Peer Lesson Yusro Anta Maliani Manik
Peer Lesson Yusro Anta Maliani Manik
DOSEN PEMBIMBING:
Disusun Oleh :
BAGAN BATU
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karna telah memberikan
rahmat, taufik dan hidayat-NYA kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Peer Lesson” sebagai tugas mata kuliah Strategi
Pe,mbelajaran SKI”
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan serta
menambah wawasan kita tentang Strategi Peer Lesson. Penulisan makalah ini
didasarkan pada data sekunder dari beberapa informasi baik dari buku maupun
internet yang membahas tentang Peer Lesson.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan dapat
menambah wawasan kita mengenai lebih dalam tentang Peer Lesson. Pemakalah
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu
kritik dan saran kami harapkan demi menyempurnakan makalah ini.
Penyusun
I
DAFTAR ISI
II
BAB I
PENDAHULUAN
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, timbul permasalahan yang
dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Prestasi belajar siswa pada pelajaran matematika masih sangat rendah,
diperlukan strategi khusus dalam mengajar yang dapat mengaktifkan siswa.
2. Rendahnya kemampuan awal siswa maka diperlukan strategi mengajar yang
tepat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Kurangnya pemahaman guru dalam memilih strategi mengajar yang tepat,
sehingga kebanyakan guru masih menggunakan metode caramah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
adalah dengan mengajarkan kepada orang lain maka metode ini akan
teman sekelas.23
2
didik sebagai anggota kelas.Langkah langkah penerapan metode Peer
Lessons adalah:
berhubungan.
diberikan.
3
7. Setelah semua kelompok melaksanakan tugas, beri kesimpulan dan
klarifikasi sekiranya ada yang perlu diluruskan dari pemahaman siswa.2
c. Melatih mental
B. Menghafal Al-Qur’an
1. Menghafal
24
Zaini Hisyam, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif,
(Yogyakarta: CTSD, 2004), 65.
4
a. Pengertian
menghafal
yaitu:27
ingat.
25Sobur Alek, Psiklogi umum, (Jakarta: Pusaka Setia, 2003), 260.
26Ash Shabuni, terjemahan shafwatut Tafasir tafsir-tafsir pilihan, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar,2001), 3.
27Gie, The Liang, Cara Belajar Yang Efesien ,Yogyakarta: Pustat Kemajuan Studi, (Center
For Study Progress, 1998),135.
5
2) Menghafal melalui pendengaran telinga yaitu bahan
gerak tangan.
b. Cara-cara menghafal
6
akan lebih mudah mengingat bahan yang lebih luas. Ada
kata-kata sendiri.
mungkin.
28
Djamarah, Syaiful Bahri, Rahasia Sukses Belajar, ( Jakarta: PT Asdi Maha Satya 2002),
43.
7
payah yang sangat besar, ataupun yang telah dihafalnya dengan
tersebut.
29
Ahmadi, Abu, Cara Belajar Yang Mandiri dan Sukses,(Solo: C.V. Aneka, 1993), 53-56.
8
3) Perhatian; perhatian adalah konsentrasi (pemusatan)
30Munjahid, Strategi Menghafal Al- Quran 10 Bulan Khatam ( Kiat-Kiat Sukses Menghafal
Al-Quran ),(Yogyakarta: Idea Press 1997), 18.
9
menghafal ada persamaannya yaitu keduanya menyebabkan
10
yang kuat akan menyebabkan hafalan kuat, sedaang hafalan
sebaik-baiknya.
dihafal.
sebaik-baiknya.
11
Pentingnya keterampilan mengingat dalam hafalan dan
12
tidak bisa dilupakan kembali. Hal ini disebabkan adanya faktor
tidak digunkan.
dapat diingat.
32
Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi,(Jakarta: Bulan Bintang, 1982).
13
c) Asimilasi; sebuah bentuk yang mirip botol,
Proaktif.
14
2. Menghafal Al-Qur’an
a. Pengertian Al-Qur’an
Para ulama ushul, ahli kalam, fuqaha, Muhaddisin, dan ahli tata
diantaranya adalah:33
Naas.
33
Umar, Nasruddin, Ulumul Quran ( Mengungkap Makna-Makna Tersembunyi Al-Quran ), (
Al-Ghozali Center, Ciputat Jakarta, 2008), 65-67.
15
manusia dengan mutawatir, membacanya terhitung ibadah, diawali
akan tetap tegak sampai pada hari kiamat. Nyatanya benar bahwa ia
perputaran zaman.
keutamaan-keutamaan tersebut:
34
Ash Shabuni, Muhammmmad Ali, At- Tibyan fi ulumil Quran, terj. Muhamad Qodirun Nur,
(Jakarta: Pustaka Amani, 2001), 3.
16
17
Konsekuensi logis yang dianugerahkn Allah SWT adalah
36
Departemen Agama RI,Al-Qur’an dan Terjemahan…, 262.
18
usaha menanamkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an pada peserta
sebagai berikut:
5) Berkonsultasi
37Munjahid, Strategi Menghafal Al- Quran 10 Bulan Khatam ( Kiat-Kiat Sukses Menghafal
Al-Quran ), (Yogyakarta: Idea Press, 2007),144.
38Sugianto, Ilham, Kiat Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Bandung: Mujahid Press, 2004),
100-104.
19
a. Tidak meningalkan hafalan baru terlalu lama, karena
b. Mengulangi hafalan.
dalam menghafal.
5. Tidak istiqamah.
sebagai berikut:39
39Sugianto, Ilham, Kiat Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Bandung: Mujahid Press, 2004),
104-106.
20
1) Materi yang hendak dihafal hendaknya diperdengarkan
C. Efektivitas
Dalam kamus Ilmiah populer, efektivitas berarti ketepatan guna,
44
Depag RI, Kurikulum Standar Kompetensi Madrasah Ibtidaiyah, (Jakarta: tt,2004),6.
45Pius A Partanti, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arloka, 1994), hal 128
21
pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa efektivitas berkaitan dengan
begitu juga suatu program pengajaran akan efektivitas jika tugas dan
dengan baik.
Suatu program kegiatan dikatakan efektif dari sudut hasil jika tujuan
atau kondisi ideal program tersebut dapat tercapai. Penilaian aspek ini
46E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), hal
89
47Aswarni Sujud, Mitra Fungsional Administrasi Pendidikan, (Yogyakarta: Perbedaan
1998), hal 159
22
D. Metode Peer lessons
adalah dengan mengajarkan kepada orang lain maka metode ini akan
teman sekelas.49
Lessons adalah:
23
lain. Topik-topik yang diberikan harus yang saling
berhubungan.
12. Beri mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik dalam
diberikan.
pemahaman siswa.50
50Zaini Hisyam, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif,
(Yogyakarta: CTSD, 2004), 65.
24
E. Perang Badar
Salah satu kejadian penting pada bulan Ramadan di masa awal
perkembangan Islam ialah perang Badar. Saat bertempur dengan kaum kafir
Quraisy di perang itu, pasukan Islam sedang berpuasa. Kondisi lapar dan haus
tidak menahan para sahabat untuk berperang menegakkan panji Islam di awal
masa kenabian Rasulullah SAW tersebut. Perang Badar terjadi pada tanggal 13
Maret 624 M, atau hari ke-17 Ramadan tahun 2 hijriah. Jadi, perang Badar
berlangsung tepat pada tanggal 17 Ramadhan. Dikutip dari NU Online, perang
badar juga terjadi pada tahun pertama umat Islam diwajibkan puasa pada bulan
Ramadhan. Perang Badar sebenarnya merupakan penyergapan pada kafilah
pimpinan Abu Sufyan yang pulang dari ekspedisi dagang dari Suriah.
Penyergapan tersebut penting karena menjadi simbol politis dari pengaruh
Islam di tanah Arab. Dalam bukunya, Muhammad: Prophet for Our Time
(2006), Karen Amstrong menulis bahwa Abu Sufyan kemudian mendengar
kabar, kaum muslimin bermaksud menyerang kafilahnya. Karena itu, Abu
Sufyan mengambil rute berbeda, bertolak menjauhi jalur pantai Laut Merah
dan mengirim utusan untuk berangkat duluan ke Makkah demi meminta
bantuan. Mendengar bahwa umat Islam akan menyerang kafilah Abu Sufyan,
kaum Quraisy Makkah menjadi berang. Rencana penyergapan oleh pasukan
muslim Madinah itu dinilai menodai kehormatan kaum Quraisy. Maka itu,
kabilah-kabilah di Makkah segera memasok bala tentara dengan jumlah total
1000 orang guna menghadapi pasukan Islam yang jumlahnya jauh lebih
sedikit. Di antara pasukan Quraisy itu, bahkan terdapat kerabat Rasulullah
SAW dari kabilah bani Hasyim, seperti paman nabi, Abbas bin Abdul
Muthallib, Hakim (sepupu Khadijah), dan sebagainya. Pertempuran besar
dalam perang Badar sebenarnya di luar perkiraan umat Islam. Sejak awal, Nabi
Muhammad SAW merencanakan pengerahan pasukan muslim buat
penyergapan biasa, bukan demi perang besar. Karena itulah, pasukan Islam
saat itu tidak banyak, hanya 313 orang. Tariq Ramadan dalam buku Footsteps
of the Prophet: Lessons from the Life of Muhammad (2014) menuliskan ketika
kedua pasukan berkemah di Badar, tampak sekali perbedaan kekuatan antara
tentara Quraisy dan pasukan muslim. Ketika melihat besarnya tentara Makkah
berserta banyaknya persenjataan, zirah, tombak, pedang, dan alat-alat tempur
25
yang lengkap, Nabi Muhammad SAW sempat menangis dan lalu bermunajat,
dengan membaca doa: “Ya Allah, jikalau rombongan yang bersamaku ini
ditakdirkan untuk binasa, takkan ada seorang pun setelah aku yang akan
menyembah-Mu; semua orang beriman akan meninggalkan agama nan sejati.”
Setelah itu, Nabi Muhammad SAW merancang strategi perlawanan. Beliau
menjejerkan tentaranya dalam formasi rapat, sekaligus memerintahkan agar
sumur-sumur segera dikuasai guna memutus pasokan air ke pasukan Quraisy.
Strategi lainnya adalah mengawali perang dengan pertempuran jarak jauh.
Ketika pasukan Quraisy bertolak untuk menyerang, pasukan Islam tidak segera
menyambutnya dengan duel fisik langsung, melainkan lebih dahulu
menembakkan anak-anak panah dari kejauhan. Setelah itu, baru mereka
menghunus pedang dan bertempur satu lawan satu. Dengan strategi yang rapi
dan penuh perhitungan, setelah tengah hari, 50 pemimpin suku Quraisy tewas,
termasuk Abu Jahal. Sementara sisanya banyak yang kabur. Di sisi lain, korban
dari kubu pasukan muslim hanya 14 orang. Di akhir perang Badar, selain
berhasil memukul mundur 1000 tentara dari Quraisy, pasukan muslim pun
mengambil rampasan 600 pesenjataan lengkap, 700 unta, 300 kuda, serta
peniagaan kafilah Abu Sufyan. Pertempuran Badar diriwayatkan tidak
berlangsung lama. Diperkirakan hanya butuh waktu sekitar dua jam bagi
pasukan muslim untuk memporak-porandakan pertahanan bala tentara Quraisy,
dan memanfaatkan kekacauan tersebut untuk memenangkan perang.
Sekembalinya dari Badar, dalam perjalanan pulang, Nabi Muhammad SAW
mengucapkan hadis yang sangat penting, yaitu: "Kita baru kembali dari Jihad
Kecil (peperangan Badar) dan menuju Jihad Besar." Para sahabat keheranan.
Perang Badar yang sangat menentukan nasib umat Islam hanya dianggap oleh
Rasulullah SAW sebagai Jihad Kecil. Menanggapi hal itu, sahabat pun
bertanya: “Apakah jihad yang lebih besar itu, Wahai Rasulullah?” Jawab
beliau, “Jihad melawan hawa nafsu.” Menundukkan hawa nafsu adalah hakikat
dari jihad yang sebenarnya. Oleh karena itu, salah satu hikmah perang Badar di
bulan Ramadan adalah ketegaran berjihad melawan hawa nafsu sendiri.
Kendati demikian, sebenarnya saat terjadi perang Badar, ada rukhsah atau
keringanan bagi umat Islam untuk tidak berpuasa. Hal ini disampaikan oleh
Abu Sa'id Al-Khudri dalam hadis berikut: "Kami berperang bersama
Rasulullah SAW ... di antara kami ada yang berpuasa, ada pula yang berbuka.
26
Orang yang berpuasa tidak mencela orang yang berbuka, dan orang yang
berbuka tidak mencela orang yang berpuasa,” (H.R. Ibnu Mulaqqin).
27
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2011). Dasa-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Dalyono. (2009). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rineka Cipta.
Deni. (2010). Implementasi Metode Tutorial Sebaya dalam Pembelajaran Qira'ah bagi
Siswa Kelas XI di MAN Al-Muhajirin. Skripsi, 50-52.
Djamarah, S. B. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Karya.
Djamarah, S. B., & Zain, A. (2010). Strategi Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hake, R. R. (1998). Interactive-Engagement vs. Traditional methods. America:
American Journal of Physics.
Huda, M. (2013). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Huda, M. (2015). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Isman. (2012, Oktober 8). Metode Mengajar Sesama Teman (Peer Teaching Methods).
Dipetik Oktober 10, 2015, dari Guru kelas:
http://www.gurukelas.com/2012/10/metode-mengajar-sesama-teman-peer-teaching-
methods.html
KBBI. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan
Indonesia.
Kurniawati, R. (2009). Penerapan Metode Peer Teaching untuk meningkatkan perhatian
Siswa. Skripsi.
Makmun, A. S. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
28