Anda di halaman 1dari 79

INSTITUT TEKNOLOGI PLN

SKRIPSI

KOORDINASI SISTEM PROTEKSI TRANSFORMATOR 1


GARDU INDUK DURI KOSAMBI

DISUSUN OLEH:
BAKTI TRI PAMUNGKAS
2016 11 122

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI
TERBARUKAN
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
JAKARTA 2021
KOORDINASI SISTEM PROTEKSI TRANSFORMATOR 1

GARDU INDUK DURI KOSAMBI

SKRIPSI

INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Elektro

Disusun Oleh:
BAKTI TRI PAMUNGKAS
2016 11 122

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI
TERBARUKAN
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
JAKARTA 2021

ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Nama : Bakti Tri Pamungkas


NIM : 2016 11 122
Program Studi : S1 Teknik Elektro
Fakultas : Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Judul Skripsi : Koordinasi Sistem Proteksi Transformator 1 Gardu Induk
Duri Kosambi

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana baik di lingkungan Institut Teknologi
PLN maupun di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.
Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaraan dan rasa tanggung jawab serta bersedia
memikul segala resiko jika ternyata pernyataan ini tidak benar.

Jakarta, 31 Januari 2021

Tanda tangan
Diatas materai 10000
( Bakti Tri Pamungkas )

iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

SKRIPSI

KOORDINASI SISTEM PROTEKSI TRANSFORMATOR 1


GARDU INDUK DURI KOSAMBI

Disusun Oleh:
BAKTI TRI PAMUNGKAS
2016 11 122

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI
TERBARUKAN
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
Jakarta, 31 Januari 2021
Mengetahui, Disetujui,
Kepala Program Studi Dosen Pembimbing

Tony Koerniawan, S.T., M.T. Hasna Satya Dini, S.T., M.T.


NIDN: 0325018402 NIDN: 1995201813

iv
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

SKRIPSI

KOORDINASI SISTEM PROTEKSI TRANSFORMATOR 1


GARDU INDUK DURI KOSAMBI

Disusun Oleh:

BAKTI TRI PAMUNGKAS


2016 11 122

Telah disidangkan dan dinyatakan LULUS pada sidang Skripsi pada program Studi S1
Teknik Elektro Fakultas Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Institut Teknologi
PLN pada ……………
26 Agustus 2021
TIM PENGUJI
Nama Jabatan Tanda Tangan
Tony Koerniawan, S.T., M.T. Ketua Sidang
Oktaria Handayani, S.T., M.T. Sekertaris Sidang
Ginas Alvianingsih, S.T., M.T. Anggota Sidang

Mengetahui,
Kepala Program Studi
S1 Teknik Elektro
Digitally signed by Tony
Koerniawan
DN: OU=Fakultas
Ketenagalistrikan dan Energi
Terbarukan, O=Institut Teknologi
PLN, CN=Tony Koerniawan,
E=tony.koerniawan@itpln.ac.id
Reason: I am the author of this
document
Location: Jakarta
Date: 2021-09-13 17:29:52

Tony Koerniawan S,T., M.T.


NIDN: 0325018402

v
UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan ini saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat:

Hasna Satya Dini S.T., M.T. Selaku Pembimbing

Yang telah memberikan petunjuk, saran-saran serta bimbingannya sehingga Skripsi ini
dapat diselesaikan:

Terima kasih yang sama, saya sampaikan kepada:


1. Bpk. Herulloh Selaku Supervisor Gardu Induk Duri Kosambi
2. Petugas dan Staff Gardu Induk Duri Kosambi
3. Petugas Pemeliharaan Gardu Induk Duri Kosambi

Yang telah mengijinkan melakukan pengumpulan data dan wawancara selama proses
pengambilan data di Gardu Induk Duri Kosambi.

Jakarta, 31 Januari 2021

BAKTI TRI PAMUNGKAS


2016 11 122

vi
HALAMAN PERNYANTAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Institut Teknologi - PLN, saya yang bertanda tangan dibawah
ini:
Nama : Bakti Tri Pamungkas
NIM : 2016 11 122
Program Studi : S1 Teknik Elektro
Fakultas : Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Institut
Teknologi – PLN Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-exclusive Royalty Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
KOORDINASI SISTEM PROTEKSI TRANSFORMATOR 1
GARDU INDUK DURI KOSAMBI
Besarta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non eksklusif
ini Institut Teknologi PLN berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan Skripsi saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Pemilik
Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di: Jakarta
Pada tanggal: 31 Januari 2021
Yang Menyatakan,

Bakti Tri Pamungkas

vii
KOORDINASI SISTEM PROTEKSI TRANSFORMATOR 1
GARDU INDUK DURI KOSAMBI
Bakti Tri Pamungkas, 2016 11 122
Dibawah bimbingan Hasna Satya Dini,S.T.,M.T

ABSTRAK

Transformatorr adalahh komponenn utama dalam menyalurkan energi listrikk pada


sistem kelistrikann sehingga dibutuhkan peralatan pengaman untuk menproteksi
transformator dari gangguan arus hubung singkat. Proteksil transformator 1 Gardu Induk
Duri Kosambi terbagi menjadi proteksi utama dan proteksi cadangan untuk proteksi
utama salah satunya adalah relay differensial dan proteksi cadangan salah satunya adalah
Over Current Relay (OCR)i dan aGround Fault Relay (GFR). Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dimana mulai pengumpulan data, pengelolahan, atau
perhitungan data, hingga hasil yang di dapat juga dalam bentuk angka serta melakukan
simulasi dengan bantuan program ETAP untuk mengamati koordinasi sistem proteksi.
Hasil perhitungan yang di dapat bahwa arus gangguan 3 phasa sebesar 42,680 kA dan
arus gangguan 1 phasa ke tanah sebesar 7,956 kA pada sisi 150kV sedangkan pada sisi
20 kV arus gangguan 3 phasa sebesar 14,718 kA dan arus gangguan 1 phasa ke tanah
sebesar 1,068 kA. Untuk relay differensial bekerja tanpa koordinasi dengan relay lain dan
bekerja sangat cepat sehingga pada relay differensial hanya bekerja pada wilayah yang
diproteksi. Sedangkan relay OCR dan GFR dapat berkoordinasi dengan baik dengan
syarat pada saat relay bekerja kurva pada relay tidak bersinggungan atau mal operasi.
Kata Kunci : gangguan hubung singkat, proteksi, relay differensial, OCR, GFR

viii
COORDINATION OF TRANSFORMER 1 PROTECTION SYSTEM
AT DURI KOSAMBI SUBSTATION
Bakti Tri Pamungkas, 2016 11 122
Under the guidance of Hasna Satya Dini, S.T., M.T.

ABSTRACT

The transformer is the main component in the flow of electrical energy in the electrical
system so that safety equipment is needed to protect the transformer from short-circuit
current. Transformer 1 protection for Duri Kosambi Substation is divided into main
protection and backup protection. for main protection, one of which is differential relay
and backup protection, one of which is Over Current Relay (OCR) and Ground Fault
Relay (GFR). This research uses quantitative methods which start from data collection,
processing, or data calculation, until the results can be obtained also in the form of
numbers and perform simulations with the ETAP assistance program to monitor the
coordination of the protection system. The calculation results show that the 3-phase fault
current is 42.680 kA and the 1-phase fault current to ground is 7.956 kA on the 150kV
side, while on the 20 kV side the 3-phase fault current is 14,718 kA and the 1-phase fault
current to ground is 1,068 kA. For the differential relay works without coordination with
other relays and works very fast so that the differential relay only works in the protected
region. While the OCR and GFR relays can coordinate well with the condition that when
the relay is working the curve on the relay does not intersect or is in operation.
Keywords : Short Circuit Current Interference, Protection, differensial relay, OCR, GFR

ix
DAFTAR ISI

KOORDINASI SISTEM PROTEKSI TRANSFORMATOR 1 GARDU INDUK


DURI KOSAMBI ............................................................................................................ ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ................................................................. v

UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................................... vi

HALAMAN PERNYANTAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK


KEPENTINGAN AKADEMIS .................................................................................... vii

ABSTRAK .................................................................................................................... viii

ABSTRACT ..................................................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1


1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 2
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 2
1.5. Ruang Lingkup Masalah ................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 3

2.1. Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 3


2.2. Landasan Teori ................................................................................................. 4
2.2.1. Sistem tenaga listrik .................................................................................. 4
2.2.2. Gangguan Hubung Singkat ...................................................................... 5
2.2.3. Proteksi Sistem Tenaga Listrik ................................................................ 7
2.2.4. Sistem Proteksi Transformator ............................................................... 8
2.2.4.1. Relay Differensial ............................................................................. 10

x
2.2.4.2. Relay Arus Lebih (OCR) ................................................................. 13
2.2.4.3. Relay Hubung Tanah (GFR) .......................................................... 15
2.2.5. Sistem Koordinasi Relay ........................................................................ 16
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................. 17

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 17


3.2. Desain Penelitian ............................................................................................ 17
3.3. Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 18
3.3.1. Menghitung Arus Hubung Singkat ....................................................... 19
3.3.2. Setting Relay Transformator ................................................................. 22
3.3.2.1. Relay Differensial ............................................................................. 22
3.3.2.2. Over Current Relay (OCR) ............................................................ 25
3.3.2.3. Ground Fault Relay (GFR) ............................................................. 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 28

4.1. Hasil ................................................................................................................. 28


4.1.1. Perhitungan Arus Hubung Singkat ....................................................... 28
4.1.2. Penyetelan Relay Arus Lebih ................................................................. 31
4.1.3. Penyetelan Relay Gangguan Tanah ...................................................... 32
4.1.4. Penyetelan Relay Differensial ................................................................ 33
4.2. Pembahasan .................................................................................................... 37
4.2.1. Arus hubung singkat ............................................................................... 37
4.2.2. OCR (Over Current Relay) .................................................................... 41
4.2.3. GFR (Groud Fault Relay) ...................................................................... 43
4.2.4. Relay Differensial .................................................................................... 45
4.2.5. Koordinasi sistem Proteksi ..................................................................... 48
BAB V PENUTUP ......................................................................................................... 54

5.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 54


5.2. Saran ................................................................................................................ 54
Daftar Pustaka .............................................................................................................. xiv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... xv

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Data Transformator .................................................................................................... 19


Tabel 3. 2 Data Sumber Busbar .................................................................................................. 19

Tabel 4. 1 Hasil Perhitungan Arus Hubung Singkat ................................................................... 37


Tabel 4. 2 Setting Waktu Relay OCR ......................................................................................... 41
Tabel 4. 3 Setting Relay GFR ..................................................................................................... 43
Tabel 4. 4 Hasil Perhitungan CT Sisi 150 kV ............................................................................. 45
Tabel 4. 5 Hasil Perhitungan CT Sisi 20 kV ............................................................................... 45
Tabel 4. 6 Hasil Perhitungan Setting Relay Differensial ............................................................ 45

xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Sistem Tenaga Listrik .............................................................................................. 4
Gambar 2. 2 Gangguan Hubung Singkat 1 Phasa ke Tanah ......................................................... 6
Gambar 2. 3 Gangguan Hubung Singkat 3 Phasa ......................................................................... 7
Gambar 2. 4 Proteksi Transformator............................................................................................. 9
Gambar 2. 5 Relay Differensial dalam Kondisi Normal ............................................................. 11
Gambar 2. 6 Relay Differensial Pada Saat Gangguan Di Luar Daerah Proteksi ........................ 11
Gambar 2. 7 Relay Differensial Pada Gangguan Di Dalam Daerah Proteksi ............................. 12
Gambar 2. 8 Sistem Proteksi OCR.............................................................................................. 13
Gambar 2. 9 Instanous Time ....................................................................................................... 14
Gambar 2. 10 Definite Time ....................................................................................................... 14
Gambar 2. 11 Inverse Time ........................................................................................................ 15
Gambar 2. 12 Sistem Proteksi OCR dan GFR ............................................................................ 15
Gambar 2. 13 Wiring Diagram 3 Garis Koordinasi Proteksi ...................................................... 16

Gambar 3. 1 Flowchart Penelitian............................................................................................... 17

Gambar 4. 1 Single Line Diagram Gardu Induk Duri Kosambi ................................................. 28


Gambar 4. 2 Grafik Kerja Relay Differensial ............................................................................. 36
Gambar 4. 3 Gangguan Hubung Singkat 3 Phasa ....................................................................... 38
Gambar 4. 4 Gangguan Hubung Singkat 1 Phasa Ke Tanah ...................................................... 39
Gambar 4. 5 Kurva Existing Relay OCR sisi 20 kV ................................................................... 42
Gambar 4. 6 Kurva Existing Relay OCR 150 kV ....................................................................... 42
Gambar 4. 7Kurva Existing Relay GFR Sisi 20 kV.................................................................... 44
Gambar 4. 8 Kurva Existing Relay GFR sisi 150 kV ................................................................. 44
Gambar 4. 9 Sistem Kerja Relay Differensial Saat Gangguan Hubung Singkat Di Wilayah
Proteksi ....................................................................................................................................... 46
Gambar 4. 10 10 Sistem Kerja Relay Differensial Saat Gangguan Hubung Singkat Di Luar
Wilayah Proteksi ......................................................................................................................... 47
Gambar 4. 11 Sistem Kerja Koordinasi Relay Proteksi Pada Hubung Singkat 3 Phasa Dilihat
Melalui Wiring 3 Line Diagram.................................................................................................. 48
Gambar 4. 12 Simulasi Sistem Koordinasi Relay Proteksi pada Hubung Singkat 3 Phasa ........ 49
Gambar 4. 13 Kurva Existing Relay OCR Pada Gangguan Hubung Singkat 3 Phasa ................ 50
Gambar 4. 14 Sistem Kerja Koordinasi Relay Proteksi Pada Hubung Singkat 1 Phasa ke Tanah
Dilihat Melalui Wiring 3 Line Diagram ..................................................................................... 51
Gambar 4. 15 Simulasi Sistem Koordinasi Relay Proteksi pada Hubung Singkat 1 Phasa ke
Tanah .......................................................................................................................................... 52
Gambar 4. 16 Kurva Existing Relay OCR Pada Gangguan Hubung Singkat 1 Phasa ke Tanah 53

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Bimbingan Skripsi......................................................................... xvi

Lampiran 2 Koordinasi Relay Gangguan Hubung singkat 3 Phasa ............................... xvi

Lampiran 3 Koordinasi Relay Gangguan Hubung Singkat 1 Phasa ke Tanah .............. xvi

Lampiran 4 Report Relay Differensial Di Wilayah Proteksi ......................................... xvi

Lampiran 5 Report Relay Differensial Di Luar Wilayah Proteksi ................................. xvi

xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Transformator adalah komponen utama dalam menyaluran energi listrik pada
sistem ketenagalistrikan. Sistem tenaga listrik terbagi dalam beberapa bagian sistem,
yaitu pembangkit, transmisi, dan distribusi. Pada saluran transmisi dan distribusi
karena sebagian besar melalui daerah terbuka maka digunakan saluran udara dimana
untuk mengalami gangguan sangat mungkin terjadi. Salah satu faktor penyebab
gangguan yang sering terjadi pada saluran transmisi adalah gangguan akibat sambaran
petir yang memberi resiko merusak isolasi transformator bay.

Transformator bay adalah peralatan utama dalam sebuah Gardu Induk dimana
transformator bay harus mendapatkan pengamanan atau proteksi yang tepat serta
dilengkapi dengan relay untuk memproteksi transformator terhadap gangguan dari
luar dan di dalam transformator. Gangguan di luar area proteksi transformator akan di
proteksi menggunakan Relay Arus Lebih (Over Current Relay) dan Relay Gangguan
Tanah (Ground Fault Relay), sedangkan untuk gangguan di dalam area proteksi
transformator menggunakan Relay Differensial.

Salah satu cara menghindari kerusakan yang terjadi pada transformator bay
perlu dilakukan perhitungan penyetelan relay yang baik sehingga dapat memproteksi
peralatan listrik dari arus gangguan hubung singkat. Besar arus gangguan hubung
singkat yang mungkin terjadi dalam sistem kelistrikan perlu diketahui ditiap titik di
dalam jaringan juga di perlukan, salah satunya untuk menghitung penyetelan relay
proteksi.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan pada latar belakang diatas maka dapat disusun rumusan
masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mengamankan transformator dari kerusakan?


2. Berapa nilai arus setting yang dipakai agar sistem proteksi differensial dapat
bekerja dengan baik?

1
3. Bagaimana menentukan setting koordinasi proteksi antara Over Current Relay
dan Ground Fault Relay agar tercapai sistem proteksi yang baik?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut diatas, maka tujuan penelitian
hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1. Menentukan jenis relay proteksi yang digunakan pada Gardu Induk Duri
Kosambi
2. Menentukan arus setting Relay Differensial pada Gardu Induk Duri Kosambi
3. Mengetahui penyetelan setting Relay Arus Lebih dan Relay Gangguan Tanah

1.4. Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan berhasil dengan baik dan dapat mencapai tujuan
penelitian secara optimal dan mampu menghasilkan laporan yang sistematis dan
bermanfaat secara umum sebagai sarana menambah pemahaman tentang kajian
koordinasi sistem proteksi khususnya pada penyetelan Relay Differensial, OCR, dan
GFR.

1.5. Ruang Lingkup Masalah


Luasnya cakupan masalah mengenai sistem proteksi terhadap peralatan listrik
yang terdapat dalam sebuah gardu induk khususnya pada transformator mendorong
penulis untuk membatasi masalah sebagai berikut:

1. Besarnya nilai arus setting Relay Differensial pada transformator Gardu Induk
Duri Kosambi.
2. Koordinasi proteksi Relay Arus Lebih dan Relay Gangguan Tanah pada Gardu
Induk Duri Kosambi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
Sistem proteksi merupakan bagian penting dari sistem tenaga listrik karena
merupakan suatu perlindungan terhadap peralatan listrik untuk menghindari
kerusakan peralatan dan juga mencegah meluasnya suatu gangguan apabila terjadi
gangguan serta menjaga agar stabilitas penyaluran tenaga listrik tetap terjaga.

Menurut Baddarudin, Budi Wirawan (2014), “Transformator daya berfungsi


sangat penting dalam penyaluran daya listrik, oleh karena itu trafo perlu diamankan
untuk mencegah kerusakan akibat adanya gangguan.”

Baskara Indra, Sukereyasa dan Ariastina (2015), “Peralatan proteksi perlu


dikoordinasikan untuk memastikan bahwa peralatan yang berada di titik terdekat
dengan gangguan harus dioperasikan terlebih dahulu. Relay pengaman dengan
kemampuan selektif yang baik dibutuhkan untuk mencapai keandalan sistem yang
tinggi karena tindakan pengaman yang cepat dan tepat akan dapat mengurangi
gangguan menjadi sekecil mungkin.”

Menurut Nor Ria (2017), “Dalam pengoperasian transformator dapat terjadi 2


gangguan, yaitu gangguan internal dan gangguan eksternal. Pada gangguan internal
merupakan gangguan yang terjadi pada transformator itu sendiri sedangkan pada
gangguan eksternal merupakan gangguan yang terjadi diluar transformator tetapi
dapat menimbulkan gangguan pada transformator yang bersangkutan. Gangguan yang
biasa terjadi pada transformator adalah hubung singkat pada kumparan transformator,
hubung singkat diluar trafo yang menimbulkan gangguan, yaitu beban lebih, sambaran
petir, dan gangguan sistem pendingin.”

Menurut Dedi Hariyono (2019), “Salah satu proteksi yang paling penting untuk
melindungi transformator adalah Relay Differensial, karena Relay Differensial
bekerja tanpa koordinasi dengan relay lain maka dari itu kerja Relay Differensial juga
diperlukan waktu yang tepat.”

3
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Sistem tenaga listrik
Sistem tenaga listrik terdiri dari susunan pembangkit, transmisi, dan jaringan
distribusi yang terhubung satu dengan yang lain untuk membangkitkan,
mentransmisikan, dan mendistribusikan energi listrik sehingga dapat digunakan
oleh konsumen.

Lampiran 1

Gambar 2. 1 Sistem Tenaga Listrik


(Drs. F.J. Tasiam, 2017)

a. Pusat Pembangkit Listrik (Power Plant)


Pusat pembangkit listrik merupakan tempat energi listrik pertama kali
dibangkitkan, dimana terdapat turbin sebagai penggerak mula (prime mover)
dan generator yang membangkitkan listrik.
b. Pembangkit Tenaga Listrik
Merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga
listrik (power plant) hingga saluran distribusi listrik (substation distribution)
sehingga dapat disalurkan sampai pada konsumen.

4
c. Trafo Distribusi Merupakan Pengguna/Konsumen Listrik
Yang dimaksud transmisi (penyaluran) adalah penyaluran energi listrik
sehingga mempunyai listrik. Maksud proses dan cara menyalurkan energi
listrik dari satu tempat ke tempat lainnya, misalnya:
- Dari pembangkit listrik ke gardu induk
- Dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya
- Dari gardu induk ke jaringan tegangan menengah dan gardu distribusi

2.2.2. Gangguan Hubung Singkat


Gangguan hubung singkat adalah gangguan yang terjadi karena adanya
kesalahan antara bagian yang bertegangan. Gangguan hubung singkat dapat
menimbulkan arus yang jauh lebih besar dari pada arus normal dan dapat
menimbulkan kerusakan peralatan jaringan dan mengganggu batas-batas
kestabilan sistem daya. Dalam perhitungan arus hubung singkat berdasarkan
standar ANSI/IEEE untuk menggunakan nilai impedansi, arus, tegangan, dan
daya. Berdasarkan kesimetrisannya:

a. Gangguan Asimetris
Gangguan asimetris adalah gangguan yang mengakibatkan tegangan dan
arus yang mengalir pada setiap phasanya menjadi tidak seimbang. Salah
satunya adalah gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah.
• Gangguan Hubung Singkat Satu Phasa ke Tanah
Gangguan yang sering terjadi pada sistem tenaga listrik merupakan
gangguan asimetris sehingga memerlukan metode komponen
simetris untuk menganalisa tegangan dan arus pada saat terjadi
gangguan. Gangguan yang terjadi dapat dianalisa dengan
menghubung singkat semua sumber tegangan yang ada pada sistem
dan mengganti titik (node) gangguan dengan sebuah sumber
tegangan yang besarnya sama dengan tegangan sesaat sebelum
terjadinya gangguan di titik gangguan tersebut.

5
Gambar 2. 2 Gangguan Hubung Singkat 1 Phasa ke Tanah

3𝑥𝐸𝑝ℎ
𝐼1∅ = 𝑍 (2.1)
1𝑒𝑞 +𝑍2𝑒𝑞 +𝑍0𝑒𝑞

Keterangan:
11θ = Arus hubung singkat satu phasa ke tanah (A)
Eph = Tegangan phasa netral (V)
Z1eq = Impedansi ekivalen urutan positif (Ohm)
Z2eq = Impedansi ekivalen urutan negatif (Ohm)
Z0eq = Impedansi ekivalrn urutan nol (Ohm)

b. Gangguan Simetris
Gangguan simetris merupakan gangguan yang terjadi pada semua
phasanya sehingga arus maupun tegangannya pada setiap phasa tetap
seimbang setelah gangguan terjadi. Salah satunya adalah gangguan hubung
singkat tiga phasa.
• Gangguan Hubung Singkat Tiga Phasa
Gangguan tiga phasa termasuk dalam klasifikasi gangguan
simetris, dimana arus maupun tegangan setiap phasanya tetap
seimbang setelah gangguan terjadi. Sehingga pada sistem ini dapat
dianalisa hanya dengan menggunakan komponen urutan positif
saja.

6
Ia
Fasa-
a ib
Fasa-
b ic
Fasa-
c

Gambar 2. 3 Gangguan Hubung Singkat 3 Phasa

𝐸𝑝ℎ
𝐼3∅ = 𝑍 (2.2)
1𝑒𝑞

Keterangan:
I3θ = Arus hubung singkat antar tiga phasa (A)
Eph = Tegangan phasa netral (V)
Z1eq = Impedansi ekivalen urutan positif (Ohm)

2.2.3. Proteksi Sistem Tenaga Listrik


Proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dilakukan kepada
peralatan-peralatan listrik yang terpasang pada suatu sistem tenaga misalnya
generator, transformator jaringan, dan lain-lain terhadap kondisi tidak normal operasi
sistem itu sendiri. Kondisi tidak normal itu dapat berupa antara lain:

- Hubung Singkat
- Tegangan Lebih
- Beban Lebih
- Frekuensi Sistem Rendah
- Asinkron
- Dan Lain-Lain.

7
Beberapa fungsi proteksi sebagai berikut:

1. Untuk menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan akibat


gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi perangkat
pengaman yang digunakan, maka akan semakin sedikitlah pengaruh
gangguan terhadap kemungkinan kerusakan alat.
2. Untuk melokalisir luas daerah terganggu menjadi sekecil mungkin.
3. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi
kepada konsumen dan juga mutu listrik yang baik.
4. Mengamankan manusia (terutama) terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh
listrik.

Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu


perencanaan sistem proteksi yang efektif, yaitu:

1. Selektifitas dan Diskriminasi


Efektivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dari kesanggupan sistem dalam
mengisolir bagian yang mengalami gangguan saja.
2. Stabilitas
Sifat yang tetap tidak operasi apabila gangguan-gangguan terjadi diluar zona
proteksi (gangguan luar).
3. Sensitivitas (Kepekaan)
Yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat dinyatakan
dengan besarnya arus dalam jaringan aktual (arus primer) atau sebagai
presentasi dari arus sekunder (trafo arus).
4. Realiabilitas (Keandalan)
Sifat ini jelas, penyebab utama dari “outage” rangkaian adalah tidak
bekerjanya proteksi sebagaimana mestinya (mal operation).

2.2.4. Sistem Proteksi Transformator

Dalam proses penyediaan tenaga listrik transformator bay pada gardu induk
mempunyai peran penting karena berfungsi menyalurkan daya dari tegangan
tinggi ke jaringan distribusi tegangan menengah. Transformator daya yang
terletak di gardu induk pada umumnya berhubungan dengan rel dan rel langsung
8
berhubungan dengan saluran transmisi, sedangkan pada saluran transmisi
umumnya merupakan saluran udara yang berpotensi mengalami jumlah
gangguan yang tinggi sehingga kemungkinan bahwa transformator mendapat
gangguan di saluran transmisi lebih besar dari pada generator.

Pada dasarnya transformator merupakan peralatan utama pada gardu induk


karena transformator memiliki peran penting dalam sistem tenaga listrik maka
diperlukan sistem proteksi yang handal pada transformator untuk melindungi
dari gangguan yang ada pada transformator.

Gardu Proteksi Bay


Induk Transformator

Proteksi Utama Proteksi Cadangan

- Differensial -
OCR sisi HV
- REF sisi HV -GFR sisi HV
- REF sisi LV -OCR sisi LV
- Tangki -OCR sisi LV
Tanah - DGR
- SBEF
- Voltage Relay
- NVDR sisi TV
- GFR sisi TV

Gambar 2. 4 Proteksi Transformator

Gambar diatas merupakan peralatan proteksi transformator pada Gardu Induk


Duri Kosambi. Namun dalam penelitian ini hanya membahas tentang proteksi
utama, yaitu Relay Differensial dan proteksi cadangan, yaitu Relay OCR dan
Relay GFR.

9
2.2.4.1. Relay Differensial

Salah satu proteksi yang paling penting pada transformator adalah


Relay Differensial, karena relay ini sangat selektif sehingga biasanya bekerja
tanpa koordinasi dengan relay yang lain, bekerja dengan sangat cepat, dan
tidak memerlukan waktu.

Perbedaan antara Relay Differensial dengan relay lainnya adalah sifat


dari Relay Differensial itu sendiri, yaitu sangat selektif, dan cepat dalam
mengatasi gangguan sebagai pengaman utama pada transformator. Relay
Differensial juga tidak dapat digunakan sebagai backup protection atau
proteksi cadangan dan yang terakhir Relay Differensial ini mempunyai
daerah pengaman yang dibatasi oleh pemasangan Transformator Arus (CT).

Relay Differensial merupakan suatu relay yang prinsip kerjanya


berdasarkan keseimbangan (balance) yang membandingkan arus-arus
sekunder transformator arus (CT) terpasang pada terminal – terminal
peralatan atau instalasi listrik yang diamankan. Penggunaan Relay
Differensial sebagai relay pengaman antara lain pada generator,
transformator daya, bus bar, dan saluran transmisi.

Sebagaimana yang telah disebutkan diatas, Relay Differensial adalah


suatu relay proteksi pada transformator yang sangat cepat bekerjanya dan
sangat selektif berdasarkan keseimbangan (balance) yaitu perbandingan arus
yang mengalir pada kedua sisi transformator daya melalui suatu perantara
yaitu transformator arus (CT).

Prinsip kerja Relay Differensial terjadi dalam tiga keadaan, yaitu


keadaan normal, keadaan gangguan diluar daerah proteksi, dan keadaan
gangguan didalam daerah proteksi.

10
A. Relay Differensial Dalam Keadaan Normal
Pada saat keadaan normal, arus mengalir melalui peralatan/instalasi
listrik yang di proteksi yaitu transformator daya, dan arus-arus
transformator, yaitu I1 dan I2 bersikulasi melalui sirkit operasi Relay
Differensial IA (sirkit operasi Relay Differensial). Jika Relay Differensial
dipasang antara terminal 1 dan terminal 2, maka dalam kondisi normal
tidak akan ada arus yang mengalir melaluinya.

Gambar 2. 5 Relay Differensial dalam Kondisi


Normal
B. Relay Differensial Pada Gangguan Diluar Daerah Proteksi
Bila dalam keadaan gangguan diluar transformator daya yang diproteksi,
maka arus yang mengalir akan bertambah besar, akan tetapi sirkulasi akan
tetap sama dengan pada kondisi normal dengan demikian relay tidak akan
bekerja.

Gambar 2. 6 Relay Differensial Pada Saat


Gangguan Di Luar Daerah Proteksi

11
C. Relay Differensial Pada Gangguan Di Dalam Daerah Proteksi
Jika gangguan terjadi di dalam proteksinya pada transformator daya
yang diproteksi maka arah sirkulasi di salah satu sisi akan terbalik,
menyebabkan “keseimbangan” pada kondisi normal terganggu.
Akibatnya arus ID akan mengalir melalui Relay Differensial dari terminal
1 menuju ke terminal 2 sehingga terjadi selisih arus di dalam relay,
selanjutnya relay tersebut akan mengoperasikan Circuit Breaker (CB)
untuk memutus.

Gambar 2. 7 Relay Differensial Pada Gangguan Di


Dalam Daerah Proteksi

Relay bekerja apabila nilai yang diukur melebihi batas yang diterapkan,
prinsipnya membandingkan dua besaran, mendeteksi apakah ada gangguan
pada zona daerah yang diamankan. Sebagai contoh:

- Arus yang diukur adalah selisih atau jumlah dari arus masuk dan arus
keluar.
- Bila gangguan di luar zona yang diamankan, arus keluar dan arus masuk
searah sehingga selisih dari dua besaran arus tersebut nol atau kecil sekali.
- Bila gangguan ada di dalam zona yang diamankan, arus keluar dan arus
masuk berlawanan arah. Sehingga selisih dari dua besaran arus tersebut
besar sekali.

12
2.2.4.2. Relay Arus Lebih (OCR)

Over Current Relay atau Relay Arus Lebih adalah suatu peralatan yang
bekerja ketika adanya hubung singkat yang berdampak pada kenaikan arus,
oleh karena itu disebut Relay Arus Lebih. Relay Arus Lebih yang ada
sekarang memiliki dua kemampuan, yaitu sebagai Relay Arus Lebih (Over
Current Relay, OCR) dan Relay Gangguan Tanah (Ground Fault Relay,
GFR). Relay Arus Lebih dapat dikoordinasikan dengan GFR dengan
memberikan tunda waktu yang sebenarnya merupakan inti dari setelan relay
selain perhitungan setelan arus.

Gambar 2. 8 Sistem Proteksi OCR

Relay Arus Lebih merupakan pengaman utama sistem distribusi


tegangan menengah terhadap gangguan hubung singkat antar phasa. Relay
Arus Lebih adalah suatu relay yang bekerja berdasarkan adanya kenaikan
arus yang melebihi nilai settingnya pada pengaman tertentu dalam waktu
tertentu. Berdasarkan karakteristik waktu Relay Arus Lebih dibagi menjadi
tiga, yaitu:

13
1. Tanpa Tunda Waktu (instanous time)
Relay ini bekerja seketika (tanpa tunda waktu) begitu arus yang mengalir
melebihi nilai setting arusnya, relay akan bekerja dalam waktu beberapa
milidetik (40-80ms). Setelan dengan karakteristik instan/moment
digunakan untuk mengamankan peralatan listrik yang gangguannya besar
sekali (tergantung besar kapasitas trafo/generator).

tse

Gambar 2. 9 Instanous Time

2. Dengan Penundaan Waktu Tertentu (Definite time)


Relay ini bekerja dengan waktu tunda tertentu (definite time delay) yang
tidak tergantung dari besar arus yang mengalir melalui relay bila melebihi
nilai settingnya maka relay ini bekerja menghitung waktu kerja relay.

Gambar 2. 10 Definite Time

14
3. Relay Waktu Terbalik (Inverse Time)
Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya
arus secara terbalik (inverse time), semakin besar arus maka semakin kecil
waktu tundanya.

tset
I(Amp)

Gambar 2. 11 Inverse Time

2.2.4.3. Relay Hubung Tanah (GFR)


Relay Hubung Tanah yang lebih dikenal dengan GFR (Ground Fault
Relay) pada dasarnya mempunyai prinsip kerja yang sama dengan Relay Arus
Lebih (OCR), namun memiliki perbedaan dalam kegunaannya. Bila OCR
mendeteksi adanya gangguan hubung singkat antar phasa, maka GFR
mendeteksi adanya hubung singkat ke tanah. Di bawah ini merupakan gambar
rangkaian pengawatan GFR.

Gambar 2. 12 Sistem Proteksi OCR dan GFR

15
Prinsip kerja relay ini pada saat kondisi normal beban seimbang nilai Ir, Is,
It sama besar, sehingga pada kawat netral tidak timbul arus dan Relay Hubung
Tanah tidak dialiri arus. Bila terjadi ketidakseimbangan arus atau terjadi
gangguan hubung singkat ke tanah, maka akan timbul arus urutan nol pada kawat
netral, sehingga Relay Hubung Tanah akan bekerja.

2.2.5. Sistem Koordinasi Relay


Seperti diketahui bahwa setiap proteksi pada waktu peralatan selalu
dilengkapi beberapa relay proteksi dengan tujuan jika salah satu relay tidak
bekerja terdapat relay lain untuk mengantikan proses proteksi peralatan
tersebut untuk itu harus ditentukan mana yang sebagai relay utama dan relay
cadangan. Peralatan proteksi perlu dikoordinasikan untuk memastikan bahwa
peralatan yang berada di titik terdekat dengan gangguan harus dioperasikan
terlebih dahulu. Relay pengaman dengan kemampuan selektif yang baik
dibutuhkan untuk mencapai keandalan sistem yang tinggi karena tindakan
pengamanan yang cepat dan tepat akan dapat mengurangi gangguan menjadi
sekecil mungkin.

Gambar 2. 13 Wiring Diagram 3 Garis Koordinasi Proteksi

berdasarkan gambar diatas merupakan wilayah-wilayah dari sistem


proteksi dimana pada sistem proteksi utama yaitu relay differensial bekerja
pada Kawasan daerah yang diproteksi sedangkan untuk sistem proteksi
cadangan, yaitu relay OCR dan relay GFR memproteksi Kawasan diluar
daerah pengaman. Dari penjelasan diatas maka untuk menentukan koordinasi
diperlukan perhitungan setting waktu tiap-tiap relaynya.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Pada penulisan skripsi ini tempat penelitian dilakukan di PT. PLN (Persero) Gardu
Induk Duri Kosambi. Penulisan skripsi dimulai pada awal bulan Januari 2021 sampai
bulan Juli 2021.

3.2. Desain Penelitian

Peninjauan Sistem Kelistrikan


Mulai Gardu Induk Duri Kosambi

Mengambil Data di PT.PLN (Persero)


Gardu Induk Duri Kosambi

Menghitung Arus
GangguangHubunggSingkat

PenyetelangRelay Differensial, OCR


dangGFR

Melakukan Simulasi Gangguan Hubung


Singkat

Tidak
Sistem Proteksi
Bekerja

Ya

Selesai

Gambar 3. 1 Flowchart Penelitian

17
Pada gambar diatas merupakan diagram alir penyetelan Relay Differensial, OCR,
dan GFR pada transformator dengan urutan:

1. Peninjauan sistem kelistrikan gardu induk dengan melakukan observasi secara


langsung ke lapangan.
2. Mengambil data di PT. PLN (Persero) Gardu Induk Duri Kosambi berupa data
transformator, data hubung singkat, dan data pendukung lainnya.
3. Menghitung arus gangguan hubung singkat tiga phasa dan satu phasa ke tanah
pada sisi 150 kV dan hubung singkat tiga phasa dan satu phasa ke tanah pada sisi
20 kV.
4. Penyetelan Relay Differensial, Relay Arus Lebih, dan Relay Gangguan Tanah
dengan menentukan nilai arus nominal, ratio CT, impedansi, dan perhitungan
lainnya.
5. Melakukan percobaan simulasi dari hasil yang telah diperoleh, jika pada
percobaan simulasi berjalan dengan baik, maka relay akan aktif dan sistem
proteksi akan bekerja. Jika percobaan simulasi mengalami kesalahan harus
dilakukan penyetelan ulang dan melakukan percobaan simulasi kembali.

3.3. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mendapatkan
data yang diperlukan dalam penelitian. Untuk itu pada penelitian kali ini penulis
melakukan pengumpulan data dengan beberapa metode, yaitu metode observasi, studi
pustaka, dan wawancara. Metode observasi yang dilakukan adalah mendapatkan data
secara aktual yang berhubungan dengan objek penelitian dari hasil pengamatan secara
langsung ke area switchgear Gardu Induk Duri Kosambi selama melakukan kegiatan
kerja magang. Metode wawancara dalam penelitian ini dengan melakukan tanya jawab
kepada pihak terkait sehubungan dengan objek penelitian yang dibahas. Metode studi
pustaka yaitu mempelajari hal-hal yang sehubungan dengan penelitian baik dari literatur
buku-buku maupun literatur jurnal dan artikel sebagai referensi penelitian. Berikut
merupakan data-data yang digunakan untuk melakukan perhitungan penyetelan relay:

18
Tabel 3. 1 Data Transformator
Merek CG PAUWELS
Type YNyn0 (d)
Kapasitas 60 MVA
Type Pendingin ONAN/ONAF
Impedansi 12,4%
Buatan Indonesia

Tabel 3. 2 Data Sumber Busbar


Tegangan Busbar 150 kV
MVA Short Circuit 10673,42 MVA

3.3.1. Menghitung Arus Hubung Singkat


A. Perhitungan Impedansi Sumber
Untuk menentukan impedansi sumber pada sisi 20 kV maka harus
mengetahui terlebih dahulu impedansi sumber pada sisi 150 kV. Untuk itu
dapat ditentukan dengan:

𝑘𝑉12
𝑋𝑠𝑐1 = (3.1)
𝑀𝑉𝐴𝑠𝑐

Setelah menentukan impedansi sumber pada sisi 150 kV, Langkah


selanjutnya adalah menentukan impedansi sumber pada sisi 20 kV dengan
rumus:

𝑘𝑉22
𝑋𝑠𝑐1 (20 𝑘𝑉) = 𝑥𝑍1 (150 𝑘𝑉) (3.2)
𝑘𝑉12

19
Keterangan:
MVAsc : Daya Hubung Singkat (MVA)
Zsc : Impedansi Sumber (Ohm)
kV1 : Tegangan 150 kV (kV)
kV2 : Tegangan 20 kV (kV)

B. Menentukan Impedansi Transformator


• Reaktansi urutan positif dan reaktansi urutan negatif (Xt1 dan Xt2)
Untuk menentukan reaktansi urutan positif dan reaktansi urutan negatif
maka diperlukan nilai Ohm 100% untuk kapasitas transformator dengan
menggunakan persamaan:

𝑘𝑉 2
𝑋𝑇 (100%) = (3.4)
𝑀𝑉𝐴

Nilai reaktansi transformator ini adalah nilai reaktansi urutan positif dan
negatif (Xt1=Xt2), jadi:
𝑋𝑡1 = 𝑋𝑇 % 𝑥 𝑋𝑇 (3.5)

• Reaktansi urutan nol (Xt0)


Untuk mencari reaktansi urutan nol transformator maka harus mengetahui
belitan transformator tersebut. Bila transformator memiliki belitan delta,
maka rumus yang digunakan:

𝑋𝑡0 = 3 𝑥 𝑋𝑡1 (3.6)

Jika pada transformator tidak memiliki belitan di dalamnya maka rumus


yang digunakan:

𝑋𝑡𝑜 = 9 𝑠⁄𝑑 14 𝑥 𝑋𝑡1 (3.7)

20
Keterangan:
XT = Reaktansi transformator pada 100% (Ohm)
Xt % = Reaktansi % transformator (%)
Xt1 = Reaktansi urutan posititf (Ohm)
Xt2 = Reaktansi urutan negatif (Ohm)
Xt0 = Reaktansi urutan nol (Ohm)

C. Perhitungan Impedansi Ekivalen


Perhitungan besarnya nilai impedansi ekivalen ada tiga, yaitu impedansi
ekivalen urutan positif (Z1eq), impedansi ekivalen urutan negatif (Z2eq), dan
impedansi ekivalen urutan nol (Z0eq).
• Perhitungan impedansi ekivalen urutan positif dan negatif
Dalam perhitungan impedansi ekivalen urutan positif dan negatif
dapat dicari dengan rumus:

𝑍1𝑒𝑞 = 𝑍2𝑒𝑞 = 𝑍𝑠𝑐 + 𝑍𝑇 (3.8)

• Perhitungan impedansi ekivalen urutan nol


Dalam perhitungan impedansi ekivalen urutan nol dapat dicari dengan
rumus:

𝑍0𝑒𝑞 = 𝑍𝑡0 + 3𝑅𝑁 (3.9)

Keterangan:
Z1eq = Impedansi ekivalen urutan positif (Ohm)
Z2eq = Impedansi ekivalen urutan negatif (Ohm)
Z0eq = Impedansi ekivalen urutan nol (Ohm)
RN = Tahanan NGR (Ohm)

21
Setalah semua nilai yang dibutuhkan telah terkumpul, maka nilai arus hubung
singkat dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
• Nilai Arus Hubung Singkat Tiga Phasa

1,1 𝑥 𝐸𝑝ℎ
𝐼ℎ𝑠 3∅ = (3.10)
𝑍1𝑒𝑞

• Nilai Arus Hubung Singkat Satu Phasa

1,1 𝑥 𝐸𝑝ℎ
𝐼ℎ𝑠1∅ = (3.11)
𝑍1𝑒𝑞 +𝑍2𝑒𝑞 +𝑍0𝑒𝑞

Keterangan:

Eph = Tegangan Phasa Netral (Volt)

Ihs3∅ = Arus Hubung Singkat Tiga Phasa (A)

Ihs1∅ = Arus Hubung Singkat Satu Phasa-Tanah (A)

3.3.2. Setting Relay Transformator


3.3.2.1. Relay Differensial
a. Arus nominal transformator
Menghitung arus nominal transformator yang mengalir di sisi primer
maupun sisi sekunder melalui persamaan dibawah ini:

𝑆
𝐼𝑛 = (3.12)
√3𝑥𝑉𝑙

Keterangan :
In = arus nominal transformator
S = daya transformator
Vl = tegangan transformator 1 fasa

22
b. Ratio CT
Pemasangan CT pada sisi primer dan sekunder dipilih sesuai dengan arus
yang mengalir pada transformator. Setelah mengetahui normal arus pada sisi
primer dan sisi sekunder maka untuk menentukan rating CT dipilih 110% dari
arus nominal.
Ratio CT sisi yang terpasang pada sisi primer dan sekunder transformator
dapat diperoleh melalui persamaan berikut:

𝐶𝑇 150 = 110% 𝑥 𝐼𝑛 150 (3.13)

𝐶𝑇 20 = 110% 𝑥 𝐼𝑛 20 (3.14)

c. Mismatch
Menghitung besarnya arus mismatch yaitu dengan cara membandingkan
rasio CT ideal dengan CT yang ada di pasaran, dengan ketentuan error tidak
boleh lebih dari 5% dari rasio CT yang dipilih.
• Error mismatch di sisi tegangan 150KV:

𝐶𝑇 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑠𝑚𝑎𝑡𝑐ℎ = % (3.15)
𝐶𝑇 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔

𝐶𝑇2 𝑉1
= (3.16)
𝐶𝑇1 𝑉2

𝑉2
𝐶𝑇1 (𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙) = 𝐶𝑇2 𝑥 (3.17)
𝑉1

• Error mismatch di sisi tegangan 20KV

𝐶𝑇 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑠𝑚𝑎𝑡𝑐ℎ = % (3.18)
𝐶𝑇 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔

𝐶𝑇2 𝑉1
= (3.19)
𝐶𝑇1 𝑉2

23
𝑉1
𝐶𝑇2 (𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙) = 𝐶𝑇1 𝑥 (3.20)
𝑉2

Keterangan :
CT1 = trafo arus sisi primer
CT2 = trafo arus sisi sekunder
V1 = tegangan di sisi primer
V2 = tegangan di sisi sekunder

d. Arus sekunder CT
Menghitung besar arus sekunder CT yang terpasang pada sisi primer dan
sekunder transformator sebagai berikut:

𝐼𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟
𝐼𝑠𝑒𝑘 𝐶𝑇 150 = 𝑥𝐼𝑛 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜 (3.21)
𝐼𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟

𝐼𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟
𝐼𝑠𝑒𝑘 𝐶𝑇 20 = 𝑥𝐼𝑛 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜 (3.22)
𝐼𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟

e. Arus differensial
Arus differensial yaitu arus selisih antara arus sekunder CT sisi tegangan tinggi
terhadap arus sekunder CT sisi tegangan rendah.

𝐼𝑑𝑖𝑓 = 𝐼2 − 𝐼1 (3.23)

f. Arus restrain
Arus restrain diperoleh dengan cara menjumlahkan arus sekunder CT1 dan CT2
kemudian dibagi 2.

𝐼1+𝐼2
𝐼𝑟 = (3.24)
2

24
g. Slope
Untuk mengetahui slope didapatkan dari arus differensial di bagi dengan
arus restain. Dari slope1 dapat diketahui arus differensial dan arus restain saat
kondisi normal dan untuk memastikan relay dapat bekerja saat ada gangguan
internal dengan arus gangguan kecil. Untuk slope2 dapat berguna agar relay tidak
bekerja saat terjadi gangguan eksternal dengan arus gangguan besar sekalipun.

𝐼𝑑
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒1 = 𝑥100% (3.25)
𝐼𝑟

𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒2 = 2 𝑥 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 1 (3.26)

h. Nilai arus setting (Iset)


Arus setting didapat dengan mengalikan antara slope dan arus restrain. Arus
setting inilah yang nanti akan dibandingkan dengan arus differensial.

𝐼𝑠𝑒𝑡 = %𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 𝑥 𝐼𝑟𝑒𝑠𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛 (3.27)

3.3.2.2. Over Current Relay (OCR)


Sebelum melakukan perhitungan time multiple setting dan setelan waktu rele
arus lebih, maka hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah menentukan arus
primer dan sekunder. Nilai arus primer dan sekunder tergantung dari Rasio CT dan
arus beban yang ada, dapat dilihat dari persamaan sebagai berikut :

𝑰𝑺𝒆𝒕 𝒑𝒓𝒊𝒎𝒆𝒓 = 𝟏, 𝟏 𝒙 𝑰𝒃𝒆𝒃𝒂𝒏 (3.28)

𝟏
𝑰𝑺𝒆𝒕 𝒔𝒆𝒌𝒖𝒏𝒅𝒆𝒓 = 𝑰𝒔𝒆𝒕 𝒑𝒓𝒊𝒎𝒆𝒓 𝒙 (3.29)
𝑹𝒂𝒔𝒊𝒐 𝑪𝑻

25
Setelah menentukan nilai arus, maka barulah dapat menentukan nilai TMS dan
waktu setelan rele arus lebih dengan persamaan sebagai berikut :

𝑰𝒇𝒂𝒖𝒍𝒕
𝒕 𝒙 (( )𝜶 −𝟏)
𝑰𝒔𝒆𝒕 𝒑𝒓𝒊𝒎𝒆𝒓
𝑻𝒎𝒔 = (3.30)
𝜷

𝜷 𝒙 𝑻𝒎𝒔
𝒕= 𝑰𝒇𝒂𝒖𝒍𝒕 (3.31)
(( )𝜶 −𝟏)
𝑰𝒔𝒆𝒕 𝒑𝒓𝒊𝒎𝒆𝒓

Dimana :

Iset Primer = Setelan arus primer (A)

Iset sekunder = Setelan arus sekunder (A)

Ibeban = Arus Beban Pada CT (A)

t = Waktu pemutusan relay (s)

Ifault = Arus gangguan hubung singkat (A)

TMS = Time Multiple Setting

α,β = Konstant

3.3.2.3. Ground Fault Relay (GFR)


Penyetelan relay GFR pada sisi primer dan sisi sekunder transformator tenaga
terlebih dahulu harus dihitung arus nominal transformator tenaga. Arus setting
untuk relay GFR baik pada sisi primer maupun pada sisi sekunder transformator
tenaga adalah:

𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 = 10% 𝑥 𝐼𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 1∅ (3.32)

26
untuk mendapatkan nilai setelan sekunder yang dapat disetkan pada relay GFR,
maka harus dihitung dengan menggunakan rasio trafo arus (CT) yang terpasang
pada sisi primer maupun sisi sekunder transformator tenaga.

1
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 𝑥 (3.33)
𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 𝑐𝑡

Sama halnya dengan relay OCR, relay GFR menggunakan rumus penyetingan TMS
yang sama dengan relay OCR. Tetapi waktu kerja relay yang diinginkannya
berbeda. Relay GFR cenderung lebih sensitif dari pada relay OCR.

𝑰𝒇𝒂𝒖𝒍𝒕
𝒕 𝒙 (( )𝜶 −𝟏)
𝑰𝒔𝒆𝒕 𝒑𝒓𝒊𝒎𝒆𝒓
𝑻𝒎𝒔 = (3.34)
𝜷

𝜷 𝒙 𝑻𝒎𝒔
𝒕= 𝑰𝒇𝒂𝒖𝒍𝒕 (3.35)
(( )𝜶 −𝟏)
𝑰𝒔𝒆𝒕 𝒑𝒓𝒊𝒎𝒆𝒓

Untuk menentukan nilai TMS yang akan disetkan pada relay GFR sisi 20KV dan
sisi 150KV transformator diambil arus hubung singkat 1 phasa ke tanah.

27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Pada bab IV kali ini melakukan pengolahan data yang telah disebutkan pada bab
3.3 dimana untuk mendapatkan setting Relay Differensial, Relay Arus Lebih, dan Relay
Gangguan Tanah yang optimal, maka dibutuhkan perhitungan arus hubung singkat.
Untuk gangguan arus hubung singkat yang diperlukan adalah arus gangguan hubung
singkat tiga phasa dan arus hubung singkat satu phasa ke tanah.

Gambar 4. 1 Single Line Diagram Gardu Induk Duri Kosambi


(PT.PLN (Persero), 2020)

4.1.1. Perhitungan Arus Hubung Singkat


a. Perhitungan Impedansi Sumber
Kapasitas hubung singkat yang di dapat dari P2B untuk Gardu Induk Duri
Kosambi adalah sebesar 10673,42 MVA. Maka impedansi sumbernya adalah:

1502 𝑘𝑉
𝑋𝑠𝑐1(150 𝑘𝑉) = = 𝑗2,108 Ω
10673,42 𝑀𝑉𝐴

28
Untuk mengetahui impedansi sumber pada sisi 20 kV dengan menggunakan
persamaan rumus 3.2. Maka dapat ditentukan dengan cara:
202 𝑘𝑉
𝑋𝑠𝑐1(20 𝑘𝑉) = 𝑥 𝑗2,108 Ω = 𝑗0,037 Ω
1502 𝑘𝑉

b. Perhitungan impedansi transformator


1. Impedansi urutan positif dan urutan negatif (Xt1 dan Xt2)
Berdasarkan dengan data yang didapat, besar impedansi transformator 1
adalah sebesar 12,4%. Agar dapat menentukan impedansi urutan positif
dan negatif diperlukan nilai ohm 100% dengan menggunakan persamaan
3.4, yaitu sebagai berikut:

202 𝑘𝑉
𝑋𝑇 (100%) = = 𝑗6,667 Ω
60 𝑀𝑉𝐴

Nilai reaktansi transformator ini adalah nilai reaktansi urutan positif dan
reaktansi urutan negatif (Xt1=Xt2), jadi:
• Pada sisi 150 kV

𝑋𝑡1 = 12,4% = 𝑗 0,124

• Pada sisi 20 kV

𝑋𝑡1 = 12,4% 𝑥 𝑗6,667 Ω = 𝑗0,826 Ω

2. Impedansi urutan nol


Karena transformator 1 memiliki hubungan belitan YNyn0(d), sesuai dengan
penjelasan pada bab 3 maka besarnya Xt0 adalah 10x dari nilai Xt1. Sehingga:
• Pada sisi 150 kV

𝑋𝑡0 = 10 𝑥 𝑗0,124 + 3𝑅𝑛 = 36 + 𝑗1,24 Ω

29
• Pada sisi 20 kV

𝑋𝑡0 = 10 𝑥 𝑗0,826 + 3𝑅𝑛 = 36 + 𝑗8,26 Ω


c. Perhitungan impedansi ekivalen
Setelah semua hasil impedansi di dapat dari hasil perhitungan, maka sesuai
dengan persamaan nilai impedansi ekivalen adalah sebagai berikut:
• Pada sisi 150 kV

𝑍1𝑒𝑞 = 𝑍2𝑒𝑞 = 𝑗2,108 + 𝑗0,124 = 𝑗2,232


𝑍0𝑒𝑞 = 36 + 𝑗1,24

• Pada sisi 20 kV

𝑍1𝑒𝑞 = 𝑍2𝑒𝑞 = 𝑗0,037 + 𝑗0,826 = 𝑗0,863


𝑍0𝑒𝑞 = 36 + 𝑗8,26

d. Arus hubung singkat


Setelah semua impedansi telah dihitung, maka langkah selanjutnya adalah
menghitung nilai arus hubung singkat sesuai dengan persamaan. maka
perhitungan yang di dapat adalah sebagai berikut:
• Pada sisi 150 kV

1,1 𝑥 150 𝑘𝑉⁄


√3 = 42680,463 𝐴
𝐼ℎ𝑠 3∅ =
2,232

1,1 𝑥 3𝑥 150 𝑘𝑉⁄√3


𝐼ℎ𝑠 1∅ =
2𝑥(𝑗2,232) + 36 + 𝑗1,24

285788,38
= = 7956,093 𝐴
√(362 + 𝑗5,7042 )

30
• Pada sisi 20 kV

1,1 𝑥 20 𝑘𝑉 ⁄√3
𝐼ℎ𝑠 3∅ = = 14718,08 𝐴
0,863

1,1 𝑥3 𝑥 20 𝑘𝑉 ⁄√3
𝐼ℎ𝑠 1∅ =
2𝑥(𝑗0,863) + (36 + 𝑗8,26)

38105,11777
= = 1062,577 𝐴
√(362 + 𝑗9,9862 )

4.1.2. Penyetelan Relay Arus Lebih


Untuk menentukan penyetelan relay arus lebih, dibutuhkan terlebih dahulu
nilai dari TMS seperti yang telah dijelaskan di dalam bab 3.3. penyetelan
relay ditentukan berdasarkan besarnya nilai arus beban maksimum dan dalam
penyetelan waktu minimum relay tidak lebih kecil dari 0,3 detik. Untuk relay
Inverse biasa di set sebesar 1,05 sampai dengan 1,3 x Ibeban dengan konstanta
ɑ = 0,02 dan β = 0,14.

Didapatkan data CT pada sisi 150 kV dan pada sisi 20 kV adalah sebagai
berikut:

• Pada sisi 150 kV


IBeban = 188 A
Ratio = 300/5
• Pada sisi 20 kV
IBeban = 1378 A
Ratio = 2000/5

31
a. Penyetelan relay pada sisi 150 kV

𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 = 1,1 𝑥 188 𝐴 = 206,8 𝐴

5
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 206,8 𝐴 𝑥 = 3,44 𝐴
300

0,3 𝑥 ((42680,463⁄206,8)0,02 − 1)
𝑇𝑀𝑆 = = 0,241
0,14

b. Penyetelan relay pada sisi 20 kV

𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 = 1,1 𝑥 1378 𝐴 = 1515,8 𝐴

5
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 1515,8 𝐴 𝑥 = 3,7895 𝐴
2000

0,3 𝑥 ((14718,08⁄1515,8)0,02 − 1)
𝑇𝑀𝑆 = = 0,099
0,14

4.1.3. Penyetelan Relay Gangguan Tanah


Pada penyetelan Relay Gangguan Tanah pada sisi primer dan sisi sekunder
transformator ditetapkan tambahan sebesar 10%. Hal ini dilakukan untuk
menampung tahanan busur.
• Pada sisi 150 kV
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 = 10% 𝑥 188 𝐴 = 18,8 𝐴
5
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 18,8 𝐴 𝑥 = 0,31 𝐴
300
0,3 𝑥 ((7956,093⁄18,8)0,02 − 1)
𝑇𝑀𝑆 = = 0,275
0,14

32
• Pada sisi 20 kV

𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 = 10% 𝑥 1378 𝐴 = 137,8 𝐴

5
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 137,8 𝐴 𝑥 = 0,344 𝐴
2000

0,3 𝑥 ((1062,577⁄137,8)0,02 − 1)
𝑇𝑀𝑆 = = 0,089
0,14

4.1.4. Penyetelan Relay Differensial


a. Perhitungan nilai rasio CT
- Arus nominal pada sisi tegangan primer 150 kV:

60000𝑘𝑉𝐴
𝐼𝑛1 = = 230,94 𝐴
√3 𝑥 150𝑘𝑉

- Arus nominal pada sisi tegangan sekunder 20 kV:

60000𝑘𝑉𝐴
𝐼𝑛2 = = 1732,05 𝐴
√3 𝑥 20𝑘𝑉

- Arus rating di sisi tegangan primer 150 kV:

𝐼𝑟𝑎𝑡 = 110% 𝑥 230,94 𝐴 = 254,034 𝐴

- Arus rating di sisi tegangan sekunder 20 kV:

𝐼𝑟𝑎𝑡 = 110% 𝑥 1732,05 𝐴 = 1905,256 𝐴

Hasil dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa arus nominal yang
menuju ke transformator daya di sisi tegangan primer 150 kV adalah 230,94 A
sedangkan di sisi sekunder 20 kV adalah 1732,05 A. Perhitungan arus rating
pada transformator daya di atas juga dapat diketahui di sisi tegangan primer

33
150 kV adalah 254,034 A sedangkan pada sisi tegangan sekunder 20 kV adalah
1905,256 A. sesuai dengan perhitungan tersebut, maka rasio CT yang terpasang
pada sisi tegangan primer 150 kV adalah 300:5 A serta pada sisi tegangan
sekunder 20 kV adalah 2000:5 A. berdasarkan uraian tersebut maka bila arus
yang mengalir pada sisi tegangan primer sebesar 300 A di CT akan terbaca 5
A. rasio CT yang dipilih 300 A dan 2000 A sebab pada Gardu Induk Duri
Kosambi menggunakan nilai tersebut dan rasio itu juga ada di pasaran.

b. Perhitungan error mismatch


- Error mismatch pada sisi tegangan primer 150 kV:

𝑉2 2000 20
𝐶𝑇1 (𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙) = 𝐶𝑇2 𝑥 = 𝑥 = 53,3 𝐴
𝑉1 5 150

53,3
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑠𝑚𝑎𝑡𝑐ℎ = % = 0,177%
300

- Error mismatch pada sisi tegangan sekunder 20 kV:

𝑉1 300 150
𝐶𝑇2 (𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙) = 𝐶𝑇1 𝑥 = 𝑥 = 450 𝐴
𝑉2 5 20

450
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑠𝑚𝑎𝑡𝑐ℎ = % = 0,225%
2000

Hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka diperoleh CT1 ideal sebesar
53,3 A dan error mismatch sebesar 0,177%. Error mismatch CT2 sebesar
0,225% dengan hasil perhitungan CT2 ideal sebesar 450 A. demikian
didapatkan selisih antara trafo arus terpasang dan trafo arus ideal sebesar 246,7
A pada sisi tegangan tinggi dan 1550 A pada sisi tegangan rendah.

34
c. Perhitungan nilai arus sekunder CT
- Arus sekunder CT sisi tegangan tinggi 150 kV:

5
𝐼𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 𝑥 230,94 = 3,849 𝐴
300

- Arus sekunder CT sisi tegangan rendah 20 kV:

5
𝐼𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 𝑥 1732,05 = 4,330 𝐴
2000

d. Perhitungan nilai arus differensial

𝐼𝑑𝑖𝑓𝑓 = 4,330 − 3,849 = 0,481 𝐴

Hasil dari perhitungan mendapatkan nilai selisih antara Isekunder CT sisi


tegangan tinggi dan sisi tegangan rendah adalah 0,481 A. nilai tersebut yang
menjadi pembanding dengan arus setting Relay Differensial dan digunakan
untuk menghitung setting slope.

e. Perhitungan nilai arus restrain (penahan)

3,849 + 4,330
𝐼𝑟 = = 4,089 𝐴
2

Dari perhitungan ini, nilai arus restrain adalah 4,089 A. Ketika terjadi
gangguan eksternal maka arus yang melewati transformator akan sangat besar.
Ketika arus yang masuk sangat besar, maka arus differensialnya akan naik
sehingga arus restrain ikut naik. Nilai restrain berfungsi sebagai parameter
Relay Differensial untuk mengetahui apakah arus differensial ini berasal dari
gangguan internal atau eksternal. Nilai arus restrain digunakan untuk
menghitung setting slope.

35
f. Perhitungan slope

0,481
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 1 = 𝑥 100% = 11,76%
4,089

𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 2 = 2 𝑥 11,76% = 23,52%

Dari hasil perhitungan yang dilakukan nilai slope1 sebesar 11,76% dan
slope2 sebesar 23,52%.

Operating Area

Non Operating Area

Gambar 4. 2 Grafik Kerja Relay Differensial

Slope1 bertugas untuk mengenali gangguan internal yang arus


gangguannya kecil dan sebagai penentu kapan Relay Differensial mulai
bekerja. Slope2 bertugas untuk mengenali gangguan eksternal yang terjadi di
luar daerah pengaman relay differensial yang arus gangguannya besar. Untuk
itulah mengapa slope2 dibuat nilainya lebih tinggi dibandingkan slope1.

36
g. Perhitungan arus setting

𝐼𝑠𝑒𝑡𝑡 = 11,76% 𝑥 4,089 = 0,48 𝐴

4.2. Pembahasan
4.2.1. Arus hubung singkat
Berdasarkan data yang di dapatkan dari perhitungan sebelumnya, besarnya nilai
arus hubung singkat dapat di tulis ke dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4. 1 Hasil Perhitungan Arus Hubung Singkat


Arus gangguan (kA)
1 Phasa ke
3 Phasa 3 Phasa 1 Phasa ke tanah
tanah
150 Kv 20 kV 20 kV
150 kV
Hasil
Perhitungan 42,680 7,956 14,718 1,062
Manual

Perhitungan arus hubung singkat pada gardu induk duri kosambi yang dijelaskan
pada tabel diatas hanya melibatkan arus gangguan tiga phasa dan satu phasa ke
tanah pada sisi 150 kV dan pada sisi 20 kV. Dapat dilihat dari tabel diatas, arus
gangguan terbesar yaitu terjadi pada arus gangguan hubung singkat 3 phasa. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan rumus yang sudah tertera dimana untuk arus
gangguan 3 phasa menggunakan Z1 impedansi sedangkan untuk arus gangguan 1
phasa ke tanah menggunakan Z1, Z2, dan Z0 impedansi.

Short circuit analysis pada program ETAP power station menganalisa gangguan
hubung singkat tiga phasa, satu phasa ke tanah, antar phasa, dan dua phasa ke tanah
pada sistem tenaga listrik. Short circuit analysis pada program ETAP power station
menggunakan standar ANSI/IEEE dan IEC. Dalam penelitian ini hanya
menggunakan arus hubung singkat terbesar, yaitu arus hubung singkat 3 phasa dan
arus hubung singkat terkecil, yaitu arus hubung singkat 1 phasa ke tanah.

37
Gambar 4. 3 Gangguan Hubung Singkat 3 Phasa

38
Gambar 4. 4 Gangguan Hubung Singkat 1 Phasa Ke Tanah

Dari hasil simulasi hubung singkat menggunakan program ETAP Power Station
pada gangguan hubung singkat tiga phasa pada sisi 150 kV sebesar 41,082 kA dan
pada sisi 20 kV sebesar 14,92 kA sedangkan untuk gangguan hubung singkat satu
phasa ke tanah pada sisi 150 kV sebesar 7,956 kA dan pada sisi 20 kV sebesar 1,053
kA. Dari hasil perhitungan manual dengan hasil program memiliki sedikit
perbedaan dimana pada perhitungan manual gangguan hubung singkat tiga phasa

39
pada sisi 150 kV sebesar 42,680 kA dan pada sisi 20 kV sebesar 14,718 kA
sedangkan untuk gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah pada sisi 150 kV
sebesar 7,956 kA sedangkan pada sisi 20 kV sebesar 1,062 kA. Besarnya gangguan
hubung singkat pada perhitungan manual dengan program ETAP Power Station
mengalami perbedaan, hal ini disebabkan karena pada program ETAP Power
Station nilai impedansi dianggap sama sedangkan pada perhitungan manual nilai
impedansi berbeda. Namun, perbedaan dari hasil perhitungan manual dengan
program ETAP Power Station masih berada dalam tahap aman, hal ini dapat
dibuktikan sebagai berikut:

• Pada gangguan hubung singkat tiga phasa sisi 150 kV:

42,680 − 41,082
𝐾𝑅 = 𝑥 100% = 3,79%
42,680

• Pada gangguan hubung singkat tiga phasa sisi 20 kV:

14,718 − 14,92
𝐾𝑅 = 𝑥 100% = 1,37%
14,718

• Pada gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah pada sisi 150 kV:

7,956 − 7,956
𝐾𝑅 = 𝑥 100% = 0%
7,956

• Pada gangguan hubung singkay satu phasa ke tanah pada sisi 20 kV:

1,062 − 1,053
𝐾𝑅 = 𝑥 100% = 0,8%
1,062

Dari perhitungan diatas dapat dinyatakan bahwa peritungan manual dengan


program ETAP Power station dianggap sama.

40
4.2.2. OCR (Over Current Relay)
Setelah mengetahui besarnya arus hubung singkat, selanjutnya untuk penyetelan
arus relay dapat ditentukan dengan menyetel waktu kerja relay. Berdasarkan
besarnya nilai arus hubung singkat yang didapat, waktu kerja relay ditentukan
sebagai berikut:

a. Over Current Relay


Pada sisi 150 kV:

0,14 𝑥 0,241
𝑡= = 0,3 𝑠
42680,463 0,02
(( 206,8 0 − 1)

Pada sisi 20 kV:

0,14 𝑥 0,099
𝑡= = 0,3 𝑠
14718,08 0,02
(( ) − 1)
1515,8

Tabel 4. 2 Setting Waktu Relay OCR


Setting Sisi 150 kV Sisi 20 kV
Hasil Perhitungan 0,3 0,3
Kondisi Lapangan 1 1

Dari hasil perhitungan setting waktu Over Current Relay diatas, waktu setting
untuk relay bekerja sebesar 0,3 detik untuk sisi 150 kV dan sisi 20 kV. Pada
perhitungan setting Over Current Relay menggunakan karakteristik standard
inverse. Penentuan setting waktu kerja berdasarkan grading time antar peralatan
proteksi sesuai dengan IEC 60255 sebesar 0,3 – 0,5 detik. Sedangkan pada kondisi
di lapangan setting waktu untuk relay OCR sebesar 1 detik untuk sisi 150 kV dan
sisi 20 kV. Sehingga dari hasil perhitungan manual dengan hasil lapangan
mengalami perbedaan.

41
Gambar 4. 6 Kurva Existing Relay OCR 150 kV

Gambar 4. 5 Kurva Existing Relay OCR sisi 20 kV

Kurva diatas merupakan penyetelan relay OCR pada tegangan sisi 150 kV dan sisi
20 kV dimana pada relay OCR sisi 150 kV menggunakan relay merek Alstom P121
ratio CT 300:5 dengan nilai pick up sebesar 0,3 detik dengan time dial 0,241 dan
pada relay OCR sisi 20 kV menggunakan relay merek Alstom P121 ratio CT 2000:5
dengan nilai pick up sebesar 0,29 detik dengan time dial 0,099.

42
4.2.3. GFR (Groud Fault Relay)
Setelah mengetahui besarnya arus hubung singkat, selanjutnya untuk penyetelan
arus relay dapat ditentukan dengan menyetel waktu kerja relay. Berdasarkan
besarnya nilai arus hubung singkat yang didapat, waktu kerja relay ditentukan
sebagai berikut:
Pada sisi 150 kV:

0,14 𝑥 0,275
𝑡= = 0,29 𝑠
7956,093 0,02
(( 18,8 ) − 1)

Pada sisi 20 kV:

0,14 𝑥 0,373
𝑡= = 0,29 𝑠
1062,577
(( 0,373 )0,02 − 1)

Tabel 4. 3 Setting Relay GFR


Setting Sisi 150 kV Sisi 20 kV
Hasil Perhitungan 0,29 0,29
Kondisi Lapangan 0,2 0,17

Dari hasil perhitungan setting waktu Over Current Relay diatas, waktu setting untuk
relay bekerja sebesar 0,29 detik untuk sisi 150 kV dan sisi 20 kV. Pada perhitungan
setting Over Current Relay menggunakan karakteristik standard inverse.
Penentuan setting waktu kerja berdasarkan grading time antar peralatan proteksi
sesuai dengan IEC 60255 sebesar 0,3 – 0,5 detik. Sedangkan pada kondisi di
lapangan setting waktu untuk relay GFR sebesar 0,2 detik untuk sisi 150 kV dan
0,17 detik untuk sisi 20 kV. Sehingga dari hasil perhitungan manual dengan hasil
lapangan mengalami perbedaan.

43
Gambar 4. 8 Kurva Existing Relay GFR sisi
150 kV

Gambar 4. 7Kurva Existing Relay GFR Sisi 20 kV

Kurva diatas merupakan penyetelan relay GFR pada tegangan sisi 150 kV dan sisi
20 kV dimana pada relay GFR sisi 150 kV menggunakan relay merek Alstom P121
ratio CT 300:5 dengan nilai pick up sebesar 0,3 detik dengan time dial 0,275 dan
pada relay GFR sisi 20 kV menggunakan relay merek Alstom P121 ratio CT 2000:5
dengan nilai pick up sebesar 0,29 detik dengan time dial 0,089.

44
4.2.4. Relay Differensial
Pada penyetelan Relay Differensial prinsip kerjanya berdasarkan keseimbangan
(balance) yang membandingkan arus-arus sekunder transformator arus (CT) yang
terpasang pada terminal-terminal peralatan atau instalasi listrik yang diamankan.
Berikut hasil dari perhitungan:

Tabel 4. 4 Hasil Perhitungan CT Sisi 150 kV


Hasil hitung rasio CT sisi 150 kV
Arus nominal 230,94 A
Arus rating 254,034 A
Arus sekunder CT 3,849 A
Rasio CT ideal 300:5 A

Tabel 4. 5 Hasil Perhitungan CT Sisi 20 kV


Hasil hitung rasio CT sisi 20 kV
Arus nominal 1732,05 A
Arus rating 1905,256 A
Arus sekunder CT 4,330 A
Rasio CT ideal 2000:5 A

Tabel 4. 6 Hasil Perhitungan Setting Relay Differensial


Hasil hitung arus dan setting relay differensial
Id 0,481 A
Iresrain 4,089 A
% Slope 1 11,76 %
% Slope 2 23,52 %
Isetting 0,48 A

45
Dari hasil tabel diatas merupakan hasil perhitungan matematis, yaitu perhitungan
untuk menentukan rasio CT pada trafo, dengan menggunakan perhitungan arus
nominal dan arus rating. Selanjutnya menghitung error mismatch, menghitung arus
differensial, menghitung arus restrain, menghitung arus slope, dan arus setting
relay differensial.

Gambar 4. 9 Sistem Kerja Relay


Differensial Saat Gangguan Hubung
Singkat Di Wilayah Proteksi

Sistem proteksi relay differensial berkerja tanpa koordinasi dengan relay yang lain
sehingga relay differensial merupakan relay proteksi utama pada transformator, dari
hasil simulasi diatas gangguan diberikan di wilayah proteksi differensial sehingga

46
relay differensial mendeteksi adanya gangguan dan memberi sinyal kepada PMT
untuk memutus (trip). Waktu yang dibutuhkan relay differensial untuk memutus
pada CB1 sebesar 55 ms dan untuk CB2 sebesar 100 ms.

Pada simulasi diberikan gangguan pada Kawasan proteksi relay differensial,


sehingga relay differensial mendeteksi adanya gangguan di wilayah proteksi dan
mengirimkan sinyal trip ke PMT memutus. Sedangkan jika gangguan diberikan di
luar wilayah proteksi maka relay differensial tidak akan bekerja sehingga relay
proteksi yang lain yang akan bekerja.

Gambar 4. 10 10 Sistem Kerja Relay


Differensial Saat Gangguan Hubung Singkat
Di Luar Wilayah Proteksi

47
Seperti pada gambar diatas, relay differensial tidak bekerja karena gangguan berada
di luar daerah proteksi, sehingga tugas untuk mengirimkan sinyal trip ke PMT
dilakukan oleh Relay OCR. Dari hasil simulasi dibuktikan bahwa jika terjadi
gangguan di luar wilayah proteksi relay differensial maka relay differensial tidak
bekerja (tidak mengirim sinyal ke PMT). Sehingga relay OCR yang bekerja untuk
mengirim sinyal (trip) ke PMT untuk memutus. Waktu yang dibutuhkan PMT
untuk memutus dari sinyal relay OCR sebesar 55 ms.

4.2.5. Koordinasi sistem Proteksi


Pengoperasian simulasi bertujuan untuk melihat koordinasi kerja relay proteksi
pada saat terjadi gangguan dimana pada penelitian ini menggunakan OCR dan
GFR. Hasil pengoperasian simulasi dengan data dari hasil perhitungan manual
dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 4. 11 Sistem Kerja Koordinasi Relay Proteksi Pada Hubung Singkat 3


Phasa Dilihat Melalui Wiring 3 Line Diagram

Berdasarkan gambar diatas diasumsikan terjadi gangguan hubung singkat 3 phasa,


dimana gangguan terjadi di daerah proteksi transformator. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa koordinasi proteksi memastikan peralatan proteksi
yang berada di titik terdekat dengan gangguan harus dioperasikan terlebih dahulu.
Karena gangguan berada di dekat peralatan proteksi OCR sehingga arus gangguan
yang terbaca pada CT yang terhubung dengan relay OCR memberi perintah kepada

48
PMT untuk memutus. Hal ini dapat dibuktikan melalui simulasi pada program
ETAP.

Gambar 4. 12 Simulasi Sistem Koordinasi


Relay Proteksi pada Hubung Singkat 3 Phasa

Pada simulasi diatas, diberi gangguan hubung singkat 3 phasa sehingga besar arus
hubung singkat yang terjadi pada simulasi sebesar 14,92 kA. Karena adanya
gangguan pada sisi 20 kV sehingga relay OCR pada sisi 20 kV menberi sinyal (trip)
pada CB2 untuk memutus, setelah itu relay OCR pada sisi 150 kV memberi sinyal
(trip) pada CB1 untuk memutus.

49
Gambar 4. 13 Kurva Existing Relay OCR Pada Gangguan
Hubung Singkat 3 Phasa

Sistem koordinasi proteksi OCR dapat dikatan baik karena pada sistem kerja relay
tidak mengalami mal operasi. Mal operasi terjadi apabila kurva antara relay 1 dan
relay 2 bersinggungan.

Pada simulasi sebelumnya menggunakan besaran arus hubung singkat 3 phasa


dimana pada saat melakukan simulasi berjalan dengan baik dan sistem koordinasi
antar relay bekerja sesuai setting waktu yang telah di perhitungkan. Simulasi
berikutnya menggunakan arus hubung singkat 1 Phasa ke Tanah.

50
Gambar 4. 14 Sistem Kerja Koordinasi Relay Proteksi Pada Hubung Singkat 1
Phasa ke Tanah Dilihat Melalui Wiring 3 Line Diagram

Berdasarkan gambar diatas diasumsikan terjadi gangguan hubung singkat 1 phasa


ke tanah, dimana gangguan terjadi di daerah proteksi transformator. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya bahwa koordinasi proteksi memastikan peralatan
proteksi yang berada di titik terdekat dengan gangguan harus dioperasikan terlebih
dahulu. Karena gangguan yang terjadi adalah gangguan arus hubung singkat 1
phasa ke tanah dan berada di dekat peralatan proteksi GFR sehingga arus gangguan
yang terbaca pada CT yang terhubung dengan relay GFR memberi perintah kepada
PMT untuk memutus. Hal ini dapat dibuktikan melalui simulasi pada program
ETAP.

51
Gambar 4. 15 Simulasi Sistem Koordinasi
Relay Proteksi pada Hubung Singkat 1
Phasa ke Tanah

Koordinasi sistem proteksi kedua diberikan gangguan hubung singkat satu phasa
ke tanah. Dari hasil simulasi besar arus gangguan hubung singkat sebesar 1,054 kA
sehingga relay GFR dan OCR pada sisi 20 kV mendeteksi gangguan dan
mengirimkan sinyal (trip) pada CB2 untuk memutus (open) setelah itu relay GFR
dan OCR pada sisi 150 kV memberi sinyal (trip) pada CB1 untuk memutus (open).

52
Gambar 4. 16 Kurva Existing Relay OCR Pada Gangguan
Hubung Singkat 1 Phasa ke Tanah

Sistem koordinasi proteksi OCR dapat dikatan baik karena pada sistem kerja relay
tidak mengalami mal operasi. Mal operasi terjadi apabila kurva antara relay 1 dan
relay 2 bersinggungan.

53
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perhitungan hubung singkat yang didapat yaitu untuk arus gangguan tiga phasa
sebesar 42,680 kA dan untuk arus gangguan satu phasa ke tanah sebesar 7,956
kA. Sedangkan pada percobaan program ETAP power station untuk arus
gangguan tiga phasa sebesar 41,082 kA dan untuk arus gangguan satu phasa ke
tanah sebesar 7,956 kA. Dari data yang didapat mengalami perbedaan namun
masih dalam tahap wajar sehingga nilai dari perhitungan manual dan program
ETAP power station dianggap sama.
2. Berdasarkan besaran arus hubung singkat yang di sapat dari hasil perhitungan
sehingga mendapatkan setting relay yang idea untuk OCR sebesar 0,3 detik dan
untuk setting relay GFR sebesar 2,99 detik sedangkan pada kondisi lapangan
setting relay OCR sebesar 1 detik dan untuk setting relay GFR sebesar 0,2 detik
untuk sisi 150 kV dan 0,17 detik untuk sisi 20 kV.
3. Koordinasi sistem proteksi dapat dikatakan baik apabila kinerja relay 1 dan
relay 2 tidak bersinggungan.
4. Arus rating didapat dengan cara menghitung arus nominal pada transformator.
Arus rating nantinya akan digunakan untuk menentukan rasio CT yang
terpasang pada transformator.
5. Relay differensial akan bekerja apabila nilai arus differensial melebihi Isetting dan
sebaliknya.

5.2. Saran
1. Perlu adanya pengecekan secara berkala pada peralatan proteksi yang terpasang
di saluran untuk menghindari kegagalan operasi pada sistem proteksi bila terjadi
gangguan.
2. Penggunaan program bantu analisis sangat membantu untuk melihat koordinasi
proteksi dan menganalisa bila terjadi gangguan. Oleh karena itu sebaiknya PT.
PLN (Persero) menggunakan program bantu analisis dalam menyelesaikan
berbagai masalah kelistrikan.

54
Daftar Pustaka

Affandi, I. (2010). Analisa Setting Relay Arus Lebih dan Relay Gangguan Tanah Pada Penyulang
Sedawa di GI Cawang. Jakarta.

Anaa Istimaroh, N. H. (2013). Penentuan Setting Rele Arus Lebih Generator dan Rele
Differensial Transformator Unit 4 PLTA Cirata II. Jurnal Reka Elkomika, 131-141.

Badarudin, B. W. (2014). Setting Koordinasi Over Current Relay Pada Trafo 60 MVA 150/20 Kv
dan Penyulang 20 Kv. SINERGI, 134-140.

Baskara, I., Sukereyasa, I. W., & Aristianana, W. G. (2015). Studi Koordinasi Peralatan Proteksi
OCR dan GFR Pada Penyulang Tibuneneng. Teknik Elektro, Vol.14, No.2.

Basri, H. (2007). Proteksi Sistem Tenaga Listrik. Jakarta: Fakultas Teknologi Industri,Institut
Sains dan Teknologi Nasional.

Drs. F.J. Tasiam, M. (2017). Proteksi Sistem Tenaga Listrik. Yogyakarta: TEKNOSAIN.

Elvy Sahnur Nasution, F. I. (2017). Rele Differensial Sebagai Proteksi Pada Transformator Daya
Pada Gardu Induk. Ready Star, 179-186.

Hariyono, D. (2019). Analisa Proteksi Relay Differensial Terhadap Gangguan Eksternal


Transformator. Saintek ITM, 37-43.

Hendra Marta Yudha, I. M. (2008). Proteksi Rele Prinsip dan Aplikasi. indralaya: Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.

I D.G.Agung Budhi Udiana, I. G. (2017). Studi Analisis Koordinasi Over Current Relay (OCR) dan
Ground Fault Relay (GFR) pada recloser si saluran penyulang penebel. Teknologi
Elektro, 37-42.

Rezky Almi Ramadhan, A. A. (2020). Evaluasi Koordinasi OCR dan GFR Di Gardu Induk
Distribusi. Jom FTEKNIK, 1-10.

xiv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Personal
NIM : 2016 11 122
Nama : Bakti Tri Pamungkas
Tempat / Tanggal Lahir : Tangerang / 13 Oktober 1997
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Program Studi : S1 Teknik Elektro
Alamat : Jl. Darussalam II E No. 26 Kel. Ketapang, Cipondoh,
Kota Tangerang 15147
Nomor Telepon : 081314104527
Email : bakti13.btp@gmail.com
JENJANG NAMA LEMBAGA JURUSAN TAHUN LULUS
SD SDN 09 JAKARTA - 2010
SMP SMPN 176 JAKARTA - 2013
SMA SMAN 56 JAKARTA IPA 2016
Demikianlah daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Tangerang, 19 Juli 2021
Mahasiswa Ybs.

Bakti Tri Pamungkas

xv
Lampiran 2 Lembar Bimbingan Skripsi

LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Bakti Tri Pamungkas

NIM : 2016 11 122

Program Studi : Teknik Elektro

Jenjang : Sarjana

Fakultas : Ketenagalistrikkan dan Energi Terbarukan

Pembimbing Utama : Hasna Satya Dini S.T., M.T

Judul Skripsi : Koordinasi Sistem Proteksi Transformator 1 Gardu Induk Duri Kosambi

Tanggal Materi Bimbingan Paraf Pembimbing


5 Maret 2021 Konsep dasar tema
proposal yang akan dibahas
22 Maret 2021 Menyampaikan
pembahasan yang akan
ditarik sebagai penelitian
berdasarkan jurnal-jurnal
5 April 2021 Pembahasan mengenai
struktur metode penelitian

xvi
14 April 2021 Presentasi dan persiapan
untuk sidang proposal
24 April 2021 Pembahasan mengenai
simulasi pada program
ETAP
8 Mei 2021 Penentuan batasan
parameter pada ETAP
8 Juni 2021 Penentuan fungsi
koordinasi relay
22 Juni 2021 Penjelasan perhitungan
dan hasil simulasi
28 Juni 2021 Konsultasi mengenai
simulasi ETAP error
1 Juli 2021 Diskusi mengenai hasil
penelitian
6 Juli 2021 Mempresentasikan hasil
penelitian untuk dilakukan
penyusunan BAB 4
8 Juli 2021 Mempresentasikan hasil
progress penelitian hingga
penyusunan Skripsi

xvii
Lampiran 3 Koordinasi Relay Gangguan Hubung singkat 3 Phasa

xviii
Lampiran 4 Koordinasi Relay Gangguan Hubung Singkat 1 Phasa ke Tanah

xix
Lampiran 5 Report Relay Differensial Di Wilayah Proteksi

xx
Lampiran 6 Report Relay Differensial Di Luar Wilayah Proteksi

xxi
Ginas Alvianingsih, S.T,. M.T.

xxii
23
xiv

Anda mungkin juga menyukai