Anda di halaman 1dari 33

KEBIJAKAN MUTU OBAT DALAM SISTEM JKN

HELSY PAHLEMY

Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan


2016

Disampaikan pada Pelatihan Manajemen Obat di Rumah Sakit Dalam Jaminan Kesehatan Nasional
Fakultas Farmasi UGM, 30 Mei-1 Juni 2016
TATA SAJI
PENDAHULUAN

KEBIJAKAN OBAT NASIONAL

KOMPONEN KEBIJAKAAN OBAT NASIONAL

PENUTUP
2
Program Prioritas Renstra Kemenkes
2015 - 2019

Penurunan Pengendalian
Meningkatnya
AKI dan AKB ATM Meningkatnya
Sinergitas Antar
Efektivitas
K/L Pusat &
Daerah Litbangkes
Penurunan Pengendalian
stunting PTM

Meningkatnya Kesehatan Meningkatnya Akses &


Meningkatnya Pengendalian Penyakit
masyarakat Mutu Fasyankes

Meningkatnya Jumlah, Jenis, Kualitas, dan Pemerataan Tenaga Meningkatnya Kemandirian, Akses & Mutu Sediaan Farmasi
Kesehatan (Obat, Vaksin, Biosimilar) & Alkes

Meningkatnya tata kelola Meningkatnya Kom-petensi Meningkatnya Sistem


Meningkatnya Integrasi
kepemerintahan yang baik dan & Kinerja Aparatur Informasi Kes. Terintegrasi
Perencanaan, Bimtek & Monev Kemenkes
bersih
TANTANGAN PELAYANAN KESEHATAN

• ↙ angka kematian
Pencapaian MDGs
dan Post MDGs • ↙ angka kemiskinan Derajat
• ↙ angka kesakitan kesehatan
rakyat yg
Implementasi JKN • ↗ akses pelayanan setinggi-
• Peningkatan Mutu Pelayanan
Kesehatan
tingginya

Meningkatkan Akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang Berkualitas bagi
masyarakat
Agustus Target
Indikator Status Awal
2015 2019
Meningkatnya Pemerataan dan Mutu Pelayanan Kesehatan
a. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal satu Puskesmas yang 0 (2014) 10 5600
tersertifikasi akreditasi
b. Jumlah kabupaten/kota yang memiliki minimal satu RSUD yang 10 (2014) 17 481
tersertifikasi akreditasi nasional
SISTEM KESEHATAN NASIONAL
PROGRAM

a. Ketersediaan , pemerataan, dan


keterjangkauan
UPAYA KESEHATAN
SEDIAAN
b. Jaminan Keamanan, khasiat/manfaat, dan FARMASI, PEMBIAYAAN
ALKES, & KESEHATAN
mutu serta perlindungan masyarakat
MAKANAN
SKN
c. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian MANAJEMEN
& INFOKES SDM KESEHATAN

d. Penggunaan obat yang rasional


PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

e. Kemandirian obat

TUJUAN PEMBANGUNAN KESEHATAN:


MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT YANG SETINGGI-TINGGINYA
KEBIJAKAN OBAT NASIONAL
Latar Belakang

Akses terhadap Obat Pola Morbiditas ; peny


yg bermutu kronik>>

Biaya Obat dan


Polulasi geriatri >> pengembangan obat
tinggi

Promosi obat ke
konsumen >>
KEBIJAKAN OBAT NASIONAL
SK Menkes No.189/Menkes/SK/III/2006
TEPAT TEPAT
KETERSEDIAAN
A DIAGNOSA OBAT

K TUJUAN PENGGUNAAN
PEMERATAAN S K OBAT
O RASIONAL
E N
TEPAT TEPAT
KETERJANGKAUAN S A PENGGUNAAN DOSIS
S

KEAMANAN KHASIAT MUTU

PENGAWASAN
Kebijakan Obat Nasional
Ketersediaan,
pemerataan & keterjangkauan obat, termasuk obat
esensial

Menjamin keamanan, khasiat dan mutu obat yang


beredar serta melindungi masyarakat dari penggunaan
yang salah dan penyalahgunaan obat

Penggunaan Obat Yang Rasional


SK Menkes No. 189/Menkes/SK/III/2006
KEBIJAKAN OBAT NASIONAL

Komitmen kuat
Konsep obat esensial pemerintah serta
Dokumen berisi
merupakan issue central dukungan semua
Komitmen dan pedoman
dari keberhasilan stakeholder bidang
kerja mencapai tujuan
menwujudkan tujuan kefarmasian prasyarat
KONAS
KONAS . keberhasilan tujuan
KONAS
KOMPONEN KEBIJAKAN OBAT NASIONAL
Komponen KONAS menurut WHO

Kerangka Pemilihan obat Penggunaan


Suplai obat
aturan esensial obat rasional

Strategi Pengembangan
monev
keuangan obat SDM
FRAMEWORK REGULASI
• (1) Kriteria Sediaan farmasi dan alat kesehatan : aman, berkhasiat/bermanfaat, bermutu, dan terjangkau.
• (2) Kriteria Person: Org memiliki keahlian dan kewenangan
Pasal 98 • (3) Memenuhi Standar mutu : pengadaan, penyimpanan, pengolahan, promosi, pengedaran

Pasal 105 • (1) Memenuhi syarat farmakope Indonesia atau buku standar lainnya

• (1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar
• (3) Pemerintah berwenang mencabut izin edar dan memerintahkan penarikan dari peredaran sediaan
farmasi dan alat kesehatan yang telah memperoleh izin edar, yang kemudian terbukti tidak memenuhi
Pasal persyaratan mutu dan/atau keamanan dan/atau kemanfaatan
SISTEM JAMINAN MUTU OBAT

Sistem
registrasi obat Obat
yang dengan
transparan, kualitas
terorganisir rendah
dengan baik, tidak akan
terlatih baik diterima
untuk pasien
administrasi
maupun
inspeksi serta
independen.
Kriteria obat yang mendapat ijin edar
Psl 4 Permenkes 1010 tahun 2008 Tentang Registrasi Obat

Khasiat yang meyakinkan dan keamanan yang memadai


dibuktikan melalui percobaan hewan dan uji klinik

Mutu yang memenuhi syarat (proses produksi sesuai CPOB)

Penandaan berisi informasi yang lengkap dan obyektif yang


dapat menjamin penggunaan obat secara tepat, rasional dan
aman

Sesuai kebutuhan masy


Konsep Obat Esensial Dalam JKN
Konsep Obat Esensial Nasional dlm JKN

OBAT BEREDAR
(Safety, Efficacy, Quality)

KONSEP
OBAT FORNAS
ESENSIAL (Benefit Risk, Cost-
Effective)

DOEN

Ia Data dukung: meta analisis/ sytematic review thd uji klinik acak terkendali
tersamar ganda dg pembanding

IIb Data dukung dr sekurangnya satu uji klinik acak, terkendali, tersamar
ganda dg pembanding
Mengapa Memerlukan Fornas?

Alokasi Obat terbatas, Kebutuhan Obat semakin meningkat

Peresepan obat berdasarkan pengalaman


Penggunaan Antibiotik yang berlebihan dapat
menyebabkan resistensi
Banyak obat yang belum didukung
EBM

Penggunaan obat tanpa pedoman dapat menyebabkan kendala dalam


kendali mutu dan biaya
Formularium Nasional memenuhi 3 Aspek sbb:

• Hanya mencakup obat dengan bukti


Aspek Scientific ilmiah terkini dan valid

Aspek kemampuan • Hanya obat yang paling cost - effective


pembiayaan

Aspek perlindungan • Hanya obat yang memiliki safety profile terbaik


masyarakat dan • Indikasi obat sesuai yang disetujui saat
provider registrasi di BPOM
Kebijakan Suplai Obat

Meningkatkan ketersediaan dan penggunaan obat generik


(PMK No. HK. 02.02/Menkes/ 068/2010 Ttg Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Faskes
Pemerintah)

Meningkatkan implementasi FORNAS, e-katalog


(PMK. No. HK.02.02/MENKES/523/2015 ttg Fornas dan KMK No.137/2016 ttg Perubahan FORNAS

Meningkatkan kemampuan produksi BBO akan membuka jalan produksi obat generik pertama dan
biosimilars di Indonesia  mempengaruhi turunnya harga obat paten
SUPPLY CHAIN OBAT
terdiri atas

ASHP Guideline on Managing Drug


Product, 2009)
Upaya Peningkatan Ketersediaan dan Keterjangkauan
Obat dalam JKN
Regulasi obat

ForNas
E-catalogue
Penetapan jenis berdasarkan kriteria
pemilihan obat Penetapan harga berdasarkan hasil
lelang dan negosiasi

Kendali Mutu – Kendali Biaya

Obat aman, bermutu, berkhasiat, Cost-effectiveness


MANFAAT E-KATALOGUE OBAT

2. Mereduksi
1. Pengadaan obat 3. Harga yang didapatkan
persekongkolan dlm
transparan dan akuntabel. sangat kompetitif
penyelenggara pengadaan.

4.Penghematan anggaran
5. Waktu lebih singkat
belanja
DAMPAK E-KATALOGUE TERHADAP HARGA OBAT
Amoksisilin 500 mg

Perbandingan HPS dan Harga


Penghematan Biaya Obat
Terendah
45
400
40
350
35
Harga Obat (rp)

300
30
250
25
200
20 hemat
150
15
100
10
50
5
0
2012 2013 2014 0
HPS 370 370 370 2012 2013 2014
Harga Terendah 320 220 265
STRATEGI BINFAR MENGHADAPI MASALAH KETERSEDIAAN OBAT

STRATEGI TUJUAN TUGAS

Penguatan Respon Mengefektifkan upaya ketika • Pengembangan proses internal binfar


mengatasi masalah menemukan masalah • Perbaikan data dan penelusuran
ketersediaan obat • Klarifikasi peran atau tanggung jawab produsen
• Memperbaiki komunikasi dengan publik

Strategi Strategi jangaka panjang ditujukan • Mengembangkan metode insentif dan kualitas
mengembangkan upaya bagi faktor penyebab masalah dan manufacturing obat yang berkelanjutan
pencegahan jangka mencegah terulangnya kembali • Mengembangkan pendekatan berbasis risiko kepada
panjang Menggunakan peringatan dini jika produsen untuk mengidentifikasi masalah dan masalah
mengidentifikasi ada masalah kialitas utk mencegah ganggun suplai
kekosongan obat
UPAYA PENINGKATAN KETERSEDIAAN OBAT DI RS

Dilakukan Apabila obat


Tersedia
perencanaan kosong
Formularium
kebutuhan obat dan/atau Penggunaan
RS yg mengacu
dengan tepat . farmasi tutup, sistem
Fornas dan
RS memiliki pengadaan
RS menyusun Dipatuhi oleh
mekanisme obat secara e-
dan semua
untuk catalogue
mengirimkan Stakeholder di
penyediaan
RKO RS
obat.

Keterangan:
Penyusunan Pedoman Praktis Perencanaan Kebutuhan Obat di RS (proses)
Perbaikan sistem pengadaan e-catalogue
Koordinasi dalam penanganan masalah
ketersediaan obat
LEMBAGA/KEMEN
BADAN REGULASI
TERIAN LAIN
INTERNASIONAL
TERKAIT
INFORMASI
KEKOSINGAN
OBAT
INFORMASI
KEKOSINGAN
OBAT

INFORMASI
APOTEKER KEKOSINGAN
PASIEN OBAT DITJEN PRODUSEN
PROVIDER BINFAR DAN
PENELITI ALKES Notifikasi masalah
dalam suplai, strategi
miyihasi dan informasi
produk
PMK No. 58/2015 ttg Standar pelayanan
kefarmasian di RS : tujuan penyusun Standar
: penggunaan obat rasional di masyarakat

Penggunaan Program Penggunaan Obat Rasional menjadi program


utama Dirjen Farmalkes

Obat
Rasional Pedoman Umum Penggunaan antibiotik

Worksop Penggunaan AB yg bijak PMK No. 8/2015 ttg


PPRA di RS; Peningkatkan penggunaan antibiotik yg bijak
PENYEDIAAN OBAT & VAKSIN (Sumber Anggaran)

A P B D I (Provinsi) A P B D II (Kab/Kota) A P B N (Pusat)

D AK

DINKES DINKES KEMENKES


PROVINSI KAB/KOTA (DITJEN FARMALKES)

Buffer Provinsi

IF
I F/Program IF
KAB/KOTA
PUSAT
PROVINSI KKP /
EMBARKASI
- PKD DEBARKASI - Buffer Pusat:
- Vaksin Reguler - Buffer Kab/Kota HAJI (Obat PKD dan
- Vaksin Haji -Vaksin Umroh
- Obat Haji Program)
- Obat Program, kec - Obat Emergency
Keswa
- Buffer Prov. 28
Peningkatan kompetensi SDM Kefarmasian

PP no.51/2009 ttg Pekerjaan


• Apoteker harus memiliki keahlian dan kewenangan
Kefarmasian

UU no.36/2009 ttg Kesehatan Psl 27 • Nakes wajib mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan
(2) dan keterampilan

• Apoteker berperan memelihara dan meningkatkan


Good Pharmaceutical Practice
kinerja profesional melalui CPD

Good Pharmaceutical Practice • CPD meningkatkan pengetahuan, skill dan kinerja


APOTEKER ROLE MODEL DALAM PELAYANAN
FARMASI KLINIK

Sebagai best practice bagi apoteker di RS lain


terkait penyelenggaraan pelayanan farmasi
klinik di IFRS

Inspirasi apoteker lain untuk juga


melaksanakan pelayanan farmasi klinik

Pembimbing bagi calon apoteker dalam proses


pendidikan profesi apoteker di RS
Kolaborasi Apoteker Dalam Pelayanan Kesehatan
Dokte Patient safety
r QoL

Bidan,
Apoteker Pasie
perawa
TTK n Penanganan pasien oleh tim
t
multidisiplin mencegah kejadian
medication error, DRP dan
mendorong penggunaan obat
Nakes yang cost effectifve
lain

KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI DAN FARMAKOTERAPI


PENUTUP

Secara internasional, melalui WHO telah disepakati


perlunya kebijakan obat nasional dalam mencapai tujuan
pembangunan bidang kesehatan, utamanya obat.
Indonesia telah berupaya untuk memenuhi
komponen dalam KONAS melalui berbagai kebijakan
dan te
rus diupayakan perbaikan

Perlu dukungan seluruh stkeholder dalam pencapaian


tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai