Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 STP (Segmentasi, Target dan Posisi Pasar)

Dalam rangka mencari kesempatan untuk menjual suatu produk,

dikenal dengan konsep STP yaitu segmentasi, target, dan posisi pasar.

2.1.1.1 Segmentasi Pasar

Beberapa ahli memberikan batasan tentang segmentasi diantaranya

adalah segmentasi pasar adalah proses membagi pasar menjadi irisan-irisan

konsumen yang khas yang mempunyai kebutuhan atau sifat yang sama dan

kemudian memilih satu atau lebih segmen yang akan dijadikan sasaran bauran

pemasaran yang berbeda. Sedangkan Kotler mengemukakan bahwa segmentasi

adalah kegiatan membagi-bagi pasar yang bersifat hiterogen dari suatu produk

kedalam satu satuan pasar yang bersifat homogen. Begitu juga Lamb Haier

mengatakan bahwa segmentasi adalah merupakan tindakan membagi-bagi suatu

pasar menjadi kelompok membeli yang mungkin memerlukan produk atau bauran

pemasaran yang berbeda. Kotler dan Amstrong juga mengemukakan bahwa

segmentasi pasar adalah kegiatan membagi pasar yang luas menjadi terpetak-

petak sesuai kebutuhan dan karakteristik konsumen. Tujuannya ialah supaya

perusahaan bisa melahirkan produk yang memang dibutuhkan oleh mereka.

Ada empat variable utama segmentasi, yaitu:

II-1
II-2

1. Segmentasi Geografis

Pembagian total potensi pasar menjadi sub grup yang lebih kecil berdasarkan

variabel geografis (daerah, negara, atau kota). Pada segmentasi geografis, pasar

dibagi menurut tempat.

2. Segmentasi Demografis

Dalam segmen demografis, pasar dibagi berdasarkan variabel - variabel

demografis seperti usia, jenis kelamin, besarnya keluarga, tingkat penghasilan,

pekerjaan, tingkat pendidikan, agama, kebangsaan, golongan sosial dan

sebagainya.

3. Segmentasi Psychografis

Dalam segmen psychografis, pasar digolongkan berdasarkan sifat atau watak

pembeli, dan aspek – aspek seperti cara hidup (life style), kepribadian, motif

membeli, pengetahuan tentang produk dan penggunaannya.

4. Segmentasi Perilaku

Segmentasi perilaku memfokuskan pada apakan orang akan membeli dan

menggunakan sesuatu produk atau tidak, disamping seberapa sering dan berapa

banyak yang dipakainya.

2.1.1.2 Target Pasar

Targeting adalah proses mengevaluasi setiap daya tarik segmen

kemudian memilih satu atau lebih karakteristik segmen untuk dilayani. Targeting

adalah persoalan bagaimana memilih, menyeleksi, dan menjangkau pasar.

Targeting atau menetapkan target pasar merupakan tahap selanjutnya dari analisis
II-3

segmentasi. Produk dari targeting adalah target market (pasar sasaran), yaitu satu

atau beberapa segmen pasar yang akan menjadi fokus kegiatan - kegiatan

pemasaran. Kadang-kadang targeting juga disebut selecting karena marketer harus

menyeleksi segmen yang ada. Targeting adalah proses mengevaluasi segmen

pasar yang tumbuh, besar, dapat dilayani dan menguntungkan secara ekonomi.

Tugas mengevaluasi segmen yang sudah tidak menguntungkan tentunya harus

ditinggalkan. Proses targeting mencerminkan kenyataan bahwa perusahaan harus

mengidentifikasi pelanggan yang dapat diakses dan dilayani secara efektif dan

efisien. Dalam menetapkan target market perusahaan dapat mempertimbangkan

pola-pola, sebagai berikut :

1. Diferensiasi Segmen

Bidang usaha yang membedakan segmen pasar sehingga perusahaan

menyediakan kebutuhan produk berbeda untuk tiap segmen yang berbeda pula

disesuaikan dengan kebutuhan tiap segmen dan memberikan berbagai varian

dari produk yang ditawarkan.

2. Undiferensiasi Segmen

Bidang usaha yang tidak membedakan segmen pasar.

3. Consentrate Marketing

Spesifikasi usaha yang maksudnya adalah perusahaan berkonsentrasi melayani

kebutuhan dalam kelompok tertentu karena tidak semua orang bisa menikmati

produk yang tersedia.


II-4

4. Market coverage strategy

Merupakan strategi yang dilakukan dengan menggunakan sistem membership

serta produk tidak dijual bebas (hanya di toko sendiri) sehingga dapat

memudahkan konsumen dan produsen.

2.1.1.3 Posisi Pasar

Positioning adalah tindakan perusahaan untuk merancang produk dan

bauran pemasaran agar tercipta kesan yang pasti dalam ingatan konsumen.

Sehingga dengan demikian konsumen memahami dan menghargai apa yang

dilakukan oleh perusahaan. Bagi perusahaan tindakan untuk meneliti atau

mengindentifi kasi posisi pesaing dan memutuskan untuk mengambil posisi setara

dengan posisi pesaing atau mencari kesempatan dalam pasar. Jika posisi

perusahaan itu sendiri dekat dengan pesaing lainnya, maka perusahaan harus

menyeleksi dan kemudian mencari perbedaan lebih lanjut melalui perbedaan -

perbedaan tersendiri. Secara umum, positioning merupakan salah satu cara

pemasar untuk meningkatkan citra, persepsi serta imajinisi terkait dengan produk

yang ditawarkan pada konsumen. Dengan kata lain, positioning bukan untuk

meletakkan produk pada kelompok tertentu tapi menempatkan citra produk pada

segmen pasar yang telah ditentukan.

Kotler menjelaskan beberapa cara product positioning yang dapat

dilakukan pemasar dalam memasarkan produk kepada konsumen yang dituju,

antara lain:
II-5

1. Penentuan posisi menurut atribut

Ini terjadi bila suatu perusahaan memposisikan dengan menonjolkan atribut

produk yang lebih unggul dibanding pesaingnya, seperti ukuran, lama

keberadaannya, dan seterusnya. Misalnya Disneyland dapat mengiklankan

sebagai taman hiburan terbesar di dunia.

2. Penentuan posisi menurut manfaat

Dalam pengertian ini produk diposisikan sebagai pemimpin dalam satu

manfaat tertentu. Misalnya EkoPark di Batu-Malang memposisikan diri

sebagai taman dan musium terbesar di Indonesia dan terlengkap, tidak saja

sebagai taman hiburan tetapi juga menjadi taman pendidikan.

3. Penentuan posisi menurut penggunaan atau penerapan

Seperangkat nilai-nilai penggunaan atau penerapan inilah yang digunakan

sebagai unsur yang ditonjolkan dibandingkan pesaingnya, misal: Japanese

Deer Park memposisikan diri untuk wisatawan yang hanya ingin memperoleh

hiburan singkat.

4. Penentuan posisi menurut pemakai

Ini berarti memposisikan produk sebagai yang terbaik untuk sejumlah

kelompok pemakai. Dengan kata lain pasar sasaran lebih ditujukan pada

sebuah atau lebih komunitas, baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas.

Misalnya Arung Jeram dapat mengiklankan diri sebagai taman hiburan untuk

‘pencari tantangan’.

5. Penentuan posisi menurut pesaing


II-6

Disini produk secara keseluruhan menonjolkan nama mereknya secara utuh

dan diposisiskan lebih baik daripada pesaing. Misalnya: Taman Safari

Indonesia dapat beriklan memilih lebih banyak macam binatang jika

dibandingkan dengan kebun binatang lainnya di Indonesia.

6. Penentuan posisi menurut kategori produk

Produk diposisikan sebagai pemimpin dalam suatu kategori produk. Misalnya:

Taman Mini Indonesia Indah dapat memposisikan diri bukan sebagai “taman

rekreasi” tapi sebagai “Taman Pendidikan dan Budaya”.

7. Penentuan posisi harga atau kualitas

Produk diposisikan sebagai menawarkan nilai terbaik. Misalnya Sonny dapat

memposisikan diri sebagai nilai terbaik untuk harga elektronik (dibandingkan

penentuan posisi seperti kualitas tinggi/harga tinggi atau harga termurah.

(Suparso, 2020)

2.1.2 Bauran Pemasaran 4P

Bauran pemasaran terdiri dari 4P (product, price, place, & promotion)

2.1.2.1 Product (Produk)

Produk adalah sesuatu yang ditawarkan ke dalam pasar untuk di

perhatikan, dimilki, dipakai, atau dikonsumsi, sehingga dapat memuaskan

keinginan atau kebutuhan. Intensitas kompetisi di pasar memaksa perusahaan

untuk mengupayakan adaptasi produk yang tinggi guna meraih keunggulan yang

kompetitif atas pesaing, karena adaptasi produk dapat memperluas basis pasar
II-7

lokal dan ditingkatkan untuk preferensi lokal tertentu. Konsumen semakin banyak

memiliki alternatif dan sangat hati-hati dalam menentukan keputusan untuk

melakukan pembelian dengan mempertimbangkan faktor-faktor kebutuhan,

keunggulan produk, pelayanan dan perbandingan harga sebelum memutuskan

untuk membeli.

2.1.2.2 Price (Harga)

Harga adalah sejumlah uang yang dibayarkan untuk memperoleh barang

atau jasa. Harga merupakan sejumlah nilai yang konsumen tukarkan untuk

menukarkannya dengan keuntungan untuk memperoleh barang atau jasa. Dari

definisi di atas dapat diketahui bahwa harga yang dibayar oleh pembeli sudah

termasuk layanan yang diberikan oleh penjual. Banyak perusahaan mengadakan

pendekatan terhadap penentuan harga berdasarkan tujuan yang hendak dicapainya.

Adapun tujuan tersebut dapat berupa meningkatkan penjualan, mempertahankan

market share, mempertahankan stabilitas harga, mencapai laba maksimum dan

sebagainya.

2.1.2.3 Place (Tempat)

Tempat / lokasi fasilitas jasa merupakan salah satu faktor krusial yang

berpengaruh terhadap kesuksesan suatu jasa, karena lokasi erat kaitannya dengan

pasar potensial penyedia jasa. Lokasi atau tempat seringkali ikut menentukan

kesuksesan perusahaan, karena lokasi erat kaitannya dengan pasar potensial

sebuah perusahaan.
II-8

2.1.2.4 Promotion (Promosi)

Promosi adalah unsur dalam bauran-bauran pemasaran perusahaan yang

didayagunakan untuk memberitahu, membujuk, dan mengingatkan tentang produk

pada suatu perusahaan. Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran yang

merupakan aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi,

mempengaruhi atau membujuk dan meningkatkan sasaran pasar atas produknya

agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan

perusahaan yang bersangkutan. (Mas’ari et al., 2019)

2.1.3 Studi Kelayakan

Salah satu tujuan dilakukannya studi kelayakan bisnis adalah untuk

mencari jalan keluar agar dapat meminimalkan hambatan dan resiko yang

mungkin timbul setelah usaha berjalan. Studi kelayakan bisnis dilakukan untuk

mengidentifikasi masalah dimasa yang akan dating dengan kata lain dengan

adanya studi kelayakan bisnis dapat memberikan pedoman atau arahan kepada

usaha yang akan dijalankan nantinya. (Sugiyanto et. al., 2020)

Studi kelayakan juga sering disebut dengan feasibility study yang

merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah

menerima suatu gagasan usaha atau proyek yang direncanakan atau menolaknya.

Pengertian layak dalam penilaian sebagai studi kelayakan maksudnya adalah

kemungkinan dari gagasan usaha atau proyek yang akan dilaksanakan


II-9

memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti financial benefit maupun dalam

arti social benefit. (Rochmat et al., 2017)

2.1.3.1 Langkah – langkah Studi Kelayakan Usaha

Kelayakan usaha dapat dilakukan melalui tahap-tahap berikut.

1. Tahap Penemuan Ide atau Perumusan Gagasan

Pada tahap ini, wirausaha mendapatkan ide untuk merintis usaha baru. Ide

tersebut kemudian dirumuskan dan diidentifikasi, misalnya kemungkinan

bisnis yang paling memberi peluang untuk dilakukan dan menguntungkan

dalam jangka waktu panjang. Banyak kemungkinan, misalnya bisnis industri,

perakitan, perdagangan, usaha jasa, atau jenis usaha lain yang dianggap layak.

2. Tahap Formulasi Tujuan

Tahap ini merupakan tahap perumusan visi dan misi bisnis, seperti visi dan

misi bisnis yang akan dijalankan setelah bisnis diidentifikasi; misalnya, apakah

untuk menciptakan barang dan jasa yang diperlukan masyarakat sepanjang

waktu ataukah untuk menciptakan keuntungan yang langgeng; atau apakah visi

dan misi bisnis yang akan dikembangkan menjadi kenyataan atau tidak?

Semuanya dirumuskan dalam bentuk tujuan.

3. Tahap Analisis

Tahap ini dilakukan proses sistematis untuk membuat suatu keputusan apakah

bisnis tersebut layak dilaksanakan atau tidak. Tahap ini dilakukan seperti

prosedur proses penelitian ilmiah yang lain, yaitu dimulai dengan

mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menarik kesimpulan.


II-10

Kesimpulan dalam studi kelayakan usaha hanya ada dua, yaitu dilaksanakan

atau tidak dilaksanakan. Aspek-aspek yang harus diamati dan dicermati dalam

tahap analisis meliputi hal-hal berikut.

a. Pasar, meliputi produk yang akan dipasarkan, peluang, permintaan dan

penawaran, harga, segmentasi, pasar sasaran, ukuran, perkembangan, dan

struktur pasar serta strategi pesaing.

b. Teknik produksi atau operasi, meliputi lokasi, gedung bangunan, mesin dan

peralatan, bahan baku dan bahan penolong, tenaga kerja, metode produksi,

lokasi dan tata letak pabrik atau tempat usaha.

c. Manajemen atau pengelolaan, meliputi organisasi, aspek pengelolaan tenaga

kerja, kepemilikan, yuridis, lingkungan, dan sebagainya. Aspek yuridis dan

lingkungan perlu dianalisis karena perusahaan harus mendapatkan

pengakuan dari berbagai pihak dan harus ramah lingkungan.

d. Finansial atau keuangan, meliputi sumber dana atau penggunaannya,

proyeksi biaya, pendapatan, keuntungan, dan arus kas.

4. Tahap keputusan

Setelah dievaluasi, dipelajari, dianalisis, dan hasilnya meyakinkan, langkah

berikutnya adalah tahap pengambilan keputusan, yaitu bisnis tersebut layak

dilaksanakan atau tidak. Karena menyangkut keperluan investasi yang

mengandung risiko, keputusan bisnis biasanya didasarkan pada beberapa

kriteria, seperti Periode Pembayaran Kembali (Pay Back Period, PBP), Nilai

Sekarang Bersih (Net Present Value, NPV), Tingkat Pengembalian Internal


II-11

(Internal Rate of Return, IRR), dan sebagainya. Untuk menganalisis suatu

keputusan bisnis dilakukan pengkajian terhadap hal-hal berikut.

a. Aset dan Kewajiban

Perlu diketahui daftar atau data secara akurat tentang setiap harta dan semua

kewajiban (liabilitas) yang akan diambil alih. Keakuratan data tersebut, jika

memungkinkan, sebaiknya dinyatakan oleh akuntan public yang

bersertifikat.

b. Piutang Usaha

Sebelum membeli suatu bisnis, mintalah daftar umur piutang usaha. Jika

memungkinkan, termasuk masalah penagihan yang dihadapi oleh

perusahaan selama ini. Mintalah juga bukti mengenai beberapa persen bisnis

itu, apakah mampu ditagih dalam kurun waktu tertentu dan apakah piutang

dapat ditagih sesuai nilai ekonomisnya.

c. Lokasi Usaha

Apakah lokasi usaha yang akan dibeli cukup strategis. Jika tidak strategis,

berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk memindahkannya ke

lokasi lain yang lebih strategis, terutama dari sudut pasar, bahan baku, dan

tenaga kerja.

d. Persyaratan Istimewa

Apakah ada persyaratan istimewa, misalnya lisensi, izin khusus, dan

persyaratan hukum yang lain untuk bisnis tersebut. Apakah persyaratan

istimewa tersebut juga termasuk dalam pembelian bisnis. Dengan kata lain,

apakah persyaratan istimewa tersebut juga dialihkan kepada pemilik baru.


II-12

e. Kontrak

Apakah bisnis tersebut terikat dengan kontrak-kontrak yang akan dialihkan

kepada pemilik baru. Semua isi kontrak (secara legal dan praktis) yang akan

diwarisi harus dipahami. Dapatkah semua kontrak itu dipindahtangankan

kepada pemilik, terutama kontrak yang belum jatuh tempo. (Dadang, 2018)

2.1.3.2 Aspek – aspek Studi Kelayakan Usaha

Jenis-jenis aspek yang terdapat pada analisa kelayakan usaha antara

lain:

1. Aspek Pasar

Aspek pasar dan pemasaran menyajikan tentang peluang pasar, perkembangan

permintaan produk di masa mendatang, kendala-kendala yang dihadapi seperti

keberadaan pesaing, serta beberapa strategi yang dilakukan dalam pemasaran.

Aspek pasar menganalisis potensi pasar, intensitas persaingan, market share

yang dapat dicapai, serta menganalisis strategi pemasaran yang dapat

digunakan untuk mencapai market share yang diharapkan. Dengan analisis ini,

potensi ide bisnis dapat tersalurkan dan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan

pasar.

2. Aspek Teknis dan Teknologi

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkaitan dengan proses

pembangunan fisik usaha secara teknis dan pengoperasiannya setelah bangunan

fisik selesai dibangun . Pembahasan dalam aspek teknis meliputi penentuan


II-13

lokasi proyek, perolehan bahan baku produksi, serta pemilihan mesin dan jenis

teknologi yang digunakan untuk menunjang proses produksi. Aspek teknis

menganalisis kesiapan teknis dan ketersediaan teknologi yang dibutuhkan

untuk menjalankan bisnis. Analisis aspek teknis dan teknologi menjadi sebuah

keharusan untuk menghindari adanya kegagalan bisnis pada masa yang akan

datang, sebagai akibat karena adanya masalah teknis.

3. Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia

Aspek ini mencakup manajemen dalam pembangunan proyek dan manajemen

dalam operasi. Manajemen dalam pembangunan proyek mengkaji tentang

pembangunan proyek secara fisik, sedangkan manajemen dalam operasi

mencakup pengadaan sumber daya manusia, jumlah tenaga kerja serta

kualifikasi yang diperlukan untuk mengelola dan mengoperasikan suatu

proyek. Aspek manajemen dan sumber daya manusia menganalisis tahap-tahap

pelaksanaan bisnis dan kesiapan tenaga kerja, baik tenaga kerja kasar maupun

tenaga kerja terampil yang diperlukan untuk menjalankan bisnis.

4. Aspek Hukum

Aspek hukum menganalisis kemampuan pelaku bisnis dalam memenuhi

ketentuan hukum dan perizinan yang diperlukan untuk menjalankan bisnis di

wilayah tertentu. Dengan menganalisis aspek hukum, kita dapat menganalisis

kelayakan legalitas usaha yang dijalankan, ketepatan bentuk badan hukum

dengan ide bisnis yang akan dilaksanakan, dan kemampuan bisnis yang akan

diusulkan dalam memnuhi persyaratan perizinan.

5. Aspek Lingkungan dan Ekonomi Sosial


II-14

Aspek lingkungan menganalisis kesesuaian lingkungan sekitar (baik

lingkungan operasional, lingkungan dekat, dan lingkungan jauh) dengan ide

bisnis yang akan dijalankan. Dalam aspek ini dampak bisnis bagi lingkungan

juga dianalisis. Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek

lingkungan jika kondisi lingkungan sesuai dengan kebutuhan ide bisnis dan ide

bisnis tersebut mampu memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan

dampak negatifnya. Keberadaan bisnis dapat berpengaruh terhadap lingkungan,

baik lingkungan masyarakat maupun lingkungan ekologi. Aspek ekonomi dan

sosial menilai dampak adanya bisnis terhadap masyarakat. Pada aspek ekonomi

dianalisis dampak suatu usaha terhadap peluang peningkatan pendapatan

masyarakat baik yang bekerja di perusahaan maupun masyarakat sekitar

perusahaan. Pada aspek sosial berkaitan dengan tersedianya sarana dan

prasarana seperti jalan, jembatan, penerangan, tempat ibadah, dan lain-lain.

Jadi, dengan analisis aspek ekonomi dan sosial akan diketahui dampak yang

ditimbulkan oleh usaha terhadap kehidupan masyarakat.

6. Aspek Finansial

Analisis finansial adalah kegiatan melakukan penilaian dan penentuan satuan

rupiah terhadap aspek - aspek yang dianggap layak dari keputusan yang dibuat

dalam tahapan analisis usaha. Aspek keuangan menganalisis besarnya biaya

investasi dan modal kerja serta tingkat pengembalian investasi dari bisnis yang

akan dijalankan. Selain itu, dianalisis juga pada perihal darimana saja sumber

investasi dan pembiayaan bisnis tersebut yang dihitung dengan rumusan

penilaian investasi seperti Analisis Cash Flow, Payback Period, Net Present
II-15

Value, Internal Rate Of Return, Benefit Cost Ratio, Profitability Index, dan

Break Event Point. Pembahasan dalam aspek finansial ini yaitu sumber dan

penggunaan dana, modal kerja, pendapatan, biaya usaha, serta aliran kas atau

arus kas (cash flow).

a. Net Present Value (NPV)

Net present value (NPV) merupakan nilai sekarang dari arus pendapatan

yang ditimbulkan oleh penanaman investasi. NPV merupakan hasil

pengurangan dari pendapatan dengan biaya yang di-diskonto-kan. Secara

Matematis, perhitungan NPV dapat dirumuskan sebagai berikut:

n Bt −C t
NPV = ∑i =0 t
(1+i)
Keterangan : NPV = Net Present Value
Bt = Benefit atau manfaat pada tahun ke-t
Ct = Cost atau biaya pada tahun ke-t
i = Suku bunga yang digunakan
t = Tahun ke-t
Indikator kelayakan adalah jika nilai NPV bernilai positif (NPV > 0) maka

usaha layak untuk dijalankan, sebaliknya jika NPV bernilai negative (NPV

< 0 ), maka usaha tidak layak untuk dijalankan.

b. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga maksimum yang

dapat mengembalikan biaya-biaya yang ditanam. Secara matematis

perhitungan IRR dapat dirumuskan sebagai berikut :

NPV 1
IRR = i 1 + x ( I 1−I 2 ¿
NPV 1 + NPV 2
II-16

Keterangan : IRR = Internal Rate of Return


i1 = Suku bunga yang menghasilkan NPV positif
i2 = Suku bunga yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV positif
NPV2 = NPV negative
Indikator kelayakannya adalah jika IRR lebih besar dari suku bunga bank

yang berlaku (IRR > DR) maka usaha layak untuk diusahakan. Sebaliknya

jika IRR lebih kecil dari suku bunga yang berlaku (IRR < DR) maka usaha

tidak layak untuk diusahakan.

c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Rasio ini diperoleh dengan membagi nilai sekarang arus manfaat (PV)

dengan nilai sekarang arus biaya, yang bertujuan untuk mengetahui

perbandingan antara jumlah biaya yang dikeluarkan pada suatu usaha

terhadap manfaat yang akan diperolehnya. Secara matematis, perhitungan

Net B/C dapat dirumuskan sebagai berikut.

Bt +Ct
∑nt =1 t
B (1+i)
Net =
C Bt +Ct
∑nt =1 t
(1+i)

Keterangan : Net B/C = Net Benefit Cost Ratio


Bt = Benefit atau manfaat pada tahun ke-t
Ct = Cost atau biaya pada tahun ke-t
i = Suku bunga yang digunakan
t = Tahun ke-1 sampai tahun ke-10
II-17

Indikator kelayakannya adalah : jika Net B/C lebih besar dari satu (Net B/C

> 1) maka usaha layak untuk dijalankan. Sebaliknya jika Net B/C lebih kecil

dari satu (Net B/C < 1) maka usaha tidak layak dijalankan.

d. Payback Period

Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup

kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas. Perhitungan

payback period secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut.

i
Payback Period = x 1Tahun
Ab

Keterangan : I = Net Benefit Cost Ratio


Ab = Kas masuk bersih yang telah di-diskonto
Kriteria payback period ini tidak memiliki indikator standar dan bersifat

relatif tergantung umur proyek dan besarnya investasi. Usaha layak

dijalankan jika payback period usaha tidak terlalu lama mendekati akhir

proyek atau lebih lama dari umur proyek. Payback period yang relative

cepat lebih disukai untuk investasi. (Wiwik, 2019)

2.1.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berjudul “ANALISIS KELAYAKAN

USAHA HOME INDUSTRY KERUPUK OPAK DI DESA PALOH

MEUNASAH DAYAH KECAMATAN MUARA SATU KABUPATEN ACEH

UTARA” oleh Asnidar dan Asrida pada tahun 2017 bertujuan untuk mengetahui

kelayakan usaha home industry kerupuk opak di Desa Paloh Meunasah Dayah

Kecamatan Muara Satu Kabupaten Aceh Utara.


II-18

Penelitian terdahulu yang berjudul “STUDI KELAYAKAN USAHA

BUDIDAYA RUMPUT LAUT PADA KELOMPOK BINA KARYA DI DESA

PATAS, KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG” oleh Kade

Arianton, Mde Ary Meitriana, dan Iyus Ahmad Haris tahun 2019 bertujuan untuk

mengetahui kelayakan usaha budidaya rumput laut pada kelompok Bina Karya di

Desa Patas, kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng yang ditinjau dari

keseluruhan aspek studi kelayakan bisnis diantaranya aspek keuangan dan aspek

non keuangan yang meliputi aspek hukum, aspek lingkungan, aspek pasar dan

pemasaran, aspek teknis dan teknologi dan aspek manajemen sumber daya

manusia.

Penelitian terdahulu yang berjudul “Analisis Studi Kelayakan Bisnis

Pada Pengembangan UMKM Usaha Tahu dan Tempe Karya Mandiri Ditinjau

Dari Aspek Produksi, Aspek Pemasaran dan Aspek Keuangan” oleh Siti

Rahmadani dan Makmur, SE., MMA tahun 2019 yang bertujuan untuk

mengetahui kelayakan bisnis dari Usaha Tahu dan Tempe Karya Mandiri, untuk

mengetahui kelayakan dari aspek non keuangan dan kelayakan aspek keuangan.

2.1.5 Kerangka Konseptual

Kerangka Teoritis adalah suatu model konseptual yang menunjukkan

hubungan logis antara faktor / variable yang telah diidentifikasi penting untuk

menganalisis masalah penelitian. Dengan perkataan lain, kerangka teoritis

menjelaskan pola hubungan antar semua faktor / variable yang terkait atau

dijelaskan dalam landasan teori. (Sinulingga S, 2011)


II-19

Penilaian kelayakan dari perancangan pengembangan usaha produksi

powder minuman Drop Coffee didasarkan dari beberapa aspek yaitu aspek pasar,

aspek teknis dan produksi, aspek manajemen dan sumber daya manusia, aspek

hukum, aspek ekonomi dan sosial, dan aspek finansial. Kerangka konseptual

dapat dilihat pada gambar berikut.

Sumber; Microsoft Visio

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Anda mungkin juga menyukai