Anda di halaman 1dari 6

TUGAS BAHASA INDONESIA

NAMA KELOMPOK :
ANGGOTA KELOMPOK : 1. JOHAN ERIKSON LILY
2. LAKSMI DWI MAHARANI
3. NURUL AFIFIFAH KARIM
4. YULIAN DORTYHA NAFIE

SMA NEGERI 1 KOTA KUPANG


TAHUN AJARAN 2021/2022
Tugas 1 ( hal 117 )

 Menerangkan Maksud Pengarang terhadap Kehidupan dalam


Novel

Pertanyaan
1. Menceritakan tentang apa novel Triologi Ronggeng Dukuh Paruk?
2. Berlatar belakang tempat dimanakah kehidupan novel Triologi Ronggeng Dukuh
Paruk?
3. Bagaimanakah keadaaan Dukuh Paruk, desa kecil itu?
4. Dimana latar waktu yang diangkat dalam novel tersebut?
5. Novel ini terdiri dari tiga buku (triologi), pada penerbitan pertama. Apa judul buku
(triologi) tersebut?
6. Novel Ronggeng Dukuh Paruk telah diadaptasi kedalam film yang berjudul?
7. Ronggeng Dukuh Paruk diterbitkan dalam bentuk audio menggunakan suara siapa
dan pada tahun berapa?

Novel triologi Ronggeng Dukuh Paruk menceritakan kehidupan percintaan anatara


Srintil si penari ronggeng dengan teman masa kecilnya yang berprofesi sebagai
tentara yaitu Rasus. Ronggeng Dukuh Paruk mengangkat latar Dukuh Paruk, sebuah
desa kecil yang dirundung kemiskinan,kelaparan, dan kebodohan.kutipan yang
mendukung bahwa masyarakat Dukuh Paruk dirundung kebodohan yaitu: “
seandainya ada seorang di Dukuh paruh yang pernah bersekolah ”. kutipan tersebut
sudah jelas menggambarkan bahwa warga di Dukuh Paruh bodoh dimana diantara
mereka tidak ada satu orangpun yang bersekolah. “Bagi pedukuhan yang kecil,
miskin , terpencil namun bersahaja itu, ronggeng adalah perlambang kehidupan”.
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa masyarakat Dukuh Paruk adalah desa yang
miskin. Cerita ini terjadi pada tahun 1960-an yang penuh dengan gejolak politik. Pada
penerbitan pertama, novel ini terdiri atas tiga buku (trilogi), yaitu Catatan Buatan
Emak, Lintang Kemukus Dini Hari dan Jantera Bianglala. Novel ini juga telah diaptasi
ke dalam film seperti film Darah dan Mahkota Ronggeng (1983) dan Sang Penari
(2011). Ronggeng Dukuh Paruk diterbitkan dalam bentuk audio menggunakan suara
Butet Kartateradja tahun 2014.
Tugas 2 ( hal 124 )

Menganalisis Unsur Kebahasaan Novel

Unsur Kebahasaan novel Ronggeng Dukuh Paruk


1. Menggunakan majas Simile ( majas yang digunakan untuk menggambarkan suatu
keadaan atau sering disebut majas perumpamaan )
 Seekor burung pipit sedang berusaha mempertahankan nyawanya. Dia
terbang bagai batu lepas dari ketapel sambil menjerit-jerit sejadinya.
 Ibarat meniti sebuah titian panjang berbahaya, aku hanya bisa
menceritakannya.
2. Majas Personifikasi ( majas yang menngambarkan sebuah benda mati seolah-olah
memiliki sifat seperti manusia )
 Tetes-tetes embuh jatuh menimbulkan suara desahan-desahan musik yang
serempak
 Dukuh Paruk kembali menjatuhkan pundak-pundak yang berat kembali
bersimbah air mata
3. Majas Metafora ( kiasan yang mengungkapkan perbandingan )
 Mereka pantas berkerjaran, bermain, dan bertembang. Mereka sebaiknya
tahu masa kanak-kanak adalah surga yang hanya sekali datang.
4. Majas Sindiran
 “ Si tua bangka ini sunnguh-sungguh tengik!”

5. Menggunakan konjungsi koordinatif ( kata penghubung dua unsur atau lebih yang
setara )
 Semua orang Dukuh Paruk tahu Ki Secangmenggela, moyang mereka, dahulu
menjadi musuh kehidupan masyarakat. Tetapi meraka memujanya
 Daun kuning serta ranting ering jatuh

6. Menggunakan kalimat yang kompleks terdiri atas lebih dari satu aksi, peristiwa dan
keadaan sehingga mempunyai lebih dari satu struktur.

7. Menggunakan kata rujukan


 Kedua ungggas itu telah melayang beratus-ratus kilometer mencari genangan
air.
 Mereka terengah-engah, namun batang singkong itu tetap tegak
ditempatnya.
8. Menggunakan kata citraan
 Suaranya melengking seperti keluhan panjang
 Sawah itu berubah menjadi padang kering berwarna kelabu
 Di tepi kampung, tiga orang anak laki-kaki sedang berusaha payah mencabut
sebatang singkong
 Urat-urat kecil di tangan dan dipunggung menegang
 Udara kemarau makin makam makin dingin

9. Menggunakan konjungsi temporal
 “ setelah sekian lama menjadi ronggeng , kehidupan Srintil berubah total.
Semula dia hidup dalam kemiskinan, kemudian dia hidup berkecukupan
bahkan dapat dikategorikan mewah untuk ukuran 1965-an”.

10. Menggunakan konjugsi kausalitas


 “ Rasus menjadi agak kecewa saat menegtahui Srintil yang baru berusia 11
tahun harus menjadi ronggeng. Karena apabila Srintil menjadi ronggeng maka
Rasus tak bisa lagi bermain dengan Srintil”

11. Menggunakan kata keterangan tempat dan waktu


 “ tokoh Srintil yang terpilih menjadi seorang penari ronggeng di kampungnya
dan bagaimana keadaan itu mengubah jalan hidupnya dan juga kekasihnya
(Rasus)”
 Bahkan dapat dikategorikan mewah untuk ukuran tahun 1965-an”

12. Menggunakan kata ganti orang


 “Dia dapat mengira-ngira saat itu hampir pukul dua belas tengah malam
tahun 1946”
Tugas 3 (hal 125 )
Menemukan Pandangan Pengarang dalam Novel

Aspek kehidupan Pandangan pengarang


Sosial Dalam novel ini unsur sosial
kemasyarakatan lebih cenderung ke arah
ronggeng. Karena segala sesuatu yang
berhubungan dengan hubungan antar
manusia lebih diutamakan untuk ronggeng ,
karena bagi mereka adanya sosok
ronggeng sendiri merupakan kebanggan
sendiri untuk dukuh paruk. Kehidupan
sosial dalam novel ini kemungkinan besar
mengangkat tentang kenyataan hidup yang
pernah terekem dibenak pengarang, yang
terjadi saat penghianatan PKI. Banyak
orang yang menyuarakan tentang
demokrasi dan hak asasi manusia, itu
merupakan bukti bawha masalah
kemanusiaan sangat terusik/terjadi.
Gambaran nyata yang terdapat di novel ini
yang terwakili oleh sosok Srintil,Rasus, yang
berbicara tentang pentingnya kesadaran
terhadap masalah kemanusiaan.
Agama Dalam novel ini juga, keagamaan tidak
teralalu terlihat, sebab warga Dukuh Paruk
sendiri lebih mempercayai adanya nenek
moyang dan hal-hal animisme. Kalimat
dalam novel yang mendukung bawa
masyarakat Dukuh Paruk lebih
mempercayai adanya nenek moyang yaitu:
”semua orang di Dukuh Paruk tahu Ki
Secangmenggala, moyang mereka, dahulu
menjadi musuh kehidupan masyarakat.
Tetapi mereka memujanya. Kubur Ki
Secangmenggala yang terletak di punngung
bukit kecil di tengah Dukuh Paruk menjadi
kiblat kehidupan kebatianan mereka.
Gumpalan abu kemenyan pada nisan kubur
KI secangmenggala membuktikan pola
tingkah kebatinan orang Dukuh Paruk
berpusat disana.

Budaya Kehidupan budaya di Dukuh Paruk adalah


ronggeng. Kesenian tersebut melumuri
seluruh Dukuh. Namun ciri khas dari
Ronggeng yang ada di Dukuh Paruh adalah
diiringi dengan nyawer dan memberikan
sejaji kepada nenek moyang. Kutipan yang
mendukung bahwa masyarakat Dukuh
Paruk sangat kental dengan ronggeng yaitu:
“Dukuh paruk tanpa ronggeng,bukanlah
Dukuh paruk”

Anda mungkin juga menyukai