Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II (KMB II)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ENSEFALITIS

DOSEN PENGAMPUH :

John D. Haluruk, S.ST.,M.Kes

Di Susun Oleh Kelompok 2 :

Nama:

1. Evi Arianti. Ohoiulun

2. Helena D. Belnard

3. Maria Ratuanik

4. Grace Putnarubun

5. Fani Efruan

6. Frans R. Resubun

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TUAL

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat karunia serta taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada klien Ensefalitis dengan baik meskipun
banyak kekurangannya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pemahaman tentang Ensefalitis. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran, dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat ini.

Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang


membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan.

Langgur, 08 Februari 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.............................................................

1.1. Latar Belakang..................................................................

1.2. Rumusan masalah..............................................................


1.3.Tujuan................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..............................................................

1.1 Pengertian Ensefalitis..................................................


1.2 Klasifikasi Ensefalitis..................................................
1.3 Etiologi Ensefalitis......................................................
1.4 Patofisiologi Ensefilitis............................................... 6
1.5 Faktor risiko................................................................ 6
1.6 Manifestasi klinis ensefalitis....................................... 6
1.7 Komplikasi ensefalitis................................................. 6
1.8 Pemeriksaan diagnostik ensefalitis.............................. 7
1.9 Penatalaksanaan ensefalitis......................................... 7
1.10 Pathway................................................................. 8

BAB III TINJAUAN KASUS....................................................... 9

A. Pengkajian......................................................................... 9
B. Analisa Data...................................................................... 14
C. Diagnosa Keperawatan..................................................... 15
D. Rencana Intervensi............................................................ 15
E. Implementasi..................................................................... 16
F. Evaluasi............................................................................ 17

BAB IV PENUTUP......................................................................

A. Kesimpulan.......................................................................
B. Saran.................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit infeksi adalah penyakit yangg di sebabkan karena masuknya bibit


penyakit ke dalam tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempati urutan
teratas penyebab kesakitan dan kematian di Negara berkembang, termasuk
indonesia. Sebagaimana uraian tersebut, maka dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai salah satu masalah yang di akibatkan oleh terjadinya infeksi
terhadap jaringan otak oleh virus, bakteri, cacing, protozoa, jamur, atau rickettsia,
yang biasa di sebut dengan Ensefalitis.

Ensefalitis adalah infeksi jaringan perenkim otak oleh berbagai macam


mikroorganisme. Pada ensefalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat
mengenai selaput pembungkus otak sampai dengan medulla spinalis (Smeltzer,
2012). Penyakit ini dapat di jumpai pada semua umur mulai dari anak-anak sampai
orang dewasa.

Virus atau bakteri memasuki tubuh melalui kulit, saluran nafas dan saluran
cerna, setelah masuk ke dalam tubuh, virus dan bakteri akan menyebar ke seluruh
tubuh dengan beberapa cara. Salah satunya adalah pada jaringan otak yang
nantinya akan menyebabkan ensefalitis. Berdasarkan faktor penyebab yang sering
terjadi maka ensefalitis diklasifikasikan menjadi enam tipe, yaitu ensefalitis
supurativa, ensefalitis siphylis, ensefalitis virus, ensefalitis karena fungus, ensefalitis
karena parasit, dan riketsiosa serebri.
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Ensefalitis ?


2. Apa saja klasifikasi ensefalitis ?
3. Apa etiologi ensefalitis ?
4. Bagaimana patofisiologi ensefalitis ?
5. Apa saja faktor risiko ensefalitis ?
6. Bagaimana manifestasi klinis ensefalitis ?
7. Bagaimana komplikasi pada ensefalitis ?
8. Bagaiman pemeriksaan diagnostik pada ensefalitis ?
9. Bagaimana penatalaksanaan pada ensefalitis ?

1.3. Tujuan

1. Memahami tentang pengertian ensefalitis

2. Mengetahui klasifikasi ensefalitis

3. Mengetahui etiologi ensefalitis

4. Mengetahui patofiologi ensefalitis

5. Mengetahui faktor risiko ensefalitis

6. Mengetahui manifestasi klinis ensefalitis

7. Mengetahui komplikasi ensefalitis

8. Mengetahui pemeriksaan diagnosa ensefalitis

9. Mengetahui penatalaksanaan ensefalitis


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ensefalitis

Ensefalitis adalah istilah umum peradangan otak. Ada beberapa penyebab,


tetapi yang paling umum adalah infeksi virus. Ensefalitis seringkali hanya
menyebabkan tanda dan gejala seperti flu ringan (demam atau sakit kepala) atau
tidak ada gejala sama sekali. Ensefalitis juga dapat menyebabkan penderitanya
merasa kebingungan, kejang, atau masalah dengan indra atau gerakan.

Ensefalitis adalah infeksi jaringan perenkim otak oleh berbagai macam


mikroorganisme. Pada ensefalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat
mengenai selaput pembungkus otak sampai dengan medulla spinalis (Smeltzer,
2012).

2.2. Klasifikasi

Ada dua jenis utama ensefalitis :


a. Ensefalitis primer, kondisi ini terjadi ketika virus atau agen lain secara
langsung menginfeksi otak. Infeksi dapat terkonsentrasi di satu area
atau tersebar luas. Infeksi primer adalah sebuah reaktivitasi virus yang
tidak aktif setelah penyakit sebelumnya.
b. Ensefalitis sekunder, kondisi ini di hasilkan dari reaksi system
kekebalan yang salah terhadap infeksi di tempat lain di tubuh. Alih-
alihh hanya menyerang sel yang menyebabkan infeksi, system
kekebalan tubuh juga secara keliru menyerang sel-sel sehat di otak.
Ensefalitis tipe ini di kenal sebagai ensefalitis pasca-infeksi dan sering
terjadi dua sampai tiga minggu setelah infeksi awal.

2.3. Etilogi

Penyebab pasti ensefalitis tidak dapat di ketahui secara pasti. Namun,


infeksi virus tercatat sebagai penyebab paling umum ensefalitis. Selain itu,
infeksi bakteri dan kondisi peradangan tidak menular juga dapat
menyebabkan ensefalitis. Virus yang dapat menyebabkan ensefalitis
meliputi :
a. Virus herpes simplex (HSV). Baik HSV tipe 1 dan HSV tipe 2 dapat
menyebabkan ensefalitis. Ensefalitis yang di sebabkan oleh HSV
tipe 1 jarang terjadi tetapi dapat menyebabkan kerusakan otak atau
kematian yang signifikan
b. Virus herpes lainnya. Misalnya, virus epstein-barr, yang biasanya
menyebabkan mononucleosis menular, dan virus varicella-zoster,
yang biasanya menyebabkan cacar air dan ruam saraf.
c. Enterovirus. Virus-virus ini termasuk virus polio dan coxsackievirus,
yang biasanya menyebabkan penyakit dengan gejala mirip flu,
radang mata, dan sakit perut.
d. Virus rabies. Infeksi virus rabies, yang biasanya di tularkan melalui
gigitan dari hewan yang terinfeksi, menyebabkan perkembangan
cepat ke ensefalitis setelah gejala di mulai.
e. Infeksi pada masa kanak-kanak. Misalnya, campak (rubella),
gondong dan campak jerman (rubella) dapat di indikasikan menjadi
penyebab umum ensefalitis sekunder.

2.4. Patofisiologi

Pada ensefalitis akut, peradangan dan edema terjadi di daerah yang


terinfeksi di seluruh belahan otak, serebelum, dan kadang-kadang
sumsum tulang belakang. Pendarahan petekie dapat terjadi pada infeksi
berat. Infeksi virus langsung ke otak biasanya merusak neuron, kadang-
kadang menghasilkan badan inklusi yang terlihat secara mikroskopis.
Infeksi berat, terutama ensefalitis HSV yang tidak di obati, dapat
menyebabkan nekrosis hemoragik otak. Encephalomyelitis disseminate
akut di tandai dengan area multifokal demielinasi perivenous dan tidak
adanya virus di otak (Greenlee,2017)

2.5. Faktor risiko

Siapapun bisa terkena ensefalitis. Faktor-faktor yang dapat


meningkatkan risiko meliputi :
a) Usia,beberapa jenis ensefalitis lebih umum atau lebih parah pada
kelompok usia tertentu. Secara umum, anak-anak dan lansia
berada pada risiko yang lebih besar dari sebagian besar jenis
ensefalitis virus.
b) System kekebalan tubuh melemah, orang yang mengidap
HIV/AIDS, mengonsumsi obat penekan kekebalan, atau memiliki
kondisi lain yang menyebabkan melemahnya system kekebalan
tubuh memiliki risiko lebih tinggi terkena ensefalitis.

2.6. Manifestasi klinis

Pada umumnya, orang dengan ensefalitis yang di sebabkan virus


memiliki gejala seperti flu ringan, misalnya sakit kepala, demam, sakit
pada otot atau persendian, dan kelelahan dan kelemahan. Bila di biarkan
akan menimbulkan tanda dan gejala lebih parah, seperti kebingungan,
agitasi atau halusinasi, kejang, kelumpuhan di area wajah atau tubuh
tertentu, kelemahan otot, gangguan bicara atau pendengaran, serta hilang
kesadaran.
Pada bayi dan anak-anak tanda dan gejala mungkin muncul antara lain
timbulnya bintik-bintik lunak (fontanel) pada tengkorakan bayi, mual
muntah, kekakuan tubuh, nafsu makan rendah , dan mudah marah.

2.7. Komplikasi

Komplikasi pada ensefalitis bervariasi, tergantung pada faktor-faktor


tertentu, seperti usia, penyebab infeksi, tingkat keparahan penyakit awal,
serta waktu dari onset penyakit hingga pengobatan. Orang dengan
penyakit yang relatif ringan biasanya sembuh dalam beberapa minggu
tanpa komplikasi jangka panjang. Sementara itu, pada kasus yang parah,
peradangan dapat melukai otak dan menyebabkan koma atau kematian.
Komplikasi lain yang dapat terjadi meliputi keletihan terus-menerus,
kelumpuhan, defek pendengaran atau penglihatan, serta gangguan bicara.

2.8. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pencitraan otak. Pencitraan MRI atau CT scan dapat mengungkapkan


pembengkakan otak atau kondisi lain yang mungkin menyebabkan
gejala, seperti tumor.
b. Pemeriksaan fungsi lumbal. Jarum di masukkan ke punggung bagian
bawah pasien untuk mengangkat cairan serebrospinal (CSF), yakni
cairan pelindung yang mengelilingi otak dan tulang belakang.
Perubahan cairan ini bisa menunjukkan infeksi dan peradangan otak.
Kadang-kadang sampel CSF dapat di uji untuk mengidentifikasi virus
atau agen infeksi lainnya.
c. Tes laboratorium lainnya. Sampel darah, urine, atau ekskresi dari
bagian belakang tenggorokan dapat di uji untuk virus atau agen infeksi
lainnya.
d. Elktroensefalogram (EEG). Elektroda yang di tempelkan pada ulit
kepala dapat merekam aktifitas listrik otak. Pola abnormal tertentu
dapat mengindikasikan diagnosis ensefalitis.
e. Biopsi otak. Pemeriksaan ini melibatkan sampel kecil dari jaringan otak
yang di ambil untuk di uji. Prosedur ini relatif jarang di lakukan. Biopsi
otak biasanya di lakukan hanya jika gejala membentuk dan perawatan
tidak berpengaruh

2.9. Penatalaksanaan

Perawat untuk ensefalitas ringan biasanya hanya meliputi pemulihan


kondisi kesehatan umum, seperti bedrest dan konsumsi banyak cairan,
serta pemberian obat antiinflamasi, seperti acetaminophen (Tylenol, yang
lain), ibuprofen (Advil, motrin IB, lainnya) dan naproxen sodium (aleve),
untuk meredakan sakit kepala dan demam.
Di sisi lain, ensefalitis yang di sebabkan oleh virus tertentu biasanya
membutuhkan pengobatan antivirus. Obat antivirus yang biasa di gunakan
untuk mengobati ensefalitis meliputi Acyclovir (Zovirax). Ganciclovir
(cytovene), dan foscranet (foscavir). Acyclovir sangat efektif terhadap
HSV, yang dapat menyebabkan komplikasi signifikan jika tidak segera di
obati.
Orang yang di rawat di rumah sakit dengan ensefalitis berat
memerlukan beberapa perawatan berikut.
a) Bantuan pernapasan serta pemantauan fungsi pernafasan dan
jantung dengan hati-hati
b) Cairan intravena untuk memastikan hidrasi yang tepat dan
kadar mineral penting.
c) Obat antiinflamasi, seperti kortikosteroid, untuk mengurangi
pembengkakan dan tekanan di dalam tengkorak.
d) Obat antikonvulsan, seperti fenitoin (dilantin), untuk
menghentikan atau mencegah kejang.

Pada pasien yang mengalami komplikasi ensefalitis, beberapa terapi


tambahan berikut mungkin di perlukan :

a) Terapi fisik untuk mengingatkan kekuatan, fleksibilitas,


keseimbangan, serta koordinasi motorik dan mobilitas.
b) Terapi okupasi untuk mengembangkan keterampilan sehari-
hari dan menggunakan produk adaptif yang membantu
aktivitas sehari-hari.
c) Terapi wicara untuk mempelajari kembali kontrol dan
koordinasi otot untuk bicara
d) Psikoterapi untuk mempelajari strategi mengatasi dan
ketrampilan perilaku baru meningkatkan gangguan suasana
hati atau mengatasi perubahan kepribadian.

2.10. Pathway

Virus

Mengenai CNS

Inseralitis

Demam

Hipertermi
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

1. IDENTITAS

a. Identitas pasien

Nama : Tn. R.S

Umur : 24 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Protestan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pegawai PLN

Suku/Bangsa : Kei/Indonesia

Status Perkawinan : Belum kawin

Alamat : Un Wartel

Tanggal Masuk Rs : 13 Februari 2022

Tanggal Pengkajian : 14 Februari 2022

No.RM : 054321

Diagnosa Medis : Encephalitis

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. R.M

Umur : 66 tahun

Jenis kelamin : Perempuan


Agama : Protestan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Un Wartel

Hubungan dengan Pasien : Ibu Kandung

2. RIWAYAT KESEHATAN

a. Keluhan utama: Klien mengeluh demam

b. Therapy

- Kortikosteroid
- Antikonvulsan
- Paracetamol
- Acyclovir

c. Riwayat penyakit sekarang

Klien datang ke RS pada hari minggu tanggal 29 mei 2021 dengan


keluhan demam selama 3 hari lebih dan tidak kunjung menurun.
Setelah di kaji di dapatkan hasil TD : 120/70 MmHg N : 85 R: 22
S:38,50C klien merasa gelisah, muntah-muntah, suhu badan
meningkat, sakit kepala, tidak nafsu makan.

d. Riwayat penyakit dahulu

Klien mengatakan sebelumnya menderita batuk, pilek kurang


lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit herpes, penyakit infeksi pada
hidung, telinga dan tenggorokan.

e. Riwayat penyakit keluarga

Klien mengatakan salah seorang anggota keluarga dari klien


pernah mengalami penyakit yang sama (herpes).

f. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat


Klien mengatakan makan dengan gizi yang cukup asupan
makanan dan cairan dalam jumlah yang cukup.

g. Pola nutrisi dan metabolisme


Keluarga klien mengatakan makan dengan gizi yang cukup
asupan makanan dan cairan dalam jumlah yang cukup.
a. Pola eliminasi
Sebelum sakit klien BAB 1 x sehari dan BAK 3-4 x sehari dengan
konsentrasi urine jerni. Pada saat di rumah sakit klien BAB dan BAK
untuk BAK 3-4 x sehari dengan konsentrasi urine berwarna kuning
jernih
b. Pola istirahat dan tidur
Keluarga klien mengatakan pada saat di rumah klien tidur
selama 7-8 jam perhari, klien tidak tidur siang dan istirahat pun
terpenuhi. Pada saat di rumah sakit klien hanya berbaring dan
kesadaran apatis.
c. Pola aktivitas
Pada sebelum sakit klien beraktivitas dengan baik dan tidak
ada gangguan. Tetapi pada saat aktivitas klien terganggu di karenakan
penurunan kesadaran.

3. PEMERIKSAAN FISIK DAN TEST DIAGNOSTIK

PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Mental
 Orientasi
Pr : Selamat pagi bapak, bagaimana keadaannya ?
Ps : Selamat pagi suster, sudah sedikit membaik suster.
Pr : Bapak alamat rumahnya ?
Ps : Un pantai suster.
 Registration (memori)
Pr : Bapak untuk melatih daya ingat bapak, saya akan
mengambil 3 benda dan menyebutkannya setelah itu bapak
boleh mengulanginya.
Ps : Baik suster.
Pr : Piring, sendok dan gelas. Bapak bisa mengulanginya
kembali?
Ps : Piring, Sendok, dan gelas.
Pr : Baik pak, terimakasih untuk kerjasamanya.

Poin= 3
 Perhatian dan perhitungan
Pr : Selamat pagi pak, bisa mohon kerjasamanya untuk hari?
Ps : Bisa suster.
Pr : Oke baik pak, jadi saya akan menyebutkan sebuah kata
yaitu SELAMAT, Nah,, huruf ke 5 dari kata tersebut apa pak?
Ps : M suster.
Pr : Oke terimakasih pak untuk jawabannya.
Poin=1
 Bahasa
 Memberikan Nama
Pr : Selamat pagi bapak, senang bertemu kembali. Bapak
sekarang saya mengambil 2 buah benda dan mungkin
bapak bisa menyebutkan nama dari benda tersebut.
Sebelum itu apakah bapak bersedia untuk
kerjasamanya ?
Ps : Bersedia suster.
Pr : Baik pak, dua benda ini namanya apa pak ? ( jam
tangan dan bantal)
Ps : Jam dan bantal, suster.
Pr : Oke jawaban yang baik bapak terimakasih.

Poin = 2

 Pengulangan Kata
Pr : Selamat pagi bapak, saya bisa minta waktunya
sebentar untuk kerjasama hari ini lagi ?
Ps : Selamat pagi suster, bisa suster.
Pr : Oke pak, jadi saya akan mengucapkan sebuah
kalimat dan bapak mengulangi kata-kata saya yah?
( saya pasti sembuh)
Ps : Saya Pasti Sembuh !!
Pr : Oke pak, terimakasih untuk jawaban baik ini pak.

Poin = 1

 Tiga perintah berurutan


Pr : Selamat pagi pak, bisakah kita kerjasama untuk hari
ini lagi?
Ps : Bisa suster.
Pr : Oke pak, jadi bapak harus mengikuti perintah yang
tertera di dalam kertas ini yah pak (Ambil sendok itu
dengan tangan kanan kemudian pindahkan ke tangan kiri
dan letakkan di atas meja).
Ps : Baik suster (pasien melakukan perintah tersebut
dengan benar)
Pr : Terima kasih pak.

Poin = 3

b. Tingkat Kesadaran umum


Kesadaran : Apatis
GCS : 13
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 85x/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 38,5oC

N Respon Scoring
o
1 Membuka Mata = Eye open (E)
- Spontan membuka mata 4
- Terhadap suara membuka mata 3
- Terhadap nyeri membuka mata 2
- Tidak ada respon 1
2. Motorik = Motoric response (M)
- Menurut perintah 6
- Dapat melokalisir rangsangan sensorik di 5
kulit(raba)
- Menolak rangsangan nyeri pada anggota gerak 4

- Menjauhi rangsangan nyeri (fleksi abnormal) 3

- Ektensi abnormal/postur deserebrasi 2

- Tidak ada respon 1

3 Verbal = Verbal response (V)


- Berorientasi baik 5
- Bingung 4
- Kata-kata respon tidak tepat 3
- Respon suara tidak bermakna 2
- Tidak ada respon 1
NB : Hasil pemeriksaan pada pasien total poin GCSnya : 13

c. Kepala
Pada saat diinspeksi bentuk kepala tampak bulat, tidak ada luka
dan kulit tampak bersih. Saat di palpasi tidak ada pembengkakan
sebaran rambut merata, lurus dan terdapat uban.
d. Muka
Pada saat di inspeksi bentuk muka oval, ekspresi tampak lemah,
saat di palpasi tidak ada nyeri tekan
e. Mata
Saat di inspeksi mata simetris, visual/ketajaman penglihatan
tampak kabur, sklera mata putih, konjungtiva tidak anemis, kedua pupil
isokor, reflek cahaya positif.
f. Hidung
Saat di inspeksi bentuk hidung normal, simetris, tidak ada secret,
tidak ada polip, fungsi penciuman normal, tidak terpasang oksigen
maupun NGT
g. Mulut
Saat di inspeksi bentuk bibir normal dan bersih, tidak ada
pendarahan dan peradangan pada mulut, jumlah gigi utuh, tidak ada
karang, fungsi pengecapan baik.
h. Telinga
Saat di inspeksi bentuk telinga normal dan simetris antara sisi
kanan dan kiri, telinga tampak bersih, ketajaman pendengaran baik,
tidak ada serumen dan cairan, saat di palpasi tidak ada nyeri tekan.

i. Leher
Saat di inspeksi bentuk leher normal dan tidak ada kelainan
bentuk, tidak ada kelainan/pembengkakan JVP, adanya kaku kuduk,
tidak ada kesulitan menelan. Saat di palpasi tidak ada nyeri tekan.
j. Dada
Bentuk simetris, tidak terdapat pembesaran liver
k. Pulmo
Tidak terdapat pembengkakan, suara seirama bunti sonor

l. Cor

Infeksi tidak ada pembengkakan, auskultasi S1 S2 tunggal, suara


pekak

m. Abdomen

Inspeksi : warna kulit abdomen sama dengan warna kulit lainnya,


tidak terdapat lesi.
Palpasi : tidak terdapat asites, terdapat nyeri tekan
Perkusi : bunyi timpani dan redup pada kuadran 3
Auskultasi : peristatic usus 12x permenit

n. Genetalia

Keadaan bersih, tidak terdapat inflamasi

o. Ekstremitas
Ekstremitas atas : bentuk simetris, tidak ada lesi, pergerakkan
normal
Ekstremitas bawah : bentuk simetris, tidak ada lesi, pergerakkan
normal
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Analisa CSS dari fungsi lumbal :
Ensefalitis : terjadi peningkatan TIK yang ringan kemudian terlihat
adanya peningkatan tekanan pada CSS, biasanya jernih, sel, sel
darah putih meningkat, protein sedikit meningkat, glukosa normal.
 Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrophil (
infeksi bakteri)
 Elektrolit darah : abnormal
 ESR/LED : meningkat (pada meningitis)
 Kultur darah/hidung/tenggorokan/urine : dapat mengindikasikan
daerah “pusat” infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.
 MRI/CT scan : dapat membantu melokalisasi lesi, melihat
ukuran/letak ventikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau
tumor
 EEG : mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum
(ensefalitis) atau voltasenya meningkat (abses)
 Rontgen dada, kepala, dan sinus : mungkin ada indikasi infeksi
atau sumber infeksi intracranial.
A. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1. DS: Virus Hipertermi
Klien mengatakan badannya demam

DO: Mengenai CNS


i. Badannya panas
TTV :
TD : 120/70 mmHg Inseralitis

N : 85x/menit
R : 22x/menit
Demam
S : 38,5oC

Hipertermi

2. DS: Kerusakan susunan Gangguan sensorik


Klien mengatakan kaku saraf pusat motorik
kuduk
Klien mengatakan Gangguan penglihatan
penglihatannya kabur
DO: Gangguan berbicara
Kesadaran menurun Gangguan
Kesadaran apatis pendengaran
Gcs : 13, E : 3 M: 5 V: 5
Kelemahan gerak

Gangguan sensorik
motorik
3. DS: Virus Kebutuhan nutrisi
Klien terlihat tidak nafsu kurang dari
makan Mengenal CNS kebutuhan tubuh
Klien mengatakan mual
DO: Insevalitis

Klien terlihat lemas


Klien mual dan muntah Tik kepala

Nafsu makan berkurang


Muntah-muntah

Mual

BB turun

Kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermi b.d reaksi inflamasi


2. Gangguan sensorik b.d kerusakan susunan saraf pusat
3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
C. RENCANA INTERVENSI

No Diagnosa Perencanaan Rasional


Keperawata Tujuan Intervensi
n
1 Hipertemi b.d Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Untuk mengetahui
reaksi tindakan 2. Berikan keadaan umum
inflamasi keperawatan kompres hangat klien dan suhu
selama 2x24 jm di 3. Anjurkan untuk tubuh klien
harapkan masalah klien berpakain 2. Untuk menurunkan
hipertermi dapat yang mudah suhu tubuh
teratasi dengan menyerap 3. Untuk memberikan
kriteria hasil : keringat rasa nyaman
i. Badan klien 4. Kolaborasi 4. Untuk menurunkan
tidak panas dengan dokter panas tubuh
ii. Suhu tubuh dalam
dalam batas pemberian obat
normal 36,5- antipiretik dan
37oC. cairan infus.
2. Gangguan Setelah di lakukan 1. Observasi TTV 1. Untuk mengetahui
sensorik b.d tindakan 2. Pantau tingkat keadaan umum
kerusakan keperawatan kesadaran klien klien
susunan selama 2x24 jam di 3. Tingkatkan 2. Untuk mengetahui
saraf pusat harapkan masalah jumlah stimulasi kemajuan
gangguan sensorik untuk mencapai kesadaran klien
dapat teratasi tingkat sensori
dengan kriteria hasil yang sesuai 3. Untuk memberikan
: rangsangan dan
1. Kesadaran menambah
normal tingkatan stimulus
2. Nilai GCS klien.
normal : 15
E: 4 M: 6 V: 5
3. Kebutuhan Setelah di lakukan 1. Kaji status 1. Membantu mengkaji
nutrisi kurang tindakan nutrisi klien keadaan klien
dari keperawatan 2. Identifikasi 2. Memantau
kebutuhan selama 2x24 jam perubahan perubahan berat
tubuh diharapkan masalah berat badan badan
kebutuhan nutrisi terakhir 3. Meningkatkan nafsu
kurang dari 3. Anjurkan klien makan dan
kebutuhan tubuh untuk makan memenuhi
dapat teratasi sedikit tapi kebutuhan
dengan kriteria hasil sering nutrisiklien
: 4. Kolaborasi 4. Diet sesuai dengan
1. Klien tidak dengan ahli gizi kebutuhan klien dan
lemas diet yang tepat antimetic dapat
2. Klien tidak bagi klien dan mengurangi mual.
mual muntah dengan dokter
3. Nafsu makan dalam
baik pemberian obat
antimetic
D. IMPLEMENTASI

No Diagnosa Tgl/jam Implementasi Paraf


keperawatan
1. Hipertermi b.d 11 oktober I : mengobservasi TTV
reaksi inflamasi 2019/08.00 R : TD : 120/70 mmHg
N : 85x/m
R : 22x/m
S : 38,5oC
08.30 I : memberikan kompres hangat
R : klien di berikan kompres hangat
09.00
I : menganjurkan untuk klien berpakaian
yang mudah menyerap keringat
R : baju klien sudah di ganti dengan pakaian
yang menyerap keringat
09.20
I : berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat antipiretik dan cairan infus
R : klien sudah di berikan obat dan sudah
terpasang infus
2. Gangguan 11 oktober I : mengobervasi TTV
sensori b.d 2019/13.00 R : TD : 120/70 mmHg
kerusakan N : 85x/m
susunan saraf R : 22x/m
pusat S : 38,5oC
13.00 I : memantau tingkat kesadaran klien
R : klien sudah mulai ada kemajuan dalam
kesadaran
14.00 I : meningkatkan jumlah stimulus untuk
mencapai tingkat sensori yang sesuai
R : klien sudah di tingkatkan jumlah stimulus
dan mampu merespon stimulus
3. Kebutuhan 11 oktober I : mengkaji status nutrisi klien
nutrisi kurang 2019/14.30 R : klien mengatakan mual, tidak nafsu
dari kebutuhan 15.00 makan
tubuh I : mengidentifikasi perubahan berat badan
terakhir
R : klien mengatakan bahwa sejak tidak
15.20 makan nasi berat badannya berkurang
secaran signifikan
I : menganjurkan klien untuk makan sedikit
tapi sering
15.45
R : klien mau mengikuti anjurkan yang di
berikan oleh dokter dan perawat.
I : kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet
yang tepat bagi klien dan dengan dokter
dalam pemberian obat antiemetic
R : klien sudah di berikan diet yang tepat
dan sudah di berikan obat antiemetic untuk
mengatasi mual.
E. EVALUASI

No Diagnosa Tgl/jam Evaluasi Paraf


keperawatan
1 Hipertermi b.d 12 oktober S : klien mengatakan badannya sudah
reaksi inflamasi 2019/10.00 tidak demam

O:
1. Badannya tidak panas
2. TTV :
TD : 120/70 mmHg
N : 85x/m
R : 22x/m
S : 37oC

A : masalah teratasi

P : intervensi di hentikan
2 Gangguan 12 oktober S : klien mengatakan sudah mau makan
sensorik b.d 2019/10.30 dan tidak merasakan mual muntah
kerusakan
susunan saraf O:
pusat 1. Kesadaran menurun
2. Kesadaran apatis
3. GCS : 13 E: 3 M: 5 V: 5

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi
3 Kebutuhan nutrisi 12 oktober S : klien mengatakan sudah mau makan
b.d kurang dari 2019/11.00 dan tidak merasakan mual muntah
kebutuhan tubuh
O:
1. Klien tidak mual dan muntah
2. Nafsu makan baik

A : masalah teratasi

P : intervensi di hentikan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ensefalitis adalah infeksi jaringan perenkim otak oleh berbagai macam
mikroorganisme. Pada ensefalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat
mengenai selaput pembungkus otak sampai dengan medulla spinalis
(Smeltzer, 2012). Terkadang ensefalitis dapat di sebabkan oleh infeksi
bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (di
sebabkan oleh virus) atau sifilis (di sebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit
dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic meningo
encephalitis juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang system
kekebalan tubuhnya kurang.

B. Saran
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab
dengan kondisi fisik yang sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas
sehari-hari tanpa mengalami hambatan. Maka menjaga kesehatan seluruh
organ yang berada di dalam tubuh menjadi sangat penting mengingat betapa
berpengaruhnya system organ tersebut terhadap kelangsungan hidup serta
aktifitas seseorang.
DAFTAR PUSTAKA

 Haryono, Rudi dan Maria Putri Sari Utami, 2019. Keperawatan


Medikal Bedah II. Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS
 https://www.academia.edu/10981650/
asuhan_keperawatan_ensefalitis

Anda mungkin juga menyukai