Anda di halaman 1dari 9

UJIAN TENGAH SEMESTER

PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL III


(HSKB 733)
Dosen Pembimbing:
Ir. Robertus Chandrawidjaja.,M.S Dr. Ir. Rusdiansyah, S.T., M.T., IPM.
NIP. 19491127 198303 1 001 NIP. 19740809 200003 1 001

Dikerjakan Oleh:
Kelompok I
Mona (1810811220027)
Dwi Citra Pratiwi (1810811220029)
Muhammad Ananda Febrian (1810811310014)
Muhammad Ali Luqmana (1810811310020)
Chairul M. Rifqi Al-Asdi (1810811310036)
Ahmad Cahyadi (1910811110024)
Maulana Ivan Aulia Arham (1910811110026)
Feronia Azcharyah (1910811120001)
Nur Nailia (1910811120007)
Azmi Siddik (1910811210011)
Ahmad Riduan (1910811210012)
Ahmaddani Ridzkiawan (1910811210018)
Agung Motik Pratikno Pribadi (1910811210019)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL
BANJARBARU
2022
Ujian Tengah Semester Perancangan Pembangunan Rekayasa Sipil III (HSKB 733)

SOAL:
1.a. Jelaskan Perjalanan Air dari pengambilan sampai ke sawah.
1.b. Jelaskan tentang modul drainase.
2.a. Gambarkan pada denah sebuah konstruksi pengambilan air secara sederhana.
2.b. Gambarkan pada situasi dan denah kontruksi perbaikan pengambilan air teknis pada soal
2.a.
3. Gambarkan pada situasi, denah dan penampang pokok, konstruksi pengambilan air pada
sungai, dengan 1 buah intake untuk 1 daerah irigasi.

JAWABAN:
Soal No. 1.a:
Kegiatan pemberian air irigasi ke areal yang membutuhkan dapat terlaksana dengan
baik jika dilakukan bersamaan dengan metode atau teknik-teknik tertentu, sesuai zamannya,
maka perlu dilakukan pembaharuan sistem irigasi sehingga penggunaan air irigasi dapat lebih
efisien. Berikut 3 metode yang dapat digunakan.
1. Metode Konvensional
Metode konvensional (KON) yang dikenal sebagai sistem genangan merupakan
sistem yang paling umum diterapkan di Indonesia.Pada metode ini pemberian air
dilakukan secara terus-menerus dari saat awal tanam hingga menjelang panen.

Kelebihan : Metode genangan dalam penyelenggaraannya murah.

Kekuraangan : tetapi air yang digunakan cenderung banyak/terkenal dengan boros air,
karena lahan harus tetap digenangi dengan dipertahankan 3–5cm.

Sistem ini terus berjalan dan selalu menjadi pilihan terpopuler di Indonesia, karena
diyakini bahwa padi merupakan tanaman akuatik yang akan tetap hidup hanya jika terus-
menerus digenangi, tetapi pada kenyataannya, air yang berlebihan akan menyebabkan
tanaman tidak dapat tumbuh dan berbuah secara optimum.

2. Metode AWD
Salah satu alternatif teknologi dalam pengelolaan air (water management) adalah
Alternate Wetting and Drying (AWD) atau pengairanbasah kering. Sistem pengelolaan air
basah–kering ini dilakukan untuk efisiensi penggunaan air irigasi.Alternate Wetting and
Drying (AWD) merupakan metode pengelolaan pengairan sawah berselang yang dapat
diukur secara praktis.Pengairan basah kering dilakukan dengan mengatur air pada kondisi
tergenang atau kering secara bergantian.Pengairan dapat dimulai dengan tanah yang

Kelompok I 2
Ujian Tengah Semester Perancangan Pembangunan Rekayasa Sipil III (HSKB 733)

digenangi sejak tanam setinggi ±2 cm sampai beberapa hari setelah tanam (± 20 HST),
selanjutnya tanah dibiarkan mengering agar mencapai nilai lengas tanah (70% soil

moisture capacity) dan kembali diairi.Pemberian air kembali dilakukan selama ± 90 hari
atau sampai panen.Nilai lengas tanah (70% soil moisture capacity)dapat diketahui dengan
bantuan alat soil tester.Nilai lengas tanah berbeda–beda untuk setiap jenis tanah,
sederhananya dapat diketahui dari kedalaman muka air tanah yang mencapai ± 15 cm dari
permukaan tanah (International Rice Research Institute/ IRRI, 2009).Pada praktiknya,
kondisi tersebut dapat diketahui dengan bantuan alat sederhana dari pipa pralon yang
dilubangi dan dibenamkan ke dalam lahan percobaan (pot). Kondisi seperti ini dapat juga
disebut dengan Safe AWD. Dalam Safe AWD, penghematan air yang dapat terjadi
mungkin 15 – 30%.

3. Metode Mid Season Drainage (MSD)


Metode ini merupakan metode yang sering diterapkan di Daerah Irigasi Kubota,
Jepang.Perbedaan antara metode ini dengan metode lainnya (AWD) hanya terletak pada
waktu pemberian air dan pengeringan lahan.Pada metode ini melalukan pemberian air
sejak awal masa tanam dengan tinggi genangan air ± 2 cm dan melakukan pengeringan
lahan saat umur tanam padi ± 31 hari (untuk padi dengan umur tanam ± 110 hari).
Pengeringan lahan dilakukan selama satu minggu. Hal ini dilakukan agar lahan
mendapatkan kesempatan untuk mengikat oksigen bebas dari udara dan sekaligus melepas
gas racun (Nur rochmad, 1998).

Berdasarkan perjalanan air pada umumnya adalah sebagai berikut.


1. Dilakukan penyadapan air pada bangunan sadap,
2. Mengalirkan air ke petak sawah melalui saluran pembawa,
3. Air melewati box tersier kemudian box quarter,
4. Air diberikan ke masing-masing petak pada sawah menggunakan saluran pemberi.

Soal No. 1.b:


Definisi drainase menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah 1) pengatusan; 2)
penyaluran air; 3) saluran air. Drainase mempuyai arti yang lain yaitu pembuangan massa air
secara alami atau buatan dari permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat.
Pembuangan ini dapat dilakukan dengan mengalirkan, menguras, membuang atau mengalihkan
air. Dalam lingkup Rekayasa Sipil, drainase dibatasi sebagai serangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan,
sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal sesuai kepentingan.
Kelompok I 3
Ujian Tengah Semester Perancangan Pembangunan Rekayasa Sipil III (HSKB 733)

Modul drainase adalah jumlah air yang harus didrainase kerena apabila tidak akan
menimbulkan genangan, kuar ini tergantung dari arah hujan. Data n tahun, dengan data hujan
per hari.
𝐷𝑚 = 𝑅 (𝑛) 𝑇 + 𝑛 (𝐼𝑅 – 𝐸𝑇 – 𝑃) − 𝑆 ........................................................................ (1.b.1)
Dimana:
Dm = Drainase Modul
P = Perkolasi
R = Jumlah hujan dari n hari
ET = Evapotranspirasi
S = Strorage
I = Irigateen zaffly
n = Jumlah hari

Soal No. 2.a:


Bangunan Intake atau biasa disebut bangunan pengambilan air ialah suatu bangunan
pada bendung yang berfungsi sebagai penyadap aliran sungai,mengatur pemasukan air dan
sedimen serta menghindarkan sedimen dasar sungai dan sampah masuk ke intake. Bangunan
ini juga bisa diartikan sebagai bangunan yang dibuat sedemikian rupa pada sisi suatu sumber
air (umumnya adalah sungai) dengan maksud agar sebahagian air dari sungai tersebut (air baku)
dapat dibelokkan untuk dimanfaatkan sesuai keinginan. Untuk pengambilan air dari sungai bisa
dilakukan dengan cara mengambil langsung (menyadap) ataupun dengan cara membuat
bendung pada bagian hilir (up stream) dari sungai.

Gambar Denah Konstruksi Pengambilan Air

Kelompok I 4
Ujian Tengah Semester Perancangan Pembangunan Rekayasa Sipil III (HSKB 733)

Gambar diatas adalah gambaran denah konstruksi pengambilan air pengairan secara
sederhana dan berikut ini merupakan gambar potongan memanjang dari bangunan
pengambilan.

Gambar Potongan Memanjang dari Bangunan Pengambil

Seperti yang sudah diterangkan dimana bangunan pengambilan direncanakan dengan


maksud untuk menyadap sebagian dari debit air sungai guna memenuhi kebutuhan layanan.
Namun demikian, dalam perencanaan kapasitas pengambilan dipertimbangkan juga terhadap
fleksibilitas pada kebutuhan yang lebih tinggi selama umur proyek (telah diperhitungkan dalam
proyeksi kebutuhan air baku). Kapasitas debit lubang pintu pengambilan air (intake) yang
diperhitungkan sebagai dasar perhitungan hidrolis untuk pintu adalah sebagai berikut:
𝑄 = 𝜇. 𝑏. 𝑎. 2. 𝑔. 𝑧 ............................................................................................................ (2.a.1)
Dimana:
Q = Debit aliran air (m3/dt)
μ = Koefisien debit = 0.80
b = Lebar bukaan pintu (m)
g = Percepatan gravitasi (m/dt2)
z = Kehilangan tinggi energi (m)
a = Tinggi bukaan (m)
Soal No. 2.b:
Bila dengan bendung pelimpah air harus diambil untuk irigasi di kedua sisi sungai,
maka pengambilan untuk satu sisi (jika tidak terlalu besar) bisa dibuat pada pilar pembilas, dan
airnya dapat dialirkan melalui dalam tubuh bendung ke sisi lainnya. Kadang-kadang tata letak
akan dipengaruhi oleh kebutuhan jembatan. Dalam hal ini mungkin kita terpaksa menyimpang
dari kriteria yang telah ditetapkan. Penting untuk merencanakan dinding sayap dan dinding
pengarah, sedemikian rupa sehingga dapat sebanyak mungkin dihindari dan aliran menjadi
mulus. Pada umumnya ini berarti bahwa lengkung-lengkung dapat diterapkan dengan jari-jari
minimum ½ kali kedalaman air.
Kelompok I 5
Ujian Tengah Semester Perancangan Pembangunan Rekayasa Sipil III (HSKB 733)

Gambar situasi kontruksi perbaikan pengambilan air

Gambar denah kontruksi perbaikan pengambilan air

Kelompok I 6
Ujian Tengah Semester Perancangan Pembangunan Rekayasa Sipil III (HSKB 733)

Gambar Potongan A-A

Gambar Potongan B-B dan Potongan C-C

Kelompok I 7
Ujian Tengah Semester Perancangan Pembangunan Rekayasa Sipil III (HSKB 733)

Soal No. 3 :

Gambar situasi konstruksi pengambilan air pada sungai

Gambar penampang pokok konstruksi pengambilan air pada sungai

Kelompok I 8
Ujian Tengah Semester Perancangan Pembangunan Rekayasa Sipil III (HSKB 733)

Kelompok I 9

Anda mungkin juga menyukai