JURNAL
JURNAL
ABSTRACT
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
TELAAH PUSTAKA
Teori Agensi
Teori agensi menjelaskan hubungan keagenan antara dua pihak dimana satu
atau lebih orang (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk
melaksanakan jasa atas nama mereka yang melibatkan pendelegasian wewenang
pembuatan keputusan kepada agen (Jensen dan Meckling, 1976). Perbedaan
kepentingan antara dua pihak tersebut dapat menimbulkan konflik keagenan.
Konflik ini terjadi karena kemungkinan agent tidak bertindak sesuai dengan
kepentingan principal.
Selain itu, konflik timbul juga dikarenakan adanya ketidakseimbangan
informasi yang dimiliki oleh principal dan agent atau sering disebut sebagai
5
asimetri informasi. Ketidakseimbangan atas informasi ini dapat memberikan
kesempatan kepada manajer untuk melakukan tindakan oportunis seperti
manajemen laba. Terjadinya konflik kepentingan antara principal dan agent akan
menimbulkan biaya keagenan (agency cost).
Corporate Governance dapat membantu mengurangi biaya agensi yang
mungkin terjadi. Biaya agensi yang muncul karena konflik kepentingan antara
agent dan principal dapat dikurangi dengan mekanisme pengawasan yang dapat
menyelaraskan berbagai kepentingan yang ada dalam perusahaan (Rustiarini,
2010). Mekanisme pengawasan yang dimaksud adalah mekanisme Good
Corporate Governance (GCG). GCG dianggap mampu mengurangi masalah
keagenan karena dengan adanya pengawasan maka perilaku oportunis manajer
dan kecenderungan untuk menyembunyikan informasi demi keuntungan pribadi
dan dapat mengarah pada peningkatan pengungkapan perusahaan.
Corporate Governance
Definisi Good Corporate Governance menurut Cadbury Committee yaitu
suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan mengatur
hubungan berbagai pihak di dalam maupun luar perusahaan (seperti pemegang
saham, pengelola perusahaan, kreditur, pemerintah, dan karyawan) sehingga
terpelihara kepentingan dan tujuan masing-masing pihak. Definisi yang tidak jauh
7
berbeda juga dinyatakan oleh OECD (Organization for Economic Co-operation
and Development), menyatakan bahwa Corporate Governance merupakan suatu
sistem yang bertujuan untuk mengendalikan dan mengarahkan peusahaan agar
dapat mendistribusikan hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat dalam suatu
perusahaan dengan baik sehingga dapat menciptakan nilai tambah bagi seluruh
pemegang kepentingan (stakeholders).
Inti dari corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan
melalui pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen
terhadap pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan
peraturan yang berlaku (Kaihatu, 2006). Pengimplementasian GCG memerlukan
komitmen dari seluruh elemen organisasi dan kepatuhan terhadap aturan-aturan
yang mengikat di dalamnya. Terdapat lima prinsip yang terkandung dalam GCG
yang disebutkan dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia
yaitu transparancy, accountability, responsibility, fairness, dan independency.
9
memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya. Selain peraturan-peraturan
tersebut, organisasi-organisasi independen juga mendukung implementasi GCG di
Indonesia, seperti Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI),
Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), Indonesian Institute for
Corporate Directorship (IICD).
Hipotesis
10
eberadaan komisaris independen dapat mendorong Dewan Komisaris mengambil
keputusan secara objektif yang melindungi seluruh pemangku kepentingan dari
tindakan agen yang menyimpang. Jika pengawasan telah dilakukan dengan
efektif, maka pengelolaan perusahaan akan dilakukan dengan baik pula, dan
manajemen akan mengungkapkan semua informasi yang ada, termasuk tanggung
jawab sosial. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis kedua yang akan diuji adalah:
H2: Proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh positif
terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility.
11
Menurut teori keagenan, adanya kemungkinan permasalahan yang timbul
diantara pemegang saham dan manajer disebabkan karena kecilnya kepemilikan
oleh agen di perusahaan (Said, et al 2009). Hal ini dapat menjadi penyebab
tindakan oportunis yang dilakukan oleh manajer. Rawi dan Munawar (2010) dan
Murwaningsari (2009) menemukan adanya hubungan positif antara kepemilikan
manajerial dengan luas pengungkapan CSR. Dengan adanya kepemilikan saham
oleh manajemen, maka manajemen akan ikut serta aktif dalam pengambilan
keputusan. Mereka akan memperoleh manfaat langsung atas keputusan-keputusan
yang diambilnya, namun juga akan menanggung resiko secara langsung bila
keputusan itu salah. Manajer perusahaan akan mengambil keputusan sesuai
dengan kepentingan perusahaan yaitu dengan cara mengungkapkan informasi
sosial yang seluas-luasnya dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan.
Dengan demikian, manajemen tidak akan bertindak yang akan merugikan
perusahaan, sehingga dapat mengurangi pengawasan dan agency cost.
Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis kelima yang akan diuji dalam
penelitian ini adalah:
H4: Kepemilikan Manajerial berpengaruh positif terhadap luas
pengungkapan Corporate Social Responsibility
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah luas pengungkapan CSR.
Metode analisis yang digunakan adalah content analysis method dimana peneliti
akan mengamati ada tidaknya item informasi yang diungkapkan dalam annual
report. Item-item tersebut didasarkan pada Key Success Factors for Social
Performance yang berisi 123 indikator pengukuran pengungkapan CSR yang
disusun oleh Nor Hadi. Jika item diungkapkan dalam annual report maka diberi
skor “1”, namun jika item tidak diungkapkan maka diberi skor “0”. Luas
pengungkapan CSR dinyatakan dalam Corporate Social Responsibility Disclosure
(CSRD) yang dirumuskan dengan:
CSRD = Jumlah item yang diungkapkan
123 item pengungkapan
14
nasihat pada direksi. Variabel ini diukur dengan menghitung jumlah anggota
dewan komisaris yang dilihat dari annual report masing-masing perusahaan.
15
7. Kepemilikan Terkonsentrasi
Kepemilikan saham terkonsentrasi merupakan kepemilikan lebih dari 50%
saham dalam perusahaan yang dimiliki oleh satu pihak (baik perorangan atau
lembaga). Variabel ini diukur menggunakan variabel dummy, dengan pemberian
skor “1” jika perusahaan memiliki kepemilikan terkonsentrasi, dan skor “0” jika
kepemilikan perusahaan tidak terkonsentrasi.
Variabel Kontrol
Variabel control dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan yang
diambil dengan menggunakan total asset perusahaan, kemudian dirumuskan
dengan log:
Ukuran perusahaan = log (total asset)
Keterangan:
CSRD : Indeks Pengungkapan CSR perusahaan
UDKOM : Ukuran Dewan Komisaris
KOMIND : Proporsi Komisaris Independen
INDKOA : Proporsi komite audit independen
KMENJ : Persentase kepemilikan manajerial
KINST : Persentase kepemilikan institusional
KASG : Persentase kepemilikan asing
KKONS : Konsentrasi kepemilikan saham
SIZE : Ukuran Perusahaan (Log total Aset)
ɛi : error term
Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pengujian statistik parametrik.
Statistik parametrik digunakan apabila peneliti mengetahui fakta yang pasti
mengenai sekelompok data yang menjadi sumber sampel (Waryanto, 2009). Uji
regresi merupakan salah satu jenis uji statistik parametrik, untuk menguji
hipotesis yang diajukan peneliti maka akan dilakukan uji pengaruh simultan (F
test), uji koefisien determinasi, dan uji pengaruh parsial (t test). Uji pengaruh
simultan bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang
18
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level
0,05 (α=5%).
Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah
antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai
yang mendekati satu (1) berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Uji parsial bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi
vaiabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level
0,05 (α=5%). Bila nilai signifikansi t < 0.05, maka H0 ditolak, artinya terdapat
pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel
dependen.
Analisis Data
Statistik Deskriptif dan Pengujian Asumsi Klasik
Analisis statistik deskriptif menggambarkan nilai maksimum, minimum,
nilai rata-rata, dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Hasil statistik
19
deskriptif masing-masing variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
4.3. Begitu pula dengan distribusi masing-masing variabel yang disajikan dalam
yang menunjukkan distribusi dari tiap-tiap variabel pada interval yang telah
ditentukan.
Uji asumsi klasik yang pertama yaitu uji normalitas. Uji normalitas
menggunakan analisis grafik histogram, grafik normal probability plot, dan
analisis statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov. Dapat dilihat dari gambar
4.1, gambar 4.2 dan tabel 4.13. Pola grafik menunjukkan pola distribusi normal,
begitu pula dengan nilai sig. pada Kolmogorov-Smirnov Uji multikolinearitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel bebas (Ghozali, 2009) dilihat dari nilai tolerance < 0.10 atau VIF >
10. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat dari tabel 4.14. Sedangkan Uji
Heteroskedastisitas yang dianalisis dengan menggunakan uji Glejser dilihat dari
nilai signifikansi > 5%. Hasil uji glejser dapat dilihat pada tabel 4.15.
20
Interpretasi Hasil
Setelah dilakukan pengujian, keputusan terhadap masing-masing hipotesis
dapat disimpulkan. Hipotesis 1 menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris
berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Hasil uji hipotesis
menunjukkan koefisien positif sebesar 0,005 dan sig. 0,027. Karena nilai
signifikansi kurang dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ukuran dewan
komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR atau Hipotesis 1
diterima.
Hipotesis 2 menyatakan bahwa independensi dewan komisaris
berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Hasil uji hipotesis
menunjukkan koefisien negatif sebesar -0,051 dan sig. 0,215. Karena nilai
signifikasinya di atas 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa independensi dewan
komisaris tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR atau Hipotesis 2
ditolak.
Hipotesis 3 menyatakan bahwa independensi komite audit berpengaruh
positif terhadap pengungkapan CSR. Hasil uji hipotesis menunjukkan koefisien
negatif sebesar -0,034 dan sig. 0,351. Karena nilai signifikansinya di atas 0,05,
maka dapat disimpulkan bahwa independensi komite audit tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan CSR atau Hipotesis 3 ditolak.
Hipotesis 4 menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruhh
positif terhadap pengungkapan CSR. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
koefisien negatif sebesar -0,002 dan sig. 0,048. Karena nilai signifikansi berada di
bawah 0,05 dan koefisien negatif, maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR atau Hipotesis 4
ditolak.
Hipotesis 5 menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh
positif terhadap pengungkapan CSR. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
koefisien positif sebesar 0,000 dan sig. 0,00. Karena nilai signifikansi berada di
bawah 0,05 dan koefisien negatif, maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR atau Hipotesis 5
diterima.
21
Hipotesis 6 menyatakan bahwa kepemilikan asing berpengaruh positif
terhadap pengungkapan CSR. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa koefisien
positif sebesar 0,000 dan sig. 0,007. Karena nilai signifikansi berada di bawah
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan asing berpengaruh positif
terhadap pengungkapan CSR atau Hipotesis 6 diterima.
Hipotesis 7 menyatakan bahwa kepemilikan terkonsentrasi berpengaruh
negatif terhadap pengungkapan CSR. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
koefisien positif sebesar 0,012 dan sig. 0,142. Karena nilai signifikansinya di atas
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan terkonsentrasi tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan CSR atau Hipotesis 7 ditolak.
Hasil uji terhadap variabel kontrol berupa ukuran perusahaan (SIZE)
menunjukkan koefisien positif sebesar 0,010 dan sig. 0,00. Karena nilai
signifikansinya di atas 0,05 dan koefisien positif, maka dapat disimpulkan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.
PENUTUP
Simpulan
Hasil uji menunjukkan bahwa pengungkapan dan praktik Corporate Social
Responsibility di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini dapat terlihat dari
kecilnya persentase rata-rata jumlah pengungkapan CSR yang dilakukan oleh
perusahaan non keuangan Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2009. Selain itu, jika dilihat dari nilai adjusted R square menunjukkan hanya
37,5% dari pengungkapan Corporate Social Responsibility yang dipengaruhi oleh
tujuh variabel penelitian.
Hasil penelitian menemukan hanya tiga variabel yaitu ukuran dewan
komisaris, kepemilikan institusional dan kepemilikan asing yang berpengaruh
terhadap pengungkapan CSR. Ketiga variabel ini berhasil mendukung teori agensi
dimana ketiganya berpengaruh terhadap mekanisme pengawasan terhadap agen.
Adanya pengawasan yang baik akan mengurangi agency cost dan asimetri
informasi sebab agen akan bertindak sesuai kepentingan prinsipal dan
mengungkapkan segala informasi perusahaan kepada prinsipal termasuk
22
pengungkapan CSR. Namun, di Indonesia rata-rata jumlah dewan komisaris,
kepemilikan saham oleh institusi dan pihak asing masih rendah, karena itu ketiga
karakteristik GCG tersebut belum mampu mendorong peningkatan pengungkapan
CSR di Indonesia.
Keterbatasan
Dilihat dari hasil penelitian, rendahnya Adjusted R2 (37,5%), menunjukkan
bahwa variabel independen kurang mendukung pengaruh terhadap pengungkapan
Corporate Social Responsibility. Selain itu, metode tabulasi data menggunakan
content analysis kurang memadai, karena tidak ada crosscheck/verifikasi dari
pihak lain dan analisis item pengungkapan dibandingkan dengan 123 indikator
pengungkapan Nor Hadi masih bersifat subjektif.
Saran
Melihat hasil penelitian yang menunjukkan rendahnya pengungkapan CSR
di Indonesia, maka disarankan penelitian selanjutnya menggunakan periode
pengamatan yang lebih panjang agar dapat lebih menggambarkan perkembangan
pengungkapan CSR di Indonesia. Serta penambahan variabel lain yang lebih besar
pengaruhnya terhadap variabel pengungkapan Corporate Social Responsibility,
salah satunya seperti kompetensi anggota dewan komisaris dan komite audit.
23
DAFTAR PUSTAKA
Amran, Azlan dan S. Susela Devi. 2008. “The Impact Of Government And
Foreign Affiliate Influence On Corporate Social Reporting (The Case Of
Malaysia)”. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 23, No.
4, hal. 386-404.
Ghozali, Imam. 2007. SPSS. Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan
Penerbit Undip: Semarang.
Jensen, Michael C., dan Meckling William H. 1976. “Theory of The Firm:
Managerial Behavior, Agency Costs, and Ownership Structure”. Journal of
Financial Economics 3. Hal 305-360.
24
Tunisia”. Laboratoire Interdisciplinaire De Gestion Université-Entreprise
(LIGUE).
Purwati, Atik Sri. 2006. “Pengaruh Karakteristik Komte Audit terhadap Ketepatan
Waktu Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Publik yang tercatat di BEJ”.
Tesis Tidak Dipublikasikan. Universitas Diponegoro.
Sitepu, Andre Christian dan Hasan Bakti Siregar. 2008. “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Tahunan
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal
Akuntansi.
25
Ujiyantho, Muh. Arief, dan Bambang Agus Pramuka. 2007. “Mekanisme
Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”.
Simposium Nasional Akuntansi 10. Makasar.
26
DAFTAR LAMPIRAN
30
Tabel 4.1
Tahapan Perolehan Sampel
KETERANGAN JUMLAH
Jumlah perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI th. 2009 326
Data yang tidak diperoleh dari BEI maupun Website (136)
Data yang diperoleh 190
Data yang tidak memenuhi kriteria, tidak lengkap (67)
Total data yang digunakan sebagai sampel 123
Sumber : Data sekunder yang telah diolah
Tabel 4.2
Distribusi Sampel berdasarkan Jenis Industri
No. Jenis Industri Jumlah Persentase
1 Agriculture, Forestry and Fishing 6 5%
2 Animal Feed and Husbandry 4 3%
3 Mining and Mining Services 8 7%
4 Constructions 6 5%
5 Food and Baverage 5 4%
6 Tobacco Manufacturers 2 2%
7 Lumber and Wood Products 1 1%
8 Chemical and Allied Products 6 5%
9 Cement 2 2%
10 Metal and Allied Productss 2 2%
11 Stone, Clay, Glass, and Concrete Products 1 1%
12 Cables 2 2%
13 Electronics and Office Equipment 2 2%
14 Automotive and Allied Products 7 6%
15 Photograpic Equipment 2 2%
16 Pharmaceuticals 4 3%
17 Consumer Goods 1 1%
18 Transportation Services 5 4%
19 Telecommunication 1 1%
20 Wholesale and Retail Trade 13 11%
21 Real Estate and Property 28 23%
22 Hotel and Travel Services 8 7%
23 Others 7 6%
Jumlah 123 100%
31
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Valid N
123
(listwise)
Gambar 4.1
Grafik Histogram
32
Gambar 4.2
Grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Tabel 4.13
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 123
a
Normal Parameters Mean .0000000
Positive .101
Negative -.074
Kolmogorov-Smirnov Z 1.122
33
Tabel 4.14
Hasil Uji Multikolinearitas
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
a. Dependent
Variable: CSRD
Tabel 4.15
Hasil Uji Glejser
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
34
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
b
Model Summary
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
35