Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN

SEMINAR NASIONAL SASTRA


BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS BAKTI INDONESIA


BANYUWANGI
Tahun Ajaran : 2021 – 2022
A. PENDAHULUAN

Karya sastra merupakan hasil karya cipta manusia yang mengandung daya
imajinasi dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Menurut Wellek dan
Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti batu dan
tembaga untuk seni patung, cat lukisan, dan  bunyi untuk seni musik, sehingga
diperlukan bahasa sebagai media penyampaiannya. Sastra sebagai karya
imajinatif, memiliki acuan berupa dunia fiksi atau imajinasi. Sastra lahir dari
proses kegelisahan sastrawan atas terjadinya ketegangan atas kebudayaannya.
Sastra sering juga ditempatkan sebagai potret sosial. Sebuah karya sastra
berfungsi mengungkapkan kondisi masyarakat pada masa tertentu. Dengan
demikian, karya sastra akan memancarkan semangat zamannya dan memberi
pemahaman yang khas atas situasi sosial, kepercayaan dan harapan-harapan
individu yang sesungguhnya mempresentasikan kebudayaan bangsanya. Sastra
menyajikan dunia dalam kata, yang bukan dunia sesungguhnya, namun dunia
yang “mungkin” ada.
Selain bercirikan keindahan, sebuah karya sastra haruslah memiliki
kegunaan. Dalam hal ini fungsi sastra bagi manusia, yaitu sebagai kesenangan dan
manfaat. Kedua sifat tersebut saling mengisi. Kesenangan yang diperoleh melalui
pembacaan karya sastra bukanlah kesenangan ragawi, melainkan kesenangan
yang lebih tinggi, yaitu kesenangan kontemplasi yang tidak mencari keuntungan.
Sedangkan manfaatnya adalah keseriusan yang menyenangkan, keseriusan estetis,
dan keseriusan persepsi. Selain itu sastra juga memiliki fungsi katarsis, yaitu
membebaskan pembaca dan penulisnya dari tekanan emosi.
Karya sastra jika dilihat dari bentuknya dibagi menjadi tiga yaitu, drama,
puisi, dan prosa. Menurut  Rahmanto (1988: 89-90), drama bukan hanya
pemaparan atau diskusi tentang peristiwa kehidupan yang nyata, tetapi drama
lebih merupakan penciptaan kembali kehidupan nyata seperti pendapat Aristoteles
(dalam Rahmanto,1988: 90) yaitu peniruan gerak yang memanfaatkan unsur-
unsur aktivitas nyata. Bentuk karya sastra yang kedua adalah puisi. Puisi adalah
pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran bahasa berirama (Altenbernd
dalam Rahmad Djoko Pradopo, 2005: 5-6). Kepuitisan sebuah puisi dapat dicapai
dengan bermacam-macam cara, misalnya dengan bentuk visual: tipografi, susunan
bait dengan bunyi: persajakan, asonansi, aliterasi, kiasan bunyi, dan lambang rasa
(Rahmad Djoko Pradopo, 2005: 13). Selain drama dan puisi, karya sastra yang
lain adalah prosa. Menurut  Burhan Nurgiyantoro (1994: 2) prosa dalam
pengertian  kesastraan juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text) atau
wacana naratif (narrative discouce). Karya fiksi menyaran pada suatu karya yang
menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan
terjadi sungguh-sungguh sehingga perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata.
Istilah fiksi sering dipergunakan dalam pertentangannya dengan realitas yang
terjadi di dunia nyata sehingga kebenarannyapun dapat dibuktikan dengan data
empiris. Ada tidaknya, atau dapat tidaknya sesuatu yang dikemukakan dalam
karya sastra dibuktikan secara empiris antara lain yang membedakan karya fiksi
dengan karya nonfiksi. Tokoh, peristiwa, dan tempat yang bersifat imajinatif,
sedang pada karya nonfiksi bersifat faktual.
Menurut  Julia Kristeva (1994: 54) bahwa intertekstual mempunyai
prinsip. Prinsip ini berarti bahwa setiap teks sastra dibaca dan harus dibaca
dengan latar belakang teks-teks lain; tidak ada sebuah teks pun yang sungguh-
sungguh mandiri, dalam arti bahwa penciptaan dan pembacaannya tidak dapat
dilakukan tanpa adanya teks-teks lain sebagai contoh, teladan, kerangka; tidak
dalam arti bahwa teks baru hanya meneladan teks lain atau mematuhi kerangka
yang  telah diberikan terlebih dahulu; tetapi dalam arti bahwa dalam
penyimpangan dan transformasi pun model teks yang sudah ada memainkan
peranan yang penting; pemberontakan atau penyimpangan mengandalkan adanya
sesuatu yang dapat diberontaki dan disimpangi.  Pemahaman teks baru
memerlukan latar belakang pengetahuan tentang teks-teks yang mendahuluinnya
(Teeuw, 1984: 144).
Prinsip intertekstual yang utama adalah prinsip memahami dan
memberikan makna karya yang bersangkutan. Karya itu diprediksikan sebagai
reaksi, penyerapan, atau transformasi dari karya-karya yang lain. Intertekstual
lebih dari sekedar pengaruh, ambilan, atau jiplakan, melainkan bagaimana kita
memperoleh makna sebuah karya secara penuh dalam kontrasnya dengan karya
lain yang menjadi hipogramnnya (Burhan  Nurgiyantoro, 1994: 54).
Karya sastra memang tidak secara langsung mendidik pembacanya, namun
karya sastra menampilkan citra energetis yang secara langsung berpengaruh
terhadap kualitas emosional, yang kemudian berpengaruh terhadap kualitas lain,
misalnya pendidikan, pengajaran, etika, budi pekerti, dan sistem norma yang lain.
Dalam konteks itulah, mempelajari sastra suatu bangsa pada hakikatnya tidak
berbeda dengan usaha memahami kebudayaan bangsa yang bersangkutan.
Seiring dengan perkembangan peradaban dunia, sebuah karya sastra akan
memiliki prestise yang  semakin dihargai. Dalam hal ini, sebuah karya sastra akan
berada dalam sebuah persaingan yang akan menunjukkan kualitas karya tersebut.
Di sisi lain, masyarakat yang merupakan konsumen sastra akan membaca serta
menelaah karya-karya yang memiliki nilai guna bagi dirinya serta bagi
lingkungannya.
Namun pada kenyataanya, karya sastra masih jarang dinikmati oleh
masyarakat. Hal ini terjadi karena masyarakat kurang mengetahui nilai estetis
sebuah karya sastra.
Keprihatinan ini menggerakkan kami untuk mengadakan sebuah acara
bernama “Seminar Nasional Sastra”, yang bertemakan “Sastra dan Semangat
Hidup Menuju Kemuliaan”.
B. TUJUAN
Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan rasa cinta terhadap kesustraan
bagi kalangan pemuda Indonesia dan kepedulian akan masa depan bangsa
Indonesia. Selain itu, seminar ini juga bertujuan untuk meningkatkan apresiasi
karya sastra dan upaya dalam menghadapi perubahan sosial, serta melihat kembali
bagaimana seharusnya sastra dan budaya berperan dalam masyarakat untuk
menuju kemuliaan hidup
C. PESERTA
1. Mahasiswa Universitas Bakti Indonesia
2. Mahasiswa Se-Banyuwangi
3. Masyarakat umum
D. PEMBICARA
Pembicara dalam acara “Seminar Nasional Sastra” adalah KH. Zawawi
Imron, beliau adalah salah satu tokoh sastrawan Indonesia yang sudah
melanglang buwana dengan karya-karyanya. Dan untuk pembanding dalam
seminar nasional sastra ini adalah Taufiq WR Hidayat, beliau juga salah satu
sastrawan Indonesia yang asli kelahiran Banyuwangi.
E. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Waktu/Tanggal : Kamis, 27 Oktober 2022
Jam : 09.00 WIB – Selesai
Tempat : Aula Universitas Bakti Indonesia
F. SUSUNAN PANITIA
SUS UNAN KEPANITIAAN

Penasehat : Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra


Nurul Anam, M.Pd
Pelindung : Ka. Prodi Sastra Inggris
Widya Putriana, M.Pd
Ketua : Moh. Abdus Salam
Sekretaris : Febby Yulianti
Bendahara : Aura Setyobudianti
Seksi-seksi
 Konsumsi : Dila Sephia Ulinuha (Koordinator)
Astutuk Shalehatin
Atika Zahro Nabila
Jovita Peka Mila
Sifra Eunike Neno
Sonya De Fatima Barros A.
 Perlengkapan : Achmad Faiz Azizi (Koordinator)
Reynaldi Sudjana
Gordianus Mangu
 Acara : Resh’aina Novi Rahmalina (Koordinator)
Ade Ria Leonita
 Dokumentasi : Aulia Arif Kaida (Koordinator)
Aulia Ramadhan (Koordinator)
 Publikasi : Nafisatin Nida (Koordinator)

G. ANGGARAN BIAYA
ANGGARAN BIAYA

No. Kebutuhan Jumlah Harga Satuan Total


1 Banner 3X4 Rp.25.000 Rp.240.000
2. ATK - Rp. 100.000 Rp.100.000
3. Pemateri - Rp.1.000.000 Rp.1.000.000
4 Sewa Aula 1 Rp. 700.000 Rp.700.000
5 Sertifikat 200 Rp.2.000 Rp.400.000
6 Konsumsi Peserta 200 Rp.2.500 Rp.500.000
7 Konsumsi Pemateri 2 Rp.50.000 Rp.100.000
8 Konsumsi VIP 10 Rp.25.000 Rp.250.000
9 Dokumentasi 1 Unit Rp.100.000 Rp.100.000
10 Dana Terduga - Rp.500.000 Rp.500.000
Total Rp.3.890.000
LAPORAN KEUANGAN
SEMINAR SASTRA NASIONAL FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS BAKTI INDONESIA 2022

DANA PEMASUKAN
No. SUMBER PEMASUKAN JUMLAH
1 SISA UANG BEM Rp. 250.000,00
2 P.T NATURAL NUSANTARA Rp. 200.000,00
3 BANK RAKYAT INDONESIA Rp. 500.000,00
4 Ms. WIDYA PUTRIANA Rp. 100.000,00
5 PENDAFTARAN PESERTA Rp. 2.099.000,00
Total Pemasukan Rp. 3.149.000,00

DANA PENGELUARAN
NO RINCIAN JUMLAH
1 KWITANSI Rp. 17.000,00
2 PRINT Rp. 5.000,00
3 JILID Rp. 22.000,00
4 BENSIN Rp. 140.000,00
5 BANNER Rp. 240.000,00
6 AMPLOP Rp. 22.500,00
7 KONSUMSI Rp. 900.000,00
8 FIGURA Rp. 60.000,00
9 CINDERAMATA Rp. 200.000,00
10 TISSUE Rp. 30.000,00
11 ROKOK Rp. 60.000,00
12 ROTI Rp. 180.000,00
13 AQUA Rp. 35.500,00
14 KARBOL Rp. 30.000,00
15 GEPREK Rp. 110.000,00
16 ROTI MINI Rp. 20.000,00
17 MINUMAN DINGIN Rp. 20.000,00
18 JAJAN KERING Rp. 50.000,00
19 KERTAS SERTIFIKAT Rp. 60.000,00
TOTAL PENGELUARAN Rp. 2.337.000,00
SISA Rp. 812.000.00
Mengetahui
Ketua Panitia Bendahara

(Moh. Abdus Salam) (Auralita Setyobudiyanti)

Anda mungkin juga menyukai