Is i.
Prakata z
"|. Oikumene /
°2, Gerakan oikumene 7 ie
3. Kesatnan dan iman Kristen 12
Kesatuan dan ajaran yang benay
5. Kesattan dan keaneka-ragaman
6. Resatuan dan perpecahan
2 Gerakan cikumene pada waktw ini
8. Bagian pertama dari sejarah gerakan oikwmene 0
9 Sending dalam bagian pertama dari sejaraly gerakan
oikumene 7 92
10. Gereja-Gereja dalam bagian pertama dari se £
rakan vikumenc 26
V1. Sendir dalam bagian kedua dari sejarali
oikumenc 1
12. Gereja-gereja dalam bagian kedua dari ge
rakan oikumene (35 7 1
13. Gereja-Gereja dalam agian kedua dari se
rakan oikwmene (11) sotto
14. Gereja-Gereja dalam bagian kedua dari sejarah ge
rakan oikumene (111) :
15. Gereja-gereja dalam bagian
rakan oikumene (TV)
& Reneana perbentukan Dew an Gere} a- Gere} ja
7
edua dari se.
dedunia 52
17. Dewan Gereja-Gereja ‘Sedunia dalam proses pemben-
tukan (1) 67
18. Dewan Gereja- -Gereja Sedunis pemben-
tukan (11) 4
1¥ Pengresmian Dewan Gereja- Gereja Sedunia 80
2
<) Apa itu Dewan Gereja- -Gereja Sedunia ? 871. OIKUMENE
Penjelasan
Kata “oikumene” adalah kata Yunani yang mengandung
arti "dunia yang didiami”, Atau lebih presis *seluruh dunia
yang didiami”, khususnya “dunia yang beradab”, menurut ukur-
an Yunani-Romawi pada waktu dahulu. Sesuai dengan itu kata
ini juga dipakai sebagai sinonim dari *Kerajaan Romawi”.
Kata “oikumene” dipakai juga dalam Perjanjian Baru.
Umpamanya dalam Lukas 2:1, di mana kita membaca tentang
sensus yang dititahkan oleh kaisar Agustus supaya "mendaftar-
kan orang di seluruh oikumene” (= di seluruh dunia), Pada
waktu ita orang belum tahu, bahwa dunia jauh lebih besar
daripada Kerajaan Romawi, Suatu nas lain, yang berkata-k
tentang “oikumene” jalah Kjsah Para Rasul 17:6. Di situ di-
katakan, bahwa orang-orang Kristen dipersalahkan karena me-
reka mengacaukan "seluruh oikumene” (=
Maksudnya
seluruh dunia).
scluruh Kerajaan Romawi. Dalam Perjanjian Baru
kata “oikumene” juga telah dipakai untuk menyatakan tugas
pekabaran-injil yang mencakup seluruh dunia : "Injil K
Allah akan diberitakan di seluruh oikumene (
jaan
= di sclurah du-
nia) sebagai kesaksian bagi semua bangsa” (Mat 24:14).
Kemudian pemakaian kata “oikumene” dihubungkan de-
ngan "keseluruhan Gereja” : konsili-konsili atau sinode-sinode
Gereja disebut *konsili-konsili oikumenis” atau sinode-sinode
cikumenis”. Maksud Gereja dengan sebutan itu ialah hendak
mengatakin, bahwa konsili-konsili atau sinode-sinode itu — yangdiadakan atas perintah kaisar -~ bukan hanya dihadiri oleh
uski
ip-u
up dari satu provinsi atau dacrah (= wilayah) saja,
tetapi dari seluruh Kerajaan Romawi. Kata-sifat “oikumenis
di sini ber
rti: mencakup seluruh dunia, yaitu seluruh dunia
vane dikenal pada waktu itu, dan seluruh Gereja.
8
Catatan
Ii atas kita katakan, bahwa sesudah zaman Perjanjian
Baru kata “oikumene” dihubungkan dengan keseluruhan
Gereja. Hal itu secara resmi terjadi pada tahurt 381, ketika
konsili Konstantinopel berkata-kata tentang “konsili oiku-
menis” di Nicea, yang diadakan pada tahun 325. Konsili-
konsili yang dikadiri oleh semua uskup
ka
— atas perintah~
ar discbut “konsili-konsili oikumenis”.
Dalam abad ke-VI pemakaian kata “oikumene” memain-
kan peranan‘penting dalam konflik antara Roma dan Kon-
stantinopcl. Raiark Konstantindpel — sebagai patriark
dari ibukota ys Kerajaan (3 (
“patriark oikunienis Tal
oikumene}).— menyebut dirinya
Mal itv tidak mau diterima oleh paus
Gregorius Agung dari Roma, karena sebutan itu — me-
nurut dia —- mengandung ‘pretensi_universal.
ngandung ‘pt
Dalam sejarah Gereja Lama BasttinsAgiing, Gr gorius dari
Nazianze dan Yohannes Chrisostomus disebut
: pengajar-
pengajar oikumenis®,
karena karya-karya mereka dianggap
normatif bagi seluruh Gereja. Dan seperti kita tahu dalam
“Formula Concordiae” (1577)
pengakuan-iman Nicea dan
disebut *simbol-simbol” (
oikumenis”,
pengakuan-iman rasuli,
pengakuan-iman Athanasius
pengakuan-pengakuan iman)
karena ketiganya diterima dan disahkan oleh
seluruh Gereja (dalam konsili-konsili. oikumenis).Dalam abad ke-XIXN dan abad_ke-X
mendapat_arti_ lain. Untuk menyatakan tugas
injil_dari_Gereja,
berkata-kata tentan;
jalan dengan ita kata “oikumene™
vitas-aktivitas yang bermaksud unt
mempers
kata
“oikumene™
pekabaran-
juga dipakai untuk akti-
uk menghubungkan (=
tukan) Kembali Gereja-Gereja Tuhan yang telah
terpecah-pecah,
Akhimya kata “oikumene” jug sikap yang
lahir dari Kesadaran tentang kesatuan Gereja Tuhan dan
keinginan untuk menampakkan kesatuan itu di dudacTe-
tapi selalu dalam Keyakinan, bahwa kesatuan din barulah
merupakan kesatuan yang benar, kalau
kan dengan (
a_dipakai_untuk
i erat dikubung-
dinyatakan dalam) kesaksian dan pelayan-
an hersama dari Gereja-Gereja. Sesuai denean itu Yollea.
mene” pada waktw ini lebih banyak dipskai dalam arti -
seluruh Gereja untuk seluruh dunia,
Pertanyaan
Apa artinya kata “oikumenc” ?
Dalan Perjanjian Baru kata "oikumene” juga dipakai. Apa
artinya kata itu di situ ?
Apa yang dimaksndkan dengan
sinode oikumenis ?
Dan apakah pula yang
oikumenis ?
Dalant arti apa
konsili-konsili atau sinode-
dimaksudkan dengan simbol-simbol
oikumene” dipakai pada waktw ini?
qGERAKAN OILKUMENE
Penjelasan
Gerakan oikumene — seperti yang telah kita katakan da-
fam penjelasan yang lalu — ialah gerakan yang bukan saja
berusaha untuk menghubungkan (= mempersatukan) kembali
Gereja-Gereja Tuhan yang terpecah-pecah pada waktu ini, te-
tapi yang juga membantu Gereja-Gereja yang terpecah-pecah
ita untuk menampakkan kesatuan mereka dalam hidup dan
pelayanan mereka, agar kesaksian mercka dapat dipercayz
orang.
Kesatuan inilah — seperti yang nyata dalam Yohanes 17 -—
yang didoakan Yesus kepada BapaNya : bukan kesatuan Jahiriah
dan bukan juga kesatuan organisatoris, tetapi kesatuan seperti
yang ada antara Anak dan Bapa, “supaya dunia percaya bahwa
Engkaulah yang telah mengutus Aku” (ayat 21), Kesatuan Ge-
reja dan pengutusan Gereja crat berhubungan, tidak dapat di-
pisah-pisahkan.
Catatan
Usaha gerakan oikumene, seperti yang kita jelaskan di alas,
sebenarnya telah mulai dari dahulu, khususnya_ sesudal:
terjadi perpecahan dalam tubuh -Gereja.
~~ Perpecahan pertama terjadi pada tahun 1054 antara Ge-
reja Barat dan Gereja Timur, Perpecahan ini kemudian
—~ dalam abad ke-XVI --- diikuti oleh perpecahan-perpe-
lOj
cahan lain! Para reformator memang mula-mula tidak mau
inendirikan Gereja-Gereja lain, tetapi hanya mau mem-
baharui Gereja yang ada. Tetapi karena kebenaran, yang
mereka pertahankan, perpecahan tidak dapat dielakkan,
bukan saja dengan Gereja Katholik Roma, tetapi juga di
antara pengikut-pengikut reformasi.
Para reformator sadar, bahwa perpecahan itu tidak sesuai
dengan kehendak Tuhan.
Karena itu berulang-ulang me-
rcka dan pemimpin-pemimpin lain pada waktu itu — se-
perti Cranmer (Inggeris), Calvin (Swis), Melanchton (Jer-
an), Hugo de Groot (Belanda) — menjalankan usaha
untuk mempersatukan kembali Gereja yang terpecah-pecal
atu.
Usaha-usaha ini kemudian dilanjutkan oleh tokoh-tokoh
dan pemimpin-pemimpin lain. Terutama dalam abad ke-
XIN dan abad ke-XX gerakan oikumene benar-benar ter-
sebar di seluruh dunia.
Pertanyaan
Avakah itu ”gerakan oikumene” ? 4
Apakah maksud atau tujuan gerakan itu?
Bilamana gerakan oikumene mulai? +
Avakah maksud para reformator dengan pekerjaan pem-
baharuan mereka ?
Bagaimanakah sikap mereka terhadap perpecahan Gereja ?3. KESATUAN DAN IMAN KRISTEN
Penjelasan
Dalam penjelasan yang lalu kita katakan,
bahwa tujuan
gerakan oikumene ialah : ber
ha. menghubungkan (= mem-
persatukan) kembali Gereja- “Gereja Tuhan yang terpeeah-pecah
pada waktu ini dan membantu Gereja-Gereja yang terpecah-
pecah itu untuk menampakkan kesatuan mereka dalam hidup
dan pelayanan mereka. Berhubung dengan itu mungkin kita
bertanya : Apakah usaha untuk menampakkan .kesatuan Gereja
ada hubungannya dengan iman kita ?
Atas pertanyaan ini rasul Paulus menjawab : Ya! Malahan
lebih daripada itu. Usaha itu, menurut dia, adalah suatu unsur
aki dari iman Kristen. Sebab kesatuan — maksudnya : ke-
satuan dalam Yesus Kristus — bukan saja adalah suatu pem-
berian Allah kepada GerejaNya — "satu Tuhan, satu iman,
satu baptisan” (Ef 4:5) — tetapi juga suatu tugas yang harus
ia tunaikan : *Berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan
damai-sejahtera” (Efs 4:3).
Sama seperti kita, dalam hidup kepercayaan kita, harus
bertumbuh dari panggilan kita kepada pemenuhan panggilan
kita, demikian pula kita sebagai Gereja harus bertumbuh dari
kesatuan kita dalam Kristus kepada kesatuan yang nampak :
bukan saja nampak di antara kita (= nampak di dalam),
tetapi juga nampak kepada orang-orang lain (= nampak ke
luar). Hanya dengan jalan itu saja orang dapat percaya kepada
Yesus Kristus sebagai Juruselamat yang diutus oleh Allah. -
12Karena itu usaha oikumene — yaitu usaha untuk menam-
pakkan kesatuan Gereja-Gereja yang terpecah-pecah — bukan
saja usaha dari pemimpin-pemimpin Gereja dan dari ”tokoh-
tokoh oikumene”, tetapi dari semua anggota Gereja sebagai akta
ketaatan mereka kepada Kristus, Tuhan Gereja.
Catatan
-- Dalam surat Efesus rasul Paulus sangat kuat mengaksen-
tuir kesatuan dalam Kristus. Kesatuan dalam Kristus ada-
lah pemberian Allah. Karena itu kesatuan dalam Kristus
tidak bisa rusak atau musnah, di mana dan bagaimanapun
anggota-anggota Gereja berkumpul.
-- Pada zaman Perjanjian Baru anggota-anggota Gereja ting-
gal terpisah-pisah : di rumah-rumah (bnd Rm 16:5; 1 Kor
16:19; Kol 4:15), di kota-kota (a.l. di Yerusalem, di Ko-
rintus, di Efesus, di Filipi, di Tesalonika) dan di daerah-
daerah atau wilayah-wilayah (ump di Galatia, di Mcka-
donia dan di Yudea). Tetapi hal itu — menurut rasul
Paulus — tidak merusak atau meruisrahban kesatuan Ge-
Sebab yang menghubungkan (= mempersatukan)
Gereja-Gereja di berbagai-bagai tempat itu bukan perta-
ma-tama organisasinya atau pimpinannya atau tataibadah-
nya, tetapi Roh yang satu, Tuhan yang satu, Bapa yang
satu, harapan yang satu, iman yang satu dan baptisan
yang satu (Ef 4:3-6),
Organisasi Gereja, pimpinan Gereja, tataibadah Gereja me-
mang penting. Tetapi hal-hal itu bersifat sementara. Ka-
rena itu kesatuan Gereja tidak bisa kita bangun di atas-
“nya. Kita tidak bisa menggunakannya sebagai norma bagi
penunaian tugas kita yang kita sebutkan di atas. Menurut
rasul Paulus kesatuan Gereja hanya dijamin oleh kebenaran
yang ‘atu itu, yang diberitakan kepada dan yang diper-
13:
ri oleh anggota-anggota Gereja. Kesatuan jtu
diciptakan dan dipelihara oleh “ikatan damai-se}
(Ef 4:3). Hanya di dalam Allah sendiri dan di dalam
karyaNya terletak kesatuan Gereja. Allah hanya imemilih
menciptakan) satu umat dan memelihara satu umat,
yaitu umat yang Ta kasihi, Dan umatNya ini Ia tempatkan
di berbagai-bagai tempat: di Yerusalem, di Roma, di Efe-
sus, di Jerman, di Belanda, di Amerika, di Indonesia, di
India, dan di tempat-tempat lain.
hanya
htera’™”
Bangsa-bangsa, suku-suku, bahasa-bahasa, tradisi-tradisi, dan
lainelain, dapat berfungsi sebagai tembok yang. memisah-
kan manusia dengan manusia. Tetapi umat Allah tidak
dapat dipisah-pisahkan oleh kuasa apapun di. dunia ini.
Kita dapat membentuk partai-partai atau kelompok-kelom-
pok dalam Gereja dan dengan itu kita — sadar atau tidak
sadar —- “mendukacitakan Roh Allah” (Ef 4:30), Kita
dapat membuat Gereja menjadi Gereja yang tidur atau
Gereja yang mati (Ef 5:14). Tetapi kita tidak dapat meng-
halang-halangi Roh Kudus untuk menyaksikan Tuhan yang
satu, “tubuh” (= umat Allah) yang satu dan harapan
yang satu itu kepada semua orang. Karena itu rasul Paulus
menasihatkan kita, supaya ganti *mendukacitakan Roh
Allah”, kita *memelihara kesatuan Roh oleh ikatan da-
mai-sejahtera”.
Hal ini berarti, bahwa kita tidak dapat saling melepaskan.
Pengetahuan akan hal ini — yaitu akan kesatuan Gereja
sebagai suatu pemberian Allah yang tidak dapat dimus-
nahkan oleh kuasa apapun di dunia ini -- adalah suatu
sumber yang kokoh dan kaya (= limpah) dari harapan
kita: ia bukan saja memberikan kepada kita dorongan
untuk berusaha menampakkan kesatuan kita, tetani juga
kesediaan dan ketekunan untuk berjuang, menderita dan
berharap baginya.Pertanyaan
Apakah usaha untuk menampakkan kesatuan Gereja mem-
punyai hubungan dengan iman Kristen ?
Bagaimanakah rasul Paulus menjelaskan hubungan itu ?
Dapatkah kesatuan Gereja kita musnahkan ?
Dan bagaimanakah dengan polarisasi-polarisasi dan perten-
tangan-pertentangan yang ada dalam Gereja-Gereja kita?
Apakah artinya semuanya itu bagi kita ?
se4, KESATUAN DAN AJARAN YANG BENAR
Penjelasan
Tadi — dalam penjelasan di atas — telah kita dengar,
bahwa usaha_untuk_menampakkan kesatuan Gereja adalah sua-
tu unsur hakiki dari iman Kristen, Tetapi hal itu mungkin
belum begitu jelas bagi kita. Kita akui, bahwa kesatuan Gereja
penting. Tetapi bagaimanakah hubungannya dengan ajaran
yang. benar? Apakah ia lebih penting daripada ajaran yang
benar atau sebaliknya ?
Dalam doa Yesus — yang telah kita singgung sebelumnya
— kita membaca, bahwa Ia bukan saja-berkata-kata tentang
kesatuan dan pengutusan Gereja, tetapi juga tentang ciri-ciri
dan norma-norma lain, yang menentukan ke a di
dunia, yaitu_kebenaran, pengudusan dan kasih, seperti yang
terdapat dalam Yohanes 17:17-237~ a
”Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firmanMu ada-
Jah kebenaran. Sama seperti Engkau telah: mengutus Aku
ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus me-
reka ke dalam dunia. Dan Aku menguduskan diriKu bagi
mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran.
Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga
untuk orang-orang yang percaya kepadaKu oleh pembe-
ritaan mereka, supaya mereka semua menjadi satu, sama
seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam
Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia
percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku, Dan
16Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang
Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu :
Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku, supaya
mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa
Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau
mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku”.
Hal-hal ini — yaitu -kesatuan, pengutusan, kebenaran,
pengudusan dan kasih — tidak dapat kita pisah-pisahkan satu
dari yang lain : kesatuan bukan saja erat berhubungan dengan
pengutusan, kesatuan juga erat berhubungan dengan kebenaran,
dengan pengudusan dan dengan kasih. Karena itu tugas gerakan
oikumene ialah bukan saja membangunkdén Gereja-Gereja un-
tuk berusaha menampakkan kesatuan mereka, tetapi juga un
tuk berusasa membaharui diri mereka dalam pengakuan, ke-
hidupan dan pelayanan mereka. i
Oe
Catatan
-~ Kesatuan murid-muridNya, yang Yesus mintakan dalam
doaNya kepada BapaNya, ialah kesatuan yang sama de-
ngan kesatuan antara Bapa dan Anak: ”...... supaya me-
reka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa,
di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka
juga di dalam Kita” (Yoh 17:21). Kesatuan itu adalah
kesatuan dalam distansi: Bapa tetap adalah Bapa dan
Anak tetap adalah Anak. Kesatuan antara Anak dan Rapa
adalah kesatuan yang menyatakan_dirinya dalam ketaatan
nya Anak tidak dapat mengeijakan sesuatu dari diriNya
sendiri, jikalau’ Ia tidak melihat Bapa mengerjakannya.
Sebab apa ‘yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan
Anak, Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan
17kepadaNya segala sesuatu yang dikerjakanNya sendirj”
(Yoh 5:19 dyb).
Demikianlah pula halnya dengan kesatuan Gereja. Kesa-
tuan itu juga adalah kesatuan dalam distansi : anggota-
anggota Gereja tidak cair menjadi satu dengan Bapa dan
Anak. Mereka adalah satu dengan Bapa dan Anak, kalau
dan seberapa jauh mereka melakukan apa yang Bapa dan
Anak perintahkan kepada mereka (bnd 1 Yoh 1:3). Dan
perintah itu ialah; *Hendaklah kamu saling mengasihi,
“sama seperti Aku telah mengasihi kamu” (Yoh 13:34; bnd
Yoh 15:12). Yang diutamakan di sini bukanlah kasih, te-/ |
tapi dasar yang riil dari kasih itu: ‘sama seperti Yesus
berada untuk mereka, demikianlah pula mereka harus ber- \
ada seorang untuk yang lain. =
Selain dengan pengutusan, kesatuan ini dalam doa Yesus
— seperti yang telah kita dengar — dihubungkan juga
dengan kebenaran, pengudusan dan kasih. Dalam ayat 8
dan 14 Yesus katakan, bahwa “kebenaran” ialah firman,
yang Ia sampaiken kepada murid-muridNya. Firman itu
harus mereka beritakan, supaya dunia percaya, bahwa Ta
telah diutus oleh BapaNya. Itu tugas mereka. Karena itu
\ Ia *menguduskan” mereka dan mengutus mereka ke dalam
dunia. Untuk penunaian tugas itu Ia meminta kepada Ba-
| paNya, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Ia dan
BapaNya.adalah satu” (ayat 11 dan 21), Antara Bapa
dan Anak ada suatu persekutuan yang erat. Dalam per-
sekutuan yang erat itu murid-murid juga diikutsertakan :
“agar mereka juga di dalam Kita”, Maksud kesatuan ini
\ ialah, “supaya dunia percaya”, bahwa Yesus telah diutus
oleh Allah.
— Dalam doa Yesus kesatuan ini masih lebih luas dijabarkan,
Yesus berjanji kepada murid-muridNya, bahwa’ mereka
akan. melakukan: pekerjaan-pekerjaan yang sama_ seperti
18
‘.
“te,a?
pekerjaan-pekerjaan yang Ia lakukan. Malahan lebih besar
daripada itu (Yoh 14:12), Untuk itu Ia memberikan ke-
pada mereka “kemuliaan”, artinya kuasa untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan itu. Pekerjaan-pekerjaan Yesus akan
berlaku lagi (dalam pekerjaan-pekerjaan mereka). Juga
dalam pekerjaan-pekerjaan itu akan nyata kesatuan antara
Bapa, Anak dan murid-muridNya. Yang penting di situ
ialah bukan-saja bahwa dunia — oleh kesatuan itu —
mengakui, bahwa Allah telah mengutus Yesus, tetapi juga
bahwa Allah ‘telah mengasihi murid-murid, sama seperti
Ta telah mengasihi Yesus (ayat 23),
Pertanyaan
Bagaimanakah hubungan antara kesatuan Gereja dan ajar-
an yang benar ?
Bagaimanakah kesatuan itu Yesus tempatkan dalam doa-
Nya ? -
Bagaimanakah hubungan antara Bapa dan Anak ?
Bagaimanakah caranya murid-murid menjadi satu dengan
Bapa dan Anak ?
Untuk. itu apakah yang Yesus janjikan kepada mereka ?
19Penjelasan
Kalau’ kita membaca Perjanjian Baru dengan teliti nyata,
bahwa kesatuan yang penuh atau "yang ideal” — seperti yang
kita jelaskan di atas — tidak pernah ada pada waktu rasul-
rasul. Dan juga tidak permah ada kemudian dalam Gereja
Purba. Yang ada hanya "struktur-struktur dasar” yang tertentu
dalam_hidup dan pelayanan_Gerejaf seperti : pertemuan,
ibadah) Jemaat pada waktu-waktu yang tertentu, khususnya
pada hari Mingeu, penguiusan anggota-anggota_Jemaat , untuk
memberitakan Firman Allah (dengan perkataan dan perbuatan)
kepada segal: i ai dun ia, pengaturan (= penataan). hi-
dup_dan pelayanan_Jemaai aturan “(= penataan) jabatan-
jabatan_gerejawi, dan lain-lain. -
Gereja memang mula-mula adalah satu, tetapi-Gereja_yang
satu iti Kemudian_tersebar “ke-vanactpana-di-dunia dan.menya-
takai n) diri_dalam_*Gereja-Gereja_lokal”
di Roma;-di-Korimtus; “di Efesus, di Kolose, dan di tempat-
tempat lain di Eropa, di Asia, di Amerika, di Afrika dan di
Australia, masing-masing dalam situasi dan dengan si
sendiri. Sesuai dengan itu — maksud~kita Tegan Situasi_dan
sejarah mereka yang tidal: san sama — maka st Seraktur-steuktur_da-
sar_di 1i_hidup—das—pelayanan_mereka”~jiga tidak sama: ber
beda-beda. Ata mungkin lebih_baik :_beraneka-ragam.
. _mungkin or
\
jarahnya—Catatan
Situasi Gereja-Gereja — seperti yang kita jelaskan.di atas
— tidak usah merisaukan kita. Hal itu tidak dibuat juga
oleh gerakan oikumene. Bukan saja karena ia mengakui,
bahwa perbedaan — atau keaneka-ragaman — struktur-
struktur dasar dari hidup dan pelayanan Gereja-gereja ada-
lah suatu konsekwensi yang wajar dari perkembangan geo-
graphis dan historis mereka, tetapi juga karena ia tahu,
bahwa perbedaan itu disebabkan oleh keaneka-ragaman
kharisma ‘Yang mereka peroleh dari 4 Ic
(2; Ef 4). —
Keaneka-ragaman itu — maksudnya: keaneka-ragaman
kharisma yang Geréja-Gereja peroleh dari Tuhan Gereja
untuk -hidup dan pelayanan mereka di dunia — tidak
dianggap oleh gerakan oikumene sebagai suatu ‘~ “Fubar Gereja
pemahaman tentang keselamatan atau penebus-
benaran it
(ampamanya
23an, pemahaman tentang pembenaran, pemahaman tentang pe-
ngudusan, pemahaman tentang Gereja, pemahaman tentang
sakramen, dan lain-lain).
Perpecahan-perpecahan ini — sekalipun tidak seluruhnya
luput dari faktor-faktor lain, seperti keadaan sosial dan politik,
di mana Gereja hidup dan melayani, perbedaan bahasa yang
digunakan oleh anggota-anggota Gereja, pertentangan di bidang
adat dan kebudayaan, dan lain-lain — biasanya turut disebab-
kan oleh salah-paham (jug2 di bidang ajaran), oleh ketidak-
sabaran (dari pemimpin-pemimpinnya), oleh keterbatasan pe-
ngetahuan (dari anggota-anggotanya), dan lain-lain.
Catatan,
—- Dalam sejarah Gereja kita membaca, bahwa tidak semua
perpecahan disebabkan oleh hal-hal yang prinsipiil. Ada
juga perpecahan. Gereja yang disebabkan oleh hal-hal yang
tidak prinsipiil. Perpecahan-perpecahan seperti ini umum-
nya mudah diatasi. Salah satu contoh dari hal ini ialah
Gereja-Gereja di Amerika-Utara. Gereja-Gereja dari kon-
fessi yang sama di situ, yang tadinya hidup te:pisah-pisah
— hanya karena soal keturunan (=- bangsa) dan bahasa
— sekarang berkumpul (= bergabung) kembali sebagai
satu Gereja.
— Yang sulit ialah perpecahan-perpecahan yang disebabkan
oleh pemahaman yang berbeda tentang kebénaran (= ke-
benaran injili). Umumnya_Gereja-Gereja_yang b
an tidak mudah Kita hubungkan (= persatukan) i
mempertahankan pendirian mereka.
Sungguhpun demikian kita tidak boleh lekas putus asa dan
karena itu berher Kita tidak boleh lupa, bahwa
juga perpecahan-perpecahan ini tidak seluruhnya luput dari
kekhil: idak-tahuan_ dan ketidak-sabaran _manusia.
— Tug
menghubungkan. (= mempersatukan)—kem-
24bali Gereja-Gereja yang terpecah-pecah adalah tugas kita
semua, khususnya-tugas gerakan oikumene. Apa yang ge-
rakan ini telah capai dan apa yang ia pada waktu ini
sedang kerjakan di berbagai-bagai tempat di dunia ini, ha-
rus merupakan dorongan bagi kita untuk tetap berusaha
dan tetap setia menunaikan tugas kita yang sukar co berat
itu.
Sementara itu kita harus waspada terhadap on yang
selalu mengancam usaha-usaha yang demikian, yaitu ke-
inginan untuk lekas-lekas melihat (= ”memetik”) “hasil-
nya. Keinginan ‘yang demikian adalah manusiawi dan ka-
rena itu dapat kita pahami. Sungguhpun demikian kita
harus menjaga, supaya keinginan itu jangan sampai ‘ber-
tentangan dengan rencana Allah: hanya Dia yang n menge-
tahui, bilamana dan bagaimana_caranya kesatuan Gereja
harus diwajudkantor tidak berarti, bahwa Kita tidak boleh
ai_kéinginan dan rencana. Tetapi keinginan- ke)
ingiman dan rencana-rencana kita itu harus terus-menerus
kita letakkan —-dalam doa — di bawah kehendak Alalh._/
Pertanyaan
’ Mengapa perpecahan selalu mempunyai akibat yang buruk
bagi Gereja ?
Sungguhpun demikian mengapakah perpecahan Gereja ka-
dang-kadang tidak dapat kita cegah ?
Apakah semua perpecahan disebabkan oleh hal-hal yang
prinsipiil ?
Bagaimanakah hendaknya sikap kita ‘terhadap perpecahan
Gereja ?
Dan bagaimanakah caranya kita harus menuaikan tugas
kita sebagai orang-orang yang merasa terpanggil untuk
mempersatukan kembali Gereja-Gereja ‘itu ?
iS)
aRAKAN OIKUMENE PADA WAKTU INI
Penjelasan
Waktu kita membahas gerakan oikumene — pada permu-
Jaan karangan ini — kita katakan, bahwa gerakan oikumene
sebenarnya telah mulai dari dahulu, khususnya sesudah terjadi
perpecahan dalam tubuh Gereja, Yang kita maksudkan dengan
perkataan ini bukanlah hendak mengatakan, bahwa gerakan
oikumene dalam arti modern — yaitu sebagai gerakan dari
Gereja-Gereja — telah mnulai dari dahulu. Bukan ! Karena
Gereja-Gereja — seperti yang nyata dari sejarah mereka —
tidak selalu prihatin terhadap perpecahan mereka dan karena
itu mereka juga tidak selalu mau mengikuti seruan untuk ber-
satu kembali, 3
Kenyataan ini menyewhixan ; Sungguhpun demikian kita
tidak boleh menyangka, bahwa — karena itu — dalam Gereja-
Gereja sama-sekali tidak ada kesadaran lagi tentang kesatuan
Gereja. Sejak dabulu — seperti yang telah kita jelaskan dalam
catatan-catatan kita sebelumnya — ‘selalu at anggota dari
Gereja-Gereja dan dari konfessi-konfessi, yang oleh doa dan pe-
kerjaan mereka berusaha untuk mengakhiri perpecahan-perpe-
cahan Gereja. Tetapi baru pada waktu ini — dalam abad ke-
XX ini — lahir dari usaha mereka suatu gerakan yang dalam
pekerjaannya mencakup hampir semua Gereja di dunia: ge-
yakan oikumene.
Mungkin penting kita mengetahui, bahwa lahirnya gerak-
an oikumene bukan saja disebabkan oleh kesadaran yang
26kita sebutkan di atas, tetapi juga oleh kesadaran tentang
adanya hal-hal lain yang sangat besar pengaruhnya atas
Gereja-Gereja, umpamanya kapitalisme, kemiskinan dan
penderitaan yang disebabkan oleh kapitalisme, tugas-tugas
yang berat dan banyak yang tidak dapat ditunaikan oleh
Gereja-Gereja secara sendiri-sendiri, kesulitan pekerjaan
pekabaran-injil di daerah-daerah sending karena perpecah-
an Gereja-Gereja, dan Jain-lain.
Sejarah gerakan oikumene biasanya dibagi atas tiga bagian.
Pertama: bagian yang dianggap~sebagai~pra-seiarah_gerakan
oikumene (dari pertengahan abad ke-XIX sampai perang du-
nia pertama). Kedua: bagian yang mencakup konperensi-kon-
perensi sedunia pertama dari Gereja-Gereja dalam abad ini.
Dan ketiga: bagian yang mulai dengan berdirinya Dewan Ge-
reja-Gereja Sedunia (D.G.D.).
Catatan
-- Di atas kita katakan, bahwa lahirnya gerakan oikumene
bukan saja disebabkan oleh kesadaran tentang kesatuan Ge-
tetapi juga oleh kesadaran tentang adanya ~hal-hal
pengaruhnya atas Gereja-Geréja.
Sebagai contoh dari hal“itu kita di situ al. menyebut ke-
miskinan dan penderitaan yang ditimbulkan oleh _kapitalis-
me. Kemiskinan dan penderitaan itu sebenarnya telah lama
Gereja-Gereja lihat. Mereka juga tahu, bahwa jutaan orang
— terutama kaum buruh — pada waktu itu hidup dalam ke-
adaan yang sangat menyedihkan. Tetapi mereka tidak
menghiraukannya. Karena itu berbondong. -bondong orang
keluar dari Gereja. Baru kemudian hal ini mereka sadari
dan akui sebagai suatu kesalahan.
27— Selain daripada kemiskinan dan penderitaan kita juga me-
~bahwa._ hai
nyebut kesulitan yang dialami oleh pekerjaan -pekabaran-
injil di daerah-daerah sending karena perpecahan Gereja-
Gereja. Hal itu terutama terjadi di Asia, di mana terdapat
jutaan penganut-penganut dari “agama-agama dunia” : aga-
ma Islam, agama Hindu dan agama Budha. Di situ pem-
beritaan Sending banyak sekali mendapat tantangan, Juga
hal ini baru kemudian disadari oleh Gereja-Gereja.
Oleh Ppengalaman-pengalaman_ ini mereka makin yakin,
da perobahan dalam Hidup dan=petayanan
enunaikan tugas méreka de-
harus melakukannya bersama-sama. Keyakinan lah yang
telah memimpin mereka kepada kerjasama oikut nenis, yang
akan kita bicarakan dalam catatan-catatan yang berikut.
Pertanyaan
Apakah kesadaran tentang kesatuan Gereja baru timbul
pada waktu ini?
Hal-hal apakah yang telah memimpin Gereja-Gereja kepa-
da kerjasama oikumenis ?
Berikanlah beberapa contoh tentang -hal itu }
:Bagaimanakah sejarah oikumene biasa dibagi8. BAGIAN PERTAMA DARI SEJARAH GERA
OIKUMENE
Penjelasan
Dalam catatan-catatan kita sebelumnya kita katakan, bah-
wa bagian pertama dari sejarah_ger: ikumene ialah bagian
yang mulai dari pertengahan abad_ke-XIX sampai perang du-
nia pertama. Bagian ini biasanya dianggap sebagai pra-sejarah
dari gerakan oikumene. Dalam bagian pertama iri mulai nam-
pak keinginan ke arah pemulihan kembali dari kesatuan umat
Kristen, seperti yang nyata dalam pembentukan Badan-Badan
Kristen Internasional dan Persekutuan-Persekutuan Konfessio-
nal dari Gereja-gereja yang sama atau ”yang bersamaan”. Mak-
: Gercia-Gereja dari satu tipe. :
Gerakan ke arah itu dimulai oleh Lembaga-Lembaga Al-
kitab di Eropa dan di Amerika-Utara. Contoh Lembaga-Lem-
baga Alkitab ini kemudian diikuti oleh berbagai-bagai perseku-
tuan internasional. Pertama: oleh ”Alliansi Evangelis”, yaitu
suatu’ persekutuan internasional yang lahir padu tahun 1845
dari ”gerakan kebangunan injili” (= reveil). Selanjutnya: oleh
persekutuan-persekutuan internasional lain yang bergerak di
rupa-rupa bidang, a.l. di bidang pekerjaan anak-anak, di bidang
pekerjaan, pemuda (1855), di bidang pekerjaan pemudi (1893)
dan di bidang pekerjaan mahasiswa (1895).
Selain daripada persekutuan-persekutuan internasional ini
dibentuk. juga pada waktu itu (persekutuan-persekutuan konfes-
sional dari Gereja-Gereja yang sama atau yang bersamaan tipe-
29nya, yaitu: Konperensi-Lambeth
Anglikan (pada tahun 1867), Persekutuan dari Gereja-Gereja
Presbiterian (pada tahun 1875), Persekutuan dari Gereja-Gere-
ja Methodis (pada tahun 1881), Persekutuan dari Gereja-Gereja
Kongregasional (pada tahun 1891), Persekutuan dari Gereja-
Gereja Baptis (pada tahun 1905), dan lain-lain,
pertama dari uskup-uskup
Catatan
— Lembaga Alkitab pertama yang didirikan pada waktu itu
ialah Lembaga Alkitab Inggeris (pada tahun 1804). Se-
sudah itu menyusul Lembaga-Lembaga Alkitab lain di Swis
(1804), di Jerman (mulai dari tahun 1814), di Belanda
(pada tahun 1814), di Norwegia dan Swedia (pada tahun
1814), di Perancis (pada tahun 1816), dan di tempat-
tempat lain. :
— Alliansi Evangelis, yang. didirikan ~pada tahun 1845 itu,
mempunyai tujuan kembar. Pertama; membasmi kuasa-
kuasa yang menentang “agama Kristen injili”. Kedua, se-
bagai lanjutan dari usaha yang pertama : memajukan —
secara internasional dan intergerejawi — “agama Kristen
injili”, Konstitusi Alliansi Evangelis ini, yang terdiri dari
9 pasal (= inspirasi Kitab Suci, tafsiran Kitab Suci, Tri-
nitas, jatuhnya manusia ke dalam dosa, penyelamatan oleh
Kristas, dan lain-lain) disahkan pada tahun 1846 di London.
— Contoh Y.M.G.A. (1855), Y.W.G.A. (1893) dan W.S.CF.
(1895) ‘segera diikuti di berbagai-bagai negara. Banyak pe-
mimpin gerakan oikumene berasal dari persekutuan-perse-
kutuan internasional ini, : .
-~ Konperensi-konperetsi Lambeth ialah konperensi-konpe-
rensi sukarela dari semua uskup Anglikan di seluruh dunia.Konperensi-konperensi itu biasanya diselenggarakan sekali
dalam sepuluh tahun — mulai dari tahun 1867 — di istana
Lambeth (= kediaman uskup-agung dari Canterbury) di
London.
Pertanyaan
Sebutkan beberapa persekutuan internasional yang didiri-
kan dalam abad ke-XIX!
Apakah yang dimaksudkan dengan persekutuan- alata
konfessional ?
Tahukah anda bagaimana hubungan antara Lembaga Al-
kitab Indonesia (L.A.I.) dan Lembaga-Lembaga Alkitab
lain ?
Apakah pekerjaan Lembaga-Lembaga ‘Alkitab itu ?
Organisasi-organisasi manakah di Indonesia yang ada hu-
bungannya dengan Y.M.C.A. Y.W.C.A. dan W.S.G.F. ?
3190° SENDING DALAM BAGIAN PERTAMA
DARI SEJARAH GERAKAN OIKUMENE
Penjelasan
Dalam penjelasan kita yang lalu kita katakan, bahwa oleh
perpecahan Gereja-Gereja pekerjaan pekabaran-injil banyak
menemui kesulitan di daerah-daerah sending. Untuk mencari
Jalan-keluar dari kesulitan-kesulitan itu, Badan-badan ‘Sending
(di berbagai-bagai negeri) beberapa kali mengadakan pertemu-
an atau konperensi. dalam abad yang lalu. Konperensi loner
dan kedua diadakan di London (pada tahun 1854) dan o a
verpool (pada tahun 1860). Konperensi ketiga ae a a i
oleh wakil-wakil dati 34 Badan Sending — diad. an lagi
i keempat diadakan juga
London pada tahun 1878. Konperensi ke pi a n ;
di Lond : ada tahun 1888 dan dihadiri oleh wali!-wakil dari
139 Badan soaiee Jumlah ini meningkat ee
Sending, waktu konperensi kelima _ yang at oe yee
oe ane dalam penvlan tugas mereka ber-
a ee 1900 di New York. ee spon
a ae nsi-konperensi ini biasanya dianggap se ee ae
Hae aas *konperensi pekabaran-iniil one Ue
ee yang diadakan pada tahun ee oe vance .
> ; : ay
beda. dengan konperensi-konperensi sebelum: eemat, eetapi jue
Edinburgh ini bukan saja es saranya ia diane
telah dipikirkan (= direncana a tuai oleh John Mott, seorang
jutkan kemudian. Konperensi itu ‘ a see ‘oleh banyak pemimpin
Meee eee ibien . Paints konperensi itu ialah :
lain. Pokok-pokok yang dibicarakan
32(1) menyampaikan Berita Injil kepada seluruh dunia yang bu-
kan-Kristen, (2) Gereja dan daerah pekabaran-injil, (3) pendi-
dikan dalam hubungannya dengan pengkristenan kehidupan na-
sional, (4) Berita pekabaran injil dalam hubungannya dengan
agama-agama yang bukan-Kristen, (5) persiapan pekerja-peker-
ja sending, (6) Home Base dan pekerja sending, (7) Sending
dan Pemerintah, dan (8) kerjasama dan usaha memajukan ke-
satuan. Tiga dari pokok-pokok ini secara khusus berkata-kata
tentang pertumbuhan gerakan oikumene. Karena itu tepat, ka-
lau konperensi ini disebut ”ibu” dari gerakan oikumene :nodern.
Catatan
-— Yang hadir dalam konperensi di Edinburgh ialah wakil-
wakil dari Badan-badan Sending di Home Base (= Eropa
dan Amerika). Anggota-anggota dari ”’Gereja-Gereja Mu-
da” (= di Asia dan Afrika) tidak banyak : hanya 17 orang.
Tetapi mereka tidak mewakili Gereja-Gereja mereka. Me-
reka hadir di situ sebagai anggota yang. ditunjuk oleh Ba-
dan-Badan Sending yang bekerjasama dengan Gereja-Ge-
reja mereka. Sungguhpun demikian partisipasi mereka da-
lam konperensi itu penting. Dan apa yang mereka sum-
bangkan — dalam rapat-rapat — sangat dihargai. Tiga
dari mereka — uskup Honda (Jepang), pendeta Cheng
Ching-yi (Cina) dan Dr Chaterjee (India) — dipilih se-
bagai anggota dari Komisi Khusus yang bertugas untuk
melanjutkan pekerjaan konperensi.
—~- Konperensi-di Edinburgh — seperti yang kita katakan di
atas — adalah konperensi sending. Maksudnya : konperensi
yang diselenggarakan oleh Badan-Badan Sending di Eropa
dan di Amerika untuk bertukar pikiran tentang pekerjaan
pekabaran-injil. Karena itu dalam acaranya tidak. tercan-
: 3334
tum pokok tentang kesatuan Gereja. Sungguhpun demikian
dalam diskusi-diskusi_ kesatuan Gereja sering disinggung,
terutama waktu laporan tentang “kerjasama dan usaha
memajukan kesatuan” dipresentir oleh komisi yang mem-
persiapkannya. Dalam diskusi itu banyak orang mengusul-
kan supaya kesatuan Gereja — pada waktu-waktu yang
akan datang — lebih banyak mendapat perhatian. Dalam
hubungan ini penting kita mencatat peringatan uskup Brent
kepada konperensi, bahwa tugas konperensi ialah bukan
saja mengusahakan kerjasama praktis antara Badan-Badan
Sending yang hidup terpisah-pisah itu, tetapi juga menye-
lidiki hal-hal yang menyebabkan perpisahan (= perpecah-
an) mereka.
Kenperensi di Edinburgh — tanpa direncanakan — telah
berfungsi sebagai “tempat latihan” bagi mereka, yang ke-
mudian akan memainkan peranan penting sebagai pemim-
pin dari gerakan’ oikumene. John Mott telah kita sebut.
Selain dari dia kita juga harus menyebut Yoseph Oldham,
seorang yang sangat kreatif, yang kemudian dipilih men-
jadi sekretaris dari Komisi Khusus yang bertugas untuk
melanjutkan pekerjaan konperensi. Selanjutnya Charles
Brent (yarig telah kita sebut tadi), V.S.° Azariah (dari
India) dan’Chang Ching-yi (dari Cina). Dan juga Wil-
liam Temple, seorang mahasiswa, yang pada waktu itu
bertugas sebagai *pembantu” atau ”pandu” (= steward)
dalam konperensi. : -
Konperensi di Edinburgh memberikan suatu ciri baru ke-
pada persekutuan orang-orang Kristen. Pengilut-pengikut-
nya mewakili hampir seluruh umat Kristen pada waktu
itu. Mereka berasal dari berbagai-bagai bangsa, suku-bangsa,
baliasa dan keyakinan gerejawi, Itu yang membedakan kon-
perensi di Edinburg dengan konperensi-konperensi lain yang
diadakan sebelumnya. Dalam pidato pembukaannya JohnMott katakan, bahwa “pengikut-pengikut konperensi, yang
berasal dari berbagai-bagai bangsa, suku-bangsa dan per-
sekutuan” datang ke Edinburgh untuk *mewujudkan_kesa-
tuan_mereka dalam Kristus’.
OOO
Pertanyaan
Sebutkan beberapa pertemuan (= konperensi) yang di-
adakan oleh Badan-Badan Sending sebelum konperensi di
Edinburgh !
Apakah bedanya konperensi di Edinburgh dengan konperen-
si-konperensi yang lain itu ?
Pokok-pokok apakah yang telah dibicarakan dalam konpe-
rensi di Edinburgh ?
Siapakah yang hadir dalam konperensi itu ?
Bagaimanakah peranan anggota-anggota dari “Gereja-Ge-
reja Muda” dalam konperensi itu ?
35is SREJA-GEREJA DALAM BAGIAN’ PERTAMA
DARI SEJARAH GERAKAN OIKUMENE
Penjelasan
Kesadaran tentang kesatuan umat Kristen — seperti yang
nyata dari penjelasan-penjelasan kita di atas — bukan saja ter-
dapat dalam Badan-Badan Sending pada waktu itu, tetapi
juga dalam_Gereja-Gereja. Salah satu bukti dari kesadaran itu
Pe ae entultyn persekutan ry ene konfessional — yang
telah kita sebut sebelumnya — gj berbagai-bagai tempat pada
waktu itu: Konperensi Lambeth Pertama dari uskup-uskup Ang-
kan (pada tahun 1867), Persekutuan dari Gereja-Gereja Presbi-
terian (pada tahun 1875), Persekutuan dari Gereja-Gereja Mey
thodis (pada tahun 1881), Persekutuan dari Gereja-Gereja Kong-
régasional (pada tahun 1891) dan Feisekuiuan dari Gereja-
Gereja Baptis (pada tahun 1905),
Persekutuarpersekutuan konfessional yang lain baru diben-
tuk kemudian. Salah satu qj antaranya ialah Persekutuan
Konfessional dari Gereja-Gereja Lutheran. Gerakan ke
arah itu mulai di Jerman,. Pada tahun 1868 Gereja-Gefeja
Lutheran (= Evangelisch-Lutherisch) telah mulai dengan
suatu konperensi, tetapi bary pada tahun 1923 Gereja-
Gereja Lutheran secara bersarna-sama dapat membentuk
suatu persekutuan konfessional yang bersifat internasional.
Dj samping persekutuan-persekutuan konfessional di atas,
dalam petiode ini terbentik Juga_berbagai-bagai persekutuan
antar-konfessional : di Jerman (pada tahun 1903), di Perancis
(pada tahuo 1905) dan di Amerika-Utara (pada tahun 1908).
36Catatan
— Tentang konperensi-konperensi Lambeth telah kita berikan
beberapa catatan singkat di tempat lain (lih no. 8). Ca-
tatan-catatan itu tidak kita ulangi lagi di sini. Kita hanya
mau menambahkan, bahwa sebagai syarat untuk persatuan
kembali dari ”Gereja-Gereja Bebas”, telah disusun hal-hal
yang berikut: penerimaan Alkitab sebagai dasar ke-
percayaan, penerimaan Apostolicum dan Niceaenum seba-
gai pengakuan-pengakuan iman, penerimaan baptisan dan
perjamuan-malam sebagai sakramen, dan penerimaan suk-
sessi apostolis dalam ajaran tentang Gereja dan jabatan-
jabatan gerejawi.
—— Konperensi pertama dari Gereja-Gereja “reformed” yang
menggunakan sistem presbiterial (WARC) — yang dise-
lenggarakan oleh tiga orang pemimpin dari Gereja-Gereja
ini: dua orang dari Amerika dan seorang dari Skotlandia
— berlangsung pada tahun 1875. Dalam konperensi itu
hadir 64 utusan yang mewakili 21.Gereja “reformed”. Dua
tahun kemudian (1877) Sidang Rayanya yang pertama
adakan di Edinburgh. Utusan-utusan yang hadir di situ
berasal dari berbagai-bagai Gereja “reformed” di seluruh
dunia. Dasar dari Persekutuan ini ialah : Alkitab sebagai
satussatunya sumber dari kepercayaan dan” ajaran_Ge-
med” dan penerimaan secara umum dari: prinsip-prinsip
presbiterial. Persekutuan ini tidak secara khusus memberikan
perhatian terhadap usaha mempersatukan kembali Gereja-
Gereja yang pecah. Usaha itu, menurut dia, adalah tugas
Gereja-Gereja Anggota di daerahnya masing-masing. Ia
(WARC) hanya memberikan dorongan ke arah itu.
Usaha untuk mempersatukan kembali Gereja-Gereja Metho-
dis mulai dari Gereja Methodis Episkopal di Amerika-Se-
3738
rikat. Dalam Sidang Rayanya di, Baltimore (1876) dipu-
tuskan, supaya kepada para uskupnya diberikan kuasa‘un-
tuk mengadakan suatu konnerensi yang dapat dihadiri oleh
utusan-utusan dari Badan-Badan Methodis lain di Ameri-
ka. Usaha ini kemudian dilanjutkan dengan jalan mengi-
rim _utusan ke Konperensi Gereja Methodis di Inggeris
(1878). Dalam konperensi itu — yang diadakan di Lon-
don — disahkan suatu pernyataan tentang apa yang dise-
but Konperensi-Konperensi Methodis Oikumenis. Pernya-
taan itu secara resmi diterima oleh Gereja Methodis di
“Inggeris dalam konperensinya di Birmingham pada tahun
1879. Dua tahun kemudian (1881) diselenggarakan Kon-
perensi Methodis Oikumenis pertama di London, yang di-
hadiri oleh 28 Badan Methodis dari berbagai-bagai tempat.
Sejak tahun 1870 telah ada usaha untuk mengumpulkan
Gereja-Gereja Kongregasional dalam: suatu badan_inter-
nasional. Usaha ini terutama dijalankan oleh. Gereja-Ge-
reja Kongregasional di Amerika dan di Kanada. Atas ini-
siatif Uni Kongregasional dari Ontario dan Quebec (di
Kanada) — dan oleh dukungan dari Uni Kongregasiona]
di Inggeris dan Wales serta Gereja-Gereja Kongregasional
lain di Australia dan Amerika-Serikat — pada tahun 1891
diadakan konperensi internasional pertama dari Dewan
Kongregasional di London. Konperensi internasional per-
tama ini kemudian diikuti oleh konperénsi-konperensi in-
temasional yang lain (pada tahun 1899 dan pada tahun
1908).
Cita-cita untuk mengadakan Kongres Baptis Sedunia sebe-
narnya telah ada sejak abad ke-XVIII. Tetapi baru pada
tahun 1905 cita-cita itu dapat. diwujudkan di London. Da-
lam kongres itu dibentuk Persekutuan Gereja-Gereja Bap-
tis Sedunia (= BWA) sebagai alat: (1) untuk: menyata-
kan dan meningkatkan kesatuan Gereja-Gereja Baptis, (2)untuk memelihara dan mempertahankan kebebasan ber-
agama, dan (3) untuk memproklamasikan prinsip-prinsip
pokok dari kepercayaan Baptis.
Pertanyaan
Sebutkanlah usaha-usaha yang dijalankan oleh Gereja-Ge-
reja dalam periode ini !
Apakah yang anda tahu tentang Persekutuan Gereja-Gereia
Presbiterian ?
Apakah yang anda tahu tentang Persekutuan Gereja-Gereja
Methodis ? :
Apakah yang anda tahu tentang Persekutuan Gereja-Gereja
Kongregasional ?
Apakah yang anda tahu tentang Persekutuan Gereja-Gereja
Baptis ?
39A
eet 11. SENDING DALAM BAGIAN KEDUA
Seas? DARI SEJARAH GERAKAN OIKUMENE
Penjelasan
Kita telah mendengar, bahwa untuk melanjutkan apa yang
diputuskan dalam *konperensi pekabaran-injil sedunia” di Edin.
burgh (1910), konperensi itu telah membentuk suatu Komisi
Khusus. Dalam pidato penutupannya John Mott, ketua kon-
Perensi itu, al. katakan: *Akhir dari konperensi ialah permu-
Jaan dari kemenangan. Akhir dari rencana ialah permulaan
dari perbuaian”, Tetapi dua hari sebelum konperensi itu ber-
akhir, belum ada kepastian apakah ada sesuatu yang harus "di-
buat”. Pikiran tentang suatu, badan permanen untuk kerjasama
internasional — yarigbérfugas untuk melanjutkan pekerjaan
konperensi di Edinburgh — adalah begitu baru, schingga ba-
nyak menimbulkan keragu-raguan dalam hati utusan-utusan.
Tetapi sesudah berlangsung suatu diskusi yang lama, akhirnya
pikiran’ itu dapat diterima.
Salah satu *hasil” dari konperensi di Edinburgh ialah ter-
bentuknya Dewan-Dewan Kristen Nasional di berbagai-bagai
tempat, yang mencakup baik Badan-Badan Sending, mauee
Gereja-Gereja Pribumi. Oleh kerjasama antara Badan-Badan
Sending dan Gereja-Gereja Pribumi ini akhirnya lahirlah *De-
wan Pekabaran-Injil Internasional” (= ‘Iternational Missiona-
ty Council) di Lake Mohonk pada tahun 1921. Konperensi De-
wan Pekabaran-Injil yang pertama diadakan di Yerusalem (pada
tahun 1928) dan konperensinya yang kedua diadakan di Tam-
baram, yaitu bagian luar dari kota Madras (di India) pada
tahun 1938, Tugas Dewan itu ialah al. :merangsang pemikiran dan penelitian di bidang pekabaran-
injil,
menyediakan hasil-hasilnya untuk semua Badan Pekabaran
Injil, ;
membantu mengkoordinir aktivitas-aktivitas dari organisa-
sasi-organisasi sending nasional di berbagei negeri,
membantu mempersatukan pandangan Kristen dalam usa-
ha mendukung kebenaran hatinurani, kebebasan beragama
dan kebebasan pemberitaan Injil,
membantu mempersatukan kekuatan-kekuatan Kristen di
seluruh dunia dalam usaha menciptakan keadilan untuk
hubungan-hubungan internasional dan hubungan-hubung-
an inter-rasial,
bertanggung-jawab atas penerbitan majalah “The Interna-
tional Review of Mission” dan penerbitan-penerbitan lain
yang dapat membantu studi tentang soal-soal pekabaran-
injil,
menyelenggarakan konperensi pekabaran-injil sedunia, jika
dianggap perlu.
Catatan
Segera sesudah perang dunia pertama disiapkan rencana
untuk membentuk organisasi internasional yang permanen,
sesuai dengan keputusan konperensi di Edinburgh. Tetapi
rencana itu tidak dapat segera dilaksanakan Baru pada
tahun 1921 organisasi itu dapat dibentuk di Lake Mohonk
(= di negera-bagian New York). Untuk menjaga supaya
organisasi itu tidak mempunyai fungsi eksekutif, maka nama
yang mula-mula diusulkan — yaitu ”International Missio-
nary Committee” — diganti dengan “International Mis-
sionary Council” (I.M.C.), Sebagai ketua dari Dewan itu
41telah dipilin John Mott dan sebagai sekretaris Oldham
dan Warnshuis.
Sama seperti konperensi di Edinburgh, demikian pula kon-
perensi di Yerusalem (1928) dipersiapkan dengan teliti.
Bahan-bahan, yang mau dibicarakan dalam konperensi itu,
telah disiapkan dengan baik sebelumnya. Bahan-baban itu
a. mencakup ; (1) pendidikan agama, (2) pekabaran injil
dan konflik antar-bangsa, (3) pekabaran-injil dan indus-
trialisasi, (4) pekabaran-injil dan persoalan-persoalan per-
tanian. Selain daripada hal-hal ini telah dibicarakan juga
dalam konperensi itu hubungan antara orang-orang Kristen
dan orang-orang. Yahudi. Untuk tugas itu telah dibentuk
suatu komisi internasional yang erat bekerjasama dengan
I.M.C.
Salah satu persoalan penting lain, yang dibahas dalam kon-
perensi di Yerusalem, ialah hubungan antara ”Gereja-
Gereja Muda” dan ”Gereja-Gereja Tua”. Dalam konpe-
rensi itu ’Gereja-Gereja Muda” lebih banyak diwakili dari-
pada dalam konperensi di Edinburgh. Di Edinburgh — se-
perti yang telah kita dengar — mereka tidak diwakili,
Pemimpin-pemimpin ”Gereja-Gereja Muda” yang hadir di
situ ditunjuk: oleh Badan-Badan Sending. di Home Base
(= Eropa dan Amerika). Tetapi di Yerusalem. ”Gereja-
Gereja Muda” itu diwakili, Salah satu sebabnya ialah :
perkembangan yang pesat dari *Gereja-Gereja Muda” d:
adanya pemimpin-pemimpin Gereja yang kompeten. Dan
Indonesia hadir Dr Kraemer dan Dr Moelia (bukan se-
bagai utusan resmi dari Gereja-Gereja. di Indonesia, tetapi
sebagai seorang yang banyak berkecimpung di bidang pe-
kerjaan gerejawi). Suatu pokok lain, yang banyak menda-
pat perhatian dalam konperensi di Yerusalem, ialah_seku-
larisme.
—— Pesan konperensi di Yerusalem, yang hampir seluruhnya
disusun oleh William Temple, memuat sumbangan yang
penting bagi pekerjaan pekabaran-injil, khususnya bagi
*Gerakan Kerajaan Allah” di Jepang dan *Gerakan Lima
Tahun Kemuka” di Cina.
— Ditinjau dari sudut gerakan oikumene Konperensi di Tam-
baram (Madras) pada tahun 1938 lebih maju dan lebih
besar daripada konperensi di Yerusalem. Jumlah Badan-
Badan Sending dan Gereja-Gereja Pribumi yang diwakili
di situ lebih banyak. Yang menyolok ialah jumlah utusan-
utusan dari Gereja-Gereja Pribumi: lebih banyak daripada
utusan-utusan resmi. Dari Indonesia hadir dalam konpe-
rensi itu a]. sejumlah mahasiswa Sekolah Theologia Tinggi
(= HTS.) di Jakarta,
— Dalam konperensi di Tambaram (Madras) Gereja menda-
pat perhatian besar, Banyak orang mengkubungkan hal itu
dengan peranan yang dimainkan oleh ”Gereja-Gereja
Muda” dalam konperensi itu. Banyak dari Gereja-Gereja
itu hanya merupakan minoritas kecil dari penduduk negeri
mereka. Sungguhpun demikian mereka’ berusaha memikul
tanggung-jawab mereka sendiri sebagai Gereja, juga di bi-
dang pekabaran-injil. Pekerja-pekerja sending masih mereka
butuhkan, tetapi status mereka tidak lagi seperti dahulu :
pekerja-pekerja sending itu harus bekerjasama dengan me-
reka dan di bawah pengawasan mereka.
— Konperensi di Tambaram (Madras) -sangat kuat menekan-
kan ”otoritas iman”. Hal itu turut disebabkan (= dido-
rong dan diperkuat) oleh buku Dr Kraemer’ ”The Chris-
tian Message in a Non-Christian World”, yang ia tulis
sebelum konperensi itu atas permintaan I.M.C. Penting
juga kita sebut di sini buku "The Economic Basis of the
. Church” (disusun oleh Merle Davies), yang terutama di-
untukkan bagi ”Gereja-Gereja Muda”. Pikiran yang ter-
43dapat di balik karya ini ialah : usaha kemandirian ”Gereja-
Gereja Muda”. Kalau Gereja-Gereja ini benar-benar mau
berakar di daerah, di mana.mereka hidup dan melayani,
mereka harus dapat membiayai diri mereka sendiri, tanpa
mengharapkan bantuan dari ”Gereja-Gereja Tua”. Itu al.
berarti, bahwa mereka — dalam hidup mereka — harus
lebih banyak menyesuaikan diri dengan keadaan ekonomi
dari negeri mereka.
Pertanyaan
Bilamana Dewan Pekabaran-Injil Internasional (I.M.C.)
didirikan ?
Dapatkah anda dengan singkat menceriterakan pemben-
tukan itu ?
Apakah tugas Dewan itu? Sebutkanlah beberapa hal yang
anda ketahui !
Apakah yang anda ketahui tentang konperensi di Yerusa-
lem?
Dan apakah yang anda ketahui tentang konperensi di Tam-
baram (Madras) ? [Cen nn nn ean
y sad
82
Sey
12. GEREJA-GEREJA DALAM BAGIAN co
DARI SEJARAH GERAKAN OIKUMENE
Penjelasan
Pada tahun 1914, menjelang pecahnya perang dunia per-
tama, sejumlah pemimpin Gereja — yang diundang oleh Gere-
ja-Gereja di Swis dan didukung oleh Dewan-Dewan Nasional
di Inggeris dan di Jerman — berkumpul dalam suatu konpe-
rensi di Constanz (Swis) dan membentuk suatu “Badan Se-
dunia untuk persaudaraan internasional oleh Gereja-Gereja”.
Tugas Badan Sedunia itm — seperti yang nyata dari namanya
— ialah menyelidiki hal-hal yang Gereja-Gereja dapat sum-
bangkan untuk pemeliharaan persaudaraan antara ‘bangsa-bang-
sa. Karena perang tugas ini — untuk beberapa waktu lamanya
— tidak dapat ia tunaikan.
Tetapi sementara itu. Gereja-Gereja tidak tinggal diam.
Sesudah Nathan Séderblom — pada tahun 1914 — dipilih
menjadi uskup-agung dari Uppsala (Swedia), ia segera meng-
ambil inisiatif untuk melaksanakan sesuatu, seperti yang dimak-
sudkan oleh konperensi di Constanz. Ia meminta kepada Gereja-
Gereja — khususnya Gereja-Gereja di Eropa dan di Amerika
— untuk bersama-sama mengeluarkan suatu seruan tentang
*perdamaian daa persckutuan Kristen”. Menurut dia tanggung-
jawab terhadap hal itu terletak pada Gereja-Gereja, terutama
pada Gereja-Gereja dari negeri-negeri yang tidak terlibat da-
45lam peperangan. Bentuk seruan itu menyerupai suatu pengaku-
an-iman :
*Peperangan menimbulkan sangat banyak kemelaratan.
Tubuh Kristus, yaitu Gereja, menderita dan merana. Da-
lam penderitaan itu umat manusia berseru; "Ya Tuhan,
berapa lamakah lagi? Seruan itu selanjutnya mengatakan,
bahwa pertimbangan-pertimbangan politik harus dikesam-
pingkan dahulu. Demikian pula pendapat tentang hal-hal
yang menyebabkan peperangan. Yang harus dilakukan oleh
Gereja-Gereja ialah: menyerukan ”perdamaian dan per-
sekutuan Kristen”.
Séderblom tahu, bahwa seruan itu — sekalipun ditanda-
tangani oleh banyak pemimpin Gereja — tidak akan mempe-
ngaruhi jalannya peperangan. Tetapi ia yakin, bahwa sekalipun
demikian’ adalah tugas dari pelayan-pelayan Gereja untuk tetap-
menghidupkan cita-cita perdamaian di antara bangsa-bangsa
dan ‘pemimpin-pemimpin mereka. Menghadapi tantangan_pe-
perangan Gereja-Gereja — menurut dia — tidak boleh berdiam
diri. Ia sendiri memberi contoh dalam hal itu. Beberapa tahun
kemudian, sesudah seruan itu dikeluarkan, ia melanjutkannya
dengan suatu usaha lain dalam bentuk suatu “manifesto” ten-
tang perdamaian dan kesatuan Kristen. Bukan itu saja. Pada
tahun yang sama (1917) ia turut mengusahakan terselenggara-
nya suatu konperensi di Uppsala (Swedia), yang membicarakan
hal-hal yang dapat menjadi basis untuk percakapan dalam kén-
perensi internasional yang akan diadakan kemudian. Sesudah
suatu diskusi yang panjang disetujui pokok-pokok yang berikut
sebagai basis percakapan: (1) kesatuan orang-orang hae
(2) orang-orang Kristen dan soal-soal kemasyarakatan, dan (3)
orang-orang Kristen dan hukum internasional.
46Catatan
Undangan untuk konperensi di Constanz (Swis
disampaikan kepada pribadi-pribadi, karena Gereja-Gereja
di Swis kuatir, bahwa kalau tidak demikian jawabannya
tidak akan lekas mereka terima, dan juga karena — me-
nurut mereka — banyak Gereja pasti tidak akan mau
hadir. Dari 150 utusan yang diharapkan, hanya hadir se-
paruhnya.
Seruan, yang disponsori oleh Séderblom itu, turut ditan-
datangani oleh pemimpin-pemimpin dari Gereja-Gereja di
-Denmark, di Norwegia, di Belanda, di Swis dan di Ame-
tika-Serikat. Menjelang akhir.tahun 1914 seruan itu telah
disiarkan dalam surat-surat kabar di berbagai-hagai negeri.
Pada tahun 1917 Séderblom menjalankan lagi suatu usaha
sebagai lanjutan dari seruan yang dikeluarkan pada tahun
1914. Sekali ii usaha itu mengambil bentuk suatu ”ma-
nifesto” dari Gereja-Gereja di negeri-negeri yang netral.
Selain dari Séderblom manifesto itu juga ditandateyg2n!
oleh pemimpin-pemimpin dari Gereja-Gereja di Denmark,
di Norwegia, di Belanda dan di Swis.
Konperensi di Uppsala (pada tahun 1917) dihadiri oleh
35 peserta yang méwakili Gereja--Gereja di Swedia, di
Denmark, di Norwegia, di Belanda dan di Swis. Sebagai
basis untuk diskusi dalam konperensi internasional yang
akan datang telah disetujui 3 pokok yang kita sebutkan di
atas. Pokok-pokok itu oleh konperensi dijelaskan seperti
berikut. Pertama: Yang dimaksudkan dengan kesatuan
orang-orang Kristen ialah kesatuan yang bersifat religius.
Kesatuan itu bukanlah hasil- usaha manusia, tetapi pembe-
rian Allah dalam Kristus. Ia bukan kesatuan yang uniform,
tetapi kesatuan dalam keaneka-ragaman: kesatuan yang
menyatakan dirinya dalam hidup dan perbuatan. Kedua :
4748
Yang dimasudkan dengan pokok yang kedua ialah prin-
sip-prinsip yang mendasari sikap orang-orang Kristen ter-
hadap soal-soal sosial dan internasional. Konperensi secara
khusus membicarakan problema Gereja dan peperangan.
Tentang beberapa hal dari problema ini peserta-peserta
konperensi mempunyai pendapat yang berbeda, terutama
tentang pasifisme yang mutlak dan hak untuk menolak
pasifisme yang mutlak. Ketiga: Menurut konperensi Ge-
reja-Gereja harus menggunakan pengaruh mereka dalam
hidup kenegaraan, sehingga bisa tercipta suatu hidup ke-
negaraan yang berdasarkan hukum. Maksudnya : suatu hi-
dup kenegaraan yang diatur menurut “prinsip-prinsip_ke-
benaran, hukum dan kasih”. Konperensi tahu, bahwa im-
plikasi praktis dari prinsip-prinsip itu hanya dapat dija-
barkan dalam situasi-situasi yang konkrit. Sungguhpun de-
mikian konperensi berpendapat, bahwa adalah tugas Ge-
reja-Gereja untuk — dalam keadaan apapun — mencipta-
kan dan memelihara semangat persaudaraan dan kasih, di-
siplin diri sendiri dan keadilan di antara bangsa-bangsa.
Pertanyaan
Apakah yang Gereja-Gereja lakukan menjelang pecahnya
perang dunia pertama ?
Tindakan-tindakan apakah yang Gereja-Gereja ambil se-
sudah itu ? ZL
Pokok-pokok apakah yang dibicarakan dalam konperensi
di Uppsala (1917) ?
Jelaskanlah pokok-pokok itu !a
13. GEREJA-GEREJA DALAM BAGIAN KED
DARI SEJARAH GERAKAN OIKUMENE
II
Penjelasan
Segera sesudah perang dunia pertama “Badan Sedunia un-
tuk persaudaraan internasional oleh Gereja-Gereja” (lih di atas!)
pada tahun 1919 bertemu dalam suatu konperensi di Oud Was-
senaar, dekat Den Haag (Belanda). Konperensi itu dihadiri oleh
utusan Gereja-Gereja dari 14 negeri. Utusan yang terbanyak
datang dari Amerika, Inggeris dan Jerman.. Gereja-Gereja di
Perancis hanya diwakili oleh dua orang utusan Methodis. Pe-
mimpin-pemimpin dari Gereja ”Reformed” di Perancis mem-
beritahukan kepada konperensi, bahwa mereka tidak mau ber-
temu dengan pemimpin-pemimpin ‘dari Gereja-Gereja di Jer-
man, selama pemimpin-pemimpin dari Gereja-Gereja di Jerman
itu belum mengakui kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang
Jerman dalam peperangan yang baru lalu, khususnya pelang-
garan, mereka terhadap netralitas Belgia. Banyak dari utusan-
utusan, yang hadir pada waktu ‘itu, adalah orang-orang yang
selama peperangan berlangsung, berusaha menciptakan saling-
pengertian antara mereka yang bermusuhan. Tetapi oleh pepe-
rangan dan oleh isolasi karena peperangan, antara mereka telah
timbul banyak salahpaham dan kecurigaan,
Sebagian besar dari konperensi di Oud Wassenaar diguna-
kan untuk membicarakan salahpaham-salahpaham dan kecuri-
gaan-kecurigaan itu, Dan untuk mengusahakan penyelesaian
dari pertentangan-pertentangan yang timbul dalam konperensi.
49Tentang beberapa hal usaha itu berhasil, sehingga dapat di-
mengerti, kalau separuh utusan menyebut konperensi di Oud
Wassenaar itu *konperensi perdamaian spiritual”. Selain daripada
hal-hal ini telah dibicarakan juga dalam konperensi itu rencana
untuk mendirikan suatu “Dewan Oikumene” yang dapat ber-
fungsi sebagai “hatinurani Kristen” untuk perdamaian dan un-
tuk suatu tata-sosial yang adil.
Catatan
Di tingkat nasional (dan internasional) peperangan — se-
perti yang nyata dari penjelasan di atas — telah menye-
babkan perpecahan antara Gereja-Gereja dari negeri-negeri
yang terlibat di dalamnya. Utusan-utusan dari Gereja-Ge-
reja di Perancis dan di Belgia menuntut dari utusan-utusan
dari Gereja-Gereja di Jerman, supaya mereka mengakui
kesalahan Jerman sebagai penyebab peperangan, seperti
yang dikatakan dalam Perjanjian Verseilles. Sebaliknya
utusan-utusan dari Gereja-Gereja di Jerman mendesak
utusan-utusan dari Gereja-Gereja di Perancis dan di Bel-
gia, supaya mereka berusaha merobah bagian-bagian dari
Perjanjian Verseilles, yang mereka (= utusan-utusan dari
Gereja-Gereja di Jerman) anggap tidak adil.
Tetapi kalau ditinjau dari sudut ”rohani” percakapan-per-
cakapan dalam konperensi di Oud Wassenaar itu telah
memberikan rasa-persekutuan yang mendalam kepada utus-
an-utusan yang hadir di situ. Mereka telah benar-benar
menghayati kesatuan mereka sebagai murid-murid dari satu
Tuhan.
Salah satu bukti dari apa yang dikatakan di atas ialah
reaksi utusan-utusan dari Gereja-Gereja di Jerman terha-
dap deklarasi prof. Monod (dari Perancis) yang disam-
paikannya kepada konperensi. Dalam deklarasi itu ia ka-takan, bahwa syarat untuk suatu pembaharuan dari per?
sekutuan dalam Badan Sedunia yang menghubungkan me-
reka ialahi : kesediaan utusan-utusan dari Gereja-Gereja. di
Jerman untuk paling kurang mengutuki pelanggaran ne-
tralitas Belgia (oleh Jerman) sebagai suatu perbuatan yang
secara ethis tidak dapat dibenarkan dan tidak bertanggung-
jawab. Deklarasi itu mula-mula menimbulkan ketegangan
yang akut dalam konperensi, Sungguhpun demikian utusan-
utusan dari Gereja-Gereja di Jerman menyetujuinya, ka-
rena deklarasi itu — menurut mereka — benar dan sesuai
dengan keyakinan mereka. Persetujuan ini — yang sangat
impressif — disambut dengan gembira oleh konperensi.
Selain daripada hal-hal di atas — dan .problema-problema
internasional, yang berhubung dengan penterapan yang ke-
tat dari hukum iaternasional — telah dibicarakan juga di
situ usul untuk mendirikan suatu *"Dewan Oikumene’ yang
akan membahas soal-soal religius, sosial dan ethis. Usul
jtu diintrodusir oleh uskup-agung Séderblom dengan meng-
gunakan ‘segala sesuatu yang telah dibicarakan dan dise-
tujui bersama sebeiumnya (= sebelum perang) sebagai ba-
han. Usul Séderblom itu disetujui dan untuk membahas-
nya secara lebih terperinci telah diputuskan untuk menye-
lenggarakan suatu konperensi di Geneva pada tahun 1920.
Pertanyaan
Pokok-pokok “apakah yang dibicarakan dalam konperensi
di Oud Wassenaar (Belanda) ?
Bagaimanakah suasana konperensi itu? Apa sebab demi-
kian ? :
Apakah yang diputuskan tentang Dewan Oikumene” -yang
diusulkan oleh Séderblom ?
Apakah tugas Dewan ?
51a EREJA-GEREJA DALAM BAGIAN KEDUA
‘ART SEJARAH GERAKAN OIKUMENE:
Tr
Penjelasan
Dalam konperensi di Geneva -(1920) diputuskan, bahwa -
untuk konperens; Dewan Oikumene yang akan membahas soal-
soal sosial, karitatif dan’ ethis — yang kemudian disebut ”De-
wan Oikumene untuk Hidup dan Pekerjaan” (= Life and
Work) — akan diundang juga utusan-utusan dari Gereja-Gere-
ja Orthodoks dan Gereja Katholik Roma, Hal itu. dilakukan.
Tetapi undangan itu tidak dijawab oleh Gereja Katholik Roma.
Sikap ini ditafsirkan oleh Panitia Penyelenggara sebagai ”ja-
waban” Gereja itu atas undangan mereka : jawaban yang me-
ngatakan, bahwa ia tidak mau menghadiri konperensi interna-
sional itu. Darj Gereja-Gereja-Orthodoks Panitia Penyelenggara
menerima_berita yang lebih menggembirakan.
Sesuai dengan rencana, konperensi itu diadakan di Stock-
holm (Swedia) pada tahun 1925. Pokok-pokok yeng dibicara-
kan di situ ialah al. : industrialisasi, pengangguran, kriminali-
tas, pendidikan dan hubungan internasional. Sesuai dengan itu
Nathan Séderblom — dalam pidato pembukaannya — mene-
gaskan, bahwa dalam konperensi itu tidak akan dibicarakan
soal-soal iman dan tata-gereja. Maksud utama dari konperensi
di Stockholm — yang dihadiri oleh 600" utusan yang mewakili
Gereja-Gereja dari 37 negeri — ialah: bertukar pikiran ten-
52tang apakah yang Gereja-Gereja dapat lakukan di bidang so-
sial dan karitatif sebagai kesaksian (= demonstrasi) dari karya-
penyelamatan Allah, Tentang ‘hal itu -dipersiapkan beberapa.
makalah — tetapi tanpa diskusi — mengenai: kemanusiaan
Allah dan kewajiban Gereja.
Sungguhpun demikian pimpinan konperensi tidak dapat
menghindarkan, bahwa soal iman juga disinggung dalam dis-
kusi-diskusi. Hal itu dilakukan oleh dua uskup yang mempunyai
pandangan yang saling bertentangan. Yang seorang mengajak
Gereja-Gereja untuk ”mendirikan Kerajaan Allah di dunia”,
Yang lain mengatakan, bahwa kita keliru kalau kita menyangka,
bahwa kita dapat mendirikan Kerajaan Allah di dunia”, Te-
tapi oleh pimpinan yang bijaksana dari Séderblom konperensi
akhirnya dapat ditutup dengan baik.
Harapan Séderblom ialah, supaya oleh keriasama di bi-
dang sosial dan karitatif Gereja-Gereja akhirnya tiba ke-
pada kesatuan. Sesuai dengan itu: diputuskan oleh konpe-
rensi untuk mendirikan suatu Lembaga Sosial yang bersifat
ilmiah dan internasional, dengan: tugas’: mengadakan
‘dan memberikan penerangan di bidang sosial (Lembaga .
ini didirikan pada tahun 1926 di Geneva, kemudian di
bawah pimpinan Adolf Keller).
Dalam Konperensi di Edinburgh (1910) — sepérti yang
telah kita katakan sebeluninya — telah disinggung juga kebu-
tuhan untuk membicarakan soal iman. dan tatagereja dalam
suatu pertemuan khusus. Hal itu terutama ditekankan oleh uskup
Brent dari Amerika-Serikat. Menurut “keyakinannya kesatuan
umat Kristen hanya dapat dicapai oleh pengertian ‘yang’ men-
dalam tentang keaneka-ragaman ajaran dari Gereja-Gereja. Apa
yang ia inginkan itu terjadi dalam konperensi. dari: Dewan
Oikumene untuk Iman dan Tatagereja” (= Faith and Order)
53a
wtusane pada tahun 1927, Konperensi itu dihadiri oleh 394
Pook (di antaranya 9 wanita) dari berbagai-bagai Gereja.
“Pokok yang dibicarakan dalam konperensi itu ialah:
| Seruan untuk bersatu,
erita Gereja kepada dunia (= Injil
Sifat Gereja, i
engakuan-iman bersama dari Gereja,
Pelayanan Gereja,
akramen,
Kesatuan umat Kristen dan hubungan Gereja-Gereja di
dalamnya.
Catatan
Pesan dari konperensi "Dewan Oikumene untuk Hidup dan
Pekerjaan” (= Life and Work) adalah satu-satunya do-
kumen resmi yang diumumkan. Pesan itu telah dipersiapkan
dengan teliti dan disusun secara berimbang, sehingga dapat
diterima oleh semua pihak. Ia al. memuat pengakuan ten-
tang kegagalan Gereja-Gereja dalam pekerjaan (= usaha)
Penunaian ‘tugas mereka, ia kuat menekankan kewajiban
Gereja-Gereja untuk menterapkan Berita Injil ’di segala
bidang kehidupan manusia — bidang industri, bidang so-
Sial, bidang politik dan bidang internasional” — tetapi
*membatasi missi Gereja”, dalam arti: "hanya merumus.
kan prinsip-prinsip saja” dan menyerahkan penterapan
Prinsip-prinsip itu kepada masing-masing pribadi dan per-
Sekutuan Kristen”.
— Laporan tentang ke-tujuh pokok yang dibicarakan dalam
konperensi "Dewan Oikumene untuk Iman dan Tatagere-
ja” (= Faith and Order) di Lausane itu diterima, tetapi
54dalam arti: untuk dipelajari lebih lanjut oleh suatu ko-
misi yang representatif dan hasilnya kemudian diteruskan
kepada Gereja-Gereja. Terutama tentang Japoran IV (=
pengakuan-iman bersama dari Gereja) dan laporan VII
(= kesatuan umat Kristen dan hubungan Gereja-Gereja
di dalamnya) terdapat banyak perbedaan pendapat.
Yang paling banyak ialah tentang laporan IV. Hal itu mu-
lai dengan usul seorang utusan dari Gereja Orthodoks,
supaya konperensi menerima Nicaenum (= pengakuan-
iman Nicea) sebagai pengakuan-iman resmi. Sebagai ja-
waban atas usul itu seorang Kongregasionalis juga meng-
usulkan, supaya ”barang-barang konu seperti Nicaenum
itu... baiklah dibersihkan dan dibuang saja”.. Perbedaan
pendapat ini telah terdapat dalam seksi, yang mempersiap-
kan laporan IV. Sebagian dari seksi itu hanya mau mene-
rima Kitab Suci sebagai satu-satunya sumber pengakuan-
iman. Sebagian lain sebaliknya hanya mau menerima peng-
akuan-iman-pengakuan-iman yang ada dan tidak mau ber-
kata-kata tentang pengakuan-iman baru.
Bukan itu saja. Juga dalam kelompok-kelompok itu Aasiir
terdapat perbedaan pendapat yang lain. Ada yang menga-
takan, bahwa yang dimaksudkan dengan Kitab Suci ialah
hanya Alkitab saja. Dan ada pula yang katakan, bahwa
yang dimaksudkan dengan Kitab Suci ialah Alkitab dan
Tradisi. 7
Perbedaan-perbedaan pendapat ini -— dan perbedaan-per-
bedaan pendapat lain yang timbul dalam konperensi_ —
tidak usah merisaukan. Malahan adalah wajar, kalau kita
ingat, bahwa konperensi ini adalah pertemuan pertama,
yang membicarakan soal-soal iman: soal-soal iman yang
telah berabad-abad Jamanya memisahkan Gereja-Gereja.
55Pertanyaan
Apakah maksudnya konperensi "Dewan Oikumene untuk
Hidup dan Pekerjaan (= Life and Work) yang diadakan
di Stockholm ?
Apakah maksud itu tercapai dalam konperensi itu ?
Pokok-pokok apakah yang dibicarakan dalam konperensi
*Dewan Oikumene untuk Iman dan Tatagereja” (= Faith
and Order) yang diselenggarakan di Lausanne ?
Apakah semua utusan mempunyai pendapat yang sama ten-
tang pokok-pokok itu ?
Dapatkah anda memberikan suatu contoh dari hal itu ?
Bagaimanakah Ppendapat anda tentang perbedaan-perbeda-
an pendapat yang terdapat antara utusan-utusan dalam
konperensi itu ?15. GEREJA-GEREJA DALAM BAGIAN KBD
DARI SEJARAH GERAKAN OIKUMENE
IV
Penjelasan
Perkembangan pekerjaan kedua *Dewan Oikumene” —
Life and Work dan Faith and Order — yang kita sebut dalam
penjelasan-penjelasan yang lalu, tidak dapat kita kemukakan
secara terperinci di sini. Kita membatasi diri pada apa yang
dikerjakan dalam konperensi-konperensi dari kedua Dewan itu.
Kita mulai dengan "Dewan Oikumene untuk Hidup dan
Pekerjaan” (= Life and Work). Konperensi kedua dari Dewan
Oikumene ini diadakan di. Oxford (Inggeris) pada tahun 1937.
Sesudah konperensi pertama di Stockholm Gereja-Gereja makin
sadar, bahwa salah satu dari problema-probiema yang paling
sulit pada waktu itu ialah hubungan antara ”Gereja, Bangsa
dan Negara”. Hal itu terutama disebabkan oleh munculnya
kuasa-kuasa totaliter di Rusia, di Italia dan di Jerman. Situasi
sosial’dan politik itu sangat mempengaruhi suasana konperensi
~ di Oxford. Karena itu suasana konperensi di Oxford sangat
berbeda dengan suasana konperensi di Stockholm.
Di pertengahan tahun duapuluhan, waktu konperensi di
Stockholm diadakan, orang —- terutama di Barat. — hidup
dalam keyakinan, bahwa dunia sedang berkembang ke arah
*perdamaian yang langgeng”. Tetapi dalam tahun tigapuluhan
keyakinan yang. opfimistis itu. makin berkurang. Konperensi di
Oxford '— seperti yang dikatakan dalam pesannya — *berlang-
57sung pada suatu waktu, di mana umat manusia hidup dalam
frustrasi dan ketakutan... dan dikelilingi oleh” problema-pro-
blema pelik yang tidak terpecahkan”. Di mana-mana orang
merasa, bahwa, suatu perang dunia yang baru akan segera
meletus. Tanda-tanda dari perang dunia yang baru itu telah
kelihatan di Cina dan di Spanyol. Dengan kuat seorang utusan
dari Gereja-Gereja di Cina meminta perhatian konperensi ter-
hadap situasi yang tragis di negerinya, di mana satu setengah
juta orang Kristen *sedang menghadapi ancaman dari suatu
perjuangan raksasa, yang dapat menentukan sejarah, kemerde-
kaan, ‘bahkan eksistensi_ mereka”.
Konperen’ Oxford ini —- yang dihadiri oleh 300 utusan
resmi dari 120 Gereja dan Persekutuan Kristen — mungkin
dapat kita cirikan sebagai suatu konperensi studi oikumenis
dalam skala mondial. Sidang-sidang pleno dalarh minggu per-
tama digunakan untuk mendengarkan ceramah-ceramah, yang
memberikan gambaran yang saling melengkapi tentang situasi
dunia pada waktu itu dan tentang tugas Gereja di situ. Untuk
memungkinkan suatu diskusi- yang baik, para utusan dan pe-
ninjau konperensi dibagi dalam lima. seksi, yang membahas
pokok-pokok yang berikut :
Gereja dan masyarakat;
Gereja dan negara,
Gereja, masyarakat dan negara dalam hubungannya de-
ngan tata-ekonomi,
Gereja, masyarakat dan negara dalam hubungannya dey
ngan pendidikan, :
Gereja yang universal dan dunia bangsa-bangsa.
Pada tahun yang sama — tahun 1937 — "Dewan Oiku-
mene untuk Iman dan Tatagereja” (= Faith and Order) me-
ngadakan konperensinya yang kedua di Edinburgh (Skotlandia).
58