Anda di halaman 1dari 88
Is i. Prakata z "|. Oikumene / °2, Gerakan oikumene 7 ie 3. Kesatnan dan iman Kristen 12 Kesatuan dan ajaran yang benay 5. Kesattan dan keaneka-ragaman 6. Resatuan dan perpecahan 2 Gerakan cikumene pada waktw ini 8. Bagian pertama dari sejarah gerakan oikwmene 0 9 Sending dalam bagian pertama dari sejaraly gerakan oikumene 7 92 10. Gereja-Gereja dalam bagian pertama dari se £ rakan vikumenc 26 V1. Sendir dalam bagian kedua dari sejarali oikumenc 1 12. Gereja-gereja dalam bagian kedua dari ge rakan oikumene (35 7 1 13. Gereja-Gereja dalam agian kedua dari se rakan oikwmene (11) sotto 14. Gereja-Gereja dalam bagian kedua dari sejarah ge rakan oikumene (111) : 15. Gereja-gereja dalam bagian rakan oikumene (TV) & Reneana perbentukan Dew an Gere} a- Gere} ja 7 edua dari se. dedunia 52 17. Dewan Gereja-Gereja ‘Sedunia dalam proses pemben- tukan (1) 67 18. Dewan Gereja- -Gereja Sedunis pemben- tukan (11) 4 1¥ Pengresmian Dewan Gereja- Gereja Sedunia 80 2 <) Apa itu Dewan Gereja- -Gereja Sedunia ? 87 1. OIKUMENE Penjelasan Kata “oikumene” adalah kata Yunani yang mengandung arti "dunia yang didiami”, Atau lebih presis *seluruh dunia yang didiami”, khususnya “dunia yang beradab”, menurut ukur- an Yunani-Romawi pada waktu dahulu. Sesuai dengan itu kata ini juga dipakai sebagai sinonim dari *Kerajaan Romawi”. Kata “oikumene” dipakai juga dalam Perjanjian Baru. Umpamanya dalam Lukas 2:1, di mana kita membaca tentang sensus yang dititahkan oleh kaisar Agustus supaya "mendaftar- kan orang di seluruh oikumene” (= di seluruh dunia), Pada waktu ita orang belum tahu, bahwa dunia jauh lebih besar daripada Kerajaan Romawi, Suatu nas lain, yang berkata-k tentang “oikumene” jalah Kjsah Para Rasul 17:6. Di situ di- katakan, bahwa orang-orang Kristen dipersalahkan karena me- reka mengacaukan "seluruh oikumene” (= Maksudnya seluruh dunia). scluruh Kerajaan Romawi. Dalam Perjanjian Baru kata “oikumene” juga telah dipakai untuk menyatakan tugas pekabaran-injil yang mencakup seluruh dunia : "Injil K Allah akan diberitakan di seluruh oikumene ( jaan = di sclurah du- nia) sebagai kesaksian bagi semua bangsa” (Mat 24:14). Kemudian pemakaian kata “oikumene” dihubungkan de- ngan "keseluruhan Gereja” : konsili-konsili atau sinode-sinode Gereja disebut *konsili-konsili oikumenis” atau sinode-sinode cikumenis”. Maksud Gereja dengan sebutan itu ialah hendak mengatakin, bahwa konsili-konsili atau sinode-sinode itu — yang diadakan atas perintah kaisar -~ bukan hanya dihadiri oleh uski ip-u up dari satu provinsi atau dacrah (= wilayah) saja, tetapi dari seluruh Kerajaan Romawi. Kata-sifat “oikumenis di sini ber rti: mencakup seluruh dunia, yaitu seluruh dunia vane dikenal pada waktu itu, dan seluruh Gereja. 8 Catatan Ii atas kita katakan, bahwa sesudah zaman Perjanjian Baru kata “oikumene” dihubungkan dengan keseluruhan Gereja. Hal itu secara resmi terjadi pada tahurt 381, ketika konsili Konstantinopel berkata-kata tentang “konsili oiku- menis” di Nicea, yang diadakan pada tahun 325. Konsili- konsili yang dikadiri oleh semua uskup ka — atas perintah~ ar discbut “konsili-konsili oikumenis”. Dalam abad ke-VI pemakaian kata “oikumene” memain- kan peranan‘penting dalam konflik antara Roma dan Kon- stantinopcl. Raiark Konstantindpel — sebagai patriark dari ibukota ys Kerajaan (3 ( “patriark oikunienis Tal oikumene}).— menyebut dirinya Mal itv tidak mau diterima oleh paus Gregorius Agung dari Roma, karena sebutan itu — me- nurut dia —- mengandung ‘pretensi_universal. ngandung ‘pt Dalam sejarah Gereja Lama BasttinsAgiing, Gr gorius dari Nazianze dan Yohannes Chrisostomus disebut : pengajar- pengajar oikumenis®, karena karya-karya mereka dianggap normatif bagi seluruh Gereja. Dan seperti kita tahu dalam “Formula Concordiae” (1577) pengakuan-iman Nicea dan disebut *simbol-simbol” ( oikumenis”, pengakuan-iman rasuli, pengakuan-iman Athanasius pengakuan-pengakuan iman) karena ketiganya diterima dan disahkan oleh seluruh Gereja (dalam konsili-konsili. oikumenis). Dalam abad ke-XIXN dan abad_ke-X mendapat_arti_ lain. Untuk menyatakan tugas injil_dari_Gereja, berkata-kata tentan; jalan dengan ita kata “oikumene™ vitas-aktivitas yang bermaksud unt mempers kata “oikumene™ pekabaran- juga dipakai untuk akti- uk menghubungkan (= tukan) Kembali Gereja-Gereja Tuhan yang telah terpecah-pecah, Akhimya kata “oikumene” jug sikap yang lahir dari Kesadaran tentang kesatuan Gereja Tuhan dan keinginan untuk menampakkan kesatuan itu di dudacTe- tapi selalu dalam Keyakinan, bahwa kesatuan din barulah merupakan kesatuan yang benar, kalau kan dengan ( a_dipakai_untuk i erat dikubung- dinyatakan dalam) kesaksian dan pelayan- an hersama dari Gereja-Gereja. Sesuai denean itu Yollea. mene” pada waktw ini lebih banyak dipskai dalam arti - seluruh Gereja untuk seluruh dunia, Pertanyaan Apa artinya kata “oikumenc” ? Dalan Perjanjian Baru kata "oikumene” juga dipakai. Apa artinya kata itu di situ ? Apa yang dimaksndkan dengan sinode oikumenis ? Dan apakah pula yang oikumenis ? Dalant arti apa konsili-konsili atau sinode- dimaksudkan dengan simbol-simbol oikumene” dipakai pada waktw ini? q GERAKAN OILKUMENE Penjelasan Gerakan oikumene — seperti yang telah kita katakan da- fam penjelasan yang lalu — ialah gerakan yang bukan saja berusaha untuk menghubungkan (= mempersatukan) kembali Gereja-Gereja Tuhan yang terpecah-pecah pada waktu ini, te- tapi yang juga membantu Gereja-Gereja yang terpecah-pecah ita untuk menampakkan kesatuan mereka dalam hidup dan pelayanan mereka, agar kesaksian mercka dapat dipercayz orang. Kesatuan inilah — seperti yang nyata dalam Yohanes 17 -— yang didoakan Yesus kepada BapaNya : bukan kesatuan Jahiriah dan bukan juga kesatuan organisatoris, tetapi kesatuan seperti yang ada antara Anak dan Bapa, “supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku” (ayat 21), Kesatuan Ge- reja dan pengutusan Gereja crat berhubungan, tidak dapat di- pisah-pisahkan. Catatan Usaha gerakan oikumene, seperti yang kita jelaskan di alas, sebenarnya telah mulai dari dahulu, khususnya_ sesudal: terjadi perpecahan dalam tubuh -Gereja. ~~ Perpecahan pertama terjadi pada tahun 1054 antara Ge- reja Barat dan Gereja Timur, Perpecahan ini kemudian —~ dalam abad ke-XVI --- diikuti oleh perpecahan-perpe- lO j cahan lain! Para reformator memang mula-mula tidak mau inendirikan Gereja-Gereja lain, tetapi hanya mau mem- baharui Gereja yang ada. Tetapi karena kebenaran, yang mereka pertahankan, perpecahan tidak dapat dielakkan, bukan saja dengan Gereja Katholik Roma, tetapi juga di antara pengikut-pengikut reformasi. Para reformator sadar, bahwa perpecahan itu tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Karena itu berulang-ulang me- rcka dan pemimpin-pemimpin lain pada waktu itu — se- perti Cranmer (Inggeris), Calvin (Swis), Melanchton (Jer- an), Hugo de Groot (Belanda) — menjalankan usaha untuk mempersatukan kembali Gereja yang terpecah-pecal atu. Usaha-usaha ini kemudian dilanjutkan oleh tokoh-tokoh dan pemimpin-pemimpin lain. Terutama dalam abad ke- XIN dan abad ke-XX gerakan oikumene benar-benar ter- sebar di seluruh dunia. Pertanyaan Avakah itu ”gerakan oikumene” ? 4 Apakah maksud atau tujuan gerakan itu? Bilamana gerakan oikumene mulai? + Avakah maksud para reformator dengan pekerjaan pem- baharuan mereka ? Bagaimanakah sikap mereka terhadap perpecahan Gereja ? 3. KESATUAN DAN IMAN KRISTEN Penjelasan Dalam penjelasan yang lalu kita katakan, bahwa tujuan gerakan oikumene ialah : ber ha. menghubungkan (= mem- persatukan) kembali Gereja- “Gereja Tuhan yang terpeeah-pecah pada waktu ini dan membantu Gereja-Gereja yang terpecah- pecah itu untuk menampakkan kesatuan mereka dalam hidup dan pelayanan mereka. Berhubung dengan itu mungkin kita bertanya : Apakah usaha untuk menampakkan .kesatuan Gereja ada hubungannya dengan iman kita ? Atas pertanyaan ini rasul Paulus menjawab : Ya! Malahan lebih daripada itu. Usaha itu, menurut dia, adalah suatu unsur aki dari iman Kristen. Sebab kesatuan — maksudnya : ke- satuan dalam Yesus Kristus — bukan saja adalah suatu pem- berian Allah kepada GerejaNya — "satu Tuhan, satu iman, satu baptisan” (Ef 4:5) — tetapi juga suatu tugas yang harus ia tunaikan : *Berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai-sejahtera” (Efs 4:3). Sama seperti kita, dalam hidup kepercayaan kita, harus bertumbuh dari panggilan kita kepada pemenuhan panggilan kita, demikian pula kita sebagai Gereja harus bertumbuh dari kesatuan kita dalam Kristus kepada kesatuan yang nampak : bukan saja nampak di antara kita (= nampak di dalam), tetapi juga nampak kepada orang-orang lain (= nampak ke luar). Hanya dengan jalan itu saja orang dapat percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat yang diutus oleh Allah. - 12 Karena itu usaha oikumene — yaitu usaha untuk menam- pakkan kesatuan Gereja-Gereja yang terpecah-pecah — bukan saja usaha dari pemimpin-pemimpin Gereja dan dari ”tokoh- tokoh oikumene”, tetapi dari semua anggota Gereja sebagai akta ketaatan mereka kepada Kristus, Tuhan Gereja. Catatan -- Dalam surat Efesus rasul Paulus sangat kuat mengaksen- tuir kesatuan dalam Kristus. Kesatuan dalam Kristus ada- lah pemberian Allah. Karena itu kesatuan dalam Kristus tidak bisa rusak atau musnah, di mana dan bagaimanapun anggota-anggota Gereja berkumpul. -- Pada zaman Perjanjian Baru anggota-anggota Gereja ting- gal terpisah-pisah : di rumah-rumah (bnd Rm 16:5; 1 Kor 16:19; Kol 4:15), di kota-kota (a.l. di Yerusalem, di Ko- rintus, di Efesus, di Filipi, di Tesalonika) dan di daerah- daerah atau wilayah-wilayah (ump di Galatia, di Mcka- donia dan di Yudea). Tetapi hal itu — menurut rasul Paulus — tidak merusak atau meruisrahban kesatuan Ge- Sebab yang menghubungkan (= mempersatukan) Gereja-Gereja di berbagai-bagai tempat itu bukan perta- ma-tama organisasinya atau pimpinannya atau tataibadah- nya, tetapi Roh yang satu, Tuhan yang satu, Bapa yang satu, harapan yang satu, iman yang satu dan baptisan yang satu (Ef 4:3-6), Organisasi Gereja, pimpinan Gereja, tataibadah Gereja me- mang penting. Tetapi hal-hal itu bersifat sementara. Ka- rena itu kesatuan Gereja tidak bisa kita bangun di atas- “nya. Kita tidak bisa menggunakannya sebagai norma bagi penunaian tugas kita yang kita sebutkan di atas. Menurut rasul Paulus kesatuan Gereja hanya dijamin oleh kebenaran yang ‘atu itu, yang diberitakan kepada dan yang diper- 13 : ri oleh anggota-anggota Gereja. Kesatuan jtu diciptakan dan dipelihara oleh “ikatan damai-se} (Ef 4:3). Hanya di dalam Allah sendiri dan di dalam karyaNya terletak kesatuan Gereja. Allah hanya imemilih menciptakan) satu umat dan memelihara satu umat, yaitu umat yang Ta kasihi, Dan umatNya ini Ia tempatkan di berbagai-bagai tempat: di Yerusalem, di Roma, di Efe- sus, di Jerman, di Belanda, di Amerika, di Indonesia, di India, dan di tempat-tempat lain. hanya htera’™” Bangsa-bangsa, suku-suku, bahasa-bahasa, tradisi-tradisi, dan lainelain, dapat berfungsi sebagai tembok yang. memisah- kan manusia dengan manusia. Tetapi umat Allah tidak dapat dipisah-pisahkan oleh kuasa apapun di. dunia ini. Kita dapat membentuk partai-partai atau kelompok-kelom- pok dalam Gereja dan dengan itu kita — sadar atau tidak sadar —- “mendukacitakan Roh Allah” (Ef 4:30), Kita dapat membuat Gereja menjadi Gereja yang tidur atau Gereja yang mati (Ef 5:14). Tetapi kita tidak dapat meng- halang-halangi Roh Kudus untuk menyaksikan Tuhan yang satu, “tubuh” (= umat Allah) yang satu dan harapan yang satu itu kepada semua orang. Karena itu rasul Paulus menasihatkan kita, supaya ganti *mendukacitakan Roh Allah”, kita *memelihara kesatuan Roh oleh ikatan da- mai-sejahtera”. Hal ini berarti, bahwa kita tidak dapat saling melepaskan. Pengetahuan akan hal ini — yaitu akan kesatuan Gereja sebagai suatu pemberian Allah yang tidak dapat dimus- nahkan oleh kuasa apapun di dunia ini -- adalah suatu sumber yang kokoh dan kaya (= limpah) dari harapan kita: ia bukan saja memberikan kepada kita dorongan untuk berusaha menampakkan kesatuan kita, tetani juga kesediaan dan ketekunan untuk berjuang, menderita dan berharap baginya. Pertanyaan Apakah usaha untuk menampakkan kesatuan Gereja mem- punyai hubungan dengan iman Kristen ? Bagaimanakah rasul Paulus menjelaskan hubungan itu ? Dapatkah kesatuan Gereja kita musnahkan ? Dan bagaimanakah dengan polarisasi-polarisasi dan perten- tangan-pertentangan yang ada dalam Gereja-Gereja kita? Apakah artinya semuanya itu bagi kita ? se 4, KESATUAN DAN AJARAN YANG BENAR Penjelasan Tadi — dalam penjelasan di atas — telah kita dengar, bahwa usaha_untuk_menampakkan kesatuan Gereja adalah sua- tu unsur hakiki dari iman Kristen, Tetapi hal itu mungkin belum begitu jelas bagi kita. Kita akui, bahwa kesatuan Gereja penting. Tetapi bagaimanakah hubungannya dengan ajaran yang. benar? Apakah ia lebih penting daripada ajaran yang benar atau sebaliknya ? Dalam doa Yesus — yang telah kita singgung sebelumnya — kita membaca, bahwa Ia bukan saja-berkata-kata tentang kesatuan dan pengutusan Gereja, tetapi juga tentang ciri-ciri dan norma-norma lain, yang menentukan ke a di dunia, yaitu_kebenaran, pengudusan dan kasih, seperti yang terdapat dalam Yohanes 17:17-237~ a ”Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firmanMu ada- Jah kebenaran. Sama seperti Engkau telah: mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus me- reka ke dalam dunia. Dan Aku menguduskan diriKu bagi mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran. Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang yang percaya kepadaKu oleh pembe- ritaan mereka, supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku, Dan 16 Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu : Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku, supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku”. Hal-hal ini — yaitu -kesatuan, pengutusan, kebenaran, pengudusan dan kasih — tidak dapat kita pisah-pisahkan satu dari yang lain : kesatuan bukan saja erat berhubungan dengan pengutusan, kesatuan juga erat berhubungan dengan kebenaran, dengan pengudusan dan dengan kasih. Karena itu tugas gerakan oikumene ialah bukan saja membangunkdén Gereja-Gereja un- tuk berusaha menampakkan kesatuan mereka, tetapi juga un tuk berusasa membaharui diri mereka dalam pengakuan, ke- hidupan dan pelayanan mereka. i Oe Catatan -~ Kesatuan murid-muridNya, yang Yesus mintakan dalam doaNya kepada BapaNya, ialah kesatuan yang sama de- ngan kesatuan antara Bapa dan Anak: ”...... supaya me- reka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita” (Yoh 17:21). Kesatuan itu adalah kesatuan dalam distansi: Bapa tetap adalah Bapa dan Anak tetap adalah Anak. Kesatuan antara Anak dan Rapa adalah kesatuan yang menyatakan_dirinya dalam ketaatan nya Anak tidak dapat mengeijakan sesuatu dari diriNya sendiri, jikalau’ Ia tidak melihat Bapa mengerjakannya. Sebab apa ‘yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak, Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan 17 kepadaNya segala sesuatu yang dikerjakanNya sendirj” (Yoh 5:19 dyb). Demikianlah pula halnya dengan kesatuan Gereja. Kesa- tuan itu juga adalah kesatuan dalam distansi : anggota- anggota Gereja tidak cair menjadi satu dengan Bapa dan Anak. Mereka adalah satu dengan Bapa dan Anak, kalau dan seberapa jauh mereka melakukan apa yang Bapa dan Anak perintahkan kepada mereka (bnd 1 Yoh 1:3). Dan perintah itu ialah; *Hendaklah kamu saling mengasihi, “sama seperti Aku telah mengasihi kamu” (Yoh 13:34; bnd Yoh 15:12). Yang diutamakan di sini bukanlah kasih, te-/ | tapi dasar yang riil dari kasih itu: ‘sama seperti Yesus berada untuk mereka, demikianlah pula mereka harus ber- \ ada seorang untuk yang lain. = Selain dengan pengutusan, kesatuan ini dalam doa Yesus — seperti yang telah kita dengar — dihubungkan juga dengan kebenaran, pengudusan dan kasih. Dalam ayat 8 dan 14 Yesus katakan, bahwa “kebenaran” ialah firman, yang Ia sampaiken kepada murid-muridNya. Firman itu harus mereka beritakan, supaya dunia percaya, bahwa Ta telah diutus oleh BapaNya. Itu tugas mereka. Karena itu \ Ia *menguduskan” mereka dan mengutus mereka ke dalam dunia. Untuk penunaian tugas itu Ia meminta kepada Ba- | paNya, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Ia dan BapaNya.adalah satu” (ayat 11 dan 21), Antara Bapa dan Anak ada suatu persekutuan yang erat. Dalam per- sekutuan yang erat itu murid-murid juga diikutsertakan : “agar mereka juga di dalam Kita”, Maksud kesatuan ini \ ialah, “supaya dunia percaya”, bahwa Yesus telah diutus oleh Allah. — Dalam doa Yesus kesatuan ini masih lebih luas dijabarkan, Yesus berjanji kepada murid-muridNya, bahwa’ mereka akan. melakukan: pekerjaan-pekerjaan yang sama_ seperti 18 ‘. “te, a? pekerjaan-pekerjaan yang Ia lakukan. Malahan lebih besar daripada itu (Yoh 14:12), Untuk itu Ia memberikan ke- pada mereka “kemuliaan”, artinya kuasa untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan itu. Pekerjaan-pekerjaan Yesus akan berlaku lagi (dalam pekerjaan-pekerjaan mereka). Juga dalam pekerjaan-pekerjaan itu akan nyata kesatuan antara Bapa, Anak dan murid-muridNya. Yang penting di situ ialah bukan-saja bahwa dunia — oleh kesatuan itu — mengakui, bahwa Allah telah mengutus Yesus, tetapi juga bahwa Allah ‘telah mengasihi murid-murid, sama seperti Ta telah mengasihi Yesus (ayat 23), Pertanyaan Bagaimanakah hubungan antara kesatuan Gereja dan ajar- an yang benar ? Bagaimanakah kesatuan itu Yesus tempatkan dalam doa- Nya ? - Bagaimanakah hubungan antara Bapa dan Anak ? Bagaimanakah caranya murid-murid menjadi satu dengan Bapa dan Anak ? Untuk. itu apakah yang Yesus janjikan kepada mereka ? 19 Penjelasan Kalau’ kita membaca Perjanjian Baru dengan teliti nyata, bahwa kesatuan yang penuh atau "yang ideal” — seperti yang kita jelaskan di atas — tidak pernah ada pada waktu rasul- rasul. Dan juga tidak permah ada kemudian dalam Gereja Purba. Yang ada hanya "struktur-struktur dasar” yang tertentu dalam_hidup dan pelayanan_Gerejaf seperti : pertemuan, ibadah) Jemaat pada waktu-waktu yang tertentu, khususnya pada hari Mingeu, penguiusan anggota-anggota_Jemaat , untuk memberitakan Firman Allah (dengan perkataan dan perbuatan) kepada segal: i ai dun ia, pengaturan (= penataan). hi- dup_dan pelayanan_Jemaai aturan “(= penataan) jabatan- jabatan_gerejawi, dan lain-lain. - Gereja memang mula-mula adalah satu, tetapi-Gereja_yang satu iti Kemudian_tersebar “ke-vanactpana-di-dunia dan.menya- takai n) diri_dalam_*Gereja-Gereja_lokal” di Roma;-di-Korimtus; “di Efesus, di Kolose, dan di tempat- tempat lain di Eropa, di Asia, di Amerika, di Afrika dan di Australia, masing-masing dalam situasi dan dengan si sendiri. Sesuai dengan itu — maksud~kita Tegan Situasi_dan sejarah mereka yang tidal: san sama — maka st Seraktur-steuktur_da- sar_di 1i_hidup—das—pelayanan_mereka”~jiga tidak sama: ber beda-beda. Ata mungkin lebih_baik :_beraneka-ragam. . _mungkin or \ jarahnya— Catatan Situasi Gereja-Gereja — seperti yang kita jelaskan.di atas — tidak usah merisaukan kita. Hal itu tidak dibuat juga oleh gerakan oikumene. Bukan saja karena ia mengakui, bahwa perbedaan — atau keaneka-ragaman — struktur- struktur dasar dari hidup dan pelayanan Gereja-gereja ada- lah suatu konsekwensi yang wajar dari perkembangan geo- graphis dan historis mereka, tetapi juga karena ia tahu, bahwa perbedaan itu disebabkan oleh keaneka-ragaman kharisma ‘Yang mereka peroleh dari 4 Ic (2; Ef 4). — Keaneka-ragaman itu — maksudnya: keaneka-ragaman kharisma yang Geréja-Gereja peroleh dari Tuhan Gereja untuk -hidup dan pelayanan mereka di dunia — tidak dianggap oleh gerakan oikumene sebagai suatu ‘~ “Fubar Gereja pemahaman tentang keselamatan atau penebus- benaran it (ampamanya 23 an, pemahaman tentang pembenaran, pemahaman tentang pe- ngudusan, pemahaman tentang Gereja, pemahaman tentang sakramen, dan lain-lain). Perpecahan-perpecahan ini — sekalipun tidak seluruhnya luput dari faktor-faktor lain, seperti keadaan sosial dan politik, di mana Gereja hidup dan melayani, perbedaan bahasa yang digunakan oleh anggota-anggota Gereja, pertentangan di bidang adat dan kebudayaan, dan lain-lain — biasanya turut disebab- kan oleh salah-paham (jug2 di bidang ajaran), oleh ketidak- sabaran (dari pemimpin-pemimpinnya), oleh keterbatasan pe- ngetahuan (dari anggota-anggotanya), dan lain-lain. Catatan, —- Dalam sejarah Gereja kita membaca, bahwa tidak semua perpecahan disebabkan oleh hal-hal yang prinsipiil. Ada juga perpecahan. Gereja yang disebabkan oleh hal-hal yang tidak prinsipiil. Perpecahan-perpecahan seperti ini umum- nya mudah diatasi. Salah satu contoh dari hal ini ialah Gereja-Gereja di Amerika-Utara. Gereja-Gereja dari kon- fessi yang sama di situ, yang tadinya hidup te:pisah-pisah — hanya karena soal keturunan (=- bangsa) dan bahasa — sekarang berkumpul (= bergabung) kembali sebagai satu Gereja. — Yang sulit ialah perpecahan-perpecahan yang disebabkan oleh pemahaman yang berbeda tentang kebénaran (= ke- benaran injili). Umumnya_Gereja-Gereja_yang b an tidak mudah Kita hubungkan (= persatukan) i mempertahankan pendirian mereka. Sungguhpun demikian kita tidak boleh lekas putus asa dan karena itu berher Kita tidak boleh lupa, bahwa juga perpecahan-perpecahan ini tidak seluruhnya luput dari kekhil: idak-tahuan_ dan ketidak-sabaran _manusia. — Tug menghubungkan. (= mempersatukan)—kem- 24 bali Gereja-Gereja yang terpecah-pecah adalah tugas kita semua, khususnya-tugas gerakan oikumene. Apa yang ge- rakan ini telah capai dan apa yang ia pada waktu ini sedang kerjakan di berbagai-bagai tempat di dunia ini, ha- rus merupakan dorongan bagi kita untuk tetap berusaha dan tetap setia menunaikan tugas kita yang sukar co berat itu. Sementara itu kita harus waspada terhadap on yang selalu mengancam usaha-usaha yang demikian, yaitu ke- inginan untuk lekas-lekas melihat (= ”memetik”) “hasil- nya. Keinginan ‘yang demikian adalah manusiawi dan ka- rena itu dapat kita pahami. Sungguhpun demikian kita harus menjaga, supaya keinginan itu jangan sampai ‘ber- tentangan dengan rencana Allah: hanya Dia yang n menge- tahui, bilamana dan bagaimana_caranya kesatuan Gereja harus diwajudkantor tidak berarti, bahwa Kita tidak boleh ai_kéinginan dan rencana. Tetapi keinginan- ke) ingiman dan rencana-rencana kita itu harus terus-menerus kita letakkan —-dalam doa — di bawah kehendak Alalh._/ Pertanyaan ’ Mengapa perpecahan selalu mempunyai akibat yang buruk bagi Gereja ? Sungguhpun demikian mengapakah perpecahan Gereja ka- dang-kadang tidak dapat kita cegah ? Apakah semua perpecahan disebabkan oleh hal-hal yang prinsipiil ? Bagaimanakah hendaknya sikap kita ‘terhadap perpecahan Gereja ? Dan bagaimanakah caranya kita harus menuaikan tugas kita sebagai orang-orang yang merasa terpanggil untuk mempersatukan kembali Gereja-Gereja ‘itu ? iS) a RAKAN OIKUMENE PADA WAKTU INI Penjelasan Waktu kita membahas gerakan oikumene — pada permu- Jaan karangan ini — kita katakan, bahwa gerakan oikumene sebenarnya telah mulai dari dahulu, khususnya sesudah terjadi perpecahan dalam tubuh Gereja, Yang kita maksudkan dengan perkataan ini bukanlah hendak mengatakan, bahwa gerakan oikumene dalam arti modern — yaitu sebagai gerakan dari Gereja-Gereja — telah mnulai dari dahulu. Bukan ! Karena Gereja-Gereja — seperti yang nyata dari sejarah mereka — tidak selalu prihatin terhadap perpecahan mereka dan karena itu mereka juga tidak selalu mau mengikuti seruan untuk ber- satu kembali, 3 Kenyataan ini menyewhixan ; Sungguhpun demikian kita tidak boleh menyangka, bahwa — karena itu — dalam Gereja- Gereja sama-sekali tidak ada kesadaran lagi tentang kesatuan Gereja. Sejak dabulu — seperti yang telah kita jelaskan dalam catatan-catatan kita sebelumnya — ‘selalu at anggota dari Gereja-Gereja dan dari konfessi-konfessi, yang oleh doa dan pe- kerjaan mereka berusaha untuk mengakhiri perpecahan-perpe- cahan Gereja. Tetapi baru pada waktu ini — dalam abad ke- XX ini — lahir dari usaha mereka suatu gerakan yang dalam pekerjaannya mencakup hampir semua Gereja di dunia: ge- yakan oikumene. Mungkin penting kita mengetahui, bahwa lahirnya gerak- an oikumene bukan saja disebabkan oleh kesadaran yang 26 kita sebutkan di atas, tetapi juga oleh kesadaran tentang adanya hal-hal lain yang sangat besar pengaruhnya atas Gereja-Gereja, umpamanya kapitalisme, kemiskinan dan penderitaan yang disebabkan oleh kapitalisme, tugas-tugas yang berat dan banyak yang tidak dapat ditunaikan oleh Gereja-Gereja secara sendiri-sendiri, kesulitan pekerjaan pekabaran-injil di daerah-daerah sending karena perpecah- an Gereja-Gereja, dan Jain-lain. Sejarah gerakan oikumene biasanya dibagi atas tiga bagian. Pertama: bagian yang dianggap~sebagai~pra-seiarah_gerakan oikumene (dari pertengahan abad ke-XIX sampai perang du- nia pertama). Kedua: bagian yang mencakup konperensi-kon- perensi sedunia pertama dari Gereja-Gereja dalam abad ini. Dan ketiga: bagian yang mulai dengan berdirinya Dewan Ge- reja-Gereja Sedunia (D.G.D.). Catatan -- Di atas kita katakan, bahwa lahirnya gerakan oikumene bukan saja disebabkan oleh kesadaran tentang kesatuan Ge- tetapi juga oleh kesadaran tentang adanya ~hal-hal pengaruhnya atas Gereja-Geréja. Sebagai contoh dari hal“itu kita di situ al. menyebut ke- miskinan dan penderitaan yang ditimbulkan oleh _kapitalis- me. Kemiskinan dan penderitaan itu sebenarnya telah lama Gereja-Gereja lihat. Mereka juga tahu, bahwa jutaan orang — terutama kaum buruh — pada waktu itu hidup dalam ke- adaan yang sangat menyedihkan. Tetapi mereka tidak menghiraukannya. Karena itu berbondong. -bondong orang keluar dari Gereja. Baru kemudian hal ini mereka sadari dan akui sebagai suatu kesalahan. 27 — Selain daripada kemiskinan dan penderitaan kita juga me- ~bahwa._ hai nyebut kesulitan yang dialami oleh pekerjaan -pekabaran- injil di daerah-daerah sending karena perpecahan Gereja- Gereja. Hal itu terutama terjadi di Asia, di mana terdapat jutaan penganut-penganut dari “agama-agama dunia” : aga- ma Islam, agama Hindu dan agama Budha. Di situ pem- beritaan Sending banyak sekali mendapat tantangan, Juga hal ini baru kemudian disadari oleh Gereja-Gereja. Oleh Ppengalaman-pengalaman_ ini mereka makin yakin, da perobahan dalam Hidup dan=petayanan enunaikan tugas méreka de- harus melakukannya bersama-sama. Keyakinan lah yang telah memimpin mereka kepada kerjasama oikut nenis, yang akan kita bicarakan dalam catatan-catatan yang berikut. Pertanyaan Apakah kesadaran tentang kesatuan Gereja baru timbul pada waktu ini? Hal-hal apakah yang telah memimpin Gereja-Gereja kepa- da kerjasama oikumenis ? Berikanlah beberapa contoh tentang -hal itu } :Bagaimanakah sejarah oikumene biasa dibagi 8. BAGIAN PERTAMA DARI SEJARAH GERA OIKUMENE Penjelasan Dalam catatan-catatan kita sebelumnya kita katakan, bah- wa bagian pertama dari sejarah_ger: ikumene ialah bagian yang mulai dari pertengahan abad_ke-XIX sampai perang du- nia pertama. Bagian ini biasanya dianggap sebagai pra-sejarah dari gerakan oikumene. Dalam bagian pertama iri mulai nam- pak keinginan ke arah pemulihan kembali dari kesatuan umat Kristen, seperti yang nyata dalam pembentukan Badan-Badan Kristen Internasional dan Persekutuan-Persekutuan Konfessio- nal dari Gereja-gereja yang sama atau ”yang bersamaan”. Mak- : Gercia-Gereja dari satu tipe. : Gerakan ke arah itu dimulai oleh Lembaga-Lembaga Al- kitab di Eropa dan di Amerika-Utara. Contoh Lembaga-Lem- baga Alkitab ini kemudian diikuti oleh berbagai-bagai perseku- tuan internasional. Pertama: oleh ”Alliansi Evangelis”, yaitu suatu’ persekutuan internasional yang lahir padu tahun 1845 dari ”gerakan kebangunan injili” (= reveil). Selanjutnya: oleh persekutuan-persekutuan internasional lain yang bergerak di rupa-rupa bidang, a.l. di bidang pekerjaan anak-anak, di bidang pekerjaan, pemuda (1855), di bidang pekerjaan pemudi (1893) dan di bidang pekerjaan mahasiswa (1895). Selain daripada persekutuan-persekutuan internasional ini dibentuk. juga pada waktu itu (persekutuan-persekutuan konfes- sional dari Gereja-Gereja yang sama atau yang bersamaan tipe- 29 nya, yaitu: Konperensi-Lambeth Anglikan (pada tahun 1867), Persekutuan dari Gereja-Gereja Presbiterian (pada tahun 1875), Persekutuan dari Gereja-Gere- ja Methodis (pada tahun 1881), Persekutuan dari Gereja-Gereja Kongregasional (pada tahun 1891), Persekutuan dari Gereja- Gereja Baptis (pada tahun 1905), dan lain-lain, pertama dari uskup-uskup Catatan — Lembaga Alkitab pertama yang didirikan pada waktu itu ialah Lembaga Alkitab Inggeris (pada tahun 1804). Se- sudah itu menyusul Lembaga-Lembaga Alkitab lain di Swis (1804), di Jerman (mulai dari tahun 1814), di Belanda (pada tahun 1814), di Norwegia dan Swedia (pada tahun 1814), di Perancis (pada tahun 1816), dan di tempat- tempat lain. : — Alliansi Evangelis, yang. didirikan ~pada tahun 1845 itu, mempunyai tujuan kembar. Pertama; membasmi kuasa- kuasa yang menentang “agama Kristen injili”. Kedua, se- bagai lanjutan dari usaha yang pertama : memajukan — secara internasional dan intergerejawi — “agama Kristen injili”, Konstitusi Alliansi Evangelis ini, yang terdiri dari 9 pasal (= inspirasi Kitab Suci, tafsiran Kitab Suci, Tri- nitas, jatuhnya manusia ke dalam dosa, penyelamatan oleh Kristas, dan lain-lain) disahkan pada tahun 1846 di London. — Contoh Y.M.G.A. (1855), Y.W.G.A. (1893) dan W.S.CF. (1895) ‘segera diikuti di berbagai-bagai negara. Banyak pe- mimpin gerakan oikumene berasal dari persekutuan-perse- kutuan internasional ini, : . -~ Konperensi-konperetsi Lambeth ialah konperensi-konpe- rensi sukarela dari semua uskup Anglikan di seluruh dunia. Konperensi-konperensi itu biasanya diselenggarakan sekali dalam sepuluh tahun — mulai dari tahun 1867 — di istana Lambeth (= kediaman uskup-agung dari Canterbury) di London. Pertanyaan Sebutkan beberapa persekutuan internasional yang didiri- kan dalam abad ke-XIX! Apakah yang dimaksudkan dengan persekutuan- alata konfessional ? Tahukah anda bagaimana hubungan antara Lembaga Al- kitab Indonesia (L.A.I.) dan Lembaga-Lembaga Alkitab lain ? Apakah pekerjaan Lembaga-Lembaga ‘Alkitab itu ? Organisasi-organisasi manakah di Indonesia yang ada hu- bungannya dengan Y.M.C.A. Y.W.C.A. dan W.S.G.F. ? 31 90° SENDING DALAM BAGIAN PERTAMA DARI SEJARAH GERAKAN OIKUMENE Penjelasan Dalam penjelasan kita yang lalu kita katakan, bahwa oleh perpecahan Gereja-Gereja pekerjaan pekabaran-injil banyak menemui kesulitan di daerah-daerah sending. Untuk mencari Jalan-keluar dari kesulitan-kesulitan itu, Badan-badan ‘Sending (di berbagai-bagai negeri) beberapa kali mengadakan pertemu- an atau konperensi. dalam abad yang lalu. Konperensi loner dan kedua diadakan di London (pada tahun 1854) dan o a verpool (pada tahun 1860). Konperensi ketiga ae a a i oleh wakil-wakil dati 34 Badan Sending — diad. an lagi i keempat diadakan juga London pada tahun 1878. Konperensi ke pi a n ; di Lond : ada tahun 1888 dan dihadiri oleh wali!-wakil dari 139 Badan soaiee Jumlah ini meningkat ee Sending, waktu konperensi kelima _ yang at oe yee oe ane dalam penvlan tugas mereka ber- a ee 1900 di New York. ee spon a ae nsi-konperensi ini biasanya dianggap se ee ae Hae aas *konperensi pekabaran-iniil one Ue ee yang diadakan pada tahun ee oe vance . > ; : ay beda. dengan konperensi-konperensi sebelum: eemat, eetapi jue Edinburgh ini bukan saja es saranya ia diane telah dipikirkan (= direncana a tuai oleh John Mott, seorang jutkan kemudian. Konperensi itu ‘ a see ‘oleh banyak pemimpin Meee eee ibien . Paints konperensi itu ialah : lain. Pokok-pokok yang dibicarakan 32 (1) menyampaikan Berita Injil kepada seluruh dunia yang bu- kan-Kristen, (2) Gereja dan daerah pekabaran-injil, (3) pendi- dikan dalam hubungannya dengan pengkristenan kehidupan na- sional, (4) Berita pekabaran injil dalam hubungannya dengan agama-agama yang bukan-Kristen, (5) persiapan pekerja-peker- ja sending, (6) Home Base dan pekerja sending, (7) Sending dan Pemerintah, dan (8) kerjasama dan usaha memajukan ke- satuan. Tiga dari pokok-pokok ini secara khusus berkata-kata tentang pertumbuhan gerakan oikumene. Karena itu tepat, ka- lau konperensi ini disebut ”ibu” dari gerakan oikumene :nodern. Catatan -— Yang hadir dalam konperensi di Edinburgh ialah wakil- wakil dari Badan-badan Sending di Home Base (= Eropa dan Amerika). Anggota-anggota dari ”’Gereja-Gereja Mu- da” (= di Asia dan Afrika) tidak banyak : hanya 17 orang. Tetapi mereka tidak mewakili Gereja-Gereja mereka. Me- reka hadir di situ sebagai anggota yang. ditunjuk oleh Ba- dan-Badan Sending yang bekerjasama dengan Gereja-Ge- reja mereka. Sungguhpun demikian partisipasi mereka da- lam konperensi itu penting. Dan apa yang mereka sum- bangkan — dalam rapat-rapat — sangat dihargai. Tiga dari mereka — uskup Honda (Jepang), pendeta Cheng Ching-yi (Cina) dan Dr Chaterjee (India) — dipilih se- bagai anggota dari Komisi Khusus yang bertugas untuk melanjutkan pekerjaan konperensi. —~- Konperensi-di Edinburgh — seperti yang kita katakan di atas — adalah konperensi sending. Maksudnya : konperensi yang diselenggarakan oleh Badan-Badan Sending di Eropa dan di Amerika untuk bertukar pikiran tentang pekerjaan pekabaran-injil. Karena itu dalam acaranya tidak. tercan- : 33 34 tum pokok tentang kesatuan Gereja. Sungguhpun demikian dalam diskusi-diskusi_ kesatuan Gereja sering disinggung, terutama waktu laporan tentang “kerjasama dan usaha memajukan kesatuan” dipresentir oleh komisi yang mem- persiapkannya. Dalam diskusi itu banyak orang mengusul- kan supaya kesatuan Gereja — pada waktu-waktu yang akan datang — lebih banyak mendapat perhatian. Dalam hubungan ini penting kita mencatat peringatan uskup Brent kepada konperensi, bahwa tugas konperensi ialah bukan saja mengusahakan kerjasama praktis antara Badan-Badan Sending yang hidup terpisah-pisah itu, tetapi juga menye- lidiki hal-hal yang menyebabkan perpisahan (= perpecah- an) mereka. Kenperensi di Edinburgh — tanpa direncanakan — telah berfungsi sebagai “tempat latihan” bagi mereka, yang ke- mudian akan memainkan peranan penting sebagai pemim- pin dari gerakan’ oikumene. John Mott telah kita sebut. Selain dari dia kita juga harus menyebut Yoseph Oldham, seorang yang sangat kreatif, yang kemudian dipilih men- jadi sekretaris dari Komisi Khusus yang bertugas untuk melanjutkan pekerjaan konperensi. Selanjutnya Charles Brent (yarig telah kita sebut tadi), V.S.° Azariah (dari India) dan’Chang Ching-yi (dari Cina). Dan juga Wil- liam Temple, seorang mahasiswa, yang pada waktu itu bertugas sebagai *pembantu” atau ”pandu” (= steward) dalam konperensi. : - Konperensi di Edinburgh memberikan suatu ciri baru ke- pada persekutuan orang-orang Kristen. Pengilut-pengikut- nya mewakili hampir seluruh umat Kristen pada waktu itu. Mereka berasal dari berbagai-bagai bangsa, suku-bangsa, baliasa dan keyakinan gerejawi, Itu yang membedakan kon- perensi di Edinburg dengan konperensi-konperensi lain yang diadakan sebelumnya. Dalam pidato pembukaannya John Mott katakan, bahwa “pengikut-pengikut konperensi, yang berasal dari berbagai-bagai bangsa, suku-bangsa dan per- sekutuan” datang ke Edinburgh untuk *mewujudkan_kesa- tuan_mereka dalam Kristus’. OOO Pertanyaan Sebutkan beberapa pertemuan (= konperensi) yang di- adakan oleh Badan-Badan Sending sebelum konperensi di Edinburgh ! Apakah bedanya konperensi di Edinburgh dengan konperen- si-konperensi yang lain itu ? Pokok-pokok apakah yang telah dibicarakan dalam konpe- rensi di Edinburgh ? Siapakah yang hadir dalam konperensi itu ? Bagaimanakah peranan anggota-anggota dari “Gereja-Ge- reja Muda” dalam konperensi itu ? 35 is SREJA-GEREJA DALAM BAGIAN’ PERTAMA DARI SEJARAH GERAKAN OIKUMENE Penjelasan Kesadaran tentang kesatuan umat Kristen — seperti yang nyata dari penjelasan-penjelasan kita di atas — bukan saja ter- dapat dalam Badan-Badan Sending pada waktu itu, tetapi juga dalam_Gereja-Gereja. Salah satu bukti dari kesadaran itu Pe ae entultyn persekutan ry ene konfessional — yang telah kita sebut sebelumnya — gj berbagai-bagai tempat pada waktu itu: Konperensi Lambeth Pertama dari uskup-uskup Ang- kan (pada tahun 1867), Persekutuan dari Gereja-Gereja Presbi- terian (pada tahun 1875), Persekutuan dari Gereja-Gereja Mey thodis (pada tahun 1881), Persekutuan dari Gereja-Gereja Kong- régasional (pada tahun 1891) dan Feisekuiuan dari Gereja- Gereja Baptis (pada tahun 1905), Persekutuarpersekutuan konfessional yang lain baru diben- tuk kemudian. Salah satu qj antaranya ialah Persekutuan Konfessional dari Gereja-Gereja Lutheran. Gerakan ke arah itu mulai di Jerman,. Pada tahun 1868 Gereja-Gefeja Lutheran (= Evangelisch-Lutherisch) telah mulai dengan suatu konperensi, tetapi bary pada tahun 1923 Gereja- Gereja Lutheran secara bersarna-sama dapat membentuk suatu persekutuan konfessional yang bersifat internasional. Dj samping persekutuan-persekutuan konfessional di atas, dalam petiode ini terbentik Juga_berbagai-bagai persekutuan antar-konfessional : di Jerman (pada tahun 1903), di Perancis (pada tahuo 1905) dan di Amerika-Utara (pada tahun 1908). 36 Catatan — Tentang konperensi-konperensi Lambeth telah kita berikan beberapa catatan singkat di tempat lain (lih no. 8). Ca- tatan-catatan itu tidak kita ulangi lagi di sini. Kita hanya mau menambahkan, bahwa sebagai syarat untuk persatuan kembali dari ”Gereja-Gereja Bebas”, telah disusun hal-hal yang berikut: penerimaan Alkitab sebagai dasar ke- percayaan, penerimaan Apostolicum dan Niceaenum seba- gai pengakuan-pengakuan iman, penerimaan baptisan dan perjamuan-malam sebagai sakramen, dan penerimaan suk- sessi apostolis dalam ajaran tentang Gereja dan jabatan- jabatan gerejawi. —— Konperensi pertama dari Gereja-Gereja “reformed” yang menggunakan sistem presbiterial (WARC) — yang dise- lenggarakan oleh tiga orang pemimpin dari Gereja-Gereja ini: dua orang dari Amerika dan seorang dari Skotlandia — berlangsung pada tahun 1875. Dalam konperensi itu hadir 64 utusan yang mewakili 21.Gereja “reformed”. Dua tahun kemudian (1877) Sidang Rayanya yang pertama adakan di Edinburgh. Utusan-utusan yang hadir di situ berasal dari berbagai-bagai Gereja “reformed” di seluruh dunia. Dasar dari Persekutuan ini ialah : Alkitab sebagai satussatunya sumber dari kepercayaan dan” ajaran_Ge- med” dan penerimaan secara umum dari: prinsip-prinsip presbiterial. Persekutuan ini tidak secara khusus memberikan perhatian terhadap usaha mempersatukan kembali Gereja- Gereja yang pecah. Usaha itu, menurut dia, adalah tugas Gereja-Gereja Anggota di daerahnya masing-masing. Ia (WARC) hanya memberikan dorongan ke arah itu. Usaha untuk mempersatukan kembali Gereja-Gereja Metho- dis mulai dari Gereja Methodis Episkopal di Amerika-Se- 37 38 rikat. Dalam Sidang Rayanya di, Baltimore (1876) dipu- tuskan, supaya kepada para uskupnya diberikan kuasa‘un- tuk mengadakan suatu konnerensi yang dapat dihadiri oleh utusan-utusan dari Badan-Badan Methodis lain di Ameri- ka. Usaha ini kemudian dilanjutkan dengan jalan mengi- rim _utusan ke Konperensi Gereja Methodis di Inggeris (1878). Dalam konperensi itu — yang diadakan di Lon- don — disahkan suatu pernyataan tentang apa yang dise- but Konperensi-Konperensi Methodis Oikumenis. Pernya- taan itu secara resmi diterima oleh Gereja Methodis di “Inggeris dalam konperensinya di Birmingham pada tahun 1879. Dua tahun kemudian (1881) diselenggarakan Kon- perensi Methodis Oikumenis pertama di London, yang di- hadiri oleh 28 Badan Methodis dari berbagai-bagai tempat. Sejak tahun 1870 telah ada usaha untuk mengumpulkan Gereja-Gereja Kongregasional dalam: suatu badan_inter- nasional. Usaha ini terutama dijalankan oleh. Gereja-Ge- reja Kongregasional di Amerika dan di Kanada. Atas ini- siatif Uni Kongregasional dari Ontario dan Quebec (di Kanada) — dan oleh dukungan dari Uni Kongregasiona] di Inggeris dan Wales serta Gereja-Gereja Kongregasional lain di Australia dan Amerika-Serikat — pada tahun 1891 diadakan konperensi internasional pertama dari Dewan Kongregasional di London. Konperensi internasional per- tama ini kemudian diikuti oleh konperénsi-konperensi in- temasional yang lain (pada tahun 1899 dan pada tahun 1908). Cita-cita untuk mengadakan Kongres Baptis Sedunia sebe- narnya telah ada sejak abad ke-XVIII. Tetapi baru pada tahun 1905 cita-cita itu dapat. diwujudkan di London. Da- lam kongres itu dibentuk Persekutuan Gereja-Gereja Bap- tis Sedunia (= BWA) sebagai alat: (1) untuk: menyata- kan dan meningkatkan kesatuan Gereja-Gereja Baptis, (2) untuk memelihara dan mempertahankan kebebasan ber- agama, dan (3) untuk memproklamasikan prinsip-prinsip pokok dari kepercayaan Baptis. Pertanyaan Sebutkanlah usaha-usaha yang dijalankan oleh Gereja-Ge- reja dalam periode ini ! Apakah yang anda tahu tentang Persekutuan Gereja-Gereia Presbiterian ? Apakah yang anda tahu tentang Persekutuan Gereja-Gereja Methodis ? : Apakah yang anda tahu tentang Persekutuan Gereja-Gereja Kongregasional ? Apakah yang anda tahu tentang Persekutuan Gereja-Gereja Baptis ? 39 A eet 11. SENDING DALAM BAGIAN KEDUA Seas? DARI SEJARAH GERAKAN OIKUMENE Penjelasan Kita telah mendengar, bahwa untuk melanjutkan apa yang diputuskan dalam *konperensi pekabaran-injil sedunia” di Edin. burgh (1910), konperensi itu telah membentuk suatu Komisi Khusus. Dalam pidato penutupannya John Mott, ketua kon- Perensi itu, al. katakan: *Akhir dari konperensi ialah permu- Jaan dari kemenangan. Akhir dari rencana ialah permulaan dari perbuaian”, Tetapi dua hari sebelum konperensi itu ber- akhir, belum ada kepastian apakah ada sesuatu yang harus "di- buat”. Pikiran tentang suatu, badan permanen untuk kerjasama internasional — yarigbérfugas untuk melanjutkan pekerjaan konperensi di Edinburgh — adalah begitu baru, schingga ba- nyak menimbulkan keragu-raguan dalam hati utusan-utusan. Tetapi sesudah berlangsung suatu diskusi yang lama, akhirnya pikiran’ itu dapat diterima. Salah satu *hasil” dari konperensi di Edinburgh ialah ter- bentuknya Dewan-Dewan Kristen Nasional di berbagai-bagai tempat, yang mencakup baik Badan-Badan Sending, mauee Gereja-Gereja Pribumi. Oleh kerjasama antara Badan-Badan Sending dan Gereja-Gereja Pribumi ini akhirnya lahirlah *De- wan Pekabaran-Injil Internasional” (= ‘Iternational Missiona- ty Council) di Lake Mohonk pada tahun 1921. Konperensi De- wan Pekabaran-Injil yang pertama diadakan di Yerusalem (pada tahun 1928) dan konperensinya yang kedua diadakan di Tam- baram, yaitu bagian luar dari kota Madras (di India) pada tahun 1938, Tugas Dewan itu ialah al. : merangsang pemikiran dan penelitian di bidang pekabaran- injil, menyediakan hasil-hasilnya untuk semua Badan Pekabaran Injil, ; membantu mengkoordinir aktivitas-aktivitas dari organisa- sasi-organisasi sending nasional di berbagei negeri, membantu mempersatukan pandangan Kristen dalam usa- ha mendukung kebenaran hatinurani, kebebasan beragama dan kebebasan pemberitaan Injil, membantu mempersatukan kekuatan-kekuatan Kristen di seluruh dunia dalam usaha menciptakan keadilan untuk hubungan-hubungan internasional dan hubungan-hubung- an inter-rasial, bertanggung-jawab atas penerbitan majalah “The Interna- tional Review of Mission” dan penerbitan-penerbitan lain yang dapat membantu studi tentang soal-soal pekabaran- injil, menyelenggarakan konperensi pekabaran-injil sedunia, jika dianggap perlu. Catatan Segera sesudah perang dunia pertama disiapkan rencana untuk membentuk organisasi internasional yang permanen, sesuai dengan keputusan konperensi di Edinburgh. Tetapi rencana itu tidak dapat segera dilaksanakan Baru pada tahun 1921 organisasi itu dapat dibentuk di Lake Mohonk (= di negera-bagian New York). Untuk menjaga supaya organisasi itu tidak mempunyai fungsi eksekutif, maka nama yang mula-mula diusulkan — yaitu ”International Missio- nary Committee” — diganti dengan “International Mis- sionary Council” (I.M.C.), Sebagai ketua dari Dewan itu 41 telah dipilin John Mott dan sebagai sekretaris Oldham dan Warnshuis. Sama seperti konperensi di Edinburgh, demikian pula kon- perensi di Yerusalem (1928) dipersiapkan dengan teliti. Bahan-bahan, yang mau dibicarakan dalam konperensi itu, telah disiapkan dengan baik sebelumnya. Bahan-baban itu a. mencakup ; (1) pendidikan agama, (2) pekabaran injil dan konflik antar-bangsa, (3) pekabaran-injil dan indus- trialisasi, (4) pekabaran-injil dan persoalan-persoalan per- tanian. Selain daripada hal-hal ini telah dibicarakan juga dalam konperensi itu hubungan antara orang-orang Kristen dan orang-orang. Yahudi. Untuk tugas itu telah dibentuk suatu komisi internasional yang erat bekerjasama dengan I.M.C. Salah satu persoalan penting lain, yang dibahas dalam kon- perensi di Yerusalem, ialah hubungan antara ”Gereja- Gereja Muda” dan ”Gereja-Gereja Tua”. Dalam konpe- rensi itu ’Gereja-Gereja Muda” lebih banyak diwakili dari- pada dalam konperensi di Edinburgh. Di Edinburgh — se- perti yang telah kita dengar — mereka tidak diwakili, Pemimpin-pemimpin ”Gereja-Gereja Muda” yang hadir di situ ditunjuk: oleh Badan-Badan Sending. di Home Base (= Eropa dan Amerika). Tetapi di Yerusalem. ”Gereja- Gereja Muda” itu diwakili, Salah satu sebabnya ialah : perkembangan yang pesat dari *Gereja-Gereja Muda” d: adanya pemimpin-pemimpin Gereja yang kompeten. Dan Indonesia hadir Dr Kraemer dan Dr Moelia (bukan se- bagai utusan resmi dari Gereja-Gereja. di Indonesia, tetapi sebagai seorang yang banyak berkecimpung di bidang pe- kerjaan gerejawi). Suatu pokok lain, yang banyak menda- pat perhatian dalam konperensi di Yerusalem, ialah_seku- larisme. — — Pesan konperensi di Yerusalem, yang hampir seluruhnya disusun oleh William Temple, memuat sumbangan yang penting bagi pekerjaan pekabaran-injil, khususnya bagi *Gerakan Kerajaan Allah” di Jepang dan *Gerakan Lima Tahun Kemuka” di Cina. — Ditinjau dari sudut gerakan oikumene Konperensi di Tam- baram (Madras) pada tahun 1938 lebih maju dan lebih besar daripada konperensi di Yerusalem. Jumlah Badan- Badan Sending dan Gereja-Gereja Pribumi yang diwakili di situ lebih banyak. Yang menyolok ialah jumlah utusan- utusan dari Gereja-Gereja Pribumi: lebih banyak daripada utusan-utusan resmi. Dari Indonesia hadir dalam konpe- rensi itu a]. sejumlah mahasiswa Sekolah Theologia Tinggi (= HTS.) di Jakarta, — Dalam konperensi di Tambaram (Madras) Gereja menda- pat perhatian besar, Banyak orang mengkubungkan hal itu dengan peranan yang dimainkan oleh ”Gereja-Gereja Muda” dalam konperensi itu. Banyak dari Gereja-Gereja itu hanya merupakan minoritas kecil dari penduduk negeri mereka. Sungguhpun demikian mereka’ berusaha memikul tanggung-jawab mereka sendiri sebagai Gereja, juga di bi- dang pekabaran-injil. Pekerja-pekerja sending masih mereka butuhkan, tetapi status mereka tidak lagi seperti dahulu : pekerja-pekerja sending itu harus bekerjasama dengan me- reka dan di bawah pengawasan mereka. — Konperensi di Tambaram (Madras) -sangat kuat menekan- kan ”otoritas iman”. Hal itu turut disebabkan (= dido- rong dan diperkuat) oleh buku Dr Kraemer’ ”The Chris- tian Message in a Non-Christian World”, yang ia tulis sebelum konperensi itu atas permintaan I.M.C. Penting juga kita sebut di sini buku "The Economic Basis of the . Church” (disusun oleh Merle Davies), yang terutama di- untukkan bagi ”Gereja-Gereja Muda”. Pikiran yang ter- 43 dapat di balik karya ini ialah : usaha kemandirian ”Gereja- Gereja Muda”. Kalau Gereja-Gereja ini benar-benar mau berakar di daerah, di mana.mereka hidup dan melayani, mereka harus dapat membiayai diri mereka sendiri, tanpa mengharapkan bantuan dari ”Gereja-Gereja Tua”. Itu al. berarti, bahwa mereka — dalam hidup mereka — harus lebih banyak menyesuaikan diri dengan keadaan ekonomi dari negeri mereka. Pertanyaan Bilamana Dewan Pekabaran-Injil Internasional (I.M.C.) didirikan ? Dapatkah anda dengan singkat menceriterakan pemben- tukan itu ? Apakah tugas Dewan itu? Sebutkanlah beberapa hal yang anda ketahui ! Apakah yang anda ketahui tentang konperensi di Yerusa- lem? Dan apakah yang anda ketahui tentang konperensi di Tam- baram (Madras) ? [ Cen nn nn ean y sad 82 Sey 12. GEREJA-GEREJA DALAM BAGIAN co DARI SEJARAH GERAKAN OIKUMENE Penjelasan Pada tahun 1914, menjelang pecahnya perang dunia per- tama, sejumlah pemimpin Gereja — yang diundang oleh Gere- ja-Gereja di Swis dan didukung oleh Dewan-Dewan Nasional di Inggeris dan di Jerman — berkumpul dalam suatu konpe- rensi di Constanz (Swis) dan membentuk suatu “Badan Se- dunia untuk persaudaraan internasional oleh Gereja-Gereja”. Tugas Badan Sedunia itm — seperti yang nyata dari namanya — ialah menyelidiki hal-hal yang Gereja-Gereja dapat sum- bangkan untuk pemeliharaan persaudaraan antara ‘bangsa-bang- sa. Karena perang tugas ini — untuk beberapa waktu lamanya — tidak dapat ia tunaikan. Tetapi sementara itu. Gereja-Gereja tidak tinggal diam. Sesudah Nathan Séderblom — pada tahun 1914 — dipilih menjadi uskup-agung dari Uppsala (Swedia), ia segera meng- ambil inisiatif untuk melaksanakan sesuatu, seperti yang dimak- sudkan oleh konperensi di Constanz. Ia meminta kepada Gereja- Gereja — khususnya Gereja-Gereja di Eropa dan di Amerika — untuk bersama-sama mengeluarkan suatu seruan tentang *perdamaian daa persckutuan Kristen”. Menurut dia tanggung- jawab terhadap hal itu terletak pada Gereja-Gereja, terutama pada Gereja-Gereja dari negeri-negeri yang tidak terlibat da- 45 lam peperangan. Bentuk seruan itu menyerupai suatu pengaku- an-iman : *Peperangan menimbulkan sangat banyak kemelaratan. Tubuh Kristus, yaitu Gereja, menderita dan merana. Da- lam penderitaan itu umat manusia berseru; "Ya Tuhan, berapa lamakah lagi? Seruan itu selanjutnya mengatakan, bahwa pertimbangan-pertimbangan politik harus dikesam- pingkan dahulu. Demikian pula pendapat tentang hal-hal yang menyebabkan peperangan. Yang harus dilakukan oleh Gereja-Gereja ialah: menyerukan ”perdamaian dan per- sekutuan Kristen”. Séderblom tahu, bahwa seruan itu — sekalipun ditanda- tangani oleh banyak pemimpin Gereja — tidak akan mempe- ngaruhi jalannya peperangan. Tetapi ia yakin, bahwa sekalipun demikian’ adalah tugas dari pelayan-pelayan Gereja untuk tetap- menghidupkan cita-cita perdamaian di antara bangsa-bangsa dan ‘pemimpin-pemimpin mereka. Menghadapi tantangan_pe- perangan Gereja-Gereja — menurut dia — tidak boleh berdiam diri. Ia sendiri memberi contoh dalam hal itu. Beberapa tahun kemudian, sesudah seruan itu dikeluarkan, ia melanjutkannya dengan suatu usaha lain dalam bentuk suatu “manifesto” ten- tang perdamaian dan kesatuan Kristen. Bukan itu saja. Pada tahun yang sama (1917) ia turut mengusahakan terselenggara- nya suatu konperensi di Uppsala (Swedia), yang membicarakan hal-hal yang dapat menjadi basis untuk percakapan dalam kén- perensi internasional yang akan diadakan kemudian. Sesudah suatu diskusi yang panjang disetujui pokok-pokok yang berikut sebagai basis percakapan: (1) kesatuan orang-orang hae (2) orang-orang Kristen dan soal-soal kemasyarakatan, dan (3) orang-orang Kristen dan hukum internasional. 46 Catatan Undangan untuk konperensi di Constanz (Swis disampaikan kepada pribadi-pribadi, karena Gereja-Gereja di Swis kuatir, bahwa kalau tidak demikian jawabannya tidak akan lekas mereka terima, dan juga karena — me- nurut mereka — banyak Gereja pasti tidak akan mau hadir. Dari 150 utusan yang diharapkan, hanya hadir se- paruhnya. Seruan, yang disponsori oleh Séderblom itu, turut ditan- datangani oleh pemimpin-pemimpin dari Gereja-Gereja di -Denmark, di Norwegia, di Belanda, di Swis dan di Ame- tika-Serikat. Menjelang akhir.tahun 1914 seruan itu telah disiarkan dalam surat-surat kabar di berbagai-hagai negeri. Pada tahun 1917 Séderblom menjalankan lagi suatu usaha sebagai lanjutan dari seruan yang dikeluarkan pada tahun 1914. Sekali ii usaha itu mengambil bentuk suatu ”ma- nifesto” dari Gereja-Gereja di negeri-negeri yang netral. Selain dari Séderblom manifesto itu juga ditandateyg2n! oleh pemimpin-pemimpin dari Gereja-Gereja di Denmark, di Norwegia, di Belanda dan di Swis. Konperensi di Uppsala (pada tahun 1917) dihadiri oleh 35 peserta yang méwakili Gereja--Gereja di Swedia, di Denmark, di Norwegia, di Belanda dan di Swis. Sebagai basis untuk diskusi dalam konperensi internasional yang akan datang telah disetujui 3 pokok yang kita sebutkan di atas. Pokok-pokok itu oleh konperensi dijelaskan seperti berikut. Pertama: Yang dimaksudkan dengan kesatuan orang-orang Kristen ialah kesatuan yang bersifat religius. Kesatuan itu bukanlah hasil- usaha manusia, tetapi pembe- rian Allah dalam Kristus. Ia bukan kesatuan yang uniform, tetapi kesatuan dalam keaneka-ragaman: kesatuan yang menyatakan dirinya dalam hidup dan perbuatan. Kedua : 47 48 Yang dimasudkan dengan pokok yang kedua ialah prin- sip-prinsip yang mendasari sikap orang-orang Kristen ter- hadap soal-soal sosial dan internasional. Konperensi secara khusus membicarakan problema Gereja dan peperangan. Tentang beberapa hal dari problema ini peserta-peserta konperensi mempunyai pendapat yang berbeda, terutama tentang pasifisme yang mutlak dan hak untuk menolak pasifisme yang mutlak. Ketiga: Menurut konperensi Ge- reja-Gereja harus menggunakan pengaruh mereka dalam hidup kenegaraan, sehingga bisa tercipta suatu hidup ke- negaraan yang berdasarkan hukum. Maksudnya : suatu hi- dup kenegaraan yang diatur menurut “prinsip-prinsip_ke- benaran, hukum dan kasih”. Konperensi tahu, bahwa im- plikasi praktis dari prinsip-prinsip itu hanya dapat dija- barkan dalam situasi-situasi yang konkrit. Sungguhpun de- mikian konperensi berpendapat, bahwa adalah tugas Ge- reja-Gereja untuk — dalam keadaan apapun — mencipta- kan dan memelihara semangat persaudaraan dan kasih, di- siplin diri sendiri dan keadilan di antara bangsa-bangsa. Pertanyaan Apakah yang Gereja-Gereja lakukan menjelang pecahnya perang dunia pertama ? Tindakan-tindakan apakah yang Gereja-Gereja ambil se- sudah itu ? ZL Pokok-pokok apakah yang dibicarakan dalam konperensi di Uppsala (1917) ? Jelaskanlah pokok-pokok itu ! a 13. GEREJA-GEREJA DALAM BAGIAN KED DARI SEJARAH GERAKAN OIKUMENE II Penjelasan Segera sesudah perang dunia pertama “Badan Sedunia un- tuk persaudaraan internasional oleh Gereja-Gereja” (lih di atas!) pada tahun 1919 bertemu dalam suatu konperensi di Oud Was- senaar, dekat Den Haag (Belanda). Konperensi itu dihadiri oleh utusan Gereja-Gereja dari 14 negeri. Utusan yang terbanyak datang dari Amerika, Inggeris dan Jerman.. Gereja-Gereja di Perancis hanya diwakili oleh dua orang utusan Methodis. Pe- mimpin-pemimpin dari Gereja ”Reformed” di Perancis mem- beritahukan kepada konperensi, bahwa mereka tidak mau ber- temu dengan pemimpin-pemimpin ‘dari Gereja-Gereja di Jer- man, selama pemimpin-pemimpin dari Gereja-Gereja di Jerman itu belum mengakui kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang Jerman dalam peperangan yang baru lalu, khususnya pelang- garan, mereka terhadap netralitas Belgia. Banyak dari utusan- utusan, yang hadir pada waktu ‘itu, adalah orang-orang yang selama peperangan berlangsung, berusaha menciptakan saling- pengertian antara mereka yang bermusuhan. Tetapi oleh pepe- rangan dan oleh isolasi karena peperangan, antara mereka telah timbul banyak salahpaham dan kecurigaan, Sebagian besar dari konperensi di Oud Wassenaar diguna- kan untuk membicarakan salahpaham-salahpaham dan kecuri- gaan-kecurigaan itu, Dan untuk mengusahakan penyelesaian dari pertentangan-pertentangan yang timbul dalam konperensi. 49 Tentang beberapa hal usaha itu berhasil, sehingga dapat di- mengerti, kalau separuh utusan menyebut konperensi di Oud Wassenaar itu *konperensi perdamaian spiritual”. Selain daripada hal-hal ini telah dibicarakan juga dalam konperensi itu rencana untuk mendirikan suatu “Dewan Oikumene” yang dapat ber- fungsi sebagai “hatinurani Kristen” untuk perdamaian dan un- tuk suatu tata-sosial yang adil. Catatan Di tingkat nasional (dan internasional) peperangan — se- perti yang nyata dari penjelasan di atas — telah menye- babkan perpecahan antara Gereja-Gereja dari negeri-negeri yang terlibat di dalamnya. Utusan-utusan dari Gereja-Ge- reja di Perancis dan di Belgia menuntut dari utusan-utusan dari Gereja-Gereja di Jerman, supaya mereka mengakui kesalahan Jerman sebagai penyebab peperangan, seperti yang dikatakan dalam Perjanjian Verseilles. Sebaliknya utusan-utusan dari Gereja-Gereja di Jerman mendesak utusan-utusan dari Gereja-Gereja di Perancis dan di Bel- gia, supaya mereka berusaha merobah bagian-bagian dari Perjanjian Verseilles, yang mereka (= utusan-utusan dari Gereja-Gereja di Jerman) anggap tidak adil. Tetapi kalau ditinjau dari sudut ”rohani” percakapan-per- cakapan dalam konperensi di Oud Wassenaar itu telah memberikan rasa-persekutuan yang mendalam kepada utus- an-utusan yang hadir di situ. Mereka telah benar-benar menghayati kesatuan mereka sebagai murid-murid dari satu Tuhan. Salah satu bukti dari apa yang dikatakan di atas ialah reaksi utusan-utusan dari Gereja-Gereja di Jerman terha- dap deklarasi prof. Monod (dari Perancis) yang disam- paikannya kepada konperensi. Dalam deklarasi itu ia ka- takan, bahwa syarat untuk suatu pembaharuan dari per? sekutuan dalam Badan Sedunia yang menghubungkan me- reka ialahi : kesediaan utusan-utusan dari Gereja-Gereja. di Jerman untuk paling kurang mengutuki pelanggaran ne- tralitas Belgia (oleh Jerman) sebagai suatu perbuatan yang secara ethis tidak dapat dibenarkan dan tidak bertanggung- jawab. Deklarasi itu mula-mula menimbulkan ketegangan yang akut dalam konperensi, Sungguhpun demikian utusan- utusan dari Gereja-Gereja di Jerman menyetujuinya, ka- rena deklarasi itu — menurut mereka — benar dan sesuai dengan keyakinan mereka. Persetujuan ini — yang sangat impressif — disambut dengan gembira oleh konperensi. Selain daripada hal-hal di atas — dan .problema-problema internasional, yang berhubung dengan penterapan yang ke- tat dari hukum iaternasional — telah dibicarakan juga di situ usul untuk mendirikan suatu *"Dewan Oikumene’ yang akan membahas soal-soal religius, sosial dan ethis. Usul jtu diintrodusir oleh uskup-agung Séderblom dengan meng- gunakan ‘segala sesuatu yang telah dibicarakan dan dise- tujui bersama sebeiumnya (= sebelum perang) sebagai ba- han. Usul Séderblom itu disetujui dan untuk membahas- nya secara lebih terperinci telah diputuskan untuk menye- lenggarakan suatu konperensi di Geneva pada tahun 1920. Pertanyaan Pokok-pokok “apakah yang dibicarakan dalam konperensi di Oud Wassenaar (Belanda) ? Bagaimanakah suasana konperensi itu? Apa sebab demi- kian ? : Apakah yang diputuskan tentang Dewan Oikumene” -yang diusulkan oleh Séderblom ? Apakah tugas Dewan ? 51 a EREJA-GEREJA DALAM BAGIAN KEDUA ‘ART SEJARAH GERAKAN OIKUMENE: Tr Penjelasan Dalam konperensi di Geneva -(1920) diputuskan, bahwa - untuk konperens; Dewan Oikumene yang akan membahas soal- soal sosial, karitatif dan’ ethis — yang kemudian disebut ”De- wan Oikumene untuk Hidup dan Pekerjaan” (= Life and Work) — akan diundang juga utusan-utusan dari Gereja-Gere- ja Orthodoks dan Gereja Katholik Roma, Hal itu. dilakukan. Tetapi undangan itu tidak dijawab oleh Gereja Katholik Roma. Sikap ini ditafsirkan oleh Panitia Penyelenggara sebagai ”ja- waban” Gereja itu atas undangan mereka : jawaban yang me- ngatakan, bahwa ia tidak mau menghadiri konperensi interna- sional itu. Darj Gereja-Gereja-Orthodoks Panitia Penyelenggara menerima_berita yang lebih menggembirakan. Sesuai dengan rencana, konperensi itu diadakan di Stock- holm (Swedia) pada tahun 1925. Pokok-pokok yeng dibicara- kan di situ ialah al. : industrialisasi, pengangguran, kriminali- tas, pendidikan dan hubungan internasional. Sesuai dengan itu Nathan Séderblom — dalam pidato pembukaannya — mene- gaskan, bahwa dalam konperensi itu tidak akan dibicarakan soal-soal iman dan tata-gereja. Maksud utama dari konperensi di Stockholm — yang dihadiri oleh 600" utusan yang mewakili Gereja-Gereja dari 37 negeri — ialah: bertukar pikiran ten- 52 tang apakah yang Gereja-Gereja dapat lakukan di bidang so- sial dan karitatif sebagai kesaksian (= demonstrasi) dari karya- penyelamatan Allah, Tentang ‘hal itu -dipersiapkan beberapa. makalah — tetapi tanpa diskusi — mengenai: kemanusiaan Allah dan kewajiban Gereja. Sungguhpun demikian pimpinan konperensi tidak dapat menghindarkan, bahwa soal iman juga disinggung dalam dis- kusi-diskusi. Hal itu dilakukan oleh dua uskup yang mempunyai pandangan yang saling bertentangan. Yang seorang mengajak Gereja-Gereja untuk ”mendirikan Kerajaan Allah di dunia”, Yang lain mengatakan, bahwa kita keliru kalau kita menyangka, bahwa kita dapat mendirikan Kerajaan Allah di dunia”, Te- tapi oleh pimpinan yang bijaksana dari Séderblom konperensi akhirnya dapat ditutup dengan baik. Harapan Séderblom ialah, supaya oleh keriasama di bi- dang sosial dan karitatif Gereja-Gereja akhirnya tiba ke- pada kesatuan. Sesuai dengan itu: diputuskan oleh konpe- rensi untuk mendirikan suatu Lembaga Sosial yang bersifat ilmiah dan internasional, dengan: tugas’: mengadakan ‘dan memberikan penerangan di bidang sosial (Lembaga . ini didirikan pada tahun 1926 di Geneva, kemudian di bawah pimpinan Adolf Keller). Dalam Konperensi di Edinburgh (1910) — sepérti yang telah kita katakan sebeluninya — telah disinggung juga kebu- tuhan untuk membicarakan soal iman. dan tatagereja dalam suatu pertemuan khusus. Hal itu terutama ditekankan oleh uskup Brent dari Amerika-Serikat. Menurut “keyakinannya kesatuan umat Kristen hanya dapat dicapai oleh pengertian ‘yang’ men- dalam tentang keaneka-ragaman ajaran dari Gereja-Gereja. Apa yang ia inginkan itu terjadi dalam konperensi. dari: Dewan Oikumene untuk Iman dan Tatagereja” (= Faith and Order) 53 a wtusane pada tahun 1927, Konperensi itu dihadiri oleh 394 Pook (di antaranya 9 wanita) dari berbagai-bagai Gereja. “Pokok yang dibicarakan dalam konperensi itu ialah: | Seruan untuk bersatu, erita Gereja kepada dunia (= Injil Sifat Gereja, i engakuan-iman bersama dari Gereja, Pelayanan Gereja, akramen, Kesatuan umat Kristen dan hubungan Gereja-Gereja di dalamnya. Catatan Pesan dari konperensi "Dewan Oikumene untuk Hidup dan Pekerjaan” (= Life and Work) adalah satu-satunya do- kumen resmi yang diumumkan. Pesan itu telah dipersiapkan dengan teliti dan disusun secara berimbang, sehingga dapat diterima oleh semua pihak. Ia al. memuat pengakuan ten- tang kegagalan Gereja-Gereja dalam pekerjaan (= usaha) Penunaian ‘tugas mereka, ia kuat menekankan kewajiban Gereja-Gereja untuk menterapkan Berita Injil ’di segala bidang kehidupan manusia — bidang industri, bidang so- Sial, bidang politik dan bidang internasional” — tetapi *membatasi missi Gereja”, dalam arti: "hanya merumus. kan prinsip-prinsip saja” dan menyerahkan penterapan Prinsip-prinsip itu kepada masing-masing pribadi dan per- Sekutuan Kristen”. — Laporan tentang ke-tujuh pokok yang dibicarakan dalam konperensi "Dewan Oikumene untuk Iman dan Tatagere- ja” (= Faith and Order) di Lausane itu diterima, tetapi 54 dalam arti: untuk dipelajari lebih lanjut oleh suatu ko- misi yang representatif dan hasilnya kemudian diteruskan kepada Gereja-Gereja. Terutama tentang Japoran IV (= pengakuan-iman bersama dari Gereja) dan laporan VII (= kesatuan umat Kristen dan hubungan Gereja-Gereja di dalamnya) terdapat banyak perbedaan pendapat. Yang paling banyak ialah tentang laporan IV. Hal itu mu- lai dengan usul seorang utusan dari Gereja Orthodoks, supaya konperensi menerima Nicaenum (= pengakuan- iman Nicea) sebagai pengakuan-iman resmi. Sebagai ja- waban atas usul itu seorang Kongregasionalis juga meng- usulkan, supaya ”barang-barang konu seperti Nicaenum itu... baiklah dibersihkan dan dibuang saja”.. Perbedaan pendapat ini telah terdapat dalam seksi, yang mempersiap- kan laporan IV. Sebagian dari seksi itu hanya mau mene- rima Kitab Suci sebagai satu-satunya sumber pengakuan- iman. Sebagian lain sebaliknya hanya mau menerima peng- akuan-iman-pengakuan-iman yang ada dan tidak mau ber- kata-kata tentang pengakuan-iman baru. Bukan itu saja. Juga dalam kelompok-kelompok itu Aasiir terdapat perbedaan pendapat yang lain. Ada yang menga- takan, bahwa yang dimaksudkan dengan Kitab Suci ialah hanya Alkitab saja. Dan ada pula yang katakan, bahwa yang dimaksudkan dengan Kitab Suci ialah Alkitab dan Tradisi. 7 Perbedaan-perbedaan pendapat ini -— dan perbedaan-per- bedaan pendapat lain yang timbul dalam konperensi_ — tidak usah merisaukan. Malahan adalah wajar, kalau kita ingat, bahwa konperensi ini adalah pertemuan pertama, yang membicarakan soal-soal iman: soal-soal iman yang telah berabad-abad Jamanya memisahkan Gereja-Gereja. 55 Pertanyaan Apakah maksudnya konperensi "Dewan Oikumene untuk Hidup dan Pekerjaan (= Life and Work) yang diadakan di Stockholm ? Apakah maksud itu tercapai dalam konperensi itu ? Pokok-pokok apakah yang dibicarakan dalam konperensi *Dewan Oikumene untuk Iman dan Tatagereja” (= Faith and Order) yang diselenggarakan di Lausanne ? Apakah semua utusan mempunyai pendapat yang sama ten- tang pokok-pokok itu ? Dapatkah anda memberikan suatu contoh dari hal itu ? Bagaimanakah Ppendapat anda tentang perbedaan-perbeda- an pendapat yang terdapat antara utusan-utusan dalam konperensi itu ? 15. GEREJA-GEREJA DALAM BAGIAN KBD DARI SEJARAH GERAKAN OIKUMENE IV Penjelasan Perkembangan pekerjaan kedua *Dewan Oikumene” — Life and Work dan Faith and Order — yang kita sebut dalam penjelasan-penjelasan yang lalu, tidak dapat kita kemukakan secara terperinci di sini. Kita membatasi diri pada apa yang dikerjakan dalam konperensi-konperensi dari kedua Dewan itu. Kita mulai dengan "Dewan Oikumene untuk Hidup dan Pekerjaan” (= Life and Work). Konperensi kedua dari Dewan Oikumene ini diadakan di. Oxford (Inggeris) pada tahun 1937. Sesudah konperensi pertama di Stockholm Gereja-Gereja makin sadar, bahwa salah satu dari problema-probiema yang paling sulit pada waktu itu ialah hubungan antara ”Gereja, Bangsa dan Negara”. Hal itu terutama disebabkan oleh munculnya kuasa-kuasa totaliter di Rusia, di Italia dan di Jerman. Situasi sosial’dan politik itu sangat mempengaruhi suasana konperensi ~ di Oxford. Karena itu suasana konperensi di Oxford sangat berbeda dengan suasana konperensi di Stockholm. Di pertengahan tahun duapuluhan, waktu konperensi di Stockholm diadakan, orang —- terutama di Barat. — hidup dalam keyakinan, bahwa dunia sedang berkembang ke arah *perdamaian yang langgeng”. Tetapi dalam tahun tigapuluhan keyakinan yang. opfimistis itu. makin berkurang. Konperensi di Oxford '— seperti yang dikatakan dalam pesannya — *berlang- 57 sung pada suatu waktu, di mana umat manusia hidup dalam frustrasi dan ketakutan... dan dikelilingi oleh” problema-pro- blema pelik yang tidak terpecahkan”. Di mana-mana orang merasa, bahwa, suatu perang dunia yang baru akan segera meletus. Tanda-tanda dari perang dunia yang baru itu telah kelihatan di Cina dan di Spanyol. Dengan kuat seorang utusan dari Gereja-Gereja di Cina meminta perhatian konperensi ter- hadap situasi yang tragis di negerinya, di mana satu setengah juta orang Kristen *sedang menghadapi ancaman dari suatu perjuangan raksasa, yang dapat menentukan sejarah, kemerde- kaan, ‘bahkan eksistensi_ mereka”. Konperen’ Oxford ini —- yang dihadiri oleh 300 utusan resmi dari 120 Gereja dan Persekutuan Kristen — mungkin dapat kita cirikan sebagai suatu konperensi studi oikumenis dalam skala mondial. Sidang-sidang pleno dalarh minggu per- tama digunakan untuk mendengarkan ceramah-ceramah, yang memberikan gambaran yang saling melengkapi tentang situasi dunia pada waktu itu dan tentang tugas Gereja di situ. Untuk memungkinkan suatu diskusi- yang baik, para utusan dan pe- ninjau konperensi dibagi dalam lima. seksi, yang membahas pokok-pokok yang berikut : Gereja dan masyarakat; Gereja dan negara, Gereja, masyarakat dan negara dalam hubungannya de- ngan tata-ekonomi, Gereja, masyarakat dan negara dalam hubungannya dey ngan pendidikan, : Gereja yang universal dan dunia bangsa-bangsa. Pada tahun yang sama — tahun 1937 — "Dewan Oiku- mene untuk Iman dan Tatagereja” (= Faith and Order) me- ngadakan konperensinya yang kedua di Edinburgh (Skotlandia). 58

Anda mungkin juga menyukai