Skripsi 201611122 Bakti Tri Pamungkas
Skripsi 201611122 Bakti Tri Pamungkas
SKRIPSI
DISUSUN OLEH:
BAKTI TRI PAMUNGKAS
2016 11 122
SKRIPSI
Disusun Oleh:
BAKTI TRI PAMUNGKAS
2016 11 122
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana baik di lingkungan Institut Teknologi
PLN maupun di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.
Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaraan dan rasa tanggung jawab serta bersedia
memikul segala resiko jika ternyata pernyataan ini tidak benar.
Tanda tangan
Diatas materai 10000
( Bakti Tri Pamungkas )
iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
SKRIPSI
Disusun Oleh:
BAKTI TRI PAMUNGKAS
2016 11 122
iv
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI
SKRIPSI
Disusun Oleh:
Telah disidangkan dan dinyatakan LULUS pada sidang Skripsi pada program Studi S1
Teknik Elektro Fakultas Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Institut Teknologi
PLN pada ……………
26 Agustus 2021
TIM PENGUJI
Nama Jabatan Tanda Tangan
Tony Koerniawan, S.T., M.T. Ketua Sidang
Oktaria Handayani, S.T., M.T. Sekertaris Sidang
Ginas Alvianingsih, S.T., M.T. Anggota Sidang
Mengetahui,
Kepala Program Studi
S1 Teknik Elektro
Digitally signed by Tony
Koerniawan
DN: OU=Fakultas
Ketenagalistrikan dan Energi
Terbarukan, O=Institut Teknologi
PLN, CN=Tony Koerniawan,
E=tony.koerniawan@itpln.ac.id
Reason: I am the author of this
document
Location: Jakarta
Date: 2021-09-13 17:29:52
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan ini saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat:
Yang telah memberikan petunjuk, saran-saran serta bimbingannya sehingga Skripsi ini
dapat diselesaikan:
Yang telah mengijinkan melakukan pengumpulan data dan wawancara selama proses
pengambilan data di Gardu Induk Duri Kosambi.
vi
HALAMAN PERNYANTAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Institut Teknologi - PLN, saya yang bertanda tangan dibawah
ini:
Nama : Bakti Tri Pamungkas
NIM : 2016 11 122
Program Studi : S1 Teknik Elektro
Fakultas : Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Institut
Teknologi – PLN Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-exclusive Royalty Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
KOORDINASI SISTEM PROTEKSI TRANSFORMATOR 1
GARDU INDUK DURI KOSAMBI
Besarta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non eksklusif
ini Institut Teknologi PLN berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan Skripsi saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Pemilik
Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di: Jakarta
Pada tanggal: 31 Januari 2021
Yang Menyatakan,
vii
KOORDINASI SISTEM PROTEKSI TRANSFORMATOR 1
GARDU INDUK DURI KOSAMBI
Bakti Tri Pamungkas, 2016 11 122
Dibawah bimbingan Hasna Satya Dini,S.T.,M.T
ABSTRAK
viii
COORDINATION OF TRANSFORMER 1 PROTECTION SYSTEM
AT DURI KOSAMBI SUBSTATION
Bakti Tri Pamungkas, 2016 11 122
Under the guidance of Hasna Satya Dini, S.T., M.T.
ABSTRACT
The transformer is the main component in the flow of electrical energy in the electrical
system so that safety equipment is needed to protect the transformer from short-circuit
current. Transformer 1 protection for Duri Kosambi Substation is divided into main
protection and backup protection. for main protection, one of which is differential relay
and backup protection, one of which is Over Current Relay (OCR) and Ground Fault
Relay (GFR). This research uses quantitative methods which start from data collection,
processing, or data calculation, until the results can be obtained also in the form of
numbers and perform simulations with the ETAP assistance program to monitor the
coordination of the protection system. The calculation results show that the 3-phase fault
current is 42.680 kA and the 1-phase fault current to ground is 7.956 kA on the 150kV
side, while on the 20 kV side the 3-phase fault current is 14,718 kA and the 1-phase fault
current to ground is 1,068 kA. For the differential relay works without coordination with
other relays and works very fast so that the differential relay only works in the protected
region. While the OCR and GFR relays can coordinate well with the condition that when
the relay is working the curve on the relay does not intersect or is in operation.
Keywords : Short Circuit Current Interference, Protection, differensial relay, OCR, GFR
ix
DAFTAR ISI
ABSTRACT ..................................................................................................................... ix
x
2.2.4.2. Relay Arus Lebih (OCR) ................................................................. 13
2.2.4.3. Relay Hubung Tanah (GFR) .......................................................... 15
2.2.5. Sistem Koordinasi Relay ........................................................................ 16
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................. 17
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Sistem Tenaga Listrik .............................................................................................. 4
Gambar 2. 2 Gangguan Hubung Singkat 1 Phasa ke Tanah ......................................................... 6
Gambar 2. 3 Gangguan Hubung Singkat 3 Phasa ......................................................................... 7
Gambar 2. 4 Proteksi Transformator............................................................................................. 9
Gambar 2. 5 Relay Differensial dalam Kondisi Normal ............................................................. 11
Gambar 2. 6 Relay Differensial Pada Saat Gangguan Di Luar Daerah Proteksi ........................ 11
Gambar 2. 7 Relay Differensial Pada Gangguan Di Dalam Daerah Proteksi ............................. 12
Gambar 2. 8 Sistem Proteksi OCR.............................................................................................. 13
Gambar 2. 9 Instanous Time ....................................................................................................... 14
Gambar 2. 10 Definite Time ....................................................................................................... 14
Gambar 2. 11 Inverse Time ........................................................................................................ 15
Gambar 2. 12 Sistem Proteksi OCR dan GFR ............................................................................ 15
Gambar 2. 13 Wiring Diagram 3 Garis Koordinasi Proteksi ...................................................... 16
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 3 Koordinasi Relay Gangguan Hubung Singkat 1 Phasa ke Tanah .............. xvi
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Transformator adalah komponen utama dalam menyaluran energi listrik pada
sistem ketenagalistrikan. Sistem tenaga listrik terbagi dalam beberapa bagian sistem,
yaitu pembangkit, transmisi, dan distribusi. Pada saluran transmisi dan distribusi
karena sebagian besar melalui daerah terbuka maka digunakan saluran udara dimana
untuk mengalami gangguan sangat mungkin terjadi. Salah satu faktor penyebab
gangguan yang sering terjadi pada saluran transmisi adalah gangguan akibat sambaran
petir yang memberi resiko merusak isolasi transformator bay.
Transformator bay adalah peralatan utama dalam sebuah Gardu Induk dimana
transformator bay harus mendapatkan pengamanan atau proteksi yang tepat serta
dilengkapi dengan relay untuk memproteksi transformator terhadap gangguan dari
luar dan di dalam transformator. Gangguan di luar area proteksi transformator akan di
proteksi menggunakan Relay Arus Lebih (Over Current Relay) dan Relay Gangguan
Tanah (Ground Fault Relay), sedangkan untuk gangguan di dalam area proteksi
transformator menggunakan Relay Differensial.
Salah satu cara menghindari kerusakan yang terjadi pada transformator bay
perlu dilakukan perhitungan penyetelan relay yang baik sehingga dapat memproteksi
peralatan listrik dari arus gangguan hubung singkat. Besar arus gangguan hubung
singkat yang mungkin terjadi dalam sistem kelistrikan perlu diketahui ditiap titik di
dalam jaringan juga di perlukan, salah satunya untuk menghitung penyetelan relay
proteksi.
1
3. Bagaimana menentukan setting koordinasi proteksi antara Over Current Relay
dan Ground Fault Relay agar tercapai sistem proteksi yang baik?
1. Menentukan jenis relay proteksi yang digunakan pada Gardu Induk Duri
Kosambi
2. Menentukan arus setting Relay Differensial pada Gardu Induk Duri Kosambi
3. Mengetahui penyetelan setting Relay Arus Lebih dan Relay Gangguan Tanah
1. Besarnya nilai arus setting Relay Differensial pada transformator Gardu Induk
Duri Kosambi.
2. Koordinasi proteksi Relay Arus Lebih dan Relay Gangguan Tanah pada Gardu
Induk Duri Kosambi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
Sistem proteksi merupakan bagian penting dari sistem tenaga listrik karena
merupakan suatu perlindungan terhadap peralatan listrik untuk menghindari
kerusakan peralatan dan juga mencegah meluasnya suatu gangguan apabila terjadi
gangguan serta menjaga agar stabilitas penyaluran tenaga listrik tetap terjaga.
Menurut Dedi Hariyono (2019), “Salah satu proteksi yang paling penting untuk
melindungi transformator adalah Relay Differensial, karena Relay Differensial
bekerja tanpa koordinasi dengan relay lain maka dari itu kerja Relay Differensial juga
diperlukan waktu yang tepat.”
3
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Sistem tenaga listrik
Sistem tenaga listrik terdiri dari susunan pembangkit, transmisi, dan jaringan
distribusi yang terhubung satu dengan yang lain untuk membangkitkan,
mentransmisikan, dan mendistribusikan energi listrik sehingga dapat digunakan
oleh konsumen.
Lampiran 1
4
c. Trafo Distribusi Merupakan Pengguna/Konsumen Listrik
Yang dimaksud transmisi (penyaluran) adalah penyaluran energi listrik
sehingga mempunyai listrik. Maksud proses dan cara menyalurkan energi
listrik dari satu tempat ke tempat lainnya, misalnya:
- Dari pembangkit listrik ke gardu induk
- Dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya
- Dari gardu induk ke jaringan tegangan menengah dan gardu distribusi
a. Gangguan Asimetris
Gangguan asimetris adalah gangguan yang mengakibatkan tegangan dan
arus yang mengalir pada setiap phasanya menjadi tidak seimbang. Salah
satunya adalah gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah.
• Gangguan Hubung Singkat Satu Phasa ke Tanah
Gangguan yang sering terjadi pada sistem tenaga listrik merupakan
gangguan asimetris sehingga memerlukan metode komponen
simetris untuk menganalisa tegangan dan arus pada saat terjadi
gangguan. Gangguan yang terjadi dapat dianalisa dengan
menghubung singkat semua sumber tegangan yang ada pada sistem
dan mengganti titik (node) gangguan dengan sebuah sumber
tegangan yang besarnya sama dengan tegangan sesaat sebelum
terjadinya gangguan di titik gangguan tersebut.
5
Gambar 2. 2 Gangguan Hubung Singkat 1 Phasa ke Tanah
3𝑥𝐸𝑝ℎ
𝐼1∅ = 𝑍 (2.1)
1𝑒𝑞 +𝑍2𝑒𝑞 +𝑍0𝑒𝑞
Keterangan:
11θ = Arus hubung singkat satu phasa ke tanah (A)
Eph = Tegangan phasa netral (V)
Z1eq = Impedansi ekivalen urutan positif (Ohm)
Z2eq = Impedansi ekivalen urutan negatif (Ohm)
Z0eq = Impedansi ekivalrn urutan nol (Ohm)
b. Gangguan Simetris
Gangguan simetris merupakan gangguan yang terjadi pada semua
phasanya sehingga arus maupun tegangannya pada setiap phasa tetap
seimbang setelah gangguan terjadi. Salah satunya adalah gangguan hubung
singkat tiga phasa.
• Gangguan Hubung Singkat Tiga Phasa
Gangguan tiga phasa termasuk dalam klasifikasi gangguan
simetris, dimana arus maupun tegangan setiap phasanya tetap
seimbang setelah gangguan terjadi. Sehingga pada sistem ini dapat
dianalisa hanya dengan menggunakan komponen urutan positif
saja.
6
Ia
Fasa-
a ib
Fasa-
b ic
Fasa-
c
𝐸𝑝ℎ
𝐼3∅ = 𝑍 (2.2)
1𝑒𝑞
Keterangan:
I3θ = Arus hubung singkat antar tiga phasa (A)
Eph = Tegangan phasa netral (V)
Z1eq = Impedansi ekivalen urutan positif (Ohm)
- Hubung Singkat
- Tegangan Lebih
- Beban Lebih
- Frekuensi Sistem Rendah
- Asinkron
- Dan Lain-Lain.
7
Beberapa fungsi proteksi sebagai berikut:
Dalam proses penyediaan tenaga listrik transformator bay pada gardu induk
mempunyai peran penting karena berfungsi menyalurkan daya dari tegangan
tinggi ke jaringan distribusi tegangan menengah. Transformator daya yang
terletak di gardu induk pada umumnya berhubungan dengan rel dan rel langsung
8
berhubungan dengan saluran transmisi, sedangkan pada saluran transmisi
umumnya merupakan saluran udara yang berpotensi mengalami jumlah
gangguan yang tinggi sehingga kemungkinan bahwa transformator mendapat
gangguan di saluran transmisi lebih besar dari pada generator.
- Differensial -
OCR sisi HV
- REF sisi HV -GFR sisi HV
- REF sisi LV -OCR sisi LV
- Tangki -OCR sisi LV
Tanah - DGR
- SBEF
- Voltage Relay
- NVDR sisi TV
- GFR sisi TV
9
2.2.4.1. Relay Differensial
10
A. Relay Differensial Dalam Keadaan Normal
Pada saat keadaan normal, arus mengalir melalui peralatan/instalasi
listrik yang di proteksi yaitu transformator daya, dan arus-arus
transformator, yaitu I1 dan I2 bersikulasi melalui sirkit operasi Relay
Differensial IA (sirkit operasi Relay Differensial). Jika Relay Differensial
dipasang antara terminal 1 dan terminal 2, maka dalam kondisi normal
tidak akan ada arus yang mengalir melaluinya.
11
C. Relay Differensial Pada Gangguan Di Dalam Daerah Proteksi
Jika gangguan terjadi di dalam proteksinya pada transformator daya
yang diproteksi maka arah sirkulasi di salah satu sisi akan terbalik,
menyebabkan “keseimbangan” pada kondisi normal terganggu.
Akibatnya arus ID akan mengalir melalui Relay Differensial dari terminal
1 menuju ke terminal 2 sehingga terjadi selisih arus di dalam relay,
selanjutnya relay tersebut akan mengoperasikan Circuit Breaker (CB)
untuk memutus.
Relay bekerja apabila nilai yang diukur melebihi batas yang diterapkan,
prinsipnya membandingkan dua besaran, mendeteksi apakah ada gangguan
pada zona daerah yang diamankan. Sebagai contoh:
- Arus yang diukur adalah selisih atau jumlah dari arus masuk dan arus
keluar.
- Bila gangguan di luar zona yang diamankan, arus keluar dan arus masuk
searah sehingga selisih dari dua besaran arus tersebut nol atau kecil sekali.
- Bila gangguan ada di dalam zona yang diamankan, arus keluar dan arus
masuk berlawanan arah. Sehingga selisih dari dua besaran arus tersebut
besar sekali.
12
2.2.4.2. Relay Arus Lebih (OCR)
Over Current Relay atau Relay Arus Lebih adalah suatu peralatan yang
bekerja ketika adanya hubung singkat yang berdampak pada kenaikan arus,
oleh karena itu disebut Relay Arus Lebih. Relay Arus Lebih yang ada
sekarang memiliki dua kemampuan, yaitu sebagai Relay Arus Lebih (Over
Current Relay, OCR) dan Relay Gangguan Tanah (Ground Fault Relay,
GFR). Relay Arus Lebih dapat dikoordinasikan dengan GFR dengan
memberikan tunda waktu yang sebenarnya merupakan inti dari setelan relay
selain perhitungan setelan arus.
13
1. Tanpa Tunda Waktu (instanous time)
Relay ini bekerja seketika (tanpa tunda waktu) begitu arus yang mengalir
melebihi nilai setting arusnya, relay akan bekerja dalam waktu beberapa
milidetik (40-80ms). Setelan dengan karakteristik instan/moment
digunakan untuk mengamankan peralatan listrik yang gangguannya besar
sekali (tergantung besar kapasitas trafo/generator).
tse
14
3. Relay Waktu Terbalik (Inverse Time)
Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya
arus secara terbalik (inverse time), semakin besar arus maka semakin kecil
waktu tundanya.
tset
I(Amp)
15
Prinsip kerja relay ini pada saat kondisi normal beban seimbang nilai Ir, Is,
It sama besar, sehingga pada kawat netral tidak timbul arus dan Relay Hubung
Tanah tidak dialiri arus. Bila terjadi ketidakseimbangan arus atau terjadi
gangguan hubung singkat ke tanah, maka akan timbul arus urutan nol pada kawat
netral, sehingga Relay Hubung Tanah akan bekerja.
Menghitung Arus
GangguangHubunggSingkat
Tidak
Sistem Proteksi
Bekerja
Ya
Selesai
17
Pada gambar diatas merupakan diagram alir penyetelan Relay Differensial, OCR,
dan GFR pada transformator dengan urutan:
18
Tabel 3. 1 Data Transformator
Merek CG PAUWELS
Type YNyn0 (d)
Kapasitas 60 MVA
Type Pendingin ONAN/ONAF
Impedansi 12,4%
Buatan Indonesia
𝑘𝑉12
𝑋𝑠𝑐1 = (3.1)
𝑀𝑉𝐴𝑠𝑐
𝑘𝑉22
𝑋𝑠𝑐1 (20 𝑘𝑉) = 𝑥𝑍1 (150 𝑘𝑉) (3.2)
𝑘𝑉12
19
Keterangan:
MVAsc : Daya Hubung Singkat (MVA)
Zsc : Impedansi Sumber (Ohm)
kV1 : Tegangan 150 kV (kV)
kV2 : Tegangan 20 kV (kV)
𝑘𝑉 2
𝑋𝑇 (100%) = (3.4)
𝑀𝑉𝐴
Nilai reaktansi transformator ini adalah nilai reaktansi urutan positif dan
negatif (Xt1=Xt2), jadi:
𝑋𝑡1 = 𝑋𝑇 % 𝑥 𝑋𝑇 (3.5)
20
Keterangan:
XT = Reaktansi transformator pada 100% (Ohm)
Xt % = Reaktansi % transformator (%)
Xt1 = Reaktansi urutan posititf (Ohm)
Xt2 = Reaktansi urutan negatif (Ohm)
Xt0 = Reaktansi urutan nol (Ohm)
Keterangan:
Z1eq = Impedansi ekivalen urutan positif (Ohm)
Z2eq = Impedansi ekivalen urutan negatif (Ohm)
Z0eq = Impedansi ekivalen urutan nol (Ohm)
RN = Tahanan NGR (Ohm)
21
Setalah semua nilai yang dibutuhkan telah terkumpul, maka nilai arus hubung
singkat dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
• Nilai Arus Hubung Singkat Tiga Phasa
1,1 𝑥 𝐸𝑝ℎ
𝐼ℎ𝑠 3∅ = (3.10)
𝑍1𝑒𝑞
1,1 𝑥 𝐸𝑝ℎ
𝐼ℎ𝑠1∅ = (3.11)
𝑍1𝑒𝑞 +𝑍2𝑒𝑞 +𝑍0𝑒𝑞
Keterangan:
𝑆
𝐼𝑛 = (3.12)
√3𝑥𝑉𝑙
Keterangan :
In = arus nominal transformator
S = daya transformator
Vl = tegangan transformator 1 fasa
22
b. Ratio CT
Pemasangan CT pada sisi primer dan sekunder dipilih sesuai dengan arus
yang mengalir pada transformator. Setelah mengetahui normal arus pada sisi
primer dan sisi sekunder maka untuk menentukan rating CT dipilih 110% dari
arus nominal.
Ratio CT sisi yang terpasang pada sisi primer dan sekunder transformator
dapat diperoleh melalui persamaan berikut:
𝐶𝑇 20 = 110% 𝑥 𝐼𝑛 20 (3.14)
c. Mismatch
Menghitung besarnya arus mismatch yaitu dengan cara membandingkan
rasio CT ideal dengan CT yang ada di pasaran, dengan ketentuan error tidak
boleh lebih dari 5% dari rasio CT yang dipilih.
• Error mismatch di sisi tegangan 150KV:
𝐶𝑇 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑠𝑚𝑎𝑡𝑐ℎ = % (3.15)
𝐶𝑇 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔
𝐶𝑇2 𝑉1
= (3.16)
𝐶𝑇1 𝑉2
𝑉2
𝐶𝑇1 (𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙) = 𝐶𝑇2 𝑥 (3.17)
𝑉1
𝐶𝑇 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑠𝑚𝑎𝑡𝑐ℎ = % (3.18)
𝐶𝑇 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔
𝐶𝑇2 𝑉1
= (3.19)
𝐶𝑇1 𝑉2
23
𝑉1
𝐶𝑇2 (𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙) = 𝐶𝑇1 𝑥 (3.20)
𝑉2
Keterangan :
CT1 = trafo arus sisi primer
CT2 = trafo arus sisi sekunder
V1 = tegangan di sisi primer
V2 = tegangan di sisi sekunder
d. Arus sekunder CT
Menghitung besar arus sekunder CT yang terpasang pada sisi primer dan
sekunder transformator sebagai berikut:
𝐼𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟
𝐼𝑠𝑒𝑘 𝐶𝑇 150 = 𝑥𝐼𝑛 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜 (3.21)
𝐼𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
𝐼𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟
𝐼𝑠𝑒𝑘 𝐶𝑇 20 = 𝑥𝐼𝑛 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜 (3.22)
𝐼𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
e. Arus differensial
Arus differensial yaitu arus selisih antara arus sekunder CT sisi tegangan tinggi
terhadap arus sekunder CT sisi tegangan rendah.
𝐼𝑑𝑖𝑓 = 𝐼2 − 𝐼1 (3.23)
f. Arus restrain
Arus restrain diperoleh dengan cara menjumlahkan arus sekunder CT1 dan CT2
kemudian dibagi 2.
𝐼1+𝐼2
𝐼𝑟 = (3.24)
2
24
g. Slope
Untuk mengetahui slope didapatkan dari arus differensial di bagi dengan
arus restain. Dari slope1 dapat diketahui arus differensial dan arus restain saat
kondisi normal dan untuk memastikan relay dapat bekerja saat ada gangguan
internal dengan arus gangguan kecil. Untuk slope2 dapat berguna agar relay tidak
bekerja saat terjadi gangguan eksternal dengan arus gangguan besar sekalipun.
𝐼𝑑
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒1 = 𝑥100% (3.25)
𝐼𝑟
𝟏
𝑰𝑺𝒆𝒕 𝒔𝒆𝒌𝒖𝒏𝒅𝒆𝒓 = 𝑰𝒔𝒆𝒕 𝒑𝒓𝒊𝒎𝒆𝒓 𝒙 (3.29)
𝑹𝒂𝒔𝒊𝒐 𝑪𝑻
25
Setelah menentukan nilai arus, maka barulah dapat menentukan nilai TMS dan
waktu setelan rele arus lebih dengan persamaan sebagai berikut :
𝑰𝒇𝒂𝒖𝒍𝒕
𝒕 𝒙 (( )𝜶 −𝟏)
𝑰𝒔𝒆𝒕 𝒑𝒓𝒊𝒎𝒆𝒓
𝑻𝒎𝒔 = (3.30)
𝜷
𝜷 𝒙 𝑻𝒎𝒔
𝒕= 𝑰𝒇𝒂𝒖𝒍𝒕 (3.31)
(( )𝜶 −𝟏)
𝑰𝒔𝒆𝒕 𝒑𝒓𝒊𝒎𝒆𝒓
Dimana :
α,β = Konstant
26
untuk mendapatkan nilai setelan sekunder yang dapat disetkan pada relay GFR,
maka harus dihitung dengan menggunakan rasio trafo arus (CT) yang terpasang
pada sisi primer maupun sisi sekunder transformator tenaga.
1
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 𝑥 (3.33)
𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 𝑐𝑡
Sama halnya dengan relay OCR, relay GFR menggunakan rumus penyetingan TMS
yang sama dengan relay OCR. Tetapi waktu kerja relay yang diinginkannya
berbeda. Relay GFR cenderung lebih sensitif dari pada relay OCR.
𝑰𝒇𝒂𝒖𝒍𝒕
𝒕 𝒙 (( )𝜶 −𝟏)
𝑰𝒔𝒆𝒕 𝒑𝒓𝒊𝒎𝒆𝒓
𝑻𝒎𝒔 = (3.34)
𝜷
𝜷 𝒙 𝑻𝒎𝒔
𝒕= 𝑰𝒇𝒂𝒖𝒍𝒕 (3.35)
(( )𝜶 −𝟏)
𝑰𝒔𝒆𝒕 𝒑𝒓𝒊𝒎𝒆𝒓
Untuk menentukan nilai TMS yang akan disetkan pada relay GFR sisi 20KV dan
sisi 150KV transformator diambil arus hubung singkat 1 phasa ke tanah.
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Pada bab IV kali ini melakukan pengolahan data yang telah disebutkan pada bab
3.3 dimana untuk mendapatkan setting Relay Differensial, Relay Arus Lebih, dan Relay
Gangguan Tanah yang optimal, maka dibutuhkan perhitungan arus hubung singkat.
Untuk gangguan arus hubung singkat yang diperlukan adalah arus gangguan hubung
singkat tiga phasa dan arus hubung singkat satu phasa ke tanah.
1502 𝑘𝑉
𝑋𝑠𝑐1(150 𝑘𝑉) = = 𝑗2,108 Ω
10673,42 𝑀𝑉𝐴
28
Untuk mengetahui impedansi sumber pada sisi 20 kV dengan menggunakan
persamaan rumus 3.2. Maka dapat ditentukan dengan cara:
202 𝑘𝑉
𝑋𝑠𝑐1(20 𝑘𝑉) = 𝑥 𝑗2,108 Ω = 𝑗0,037 Ω
1502 𝑘𝑉
202 𝑘𝑉
𝑋𝑇 (100%) = = 𝑗6,667 Ω
60 𝑀𝑉𝐴
Nilai reaktansi transformator ini adalah nilai reaktansi urutan positif dan
reaktansi urutan negatif (Xt1=Xt2), jadi:
• Pada sisi 150 kV
• Pada sisi 20 kV
29
• Pada sisi 20 kV
• Pada sisi 20 kV
285788,38
= = 7956,093 𝐴
√(362 + 𝑗5,7042 )
30
• Pada sisi 20 kV
1,1 𝑥 20 𝑘𝑉 ⁄√3
𝐼ℎ𝑠 3∅ = = 14718,08 𝐴
0,863
1,1 𝑥3 𝑥 20 𝑘𝑉 ⁄√3
𝐼ℎ𝑠 1∅ =
2𝑥(𝑗0,863) + (36 + 𝑗8,26)
38105,11777
= = 1062,577 𝐴
√(362 + 𝑗9,9862 )
Didapatkan data CT pada sisi 150 kV dan pada sisi 20 kV adalah sebagai
berikut:
31
a. Penyetelan relay pada sisi 150 kV
5
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 206,8 𝐴 𝑥 = 3,44 𝐴
300
0,3 𝑥 ((42680,463⁄206,8)0,02 − 1)
𝑇𝑀𝑆 = = 0,241
0,14
5
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 1515,8 𝐴 𝑥 = 3,7895 𝐴
2000
0,3 𝑥 ((14718,08⁄1515,8)0,02 − 1)
𝑇𝑀𝑆 = = 0,099
0,14
32
• Pada sisi 20 kV
5
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 137,8 𝐴 𝑥 = 0,344 𝐴
2000
0,3 𝑥 ((1062,577⁄137,8)0,02 − 1)
𝑇𝑀𝑆 = = 0,089
0,14
60000𝑘𝑉𝐴
𝐼𝑛1 = = 230,94 𝐴
√3 𝑥 150𝑘𝑉
60000𝑘𝑉𝐴
𝐼𝑛2 = = 1732,05 𝐴
√3 𝑥 20𝑘𝑉
Hasil dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa arus nominal yang
menuju ke transformator daya di sisi tegangan primer 150 kV adalah 230,94 A
sedangkan di sisi sekunder 20 kV adalah 1732,05 A. Perhitungan arus rating
pada transformator daya di atas juga dapat diketahui di sisi tegangan primer
33
150 kV adalah 254,034 A sedangkan pada sisi tegangan sekunder 20 kV adalah
1905,256 A. sesuai dengan perhitungan tersebut, maka rasio CT yang terpasang
pada sisi tegangan primer 150 kV adalah 300:5 A serta pada sisi tegangan
sekunder 20 kV adalah 2000:5 A. berdasarkan uraian tersebut maka bila arus
yang mengalir pada sisi tegangan primer sebesar 300 A di CT akan terbaca 5
A. rasio CT yang dipilih 300 A dan 2000 A sebab pada Gardu Induk Duri
Kosambi menggunakan nilai tersebut dan rasio itu juga ada di pasaran.
𝑉2 2000 20
𝐶𝑇1 (𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙) = 𝐶𝑇2 𝑥 = 𝑥 = 53,3 𝐴
𝑉1 5 150
53,3
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑠𝑚𝑎𝑡𝑐ℎ = % = 0,177%
300
𝑉1 300 150
𝐶𝑇2 (𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙) = 𝐶𝑇1 𝑥 = 𝑥 = 450 𝐴
𝑉2 5 20
450
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑠𝑚𝑎𝑡𝑐ℎ = % = 0,225%
2000
Hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka diperoleh CT1 ideal sebesar
53,3 A dan error mismatch sebesar 0,177%. Error mismatch CT2 sebesar
0,225% dengan hasil perhitungan CT2 ideal sebesar 450 A. demikian
didapatkan selisih antara trafo arus terpasang dan trafo arus ideal sebesar 246,7
A pada sisi tegangan tinggi dan 1550 A pada sisi tegangan rendah.
34
c. Perhitungan nilai arus sekunder CT
- Arus sekunder CT sisi tegangan tinggi 150 kV:
5
𝐼𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 𝑥 230,94 = 3,849 𝐴
300
5
𝐼𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 𝑥 1732,05 = 4,330 𝐴
2000
3,849 + 4,330
𝐼𝑟 = = 4,089 𝐴
2
Dari perhitungan ini, nilai arus restrain adalah 4,089 A. Ketika terjadi
gangguan eksternal maka arus yang melewati transformator akan sangat besar.
Ketika arus yang masuk sangat besar, maka arus differensialnya akan naik
sehingga arus restrain ikut naik. Nilai restrain berfungsi sebagai parameter
Relay Differensial untuk mengetahui apakah arus differensial ini berasal dari
gangguan internal atau eksternal. Nilai arus restrain digunakan untuk
menghitung setting slope.
35
f. Perhitungan slope
0,481
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 1 = 𝑥 100% = 11,76%
4,089
Dari hasil perhitungan yang dilakukan nilai slope1 sebesar 11,76% dan
slope2 sebesar 23,52%.
Operating Area
36
g. Perhitungan arus setting
4.2. Pembahasan
4.2.1. Arus hubung singkat
Berdasarkan data yang di dapatkan dari perhitungan sebelumnya, besarnya nilai
arus hubung singkat dapat di tulis ke dalam tabel sebagai berikut:
Perhitungan arus hubung singkat pada gardu induk duri kosambi yang dijelaskan
pada tabel diatas hanya melibatkan arus gangguan tiga phasa dan satu phasa ke
tanah pada sisi 150 kV dan pada sisi 20 kV. Dapat dilihat dari tabel diatas, arus
gangguan terbesar yaitu terjadi pada arus gangguan hubung singkat 3 phasa. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan rumus yang sudah tertera dimana untuk arus
gangguan 3 phasa menggunakan Z1 impedansi sedangkan untuk arus gangguan 1
phasa ke tanah menggunakan Z1, Z2, dan Z0 impedansi.
Short circuit analysis pada program ETAP power station menganalisa gangguan
hubung singkat tiga phasa, satu phasa ke tanah, antar phasa, dan dua phasa ke tanah
pada sistem tenaga listrik. Short circuit analysis pada program ETAP power station
menggunakan standar ANSI/IEEE dan IEC. Dalam penelitian ini hanya
menggunakan arus hubung singkat terbesar, yaitu arus hubung singkat 3 phasa dan
arus hubung singkat terkecil, yaitu arus hubung singkat 1 phasa ke tanah.
37
Gambar 4. 3 Gangguan Hubung Singkat 3 Phasa
38
Gambar 4. 4 Gangguan Hubung Singkat 1 Phasa Ke Tanah
Dari hasil simulasi hubung singkat menggunakan program ETAP Power Station
pada gangguan hubung singkat tiga phasa pada sisi 150 kV sebesar 41,082 kA dan
pada sisi 20 kV sebesar 14,92 kA sedangkan untuk gangguan hubung singkat satu
phasa ke tanah pada sisi 150 kV sebesar 7,956 kA dan pada sisi 20 kV sebesar 1,053
kA. Dari hasil perhitungan manual dengan hasil program memiliki sedikit
perbedaan dimana pada perhitungan manual gangguan hubung singkat tiga phasa
39
pada sisi 150 kV sebesar 42,680 kA dan pada sisi 20 kV sebesar 14,718 kA
sedangkan untuk gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah pada sisi 150 kV
sebesar 7,956 kA sedangkan pada sisi 20 kV sebesar 1,062 kA. Besarnya gangguan
hubung singkat pada perhitungan manual dengan program ETAP Power Station
mengalami perbedaan, hal ini disebabkan karena pada program ETAP Power
Station nilai impedansi dianggap sama sedangkan pada perhitungan manual nilai
impedansi berbeda. Namun, perbedaan dari hasil perhitungan manual dengan
program ETAP Power Station masih berada dalam tahap aman, hal ini dapat
dibuktikan sebagai berikut:
42,680 − 41,082
𝐾𝑅 = 𝑥 100% = 3,79%
42,680
14,718 − 14,92
𝐾𝑅 = 𝑥 100% = 1,37%
14,718
• Pada gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah pada sisi 150 kV:
7,956 − 7,956
𝐾𝑅 = 𝑥 100% = 0%
7,956
• Pada gangguan hubung singkay satu phasa ke tanah pada sisi 20 kV:
1,062 − 1,053
𝐾𝑅 = 𝑥 100% = 0,8%
1,062
40
4.2.2. OCR (Over Current Relay)
Setelah mengetahui besarnya arus hubung singkat, selanjutnya untuk penyetelan
arus relay dapat ditentukan dengan menyetel waktu kerja relay. Berdasarkan
besarnya nilai arus hubung singkat yang didapat, waktu kerja relay ditentukan
sebagai berikut:
0,14 𝑥 0,241
𝑡= = 0,3 𝑠
42680,463 0,02
(( 206,8 0 − 1)
0,14 𝑥 0,099
𝑡= = 0,3 𝑠
14718,08 0,02
(( ) − 1)
1515,8
Dari hasil perhitungan setting waktu Over Current Relay diatas, waktu setting
untuk relay bekerja sebesar 0,3 detik untuk sisi 150 kV dan sisi 20 kV. Pada
perhitungan setting Over Current Relay menggunakan karakteristik standard
inverse. Penentuan setting waktu kerja berdasarkan grading time antar peralatan
proteksi sesuai dengan IEC 60255 sebesar 0,3 – 0,5 detik. Sedangkan pada kondisi
di lapangan setting waktu untuk relay OCR sebesar 1 detik untuk sisi 150 kV dan
sisi 20 kV. Sehingga dari hasil perhitungan manual dengan hasil lapangan
mengalami perbedaan.
41
Gambar 4. 6 Kurva Existing Relay OCR 150 kV
Kurva diatas merupakan penyetelan relay OCR pada tegangan sisi 150 kV dan sisi
20 kV dimana pada relay OCR sisi 150 kV menggunakan relay merek Alstom P121
ratio CT 300:5 dengan nilai pick up sebesar 0,3 detik dengan time dial 0,241 dan
pada relay OCR sisi 20 kV menggunakan relay merek Alstom P121 ratio CT 2000:5
dengan nilai pick up sebesar 0,29 detik dengan time dial 0,099.
42
4.2.3. GFR (Groud Fault Relay)
Setelah mengetahui besarnya arus hubung singkat, selanjutnya untuk penyetelan
arus relay dapat ditentukan dengan menyetel waktu kerja relay. Berdasarkan
besarnya nilai arus hubung singkat yang didapat, waktu kerja relay ditentukan
sebagai berikut:
Pada sisi 150 kV:
0,14 𝑥 0,275
𝑡= = 0,29 𝑠
7956,093 0,02
(( 18,8 ) − 1)
0,14 𝑥 0,373
𝑡= = 0,29 𝑠
1062,577
(( 0,373 )0,02 − 1)
Dari hasil perhitungan setting waktu Over Current Relay diatas, waktu setting untuk
relay bekerja sebesar 0,29 detik untuk sisi 150 kV dan sisi 20 kV. Pada perhitungan
setting Over Current Relay menggunakan karakteristik standard inverse.
Penentuan setting waktu kerja berdasarkan grading time antar peralatan proteksi
sesuai dengan IEC 60255 sebesar 0,3 – 0,5 detik. Sedangkan pada kondisi di
lapangan setting waktu untuk relay GFR sebesar 0,2 detik untuk sisi 150 kV dan
0,17 detik untuk sisi 20 kV. Sehingga dari hasil perhitungan manual dengan hasil
lapangan mengalami perbedaan.
43
Gambar 4. 8 Kurva Existing Relay GFR sisi
150 kV
Kurva diatas merupakan penyetelan relay GFR pada tegangan sisi 150 kV dan sisi
20 kV dimana pada relay GFR sisi 150 kV menggunakan relay merek Alstom P121
ratio CT 300:5 dengan nilai pick up sebesar 0,3 detik dengan time dial 0,275 dan
pada relay GFR sisi 20 kV menggunakan relay merek Alstom P121 ratio CT 2000:5
dengan nilai pick up sebesar 0,29 detik dengan time dial 0,089.
44
4.2.4. Relay Differensial
Pada penyetelan Relay Differensial prinsip kerjanya berdasarkan keseimbangan
(balance) yang membandingkan arus-arus sekunder transformator arus (CT) yang
terpasang pada terminal-terminal peralatan atau instalasi listrik yang diamankan.
Berikut hasil dari perhitungan:
45
Dari hasil tabel diatas merupakan hasil perhitungan matematis, yaitu perhitungan
untuk menentukan rasio CT pada trafo, dengan menggunakan perhitungan arus
nominal dan arus rating. Selanjutnya menghitung error mismatch, menghitung arus
differensial, menghitung arus restrain, menghitung arus slope, dan arus setting
relay differensial.
Sistem proteksi relay differensial berkerja tanpa koordinasi dengan relay yang lain
sehingga relay differensial merupakan relay proteksi utama pada transformator, dari
hasil simulasi diatas gangguan diberikan di wilayah proteksi differensial sehingga
46
relay differensial mendeteksi adanya gangguan dan memberi sinyal kepada PMT
untuk memutus (trip). Waktu yang dibutuhkan relay differensial untuk memutus
pada CB1 sebesar 55 ms dan untuk CB2 sebesar 100 ms.
47
Seperti pada gambar diatas, relay differensial tidak bekerja karena gangguan berada
di luar daerah proteksi, sehingga tugas untuk mengirimkan sinyal trip ke PMT
dilakukan oleh Relay OCR. Dari hasil simulasi dibuktikan bahwa jika terjadi
gangguan di luar wilayah proteksi relay differensial maka relay differensial tidak
bekerja (tidak mengirim sinyal ke PMT). Sehingga relay OCR yang bekerja untuk
mengirim sinyal (trip) ke PMT untuk memutus. Waktu yang dibutuhkan PMT
untuk memutus dari sinyal relay OCR sebesar 55 ms.
48
PMT untuk memutus. Hal ini dapat dibuktikan melalui simulasi pada program
ETAP.
Pada simulasi diatas, diberi gangguan hubung singkat 3 phasa sehingga besar arus
hubung singkat yang terjadi pada simulasi sebesar 14,92 kA. Karena adanya
gangguan pada sisi 20 kV sehingga relay OCR pada sisi 20 kV menberi sinyal (trip)
pada CB2 untuk memutus, setelah itu relay OCR pada sisi 150 kV memberi sinyal
(trip) pada CB1 untuk memutus.
49
Gambar 4. 13 Kurva Existing Relay OCR Pada Gangguan
Hubung Singkat 3 Phasa
Sistem koordinasi proteksi OCR dapat dikatan baik karena pada sistem kerja relay
tidak mengalami mal operasi. Mal operasi terjadi apabila kurva antara relay 1 dan
relay 2 bersinggungan.
50
Gambar 4. 14 Sistem Kerja Koordinasi Relay Proteksi Pada Hubung Singkat 1
Phasa ke Tanah Dilihat Melalui Wiring 3 Line Diagram
51
Gambar 4. 15 Simulasi Sistem Koordinasi
Relay Proteksi pada Hubung Singkat 1
Phasa ke Tanah
Koordinasi sistem proteksi kedua diberikan gangguan hubung singkat satu phasa
ke tanah. Dari hasil simulasi besar arus gangguan hubung singkat sebesar 1,054 kA
sehingga relay GFR dan OCR pada sisi 20 kV mendeteksi gangguan dan
mengirimkan sinyal (trip) pada CB2 untuk memutus (open) setelah itu relay GFR
dan OCR pada sisi 150 kV memberi sinyal (trip) pada CB1 untuk memutus (open).
52
Gambar 4. 16 Kurva Existing Relay OCR Pada Gangguan
Hubung Singkat 1 Phasa ke Tanah
Sistem koordinasi proteksi OCR dapat dikatan baik karena pada sistem kerja relay
tidak mengalami mal operasi. Mal operasi terjadi apabila kurva antara relay 1 dan
relay 2 bersinggungan.
53
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan hubung singkat yang didapat yaitu untuk arus gangguan tiga phasa
sebesar 42,680 kA dan untuk arus gangguan satu phasa ke tanah sebesar 7,956
kA. Sedangkan pada percobaan program ETAP power station untuk arus
gangguan tiga phasa sebesar 41,082 kA dan untuk arus gangguan satu phasa ke
tanah sebesar 7,956 kA. Dari data yang didapat mengalami perbedaan namun
masih dalam tahap wajar sehingga nilai dari perhitungan manual dan program
ETAP power station dianggap sama.
2. Berdasarkan besaran arus hubung singkat yang di sapat dari hasil perhitungan
sehingga mendapatkan setting relay yang idea untuk OCR sebesar 0,3 detik dan
untuk setting relay GFR sebesar 2,99 detik sedangkan pada kondisi lapangan
setting relay OCR sebesar 1 detik dan untuk setting relay GFR sebesar 0,2 detik
untuk sisi 150 kV dan 0,17 detik untuk sisi 20 kV.
3. Koordinasi sistem proteksi dapat dikatakan baik apabila kinerja relay 1 dan
relay 2 tidak bersinggungan.
4. Arus rating didapat dengan cara menghitung arus nominal pada transformator.
Arus rating nantinya akan digunakan untuk menentukan rasio CT yang
terpasang pada transformator.
5. Relay differensial akan bekerja apabila nilai arus differensial melebihi Isetting dan
sebaliknya.
5.2. Saran
1. Perlu adanya pengecekan secara berkala pada peralatan proteksi yang terpasang
di saluran untuk menghindari kegagalan operasi pada sistem proteksi bila terjadi
gangguan.
2. Penggunaan program bantu analisis sangat membantu untuk melihat koordinasi
proteksi dan menganalisa bila terjadi gangguan. Oleh karena itu sebaiknya PT.
PLN (Persero) menggunakan program bantu analisis dalam menyelesaikan
berbagai masalah kelistrikan.
54
Daftar Pustaka
Affandi, I. (2010). Analisa Setting Relay Arus Lebih dan Relay Gangguan Tanah Pada Penyulang
Sedawa di GI Cawang. Jakarta.
Anaa Istimaroh, N. H. (2013). Penentuan Setting Rele Arus Lebih Generator dan Rele
Differensial Transformator Unit 4 PLTA Cirata II. Jurnal Reka Elkomika, 131-141.
Badarudin, B. W. (2014). Setting Koordinasi Over Current Relay Pada Trafo 60 MVA 150/20 Kv
dan Penyulang 20 Kv. SINERGI, 134-140.
Baskara, I., Sukereyasa, I. W., & Aristianana, W. G. (2015). Studi Koordinasi Peralatan Proteksi
OCR dan GFR Pada Penyulang Tibuneneng. Teknik Elektro, Vol.14, No.2.
Basri, H. (2007). Proteksi Sistem Tenaga Listrik. Jakarta: Fakultas Teknologi Industri,Institut
Sains dan Teknologi Nasional.
Drs. F.J. Tasiam, M. (2017). Proteksi Sistem Tenaga Listrik. Yogyakarta: TEKNOSAIN.
Elvy Sahnur Nasution, F. I. (2017). Rele Differensial Sebagai Proteksi Pada Transformator Daya
Pada Gardu Induk. Ready Star, 179-186.
Hendra Marta Yudha, I. M. (2008). Proteksi Rele Prinsip dan Aplikasi. indralaya: Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
I D.G.Agung Budhi Udiana, I. G. (2017). Studi Analisis Koordinasi Over Current Relay (OCR) dan
Ground Fault Relay (GFR) pada recloser si saluran penyulang penebel. Teknologi
Elektro, 37-42.
Rezky Almi Ramadhan, A. A. (2020). Evaluasi Koordinasi OCR dan GFR Di Gardu Induk
Distribusi. Jom FTEKNIK, 1-10.
xiv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Personal
NIM : 2016 11 122
Nama : Bakti Tri Pamungkas
Tempat / Tanggal Lahir : Tangerang / 13 Oktober 1997
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Program Studi : S1 Teknik Elektro
Alamat : Jl. Darussalam II E No. 26 Kel. Ketapang, Cipondoh,
Kota Tangerang 15147
Nomor Telepon : 081314104527
Email : bakti13.btp@gmail.com
JENJANG NAMA LEMBAGA JURUSAN TAHUN LULUS
SD SDN 09 JAKARTA - 2010
SMP SMPN 176 JAKARTA - 2013
SMA SMAN 56 JAKARTA IPA 2016
Demikianlah daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Tangerang, 19 Juli 2021
Mahasiswa Ybs.
xv
Lampiran 2 Lembar Bimbingan Skripsi
Jenjang : Sarjana
Judul Skripsi : Koordinasi Sistem Proteksi Transformator 1 Gardu Induk Duri Kosambi
xvi
14 April 2021 Presentasi dan persiapan
untuk sidang proposal
24 April 2021 Pembahasan mengenai
simulasi pada program
ETAP
8 Mei 2021 Penentuan batasan
parameter pada ETAP
8 Juni 2021 Penentuan fungsi
koordinasi relay
22 Juni 2021 Penjelasan perhitungan
dan hasil simulasi
28 Juni 2021 Konsultasi mengenai
simulasi ETAP error
1 Juli 2021 Diskusi mengenai hasil
penelitian
6 Juli 2021 Mempresentasikan hasil
penelitian untuk dilakukan
penyusunan BAB 4
8 Juli 2021 Mempresentasikan hasil
progress penelitian hingga
penyusunan Skripsi
xvii
Lampiran 3 Koordinasi Relay Gangguan Hubung singkat 3 Phasa
xviii
Lampiran 4 Koordinasi Relay Gangguan Hubung Singkat 1 Phasa ke Tanah
xix
Lampiran 5 Report Relay Differensial Di Wilayah Proteksi
xx
Lampiran 6 Report Relay Differensial Di Luar Wilayah Proteksi
xxi
Ginas Alvianingsih, S.T,. M.T.
xxii
23
xiv