Askep Kel 4
Askep Kel 4
DOSEN PENGAJAR:
Farida Purnamasari, MKM
DISUSUN OLEH:
Adinda Anggraini Agustin (21003)
Shella Zumarnis (21036)
Justin Marine (21016)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana.
Makalah ini berisi tentang “Pre-eklampsia & Eklampsia”.Semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman kita semua. Kami menyadari bahwa sebagai manusia
yang memiliki keterbatasan, tentu hasil karya kami ini tidak luput dari kekurangan baik dari
segiisimaupunpenulisan kata. Maka dari itu dengan mengharapkan ridha Allah SWT. Kami
sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari anda semua untuk memperbaiki
makalah kami dimasa yang akan datang.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada wanita usia subur yang berkaitan dengan masa diluar kehamilan, masa
kehamilan, masa melahirkan, masa nifas sampai enam minggu, dan bayi yang
dilahirkan sampai berusia 40 hari beserta keluarganya. Pelayanan berfokus pada
pemenuhan kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan. (CHS/KIKI, 1993).
Preeklampsia dan eklampsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang
disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri.Preeclampsia adalah timbulnya
hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah umur 20 minggu atausegera
setelah persalinan.Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi penyakit
trofoblastik (Ammiruddin dkk, 2007).Preeclampsia terjadi karena adanya mekanisme
imunolog yang kompleks, aliran darah ke plasenta berkurang, akibatnyasuplai zat
makanan yang dibutuhkan janin berkurang.Penyebabnya karena penyempitan
pembuluh darah yang unik, yang tidak terjadi pada setiap orang selama kehamilan
(Indiarti, 2009 & Cuningham, 2001).Perdarahan, infeksi, dan eklampsia, merupakan
komplikasi yang tidak selalu dapat diramalkan sebelumnya dan mungkin saja terjadi
ibu hamil yang telah diidentifikasi normal (Senewe & Sulistiawati, 2006).
B. Rumusan Masalah
a) Apa saja kemungkinan yang terjadi pada kasus tersebut ?
b) Jelaskan definisi kasus tersebut?
c) Apakah etiologi kasus tersebut?
d) Jelaskan faktor predisposisi dari preeclampsia?
e) Jelaskan tanda dan gejala pre-eklampsia dan eklamsia?
f) Apakah perbedaan antara pre-eklampsia dan eklampsia?
g) Bagaimana patofisiologi pada kasus pre-eklampsia dengan eklampsia?
h) Apakah komplikasi dari yang mungkin terjadi jika ibu tidak tertangani dengan baik?
i) Apakah pemeriksaan penunjang yang paling penting untuk kasus diatas?
j) Bagaimana cara penatalaksanaan pada kasus pre-eklampsia dan eklampsia?
k) Buatlah asuhan keperawatan pada kasus pre-eklampsia dan eklampsia!
C. Tujuan
a) Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang keperawatan
maternitas.
b) Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mampu menjelaskan definisi, tanda dan gejala, etiologi pada
kasus tersebut.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2. Eklampsia
Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti “halilintar”. Kata
tersebut dipakai karena seolah – olah gejala – gejala eklamsia timbul dengan tiba –
tiba tanpa didahului oleh tanda – tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia
pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda – tanda
pre-eklampsia. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul serangan kejangan
uang diikuti oleh koma. Tergantung dari saat timbulnya eklampsia dibedakan
eklampsia gravidarum, eklampsia parturientum, eklampsia puerperale. Perlu
dikemukakan bahwa pada eklampsia gravidarum sering kali persalinan mulai tidak
lama kemudian.
Dengan pengetahuan bahwa biasanya eklampsia didahului olah pre-eklampsia,
tampak pentingmya pengawasan antenatal yang teliti dan teratur, sebagai usaha
untuk mencegah timbulnya penyakit itu.
Frekuensi
Frekuensi eklampsia bervariasi antara satu negara dan yang lain. Frekuensi
rendah pada umumnya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan antenatal
yang baik, penyediaan tempat tidur antenatal yang cukup, dan penanganan pre-
eklampsia yang sempurna. Di negara – negara sedang berkembang frekuensi
dilaporkan berkisar antara 0,3% - 0,7%, sedang di negara – negara maju angka
tersebut lebih kecil, yaitu 0,05% - 0,1%.
Diagnosis
Diagnosis eklampsia umumnya tidak mengalami kesukaran. Dengan adanya
tanda dan gejala pre-eklampsia yang disusul oleh serangan kejangan seperti telah
diuraikan, maka diagnosis eklampsia sudah tidak diragukan. Walaupun demikian,
eklampsia harus dibedakan dari (1) epilepsi; dalam anamnesis diketahui adanya
serangan sebelum hamil atau pada hamil-muda dan tanda pre-eklampsia tidak ada;
(2) kejangan karena obat anestesia; apabila obat anestesia lokal tersuntikkan ke
dalam vena, dapat timbul kejangan; (3) koma karena sebab lain, seperti diabetes,
perdarahan otak, meningitis, ensefalitis, dan lain – lain.
3
Etiologi pre-eklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.Banyak teori-
teori yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya, oleh
karena itu disebut “penyakit teori”; namun belum ada yang memberikan jawaban yang
memuaskan.Teori sekarang yang dipakai sebagai penyebab pre-eklampsia adalah teori
“iskemia plasenta”.Namun teori belum dapat menerangkan semuahal yang berkaitan
dengan penyakit ini (Rustam, 1998).
b) Perubahan anatomi-patologik
Plasenta. Pada pre-eklampsia terdapat spasmus arteriola spiralis desidua
dengan akibat menurunnya aliran darah ke plasenta. Perubahan plasenta normal
seba akibat tuanya kehamilan, seperti menipisnya sinsitium, menebalnya
dinding pembuluh darah dalam villi karena fibrosis, dan konversi mesoderm
menjadi jaringan fibrotic, dipercepat prosesnya pada pre-eklampsia dan
hipertensi. Pada pre-eklampsia yang jelas ialah atrofi sinsitium, sedangkan
pada hipertensi menahun terdapat terutama perubahan pada Pre-eklampsia
ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu. Oleh karena itu, sebagian
besar pemeriksaan anatomi patologik berasal dari penderita eklampsia yang
meninggal. Pada penyelidikan akhir-akhir ini dengan biopsi hati dan ginjal
ternyata bahwa perubahan anatomi-patologik pada alat-alat itu pada pre-
eklampsia tidak banyak berbeda daripada yang ditemukan pada eklampsia
(Prawirohardjo, Sarwono, 1991)
4
2. Eklampsia
Pada eklampsia, kejang-kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk
sementara, asidum laktikum dan asam organic lain naik, dan bikarbonas natrikus,
sehungga menyebabkan cadangan alkali turun. Setelah kejangan, zat organic
dioksidasi, sehingga natrium dilepaskan untuk dapat bereaksi dengan asam
karbonik menjadi bikarbonas natrikus. Dengan demiian, cadangan alali dapat pulih
kembali.
Oleh beberapa penulis kadar asam urat dalam darah dipakai sebagai parameter
untuk menentukan proses pre-eklampsia menjadi baik atau tidak. Pada keadaan
normal asam urat melewati glomelurus dengan sempurna untuk diserap kembali
dengan sempurna oleh tubulus kontorti proksimalis dan akhirnya dikeluarkan oleh
tubulus kontorti distalis. Tampaknya perubahan pada glomelurus menyebabkan
filtrasi asam urat mengurang, sehingga kadarnya dalam darah meningkat. Akan
tetapi, kadar asam urat yang tinggi tidak selalu ditemukan. Selanjutnya, pemakaian
diuretika golongan tiazid menyebabkan kadar asam urat meningkat.
Kadar kreatinin dan ureum pada pre-eklampsia tidak meningkat, kecuali bila
terjadi oliguria atau anuria. Protein serum total, perbandingan albumin globulin dan
tekanan osmotic plasma menurun pada pre-eklampsia, kecuali pada penyakit yang
berat dengan hemokonsentrasi. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen
meningkat dengan nyata. Kadar tersebut lebih meningkat lagi pada pre-
eklampsia.Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang
dari 1 menit pada eklampsia (Prawirohardjo, Sarwono. 1991).
5
b. Paritas : primigravida memiliki insidensi hipertensi hampir dua kali lipat.
Menurut penelitian, telah diketahui bahwa umur reproduksi sehat pada seorang
wanita berkisar antara 20-30 tahun. Artinya melahirkan setelah umur 20 tahun,
jarak persalinan sebaiknya 2-3 tahun dan berhenti melahirkan setelah umur 20
thun. Berarti jumlah anak cukup 2-3 orang.
c. Faktor keturunan (genetic) : bukti adanya pewarisan secara genetic paling
mugkin disebabkan oleh turunan resesif. Menurut (Chapman, 2006) ada
hubungan genetic yang telah diteggakkan, riwayat keluarga ibu atau saudara
perempuan meingkatkan resiko empat sampai delapan kali. Faktor risiko
terjadinya komplikasi hipertensi pada kehmilan dapat diturunkan pada anak
perempuannya (Manuaba, 2007). Menurut Angsar (2008).
d. Status sosial ekonomi : preeclampsia dan eklampsia lebih umum ditemui pada
kelompok sosial ekonomi rendah. Menurut Benson (1994), status ekonomi yang
rendah juga merupakan salah satu faktor predisposisi kejadian preeclampsia.
Beberpa peneliti menyimpulkan bahwa sosial ekonomi yang baik mengurangi
terjadinya preekalampsia.
e. Komplikasi obstetric : kehamilan kembar, kehamilan mola atau hidrops fetalis.
Preeclampsia lebih besar kemungkinan terjadinya kehamilan kembar. Selin itu,
hipertensi yang diperberat karena kehamilan banyak terjadi pada kehamilan
kembar. Dilihat dari segi teori hiperplasentosis, kehamilan kembar mempunyai
risiko untuk berkembangnya preeclampsia. Kejadian preeclampsia pada
kehamilan kembar meningkat menjadi 4-5 kali dibandingkan kehamilan
tunggal. Selain itu, dilaporkan bahwa preeclampsia akan meningkat pada
kehamilan kembar tiga dan seterusnya. (Karkata, 2006)
f. Riwayat penyakit yang sudah ada sebelumnya : hipertensi, diabetes mellitus,
penyakit ginjal, system lupus erytematosus (SLE), sindrom antifosfolipid
antibody. Dasar penyebab preeclampsia diduga adalah gangguan fungsi endotel
pembuluh darah (sel pelapis dalam pembuluh darah) yang menimbulkan
vasospasme lumen pembuluh darah mengecil/menciut.
2. Eklampsia
Faktor risiko pada eklampsia adalah:
1) Primigravida
2) Wanita gemuk
3) Wanita dengan:
6
• Hipertensi esensial, kehamilan kembar, polihidramnion, diabetes, mola
hidatiform
4) Riwayat pre-eklampsia atau eklampsia pada kehamilan sebelumnya
5) Riwayat eklampsia keluarga
7
2. Eklampsia
Tujuan utama pengobatan eklampsia ialah menghentikan berulangnya serangan
kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah
keadaan ibu mengizinkan. Pengawasan dan perawatan yang intensif sangat penting
bagi penanganan penderita eklampsia, sehingga ia harus dirawat di rumah sakit.
Pada pengangkutan ke rumah sakit diperlukan obat penenang yang cukup untuk
menghindarkan timbulnya kejangan:
Tujuan pertama pengobatan eklampsia ialah menghentikan kejangan
mengurangi vasospasmus, dan meningkatkan dieresis.Dalam pada itu, pertolongan
yang perlu diberikan jika timbul kejangan ialah mempertahankan jalan pernapasan
bebas, menghindarkan tergigitnya lidah, pemberian oksigen, dan menjaga agar
penderita tidak mengalami trauma. Untuk menjaga jangan sampai terjadi kejangan
lagi yang selanjutnya mempengaruhi gejala-gejala lain.
Sedangkan menurut Adi (2015) penatalaksanaan eklampsia adalah:
1) Tujuan
Memerlukan tindakan yang segera dengan tujuan berikut ini:
• Ketika eklampsia masih iminem, lakukanlah tindakan untuk
mencegahnya
• Stabilisasi kondisi ibu
• Pengendalian serangan kejang
• Pengendalian hipertensi
• Melahirkan bayi
• Pencegahan serangan kejang berikutnya
2) Stabilisasi kondisi ibu:
Langkah yang harus dilakukan:
• Memastikan patensi jalan napas
• Pemasangan infuse
• Pemindahan pasien
• Pemeriksaan
3) Obat-obatan:
• Sedasi
• Monitoring MgSO4
• Obat alternative
• Obat untuk hipertensi
• Antibiotic
• Monitoring janin
4) Melahirkan Bayi
8
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan terhadap ibu pre eklamsi antara lain sebagai berikut
(Mitayani, 2017):
1. Identitas umum ibu.
2. Data riwayat kesehatan.
1) Riwayat kesehatan sekarang.
a. Edema umum, kaki, jari, tangan dan wajah
b. Tengkuk terasa berat.
c. Kenaikan berta badan mencapai 1 kg seminggu.
2) Riwayat kesehatan dahulu.
a. Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.
b. Kemungkinan ibu mempunyai riwayat pre eklamsia pada kehamilan terdahulu.
c. Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas.
d. Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis.
3) Riwayat kesehatan keluarga.
Kemungkinan mempunyai riwayat pre eklamsi dan eklamsia dalam keluarga.
4) Riwayat perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun atau di atas
35 tahun.
3. Pemeriksaan fisik biologis (Mitayani, 2017)
1) Keadaan umum: Lemah
2) Tekanan darah: 140/90 mmHg
3) Kepala: Wajah edema
4) Mata: Konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina
5) Ekstermitas: Edema pada kaki dan tangan juga pada jari- Jari
6) System persarafan: Hiper refleksia, klonus pada kaki
7) Genitourinaria: proteinuria kuantitatif 0,3 gr/liter/24 jam
8) Pemeriksaan jantung : Bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan jantung
melemah
4. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
a. Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk
wanita hamil adalah 12-14 gr%)
b. Hematokrit meningkat (niai rujukan 37-43 gr%)
c. Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm³)
2) Urinalis
Ditemukan protein dalam urin lebih dari 0,3 gr.liter/24 jam, kualitatif positif 1
(+1) atau positif 2 (+ 2)
3) Pemeriksaan fungsi hati
a. Bilirubin meningkat (N=< 1 mg/dl)
b. LDH (Laktat dehidrogenase) meningkat
c. Asparat aminomtransferase (AST) > 60 ul
d. Serum glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-45 u/ml)
e. Serum glutamat oxaloacetic transaminase (SGOPT) meningkat (N= < 31 u/l)
f. Tes kimia darah
9
g. Asam urat meningkat (N = 2,4-2,7 mg/dl)
4) Radiologi (Mitayani, 2011)
a. Ultrasonografi
Ditemukannya retardasi pertumbuhan janin intrauterus. Pernapasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat dan volume cairan ketuban sedikit.
b. Kardiografi
Diketahui denyut jantung bayi lemah
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengna pre eklamsi ringan adalah
sebagai berikut:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein plasma,
penurunan tekanan osmotik koloid plasma menyertai perpindahan cairan dari
kompartemen vascular. (D.0023)
2. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus. (D.0077)
3. Cemas berhubungan dengan proses persalinan (D.0080)
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemi/penurunan aliran balik
vena, peningkatan tahanan vascular sistemik (D.0008)
C. Perencanaan/Intervensi
Ada 4 tahap dalam fase perencanaan yaitu menentukan prioritas masalah keperawatan,
menetapkan tujuan dan kriteria hasil, merumuskan rencana tindakan keperawatan dan
menetapkan rasional rencana tindakan keperawatan (Nikmatur, 2012).
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein plasma,
penurunan tekanan osmatik koloid plasma menyertai perpindahan cairan
dari kompartmen vaskular (D.0023)
1) Tujuan
Volume cairan kembali seimbang.
2) Kriteria Hasil
a. Klien mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan akan pemantauan
yang ketat dari berat badan, TD, protein urin dan edema
b. Berpartisipasi dalam regimen terapeutik dan pemantauan sesuai indikasi
c. Hematokrit (Ht) dalam batas normal dan edema fisiologis tanpa adanya
tanda pitting
d. Bebas dari tanda – tanda edema umum (mis: nyeri epigastrik, gejala – gejala
serebral, dispnea, mual/muntah)
3) Rencana Tindakan
a. Timbang berat badan klien secara rutin
Rasional : Penambahan berat badan tiba-tiba menunjukkan retensi
cairan. Gerakan cairan dari vaskular ke ruang intertisial mengakibatkan
edema
b. Bedakan edema kehamilan yang patologis dan fisiologis. Pantau lokasi dan
derajat pitting
Rasional : Adanya edema pitting (ringan 1+ sampai 2+, berat 3+ sampai
4+) pada wajah, tangan, kaki, area sakral, dinding abdomen edema yang
tidak hilang setelah 12 jam tirah baring adalah bermakna
c. Perhatikan perubahan kadar Ht/Hb
Rasional : mengidentifikasi derajat
d. Observasi keadaan edema
10
Rasional : Keadaan edema merupakan indikator keadaan cairan dalam
tubuh
e. Berikan diet rendah garam sesuai hasil kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : Diet rendah garam akan mengurangi terjadinya kelebihan
cairan
f. Kaji distensi vena jugularis dan perifer
Rasional : Retensi cairan yang berlebihan bisa dimanifestasikadengan
pelebaran vena jugularis dan edema perifer
g. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian diuretik
Rasional : Diuretik dapat meningkatkan filtrasi glomerulus dan
menghambat penyerapan sodium dan air dalam tubulus ginjal
11
3. Cemas berhubungan dengan proses persalinan (D.0080)
1) Tujuan
Kecemasan teratasi
2) Kriteria Hasil
Klien menampilkan pola koping yang positif, tenang, komunikatif,
kooperatif
3) Rencana Tindakan
a. Kaji tingkat dan penyebab kecemasan klien
Rasional : Dapat mengetahui secara pasti tingkatan kecemasan klien
b. Berikan dorongan untuk mengekspresikan perasaan
Rasional : Memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya, dengan ini mungkin bias mengurangi rasa
cemasnya
c. Berikan informasi yang cukup mengenai proses persalinan dan
persiapannya
Rasional : Dengan memberi penjelasan tentang proses persalian
diharapkan klien mengerti sehingga dapat membantu lancarnya persalinan
d. Berikan informasi tentang kondisi klien
Rasional : Memberikan informasi tentang kondisi dan setiap akan
melakukan tindakan dapat mengurangi rasa cemas klien
e. Anjurkan klien untuk berdoa atau beribadah sesuai kepercayaannya
Rasional : Dengan berdoa atau beribadah dapat membuat hati tenang dan
pikiran klien tenang
12
Rasional : Mengetahui efek samping yang terjadi seperti takikardi, sakit
kepala, mual, muntah dan palpitasi.
D. Pelaksanaan/Implementasi
Setelah rencana keperawatan tersusun, selanjutnya diterapkan tindakan yang nyata
untuk mencapai hasil yang diharapkan berupa berkurangnya atau hilangnya masalah ibu.
Pada tahap implementasi ini terdiri atas beberapa kegiatan yaitu validasi rencana
keperawatan, menuliskan atau mendokumentasikan rencana keperawatan serta
melanjutkan pengumpulan data (Mitayani, 2011).
E. Evaluasi Keperawatan
Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau perkembangan klien,
digunakan komponen SOAP. Pengertian SOAP adalah sebagai berikut :
S : Data Subjektif
Keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan
O : Data Objektif
Hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung kepada klien dan yang
dirasakan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan
A : Analisis
Interpretasi dari data subjektif dan data objektif. Analisis merupakan suatu masalah
atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat dituliskan
masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien yang telah
teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif
P : Planning
Perencanaan perawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi atau
ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya.
13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan
dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan
bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta keluarganya, berfokus pada pemenuhan
kebutuhan dasar dalam beradaptasi secara fisik dan psikososial untuk mencapai
kesejahteraan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
B. Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini diharapkan agar para pembaca khususnya
mahasiswa Akper Keris Husada dapat lebih mengetahui dan memahami tentang Pre-
eklampsia dan Eklampsia. Dan dapat mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma, N. &. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & SDKI,
SLKI, SIKI.
PPNI. (2018). Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia.
PPNI. (2018). Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia.
PPNI. (2018). Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia.
Karkata, MK. 2006. ‘Faktor Resiko Terjadinya Hipertensi dalam Kehamilan’, Indonesian
Journal of Obstetrics and Gynecology, vol. 30, no. 1
Safe Motherhood. 2001. Modul Eklampsia ̶ Materi Pendidikan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Sudhaberata, K., 2001. Profil Penderita Preeklampsia-Eklampsia di RSU Tarakan Kaltim.
http://www.infomedika.com
15