waktu 11 menit (0,18
jam). Sehingga pada penelitian ini
ABSTRAK
Latar Belakang: Faktor pengetahuan, pendidikan, dan sumber informasi dapat menyebabkan ibu tidak
memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir, namun banyak disertai dengan faktor persepsi, sikap,
sosial budaya, dukungan sosial dan faktor ketidakmampuan tenaga kesehatan untuk memotivasi dalam
memberi penambahan ilmu bagi ibu-ibu yang menyusui. Berdasarkan studi pendahuluan yang sudah
dilakukan didapatkan hasil bahwa 1 ibu nifas (20 %) berpengetahuan baik, 1 ibu nifas (20%)
berpengetahuan cukup, dan 3 ibu nifas (60%) berpengetahuan kurang. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang kolostrum di Klinik Pratama Asih Waluyo Jati.
Metode: penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan
cross sectional dengan jumlah populasi 30 responden. Jumlah sampel yang digunakan 30 responden
dengan teknik pengambilan sampel yaitu accidental sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner. Penelitian ini dilakukan di Klinik Pratama Asih Waluyo Jati Bantul. Hasil: Analisis data
univariat dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa mayoritas responden ibu nifas masih berusia 20-
35 tahun sejumlah 27 responden (90%), berpendidikan SMA/SMK sejumlah 14 responden (46,7%),
pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 21 responden (70,0%), dan mempunyai paritas
multipara sebanyak 20 responden (66,7%). Tingkat pengetahuan ibu nifas dalam penelitian ini dalam
kategori kurang yaitu sejumlah 14 responden (46,7%). Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu nifas tentang kolostrum dalam kategori kurang.
ABSTRACT
Background: Factors of knowledge, education, and sources of information can cause mothers not to
give colostrum to newborns, but many are accompanied by perceptions, attitudes, socio-cultural
factors, social support and the inability of health workers to motivate in providing additional knowledge
for breastfeeding mothers. . Based on the preliminary studies that have been done, it was found that 1
postpartum mother (20%) had good knowledge, 1 postpartum mother (20%) had sufficient knowledge,
and 3 postpartum mothers (60%) had less knowledge. Penelitian aims to determine the level of
knowledge about colostrum postpartum mothers in the Primary Clinic Asih Waluyo Jati. Methods: This
research is a quantitative descriptive study using aapproach cross sectional with a population of 30
respondents. The number of samples used 30 respondents with a sampling technique that is accidental
sampling. Data collection using a questionnaire. This research was conducted at the Asih Waluyo Jati
Pratama Clinic, Bantul. Results: The univariate data analysis in this study showed that the majority of
postpartum mothers were aged 20-35 years, a total of 27 respondents (90%), 14 respondents (46.7%)
high school / vocational education (46.7%), work as housewives (IRT ) as many as 21 respondents
(70.0%), and have multiparity of 20 respondents (66.7%). The level of knowledge of postpartum
mothers in this study was in the poor category, namely 14 respondents (46.7%). Conclusion: Based on
the results of the study it can be concluded that the level of knowledge of postpartum mothers about
colostrum is in the low category.
penciuman, rasa dan raba). Pada waktu Nazara, P. 2008. Faktor- faktor yang
pengindraan sampai menghasilkan Menyebabkan Ibu Tidak
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi Memberikan Kolostrum Kepada
oleh intensitas perhatian dan persepsi Bayi Baru Lahir di Desa Sifalaete
terhadap objek.Sebagian besar Ulu KecamatanGunungsitoli
pengetahuan diperoleh melalui mata dan Kabupaten Nias Tahun 2007. Jurnal
telinga (Notoatmodjo, 2010). Menurut Kebidanan Universitas Sumatera
Notoatmodjo (2010), semakin banyak Utara, Sumatera Utara.
informasi dapat mempengaruhi atau Prasetyono DS. 2015. Buku Pintar ASI
menambah pengetahuan seseorang, dan Eksklusif. Yogyakarta: Diva Press.
dengan pengetahuan menimbulkan Prawirohardjo, S. 2012. Ilmu Kebidanan.
kesadaran yang akhirnya seseorang akan Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
berperilaku sesuai dengan pengetahuan Rohmawati. 2013. Tingkat Pengetahuan Ibu
yang dimilikinya. Nifas Tentang Kolostrum di Klinik
Mojosongo Surakarta.
KESIMPULAN www.digilib.stikeskusumahusada.ac
Responden mayoritas berusia 20-35 .id. diakses 11 April 2018.
tahun sebanyak 27 responden (90,0%), Salfina, Elmida. 2013. Hubungan
berpendidikan SMA/SMK sebanyak 14 Pengetahuan dan Perilaku Ibu
responden (46,7%), pekerjaan sebagai Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif di
Rumah Tangga (IRT) sebanyak 21 Klinik Tebet Surakarta.
responden (70,0%), kehamilan multipara www.digilib.stikeskusumahusada.ac
sebanyak 20 responden (66,7%). .id. diakses 08 Agustus 2018.
Tingkat pengetahuan ibu nifas Sulistyawati, A. 2015. Buku Ajar Asuhan
tentang kolostrum mayoritas dalam kategori Kebidanan pada Ibu Nifas.
kurang sebanyak 14 responden (46,7%). Yogyakarta: C.V Andi OFFSET.
Wawan A, Dan Dewi. 2010. Teori dan
DAFTAR PUSTAKA Pengukuran Pengetahuan, Sikap,
dan Perilaku Manusia. Yogyakarta:
Astuti. 2015. Tingkat Pengetahuan Ibu Nuha Medika.
Nifas Tentang Kolostrum dengan Wulandari, S.R, Handayani, S. 2011.
Motivasi Pemberian Kolostrum di Asuhan Kebidanan Ibu Masa
Rumah Sakit Panembahan Senopati Nifas.Yogyakarta: Gosyen
Bantul, Yogyakarta. Publishing.
Februhartanty J. 2009. ASI dari Ayah untuk
Ibu dan Bayi. Jakarta: Semesta
Media.
Kristiyanasari, W. 2009.ASI, Menyusui dan
Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika.
Mirani, S. A. 2012. Tingkat Pengetahuan
Ibu Nifas Tentang Kolostrum di BPS
Harapan Bunda
Surakarta.www.digilib.stikeskusum
ahusada.ac.id. diakses 08 Agustus
2018.
Murti, B. 2010. Desain dan Ukuran Sampel
untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Ed.
2. Yogyakarta: UGM Press.
ABSTRAK
Latar Belakang : Perubahan yang terjadi pada wanita menopause dapat menimbulkan gangguan baik
fisik maupun psikis. Ada baiknya jika seorang wanita telah mempersiapkan diri menghadapi menopause
dengan pengetahuan yang memadai. Hasil studi pendahuluan melalui kuisioner pada 10 ibu
premenopause dan menopause menunjukkan bahwa 4 orang memiliki pengetahuan cukup dan 6 orang
memiliki pengetahuan kurang tentang masa klimakterik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan ibu tentang premenopause dan menopause pada periode klimakterik dalam kadar
baik, cukup, dan kurang. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif dan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan sampel radom
sederhana, dengan jumlah sampel 54 orang. Hasil: Dari penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar
responden memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 22 responden (40,7%), 15 responden (27,8%)
memiliki tingkat pengetahuan baik, 17 responden (31,5) memiliki tingkat pengetahuan yang baik.
kurangnya pengetahuan. Kesimpulan: dari penelitian ini ditemukan bahwa tingkat pengetahuan ibu
tentang premenopause dan menopause pada periode klimakterik berada pada tingkat yang cukup yaitu
sebanyak 22 responden (40,7%) dikarenakan situasi sosial ekonomi dimana kondisi sosial ekonomi.
akan mempengaruhi pendidikan dan pengalaman terutama dalam memperoleh informasi.
ABSTRACT
Background : The changes that occur in menopausal women can cause both physical and psychological
disorders. It is better if a woman has prepared herself for menopause with adequate knowledge. The
results of a preliminary study through questionnaires on 10 premenopausal and menopausal mothers
showed that 4 people had sufficient knowledge and 6 people had less knowledge about the climacteric
period. This study aims to determine the level of maternal knowledge about premenopause and
menopause at the climacteric period in good, sufficient, and less levels. Methods: The method used in
this research is descriptive quantitative and the sampling technique used is simple radom sampling,
with a total sample of 54 people. Results: From this study, it was found that most of the respondents
had a sufficient level of knowledge as many as 22 respondents (40.7%), 15 respondents (27.8%) had a
good level of knowledge, 17 respondents (31.5) had a lack of knowledge. Conclusion: from the study,
it was found that the level of maternal knowledge about premenopause and menopause at the
climacteric period was at a sufficient level as many as 22 respondents (40.7%) due to the socio-
economic situation in which the socio-economy will affect education and experience, especially in
obtaining information.
Sehingga dari data tersebut jumlah yaitu pertanyaan yang sudah disediakan
penduduk bantul lebih banyak jawabannya sehingga responden tinggal
perempuan_dari_pada_laki-laki (Badan memilih jawaban sesuai dengan keyakinan.
Pusat Statistika DIY, 2014). Jawaban yang tersedia dalam kuesioner ini
Sebagian wanita dihantui dengan ada 2 pilihan jawaban yaitu benar atau salah.
istilah menopouse, berfikir jika suatu saat Jawaban benar dengan pernyataan positif
nanti menopouse menghampirinya. Seorang (favorable) mendapat nilai 1 dan jawaban
wanita ditengah-tengah tahun kehidupan salah jika pertanyaan negatif (unfavorable)
dikelilingi oleh mitos-mitos yang mendapat nilai 0. Pengisian kuesioner
berkembang dikalangan wanita tentang tersebut dengan memberi tanda (√ ) pada
menopouse. Mitos-mitos ini dapat jawaban yang dianggap benar.
menimbulkan banyak ketakutan dan
kecemasan dalam kehidupan wanita. HASIL DAN PEMBAHASAN
Terutama wanita paruh baya ketika mereka 1. Karakteristik Responden
mendekati masa menopouse padahal belum Tabel 1 Karakteristik Responden
tentu mitos itu benar (Mulyani, 2013).
Hasil studi pendahuluan melalui Kategori Frekuensi %
kuesioner pada 10 orang ibu yang Usia
46-48 30 55,6
pramenopouse di desa srandakan didapatkan 49-51 24 44,4
hasil 6 orang berpengetahuan kurang Total 54 100
tentang menopouse dan 4 orang
Pendidikan
berpengetahuan cukup tentang menopouse. 12 22,2
SD
METODE PENELITIAN SMP 13 24,1
Penelitian ini merupakan penelitian SMA 28 51,9
PT 1 1,9
deskriptif. Populasi dalam penelitian ini
Total 54 100
adalah seluruh ibu menopouse di Dusun
IRT 40 74.1
Nengahan, Srandakan sebanyak 107. Besar Swasta 14 25,9
sampel dihitung menggunakan rumus slovin Total 54 100
didapatkan sampel dengan jumlah 84.
Teknik sampling menggunakan metode Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
simple random sampling. Pengambilan bahwa umur ibu pramenopouse dan
sampel dilakukan berdasarkan kriteria yang menopouse umur <50 tahun sebanyak 30
ditentukan oleh peneliti dengan kriteria Orang (55,6%), ibu menopouse dengan
inklusi dan kriteria eksklusi. umur >50 tahun sebanyak 24 Orang
Kriteria Insklusi (44,4%). Berdasarkan table 4.2 dapat
1. Ibu-ibu yang bertempat tinggal di diketahui bahwa ibu pramenopouse dan
Desa Trimurti, Nengahan, menopouse dengan tingkat pendidikan SD
Srandakan sebanyak 12 (22,2%), SMP sebanyak 13
2. Sehat jasmani dan rohani orang (24,1%), SMA sebanyak 28 orang
3. Dapat membaca dan menulis (51,9%), PT sebanyak 1 orang (1,9%),
Kriteria Ekslusi sehingga mayoritas tingkat pendidikan
1. Tidak bersedia menjadi responden responden adalah SMA. Berdasarkan table
2. Tidak bisa membaca dan menulis 4.2 dapat diketahui bahwa ibu
Instrumen yang digunakan dalam pramenopouse dan menopouse pekerjaan
penelitian adalah kuesioner. Pertanyaan IRT sebanyak 40 orang (74,1%), dan Swasta
yang diberikan kepada responden adalah sebanyak 14 orang (25,9%).
mengenai pengetahuan tentang menopouse. Berdasarkan table 1 karakteristik
Peneliti membagikan kuesioner kepada responden berdasarkan umur 46-48
responden berjumlah 30 pertanyaan tertutup