Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum

Pada awalnya jalan hanya berupa jejak manusia yang mencari kebutuhan

hidup termasuk sumber air. Setelah manusia mulai hidup berkelompok, jejak-jejak

itu berubah menjadi jalan setapak. Dengan digunakanya hewan sebagai alat

transportasi, permukaan jalan dibuat rata dan diperkeras dengan batu.

Teknologi perkerasan jalan berkembang pesat sejak dtemukannya roda sekitar

3500 tahun sebelum masehi di Mesopotamia dan pada jaman keemasan romawi.

Pada saat itu jalan dibangun dalam beberapa lapisan perkerasan terutama dari

pasangan batu, yang secara keseluruhan lebih tebal dari struktur perkerasan jalan

saat ini, walaupun belum menggunakan aspal ataupun semen sebagai bahan

pengikat.

Berkembangnya teknologi yang ditemukan manusia menajadikan

perkembangan teknik jalan semakin berkembang pula, yang pada awalnya hanye

jejak manusia kemudian berkembang menjadi jalan dengan perkerasan aspal.

Pada saat perancanaan pembangunan jalan diharapakan jalan dapat berfungsi

maksimal dan selama mungkin sesuai dengan umur jalan yang direncanakan, akan

tetapi perkerasan jalan tidak akan uth selamanya. Oleh karena itu jika masa

pelayanan suatu konstruksi jalan sudah habis dan telah mencapai indeks

permukaan akhir yang diharapkan maka perlu diberikan lapis tabahan untuk dapat

kembali mempunyai kekuatan, tingkat kenyamanan tingkat keamanan, tingkat

kedap air dan tingkat kecepatan mengalirkan air.

5
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
6

2.2 Konstruksi Perkerasan

pada umumnya pembangunan jalan menempuh jarak beberapa kilometer

sampai ratusan kilometer bahkan melewati medan yang berbukit, berkelok-kelok

dan masalah lainnya. Oleh karena it jenis perkerasan harus disesuaikan dengan

kondisi tiap tempat dan daerah ang akan dibangun jalan tersebut sehingga dapat

disesuaikan denga kebutuhan matrial dan anggaran biaya yang tersedia.

Silvia Sukirman (1999) menyatakan bahwa berdasarkan bahan pengikatnya,

konstruksi jalan dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

1. Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) adlah lapis perkerasan

yang menggunakan semen sebagai bahan ikat antar matrial. Lapisan-

lapisan perkerasanya bersifat memikul dan meneruskan beban lalu lintas

ke tanah dasar.

2. Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement) adalah lapis perkerasan yang

menggunakan semen sebagai bahan pengikat antar matrialnya. Plat beton

dengan atau tanpa tulangan diletakan diatas tanah dasar dengan atau tanpa

pondasi lapis bawah. Beban lalu intas dilimpahkan ke plat beton,

konstruksi ini jarang digunakan karena biayanya cukup mahal, tetapi

biasanya digunakan pad proyek-proyek jalan layang.

3. Konstruksi perkerasan komposit (coposite pavement) adalah lapis

perkerasan yang berupa kombinasi antara perkerasan lentur dan perkerasan

kaku. Perkerasan lentur berada diatas permukaan kaku, atau kombinasi

antara perkersan kaku diatas perkerasan lentur.

6
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
7

Dari ketiga jenis perkersan tersebut, perkerasn lentur yang paling sering

digunakan dibandingkan dengan perkerasan kaku ataupun perkerasan komposit

karena tidak terpengaruh oleh perubahan temperatur dan lebiha aman serta biaya

yang relatif hemat.

2.3 Kinerja Struktur Perkerasan Jalan

Struktur perkerasan jalan sebagai komponen dari prasarana transportasi yang

berfungsi sebagai :

1. Penerimaan beban lalulintas yang dilimpahkan melalui roda kendaraan.

Oleh karena itu struktur perkerasan perlu memiliki stabilitas yang tinggi,

kokoh selama masa pelayanan jalan dan tahan terhadap pengaruh

lingkungan dan atau cuaca. Kelelahan (fatigue resistance), kerusakan

perkerasan akibat berkurangnya kekokohan jalan seperti retak (crackinf),

lendutan sepanjang lintasan kendaraan(rutting), bergelombang, dana atau

berlubang, tidak dikehendaki terjadi pada perkerasan jalan.

2. Pemberi rasa nyaman dan aman kepada pengguna jalan. Oleh karena itu

permukaan perkerasan perlu kesat sehingga mampu memberikan gesekan

yang baik antara muka jalan dan ban kendaraan, tidak mudah selip ketika

permukaan basah akibat hujan atau menikung pada kecepatan tinggi. Di

samping itu permukaan perkerasan harus tidak mengkilap, sehingga

pengemudi tidak merasa silau jika permukaan jalan kena sinar matahari.

7
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
8

Agar struktur perkerasan jalan kokoh selama masa pelayanan, aman dan

nyaman bagi penguna jalan, maka :

1. Pemilihan jenis kendaraan dan perencanaan tebal perkerasan perlu

memperhatikan daya dukung tanah dasar, beban lalulintas, keadaan

lingkungan, masa pelayana atau umur rencana, ketersedian dan

karakteristik material pembentuam perkerasan jalan di sekitas lokasi.

2. Analisis dan rancangan campuran dari bahan yang tersedia perlu

memperhatikan mutu dan jumlah bahan setempat sehingga sesuai dengan

spesifikasi pekerjaan dari jenis lapisan perkerasan yang dipilih.

3. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan sesuia prosedur pengawasan yang ada,

dengan memperhatikan sistem penjaminan mutu pelaksanaan jalan sesuai

spesifikasi pekerjaaan. Pemilihan jenis lapisan perkerasan dan

perencanaan tebal perkerasan, analisi campuran yang baik, belum

menjamin dihasilkanya perkerasan yang memenuhi apa yang diinginkan,

jika pelaksanaan dan pengawasa tidak dilakukan dengan cermat, sesuai

prosedur dan spesifikasi pekerjaan.

4. Pemeliharaan jalan selama masa pelayanan perlu dilakukan secara

periodik sehingga umur rencana dapat tercapai. Pemeliharaan meliputi

tidak saja struktur perkerasan jalan, tetapi juga sistem drainase di sekitar

lokasi jalan tersebut.

Selain itu sitem pemeliharaan yang terencana dan tepat selama umur

pelayanan, termasuk didalamnya sistem drainase jalan tersebut.

8
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
9

2.4 Lapisan Perkerasan

2.4.1 Perkerasan kaku

Perkerasan kaku cocok digunakan untuk jalan dengan volume lalulintas tinggi

yang didominasi oleh kendaraan berat, di sekitar pintu tol, jalan yang melayani

kendaraan berat yang melintas dengan kecepatan rendah, atau di daerah jalan

keluar atau masuk ke jalan berkecepatan tinggi yang didominasi oleh kendaraan

berat.

Keuntungan meggunakan perkerasan kaku adalah

1. Umur pelayanan panjang dengan pemeliharaan yang sederhana

2. Durabilitas baik

3. Mampu bertahan pada banjir yang berulang, atau genangan air tanpa

terjadinya kerusakan yang berarti

Kerugian menggunakan perkerasan kaku adalah :

1. Kekesatan jalan kurang baik dan sifat kekasaran permukaan dipengaruhi

oleh prose pelaksanaan

2. Memberikan kesan silau bagi pengguna jalan

3. Membutuhkan lapisan tanah dasar yang memiliki penurunan (settlement)

yang homogen agr plat beton tidak retak. Untuk mengatasui hal ini

seringkali diatas perukaan tanah dasar diberi lapis pondasi bawah sebagai

pembentuk lapisan homogen

9
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
10

Struktur perkerasn kaku terdiri dari plat beton sebagai lapis permukaan, lapis

pondasi bawah sebagi lapis bantalan yang homogen, dan lapis tanah dasar tempat

struktur perkerasan diletakan. Plat beton memiliki sambungan memanjang dan

sambungan melintang.

Gambar 2.1 perkerasan kaku

2.4.2 Perkerasan lentur

Pada umumnya perkerasan lentur baik digunakan untuk jalan yang melayani

beban lalulintas ringan sampai sedang, seperti jalan perkotaan, jalan dengan

sistem utilitas terletak dibawah perkerasn jalan, perkerasan bahu jalan, atau

perkerasan dengan konstruksi bertahap.

Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakan diatas

tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan- lapisan tersebut berfungsi untuk

menerima beban lalulintas dan menyebarkannya kelapisan bawah.

Tanah dasar adalah bagian yang terpenting dari konstruksi jalan karena tanah

dasar inilah yang mendukung seluruh konstruksi jalan beserta muatan lalulintas

diatasnya. Tanah dasar jugalah yang meentukan tebal tipisnya lapisan perkerasan.

10
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
11

 Keuntungan menggunakan perkerasan lentur adalah :

1. Dapat digunkan pada daerah dengan perbedaan penurunan (differential

settlement) terbatas.

2. Mudah diperbaiki.

3. Tambahan lapisan perkerasan dapat dilakukan kapan saja.

4. Memiliki tahanan geser yang baik.

5. Warna perkerasan memiliki kesan tidak silau bagi pemakai jalan.

6. Dapat dilaksankan bertaha, terutama pada kondisi biaya pembanguna

terbatas atau kurangnya data untuk perencanaan.

 Kerugian menggunakan perkerasan lentur adalah :

1. Tebal total perkerasan lebih tebal dari perkerasan kaku.

2. Kelenturan dan sifat kohesi berkurang selama masa pelayanan.

3. Frekuensi pemeliharaan lebih sering daripada menggunakan perkerasan

kaku.

4. Tidak baik digunakan jika sering tergenang air.

5. Membutuhkan agregat lebih banyak.

Menurut konstruksi jalan terdiri dari tiga bagian yang penting, yaitu :

1. Lapisan penutup atau lapisan aus.

2. Lapisan perkerasan.

3. Tanah dasar.

11
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
12

Gambar 2.2 Lapisan Konstruksi Pekerjaan Jalan

Sedangkan lapisan konstruksi perkerasan secara umum yang biasa digunakan

di Indonesia menurut Sukirman (1999) terdiri dari :

1. Lapisan permukaan (surface course)

2. Lapisan pondasi atas (base course)

3. Lapisan pondasi bawah (subase course)

4. Lapisan tanah bawah (subgrade)

Gambar 2.3 Perkerasan Lentur

12
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
13

Beban lalulintas yang bekerja diatas konstruksi perkerasan dapat dibedakan atas :

1. Muatan kendaraan berupa gaya vertikal

2. Gaya rem kendaraan berupa gaya horizontal

3. Pukulan roda kendaraan berupa getaran- getaran

Sesuai dengan penyebaran gaya maka muatan yang diterima oleh masing-

masing lapisan akan berbeda dan semakin kebawah semakin kecil. Lapsa

permukaan harus mampu menerima seluruh jenis gaya yang bekerja, lapisan

pondasi atas menerima gaya vertikal dan getaran, sedangkan tanah dasar dianggap

hanya menerima gaya vertikal saja.

Akibat adanya beban yang bekerja pada jalan, konstruksi perkerasan jalan

yang meliputi lapisan permukaan (surface course), lapisan pondasi atas (base

course), lapisan pondasi bawah (subbase course) harus dibuat sedemikian rupa

sehingga mampu menahan beban yang bekerja diatasnya dalam jangka waktu

sesuai dengan umur rencana.

1. Lapisan permukaan (surface course)

Lapis permukaan merupakan lapis paling ats dari struktur perkerasan jalan,

fungsi utamanya sebagai :

a. Lapis penahan beban vertikal dari kendaraan, oleh karena itu lapisa

harus memiliki staabilitas tinggi selama masa pelayanan.

b. Lapis aus (wearing course) karena meneri,a gesekan dan getaran roda

dari kendaraan yang mengerem.

13
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
14

c. Lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh diatas lapisan

permukaan tidak meresap ke lapis bawahnya yang berakibat rusaknya

struktur perkerasan jalan.

d. Lapis yang menyebarkan beban ke lapis pondasi.

Lapis permukaan perkerasan lentur menggunakan bahan pengikat aspal,

sehingga menghasilkan lapis yang kedap air, berstabilitas tinggi, dan memiliki

daya tahan selama masa pelayanan. Namun demikian, aibat kontak langsung

dengan roda kendaraan, hujan, dingin, dan panas, lapis paling atas cepat menjadi

aus dan rusak, sehingga disebu lapis aus.

Lapisan dibawah lapis aus yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat,

disebut lapis permukaan antara (binder course), berfungsi memikul beban

lalulintas dan mendistribusikanya ke lapis pondasi.

Dengan demikian lapis permukaan dapat dibedakan menjadi :

a. Lapis aus (wearing course), merupakan lapisan permukaan yang

kontak langsung roda kendaraan dan perubahan cuaca.

b. Lapis permukaan antara(binder course), merupakan lapisan permukaan

yang terletak di bawah lapis aus dan di atas lapis pondasi.

Bebagai jenis lapis permukaan yang umum digunakan di Indonesia adalah

lapisan bersifat non struktural dan bersifat struktural:

 Lapisan bersifat non struktural

Lapisan non struktural berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air, antara lain :

14
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
15

a. Laburan aspal lapis satu (burtu = surface dressng), terdiri dari lapis

aspal yang ditaburi dengan satu lapisan agregat bergradasi seragam

dengan ukuran nominal maksimum 13 mm. Burtu memiliki

ketebalan maksimum 2 cm.

b. Laburan aspal lapis dua (burda = surfacedressing), terdiri dari lapis

aspal ditaburi agregat, dikerjakan dua kali secara berurutan, dengan

tebal padat maksmum 3,5cm. Lapis pertama burda adalah lapis

burtu dan lapis keduanya menggunakan agregat penutup dengan

ukuran maksimum 9,5cm (3/8 inchi).

c. Lapis tipis aspal pasir (latasir = sand sheet), merupakan lapis

penutup permukaan jalan yang menggunakan agregat halus atau

pasi atau campuran keduanya, dicampur dengan aspal, dihampar

dan dipadatkan pada suhu tertentu. Ada dua jenis latasir yaitu

latasir kelas A dan latasir kelas B. Latasir kelas A dengan tebal

minimum 15mm, menggunakan agregat dengan ukuran maksimum

no 4, sedangkan latasir B dengan tebal minimum 20mm,

menggunakan agregat dengan ukuran maksimum 9,5mm (3/8inchi)

d. Laburan aspal (buras), merupakan lapisan penutup dari aspal

lapisan aspal taburan pasir dengan ukuran butir maksimum 3/8

inchi.

e. Lapisan tipis asbuton murni (latasbum), merupak lapisan penutup

terdiri dari campuran asbuton dan bahan pelunak dengan

perbandinga tertentu, yang dicampur secara dingi dengan tebal

padat maksimum 1 cm.

15
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
16

 Lapisan bersifat struktural

Lapisan bersifat struktural berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan

menyebarkan beban roda, antara lain :

a. Penetrasi macadam (lapen), merupakan lapisan perkerasan yang

terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka

dan seragam yang diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan

diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Diatas lapen ini

biasanya diberi laburan aspal agregat penutup. Tebal satu lapisan

dapat bervariasi antara 4 – 10 cm.

b. Lasbutag, merupak suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri

dari campuran antara agregat, asbuton dan bahan pelunak yang

diaduk, dihampar dan dipadatkan secara dingin. Tebal pada tiap

lapisanya antara 3 – 5 cm.

c. Lapisan aspal beton (laton), merupakan satu lapisan pada

konstruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dengan

agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihamparkan

dan dipadatkan pada suhu tertentu.

2. Lapisan pondasi atas (base course)

Lapis perkerasn yang terletak di antara lapis pondasi bawah dan lapis

permukaan dinamakan lapis pondasi (base course). Jika tidak digunakan lapis

pondasi bawah, maka lapis pondasi diletakan langsung diatas permukaan tanah

dasar, lapis pondasi berfungsi sebagai :

16
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
17

a. Bagian struktur perkerasan yang menahan gaya vertikala dari beban

kendaraan dan disebarkan ke lapis bawahnya

b. Lapis peresap untuk lapis pondasi bawah

c. Bantalan atau perletakan lapis permukaan.

Material yang digunakan untuk lapisan pondasi adalah material yang cukup kuat

dan awet sesuai syarat teknik dalam spesifikasi pekerjaan.

3. Lapisan pondasi bawah (subbase course)

Lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis pondasi dan tanah dasar

dinamakan lapis pondasi bawah (subbase course), lapisan pondasi bawah

berfungsi sebagai :

a. Bagian dari struktur perkerasa untuk mendukung dan menyebarkan

bebabn kendaraan ke lapis tanah dasar

b. Effisiensi penggunaan material yang relatif murah, agar lapis diatasnya

dapat dikurangi tebalya

c. Lapis peresap, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi

d. Lapis pertama, agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan lancar

e. Lapisan filter untuk mencegah partikel – partikel halus dari tanah dasar

naik ke lapis pondasi.

4. Lapisan tanah dasar (subgrade)

Lapisan tanah dasar tanah permukaan semula, permukaan tanah galian

ataupun tanah timbunan yang dipadatkan dan merupakan permukaan tanah dasar

untuk perletakan bagian – bagian perkerasan yang lain. Ditinjau dari mika tanah

asli, maka tanah dasar dibedakan menjadi :

17
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
18

a. Lapis tanah dasar asli adalah tanah dasar yang merupakan muka tanah

asli di lokasi jalan tersebut. Pada umumnya lapis tanah dasar ini

disiapkan hanya dengan membersihkan, memadatkan lapis atas setebal

30 – 50cm dari muka tanah dimana struktur perkerasan direncanakan

akan diletakan.

b. Lapis tanah dasar urug atau tanah timbunan adalah lapis tanah dasar

yang lokasinya terletak d atas uka tanah asli. Pada pelaksanaan

membuat lapis tanah dasar tanah urug perlu diperhatikan tingkat

kepadatan yang diharapakan.

c. Lapis tanah dasar tanah galian adalah lapis tanah dasar yang lokasinya

terletak dibawah mua tanah asli. Dalam kelompok ini termasuk pula

penggantian tanah asli setebal 50 – 100cm akibat daya dukung tanah

asli yang kurang bbaik. Pada pelaksanaan membua tanah dasar tanah

galian perlu diperhatikan tingkat kepadatan yang diharapakan.

Daya dukung dan ketahanan struktur perkerasn jalan sangat ditentukan oleh

daya dukung tanah dasar. Masalah- masalah yang sering terjadi terkait dengan

lapisan tanah dasar adalah :

1. Perubahan bentuk tetap dan rusaknya struktur perkerasan jalan secara

menyeluruh

2. Sifat mengembang dan menyusut pada jenis tanah yang memilikisifat

plastis tinggi. Perubahan kadar air tanah dasar dapat berakibat terjadiya

retak dan atau perubahan bentuk. Faktor drainase dan kadar air pada

proses pemadatan tanah dasar sangat menentukan kecepatan kerusakan

yang mungkin terjadi.

18
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
19

3. Perbedaan daya dukung tanah akibat oerbedaan jenis tanah. Penelitian

yang seksama akan jenis dan sifat tanah dasar disepanjang jalan dapa

mengurangi dampak akibat tidak meratnya daya dukung tanah dasar.

4. Perbedaan penuruanan(differential settlement), akibat terdapatnya lapis

lunak dibawah lapisan tanah dasar. Penyelidikan jenis dan karakteristik

lapisan tanah yang terletak dibawah lapisan tanah daar sangat

membantu mengatasi masalah ini.

5. Kondisi geologi yang daoat nerakibat terjadinya patahan, geseran dari

lempeng bumi perlu diteliti dengan seksama terutama pada tahap

penentuan trase jalan.

6. Kondisi geologi disekitar trase pada lapisan tanah dasar di atas tanah

galian perlu diteliti dengan seksama, termasuk kestabilan lereng dan

rembesan air yang mungkin terjadi akibat dilakukanya galian.

2.5 Klasifkasi Jalan

Klasifikasi jalan dapat dapat dikelompokan menjadi beberapa hal menurut

keperluanya, yaitu :

A. Menurut Manfaat dan Peruntukanya

1. Jalan umum, diperuntuan bagi lalulintas umum dan berlaku undang –

undang tentang lalulintas dan angkutan jalan raya.

2. Jalan khusus, tidak diperuntukan bagi lalulintas umum, teta[i bila

dinyatakan oleh pemiliknya terbuka untuk umum dan diatur perundang

– undangan maka jalan tersebut berlaku undang – undang lalulintas

dan jalan raya.

19
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
20

3. Jalan tol, jalan umum yang kepada pemakainya dikenakan wajib

membayar tol. Tol yaitu sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk

pemakaian jalan tol.

B. Menurut Peranan Pelayanan Jasa Distribusi

1. Sistem jaringan jalan primer, sistem jaringan jalan dengan peranan

pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah

ditingkat nasional dengan semua simpul jasa distribusi yang kemudian

berwujud kota.

2. Sitem jaringan jalan sekunder, sistem jaringan jalan dengan peranan

pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat yang ada didalam kota

(lokal/setempat).

C. Menurut Fungsi dan Peranannya

1. Jalan arteri, jalan yang melayani angkutan jara jauh dengan kecepatan

rata – rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.

2. Jalan kolektor, jalan yang melayani angkutan penumpang atau

pembagian dengan ciri –ciri perjalanan jarak sedang, keceptan rata –

rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.

3. Jalan lokal, jalan yang melayani angkutan setempat/lokal dengan ciri –

ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rendah dan jumlah jalan asuk

tidak dibatasi.

20
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
21

D. Menurut Kaitanya Sitem Jaringan Jalan dan Peranannya

(undang – undang tentang jalan No. 13 tahun 1980)

1. Jalan arteri primer, adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang

kesatu yang terletak berdampingan, atau menghubungkan kota jenjang

kesatu dengan jenjang kota kedua.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan arteri primer adalah :

a. Kecepatan rencana >60km/jam

b. Lebar jalan > 8m

c. Kapasitas jalanlebih besar dari volume jalan laulintas rata-rata

d. Jalan masuk dibatasi secara efisien, sehingga kecepatan rencana

dan kapasitas jalan dapaat tercapai

e. Tidak boleh terganggu oleh kegiatan lokal, lalulintas lokal,

lalulintas ulang alik

f. Jalan arteri primer tidak terputus wallaupun memasiki kota

g. Tingkat kenyamanan yang dinyatakan dengan indeks permukaan

tidak kurang dari dua

2. Jalan kolektor primer, adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang

kedua dengan kota jenjang kedua atau menghubungkan kota jenjang

kedua dengan kota jenjang ketiga.

Persyratan yang harus dipenuhi oleh jalan kolektor primer adalah :

a. Kecepatan >40km/jam

b. Lebar badan jalan >7m

c. Kapasitas jalan sama atau lebih besar dengan volume lalulintas rat-

rata

21
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
22

d. Jalan kolektor primer tidak terputus walaupun memasuki daerah

kota

e. Jalan masu dibatasi sehingga kecepatan rencana dan kapasitas jalan

tidak terganggu

f. Indeks permukaan tidak kurang dari dua

3. Jalan lokal primer, adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang

kesatu dengan persil atau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan

kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota di bawahnya, kota

jenjang ketiga dengan persil, atau kota dibawah jenjang ketiga sampai

persil.

Persyaratan yang harus dipenuhi jalan lokal primer adalah :

a. Kecepatan rencana > 20 km/jam

b. Lebar badan jalan > 6m

c. Jalan lokal primer tidak terputus walaupun memasuki kota

d. Indeks permukaan tidak kurang dari 1,2

4. Jalan arteri sekunder, adalah jalan yang menghubungkan kawasan

primer dengan kawasan sekunder kesatu atu menghubungkan kawasan

sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu

dengan kawasan sekunder kedua.

Persyaratan jalan arteri sekunder adalah :

a. Kecepatan rencana > 30 kn/jam

b. Lebar badan jalan > 8m

c. Kapasitas jalan lebuh besar atau sama dengan volume lalulintas

rata-rata

22
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
23

d. Tidak boleh diganggu oleh lalulintas lambat

e. Indeks permukaan tidak kurang dari 1,5

5. Jalan kolektor sekunder, adalah jalan yang menghubungkan kawasan

sekunder kedua dengan kawsan sekunder kedua atau menghubungkan

kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.

Persyaratan jalan kolektor sekunder adalah :

a. Kecepatan rencana > 20km/jam

b. Lebar badan jalan > 7m

c. Indeks permukaan tidak kurang dari 1,5

6. Jalan lokal sekunder, adalah jalan yang menghubungkan kawasan

sekunder kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan

sekunder kedua dengan perumahan, kawsan sekunder ketiga dan

seterusnya sampai ke perumahan.

Persyaratan jalan lokal sekunder adalah :

a. Kecepatan rencana > 10km/jam

b. Lebar badan jalan > 5 m

c. Indeks permukaan tidak kurang dari 1

E. Menurut Status dan Wewenang Pembinaanya

1. Jalan Nasional, yang termasuk kelompok ini adalah jalan arteri primer,

jalan kolektor yang menghubungkan antar ibukota propinsi, dan jalan

lain yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan nasional.

Penentapan status suatu jalan sebagai jalan nasional dilakukan dengan

keputusan menteri.

23
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015
24

2. Jalan daerah meliputi :

a. Jalan propinsi, yang termasuk jalan propinsi adalah jalan kolekor

primer yang menghubungkan ibukota propinsi dengan ibukota

Kabupaten/Kotamadya. Penetapan status jalan propinsi dilakukan

dengan keputusan Menteri Dalam Negeri atau usula Pemda Tk1,

dengan memperhatikan pendapat Menteri.

b. Jalan Kabupaten, yang termasuk jalan kabupaten adalah jalan

kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan

propinsi, jalan lokal primer, jalan sekunder. Penetapan status suatu

jalan sebagai jaln kabupaten dilakukan dengan Keputusan

Gubernur KD 1 atas usulan Pemda Tk II.

c. Jalan kotamadya, yang termasuk kelompok jalan kotamadya adalah

jalan sekunder didalam kotamadya. Penetapan status suatu jlan

sebagai jlan kotamadya dilakukan dengan keputusan Gubernur

KDH Tk I atas usulan Pemda Kotamadya.

d. Jalan desa : Pemerintah Desa/ Kelurahan.

3. Jalan khusus, yang termasuk jalan khusus adlah jalan yang dibangun

dan dipelihara oleh instansi/badan hukum/perorangan untuk melayani

kepentingan masing- masing. Penetapan dilakukan oleh instansi/badan

hukum/perorangan yang memiliki ruas jalan khsus tersebut dengan

memperhatikan pedoman yang dietapkan oleh Menteri Pekerjaan

Umum.

24
Evaluasi Tingkat dan Jenis..., Fajar Andrianto, Fak. Teknik UMP 2015

Anda mungkin juga menyukai