File 4
File 4
Penuntutan
Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara ”pidana”
ke pengadilan ”negeri” yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang
pengadilan. Dalam konteks Pelanggaran HAM yang Berat berdasarkan Pasal 10 UU
Pengadilan HAM, maka kata ”pidana” diganti menjadi Pelanggaran HAM yang Berat dan
kata ”negeri” diganti menjadi ”HAM atau HAM Ad Hoc”. Sehingga jika ditafsirkan
bunyinya menjadi, Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan
perkara Pelanggaran HAM yang Berat ke pengadilan HAM atau Pengadilan HAM Ad
Hoc yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini
dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan.
Penuntutan perkara Pelanggaran HAM yang Berat dilakukan oleh Jaksa Agung.
Dalam menjalankan tugas penuntutan, Jaksa Agung dapat mengangkat penuntut umum ad
hoc dari unsur pemerintah dan atau masyarakat.
Penuntutan wajib dilaksanakan paling lambat 70 (tujuh puluh) hari terhitung sejak
tanggal hasil penyidikan diterima. Dalam hal penuntut umum berpendapat bahwa dari
hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan, ia dalam waktu secepatnya membuat surat
dakwaan. Surat dakwaan yang dibuat diberi tanggal dan ditandatangani serta berisi: a.
nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat
tinggal, agama dan pekerjaan tersangka; b. uraian secara cermat, jelas dan lengkap
mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebut waktu dan tempat tindak
pidana itu dilakukan. Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana yang
dimaksud dalam ketentuan huruf b diatas dinyatakan batal demi hukum.