PLTB
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu
Kelompok 3 :
1. Dhea Salsyabilla
2. Bagas Prasetyo
3. Rizki Permadi
4. Lambertino Pionerick Dosen Pengampu :
Dianing Novita Nurmala Putri, ST., MSc
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, target
bauran energi baru dan terbarukan pada tahun 2025 paling sedikit 23% dan 31% pada tahun 2050.
Target kapasitas PLT-Angin (Pembangkit Listrik Tenaga Angin) pada tahun 2025 yakni 255 MW.
1. TURBIN IMPULS
Turbin impulse adalah turbin sederhana berotor satu atau gabungan yang memiliki sudu-sudu
pada rotor tersebut. Biasanya, sudu pada turbin jenis ini berbentuk simetris dan memiliki sudut
masuk dan sudut keluar.
Turbin impulse mengubah arah dari aliran fluida berkecepatan tinggi menghasilkan putaran
impuls dari turbin dan penurunan energi kinetik dari aliran fluida. Tidak ada perubahan tekanan
yang terjadi pada fluida, penurunan tekanan terjadi di nozzle /sudu diam.
Sumber : https://pintarelektro.com/macam-macamvturbin/#:~:text=Macam
%20Macam%20Turbin%201%201.%20Turbin%20Uap%20%28Steam,Turbin
%20Air%20slideshare.net%2Fdwiratna3%20...%204%204.%20Turbin%20Angin
2. TURBIN REAKSI
Turbin reaksi merupakan turbin yang memiliki tiga tahap, yakni masing-masing tersusun dari
baris sudu tetap dan dua baris sudu gerak. Sudu bergerak pada turbin reaksi dapat dibedakan
dengan mudah dari sudu impuls, karena bentuknya yang tidak simetris, serta karena berfungsi
sebagai nozzle bentuknya sama dengan sudu tetap meskipun arah lengkungannya berlawanan.
Turbin reaksi menghasilkan torsi dengan menggunakan tekanan atau massa gas (fluida).
Tekanan dari fluida akan berubah pada saat melalui sudu rotor. Pada turbin jenis ini
dibutuhkan semacam sudu pada casing untuk mengendalikan fluida kerja seperti yang bekerja
pada turbin tipe multistage atau bisa juga turbin ini harus terendam penuh pada fluida kerja
(seperti pada kincir angin).
Turbin angin sebagai mesin konversi energi dapat digolongkan berdasarkan prinsip aerodinamik yang
bekerja pada rotornya. Berdasarkan prinsip aerodinamik, turbin angin dibagi menjadi dua bagian yaitu
jenis drag (tipe drag) dan jenis lift (tipe lift) (Hemami, 2012). Kedua prinsip aerodinamik yang
dimanfaatkan turbin angin memiliki perbedaan putaran pada rotornya, dengan prinsip gaya drag
memiliki putaran rotor relatif rendah dibandingkan turbin angin yang rotornya menggunakan prinsip
gaya lift.
sumber :
http://xn--drmstrre-64ad.dk/w
p-content/wind/miller/windp
ower%20web/en/tour/wtrb/in
direct.htm
Konsep Induction machine with cage rotor and direct grid connection
sumber
Generator induksi memiliki rotor sangkar tupai yang menarik arus magnetisasi dari stator
sehingga menimbulkan permintaan daya reaktif yang tinggi saat fluks, seperti saat pemutus
sirkuit generator pertama kali ditutup. Turbin angin dengan generator induksi sangkar-tupai
yang terhubung langsung ke saluran adalah yang paling sederhana secara elektrik. Sementara
untuk tujuan efisiensi aerodinamis mereka beroperasi pada kecepatan yang hampir konstan,
sedikit variasi kecepatan dengan torsi (dan daya) dapat secara signifikan mengurangi transien
torsi mekanis yang terkait dengan hembusan angin dan gangguan sisi jaringan.
Konstruksi Generator induksi didasarkan pada mesin tipe motor induksi sangkar-tupai yang
sangat umum karena murah, andal, dan tersedia dalam berbagai ukuran listrik dari mesin
tenaga kuda fraksional hingga kapasitas multi-megawatt sehingga ideal untuk digunakan di
kedua aplikasi tenaga angin energi terbarukan domestik dan komersial. Juga, tidak seperti
generator sinkron sebelumnya yang harus "disinkronkan" dengan jaringan listrik sebelum
dapat menghasilkan daya listrik. Generator induksi dapat dihubungkan langsung ke jaringan
utilitas dan digerakkan oleh baling-baling turbin angin pada kecepatan angin yang
bervariasi setelah dihidupkan dari keadaan diam.
sumber :
https://www.alternative-energy-tutorials.com/wind-energy/in
duction-generator.html
a. Stall control adalah metode kontrol yang paling simpel, murah dan kuat. Metode kontrol
ini sudah lama digunakan untuk turbin komersial ukuran kecil dan sedang, dikenal juga
sebagai kontrol pasif, karena tidak ada komponen bergerak yang diatur.
b. Baling-baling pada turbin angin yang memiliki pitch control dapat diatur menjauhi atau
mendekati arah datangnya angin saat daya keluaran sangat tinggi ataupun sangat rendah,
berurutan. Sudut baling-baling rotor dapat diatur secara aktif oleh sistem kontrol untuk
mengurangi daya yang tidak dibutuhkan. Pitch control bekerja relatif cepat dan dapat
digunakan untuk membatasi kecepatan rotor dengan mengatur aliran aerodinamika energi
angin.