Anda di halaman 1dari 35

PENGARUH KARAKTERISTIK GOOD CORPORATE

GOVERNANCE (GCG) TERHADAP PENGUNGKAPAN


CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
(Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia)

NIKE NUR AINI


NUR CAHYONOWATI, SE., MSi., Akt.

ABSTRACT

This research aims to analyze the Corporate Governance charactheristics


to the Corporate Social Responsibility Disclosure in Indonesian public listed non
financial companies. The Corporate Governance charactheristics which are
examined are Board of Commissioner size, Board of Commissioner
Independence, Audit Committee Independence, Managerial Ownership,
Institutional Ownership, Foreign Ownership, Concentrated Ownership, and firm
size as control variable. The extent of CSR Disclosure based on Key Success for
Social Performance from Nor Hadi.
The population in this research are non financial companies in Indonesian
Stock Exchange 2009. Total sample which are examined are 123 companies that
selected with judgment sampling methode. Collective data with content analysis
and then analyzed with multiple linear regression method.
Result of this research indicates that board of commissioner size,
institutional ownership, foreign ownership, and firm size had significant effect to
corporate social disclosure in Indonesia. While other variabel do not have
significant effect to corporate social responsibility disclosure in Indonesia.

Keywords: Corporate Social Responsibility (CSR), Board of Commissioner, Audit


Committee, Ownership Structure.

1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu konsep akuntansi


yang menekankan tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dan
masyarakat. CSR timbul sebagai akibat dari keberadaan perusahaan-perusahaan
yang aktivitasnya sering kali menimbulkan dampak negatif. Praktik dan
pengungkapan CSR jika dilakukan secara berkesinambungan oleh perusahaan
akan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan itu sendiri. Berdasarkan
csrnetwork.org (2006), salah satu konsultan CSR terkemuka di Inggris (dikutip
dari Said, et al., 2009), menyatakan bahwa keterlibatan perusahaan atas tanggung
jawab sosialnya dapat meningkatkan akses modal, memperbaiki kinerja keuangan,
mengurangi biaya operasi, meningkatkan citra dan reputasi, meningkatkan
penjualan dan loyalitas pelanggan, serta meningkatkan produktivitas dan kualitas.

Di Indonesia, praktik CSR telah mendapat perhatian yang cukup besar.


Hal ini dilatarbelakangi oleh berbagai kasus yang terjadi seperti penggundulan
hutan, meningkatnya polusi dan limbah, buruknya kualitas dan keamanan produk,
eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, dll. Selain itu, dikeluarkannya
beberapa peraturan pemerintah juga mendorong praktik dan pengungkapan CSR
di Indonesia. Salah satunya Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun
2007, pasal 66 dan 74. Pasal 66 ayat (2) bagian c berisi bahwa selain
menyampaikan laporan keuangan, perusahaan juga diwajibkan melaporkan
pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sedangkan Pasal 74 berisi
tentang kewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan
bagi perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber daya alam.
Tujuan dikeluarkannya Undang-Undang tersebut, selain untuk mendorong praktik
dan pengungkapan CSR, juga untuk memenuhi tuntutan akan penerapan Good
Corporate Governance dalam rangka pengelolaan perusahaan yang baik.
Good Corporate Governance (GCG) merupakan seperangkat peraturan
yang mengatur hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditur, pemerintah,
karyawan, dan stakeholders lainnya agar seimbang hak dan kewajibannya
2
(publikasi FCGI). GCG bertujuan untuk mengatur perusahaan agar dapat
menciptakan nilai tambah bagi semua stakeholders-nya. Perusahaan harus
memperhatikan hal tersebut karena dalam operasionalnya perusahaan tidak hidup
sendiri, melainkan bersama lingkungan sekitar. Oleh karena itu perusahaan harus
menjaga lingkungannya agar secara timbal balik, baik perusahaan maupun
masyarakat tidak ada yang dirugikan.
Terdapat empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep GCG,
yaitu transparancy, accountability, responsibility, dan fairness. Keempat
komponen tersebut penting karena penerapan prinsip good corporate governance
secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga
mampu mengurangi aktivitas menyimpang seperti rekayasa isi laporan keuangan
yang tidak menggambarkan nilai yang sebenarnya (Kaihatu, 2006). Selain itu,
prinsip responsibility dalam penerapan GCG juga dapat mendorong pelaksanaan
tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan.
Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa aktivitas CSR tidak bisa
terlepas dari penerapan GCG. Beberapa penelitian yang menguji hubungan dan
pengaruh antara kedua hal tersebut telah dilakukan baik di Indonesia maupun luar
negeri. Salah satunya dilakukan oleh Said, et al (2009) yang meneliti perusahaan-
perusahaan di Malaysia yang telah terdaftar sebagai objek penelitiannya. Dalam
penelitiannya, Said, et al mengambil delapan karakteristik corporate governance
yang diuji hubungannya dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Hasil penelitian Said, et al (2009) menunjukkan hanya dua variabel yang
berhubungan positif dengan CSR disclosure, yaitu kepemilikan oleh pemerintah
dan independensi komite audit. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
Amran dan Devi (2008) yang menemukan bahwa semakin besar kepemilikan oleh
pemerintah dapat meningkatkan pengungkapan CSR. Namun, hasil ini berbeda
dengan penelitian Huafang dan Jianguo (2007) yang menemukan kepemilikan
pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.
Struktur kepemilikan lain selain government ownership adalah
kepemilikan manajerial dan kepemilikan terkonsentrasi. Penelitian oleh Anggraini
(2006) dan Rosmasita (2007) menemukan hubungan positif antara kepemilikan
3
manajerial dan pengungkapan CSR. Manajer yang memiliki saham perusahaan
akan menyelaraskan kepentingannya sebagai manajer dan sebagai pemegang
saham (Rustiarini, 2009). Semakin besar kepemilikan manajerial dalam
perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan
nilai perusahaan dan meningkatkan pengungkapan CSR. Hasil ini berbeda dengan
penelitian Said, et al (2009) yang menemukan kepemilikan manajerial tidak
berhubungan positif dengan luas pengungkapan CSR.
Kepemilikan terkonsentrasi diteliti oleh Matoussi dan Chakroun (2006)
yang menemukan hubungan positif antara kepemilikan terkonsentrasi dengan
pengungkapan CSR. Hasil berbeda terlihat pada hasil penelitian Halme dan Huse
(1997) serta Ghazali dan Wheetman (2006) dalam Said, et al (2009) menemukan
bahwa tidak terdapat hubungan positif antara kepemilikan yang terkonsentrasi
dengan pengungkapan CSR. Kepemilikan terkonsentrasi mengakibatkan hak
pemegang saham minoritas tidak memiliki kekuatan untuk berperan dalam
menentukan keputusan strategi perusahaan.
Selain struktur kepemilikan di atas, terdapat pula kepemilikan oleh asing.
Rustiarini (2009) menyebutkan bahwa kepemilikan asing berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan CSR. Menurut Said, et al (2009), perusahaan-
menggunakan pengungkapan tanggung jawab sosial sebagai strategi untuk
mendapatkan arus masuk modal lanjutan dari investor asing. Namun, hasil
berbeda ada pada penelitian Amran dan Devi (2008), dan Said, et al (2009) yang
menemukan hubungan negatif antara kepemilikan asing dan luas pengungkapan
CSR.
Karakteristik corporate governance yang lain adalah ukuran dewan
komisaris. Dewan komisaris memiliki peran penting dalam tata kelola perusahaan
yaitu untuk mengawasi pengelola perusahaan atau manajemen bertindak dengan
benar. Veronica dan Sumin (2009) menemukan bahwa semakin besar ukuran
dewan komisaris, akan semakin besar pula pengungkapan CSR. Berbeda dengan
Raheja (2003) dalam Said, et al (2009) yang menyatakan bahwa semakin besar
ukuran dewan maka semakin menurun kemampuan pengendalian perusahaan
akibat kurangnya komunikasi yang efektif, sulitnya koordinasi, serta sulitnya
4
pengambilan keputusan dan cenderung dikendalikan oleh CEO. Hal-hal itulah
yang akan menyebabkan rendahnya kualitas pengungkapan sosial perusahaan
karena ketidakmampuan melaksanakan peran secara efisien.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali pengaruh karakteristik
corporate governance terhadap pengungkapan CSR. Enam variabel bebas dari
karakteristik corporate governance diambil dari penelitian Said, et al (2009) yaitu
ukuran dewan komisaris, independensi dewan komisaris, independensi komite
audit, kepemilikan terkonsentrasi, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan asing.
Penelitian ini tidak menggunakan variabel dualitas CEO (jabatan rangkap sebagai
CEO dan chairman yang dipegang satu orang) karena di Indonesia menggunakan
two-tiers board system. Sedangkan variabel kepemilikan oleh pemerintah tidak
digunakan dan digantikan dengan kepemilikan institusional.
Kepemilikan Institusional adalah jumlah saham yang dimiliki oleh suatu
institusi (oleh perbankan, perusahaan asuransi, dana pensiun, reksadana, dan
institusi lain) dalam sebuah perusahaan. Penelitian Khodadaddi, et al (2010)
menemukan adanya hubungan positif antara kepemilikan institusional dengan
pengungkapan CSR. Hal tersebut karena institusi akan memantau perkembangan
investasinya pada suatu perusahaan, yang akhirnya akan meningkatkan
pengendalian yang tinggi atas tindakan manajemen (Rustiarini, 2009).

TELAAH PUSTAKA
Teori Agensi
Teori agensi menjelaskan hubungan keagenan antara dua pihak dimana satu
atau lebih orang (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk
melaksanakan jasa atas nama mereka yang melibatkan pendelegasian wewenang
pembuatan keputusan kepada agen (Jensen dan Meckling, 1976). Perbedaan
kepentingan antara dua pihak tersebut dapat menimbulkan konflik keagenan.
Konflik ini terjadi karena kemungkinan agent tidak bertindak sesuai dengan
kepentingan principal.
Selain itu, konflik timbul juga dikarenakan adanya ketidakseimbangan
informasi yang dimiliki oleh principal dan agent atau sering disebut sebagai
5
asimetri informasi. Ketidakseimbangan atas informasi ini dapat memberikan
kesempatan kepada manajer untuk melakukan tindakan oportunis seperti
manajemen laba. Terjadinya konflik kepentingan antara principal dan agent akan
menimbulkan biaya keagenan (agency cost).
Corporate Governance dapat membantu mengurangi biaya agensi yang
mungkin terjadi. Biaya agensi yang muncul karena konflik kepentingan antara
agent dan principal dapat dikurangi dengan mekanisme pengawasan yang dapat
menyelaraskan berbagai kepentingan yang ada dalam perusahaan (Rustiarini,
2010). Mekanisme pengawasan yang dimaksud adalah mekanisme Good
Corporate Governance (GCG). GCG dianggap mampu mengurangi masalah
keagenan karena dengan adanya pengawasan maka perilaku oportunis manajer
dan kecenderungan untuk menyembunyikan informasi demi keuntungan pribadi
dan dapat mengarah pada peningkatan pengungkapan perusahaan.

Corporate Social Responsibility (CSR)


Dalam Draft ISO 26000 , 2007, Guidance on Social Responsibility, dalam
Waryanto (2009) CSR didefinisikan sebagai tanggung jawab dari organisasi
untuk dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan aktivitas di masyarakat dan
lingkungan melalui transparansi dan perilaku etis yang konsisten dengan
perkembangan berkelanjutan dan kesejahteraan dari masyarakat, pertimbangan
harapan stakeholders, sesuai dengan ketentuan hukum yang bisa diterapkan dari
norma-norma internasional yang konsisten dari perilaku dan terintegrasi
sepanjang organisasi. Sedangkan menurut menurut The World Business Council
for Sustainable Development (WBCSD), CSR merupakan suatu komitmen bisnis
yang berkelanjutan dari perusahaan dengan bertindak sesuai etika dan
berkontribusi bagi pembangunan ekonomi untuk meningkatkan kualitas
kehidupan karyawan, keluarga mereka, dan juga masyarakat sekitar dan
masyarakat lainnya yang lebih luas.
Menurut Gray, et al (1987) dalam Murwaningsari (2007), ruang lingkup
tanggung jawab sosial (CSR) mencakup tiga hal, yaitu: (1) Basic Responsibility,
tanggung jawab yang muncul karena keberadaan perusahaan. (2) Organizational
6
Responsibility, tanggung jawab perusahaan untuk memenuhi kepentingan
stakeholders, dan (3) Societal Responsibility, tanggung jawab yang menjelaskan
tahapan ketika interaksi antara bisnis dan masyarakat sehingga perusahaan dapat
tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan.

Pengungkapan Corporate Social Responsibility


Corporate Social Reporting adalah proses pengkomunikasian efek-efek
sosial dan lingkungan atas tindakan-tindakan ekonomi perusahaan pada
kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat secara
keseluruhan (Gray, et al., 1987 dalam Rosmasita, 2007). Pengungkapan
(disclosure) terhadap aspek social, ethical, environmental dan sustainability
merupakan suatu cara bagi perusahaan untuk menyampaikan bentuk
akuntabilitasnya kepada para stakeholders.
Di Indonesia praktik pengungkapan tanggung jawab sosial diatur oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yang tertuang dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 Paragraf 9, yang menyatakan menyatakan
bahwa selain laporan keuangan, perusahaan dapat menyajikan laporan tambahan
mengenai lingkungan hidup. Selain itu, pengungkapan tanggung jawab sosial juga
terdapat dalam keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) No.
kep- 38/PM/1996 peraturan No. VIII.G.2 tentang Laporan Tahunan yang berisi
mengenai kebebasan bagi perusahaan untuk memberikan penjelasan umum
(seperti kegiatan bakti sosial dan amal) mengenai perusahaan, selama hal tersebut
tidak menyesatkan dan bertentangan dengan informasi yang disajikan dalam
bagian lainnya (Murwaningsari, 2007).

Corporate Governance
Definisi Good Corporate Governance menurut Cadbury Committee yaitu
suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan mengatur
hubungan berbagai pihak di dalam maupun luar perusahaan (seperti pemegang
saham, pengelola perusahaan, kreditur, pemerintah, dan karyawan) sehingga
terpelihara kepentingan dan tujuan masing-masing pihak. Definisi yang tidak jauh
7
berbeda juga dinyatakan oleh OECD (Organization for Economic Co-operation
and Development), menyatakan bahwa Corporate Governance merupakan suatu
sistem yang bertujuan untuk mengendalikan dan mengarahkan peusahaan agar
dapat mendistribusikan hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat dalam suatu
perusahaan dengan baik sehingga dapat menciptakan nilai tambah bagi seluruh
pemegang kepentingan (stakeholders).
Inti dari corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan
melalui pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen
terhadap pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan
peraturan yang berlaku (Kaihatu, 2006). Pengimplementasian GCG memerlukan
komitmen dari seluruh elemen organisasi dan kepatuhan terhadap aturan-aturan
yang mengikat di dalamnya. Terdapat lima prinsip yang terkandung dalam GCG
yang disebutkan dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia
yaitu transparancy, accountability, responsibility, fairness, dan independency.

Struktur Corporate Governance


Struktur Corporate Governance diperlukan agar pelaksanaan Corporate
Governance mudah untuk dilaksanakan. Ada dua pola struktur Corporate
Governance yang digunakan dalam mengelola perusahaan, yaitu:
1. One Tier System
One Tier System juga disebut sebagai sistem satu tingkat (Single Board
System). Sistem ini digunakan oleh negara Anglo-Saxon seperi Amerika dan
Inggris. Dalam sistem satu tingkat, peran dewan komisaris dan dewan direksi
dijadikan dalam satu wadah, yang disebut dengan Board of Director. Dewan
direksi terdiri dari direktur eksekutif dan direktur non-eksekutif.
2. Two Tiers System
Two Tiers System disebut juga Sistem Dua Tingkat yang berasal dari
Sistem Hukum Kontinental Eropa. Dalam sistem ini peran dewan komisaris dan
dewan direksi dipisah secara jelas. Dewan Direksi bertugas mengelola dan
mewakili perusahaan di bawah pengarahan dan pengawasan Dewan Komisaris.
Sedangkan dewan komisaris bertugas mengawasi tugas-tugas dewan direksi.
8
Negara-negara yang menggunakan Two Tiers System adalah Belanda, Jerman, dan
Indonesia.

Perkembangan GCG di Indonesia


Perhatian terhadap GCG yang lebih besar berawal dari terjadinya krisis
besar yang melanda Asia. Di Indonesia krisis terjadi dalam jangka waktu yang
lama jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Menurut kajian yang
dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) dikutip dari Kaihatu (2006)
terdapat beberapa faktor yang memberi kontribusi pada krisis di Indonesia. Yaitu,
konsentrasi kepemilikan perusahaan yang tinggi, tidak efektifnya fungsi
pengawasan dewan komisaris, inefisiensi dan rendahnya transparansi mengenai
prosedur pengendalian merger dan akuisisi perusahaan, tingginya ketergantungan
pada pendanaan eksternal, dan tidak memadainya pengawasan oleh para kreditur.
Melihat kondisi di atas, pemerintah berusaha mendorong penerapan GCG
pada perusahaan-perusahaan di Indonesia melalui beberapa peraturan yang
dikeluarkan. Tahun 1999, Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance
(KNKCG) yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menko Ekuin Nomor:
KEP/31/M.EKUIN/08/1999 mengeluarkan Pedoman Good Corporate Governance
yang pertama. Pedoman tersebut telah beberapa kali disempurnakan, terakhir pada
tahun 2001. Berdasarkan pemikiran bahwa suatu sektor ekonomi tertentu
cenderung memiliki karakteristik yang sama, maka pada awal tahun 2004
dikeluarkan Pedoman GCG Perbankan Indonesia dan pada awal tahun 2006
dikeluarkan Pedoman GCG Perasuransian Indonesia.
Selain itu, terdapat pula Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-
MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate
Governance pada Badan Usaha Milik Negara. Surat keputusan tersebut
menekankan kewajiban bagi BUMN untuk menerapkan GCG secara konsisten
dan atau menjadikan prinsip-prinsip GCG sebagai landasan operasionalnya, yang
bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan
guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap

9
memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya. Selain peraturan-peraturan
tersebut, organisasi-organisasi independen juga mendukung implementasi GCG di
Indonesia, seperti Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI),
Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), Indonesian Institute for
Corporate Directorship (IICD).

Hipotesis

1. Ukuran Dewan Komisaris dan Pengaruhnya terhadap Luas


Pengungkapan CSR
Ukuran dewan komisaris yang lebih besar berarti lebih besar pula keahlian
yang dimiliki oleh dewan tersebut, sehingga dapat meningkatkan kualitas
pelaksanaan pengawasan (Akhtaruddin, et al, 2009 dalam Waryanto, 2009). Jika
dikaitkan dengan teori agensi, anggota dewan yang lebih besar akan memudahkan
pengendalian terhadap agen dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif
sehingga dapat mengurangi tindakan menyimpang dari agen. Selain itu, tekanan
yang lebih besar terhadap manajemen akan mendorong manajemen untuk
melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial yang lebih besar.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka ukuran dewan komisaris
berpengaruh terhadap luas pengungkapan CSR. Hipotesis pertama yang akan diuji
dalam penelitian ini adalah:
H1: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap luas
pengungkapan Corporate Social Responsibility.

2. Independensi Dewan Komisaris dan Pengaruhnya terhadap Luas


Pengungkapan CSR
Komisaris independen merupakan pihak yang tidak mempunyai hubungan
bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota Direksi
dan Dewan Komisaris, serta dengan perusahaan itu sendiri (KNKG, 2006).
Penelitian oleh Forker (1992) dalam Said, et al (2009) menyatakan bahwa

10
eberadaan komisaris independen dapat mendorong Dewan Komisaris mengambil
keputusan secara objektif yang melindungi seluruh pemangku kepentingan dari
tindakan agen yang menyimpang. Jika pengawasan telah dilakukan dengan
efektif, maka pengelolaan perusahaan akan dilakukan dengan baik pula, dan
manajemen akan mengungkapkan semua informasi yang ada, termasuk tanggung
jawab sosial. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis kedua yang akan diuji adalah:
H2: Proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh positif
terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility.

3. Independensi Komite Audit dan Pengaruhnya terhadap Luas


Pengungkapan CSR
Menurut KNKG (2006), salah satu tugas komite audit adalah untuk
memastikan bahwa struktur pengendalian internal perusahaan dilakukan dengan
baik. Adanya anggota independen dalam komite audit dapat menjadi alat yang
efektif untuk melakukan mekanisme pengawasan sehingga dapat mengurangi
biaya agensi, meningkatkan pengendalian internal dan akan meningkatkan
kualitas pengungkapan informasi perusahaan (Forker, 1992 dalam Said, et al.,
2009). Anggota independen dapat secara objektif membantu dewan komisaris
melaksanakan tugas pengawasan terhadap manajemen. Dengan tercapainya
pengawasan yang efektif, maka dapat dipastikan pengendalian internal dilakukan
dengan baik. Sehingga akan mengurangi konflik dan biaya agensi yang pada
akhirnya dapat mendorong agen untuk mengungkapkan seluruh informasi
perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis ketiga yang akan diuji dalam
penelitian ini adalah:
H3: Proporsi Independensi dalam Komite Audit berpengaruh positif
terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility

4. Kepemilikan Manajerial dan Pengaruhnya terhadap Luas Pengungkapan


CSR

11
Menurut teori keagenan, adanya kemungkinan permasalahan yang timbul
diantara pemegang saham dan manajer disebabkan karena kecilnya kepemilikan
oleh agen di perusahaan (Said, et al 2009). Hal ini dapat menjadi penyebab
tindakan oportunis yang dilakukan oleh manajer. Rawi dan Munawar (2010) dan
Murwaningsari (2009) menemukan adanya hubungan positif antara kepemilikan
manajerial dengan luas pengungkapan CSR. Dengan adanya kepemilikan saham
oleh manajemen, maka manajemen akan ikut serta aktif dalam pengambilan
keputusan. Mereka akan memperoleh manfaat langsung atas keputusan-keputusan
yang diambilnya, namun juga akan menanggung resiko secara langsung bila
keputusan itu salah. Manajer perusahaan akan mengambil keputusan sesuai
dengan kepentingan perusahaan yaitu dengan cara mengungkapkan informasi
sosial yang seluas-luasnya dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan.
Dengan demikian, manajemen tidak akan bertindak yang akan merugikan
perusahaan, sehingga dapat mengurangi pengawasan dan agency cost.
Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis kelima yang akan diuji dalam
penelitian ini adalah:
H4: Kepemilikan Manajerial berpengaruh positif terhadap luas
pengungkapan Corporate Social Responsibility

5. Kepemilikan Institusional dan Pengaruhnya terhadap Luas


Pengungkapan CSR
Kepemilikan oleh institusi dapat meningkatkan pengendalian terhadap
manajemen dan mengurangi peluang tindak kecurangan yang mungkin dilakukan
(Murwaningsari, 2009). Institusi secara profesional akan memantau
perkembangan investasinya agar dapat menghasilkan keuntungan yang ingin
mereka capai. Monitoring yang dilakukan oleh institusi inilah yang akan menekan
manajemen agar tidak bertindak menyimpang. Menurut Murwaningsari (2009),
investor institusional memiliki power dan experience untuk bertanggung jawab
dalam menerapkan prinsip corporate governance untuk melindungi hak dan
kepentingan seluruh pemegang saham, sehingga mereka menuntut perusahaan
untuk melakukan komunikasi secara transparan.
12
Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis berikutnya yang akan diuji
dalam penelitian ini adalah:
H5: Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap luas
pengungkapan Corporate Social Responsibility.

6. Kepemilikan Asing dan Pengaruhnya terhadap Luas Pengungkapan CSR


Perusahaan yang memiliki kepemilikan saham asing cenderung
memberikan pengungkapan yang lebih luas dibandingkan yang tidak, dikarenakan
beberapa alasan (Puspitasari, 2009 dalam Rustiarini, 2008). Alasan pertama
karena perusahaan asing terutama dari Eropa dan Amerika lebih lama mengenal
konsep praktik dan pengungkapan CSR, kedua karena perusahaan asing
mendapatkan pelatihan yang lebih baik dalam bidang akuntansi dari perusahaan
induk di luar negeri, ketiga karena perusahaan tersebut mungkin mempunyai
sistem informasi yang lebih efisien untuk memenuhi kebutuhan internal dan
kebutuhan perusahaan induk, dan alasan keempat adanya kemungkinan
permintaan yang lebih besar pada perusahaan berbasis asing dari pelanggan,
pemasok dan masyarakat umum.
Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Rustiarini (2008) menemukan
bahwa kepemilikan saham oleh pihak asing berpengaruh positif terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis
yang akan diuji adalah:
H6: Kepemilikan Asing berpengaruh positif terhadap luas
pengungkapan Corporate Social Responsibility.

7. Kepemilikan Terkonsentrasi dan Pengaruhnya terhadap Luas


Pengungkapan CSR
Kepemilikan terkonsentrasi berarti kepemilikan sebagian besar saham
perusahaan dimiliki oleh suatu kelompok atau individu. Penelitian oleh Matoussi
dan Chakroun (2006) menemukan pengaruh positif kepemilikan terkonsentrasi
terhadap pengungkapan CSR. Kepemilikan yang terkonsentrasi akan mengurangi
kuantitas pemegang saham di perusahaan, sehingga dapat mengurangi konflik
13
antara manajemen dengan stakeholders. Semakin sedikit kuantitas stakeholders
maka semakin sedikit variasi kepentingan yang berasal dari stakeholders, dengan
demikian manajemen akan lebih mudah mengelola kepentingan yang lebih sedikit
tersebut. Hal ini juga dapat mengurangi konflik sehingga pengawasan pun akan
mudah dilakukan, dan pengungkapan CSR akan semakin luas.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Said, et al (2009), yang
menemukan bahwa kepemilikan terkonsentrasi berpengaruh positif terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Berdasarkan uraian di atas,
maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
H7 = Kepemilikan Terkonsentrasi berpengaruh positif terhadap luas
pengungkapan Corporate Social Responsibility

METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah luas pengungkapan CSR.
Metode analisis yang digunakan adalah content analysis method dimana peneliti
akan mengamati ada tidaknya item informasi yang diungkapkan dalam annual
report. Item-item tersebut didasarkan pada Key Success Factors for Social
Performance yang berisi 123 indikator pengukuran pengungkapan CSR yang
disusun oleh Nor Hadi. Jika item diungkapkan dalam annual report maka diberi
skor “1”, namun jika item tidak diungkapkan maka diberi skor “0”. Luas
pengungkapan CSR dinyatakan dalam Corporate Social Responsibility Disclosure
(CSRD) yang dirumuskan dengan:
CSRD = Jumlah item yang diungkapkan
123 item pengungkapan

Variabel independen dalam penelitian ini yaitu:


1. Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris dalam penelitian adalah jumlah seluruh anggota
yang duduk dalam dewan komisaris yang bertugas mengawasi dan memberi

14
nasihat pada direksi. Variabel ini diukur dengan menghitung jumlah anggota
dewan komisaris yang dilihat dari annual report masing-masing perusahaan.

2. Independensi Dewan Komisaris


Variabel Independensi dewan komisaris dilihat dari proporsi komisaris
independen yang ada dalam dewan komisaris di perusahaan. Hasilnya berupa
persentase yang dihitung dari rumus berikut:
Komisaris Independen = Jumlah anggota komisaris independen
Jumlah seluruh anggota dewan komisaris
3. Independensi Komite Audit
Independensi komite audit adalah anggota yang ada di luar emiten atau
perusahaan publik. Hasilnya berupa persentase yang dihitung dari rumus berikut:
Independensi Komite Audit = jumlah anggota independen
Jumlah seluruh anggota komite audit
4. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan besarnya kepemilikan saham oleh
manajemen di perusahaan. Variabel ini dihitung dengan rumus berikut:
Kepemilikan Manajerial = jumlah saham yang dimiliki manajemen
Jumlah saham beredar
5. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Institusional adalah kepemilikan saham oleh investor
institusional seperti bank, dana pensiun, perusahaan asuransi, perseroan terbatas
dan lembaga keuangan lainnya. Kepemilikan ini diperoleh dengan menghitung
rumus di bawah ini:
Kepemilikan Institusional = jumlah saham yang dimiliki institusi
Jumlah saham beredar
6. Kepemilikan Asing
Kepemilikan asing merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh
investor asing, baik perorangan maupun lembaga. Kepemilikan asing diukur
berdasarkan rumus:
Kepemilikan Asing = jumlah saham yang dimiliki pihak asing
Jumlah saham beredar

15
7. Kepemilikan Terkonsentrasi
Kepemilikan saham terkonsentrasi merupakan kepemilikan lebih dari 50%
saham dalam perusahaan yang dimiliki oleh satu pihak (baik perorangan atau
lembaga). Variabel ini diukur menggunakan variabel dummy, dengan pemberian
skor “1” jika perusahaan memiliki kepemilikan terkonsentrasi, dan skor “0” jika
kepemilikan perusahaan tidak terkonsentrasi.

Variabel Kontrol
Variabel control dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan yang
diambil dengan menggunakan total asset perusahaan, kemudian dirumuskan
dengan log:
Ukuran perusahaan = log (total asset)

Populasi dan Sampel


Populasi penelitian ini adalah semua perusahaan non-keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009. Sampel diambil dengan metode
judgement sampling, yaitu mengambil sampel yang telah ditentukan sebelumnya
berdasarkan maksud dan tujuan penelitian. Populasi berjumlah 326 perusahaan
yang terdaftar di BEI tahun 2009. Perusahaan tersebut memiliki tipe industri yang
berbeda, sehingga sampel yang diambil harus mewakili tiap-tiap industri tersebut.

Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif. Sumber data
penelitian ini adalah data sekunder, berupa annual report yang diperoleh dari
Pojok BEI Fakultas Ekonomi UNDIP, situs resmi BEI, dan website perusahaan.

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode dokumentasi,
yaitu penggunaan data yang berasal dari dokumen-dokumen yang sudah ada.
Pengumpulan data dilakukan dengan dengan melihat data-data yang diperlukan,
mencatat, dan menganalisis annual report perusahaan tahun 2009.
16
Metode Analisis Data
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik harus dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui
apakah data memenuhi asumsi klasik atau tidak. Tujuannya untuk menghindari
terjadinya estimasi yang bias, karena tidak semua data dapat diterapkan regresi.
Pengujian meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji
heteroskesdastisitas. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua
cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu
dengan analisis grafik dan uji statistik Kolmogorov-Smirnov Z (1- Sample K-S
(Ghozali, 2009).
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2009). Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Untuk
mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi dapat dilihat
dari nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF).
Multikolinearitas diihat dari nilai tolerance < 0.10 atau VIF > 10.
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik tidak terjadi Heteroskedastisitas. Untuk mengetahui
ada tidaknya heterokedastisitas digunakan uji Glejser yang meregres nilai absolut
residual terhadap variabel independen. Jika hasilnya menunjukkan tidak ada
satupun variabel independen yang signifikansinya < 5%, maka dapat disimpulkan
model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas (Ghozali, 2009).

Analisis Regresi Berganda


Setelah seluruh data yang dibutuhkan untuk peneitian ini diperoleh, maka
akan dilakukan serangkaian tahap untuk menghitung dan mengolah data tersebut,
yaitu:
1. Menghitung karakteristik corporate governance yang diproksikan dalam
Ukuran Dewan Komisaris, Independensi Dewan Komisaris, Independensi
17
Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan institusional,
Kepemilikan asing, dan kepemilikan Terkonsentrasi.
2. Menghitung indeks CSR dengan membandingkan item-item yang diungkapkan
perusahaan dalam annual report dengan 123 item yang diwajibkan.
3. Metode regresi linier berganda (multiple regression) dilakukan terhadap
model yang diajukan peneliti dengan menggunakan Software SPSS Versi
16.0. Hubungan antara karakteristik GCG dengan pengungkapan CSR
perusahaan, diukur dengan rumus sebagai berikut:
CSRD = βo + β1UDKOM + β2KOMIND + β3INDKOA + β4KMENJ +
β5KINST + β6KASG + β7KKONS + β8SIZE + ɛ i

Keterangan:
CSRD : Indeks Pengungkapan CSR perusahaan
UDKOM : Ukuran Dewan Komisaris
KOMIND : Proporsi Komisaris Independen
INDKOA : Proporsi komite audit independen
KMENJ : Persentase kepemilikan manajerial
KINST : Persentase kepemilikan institusional
KASG : Persentase kepemilikan asing
KKONS : Konsentrasi kepemilikan saham
SIZE : Ukuran Perusahaan (Log total Aset)
ɛi : error term

Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pengujian statistik parametrik.
Statistik parametrik digunakan apabila peneliti mengetahui fakta yang pasti
mengenai sekelompok data yang menjadi sumber sampel (Waryanto, 2009). Uji
regresi merupakan salah satu jenis uji statistik parametrik, untuk menguji
hipotesis yang diajukan peneliti maka akan dilakukan uji pengaruh simultan (F
test), uji koefisien determinasi, dan uji pengaruh parsial (t test). Uji pengaruh
simultan bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang
18
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level
0,05 (α=5%).
Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah
antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai
yang mendekati satu (1) berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Uji parsial bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi
vaiabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level
0,05 (α=5%). Bila nilai signifikansi t < 0.05, maka H0 ditolak, artinya terdapat
pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel
dependen.

HASIL DAN PENELITIAN


Deskripsi Objek Penelitian
Jumlah perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
sebanyak 326 perusahaan. Dari jumlah tersebut yang diambil sebagai sampel
penelitian adalah sebanyak 123 perusahaan. Jumlah akhir sampel diambil
berdasarkan metode judgment sampling dengan rincian yang dapat dilihat pada
tabel 4.1. Sampel berasal dari 23 jenis industri yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yang dijabarkan pada tabel 4.2. Perusahaan yang paling banyak berasal
dari industri real estate and property yaitu sebanyak 28 perusahaan atau sebesar
23%.

Analisis Data
Statistik Deskriptif dan Pengujian Asumsi Klasik
Analisis statistik deskriptif menggambarkan nilai maksimum, minimum,
nilai rata-rata, dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Hasil statistik
19
deskriptif masing-masing variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
4.3. Begitu pula dengan distribusi masing-masing variabel yang disajikan dalam
yang menunjukkan distribusi dari tiap-tiap variabel pada interval yang telah
ditentukan.
Uji asumsi klasik yang pertama yaitu uji normalitas. Uji normalitas
menggunakan analisis grafik histogram, grafik normal probability plot, dan
analisis statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov. Dapat dilihat dari gambar
4.1, gambar 4.2 dan tabel 4.13. Pola grafik menunjukkan pola distribusi normal,
begitu pula dengan nilai sig. pada Kolmogorov-Smirnov Uji multikolinearitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel bebas (Ghozali, 2009) dilihat dari nilai tolerance < 0.10 atau VIF >
10. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat dari tabel 4.14. Sedangkan Uji
Heteroskedastisitas yang dianalisis dengan menggunakan uji Glejser dilihat dari
nilai signifikansi > 5%. Hasil uji glejser dapat dilihat pada tabel 4.15.

Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian


Uji hipotesis dilakukan dengan melakukan uji pengaruh simultan (F Test),
Uji Koefisien Determinasi (R2), dan uji parsial (t). Uji F dilakukan untuk
mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan
mempengaruhi variabel dependen. Nilai R2 sebesar 0,375 berarti sebanyak 37,5%
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dipengaruhi oleh ketujuh
variabel independen dan satu variabel kontrol. Sedangkan sisanya 62,5%
dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam model regresi.
Sedangkan hasil Uji t menunjukkan nilai t yang dapat dilihat pada tabel
4.16. Untuk hasil uji F, menghasilkan nilai F sebesar 10,136 dan signifikan pada
0,000, maka H0 ditolak yang berarti koefisien regresi signifikan, artinya bahwa
variabel UDKOM, KOMIND, INDKOA, KMENJ, KINST, KASG, KKONS,
SIZE secara simultan mempengaruhi variabel dependen CSRD.

20
Interpretasi Hasil
Setelah dilakukan pengujian, keputusan terhadap masing-masing hipotesis
dapat disimpulkan. Hipotesis 1 menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris
berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Hasil uji hipotesis
menunjukkan koefisien positif sebesar 0,005 dan sig. 0,027. Karena nilai
signifikansi kurang dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ukuran dewan
komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR atau Hipotesis 1
diterima.
Hipotesis 2 menyatakan bahwa independensi dewan komisaris
berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Hasil uji hipotesis
menunjukkan koefisien negatif sebesar -0,051 dan sig. 0,215. Karena nilai
signifikasinya di atas 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa independensi dewan
komisaris tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR atau Hipotesis 2
ditolak.
Hipotesis 3 menyatakan bahwa independensi komite audit berpengaruh
positif terhadap pengungkapan CSR. Hasil uji hipotesis menunjukkan koefisien
negatif sebesar -0,034 dan sig. 0,351. Karena nilai signifikansinya di atas 0,05,
maka dapat disimpulkan bahwa independensi komite audit tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan CSR atau Hipotesis 3 ditolak.
Hipotesis 4 menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruhh
positif terhadap pengungkapan CSR. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
koefisien negatif sebesar -0,002 dan sig. 0,048. Karena nilai signifikansi berada di
bawah 0,05 dan koefisien negatif, maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR atau Hipotesis 4
ditolak.
Hipotesis 5 menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh
positif terhadap pengungkapan CSR. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
koefisien positif sebesar 0,000 dan sig. 0,00. Karena nilai signifikansi berada di
bawah 0,05 dan koefisien negatif, maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR atau Hipotesis 5
diterima.
21
Hipotesis 6 menyatakan bahwa kepemilikan asing berpengaruh positif
terhadap pengungkapan CSR. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa koefisien
positif sebesar 0,000 dan sig. 0,007. Karena nilai signifikansi berada di bawah
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan asing berpengaruh positif
terhadap pengungkapan CSR atau Hipotesis 6 diterima.
Hipotesis 7 menyatakan bahwa kepemilikan terkonsentrasi berpengaruh
negatif terhadap pengungkapan CSR. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
koefisien positif sebesar 0,012 dan sig. 0,142. Karena nilai signifikansinya di atas
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan terkonsentrasi tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan CSR atau Hipotesis 7 ditolak.
Hasil uji terhadap variabel kontrol berupa ukuran perusahaan (SIZE)
menunjukkan koefisien positif sebesar 0,010 dan sig. 0,00. Karena nilai
signifikansinya di atas 0,05 dan koefisien positif, maka dapat disimpulkan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.

PENUTUP
Simpulan
Hasil uji menunjukkan bahwa pengungkapan dan praktik Corporate Social
Responsibility di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini dapat terlihat dari
kecilnya persentase rata-rata jumlah pengungkapan CSR yang dilakukan oleh
perusahaan non keuangan Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2009. Selain itu, jika dilihat dari nilai adjusted R square menunjukkan hanya
37,5% dari pengungkapan Corporate Social Responsibility yang dipengaruhi oleh
tujuh variabel penelitian.
Hasil penelitian menemukan hanya tiga variabel yaitu ukuran dewan
komisaris, kepemilikan institusional dan kepemilikan asing yang berpengaruh
terhadap pengungkapan CSR. Ketiga variabel ini berhasil mendukung teori agensi
dimana ketiganya berpengaruh terhadap mekanisme pengawasan terhadap agen.
Adanya pengawasan yang baik akan mengurangi agency cost dan asimetri
informasi sebab agen akan bertindak sesuai kepentingan prinsipal dan
mengungkapkan segala informasi perusahaan kepada prinsipal termasuk
22
pengungkapan CSR. Namun, di Indonesia rata-rata jumlah dewan komisaris,
kepemilikan saham oleh institusi dan pihak asing masih rendah, karena itu ketiga
karakteristik GCG tersebut belum mampu mendorong peningkatan pengungkapan
CSR di Indonesia.

Keterbatasan
Dilihat dari hasil penelitian, rendahnya Adjusted R2 (37,5%), menunjukkan
bahwa variabel independen kurang mendukung pengaruh terhadap pengungkapan
Corporate Social Responsibility. Selain itu, metode tabulasi data menggunakan
content analysis kurang memadai, karena tidak ada crosscheck/verifikasi dari
pihak lain dan analisis item pengungkapan dibandingkan dengan 123 indikator
pengungkapan Nor Hadi masih bersifat subjektif.

Saran
Melihat hasil penelitian yang menunjukkan rendahnya pengungkapan CSR
di Indonesia, maka disarankan penelitian selanjutnya menggunakan periode
pengamatan yang lebih panjang agar dapat lebih menggambarkan perkembangan
pengungkapan CSR di Indonesia. Serta penambahan variabel lain yang lebih besar
pengaruhnya terhadap variabel pengungkapan Corporate Social Responsibility,
salah satunya seperti kompetensi anggota dewan komisaris dan komite audit.

23
DAFTAR PUSTAKA

Amran, Azlan dan S. Susela Devi. 2008. “The Impact Of Government And
Foreign Affiliate Influence On Corporate Social Reporting (The Case Of
Malaysia)”. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 23, No.
4, hal. 386-404.

Anggraini, Fr. RR. 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor


yang Mempengaruhi Pengungkapan Infromasi Sosial dalam Laporan
Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang
Terdaftar pada Bursa Efek Jakarta)”. Simposium Nasional Akuntansi 9.
Padang.

Forum Corporate Governance Indonesia (FCGI). 2006. Governance Publication


Test 1. Jakarta.

Ghozali, Imam. 2007. SPSS. Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan
Penerbit Undip: Semarang.

Hadi, Nor. 2011. Corporate Social Responsibility. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Huafang, Xiao dan Yuan Jianguo. 2007. “Ownership Structure, Board


Composition and Corporate Voluntary Disclosure: Evidence from listed
companies in China”. Managerial Auditing Journal Vol. 22 No. 6.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2009. Standar Akuntansi Keuangan. 19 Juni


2009.

Jensen, Michael C., dan Meckling William H. 1976. “Theory of The Firm:
Managerial Behavior, Agency Costs, and Ownership Structure”. Journal of
Financial Economics 3. Hal 305-360.

Kaihatu, Thomas S. 2006. “Good corporate governace dan penerapannya di


Indonesia”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol.8 No.1 Maret
2006.

Khodadadi, Vali, Soheila Khazami, Abbas Aflatooni. 2010. “The Effect of


Corporate Governance Structure on The Extent of Voluntary Disclosure in
Iran”. Business Intelligence Journal. Juli Vol. 3 No. 2.

Komite Nasional Kebijakan Governace (KNKG). 2006. Pedoman Umum Good


Corporate Governance di Indonesia. Jakarta.

Matoussi, Hamadi dan Raida Chakroun. 2006. “Board Composition, Ownership


Structure and Voluntary Disclosure in Annual Reports: Evidence from

24
Tunisia”. Laboratoire Interdisciplinaire De Gestion Université-Entreprise
(LIGUE).

Mulia, Rizky. 2010. “Pengaruh Karakteristik Corporate Governance terhadap


Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility”. Skripsi Tidak
Dipublikasikan. Universitas Diponergoro.

Murwaningsari, Etty. 2009. “ Hubungan Corporate Governance, Corporate Social


Responsibility dan Corporate Financial Performance Dalam Satu
Continum”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 11, No. 1, hal 30-41.

Purwati, Atik Sri. 2006. “Pengaruh Karakteristik Komte Audit terhadap Ketepatan
Waktu Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Publik yang tercatat di BEJ”.
Tesis Tidak Dipublikasikan. Universitas Diponegoro.

Rawi dan Munawar Muchlis. 2010. “Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan


Institusi, Leverage, dan Corporate Social Responsibility”. Simposium
Nasional Akuntansi 10. Purwokerto.

Rosmasita, H. 2007. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial


(Social Disclosure) Dalam Laporan Keuangan Tahunan Perusahaa
Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta”. Skripsi tidak dipublikasikan.
Universitas Islam Indonesia.

Rustiarini, Ni Wayan. 2009. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham pada


Pengungkapan Corporate Social Responsibility”. Universitas
Mahasaraswati Depansar.

Said, Roshima., Yuserrie Hj Zainuddin., dan Hasnah Haron. 2009. “The


Relationship between Corporate Social Responsibility and Corporate
Governance Characteristics in Malaysian Public Listed Companies”. Social
Responsibility Journal. Vol. 5, No. 2, hal. 212-226.

Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. “Perkembangan Corporate Social


Responsibility di Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo.

Siregar, N. P. Sylvia Veronica, dan Siddharta Utama. 2005. “Pengaruh Struktur


Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance
terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management)”. Simposium Nasional
Akuntansi 8. Solo.

Sitepu, Andre Christian dan Hasan Bakti Siregar. 2008. “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Tahunan
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal
Akuntansi.

25
Ujiyantho, Muh. Arief, dan Bambang Agus Pramuka. 2007. “Mekanisme
Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”.
Simposium Nasional Akuntansi 10. Makasar.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan


Terbatas, Pasal 66 ayat (2) bagian c dan 74.

Veronica, Theodora Martina dan Agus Sumin. 2009. “Pengaruh Karakteristik


Perusahaan terhadap Pengungapan Tanggung Jawab Sosial pada
Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Universitas Gunadharma Jakarta.

Wahidahwati. 2002. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan


Institusional pada Kebijakan Tentang Perusahaan: Sebuah Perspektif Theory
Agency”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Januari. Vol. 5 No. 11-16.

Waryanto. 2009. “Pengaruh Karakteristik Good Corporate Governance (GCG)


terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) di
Indonesia”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Diponegoro.

World Business Council for Sustainable Development. “Meeting Changing


Expectations“. WBCSD’s first report on Corporate Social Responsibility.
Geneva - Switzerland.

26
DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Indikator Pengungkapan CSR menurut Nor Hadi


Key Success Factors for Social Performance
Community Bantuan perbaikan jalan sekitar perusahaan
Bantuan penerangan jalan lingkungan sekitar
Prioritas penerimaan tenaga kerja masyarakat sekitar perusahaan
Bantuan peningkatan kesejahteraan & ekonomi masyarakat sekitar
perusahaan
Bantuan stimulan modal untuk UKM dan koperasi
Bantuan kesehatan masyarakat
Bantuan pendidikan & pelatihan-pelatihan
Bantuan penyediaan air bersih
Bantuan organisasi dan kegiatan-kegiatan kepemudaan
Bantuan pengembangan dan pelestarian seni dan budaya
Bantuan untuk pengembangan prestasi olahraga baik regional, nasional
maupun internasional
Bantuan korban bencana alam
Bantuan untuk pengadaan dan perbaikan sarana ibadah
Kerjasama dengan lembaga nasional & interbasional terkait peningkatan
masyarakat
Membantu mempelopori dan memfasilitasi harmonisasi hubungan
antarpenganut agama
Bantuan kegiatan-kegiatan keagamaan & hari besar
Mempelopori dan memfasilitasi terjadinya hubungan harmonis dan
kedekatan dengan masyarakat sekitar
Bantuan untuk anak yatim piatu dann panti jompo
Membantu menangani masalah anak jalanan
Kampanye dan ikut aktif dalam pemberantasan narkoba dan HIV
Membuka sarana pasar di daerah terpencil
Membuka akses jalan di daerah terpencil
Memperoleh penghargaan atas perhatian terhadap masyarakat sekitar
Environmental Memiliki program untuk pengelolaan dan pengolahan limbah
Melakukan investasi peralatan dalam rangka pengolahan limbah
Program rehabilitasi dan reklamasi lingkungan
Melakukan riset berkelanjutan untuk pengelolaan dan pemeliharaan
lingkungan
Memiliki manajemen tata lingkungan yang baik
Berusaha melakukan kegiatan prefentif dan represif dalam pencegahan
dalam rangka proses produksi
Ikut berpartisipasi menjaga keamanan & ketenangan lingkungan sekitar
Ikut menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan sekitar
27
Berusaha melakukan perlinduungan lingkungan
Memperoleh penghargaan dalam rangka ikut menjaga, melestarikan,
penghijauan dan sejenisnya
Selalu patuh terhadap peraturan lingkungan
Mengedepankan etika bisnis dalam rangka pengelolaan lingkunga
Energy Program penghematan energi dalam proses produksi
Membantu sumber energi alternatif secara mandiri ramah lingkungan
Menggunakan sumber energi alternatif dengan bahan ramah lingkungan
Konservasi energy
Melakukan penggantian peralatan dalam rangka penghematan energy
Mengikuti seminar dan pelatihan saving energy
Ikut menyelenggarakan konvensi penghematan energy
Mnegembangkan produk bio-diesel untuk mendukung program energi
ramah lingkungan
Memperoleh penghargaan dalam keberhasilan konservasi dan penghematan
energy
Employee Memiliki program pemberian insentif, imbalan pasca kerja dan pension
Jaminan kesehatan karyawan
Peningkatan keterampilan karyawan lewat studi lanjut dan pelatihan-
pelatihan
Bantuan kesejahteraan dan kesehatan untuk istri dan anak karyawan
Bantuan pendidikan untuk anak-anak karyawan
Mendukung efektifnya serikat pekerja
Memiliki corporate of conduct, dan dijadikann sebagai dasar operasional
dan hubungan interpersonal
Memiliki program Lingkungan, Kesehatan, & Keselamatan Kerja (LK3)
Memiliki sistem manajemen promosi, motivasi, & renumerasi
Berusaha menciptakan suasana kerja kondusif, harmonis dan kebersamaan
Program pengembangan hobi dan bakat karyawan baik dalam seni dan
olahraga
Memiliki program rekreasi untuk karyawan dan keluarga karyawan
Memiliki program cuti untuk karyawan
Bersikap adil dan berusaha untuk tidak bias gender
Memiliki sitem rekrutmen yang bagus
Membangun hubungan baik dan dekat terhadap media masa sebagai media
socila control
Perusahaan memiliki fasilitas-fasilitas lain seperti masjid, kantin dan
sejenisnya untuk karyawan
Pengahrgaaan yang diperoleh dalam keberpihakan terhadap karyawan
Menjalin etika bisnis dengan karyawan
Melakukan penelitian lewat research & development untuk kualitas,
Customer kesehatan dan pengembangan produk & jasa
28
Memiliki SOP produksi untuk menjamin kualitas & kesehatan produk &jasa
Memiliki standar kualitas produk yang dijadikan parameter kesehatan dan
kualitas produk & jasa
Menjalin pihak ketiga (POM, Depkes, Lab. Perlindungan konsumen, dan
sejenisnya) sebagai pihak ketiga untuk menjaga kesehatan produk
Memilki standar dan fasilitas serta laboratorium untuk pengendalian dan
penjaminan mutu produk
Memiliiki SOP untuk menjamin kualitas bahan baku
Memiliki jaminan legal menurut Undang-Undang & peraturan yang berlaku
Menjamin kesehatan dan kualitas produk yang beredar, termasuk produk out
of date
Jaminan sertifikat halal baik produk maupun jasa yang dijual
Layanan aduan kualitas produk
Melakukan promosi dan pendidikan masyarakat tentang penggunaan, dan
hal lain tentang produk
Berupaya meningkatkan customer satisfaction
Bersifat integritas dalam menjalankan etika bisnis
Penghargaan-penghargaan yang diperoleh perusahaan terkait jaminan
kualitas dan kesehatan produk
Menjalin etika bisnis dengan konsumen
Supplier Meiliki SOP untuk menentukan supplier
Memiliki standar dan kriteria berikut implement dalam penentuan
supplierasinya
Mengedepankan etika bisnis terkait dengan supplier
Memiliki kontrak kerja jelas & berusaha melakukan kontrak kerja dengan
supplier
Berusaha melakukan komunikasi dengan baik, fair& transparan terhadap
supplier
Melakukan hak dan kewajiban secara tepat terhadap supplier
Menjaga etika bisnis dengan supplier
Bankers Keterbukaan & kualitas pelaporan keu. saat pengajuan kredit (pinjaman)
Kebenaran dan ketepatan syarat pendukung secara legal formal saat
pengajuan kredit (pinjaman)
Kebenaran, ketepatan dan kejujuran nilai agunan yang disampaikan
Upaya mematuhi perjanjian kredit
Tepat pembayaran pokok angsuran dan bunga
Menjalin hubungan baik dan kooperatif dengan bank
Menjaga etika bisnis dengan bankers
Marketforce Menjaga persaingan secara sehat dan fair
Keterbukaan dalam penyampaian produk
Menggunakan format promosi dengan kampanye pendidikan, kegiatan
sosial, kesehatan, dan pembelajaran masyarakat lainnya
29
Menjaga kestabilan harga tanpa melakukan manipulasi
Promosi yang mengedepankan etika, tidak eksploitasi wanita
Promosi dengan kegiatan sosial kemasyarakatan
Menghindari tindakan-tindakan monopoli terselubung
Menjaga etika bisnis dengan marketforce
Mengikuti segala bentuk peraturan & perundang-undangan yang
Government dikeluarkan pemerintah
Mengikuti segala anjuran pemerintah
Mendukung program-program pemerintah
Menjalin hubungan baik dengan pemerintah daerah setempat
Membantu mempercepat pembangunan bersama pemerintah
Mendukung proses otonomi daerah
Bersama pemerintah mendukung kemandirian daerah
Mendukung peningkatan pendapatan daerah
Membayar pajak dan retribusi secara tepat
Mendukung pembangunan berkelanjutan
Menjalin etika bisnis dengann pemerintah
Shareholder Menjalin komunikasi dengan para pemegang saham
Menjalin komunikasi dengan para investor dan calon investor
Berkomitmen meningkatkan pembagian dividen secara tepat waktu
Melaksanakan good governance
Menjalin etika bisnis terkait dengan shareholder
Directors Meningkatkan kesejahteraan denngann pemberian renumerasi
Pemberian bonus
Pemberian bonus saham
Menjaga harkat, martabat dan hak asasi
Pemenuhan kontrak kerja dengan baik
Mengikuti segala aturan yang berlaku
Menjaga etika bisnis terhadap directors bawahnnya

30
Tabel 4.1
Tahapan Perolehan Sampel
KETERANGAN JUMLAH
Jumlah perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI th. 2009 326
Data yang tidak diperoleh dari BEI maupun Website (136)
Data yang diperoleh 190
Data yang tidak memenuhi kriteria, tidak lengkap (67)
Total data yang digunakan sebagai sampel 123
Sumber : Data sekunder yang telah diolah

Tabel 4.2
Distribusi Sampel berdasarkan Jenis Industri
No. Jenis Industri Jumlah Persentase
1 Agriculture, Forestry and Fishing 6 5%
2 Animal Feed and Husbandry 4 3%
3 Mining and Mining Services 8 7%
4 Constructions 6 5%
5 Food and Baverage 5 4%
6 Tobacco Manufacturers 2 2%
7 Lumber and Wood Products 1 1%
8 Chemical and Allied Products 6 5%
9 Cement 2 2%
10 Metal and Allied Productss 2 2%
11 Stone, Clay, Glass, and Concrete Products 1 1%
12 Cables 2 2%
13 Electronics and Office Equipment 2 2%
14 Automotive and Allied Products 7 6%
15 Photograpic Equipment 2 2%
16 Pharmaceuticals 4 3%
17 Consumer Goods 1 1%
18 Transportation Services 5 4%
19 Telecommunication 1 1%
20 Wholesale and Retail Trade 13 11%
21 Real Estate and Property 28 23%
22 Hotel and Travel Services 8 7%
23 Others 7 6%
Jumlah 123 100%

31
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

UDKOM 123 2 10 4.58 .164 1.824

KOMIND 123 .142857142857 .666666666667 .39642857142857 .008233707127974 .091316229485880

INDKOA 123 .333333333333 .800000000000 .63004258614015 .009388960806010 .104128612576300

KMENJ 123 .0000 26.0300 1.820649E0 .4074103 4.5183985

KINST 123 .0000 99.8900 3.724988E1 2.7910283E0 30.9540015

KASG 123 .0000 99.8600 2.926757E1 2.8277791E0 31.3615873

CSRD 123 .032520325203 .235772357724 .10582325335448 .004517923868330 .050106199594896

SSIZE 123 22.66 32.21 28.1510 .15621 1.73247

Valid N
123
(listwise)

Gambar 4.1
Grafik Histogram

32
Gambar 4.2
Grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Tabel 4.13
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 123
a
Normal Parameters Mean .0000000

Std. Deviation .03830232

Most Extreme Differences Absolute .101

Positive .101

Negative -.074

Kolmogorov-Smirnov Z 1.122

Asymp. Sig. (2-tailed) .162

a. Test distribution is Normal.

33
Tabel 4.14
Hasil Uji Multikolinearitas
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta Tolerance VIF

1(Constant) -.130 .080

UDKOM .005 .002 .178 .807 1.239

KOMIND -.051 .041 -.093 .919 1.088

INDKOA -.034 .036 -.070 .913 1.096

KMENJ -.002 .001 -.157 .829 1.207

KINST .000 .000 -.427 .426 2.350

KASG .000 .000 -.294 .438 2.281

KKONS .012 .008 .115 .842 1.188

SSIZE .010 .002 .358 .698 1.433

a. Dependent
Variable: CSRD

Tabel 4.15
Hasil Uji Glejser
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) .021 .045 .467 .641

UDKOM .002 .001 .149 1.481 .141

KOMIND .009 .023 .039 .412 .681

INDKOA -.005 .020 -.025 -.265 .792

KMENJ .000 .000 -.137 -1.381 .170

KINST 4.119E-5 .000 .058 .417 .677

KASG 9.623E-5 .000 .136 1.002 .319

KKONS .002 .004 .043 .442 .659

SSIZE -8.817E-5 .001 -.007 -.064 .949

a. Dependent Variable: AbsRES1

34
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
b
Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
a
1 .645 .416 .375 .039623475704472
a. Predictors: (Constant), SSIZE, KASG, KOMIND, INDKOA, KKONS,
KMENJ, UDKOM, KINST
b. Dependent Variable: CSRD

Hasil Uji Pengaruh Simultan (F Test)


b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression .127 8 .016 10.136 .000

Residual .179 114 .002

Total .306 122


a. Predictors: (Constant), SSIZE, KASG, KOMIND, INDKOA, KKONS, KMENJ, UDKOM, KINST
b. Dependent Variable: CSRD

Hasil Uji Parsial (t Test)


a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) -.130 .080 -1.621 .108

UDKOM .005 .002 .178 2.236 .027

KOMIND -.051 .041 -.093 -1.246 .215

INDKOA -.034 .036 -.070 -.937 .351

KMENJ -.002 .001 -.157 -2.000 .048

KINST .000 .000 -.427 -3.887 .000

KASG .000 .000 -.294 -2.723 .007

KKONS .012 .008 .115 1.479 .142

SSIZE .010 .002 .358 4.181 .000


a. Dependent Variable:
CSRD

35

Anda mungkin juga menyukai