Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

Teknologi HVDC dan HVAC

1.1 HVAC
Karakteristik HVAC:
a. Interkoneksi jaringan listrik harus sinkron
b. Interkoneksi tegangan kedua jaringan harus sama.
c. Interkoneksi jaringan listrik harus mempunyai frekuensi yang sama.
d. Rugi-rugi listrik transmisi lebih besar.

1.2 HVDC
Karakteristik HVDC:
a. Interkoneksi tidak harus sinkron.
b. Interkoneksi jaringan listrik tidak harus mempunyai tegangan yang sama.
c. Interkoneksi tidak harus mempunyai frekuensi listrik yang sama.
d. Rugi-rugi listrik transmisi relatif kecil.

1.3 Nilai Ekonomis Penyaluran Energi Listrik


a. Biaya Investasi Awal
Biaya ini meliputi:
 Biaya Pembangunan gardu induk AC, gardu induk DC, dan stasiun konverter.
 Biaya transmisi DC dan AC
 Biaya pembebasan lahan di bawah saluran transmisi right of way (ROW).
HVAC lebih ekonomis digunakan pada sistem transmisi jarak pendek dan HVDC lebih
ekonomis digunakan pada transmisi jarak panjang. Titik harga seimbang (break even)
biasanya dicapai pada:
 Transimisi penghantar udara dengan jarak 500 km – 700 km.
 Transmisi menggukan kabal bawah laut dengan jarak 40 km – 50 km.
b. Rugi-Rugi Listrik
 Skin Effect
Pada sistem HVAC distribusi arus tidak merata di seluruh konduktor, arus umumnya
terkonsentrasi di permukaan konduktor (skin effect). Bila aliran arus listrik terkonsentrasi
di permukaan konduktor, menyebabkan luas penampang kabel sebagai wadah
menyalurkan arus listrik cenderung lebih kecil.
Pada sistem HVDC arus terdistribusi merata di seluruh konduktor kabel. Hal ini
menyebabkan nilai tahanan konduktor HVDC lebih rendah dibandingkan HVAC
 Jumlah Konduktor
Jumlah konduktor sistem HVAC lebih banyak dibandingkan dengan sistem HVDC
untuk penyaluran daya listrik yang sama. Faktor skin effect dan jumlah konduktor yang
lebih banyak menyebabkan rugi-rugi sistem HVAC lebih tinggi dibandingkan sistem
HVDC.

1.4 Unjuk Kerja Teknis


Beberapa keunggulan unjuk kerja teknis sistem HVDC dibandingkan dengan HVAC
adalah:
 Dapat menghubungkan jaringan listrik yang tidak sinkron.
HVDC dapat melakukan interkoneksi dua sistem kelistrikan yang tidak sinkron,
sedangkan HVAC hanya dapat mekalukan interkoneksi dua kelistrikan yang sinkron.
 Interkoneksi jaringan listrik tidak menaikkan besaran arus gangguan (fault level).
Penambahan kapasitas listrik pada sistem HVAC akan menambah level besaran arus
gangguan hubung singkat (short circuit level). Pada sistem HVDC, interkoneksi
kelistrikan tidak terintegrasi dari sistem interkoneksi kelistrikan sehingga tidak
menambah level besaran gangguan arus hubung singkat.
 Stabilitas aliran daya listrik dan kenaikan daya reaktif.
Sistem HVDC tidak memiliki frekuensi tertentu dan hanya terdiri atas tahanan
konduktor (R). Sistem HVDC tidak menyalurkan daya reaktif sehingga relatif lebih
stabil daripada HVAC untuk transmisi jarak jauh.
 Mengontrol aliran daya listrik lebih cepat.
Sistem HVDC VSC mengontrol daya listrik menggunakan peralatan elektronik
konverter valve yang terdiri dari IGBT (Insulated Gate Bipolar Transistor) dan
kapasitor. Peralatan elektronik tersebut dapat bekerja secara cepat sehingga
pengontrolan aliran daya listrik juga dapat dilakukan secara cepat.

1.5 Perbandingan Antara HVAC dan HVDC


Perbandingan sistem HVAC dan HVDC dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1 Perbandingan Sistem HVAC dan HVDC


Keterangan HVAC HVDC VSC
Terminal peralatan tegangan Gardu induk AC Gardu induk AC dan stasiun
tinggi konverter (rectifier dan inverter)
Tegangan maksimum 1000 kV – 1200 kV 1050 kV dan terus berkembang
Daya listrik maksimum per 4 GW – 5 GW 2 GW – 4 GW
sistem
Panjang maksimum saluran 1000 km – 2000 km Tidak terbatas
transmisi
Ukuran tower transmisi Besar Kecil
Lahan untuk Righ of Way Besar Kecil
Pengontrolan daya aktif Butuh peralatan Bawaan teknologi
tambahan
Kebutuhan daya reaktif Tergantung beban Memproduksi daya reaktif
Kontrol tegangan transmisi Membutuhkan Bawaan teknologi
peralatan reaktor
Pembalikan aliran daya Bawaan teknologi Bawaan teknologi
listrik (power reversal)
Peralatan filter Tidak dibutuhkan Bawaan teknologi untuk topologi
MMC
Multi terminal substation Ya Ya
Kemampuan operasi black Bawaan teknologi Bawaan teknologi
start atau island
Rugi-rugi listrik Besar Kecil
Stabilitas penyaluran listrik Jarak jauh tidak stabil Stabil

1.6 Teknologi HVDC


Terdapat dua teknologi HVDC, yaitu:
a. HVDC Line Commutated Converter (HVDC LCC).
b. HVDC Voltage Source Converter (HVDC VSC).
a. HVDC LCC b. HVDC VSC

Berikut adalah tabel perbandingan sistem HVDC LCC dan HVDC VSC.

Tabel 1.2 Perbandingan HVDC LCC dan HVDC VSC


HVDC LCC HVDC VSC
Peralatan switching: Thyristor Peralatan switching: IGBT, Dioda, dan
Kapasitor
Membutuhkan daya reaktif Membutuhkan dan memproduksi daya
reaktif
Membangkitkan harmonisa orde rendah ( Membangkitkan harmonisa orde tinggi (
rd th th th th th
3 ,5 , 7 ¿ sehingga membutuhkan filter 11 , 13 ,1 7 ¿ sehingga relatif tidak
AC. membutuhkan filter AC.
Ukuran stasiun: tempat pemasangan filter Ukuran stasiun: relatif lebih kecil, topology
AC relatif lebih luas MMC tidak membutuhkan filter AC.
Inverter rentan terhadap kegagalan komutasi Tidak mengalami gangguan komutasi.
karena nilai sudut pemadaman thyristor
tidak cukup untuk melakukan komutasi jika
terjadi kegagalan.
Membutuhkan sistem komunikasi dengan Tidak membutuhkan sistem komunikasi
kecepatan tinggi, stasiun kontrol konverter dengan kecepatan tinggi, stasiun kontrol
bersifat dependen. konverter bersifat independen.
Kontrol daya aktif dan reaktif saling Kontrol daya aktif dan reaktif dapat
bergantung satu sama lain. dilakukan secara independen.
Komutasi valve tergantung pada jaringan Komutasi valve mandiri (self commutated).
listrik AC.
Digunakan untuk penyaluran listrik antara Dapat digunakan untuk penyaluran listrik
dua terminal stasiun konverter. yang lebih dari dua terminal stasiun
konverter.
Jika terjadi hubung singkat, dapat diatasi Jika terjadi hubung singkat, dapat diatasi
dengan mengubah sudut penyalaan dan dengan peralatan pemutus tenaga (circuit
sudut pemadaman. breaker).
Statsiun konverter dipasang di daratan Stasiun konverter dipasang di daratan
ataupun lepas pantai.

BAB 2
HVDC VSC dan Konfigurasi Stasiun Konverter

2.1 Single Line Diagram

Gambar 2.1 Single Line Diagram HVDC VSC

a. Gardu Induk AC
b. PIR (Pre Insertion Resistor)
 Membatasi kenaikan tegangan jika terjadi gangguan saat stasiun konverter mulai
beroperasi.
c. Grounding Reactor
 Sebagai referensi tegangan nol rangkaian DC.
d. Transformator Konverter
 Menyuplai dan mengadaptasi tegangan dan daya listrik konverter valve.
 Menahan tekanan tegangan DC (DC Stress) peralatan valve dan tekananan tegangan
AC dari sistem AC.
e. Valve Reactor
 Menyeimbangkan aliran daya listrik yang masuk ke stasiun konverter sebelum
dikonversikan.
f. Rectifier
 Sebagai terminal daya listrik yang mengonversikan listrik AC menjadi DC.
g. Inverter
 Sebagai terminal daya listrik yang mengonversikan listrik DC menjadi AC.
d. DC Smoothing Reactor
 Membatasi nilai amplitudo arus listrik dan nilai arus gangguan di konverter valve baik
saat operasi normal maupun ketika terjadi gangguan di jaringan transmisi atau di
konverter valve.
 Memproteksi valve dari gangguan tegangan surja (lightning over voltages).

2.2 Insulated Gate Bipolar Transistor (IGBT)


IGBT merupakan komponen utama dari konverter valve HVDC VSC.
 Kapasitor yang berfungsi sebagai pembangkit tegangan dan tempat penyimpanan
energi sementara.
 Resistor berfungsi untuk mengontrol dan meredam tegangan lebih yang dihasilkan
oleh kapasitor saat terjadi gangguan.
 Dioda berfungsi sebagai pengontrol tegangan kapasitor DC dan besar tegangan
konverter.
 Thyristor berfungsi untuk mengatasi arus hubung singkat hingga Circuit Breaker aktif
untuk memutus daya listrik akibat arus hubung singkat sehingga tidak merusak
komponen terminal konverter.
 By-pass switch memiliki fungsi yang sama dengan thyristor, tetapi ditugaskan untuk
gangguan yang bersifat permanen.

2.3 Single Line Diagram HVDC LCC

Gambar 2.2 Single Line Diagram HVDC LCC

2.4 Konfigurasi HVDC VSC


2.4.1 Symmetrical Monopole

Gambar 2.3 Symmetrical Monopole

Konfigurasi ini disebut simetrical karena nilai tegangan positif sama dengan nilai
tegangan negatif.
Kelebihan:
 Transformator konverter tidak mengalami tekanan tegangan DC karena nilai
tegangan polaritas positif dan negatif adalah sama.
 Jalur arus balik menggunakan konduktor metalik dan memiliki arus yang sama
besar pada setiap polaritas sehingga tidak dibutuhkan tempat pembumian.
Kekurangan:
 Membutuhkan konduktor dengan nilai isolasi tegangan tinggi.
 Jika terjadi gangguan pada salah satu konduktor maka penyaluran daya listrik akan
berhenti.

2.4.2 Asymmetrical Monopole


Salah satu polaritas saluran transmisi konfigurasi ini dibumikan (grounded). Hal
ini menyebabkan nilai tegangan antara polaritas positif dan negatif tidak seimbang (tidak
simetris). Akibat ketidakseimbangan nilai tegangan, membuat trafo konverter mengalami
tekanan tegangan DC (DC Stress) sehingga dibutuhkan trafo khusus yang dapat
menghadapi DC Stress. Konfigurasi ini memiliki dua jenis, yaitu asymmetrical monopole
dengan metallic return dan asymmetrical monopole dengan ground return.
a. Asymmetrical Monopole dengan Metallic Return

Gambar 2.4 Asymmetrical Monopole dengan Metallic Return


Kelebihan:
 Menggunakan konduktor tegangan tinggi untuk menyalurkan energi listrik dan
konduktor tegangan menegah untuk jalur arus balik.
 Tidak membutuhkan wadah tempat pembumian atau jalur arus balik tidak melalui
tanah sehingga tidak merusak lingkungan.
 Dapat dikonfigurasikan menjadi bipole.
Kekurangan:
 Jika salah satu konduktor tidak berfungsi maka penyaluran daya listrik berhenti.
 Transformator konverter mengalami tekanan tegangan DC.
 Konduktor arus balik memproduksi rugi-rugi relatif lebih besar.

b. Asymmetrical Monopole dengan Ground Return

Gambar 2.5 Asymmetrical Monopole dengan Ground Return


Kelebihan:
 Membutuhkan satu konduktor tegangan tinggi (polaritas negatif) sehingga lebih
ekonomis.
 Hanya satu konduktor yang memproduksi rugi-rugi.
 Dapat dikembangkan menjadi bipole.
Kekurangan:
 Membutuhkan tempat pembumian, desain yang kompleks, dan biaya pengadaan
mahal.
 Dibutuhkan izin khusus karena dampak buruk grounding terhadap lingkungan.
 Transformator konverter mengalami tekanan tegangan DC.
 Jika salah satu konduktor tidak berfungsi maka penyaluran daya listrik berhenti.

2.4.3 Bipole
a. Bipole dengan Metallic Return
Jika arus mengalir dari konduktor pole 1 dan pole 2 tidak seimbang mengakibatkan
penjumlahan arus kirim dan arus balik nilainya tidak sama dengan nol, sehingga selisih
arus tersebut dialirkan melalui jalur arus balik metallic return.

Gambar 2.6 Bipole dengan Metallic Return


Kelebihan:
 Jika salah satu pole mengalami gangguan maka pole yang sehat dapat
mengirimkan daya listrik sebesar 50%.
 Jika salah satu konduktor mengalami gangguan maka konduktor yang sehat dapat
mengirimkan daya listrik sebesar 50%.
Kekurangan:
 Harga lebih mahal.
 Transformator konverter mengalami tekanan tegangan DC (DC Stress).
 Menggunakan penghantar konduktor sebagai jalur arus balik sehingga rugi-rugi
cukup besar.

b. Bipole dengan Ground Return

Gambar 2.7 Bipole dengan Ground Return


Tanah (ground) digunakan sebagai jalur balik bersama dari kedua bipole dengan
jarak beberapa kilometer dari transformator konverter.
Kelebihan:
 Jika salah satu pole mengalami gangguan maka pole yang sehat dapat
mengirimkan daya listrik sebesar 50%.
 Jika salah satu konduktor mengalami gangguan maka konduktor yang sehat dapat
mengirimkan daya listrik sebesar 50%.
Kekurangan:
 Membutuhkan tempat pembumian, desain yang kompleks, dan biaya pengadaan
mahal.
 Transformator konverter mengalami tekanan tegangan DC (DC Stress).
 Dibutuhkan izin khusus karena dampak buruk grounding terhadap lingkungan.
 Transformator konverter mengalami tekanan tegangan DC.
 Jalur arus balik dapat mengganggu peralatan gardu induk AC terutama
transformator daya.

2.4.4 Multi Terminal Direct Current (MTDC)

Gambar 2.8 Multi Terminal Direct Current Tapping Paralel

Jika stasiun konverter dihubungkan lebih dari dua stasiun terminal disebut multi terminal
direct current. Beberapa syarat pengoperasian MTDC adalah:
 Setiap stasiun konverter dapat mengontrol daya aktif dan daya reaktif secara
independen, mensupport tegangan AC dan mampu mengatur kontrol frekuensi
yang diinginkan stasiun konverter.
 Stasiun konverter penghubung(intermediate) beroperasi sebagai rectifier dan
inverter.
 Mempunyai saluran komunikasi yang baik antar terminal stasiun untuk
mengantisipasi perubahan arah daya listrik.

Konfigurasi MTDC terdiri atas dua jenis, yaitu MTDC rangkaian seri dan paralel.

Gambar 2.9 MTDC Seri

Gambar 2.10 MTDC Paralel


Kelebihan MTDC:
 Sistem kelistrikan lebih handal.
 Sistem kelistrikan lebih murah karena dapat menghubungkan jaringan listrik yang
tidak sinkron.
 Sangat cocok digunakan pada energi baru terbarukan, seperti tenaga angin dan
tenaga matahari.
Kekurangan MTDC:
 Sistem kontrol aliran daya listrik rumit.
 Daya aktif sangat bergantung kepada perbedaan tegangan busbar/bus DC
sehingga stabilitas sistem bergantung terhadap besaran tegangan bus DC.

2.4.5 Back to Back


HVDC VSC back to back memiliki dua stasiun konverter yang dipasang di lokasi
yang sama atau berdampingan. Konfigurasi HVDC VSC back to back digunakan untuk
menghubungkan dua sistem kelistrikan yang tidak sinkron atau memiliki frekuensi yang
berbeda.

Gambar 2.11 HVDC VSC Back to Back


BAB 3
Desain dan Konsep Kerja Stasiun Konverter HVDC VSC

3.1 Rangkaian Stasiun Konverter


Terdapat tiga generasi stasiun konverter, yaitu two level converter, three level converter,
modular multilevel converter

Rangkaian Stasiun Konverter


a. Two Level Converter b. Three Level Converter c. Modular Multilevel Converter

3.2 Two Level Converter


Two level converter membangkitkan gelombang penuh melalui empat proses, yaitu:
 Konduksi switch IGBT 1
Membangkitkan tegangan + ½ Vdc.
 IGBT 1 gated off, mengaktifkan (komutasi) Diode D2
Tegangan mulai drop dari ½ Vdc menuju – ½ Vdc.
 Konduksi Diode D2
Membangkitakn tegangan – ½ Vdc.
 Komutasi dari switch Diode D2 ke IGBT 1
Tegangan mulai naik dari – ½ Vdc menuju ½ Vdc.

Pembangkitan Tegangan Two Level Converter

3.2.1 Frekuensi Harmonisa Two Level Converter


Pembangkitan tegangan untuk setiap proses switching valve dilakukan pada
tegangan relatif tinggi sehingga sangat potensial membangkitkan harmonisa orde
rendah, 3, 7, dll. Oleh karena itu, two level converter membutuhkan filter AC.

3.2.2 Pulse Width Modulation


PWM berfungsi untuk mengontrol tegangan
output AC berdasarkan tegangan DC yang
dibangkitkan agar pembangkitan gelombang
harmonik nilainya minimal. Output pulsa PWM
mempunyai nilai gelombang amplitude yang
sama dengan gelombang input (gelombang
DC), tetapi lebar gelombangnya tidak sama
dengan gelombang DC.
Kelebihan Two Level Converter:
 Baik digunakan pada tegangan rendah dan daya listrik rendah.
 Rangkaian sederhana.
 Cocok digunakan pada pembangkit listrik tenaga matahari.
Kekurangan Two Level Converter:
 Dilakukan pada frekuensi tinggi sehingga losses sangat tinggi sebesar 3% dari total
daya listrik yang disalurkan stasiun konverter.
 Kemampuan membangkitkan dan memblokir gangguan relatif rendah karena jumlah
konverter valve IGBT dan Dioda sedikit.
 Membangkitkan harmonisa orde rendah sehingga membutuhkan filter AC.

3.3 Three Level Converter


Three level converter membangkitkan gelombang penuh melalui delapan proses, yaitu:
 Membangkitkan tegangan ½ Vdc.
 Tegangan mulai drop dari ½ Vdc menuju 0.
 Membangkitkan tegangan 0 Vdc.
 Membangkitkan tegangan 0 Vdc menuju – ½ Vdc.
 Membangkitkan tegangan – ½ Vdc.
 Tegangan mulai naik dari – ½ Vdc menuju 0 Vdc.
 Membangkitkan tegangan 0 Vdc.
 Membangkitkan tegangan dari 0 Vdc menuju ½ Vdc.

1
2 3 8
4 6 7
5
Pembangkitan Tegangan Three Level Converter

Kelebihan three level converter:


 Membangkitkan tiga gelombang tegangan, ½ Vdc, 0 Vdc, dan – ½ Vdc sehingga
membangkitkan harmonisa lebih rendah dari pada two level converter.
Kekurangan:
 Rangkaian sangat kompleks karena menggunakan converter yang lebih banyak.
 Distribusi losses tidak merata diseluruh peralatan valve sehingga desain konverter
valve menjadi lebih mahal.

3.4 Modular Multilevel Converter (MMC)


Konverter valve topologi MMC mempunyai dua jenis rangkaian sub-modul valve:
 MMC Half Bridge, yaitu setiap sub-modul valve terdiri dari dua lengan switch IGBT
dan Dioda. Dua lengan switch disebut satu pasangan fasa.
 MMC Full Bridge, yaitu setiap sub modul valve terdiri dari empat lengan switch
IGBT dan Dioda. Empat lengan switch disebut dua pasangan fasa.
Konverter valve MMC melakukan switching dengan menggunakan dua jalur arus, yaitu:
 Arus Positif
 Arus Negatif

Rangkaian Tiga Fasa MMC Half Bridge

Gambar 3.11 Rangkaian Tiga Fasa MMC Full Bridge

3.4.1 MMC Half Bridge


Sub modul valve half bridge beroperasi dengan urutan berikut ini:

a. Inserted b. Bypass c. Blocked

a. Inserted: IGBT 1 on dan IGBT 2 off, b. Bypass: IGBT 1 off dan IGBT 2 on, c. Blocked:
IGBT 1 dan IGBT 2 off.

a. Proses pembangkitan tegangan dari 0 Vc ke +Vc.


Arus positif mengalir menuju MMC valve converter, diawali dari sub-modul
valve A. Kemudian, arus positif akan mengalir menuju sub-modul valve B melalui
capacitor, terjadi peningkatan tegangan ∆ V . Tegangan puncak dicapai pada sub-module
valve E.
MMC Half Bridge 0 Vc menuju +Vc

b. Proses pembangkitan tegangan dari +Vc ke 0 Vc.


Setelah arus positif mencapai tegangan puncak pada sub-modul valve E.
Kemudian, arus negatif dimulai dari sub-module valve E, arus bypass kapasitor C, terjadi
penurunan tegangan ∆ V . Proses yang sama pada sub-modul D, C, B, dan A. Pada sub-
module A, valve voltage 0 V.

MMC Half Bridge +Vc menuju 0 Vc

c. MMC Half Bridge dengan polaritas positif dalam satu periode

3.4.2 MMC Full Bridge


a. Proses pembangkitan tegangan dari 0 Vc ke +Vc
Arus positif mengalir menuju MMC valve converter, diawali dari sub-modul valve A.
Kemudian, arus positif akan mengalir menuju sub-modul valve B melalui capacitor.
MMC Full Bridge Pembangkitan Tegangan dari 0 Vc ke +Vc

b. Proses pembangkitan tegangan dari +Vc ke 0


Setelah arus positif mencapai tegangan puncak pada sub-modul valve E. Kemudian, arus
negatif dimulai dari sub-module valve E, arus bypass kapasitor C, terjadi penurunan
tegangan ∆ V .

MMC Full Bridge Pembangkitan Tegangan dari +Vc ke 0

c. Proses pembangkitan tegangan dari 0 Vc ke -Vc


Setelah arus negatif dari pembangkit tegangan +Vc ke 0 berakhir di sub-modul
valve A maka proses switching akan berlanjut pada sub-modul yang sama, tetapi dengan
menggunakan arus positif.
MMC Full Bridge Pembangkitan Tegangan dari 0 Vc ke -Vc

d. Proses pembangkitan tegangan dari -Vc ke 0 Vc


Setelah proses switching arus positif dari pembangkit tegangan 0 Vc ke -Vc
berakhir di sub-modul E maka proses switching akan berlanjut melalui sub-module E,
tetapi dengan menggunakan arus negatif dan kapasitor di-bypass.

MMC Full Bridge Pembangkitan Tegangan dari -Vc ke 0 Vc

3.4.3 Kelebihan dan Kekurangan MMC


a. Half Bridge dan Full Bridge
Kelebihan:
 Membangkitkan gelombang tegangan secara bertahap hanya membangkitkan
harmonisa orde tinggi yang dapat diredam oleh peralatan kontrol VSC sehingga
tidak membutuhkan filter AC.
 Switching valve pada frekuensi dan tegangan rendah sehingga losses rendah dan
jika terjadi gangguan relatif tidak berbahaya.

Kelemahan:
 Membutuhkan banyak jumlah sub-modul valve sehingga harga konverter mahal
dan memiliki susunan yang kompleks.
BAB 4
Converter Station Layout

4.1 Layout Gardu Induk AC


Gardu induk AC merupakan fasilitas tempat berkumpulnya peralatan listrik AC yang
digunakan sebagai terminal masuk dan keluar sistem kelistrikan AC. Gardu induk AC
merupakan sarana tempat mengubah tegangan listrik dari suatu tegangan ke tegangan listrik
yang diinginkan dengan menggunak transformator daya. Gardu induk AC mempunyai rel
(busbar) yang merupakan titik hubung pertemuan beberapa peralatan listrik, seperti trafo
daya, rel saluran listrik, dan komponen listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan
energi listrik. Jenis-jenis busbar, yaitu:
 Single busbar (satu saluran terhubung dengan satu CB)
 Double busbar (dua saluran terhubung dengan satu CB)
 Diameter (dua busbar terhubung dengan tiga CB)
Jika gardu induk mempunyai daya listrik yang besar atau diharapkan beroperasi dengan
keandalan tinggi maka digunakan busbar jenis diameter.

Ukuran layout dan tingkat kerumitan gadu induk AC tergantung kepada:


 Pemilihan single line diagram yang dipersyaratkan untuk proyek, misalnya single
busbar, double busbar, ataupun diameter.
 Tegangan, jumlah rangkaian listrik AC.

Gardu induk AC dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:


 Gardu induk tipe isolasi udara (air insulated switchgear, AIS)
 Gardu induk tipe isolasi gas ( gas insulated switchgear, GIS)

Peralatan GIS mempunyai ukuran lebih kecil dibandingkan dengan AIS untuk daya
hantar listrik yang sama sehingga penggunaan lahan untuk layout gardu induk GIS menjadi
relatif kecil. Harga peralatan GIS lebih mahal dibandingkan peralatan tipe AIS. Peralatan
GIS dipakai apabila ketersediaan lahan gardu induk tidak luas.
Peralatan-peralatan utama gardu induk AC, yaitu:
 Circuit breaker (pemutus tenaga)
 Disconnecting switch (pemutus saluran)
 Earthing switch (pemutus saluran tanah)
 Voltage transformator (pengukur tegangan)
 Current transformator (pengukur arus)
 Surge arrester (pembumian tegangan surja)
 Transformator daya (auto power transformer)
 Peralatan kontrol dan proteksi AC
 Peralatan listrik bantu lainnya.

4.2 Layout Bangunan Konverter Valve


Bangunan valve merupakan fasilitas tempat berkumpulnya perlatan konversi listrik dari
tegangan AC menjadi DC maupun dari DC menjadi AC. Konverter valve dapat dipasang
dalam dua kemungkinan:
 Konverter valve polaritas positif dan negatif berada dalam lokasi yang berbeda.
 Konverter valve polaritas positif dan negatif berada dalam lokasi yang sama.

Peralatan-peralatan utama dalam bangunan valve, yaitu:


 Konverter valve
 Pipa pendingin valve (cooling plant)
 Disconnecting switch dan earthing switch
 Wall bushing AC, peralatan dari bahan konduktor yang menghubungkan valve
dengan trafo konverter.
 Wall bushing DC, peralatan dari bahan konduktor yang menghubungkan valve
dengan peralatan gardu induk DC..

4.3 Layout Konverter Valve MMC


Konverter valve MMC mempunyai ukuran relatif besar. Peralatan elektronik sub-modul
valve sangat sensitif sehingga pemasangan valve dilakukan secara hati-hati. Metode
pemasangan konverter valve, yaitu.
a Konverter valve dipasang di lantai bangunan
Harus mempertimbangkan konstruksi bangunan sipil dan cukup aman apabila terjadi
gempa.
b Konverter valve dipasang dengan menggantungkan pada langit-langit bangunan valve

Satu rangkaian grup valve


disebut modul valve. Modul valve
yang disusun secara seri disebut
dengan tier. Tower adalah
penyangga sejumlah tier dalam satu
konverter penuh. Tier disusun
bertingkat untuk memproleh
tegangan output stasiun konverter
semakin besar karena satu baris modul valve tidak cukup untuk menghasilkan tegangan
konverter yang diinginkan
Setiap modul valve dilengkapi dengan sistem pendingin yang disebut valve cooling
sehingga suhu peralatan konverter valve tidak melebihi nilai maksimum. Ketika konverter
valve beroperasi maka pendingin valve akan beroperasi untuk menjaga kestabilan temperatur
valve.

4.4 Wall Bushing AC


Konverter valve dihubungkan ke trafo konverter melalui bushing konduktor disebut wall
bushing AC. Konduktor ini relatif panjang terbentang dari luar bangunan menonjol hingga ke
dalam bangunan valve.

4.5 Wall Bushing DC


Konverter valve dihubungkan ke peralatan di gardu induk DC melalui bushing konduktor
disebut wall bushing DC.

4.6 Layout Gardu DC


Gardu induk DC merupakan fasilitas tempat berkumpulnya peralatan sistem kelistrikan
tegangan tinggi DC yang digunakan sebagai terminal masuk dan keluar sistem kelistrikan
DC. Peralatan gardu induk DC terdiri atas:
 Circuit breaker DC (pemutus tenaga)
 Disconnecting switch DC (pemutus saluran)
 Earthing switch DC (pemutus saluran tanah)
 Voltage transformator DC (pengukur tegangan)
 Current transformator DC (pengukur arus)
 Surge arrester DC (pembumian tegangan surja)
 Smoothing reaktor DC

Peralatan stasiun konverter lainnya, yaitu:


 Kontrol dan proteksi DC
 Kontrol dan proteksi AC
 Mesin pendingin valve
 Transformator konverter
 Alat pendukung lainnya, seperti baterai, charger, dll.

4.7 Layout Transformator Konverter


Transformator konverter berfungsi untuk menghubungkan gardu AC dan konverter
valve. Trafo konverter mempunyai inti yang terdiri dari tiga belitan, yang dapat didesain
sebagai berikut.
 Sistem primer berhubungan dengan sistem HVAC mempunyai belitan star dengan
titik netral ditanahkan.
 Belitan kedua yang dihubungkan ke konverter valve mempunyai belitan delta ataupun
star tergantung pilihan desain pabrik.
 Belitan ketiga menyuplai kebutuhan daya listrik internal, biasanya susunan
mempunyai belitan delta.

Transformator konverter memiliki beberapa jenis susunan belitan seperti berikut ini.
a. 3 fasa dengan 3 belitan
Satu unit trafo konverter menyuplai 3 fasa, masing-masing trafo konverter memiliki tiga
belitan. Contohnya dua belitan star dan satu belitan delta.
b. 3 fasa dengan 2 belitan.
Dua unit trafo konverter menyuplai 3 fasa. Unit pertama mempunyai belitan star dan unit
kedua mempunyai belitan delta
c. 1 fasa dengan 3 belitan
Tiga unit trafo konverter untuk menyuplai tiga fasa.
 Unit pertama mempunyai belitan bintang fasa R (2 belitan star dan 1 belitan delta)
 Unit pertama mempunyai belitan bintang fasa S (2 belitan star dan 1 belitan delta)
 Unit pertama mempunyai belitan bintang fasa T (2 belitan star dan 1 belitan delta)
d. 1 fasa 2 belitan
 Unit pertama, belitan bintang fasa R
 Unit kedua, belitan bintang fasa S
 Unit ketiga, belitan bintang fasa T
 Unit keempat, belitan delta fasa R
 Unit kelima, belitan delta fasa S
 Unit keenam, belitan delta fasa T

4.8 Perbandingan Layout VSC dan LCC HVDC Bipole 500 kV, 2 x 600 MW
LCC HVDC membutuhkan area yang lebih luas dikarenakan adanya komponen filter
AC.
Layout VSC HVDC

Layout LCC HVDC


BAB 5
Kontrol Stasiun Konverter

Sistem kontrol stasiun konverter berfungsi untuk mengontrol tegangan dan arus peralatan
HVDC VSC. Sistem kontrol menjamin keamanan dan kestabilan operasi peralatan HVDC
VSC ketika menyalurkan daya listrik aktif dan reaktif melalui stasiun konverter. Kelebihan
sistem kontrol HVDC VSC, yaitu:
 Mampu menyalurkan daya listrik dua arah, yaitu dapat berindak sebagai rectifier
maupun inverter dengan polaritas tegangan yang sama.
 Mampun menyalurkan daya listrik aktif dan reaktif secara independen melalui stasiun
konverter.
 Mampu mengontrol keseimbangan energi pada konverter valve.

5.1 Struktur dan Hirarki Sistem Kontrol HVDC VSC


Sistem kontrol HVDC VSC berdasarkan hirarki dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

Hirarki Stasiun Kontrol Konverter

5.2 Kontrol Pusat Pengatur Beban


Pusat pengatur beban beroperasi dengan mengatur aliran beban stasiun konverter pada
sistem interkoneksi jaringan listrik. Pengontrolan aliran daya listrik stasiun konverter
dilakukan oleh peralatan SCADA. Dengan menggunakan SCADA makak pusat stasiun
konverter HVDC VSC dapat dimonitor, dioperasikan dan dikontrol dari jarak jauh oleh pusat
pengatur beban.
5.3 Kontrol Stasiun Konverter
Kontrol stasiun konverter berfungksi untuk mengkoordinasikan operasi pelatan stasiun
konverter antara lain ssebagai berikut ini:
 Mengatur urutan operasi stasiun konverter
 Mengatur keseimbangan arus didalam suatu pole stasiun konverter untuk konfigurasi
sistem monopole maupun antara pole untuk sistem bipole.

5.4 Kontrol Konverter Valve


Konverter valve berfungsi untuk mengatur tegangan operasi dan melakukan diagnosa
pada saat pemeliharaan peralatan konverter valve. Peralatan konverter valve disebut valve
base equipment (VBE). Tegangan konverter valve nilainya dapat bervariasi dengan cara
mengatur operasi sub-module valve sehingga mengasilkan output tegangan valve sesuai
dengan nilai yang diinginkan. VBE mengontrol tegangan operasi valve berdasarkan intruksi
yang diterima misalnya peralatan kontrol fasa. Lalu, mengonversikan perintah tersebut
dengan mengatur operasi sub-module valve.

Anda mungkin juga menyukai