Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEPERAWATAN MATERNITAS
“KETUBAN PECAH DINI”

Dosen Pengampu :
Farida Purnamasari, MKM

Disusun oleh :
Laras Dila Pramesti (21018)
Nanda Amalia (21022)
Rosa Mailinda Anggraini (21032)

Kelompok 8
2A Keperawatan

AKADEMI KEPERAWATAN KERIS HUSADA


TAHUN AJARAN 2022/2023

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT., karena berkat rahmat dan hidayahNya
kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Maternitas tentang “Ketuban Pecah Dini”.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini. Khususnya kepada dosen pembimbing yang selama ini telah
membimbing kami dan teman-teman sekelas yang telah memberi dukungan kepada kami.
Sebagai manusia biasa tentunya makalah ini tidak lepas dari kesalahan. Untuk itu, demi
tersempurnanya makalah ini kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan diridhai oleh Allah SWT. Aamiin.

Jakarta, 04 April 2023

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Tujuan ............................................................................................................................. 2

C. Manfaat ........................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

A. Definisi ............................................................................................................................ 3

B. Etiologi ............................................................................................................................ 3

C. Tanda dan Gejala ............................................................................................................ 5

D. Manifestasi Klinik ........................................................................................................... 5

E. Patofisiologi .................................................................................................................... 6

F. Faktor yang Mempengaruhi Ketuban Pecah Dini ........................................................... 6

G. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................................. 9

H. Penatalaksanaan ............................................................................................................ 10

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 14

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 14

B. Saran ............................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan dan setelah satu jam ditunggu belum ada tanda-tanda persalinan. Ketuban
pecah dini dapat terjadi pada kehamilan cukup bulan maupun pada kehamilan belum
cukup bulan, pada keadaan ini dimana risiko ibu dan janin meningkat. Ketuban pecah
dini merupakan salah satu masalah dalam kasus kedaruratan kehamilan dan persalinan.
Setelah ketuban pecah, kuman yang berada di servik mengadakan invasi ke dalam
selaput ketuban (saccus amnion) dan dalam waktu 24 jam cairan ketuban akan
terinfeksi (Kennedy et al., 2019).
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan korion
yang sangat erat kaitannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti sel epitel,
selmesenkim dan sel trofoblast yang terikat erat dalam metrics kolagen. Selaput
ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap infeksi.
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Hal
inimerupakan masalah penting dalam bidang kesehatan yang berkaitan dengan penyulit
kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, serta
menyebabkan infeksi pada ibu yang menyebabkan meningkatnya morbiditas dan
mortalitas ibu dan bayi. Ketuban pecah dini kemungkinan besar menimbulkan risiko
tinggi infeksi dan bahaya kompresi tali pusat, maka dalam penatalaksanaan
perawatannya dianjurkan untuk pemantauan ibu maupun janin dengan ketat. Insidensi
KPD mendekati 10% dari semua persalinan, dan pada umur kehamilan kurang dari 34
minggu, angka kejadiannya sekitar 4%. Sebagian dari KPD mempunyai periode lama
melebihi satu minggu (Yulaikhah, 2008). Dalam keadaan normal 8-10% perempuan
hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Kejadian KPD berkisar 5-10% dari
semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD
terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab kelahiran prematur
sebanyak 30%.Ukuran keberhasilan suatu pelayanan kesehatan tercermin dari
penurunan angka kematian ibu (Maternity Mortality Rate) sampai pada batas angka
terendah yang dapat dicapai sesuai dengan kondisi dan situasi setempat serta waktu.

1
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, angka
kematian ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran
hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal karena berbagai sebab.
Normalnya volume cairan ketuban pada usia kehamilan usia 10 – 20 minggu,sekitar 50
– 250 ml. Ketika memasuki minggu 30– 40, jumlahnya mencapai 500 – 1500 ml.
KPD sering kali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan
morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang
cukup tinggi. Kematian perinatal yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena
kematian akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak
maju, partus lama, dan partus buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus KPD
terutama pada pengelolaan konservatif. Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD
dimana harus segera bersikap aktif terutama pada kehamilan yang cukup bulan, atau
harus menunggu sampai terjadinya proses persalinan, sehingga masa tunggu akan
memanjang berikutnya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi.

B. Tujuan

Adapun tujuannya yaitu :


1. Untuk mengetahui definisi dari ketuban pecah dini.
2. Untuk mengetahui etiologi dari ketuban pecah dini.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari ketuban pecah dini.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari ketuban pecah dini.
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari ketuban pecah dini.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan Penunjang dari ketuban pecah dini.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari ketuban pecah dini.

C. Manfaat

Untuk mengatasi dampak dari permasalahan Ketuban Pecah Dini (KPD) yang
biasanya menjadi masalah utama para ibu hamil, dan juga sebagai pengetahuan pada
ibu hamil tentang apa itu KPD dan bagaimana cara pencegahannya. Dapat mencegah
kematian perinatal pada saat persalinan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses
persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu
(Cunningham, Mc. Donald, gant, 2002). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban
sebelum terdapat tanda persalinan dan di tunggu satu jam belum di mulainya tanda
persalinan (Manuaba 2009). Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari
vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung
dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun
kehamilan aterm (Saifuddin, 2002). Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum
proses persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini di sebabkan oleh karena
berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra uteri atau kedua
faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan adanya infeksi yang
dapat berasal darivagina servik (Sarwono, 2002). Ketuban pecah dini adalah pecahnya
ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan setelah di tunggu satu jam, belum ada
tanda persalinan (Yulaikhah, 2008). Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi
kontraksi rahim disebut “kejadian ketuban pecah dini” (periode latern). Kondisi ini
merupakan penyebab terbesar persalinan premature dengan segala akibatnya. Early
rupture of membrane adalah ketuban pecah pada faselaten persalinan.

B. Etiologi

Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran


atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina
danserviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri.
Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :
a. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher
atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka
ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang

3
semakin besar. Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata,
disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu
kelainan congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan
tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal
trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta
keluarnya hasil konsepsi (Manuaba, 2002).
b. Peninggian tekanan inta uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
1. Trauma
Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
2. Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan
gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya
ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih,
isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban) relative kecil
sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan
selaput ketuban tipis dan mudah pecah. (Saifudin.2002).
3. Makrosomia
Yaitu berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia
menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau overdistensi dan
menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput
ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan
membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah.
(Winkjosastro, 2006).
4. Hidramnion
Yaitu jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam
jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronisadalah peningkatan jumlah
cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume
tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam
waktu beberapa hari saja
5. Kelainan letak janin dan Rahim
Letak sungsang, letak lintang.
6. Kemungkinan kesempitan panggul
4
Bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic disproporsi).
7. Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran organism
vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnya selaput
ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
8. Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang
meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkan
terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik
sehingga memudahkan ketuban pecah.
9. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik).
10. Riwayat KPD sebelumya
11. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
12. Serviks (leher rahim) yang pendek (< 25mm) pada usia kehamilan 23 minggu

C. Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina,
aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, berwarna pucat,
cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena uterus diproduksi sampai kelahiran
mendatang. Tetapi, bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di
bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.
Sementara itu, demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung
janin bertambah capat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Sunarti, 2017).

D. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (1999) antara lain :


a. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan,
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
b. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
c. Janin mudah diraba.
d. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering.

5
e. Inspekulo, tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering.

E. Patofisiologi

Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :


1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat
lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
2. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan
retikulerkorion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen
dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan
prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1
dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi
depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan selaput
ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
3. Patofisiologi Pada infeksi intrapartum
a. Ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan
langsung antara ruang intraamnion dengan dunia luar.
b. Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan
penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke
ruangintraamnion.
c. Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterine
menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal). Tindakan
iatrogeniktraumatik atau higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang
terlalu sering, dan sebagainya, predisposisi infeksi

F. Faktor yang Mempengaruhi Ketuban Pecah Dini

Menurut (Morgan, 2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat disebabkan oleh
beberapa faktor meliputi :
a. Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap
kesiapan ibu selama kehamilan maupun menghadapi persalinan. Usia untuk

6
reprosuksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah
atau di atas usia tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan persalinan.
Usia seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi,
karena organ-organ reproduksinya sudah mulai berkuarng kemampuannya dan
keelastisannya dalam menerima kehamilan (Sudarto, 2016).
b. Sosial Ekonomi
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas
kesehatan di suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa uang yang
mempengaruhi seseorang dalam mempengaruhi kehidupannya. Pendapatan
yang meningkat merupakan kondisi yang menunjang bagi terlaksananya status
kesehatan seseorang. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang
menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai
kebutuhan (BPS, 2005).
c. Paritas
Paritas merupakan banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak
pertama sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu
primipara, multipara, dan grande multipara. Primipara adalah seorang wanita
yang baru pertama kali melahirkan dimana janin mencapai usia kehamilan 28
minggu atau lebih. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalalmi
kehamilan dengan usia kehamilan 28 minggu dan telah melahirkan buah
kehamilan 2 kali atau lebih. Sedangkan grande multipara merupakan seorang
wanita yang telah mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28 minggu
dan telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali (Wikjosastro, 2007).
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah mengalami KPD pada
kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat diyakini
lebih berisiko akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).
Kehamilan yang terlalu sering, multipara atau grademultipara mempengaruhi
proses embriogenesis, selaput ketuban lebih tipis sehingga mudah pecah
sebelum waktunya. Pernyataan teori dari menyatakan semakin banyak paritas,
semakin mudah terjadinya infeksi amnion karena rusaknya struktur serviks pada
persalinan sebelumnya. KPD lebih sering terjadi pada multipara, karena
penurunan fungsi reproduksi, berkurangnya jaringan ikat, vaskularisasi dan
servik yang sudah membuka satu cm akibat persalinan yang lalu (Nugroho,
2010).
7
d. Anemia
Anemia pada kehamilan merupakan adalah anemia karena kekurangan zat
besi. Jika persendian zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi
persendian zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia. Pada kehamilan
relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodelusi atau
pengencangan dengan penigkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya
pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Pada ibu hamil yang mengalami anemia
biasanya ditemukan ciri-ciri lemas, pucat, cepat lelah, mata berkunang-kunang.
Pemeriksaan darah dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yang pada
trimester pertama dan trimester ke tiga. Dampak anemia pada janin antara lain
abortus, terjadi kematian intrauterin, prematuritas, berat badan lahir rendah,
cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat mengakibatkan
abortus, persalinan prematuritas, ancaman dekompensasi kordis dan ketuban
pecah dini (Manuaba, 2009).
e. Perilaku Merokok
Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas tinggi
dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok mengandung lebih dari 2.500
zat kimia yang teridentifikasi termasuk karbonmonoksida, amonia, aseton,
sianida hidrogen, dan lain-lain. Merokok pada masa kehamilan dapat
menyebabkan gangguan-gangguan seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah
dini, dan resiko lahir mati yang lebih tinggi (Sinclair, 2003).
f. Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian
ketuban pecah dini dapat berpengaruh besar terhadap ibu jika menghadapi
kondisi kehamilan. Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami
ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah
akibat penurunan kandungan kolagen dalam membran sehingga memicu
terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah preterm. Wanita yang pernah
mengalami KPD pada kehamilan menjelang persalinan maka pada kehamilan
berikutnya akan lebih beresiko dari pada wanita yang tidak pernah mengalami
KPD sebelumnya karena komposisi membran yang semakin menurun pada
kehamilan berikutnya.
g. Serviks yang Inkompetensik

8
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-
otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga
sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan
desakan janin yang semakin besar. Inkompetensia serviks adalah serviks dengan
suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui
ostium uteri atau merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks yang
memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules
dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti
dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi.
h. Tekanan Intra Uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya :
1. Trauma
Berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis.
2. Gemelli
Kehamilan kembar dalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
kehamilan gemelli terjadinya distensi uterus yang berlehihan, sehingga
menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlehihan. Hal ini terjadi
karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput
ketuban) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan
sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah
(Novihandari, 2016).

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu di periksa : warna, konsentrasi, bau
dan pH n ya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin
juga urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas
nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning.
a. Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika krtas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7– 7,5, darah dan
infeksi vagina dapat mengahsilakan tes yang positif palsu.

9
b. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek
dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran
daun pakis.
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG).
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalamkavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.
Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidromnion.Walaupun
pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya namun pada
umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan
sedehana.

H. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanan Medis
Kasus KPD yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan akan
menaikkan insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan spontan akan
menaikkan insidensi chorioamnionitis. Kasus KPD yang kurang bulan kalau
menempuh cara-cara aktif harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan
kalau menempuh cara konservatif dengan maksud untuk memberi waktu
pematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang akan
memperjelek prognosis janin. Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur
kehamilan. Kalau umur kehamilan tidak diketahui secara pasti segera dilakukan
pemeriksaann ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan
letak janin. Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan
adalah RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan
kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal
untuk persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru-
paru sudah matang, chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsi pada janin
merupakan sebab utama meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada
kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama
pecahnya selaput ketuban atau lamanya perode laten.
1. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm (> 37 Minggu).
Beberapa penelitian menyebutkan lama periode laten dan durasi KPD
keduanya mempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan

10
kejadian infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak antara pecahnya
ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode latent = L.P = “lag”
period. Makin muda umur kehamilan makin memanjang L.P-nya. Pada
hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan menginduksi persalinan dengan
sendirinya. Sekitar 70-80 % kehamilan genap bulan akan melahirkan dalam
waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah.bila dalam 24 jam setelah kulit
ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi
persalinan, dan bila gagal dilakukan bedah caesar.
Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu.
Walaupun antibiotik tidak berfaedah terhadap janin dalam uterus namun
pencegahan terhadap chorioamninitis lebih penting dari pada pengobatanya
sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu dilakukan. Waktu
pemberian antibiotik hendaknya diberikan segera setelah diagnosis KPD
ditegakan dengan pertimbangan : tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam
kemungkinan infeksi telah terjadi, proses persalinan umumnya berlangsung
lebih dari 6 jam. Beberapa penulis meyarankan bersikap aktif (induksi
persalinan) segera diberikan atau ditunggu sampai 6-8 jam dengan alasan
penderita akan menjadiin partus dengan sendirinya. Dengan mempersingkat
periode laten durasi KPD dapat diperpendek sehingga resiko infeksi dan
trauma obstetrik karena partus tindakan dapat dikurangi.
Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat
terhadap keadaan janin, ibu dan jalannya proses persalinan berhubungan
dengan komplikasinya. Pengawasan yang kurang baik dapat menimbulkan
komplikasi yang fatal bagi bayi dan ibunya (his terlalu kuat) atau proses
persalinan menjadi semakin kepanjangan (his kurang kuat). Induksi
dilakukan dengan mempehatikan bishop score jika > 5 induksi dapat
dilakukan sebaliknya < 5, dilakukan pematangan servik, jika tidak berhasil
akhiri persalinan dengan seksio sesaria.
2. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm (< 37 minggu).
Pada kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang bulan tidak
dijumpai tanda-tanda infeksi pengelolaanya bersifat koservatif disertai
pemberian antibiotik yang adekuat sebagai profilaksi Penderita perlu
dirawat dirumah sakit,ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu
dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan
11
kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu, obat-obatan uteronelaksen
atau tocoliticagent diberikan juga tujuan menunda proses persalinan. Tujuan
dari pengelolaan konservatif dengan pemberian kortikosteroid pada
penderita KPD kehamilan kurang bulan adalah agar tercapainya
pematangan paru, jika selama menunggu atau melakukan pengelolaan
konservatif tersebut muncul tanda-tanda infeksi, maka segera dilakukan
induksi persalinan tanpa memandang umur kehamilan. Induksi persalinan
sebagai usaha agar persalinan mulai berlangsung dengan jalan merangsang
timbulnya his ternyata dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi yang
kadang-kadang tidak ringan.
Komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi gawat janin sampai mati,
tetani uteri, ruptura uteri, emboli airketuban, dan juga mungkin terjadi
intoksikasi. Kegagalan dari induksi persalinan biasanya diselesaikan dengan
tindakan bedan sesar. Seperti halnya pada pengelolaan KPD yang cukup
bulan, tidakan bedah sesar hendaknya dikerjakan bukan semata-mata karena
infeksi intrauterin tetapi seyogyanya ada indikasi obstetrik yang lain,
misalnya kelainan letak, gawat janin, partus takmaju, dll. Selain komplikasi-
komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan aktif. Ternyata pengelolaan
konservatif juga dapat menyebabakan komplikasi yang berbahaya, maka
perlu dilakukan pengawasan yang ketat. Sehingga dikatan pengolahan
konservatif adalah menunggu dengan penuh kewaspadaan terhadap
kemungkinan infeksi intrauterin. Sikap konservatif meliputi pemeriksaan
leokosit darah tepi setiap hari, pemeriksaan tanda-tanda vital terutama
temperatur setiap 4 jam, pengawasan denyut jamtung janin, pemberian
antibiotik mulai saat diagnosis ditegakkandan selanjutnya stiap 6 jam.
Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterm KPD telah dilaporkan
secara pasti dapat menurunkan kejadian RDS.(8) The National Institutes of
Health (NIH) telah merekomendasikan penggunaan kortikosteroid pada
preterm KPD pada kehamilan 30-32 minggu yang tidakada infeksi
intramanion. Sedian terdiri atas betametason 2 dosis masing-masing 12 mg
i.m tiap 24 jam atau dexametason 4 dosis masing-masing 6 mg tiap 12 jam.
b. Manajemen terapi pada Ketuban Pecah Dini
1. Konservatif
a. Rawat rumah sakit dengan tirah baring.
12
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
c. Umur kehamilan kurang 37 minggu.
d. Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.
e. Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan
kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin.
f. Jangan melakukan periksaan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda
persalinan.
g. Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat
janin.
h. Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi
uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air
berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.
2. Aktif
a. Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi.Bila
ditemukan tanda tanda inpartu, infeksi dan gawat janin makalakukan
terminasi kehamilan.
b. Induksi atau akselerasi persalinan.
c. Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan
mengalami kegagalan.
d. Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat
ditemukan. Hal-hal yang harus diperhatikan saat terjadi pecah ketuban
antara lain :
Yang harus segera dilakukan :
• Pakai pembalut tipe keluar banyak atau handuk yang bersih.
• Tenangkan diri Jangan bergerak terlalu banyak pada saat
ini.Ambil nafas dan tenangkan diri.

Yang tidak boleh dilakukan:


• Tidak boleh berendam dalam bath tub, karena bayi ada
resikoterinfeksi kuman.
• Jangan bergerak mondar-mandir atau berlari ke sana
kemari,karena air ketuban akan terus keluar. Berbaringlah
dengan pinggang diganjal supaya lebih tinggi.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran atau


meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina danserviks
(Saifudin, 2000). Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas,
infeksi dalam rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh
karena itu, tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga
dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu dilakukan
pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurus sesuai kebutuhan
persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dan gejala korioamninitis.

B. Saran

Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan


keluarganya. Perawat harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang
menyertai perkiraan kelahiran janin premature serta risiko tambahan korioamnionitis.
Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan periode tirah baring dan
hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan dengan wanita dan keluarganya.
Pemahaman dan kerja sama keluarga merupakan hal yang penting untuk kelanjutan
kehamilan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. (2005). Keperawatan Maternitas. Jakarta.

Legawati. (2018). Determinan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) DI Ruang


Cempaka RSUD DR Doris Sylvanus Palangkaraya.

Manuaba. Chandranita, Ida Ayu, dkk. (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta:
EGC.

RI, K. K. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Saifuddin, A. B. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: YBP-SBP.

15

Anda mungkin juga menyukai

  • Kel 9
    Kel 9
    Dokumen13 halaman
    Kel 9
    2A-ADINDA ANGGRAINI AGUSTIN
    Belum ada peringkat
  • Kel 7
    Kel 7
    Dokumen19 halaman
    Kel 7
    2A-ADINDA ANGGRAINI AGUSTIN
    Belum ada peringkat
  • Askep Kel 4
    Askep Kel 4
    Dokumen19 halaman
    Askep Kel 4
    2A-ADINDA ANGGRAINI AGUSTIN
    Belum ada peringkat
  • Ansietas
    Ansietas
    Dokumen34 halaman
    Ansietas
    2A-ADINDA ANGGRAINI AGUSTIN
    Belum ada peringkat
  • Jiwa Kel 2 Fix
    Jiwa Kel 2 Fix
    Dokumen13 halaman
    Jiwa Kel 2 Fix
    2A-ADINDA ANGGRAINI AGUSTIN
    Belum ada peringkat
  • Revisi Tikd Sirs
    Revisi Tikd Sirs
    Dokumen7 halaman
    Revisi Tikd Sirs
    2A-ADINDA ANGGRAINI AGUSTIN
    Belum ada peringkat