Tugas Ke-2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

Evaluasi Halaman 38

1. Penjelasan dengan menggunakan kata-kata sendiri tentang latar belakang munculnya


istilah dan doktrin Tritunggal dalam sejarah gereja mula-mula.
Gereja mula-mula lahir dengan konteks agama Yahudi. Penganut agama
Yahudi(Yudaisme) amat mengutamakan pengajaran kepada monotheisme yang
mutlak. Amat ditegaskan bahwa Allah yang dipercayai dan disembah adalah Esa(Ul.
6: 4). Penekanan ini juga berpengaruh terhadap orang Kristen mula-mula sehingga
orang Kristen mula-mula juga amat menonjolkan doktrin monotheisme tersebut. Akan
tetapi, gereja mula-mula yang amat masih muda ini juga mengalami pertumbuhan
iman yang baru, yaitu “Yesus Kristus adalah Tuhan”, Sang Mesias yang diurapi oleh
Tuhan. Pengakuan ini bertolak belakang dengan doktrin monotheisme Yudaisme yang
mutlak. Timbulnya perbedaan pokok keimanan ini mengakibatkan pergumulan.
Kemudian muncullah istilah Tritunggal yang pertama kali dikemukakan oleh
Tertulianus, tetapi istilah Tritunggal tidak pernah dipergunakan dalam Alkitab. Istilah
ini dikemukakan berdasarkan 1 Yohanes 5:7. Pandangan Tertulianus ini memiliki
kelemahan karena Ia menganggap bahwa terdapat perbedaan derajat antar Oknum.

2. Penjelasan singkat dan sistematis tentang konsep yang salah mengenai Allah
Tritunggal sejak masa sebelum sampai sesudah Reformasi.
a) Sebelum Masa Reformasi
 Tertulianus menyatakan bahwa substansi Allah hanyalah satu, dan dalam
substansi Allah yang satu ada tiga Oknum, yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Ia menyatakan bahwa Oknum II, yaitu Anak lebih rendah derajatnya dari
Oknum I sebagai Bapa.
 Origenes menyatakan bahwa bukan hanya Anak lebih rendah daripada Bapa,
tetapi Oknum III, yaitu Roh Kudus lebih rendah dari Anak dan Bapa.
 Arians, yang dipengaruhi oleh Origenes, menyangkali keilahian Anak dan Roh
Kudus.
 Kaum Monarchis berpendapat bahwa keberadaan dan keilahian Anak
hanyalah sekedar penjabaran. Ia bukanlah oknum kedua dari Allah Tritunggal,
Anak hanyalah cara penampilan yang berbeda dari Bapa.
 Dinamik Monarchianisme beranggapan bahwa Yesus Kristus adalah manusia
semata, sedangkan Roh Kudus bukanlah Oknum, tetapi hanyalah pengaruh
atau semangat ilahi.
 Modalistik Monarchianisme mengemukakan bahwa ketiga Oknum Allah
merupakan tiga mode manifesti yang berbeda-beda dari Allah.

b) Pada Masa Reformasi dan Sesudahnya


 Arminians cenderung merendahkan Oknum II dan Oknum III demi
menegaskan kesatuan Allah.
 Lutheran menganggap keberadaan Bapa, Anak, dan Roh Kudus hanyalah
model yang berbeda dari Allah yang satu.
 Karl Bath mengemukakan bahwa Oknum I adalah yang memberi pernyataan,
yaitu Bapa, kemudian Oknum II adalah pernyataan itu sendiri, yaitu Anak dan
yang dinyatakan adalah Oknum III, yaitu Roh Kudus.

3. Penjelasan yang singkat dengan menggunakan kata-kata sendiri mengenai konsep


Tritunggal baik menurut Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru dan implikasinya
bagi dasar kepercayaan orang Kristen masa kini.
Dalam Perjanjian Lama tidak ditemukan penjelasan yang lengkap tentang
doktrin Tritunggal. Sepertinya Perjanjian Lama lebih menekankan pengajaran tentang
keesaan Allah. Walau demikian sebenarnya di dalam Perjanjian Lama dapat
ditemukan indikasi tentang eksistensi Allah Trintunggal. Keberadaan malaikat Tuhan
yang bukan malaikat biasa, karena malaikat Tuhan ini berfirman atas Nama-Nya
sendiri dan maus disembah(Kej. 16:10; Yos. 5; Hak. 21). Pernyataan Roh Allah yang
memberi ilham kepada manusia(Yeh. 11:5). Oknum yang lebih dari satu (Mzm. 33:6;
45:6-8). Disebutkan tentang Allah yang berbicara, Mesias dan Roh Allah (Yes. 48:16;
61:1; 63:9). Ketiga Oknum itu disebutkan dalam Yesaya 63:8-10.
Dalam Perjanjian Baru memberi pernyataan yang lebih jelas mengenai doktrin
Tritunggal, sebagai berikut.
 Nama Bapa dalam Doa Bapa Kami bermakna Allah Tritunggal, sedangkan
dalam 1 Yohanes 5:7 maksud dari Oknum I adalah Allah Tritunggal.
 Anak berfungsi sebagai Penebus. Pengurbanan-Nya di kayu salib bermakna
penebusan bagi umat manusia.
 Roh Kudus tinggal di dalam hati orang Kristen atau gereja (Kis. 2:4; Roma
8:9; 11; 1 Kor. 3:16; Gal. 4:6).
 Allah memberikan anak-Nya ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang
percaya (Yoh. 3:16; Gal. 4:4; Ibr. 1:6; 1 Yoh. 4:9), Bapa dan Anak mengirim
Roh Kudus untuk membaharui orang percaya tersebut (Yoh. 14:26; 15:26;
16:7; Gal. 4:6).
 Bapa berbicara kepada Anak (Mark. 1:11; Luk. 3:22) dan Anak berkomunikasi
dengan Bapa (Mat. 11:25-26; 26:39; Yoh. 11:41; 12:27-28).
 Matius 3:16-17 menyatakan bahwa Oknum II, yaitu Anak diperlihatkan dalam
diri Yesus Kristus yang dibaptiskan. Oknum I, yaitu Bapa yang diperlihatkan
melalui yang berbicara, dan Roh Kudus terlihat dalam wujud burung merpati.
Oknum ini sejajar dengan Amanat Agung (Mat. 28:19), demikian juga pada 1
Petrus 1:2.

Implikasi bagi dasar kepercayaan orang Kristen masa kini adalah orang
Kristen percaya bahwa keberadaan Allah secara kekal terdiri dari tiga oknum.
Keberadaan Allah tersebut merupakan satu hakekat, essens, atau substansi yang
satu dan tak dapat dipisahkan atau dibagi. Kuasa, kasih, kebenaran itu tak dapat
dibagi tiga, tetapi secara sempurna berada pada ketiga Oknum tersebut.

4. Penjelasan singkat menggunakan kata-kata sendiri mengenai eksistensi dan peran


Bapa sebagai Oknum Pertama Tritunggal dan implikasinya dalam kepercayaan dan
perilaku Kristiani.
Sang Bapa berada pada urutan pertama karena dari-Nya lahir Sang Anak. Dia
tidak dilahirkan atau berasal dari Sang Anak. Jadi, Oknum I, yakni Bapa tidaklah
kekal atau lebih berkuasa dari pada Anak dan Roh Kudus karena dari kekal Anak
(Firman) dan Roh ada di dalam dan Bersama-sama Bapa (Yoh. 1:1-3). Pembedaan
Bapa sebagai Oknum I dari Anak dan Roh Kudus adalah dalam keberadaan-Nya
sebagai asal dari Oknum II dan III dalam fungsi utama-Nya sebagai Pencipta dan
Pemelihara segala makhluk. Bapa mengutus Anak untuk keselamatan manusia. Bapa
mengadili, membalas kebaikan dengan berkat atau kejahatan dengan hukuman, tetapi
Dia telah menyerahkan segala sesuatu kepada Sang Anak juga pengadilan.

Implikasi dalam kepercayaan dan perilaku Kristiani sebagai berikut.


 Keberadaan Allah yang agung dan tak terbatas itu jauh di luar jangkauan
kemampuan manusia. Keberadaan Allah harus dipahami dan diterima dengan
matai man.
 Keberadaan Allah sebagai pencipta dan pemelihara adalah bahwa Dialah
sumber kehidupan dan keberadaan kita. Dia berdaulat penuh atas kehidupan
kita, Dialah yang berhak menentukan untuk apa kita hidup di dunia sehingga
kewajiban kita adalah memulikan Dia melalui kehidupan kita.
 Pengenalan yang benar akan Oknum Bapa adalah memanggil, memohon, dan
berharap kepada-Nya sesuai dengan pengenalan yang benar tersebut.

5. Penjelasan singkat menggunakan kata-kata sendiri mengenai eksistensi dan peran


Anak sebagai Oknum Kedua Tritunggal dan implikasinya dalam kepercayaan dan
perilaku Kristiani.

Anak memiliki essens atau substansi yang sama dengan Bapa. Karena itu,
status-Nya sebagai Anak adalah kekal. Dia juga disebut Logos atau Firman atau Anak
sebelum berinkarnasi menjadi manusia. Firman atau Anak itu secara kekal bersama-
sama Allah, setara dengan Allah, Dia adalah Allah sendiri. Dia juga disebut
Anak(Firman) karena keilahian-Nya yang melampaui manusia dan segala makhluk.
Pembedaan Anak dari Bapa dan Roh Kudus adalah “kelahiran-Nya” secara kekal dari
Bapa, dan Anak adalah asal yang kekal dari Roh Kudus. Selain itu, fungsi Anak
adalah sebagai penyelamat dan perantara manusia. Sang Anak mengerjakan apa yang
diperintahkan Bapa. Dia berbicara seperti yang diajarkan Bapa kepada-Nya. Dia
adalah satu-satu-Nya jalan kepada Bapa.

Implikasi dalam kepercayaan dan perilaku Kristiani sebagai berikut.

 Kepercayaan dan penyembahan kita kepada Allah Bapa bukanlah terpisah


dengan kepercayaan dan penyembahan kita kepada Allah Anak Sang
Penyelamat. Doa, pujia-pujian, dan ucapan syukur dapat kita arahkan bukan
hanya kepada Allah Bapa, tetapi juga kepada Yesus Kristus.
 Kepercayaan kepada Allah yang kasih dalam Sang Anak Penyelamat, haruslah
diikuti dengan kasih kepada Allah lewat kasih terhadap sesama dan alam
ciptaan-Nya.
 Kepercayaan kepada Allah sebagai Sang Penyelamat dalam Yesus Kristus
haruslah diikuti dengan pemahaman bahwa keselamatan itu adalah anugerah
Allah bukan karya manusia.

6. Penjelasan singkat dengan menggunakan kata-kata sendiri mengenai konsep


keselamatan holistik yang mencakup seluruh pengalaman hidup di dunia ini,
kematian, dan kehidupan sesudah kematian.

Dalam Perjanjian Lama penekanan keselamatan diberikan kepada aspek


jasmaniah maka pada Perjanjian Baru dengan jelas tampak bahwa keselamatan itu
bersifat holistik, yaitu mencakup aspek batiniah dan jasmaniah. Keselamatan batiniah
berupa pengampunan dosa dan hidup yang kekal, sedangkan keselamatan jasmaniah
berupa kelepasan dari penyakit dan ketertawanan atau keselamatan dari permasalahan
hidup dan kehidupan sehari-hari. Hidup kekal diterima bukan hanya kelak, tetapi kini,
yaitu dalam bentuk kualitas hidup baru. Orang yang menerima keselamatan harus
bersedia untuk untuk setia, berkurban, dibenci orang, menderita, mati demi
keselamatan dan menolak pekerjaan iblis.

7. Penjelasan singkat dengan menggunakan kata-kata sendiri mengenai eksistensi dan


peran Roh Kudus sebagai Oknum Ketiga Tritunggal dan implikasinya dalam
kepercayaan dan perilaku Kristiani.

Roh Kudus dalam Perjanjian Lama disebut Roh Allah, sering juga disebut
sebagai “Yang Suci dari Israel”, tetapi dalam beberapa kasus Dia juga dipanggil Roh
Kudus (Yes. 63: 10-11). Dalam Perjanjia Baru nama khusus untuk Roh Allah yang
mempertunjukkan eksistensinya sebagai Oknum adalah Parakletos yang artinya
“penolong”, “penghibur”, dan “pengacara”. Dia juga dinyatakan sebagai satu pribadi
dalam hubungannya dengan pribadi lainnya seperti Bapa dan Anak. Kadangkala Dia
disebutkan secara terpisah dari kuasa Allah.

Peran Roh Kudus dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru:

 Dalam Perjanjian Lama, Dia memberi hidup dalam konteks penciptaan.


Dalam Perjanjian Baru, Dia memberi hidup dalam konteks kelahiran
kembali orang percaya.
 Dalam Perjanjian Lama, Dia memberi kuasa, kekuatan, kemampuan,
kecerdasa, keterampilan, kepada orang-orang tertentu. Dalam Perjanjian
Baru, Dia memberi karunia secara khusus kepada setiap orang percaya.
 Dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus bekerja pada orang tertentu saja.
Dalam Perjanjian Baru, Roh Kudus bekerja membaharui setiap orang
percaya.

Implikasi dalam kepercayaan dan perilaku Kristiani sebagai berikut.


 Kepercayaan dan penyembahan kita kepada Allah Bapa Sang Pencipta dan
pemelihara serta kepada Sang Anak Penyelamat bukanlah terpisah dengan
kepercayaan dan penyembahan kita kepada Allah Roh Kudus sang
Pembaharu.
 Kepercayaan kepada Allah Roh Kudus Sang Pembaharu adalah
kepercayaan kepada kuasa Allah atas manusia yang tak dapat dibatasi oleh
apapun.
 Kepercayaan kepada Allah Roh Kudus Sang Pembaharu juga menjadi
dasar pengharapan bagi orang percaya bahwa Dia akan membaharui segala
sesuatu sehingga terbentuk langit dan bumi baru.

8. Penjelasan singkat mengenai beberapa pemahaman yang salah mengenai Roh Kudus
dan memberi penjelasan yang benar mengenai hal itu.
Pemahaman yang salah mengenai Roh Kudus sebagai berikut.
 Origenes dan golongan Arminians mengatakan bahwa Roh Allah lebih
rendah dari Anak dan Bapa.
 Arians menyebutkan bahwa Roh Kudus adalah ciptaan Anak sebagaiman
Anak adalah ciptaan Bapa.
 Monarchianisme Dinamis mengatkan bahwa Roh Kudus bukanlah
Oknum, tetapi pengaruh atau kuasa Ilahi semata.

Aneka ragam pandangan ini disangkali dalam konsili Konstantinopel (th. 381
ses. M) yang menegaskan keilahian Roh Kudus. Roh Kudus sederajat dengan Anak
dan Bapa karena Dia dilahirkan/berasal secara kekal dari Bapa dan Anak.
a) Pengertian Agama

Agama adalah pedoman hidup yang mengatur tata keimanan dan peribadatan
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai Sosok yang dipercayai, disembah, dan
ditaati serta agama juga mengajarkan tata kaidah atau hukum yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dengan manusia serta lingkungannya agar mencitpkan
kehidupan yang tidak kacau balau.

b) Peranan agama dalam kehidupan sehari-hari

Peranan agama dalam kehidupan manusia adalah sebagai pondasi atau


landasan dalam menjalani kehidupan. Agama pada dasarnya bertujuan menolong
manusia untuk membangun kehidupan di atas dasar yang teguh serta membaharui
sikap hidup dan perilaku seseorang. Sikap dan perilaku yang tidak benar dapat
berubah menjadi benar. Jika kita bersungguh-sungguh dalam mempelajari agama dan
mengenal Tuhan dengan baik, maka kita akan memiliki pondasi hidup yang kokoh
karena agama juga mengajarkan tata keimanan, peribadatan, dan hukum-hukum
dalam melaksanakan kehidupan. Selain itu, agama mendorong seseorang untuk
melakukan kebajikan-kebajikan sosial, kebenaran, dan keadilan. Hanya kehidupan
yang dilandaskan pada dasar yang kokoh yang dapat bertahan dalam menghadapi
berbagai arus gelombang tantangan yang ada di dunia ini.

Doktrin tritunggal adalah keberadaan Allah yang satu hakekat atau substansi
yang satu dan tak dapat dipisahkan atau dibagi. Kuasa, kasih, kebenaran itu tidak
dapat dibagi menjadi tiga, tetapi secara sempurna berada pada ketiga oknum tersebut.

Bapa disebut sebagai Oknum I, Anak disebut sebagai Oknum II, dan Roh
Kudus disebut sebagai Oknum III. Anak berasal secara kekal dari Bapa, Roh Kudus
berasal secara kekal dari Bapa dan Anak. Bapa berperan sebagai Pencipta dan
Pemelihara, Anak berperan sebagai penyelamat, dan Roh Kudus berperan sebagai
pembaharu.

Berpacaran menurut kristiani adalah sebagai persiapan pernikahan. Tujuan dari


berpacaran yang didasarkan pada Firman Tuhan bukanlah untuk mencoba-coba
melainkan untuk saling mengenal kelebihan dan kekurangan masing-masing pihak
sebagi bentuk pembinaan ataupun persiapan menuju arah pernikahan. Pembinaan
dalam berpacaran akan berjalan dengan baik apabilah telah tercapai tiga tahapan
penting, yaitu pengenalan yang lebih mendalam dan benar, kualitas kasih yang benar,
dan tenderness yang tumbuh selangkah demi selangkah sejajar dengan kesetiaan dan
tanggung jawab. Prinsip utama berpacaran dalam kristiani adalah mengasihi Tuhan
Allah, mengasih sesama dengan kasih ilahi, dan mengasihi diri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai