Anda di halaman 1dari 37
VALIDASI! PENELITIAN DESAIN DAN PENGEMBANGAN When design is stripped from forming, shaping and styling, what is left isa process of critical thinking and creative problem solving that is the essence of design. Roger L. Martin Penelitian naturalistik dan postpositivistik memiliki tradisi yang kokoh dan jelas tentang bagaimana memvalidasi proses dan hasil penelitian, sehingga tidak sulit bagi peneliti untuk mengikutinya. Proses validasi pada kedua aliran penelitian ini sudah dituntun mulai saat menentukan desain penelitian dan metode penelitian. Selanjutnya jenis data yang diperoleh dan jenis instrumen yang digunakan pun telah memiliki karakteristiknya masing-masing. Konsekuensinya teknik analisis dan teknik interpretasi data sealur dengan desain penelitian, metode, jenis'data tersebut. Secara filosofis cara berpikir induktif dan deduktif sangat kuat menuntun peneliti memahami alur kevalidan proses penelitian dan kesimpulan yang diperoleh. ‘Adapun pada penelitian desain dan pengembangan sebagai penelitian dengan paradigma pragmatisme dan alur berpikir abduktif sangat rentang dengan permasalahan validasi proses dan hasil penelitian. Banyak para peneliti desain dan pengembangan mengikuti cara memvalidasi dalam penelitian naturalistik dan postpositivistik khususnya mereka yang melakukan pendalaman pada setiap tahap/ fase penelitian, Namun demikian, mereka akan mengalami kesulitan pada ranah kreasi inisiasi baru yang masih belum memadai untuk Dipindai dengan CamScanner b menggunakan penalaran ilmiah (scientificreasoning). Kajian-kajian kreag; baru tersebut selalu berada pada daerah permukaan kawasan tahapay | | penelitian desain dan pengembangan (Lihat Gambar 7-1) | Permukaan Pendalaman Gambar 7.1 Kecenderungan Validasi Penelitian Desain dan Pengembangan Para peneliti desain dan pengembangan banyak yang mengiku model kawasan kajian domain permukaan agar dapat mendapatkan fase akhir dari hasil penelitian pengembangan sesegera mungkin. Fase akhir yang dimaksud adalah dampak penggunaan dan dampak sosialnya dalam membentuk perilaku masyarakat. ‘Adapun pada penelitian desain dan pengembangan sebagai penelitian dengan paradigma pragmatisme dan alur berpikir abduktif sangat rentang dengan permasalahan validasi proses dan hasil penelitian. A. Indikator dan Model Validasi pada Pengembangan Sebuah Model Kajian indikator dan model validasi pada pengembangan model dilakukan melalui contoh penelitian pengembangan model desain pembelajaran atau desain pelatihan. Hal ini karena hanya pada jenis pengembangan model tersebut saja yang intensif dibahas pada literatur- literatur primer yang berhubungan dengan penelitian desain dan pengembangan. Pengembangan model desain pembelajaran membahas tentang bagaimana memvalidasi model yang dikembangkan dan menginvestigasi bagaimana menerapkan proses desain pembelajaran dati fase-fase atau tahapan yang telah dirancang, Secara praktis pada dasarny’, para pengembang memandang istilah valid untuk model mereka adalah 174 Penelitian Desain dan Pengembangan Kepen Dipindai dengan CamScanner Ne model tersebut telah sesuai dengan kebutuhan, dan sesuai dengan verb atasan Yang ada di tempat di mana model tersebut digunakan, dah digunakan, jika model tersebut dipergunakan cenderung en ghasilkan perangkat pembelajaran atau pelatihan yang bisa diterima oleh pengguna akhir atau peserta didik. Selanjutnya bagi para ahli teoretis, sebuah model disebut valid jika bersifat logis, koheren dengan literatur pendukungnya- Untuk mendapatkan keberhasilan empiris dalam bentuk dampak pada pengguna akhir membutuhkan waktu bertahun-tahun pada gengembangan model desain pembelajaran ini. Menurut Richey, R.C (2005) validasi model dilakukan melalui yalidasi internal dan validasi eksternal. Validasi internal berkaitan dengan Komponen model dan penggunaan model. Adapun validasi ceksternal berkaitan dengan karakteristik model dan dampak penggunaan model tersebut. Bagi para ahli teori, sebuah model disebut valid jika bersifat logis, koheren dengan literatur pendukungnya. Validasi internal aspek komponen model berfokus pada integrasi model tersebut dengan kegunaannya. Pengkajian seperti ini dilakukan selama konstruksi model tersebut dan penggunaannya pada tahap- tahap awal. Kajian ini menghasilkan data untuk mendukung komponen model, demikian juga hubungan antara komponen model tersebut dengan proses yang terjadi dalam mengoperasikannya. Kajian seperti ini mengikuti metode evaluasi formatif. Selanjutnya validasi internal komponen model dengan contoh beberapa indikator yang terjawab melalui pertanyaan seperti berikut ini. 1. Apakah semua langkah yang terdapat dalam model dibutuhkan? ‘Apakah terdapat langkah yang hilang dalam model tersebut? ‘Apakah ada yang perlu diklarifikasi? 2, Apakah urutan langkah-langkahnya sudah tepat? Apakah langkah- Jangkahnya dapat diatur dalam suatu urutan yang telah ditentukan? 3, Sejauhmana model mengkaji fektor-faktor tersebut pada lingkungan pembelajaran, lingkungan prapembelajaran dan lingkungan kerja yang dapat berkontribusi pada proses pembelajaran? Bab 7 | Validasi Penelitian Desain dan Pen, —_ Dipindai dengan CamScanner og 4. Sejauhmana model mengkajifaktorfaktor tersebut pada ling, pembelajaran, lingkungan prapembelajaran dan lingkungan yang dapat berkontribusi pada transfer peningkatan Petform,>’* Secara praitis para pengembang memandang istilah valid yyy model mereka adalah jika model tersebut telah sesuai dengan kebutuhan, dan sesuai dengan keterbatasan yang ada di tempat g mana model tersebut digunakan, dan mudah digunakan, Adapun validasi internal penggunaan model dengan con, beberapa indikator yang terjawab melalui pertanyaan seperti berikyt in 1. Sejauhmana model tersebut dapat digunakan untuk proyek desi, yang luas? Apakah model tersebut dapat mengakomodasi den, an mudah berbagai jenis materi ajar, produk-produk pembelajary sistem penyampaian dan strategi pembelajaran? J 2. Sejauhmana model tersebut dapat digunakan untuk lingkungay kerja yang luas, sesuai dengan keragaman budaya organisasi day Populasi peserta didik, demikian juga keberagaman sumber daya dan keterbatasannya? 3. Dapatkah langkah-langkah tersebut diterapkan oleh para perancang pemula dan perancang ahli? Dapatkah model tersebut digunakan tanpa dibantu oleh perancang yang telah dilatih? 4. Dapatkah langkah-langkah tersebut diselesaikan dengan efisien pada kondisi kerja yang lazim? 5. Apakah tingkat keterlibatan pelanggan dalam proses mendesain dan mengembangkan cocok untuk kebanyakan lingkungan kerja? Sejauhmana para pelanggan puas dengan proses mendesain dan mengembangkan model tersebut? 6. Apakah penggunaan model tersebut dapat menghemat biaya? Pada validasi eksternal yang berfokus pada karakteristik model (sebagai produk pengembangan), dan dampak penggunaan model tersebut dengan menggunakan metode evaluasi summatif. Validasi eksternal tentang karakteristik model dengan contoh beberapa indikator yang terjawab melalui pertanyaan seperti berikut ini. 176 Penelitian Desain dan Pengemba Dipindai dengan CamScanner «,uhmana model tersebut i 1, sejaut menghasilkan pembelaj sesuai dengan kebutuhan peserta didik, ese ae de persyaratan pelanggan? a cee Sejauhmana model tersebut menghasilkan pembelajaran yanj memotivasi dan membuat para peserta didik tertarik? Apa terdapat keterlibatan peserta didik pada aktivitas pembelajaran? 3, Sejauhmana peserta didik dapat menerima hasil pembelajaran, sistem penyampaian dan teknik navigasinya? : Adapun validasi eksternal dampak model terhadap pembelajaran dengan contoh beberapa indikator yang terjawab melalui pertanyaan seperti berikut ini. 1. Sejauhmana perubahan dapat terjadi pada diri peserta didik berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan perilaku setelah pembelajaran? 2, Sejauhmana perubahan tersebut dapat bertahan dengan berjalannya waktu? 3, Sejauhmana pembelajaran tersebut menghasilkan proses belajar yang efisien? 4, Sejauhmana hasil dari perubahan perilaku berdampak pada kinerja organisasi? 5, Sejauhmana para pelanggan puas dengan pembelajaran tersebut dan juga dampak yang dihasilkannya? Validasi eksternal dapat saja menjadi penelitian yang kompleks arena banyaknya faktor-faktor luar yang memengaruhi temua® penelitian, Temuan-temuan tersebut dipengaruhi oleh karakteristik instruktur, pemahaman para peserta didik/peserta pelatihan, arakteristik atau budaya sekolah, organisasi atau tempat diterapkannya model tersebut. Menurut Richey, B.C (2005) validasi model desain pembelajaran dipengaruhi oleh faktor konteks desain dan tingkat kepakaran perancang (designer). Terdapat asumsi implisit bahwa kebanyakan desain pembelajaran yang dipublikasikan dapat digunakan pada semua konteks juga terdapat sejarah yang panjangkeberhasilan suatt desain, akan tetapij model diterapkan yang pada konteks-konteks khusus saJ8 seperti untuk ab 7 | VaidasiPeneltian Desain dan Pengembangan Dipindai dengan CamScanner - Ve 178 Penelitia ys konteks kependidikan, perusahaan, perawatan kesehatan dan m Kesuksesan suatt: model desain pembelajaran sangat tergantung pq Sejauhmana model tersebut dapat digunakan di luar konteks rancanga! semula. Unsur kontekstualitas yang dimaksud tidak hanya menyangj karakter tempat atau organisasi, akan tetapi topik pembelajaran Yan, dapat dibelajarkan dan juga jenis-jenis produk pembelajaran yan, dihasilkan. lite 8 dap Suatu model desain pembelajaran dapat saja berbeda ditafsriay bagi seorang ahli (expert) dan perancang pemula (novice). Seorang 2h, desain, ia mengkaji permasalahan desain sebagai permasalahan ya, tidak terstruktur. Perancang ahli cenderung menafsirkan permasalahay, desain, sedangkan perancang pemula cenderung mengidentifiay masalah, Perancang ahli mempertimbangkan beragam faktor situasiona) baik aspek pembelajaran maupun non pembelajaran, akan tetay mereka dalam mengambil keputusan tentang pendesainan bertindsk selambat mungkin jika dibandingkan dengan perancang pemula, Has yang diperoleh bagi perancang ahli lebih general, lebih iteratif dan tahapannya pun lebih fleksibel. Perancang abli selalu menggunakay penilaian intuitifnya yang berasal dari pengalaman sebelumnya untuk mewarnai petunjuk dalam desain yang sedang dirancang. Selanjuntnya Richey, R.C, (2005) menyampaikan lima pendekatan dalam menvalidasi model desain pembelajaran. Tabel 7.1 Perbandingan Lima Pendekatan dalam Memvalidasi Model Deszin Pembelajaran. Proses Jenis Teknik Validasi | Validasi | Fokus Penelitian Ass Velidasi Internal Penilaian ahli | Konseptual | Komponen | Delphi Selama | Prosedural | model; mengembangkan Penggunaan model model Keterpakaian | Prosedural | Penggunaan | Studi kasus | Selama uji coba atau dokumen model penggunaan model Dipindai dengan CamScanner Feqiaien | Konseptual | Komponen] Surve, Sebelum pengem- jumen | Prosedural | model eksperimen | bangan model; murniatau | Selama penggunaan semi model Validasi Eksternal aluasi | Prosedural | Karalterist | Studikasus, | Selama uji coba atau tapangan produk dam- | evaluasidan | penggunaan model ak pem- surveil belajaran Fengulian | Prosedural | Dampakpem- | Eksperimen | Selana Penggunaan terkendali belajaran | murniatau _| model semi. B. Indikator dan Model Validasi pada Pengembangan Produk Validitas penelitian desain dan pengembangan produk ditentukan oleh hasil evaluasi produk yang dikembangkan. Evaluasi dalam konteks yaliditas ini dimulai dari proses mendesain dan mengembangkan produk, evaluasi desain produk (design as artifact), evaluasi fisik prototipe, evaluasi proses penggunaan produk, evaluasi kesesuaian dengan tujuan dan manfaat pengembangan yang telah ditentukan sebelumnya. Prosedur memvalidasi produk dapat dilakukan dalam lingkungan internal dan eksternal. Oleh karena itu, perlu menentukan karakteristik lingkungan internal dan lingkungan eksternal, tujuan pengembangan produk, bagaimana produk diujicobakan dan mekanisme pengendaliannya. Kegiatan memvalidasi dan melakukan pengujian produk merupakan aktivitas yang menentukan kualitas penelitian. Oleh Karena itu, kedua kegiatan tersebut menjadi penting dilakukan dengan memenuhi kaidah- kaidah penilaian. Pada dasarnya substansivalidasi dan pengujian produk penelitian desain dan pengembangan sama halnya dengan evaluasi formatif, Apabila penelitian ini dilakukan untuk pendidikan atau pembelajaran, maka dapat diartikan bahwa memvalidasi dan menguji produk sama dengan memwvalidasi dan menguji produk-produk yang akan Kegiatan memvalidasi dan melakukan pengujian produk merupakan aktivitas yang menentukan kualitas penelitian. “4 a 7 | Validasi Penelitian Desain dan Pengembangal Dipindai dengan CamScanner dipergunakan dalam pendidikan atau pembelajaran. Evaluasi for, merupakan evaluasi proses yang bertujuan agar proses pengempa,. menghasilkan produk yang sesuai dengan rencana spesifikas, -™ telah ditentukan, Evaluasi proses ini mengindikasikan bahwa j, * aktivitas bersifat iteratif dan dilakukan sampai diperolehnya py! yang berkualitas, Evaluasi formatif mengandung unsur pengembay, melalui identifikasi kekurangan dan kelebihan produk selama nae pengerjaan, Markle, $, M., (1989) menyebutkan bahwa evaluasi forma adalah to improve sedangkan evaluasi summatif adalah to prove mo atau produk yang dikembangkan. Jenis informasi yang diperoleh pada saat melakukan eyaly,y formatif dipaparkan pada Tabel 7.2 berikut ini (Tessmer, M., 2005), Tabel 7.2 Jenis Informasi yang Diperoleh Saat Evaluasi Formatif To Apel 5 Jenis informesi 1, | Dampak Pembelajaran Performa peserta didik secara individy Kejelasan dari tulisan/narasi Kesesuaian urutan materi/konten Dampak dari strategi Contoh yang realistik Performa perserta didik dalam kelas Jumlah latihan Kualitas feedback Kualitas interaksi peserta didik 2. | Kemenarikan/Motivasi Peserta| Kemenarikan dengan materi ajar didik Tingkat tantangan bag) peserta didik Keinginan untuk belajar lebih banyak gl Pemahaman terhadap makna belajer Waktu yang disediakan untuk belajar 3, | Kualitas Isi/Konten Keakuratan isi/konten Y Kekinian isi/konten Kelengkapan isi/konten, 4. | kualitas Teknis Kuslitas gambar Kualitas suara Kualitas narasi Kualitas interaksi Komponen 5, | implementasi Kemudahan bagi guru menggunakannya = Kemudahan bagi pesertadidikmenggunekaom t | Keinginan untuk selalu menggunakan Kecocokan dengan lingkungan belajar Keberterimaan secara administratit Persyaratan pendukung pi 180 Penelitian Desain dan Pengemba Dipindai dengan CamScanner re Hevner dan kawan-kawan (2004) telah menyarankan lima yntuk mengevaluasi produk, yaitu 1) observasi, 2) analisis, 3) erimentasi, 4) pengujian, dan 5) deskripsi. Perhatikan Tabel 7.3 perikt ini. jetode dan Teknik Evaluasi Produk Metode dan Teknik Studi kasus; mengkaji produk yang sudah ada atau yang. dikembangkan dalam lingkungan kependidikan. ‘Studi lapangan; memonitor penggunaan produk dalam berbagai macam proyek, Analisis Statis; menguji struktur produk untuk kualitas statis Analisis arsitektur; menganalisis kelayakan produk secara teknis arsitektural dari total sistem teknis, Optimalisasi; mendemonstrasikan sifat optimal yang ada pada produk atau mendemonstrasikan keterbatasannya. Analisis dinamis; mengkaji praduk selama proses penggunaan untuk mengevaluasi kualitas dinamikanya (seperti performa produk). Eksperimen terkendali; mengkaji produk pada lingkungan terkendall untuk menentukan kualitas kegunaannya, Simulasi; melakukan simulasi produk dengan menggunakan data artifisial. Tes struktural (white box); mengkaji cakupan pengujan untuk keperiuan tes fungsi. Penguifan ini dilakukan secara internal tim. Tes fungsi (black box); mengimplementasikan penggunaan produk untuk mencari atau mengidentifikasi potensi kegagalan. Pengujian dilakukan dari sudut pandang pengguna (eksternal), “Mendeskripsikan; menggunakan informasi yang berbasis pengetahuan (misalnyariset yang relevan) untukmengkonstruks! ‘argumen yang meyakinkan tentang kegunaan produk. ‘Skenario; mengkonstruksi skenario penggunaan produk secara detail. Dalam melakukan evaluasi produk perlu dipahami konteks dan anatomi produk. Setiap produk memiliki aspek dalam, aspek Ivar dan interface antaranya. Johannesson, P, and Perjons, E,, (2014), Menjelaskan struktur, fungsi dan lingkungan produk Bab 7 | Validasi Penelitian Desain dan Pet Dipindai dengan CamScanner Alogi ngtingan sterol on ser yoregonann ee rang ga yoga nban eh prosih — cs peng apn manta Sst emponen tonne prs even dn ery em rng revtw Tinton yang sap ain ce prs, Bgaimana prose ‘ete tau berets \ ampok Somping Dara amping Yorg Aantperggurasngradik —— dhasibon dr penegunaen prot Gambar 7.2 Struktur, Fungsi dan Lingkungan (Johannesson, P., and Perjons ¢ 2014) ag Setiap produk memiliki struktur atau arsitektur internal yarg menghasilkan perilaku produk (bagaimana produk tersebut bekerja/ beroperasi), dan dapat berfungsi bagi setiap pengguna pada proses penggunaan yang telah dirancang. Proses penggunaan produk yang dimaksud adalah dalam konteks menyelesaikan permasalahan prakts dalam lingkungan yang sesuai dengan permasalahan. Produk yang digunakan oleh pengguna dalam konteks yang dirancang dapat jug: memberikan efek samping (dampak di luar dari permasalahan utam), Kadangkala produk yang dihasilkan juga dapat dipergunakan dalam konteks lain yang memiliki kemiripan kondisi dan maksud konteis penelitian dan memberikan dampak yang tidak terduga. Pada dasarnya produk yang dikembangkan dalam penelitian pendidikan dapat diklasifikasikan atas empat jenis, yaitu constr models, methods, dan instantiations (Johannesson, P, and Perjons, E, 2014). Constructs merupakan definisi, istilah, notasi dan konsep yas diperlukan untuk memformulasi masalah dan kemungkinan solusiny2 Pada pengembangan multimedia pembelajaran storyboard merupakn sebuah constructs yang dirancang untuk mengembangkan multimedia pembelajaran, Models merepresentasik: inan solusi masiih dalam bentuk produk fisik yang d ib > 182 Penelitian Desain dan Pengembang Dipindai dengan CamScanner ambarkan struktur fisik produk yang sesungguhnya. Multimedia gran seperti eksperimen buatan (artifical experiment), video Jajaran, animasi microskopis dan alat peraga merupakan conto Ey iedalam konteks produk fisik. Methods merupakan pengetahuan iar sig yang, menjelaskan bagaimana petunjuk proses membuat uk (prosedur pengembangan) dan bagaimana produk tersebut fast menyelesaikan masalah secara praktis. Adapun instantiations iaskan bagaimana produk tersebut bekerja atau beroperasi dalam snoniel if Hy hkan masalah praktis, Instantiations berkaitan dengan konteks pi samping itu, Johannesson, P, and Perjons, E., (2014) juga menjelaskan bahwa terdapat kriteria lain dalam mengevaluasi kualitas produ. | qabel 7.4 Kriteria dalam Memvalidasi Produk No. Jenis Kualitas Penjelasan = | lites struktur (Structural | Kualtas ini menjlaskan hal yang berkatan qualities) dengan struktur produk Koherensi (Coherence) Komponen atau bagian-bagian produk bersifat logis, berurutan dengan baik, berkaitan secara konsisten. ‘Model produk terbebas dari konflik ketidaksesuaian Konsistensi (Consistence) Modularitas (Modularity) ‘Bagian dari produk mudah diurai menjadi komponen terpisah dan dapat digabungkan kemball seperti semula Singkat dan Menyeluruh Tidak terdapatnya komponen yang tidak (Conciseness) penting di dalam produk 2, | Kualitas tingkungan Kualitas ini menjelaskan hubungan produk (Environmental Qualities) dengan lingkungan penggunaannya 7a Kualitas Penggunaan (Usage | Menjelaskan bagaimana produk seharusnya bekerja dan dipandang dalam Qualities) situasi penggunaannya Keterpakaian (Usability) Kemudahan bagi pengguna dalam menggunakan produk Komprehensif Kemudahan bagi pengguna dalam (Comprehensibility), Oapat ‘memahami produk dipahami (Understandabilty) Bab 7 | Validasi Penelit Dipindai dengan CamScanner Se ——— Penjelasan ~~ mes By ijelasan No. 2 ~) | Pengguna dapat dengan m i Nidal apatdipelaan Lecrnablley | ajar cara menggunakan fra Serta hig Tt eee be reall Produk dapat diadopsi untuk yy secession (Customisabiity) | Be Wan Vang Produk dibuat sesuai dengan pen, —< — (suitability), Inherensi esuaian (Suitability), In khusus, fokus pada permasalahar u"@an | Ke i ‘ision) Uinherence), Press prec mendasar Yang erayanglauan (Accessiblity) | Produk dapat diakses Oleh sebanyay mungkin pengguna Produk yang dikembangkan bersitgy | | Keanggunan (Elegance), kan oi thetics) menyenangkan dan anggun dari st keindahan (Aest pewajahan “ve | Produk bersifat atraktifd aa 0 fan men ‘Menyenangkan ( untuk digunakan Yenaretan Keterlacakan (Traceability) Kemampuan untuk melacak penggunaas pada masa sebelumnya, 22. Management Qualities | Bagaimana produk mengelola wakty Pemeliharaan (Maintainability) | Kemudahan perawatan untuk memperbsyy kegegalan, membuat perawatan berkuty, semakin mudah Fleksibiitas (Flexibility), Keluasan | Produk tetap dapat diadopsi pada (Extensibility) perubahan eksternal Lec Le ES | ‘Akuntabilitas (Accountability) | Perancang mudah untuk memeriksa , struktur, fungsi, dan dampak penggunaan produk 2.3 Kualitas Lingkungan: "| Berhubungan dengan bagaimana produk. Generik (Generic Environmental | secara struktural berhubungan dengan Qualities) lingkungannya Keekspresifan (Expressiveness) | Produk mampu merepresentasikan konstruksi dan model yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan Keakuratan (Accurateness) Produk mampu merepresentasi model f yang dirancang pada tahap desain General (Generality) Produk dapat dipergunakan dalam skala yang lebih luas Interoperabilitas Produk day a z pat dioperasikan bersama-sam™ (interoperability) dengan produl ai : Z kualitas da Otonomi (Autonomy) Kemampuan tergantung PP 184 Peneltian Desain dan Pengembangan Kependid Dipindai dengan CamScanner ke enennya mampy Penden digunakan dengan ng berbeda, Produk mengandung semua komponen Yang dibutuhkan untuk Menyelesaikan Permasalahan Produk memberikan dampak pada Penyelesaian masalah Produk dibuat dan digunakan dapat menghemat waktu, biaya dan Upaya, Kemampuan tetap tidak berubah walaupun Hingkungan pengguna telah berubsh Kemampusn melakukan Penyesuaian terhadap perubal han yang besar dari litas (survivability) lingkungan mm 1999), telah memperkenalkan SEs id, P and Scholes, J ( 9 5 heal Pies dalam mengevaluasi produk Pengembangan yaitu ji berikut. : = ie. sejauhmana produk dapat memberikan hasil sesuai i ierginan pada situasi yang ideal. = ficiency, sejauhmana penggunaan produk dapat peace ee tis : ae penggunaan sumber-sumber pendukung hi i il sesuai ren 3 sejauhmana produk dapat memberikan hasil si 3, Effectiveness; Dae ingi ada situasi ny s . ens me produk yang dihasilkan memiliki style atau 4 Elegance; sejauhm: ; : enyenangkan. ; _ ae oe yang dihasilkan dapat ea i aM ates Pal pada lingkungan penggu etika dan norma ijelaskan oleh Andreasen, Ad it ian) produk dijelaskan ol Hi i lapun usability Geers ‘ rey dealt VM, Hansen, C.T,, dan Cash, P, seb eerteri : imaan 7 (system acceptability) diilustrasikan pada gam bas bord ut i di bar berik sain Bab 7 | Validasi Penelitian De: Dipindai dengan CamScanner A Mat 4 Sestal dengan a venetian | [fen [, dan Keqinaon pe H 4) Teertornann ssi apat teri aan Dapat teria Tebereinaan sistem ebererimaan paki Kesesualan ME) eterhandalan Gambar 7.3 Keberterimaan Produk Secara Sistemik Pengujian produk pengembangan pendidikan merupakan taba ‘ penting untuk dibahas secara khusus, hal ini disebabkan proj pengembangan akan dapat memberikan manfaat pemecahan mass setelah melalui proses pengujian kepada calon pengguna baik pada terbatas maupun pada skala luas. Pada dasarnya pengujian produk ‘Masih dapat dikelompokkan pada validasi produk pengembangan, Apa, disesuaikan dengan Kerangka ADDIE dapat dikategorikan pada thy development atau implementation atau development dan implementation. Paiz Bab 6 telah dibahas secara singkat pengujian perorangan, elompok kecil dan pengujian lapangan. Pembahasan ketiga kategori terseby, membutuhkan penjelasan secara khusus dan detail. Pengujian produk dapat memberikan informasi tidak hanya dalam aspek kegunaan bagi pengguna akan tetapi dapat memperjchs spesifikasi produk yang dihasilkan. Jika mendesain produk dipandang sebagai suatu keputusan tentang apa yang harus dilakukan dalam memecahkan masalah, spesifikasi produk dapat dipandang sebagt Pengujian produk dapat memberikan informasi tidak hanya dalam aspek kegunaan bagi pengguna akan tetapi dapat memperjelas spesifikasi produk yang dihasilkan, dokumentasi dari apa yang telah diputuskan. Pengujian prod dapat memberikan spesifikasi produk secara detail dan praktis dalam penggunaannya, J) 185 Penelitian Desain dan Pengembs Dipindai dengan CamScanner Menurut Wieringa, RJ, (2014) terdapat empat ens Sait s permasal paras dijawab pada tahap pengujia ( lahan wal 7 berikut ini, Bujlan produk yang dipaparkan pada q a0el75 Permasalahan Pengujian Produk gana Dampak (Produ x Kontels) menghasikan dampal apa? pampak apa yang dihasitkan dari interaks| antara dipitih? pagalmane produk dapat merespons setia . Kinerja apa yang dapat dihasilkan pada p. telah ditentukan? Produk dengan konteks yang p stimulus yang muncul? enggunaan produk dalam konteks yang pertanyaan Trade-off ;(Alternatf Produk x Konteks) menghasilkan dampak apa? + Dampak apa yang diperoleh jika menggunakan produk sedang dikembangkan pada konteks yang telah silk? Ee eee + Bagaimana kinerja produk yang sedang dike : produk Serupa yang telah ada? dikembangkan jika dibandingkan dengan + Bagaimana dampak yang dihasilkan jika men, i Si \ggunakan versi yang berb produk yang cikembangkan patakontetepenguian? nk + Dampak apa yang dihasilkan oleh produk jika dipergunakan pad erneda? 8 pada konteks yang + Apakah yang terjadi jika produk diuji pada konteks yang lebih kecil atau lebih luas? + Apa asumsi yang harus dipergunakan dalam mendesain produk tentang konteks penggunaan produk? Pertanyaan yang sesuai dengan kebutuhan; apakah dampak yang dihasilkan memenuhi standar kebutuhan yang diinginkan? + Apakah perilaku stimulus-respons telsh memenulhi persyaratan kebutuhan secara fungsional? + Apakah kinerja produk telah memenuhi persyaratan kebutuhan secara nnonfungsional? Metode penelitian yang dapat dipergunakan untuk memvalidasi dan menguji produk antara lain sebagai berikut. 1. Pendapat Abli (Expert Opinion). Penilaian abli (expert review) dikenal secara populer sebagai bagian dari validasi konsep produk. 2. Bksperimen Mekanisme Kasus Tunggal (Single-Case Mechanism Experiments). Dick and Carey (2015) menggunakan istilah One- to-One Evaluation. 3. Penelitian Tindakan Teknis (Technical Action Research, TAR). Bab 7 | Validasi Penel Dipindai dengan CamScanner istik (Statistical Di 4, Eksperimen perbedaan secara statistik ( Mag, Experiment). ‘Adapun menurut Tessmer, M., (2005) dan Dick W., Carey 1 % Carey, .0., (2015) validasi dan pengujian preset nt iUga seha evaluasi formatif yang dikenal terdiri dari penil a abi (expert "ie, evaluasi satu persatu (one-to-one evaluation), ge luasi kelompok ; (mall group evaluation), evaluasi ji lapangan (fel test evaluation) Ung pelaksanaan evaluasi tersebut adalah sebagai berikut. Satu Per Satu Gambar 7.4 Urutan Pelaksanaan Validasi dan Pengujian Produk Berdasarkan Gambar 7.4, hasil penilaian ahli dan penilai say per satu dapat dilakukan secara simultan ataupun secara berurutan, Data yang diperoleh digunakan untuk merevisi produk. Selanjutnya pengembang melakukan pengujian pada kelompok kecil. Hasil yay diperoleh pada pengujian ini dipergunakan untuk merevisi produ, selanjutnya dilakukan uji lapangan dalam skala yang lebih luas. lustrasi validasi dan pengujian produk juga digambarkan oleh Tessmer, M., (2005) dalam bentuk Gambar 7.5 berikut ini. { DP 188 Peneltian o Dipindai dengan CamScanner to Tings! we UI} Coba Lapangan Keberterimaan Pengguna DayaTerap, Keberterimaan Organisas| Revisi Kelompok kecit Efektivitas, Kemenarikan, DayaTerap Revisi Penilaian Ahi Materi, Design, kualitas teknis Satuper Satu Rejelasan, Kemenarikan, kesalahan yang kelhatan Revisi Raisin EvaluasiDiet ek Berubah \esalahan yang kelihatan Gambar 7.5 tlustrasi Jenis, Tahapan dan Kedudukan Penilaian Formatif dalam. Proses Validasi dan Pengujian Produk Pada Gambar 7.5 di atas, evaluasi diri terhadap produk oleh pengembang dan tim kecilnya dapat mengavali kegiatan validasi dan pengujan produk. Evaluasi dizi ini difokuskan pada perbaikan kesalahan yang dapat diihat langsung. Dalam konteks ini termasuk juga validitas pewajahan. Hasil evaluasi diri selanjutnya menghasilkan revsi produk untuk dilanjutkan pada tahap penilaian ahli, Pada penilaian abli difokuskan pada aspek konten materi yang akan disampaikan, desain pembelajaran dan desain produk, kualitas teknis secara teoretis. Pada sisi lain peneliti atau pengembang juga dapat salgaken evalu satu per satu dengan fokus pada aspek kejelasan, iegrastian a Kekurangan yang dapat terlihat langsung, Hasil evaluasi i ae akan mendapatkan input dalam merevisi produ. Evaluasi di i Hi Pada tingkatan evaluasi kelompok kecil. Pada evaluasi kelompo! bee Peneliti memfokuskan pada aspek efektivitas atau dampak He Produk, kemenarikan dari perspektif penggun dan a ea et tersebut, Daya terap dalam konteks diindikasikan adalal n Bab 7 | Validasi Penelitian Desain Dipindai dengan CamScanner ini selanjutaya akan digunakan untuk merevisi produk, Pengujig, selanjutnya dilakukan pada level uji lapangan. Pada pengujian lapangan, peneliti fokus dalam hal keberterimaan pengguna secara luas, daya terap dan keberterimaan secara organisasi. Keberterimaan secara organisasj dalam konteks ini diperlukan untuk memastikan bahwa produ yang didesain dan dikembangkan bermanfaat terhadap peningkatan Kinerja sekolah atau institusi pendidikan lainnya. Peningkatan kinerja sekolah dilihat dari aspek luaran (output) dan dampak (outcome), Jika diperhatikan Gambar 7.5 Lebih seksama, pada bagian kiri menjelaskan bahwa resistensi revisi paling rendah ditemukan pada tahap evaluasi diri, sedangkan resistensi revisi paling tinggi ditemukan pada tahap uuji coba lapangan. Pada tahap penilaian ahli produk yang akan dievaluasi masih bersifat kasar dan fokus pada isi dan kejelasan produk. Sedangkan pada pengujian tahap akhir produk sudah semakin halus dan fokus pada keterpakaian dan performa penggunaan produk. Selain itu, pada tahap penilaian abli, terdapat interaksi yang tinggi antara peneliti/pengembang dengan partisipan (dapat juga disebut subjek) penelitian sedangkan pada tahap pengujian lapangan, sebaiknya peneliti berinteraksi sesedikit mungkin dengan partisipan. Transformasi ketiga hal tersebut mulai dari tahap penilaian abli, pengujian satu per satu, pengujian kelompok kecil sampai pada tahap pengujian lapangan diilustrasikan pada Gambar 7.6 berikut ini. Kepraktisan, fleksibilitas, dan kelayakan. Hasil evaluasi kelompok kei | Penilaian SatuPer —Kelompok Uji Ali satu Kecil Lapangan Versi Kasar Versi Halus Interaksi Tinggi Interaksi Rendah \sidan Kejelasan Keterpakaian dan Performa Gambar 7.6 Karakteristik Evaluasi Formatif Validasi dan pengujian produk merupakan evaluasi proses yang berbasis data empiris, Keputusan revisi dilakukan berdasarkan hasil dari pendapat abli dan pengguna (evaluasi satu per satu, kelompok kecil dan uji lapangan). Pada penilaian abli, tidak perlu melakukan triangulasi sumber/ahli, waktu dan metode dalam proses tersebut JP 190 Penelitian Desain dan Pengembangan Key Dipindai dengan CamScanner ini dikarenakan substansi saran -benar abli dalam bidangnya sudah diangpap val ein desain dan Pengembangan. Pada hires ie a M mestukan pengendalian yang, ketat terhadap variabel heheh on eberadaan kelas Kontrol, Jika pengujian lapangan dilakukan sebagai nelitian mandiri dengan menggunakan kaidah-kaidah penta eksperimen, maka prinsip metodologi keilmiahan menjadi penting diperhatikan. Penelitian desain dan pengembangan yang dilakukan di perguruan tinggi dalam konteks penyelesaian tugas akhir, direkomendasikan hanya sampai Kepada penilaian kelompok Kecil. Hal disebabkan pada penilai Japangan akan membutuhkan biaya besar, oleh karena itu membutuhkan penyandang dana yang berminat terhadap produk tersebut dalam kepentingan bisnis atau kepentingan lebih luas lainnya. Jika ingin dilaksanakan juga di perguruan tinggi dapat dilakukan melalui penelitian tersendiri sebagai bagian dari tugas akhir mahasiswa yang berbeda, Perbaikan dari Seseorang yang 1, Penilaian Ahli (Expert Review) Penilaian ahli (expert review) merupakan evaluasi tahap awal yang dilaksanakan di luar tim inti pengembang, Penilaian ahli dilakukan serelah prototipe produk selesai dikerjakan. Penilaian ahli bertujuan untuk mendapatkan masukan atau pendapat secara kepakaran (expertise) tethadap substansi utama produk yang dikembangkan. Substansi tersebut meliputi materi atau konten, desain dan kualitas teknis. Penilaian abli berhubungan dengan tujuan untuk perbaikan apa saja yang terdapat di dalam produk tersebut. Oleh karena itu, penilaian abli disebut juga penilaian intrinsik, di mana manfaat intrinsiknya dapat berguna dalam merevisi produk sebelum dilakukan evaluasi atau pengujian tahap selanjutnya. Informasi yang diperoleh dari penilaian ahli berbeda dengan informasi dari evaluasi satu per satu, pengujian kelompok kecil maupun Pengujian lapangan. Pada tiga pengujian terakhir, informasi didapat dari opini pengguna sedangkan pada penilaian ahli diperoleh opini ahli menurut kepakarannya masing-masing, Abli yang diikutsertakan dalam penilaian ini harus jelas kepakarannya dan jenis keahliannya dan Sesuai dengan kebutuhan pengembang. Kejelasaan tingkat kepakaran dapat dilihat dari latar belakang pendidikan, pengalaman dalam bidang Bab 7 | Validasi Penelitia Dipindai dengan CamScanner yang akan dinilai, pengakuan dari komunitas dan kualitas kary, ee pernah dihasilkan. 8 Prosedur untuk melakukan penilaian abli dapat mengiku yang diilustrasikan pada Gambar 7.7 berikut ini. ur pp 192 Penentuan Tujuan Penifaian i ia a pe Penyusunan. Instrumen Penilaian <——_*| Teknik Penilaian Penentuan Y | Penilaian. Pelaksanaan 1 Instrumentasi Penentuan Abii | -Reduksi Data Informas dar Ah ~ Analisis Inforrmast — Revisi Analisis Data _a Dipindai dengan CamScanner perdasarkan Gambar 7.7, penentuan tujuan penilaian merupakan pertama yang harus dilakukan. Tujuan penilaian dapat dilihat rencana pengembangan yang sudah ditentukan sebelumnya, ia penilaian berkaitan dengan informasi apa yang akan diperoleh aati ahli dan dimensi yang mana pada produk yang menjadi fokus mmbangan. Setelah tujuan penilaian ditentukan, dilanjutkan dengan enyusunan instrumen penilaian. Instrumen penilaian ahli adalah oman wawancara (interview protocols) dan daftar pertanyaan terbuka (open questionaires). Jika peneliti menggunakan instrumen pedoman wawancara, maka teknik penilaian adalah melalui wawancara mendalam (indeep interview). Adapun jika peneliti menggunakan daftar pertanyaan terbuka maka teknik penilaiannya adalah teknik pemberian angket (qestionaires). Teknik wawancara mendalam merupakan teknik yang paling baik dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Di samping itu, teknik wawancara mendalam, memberikan peluang kepada peneliti dan abli berinteraksi langsung. Teknik ini memungkinkan peneliti mengajukan pertanyaan atau berdiskusi lebih detail dan mendalam tentang aspek yang divalidasi. Jika jarak atau tempat peneliti dengan ahli berjauhan dapat dilakukan dengan mengirim daftar pertanyaan terbuka kepada ahli, tentu teknik ini membutuhkan waktu yang relatif lama. Saat ini dengan bantuan teknologi komunikasi telah memungkinkan peneliti untuk berdiskusi atau berinteraksi langsung secara face to face dengan abli walaupun jaraknya berjauhan. Penentuan siapa ahli yang diikutsertakan dalam penelitian desain dan pengembangan merupakan langkah penting yang harus dilakukan. Karakteristik, tingkat kepakaran dan kebiasaan ahli menentukan warna produk yang akan dihasilkan. Adapun ahli yang potensial terlihat dalam penilaian ini adalah a. bli bidang ilmu (Subject Matter Expert, SME); b. abli desain pembelajaran (Instructional Design Expert, IDE); © ahli pembelajaran (Teaching Expert, TE), seperti guru senior yang sangat profesional; 4. ahli produksi (Production Expert, PE), seperti ahli multimedia, ahli game, ahli desain grafis dan lain-lain; ©. ahli bidang lainnya (others expert), seperti ahli bahasa, ahli estetika dan lain-lainnya. an 193 Bab 7 | Validasi Penelitian ~ Dipindai dengan CamScanner imnya dapat juga melakukan penilaja, = sebagai seorang ahli dengan Prose Penilaian 10! dikenal dengan nam, .“" seperti a Sms penilaian oleh ahli dapat dla evaluation (@ val (seorang ali) atau dlapat juga dilakukan secara secara i ahli), Peneliti harus mampu membangun komunitas Cae sina ahli agar diperoleh masukan yang konstrug yang balk denen Maan laksanakan,penelitperlu mene. Sebelum proses Po ang telah dirancang Kepada abl. Pej, it »ngembangé ad ss ‘ ween pengembangan juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam tahapan introduksi kepada ahli. Agenda pengembangan beser, jadwalnya juga perlu disampaikan, agar ahli dapat bekerja dengan tepat waktu. Penjelasan-penjelasan tersebut sangat membantu mempercep kerja ahli dalam menilai dan juga dapat menghindari perbedaay persepsi antara peneliti dengan ahli terhadap produk yang sedang dievaluasi. Apabila peneliti ‘melibatkan abli tertentu sebanyak dua orang, dan mereka saling erbeda pendapatdalan menila,makapenl mempergunakan prinsip opini kedua (second opinion principles). Prinip agai pereview tambahan. Akan teta, ini melibatkan pihak ketiga seb: \ jika keduaahlitersebut sangat berbeda elas tingkat kepakarannya, maka peneliti harus memilihabli yang tingkat kepakarannya lebih tinggi, dan tidak perlu mencari pendapat ketiga. Secara empiris sering kali ditemukan fakta ahli yang tidak memberikan komentar yang berarti dalam proses perbaikan produk yang dikembangkan, Jika hal itu terjadi, maka peneliti harus mencar ahlilain yang dapat memberikan masukan konstruktif untuk perbaikan produk. Minimaya komentar atau masukan dari ahli berarti pene sedang tidak mendapatkan data penelitian yang memadai. Hal in! akan menjadi sulit bagi peneliti untuk mendiskusikan aspek proses pengembangan yang sedang dilakukan. Pada sisi Jain, juga ditemukaa adanya saran ahli yang terlalu banyak dan tidak mungkin semuanj? dapat diterima oleh peneliti guna revisi produk, maka peneliti dapat memilih saran atau masukan yang sangat substantif saja. Pemilihan harus didasarkan atas pertimbangan saintifik. Pembahasan menerii™ menolak dan menangguhkan saran yang diberikan oleh abli menjadi kajian yang menarik dalam penelitian ini. Pengemban} terhadap produ! > 194 Penelitian Desain dan Penge Dipindai dengan CamScanner Hasil interview ataupun komentar tertuli i ahli didokumentasikan dengan baik, lalu dianalisis ee ent sama dengan tim pengembang. Sel ng harus direvisi? Siapa yang ak parus dilakukan? Pertanyaan-pe: lanjutnya muncul Pertanyaan, apa ‘an merevisi? Kapan revisi tersebut Ttanyaan tersebut akan terjawab pada saat penentuan tugas masing-masing Pengembang dan jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian desain dan pengembangan. Proses reduksi data dari ahli penting dilakukan untuk menentukan prioritas dan bobot aspek yang perlu direvisi. Kadang-kadang ditemukan adanya komentar atau jawaban ahli yang tidak berhubungan dengan tindakan koreksi yang harus dilakukan. Oleh karena itu, proses reduksi data dibutuhkan. Data yang telah direduksi menjadi substansi korektif potensial, didiskusikan dengan tim pengembangan agar dapat dilakukan tindakan perbaikan secara tepat, Selanjutnya peneliti bersama timnya melakukan perbaikan atau revisi terhadap produk yang sedang dikembangkan, hasil revisi tersebut dikonfirmasi kembali kepada ahli, Konfrmasi ini perlu dilakukan untuk menghindari adanya perbedaan persepsi yang kontras antara peneliti dengan ahli. Pada saat mengonfirmasi koreksi tahap pertama, peneliti dapat saja mengajukan pertanyaan tambahan yang bersifat memperkuat atau memperluas aspek yang ingin dimintai pendapat dari ahli. Proses berulang-ulang seperti ini merupakan penerapan teknik Delphi. Pertanyaan terakhir yang diajukan kepada ahli merupakan pertanyaan yang memastikan apakah produk yang dikembangkan tersebut telah layak atau belum layak. Jika abli telah menyatakan layak, maka penilaian ahli telah selesai. 2. Evaluasi Satu Per Satu (One-To-One Evaluation) Evaluasi satu per satu dilaksanakan dengan melibatkan seorang partisipan atau siswa dengan seorang peneliti. Mereka berpasangan satu-satu. Peneliti dan partisipan dapat berinteraksi secara intensif selama proses evaluasi. Interaksi ini berguna untuk mendapatkan informasi berhubungan dengan aspek intrinsik produk dan juga aspek dampak penggunaan produk. Aspek intrinsik yang dimaksud meliputi kejelasan, kemudahan menggunakan n , dan juga kelengkapan unsur dalam pro dampak produk berkaitan dengan pe Bab 7 | Validasi Penelit Dipindai dengan CamScanner terhadap produk. Peneliti atau Pee i dey 3 partisipan dan juga mengamati dengan seks: ca ana su menggunakan produk pembelajaran yang Me ' ig Kenan Peneliti dapat mengetahui kesulitan apa ok alas cal es Peng saat menggunakan produk, atau masih adal ae my ; Meng pengguna kebingungan dalam proses penggu! r ersebyp Evaluasi ini dilakukan berulang Cee ithe ata pengguna yang berbeda. Seberapa banyakka i sy Peneliia harus dilibatkan?, sangat tergantung pada a asi eberag, karakteristik pengguna yang telah ditentukan. Karakteristik Peng yang dimaksud meliputi See aT HEticke oe kepribadian. Partisipan yang terlibat minimal erjum! ? h tiga org dengan gradasi karakteristik yang beragam seperti yang diilustr sik pada Gambar 7.8 berikut ini. Partisipan 1 Partisipan 2 Partisipan 3 Pengetahuan Keterampilan Minat f Bakat Kemenarikan Kepribadian } Aspek Lain | Gambar 7.8 Gradasi Karakteristik Partisipan Partisipan peneliti atau calon pengguna dipilih berdasarkan kriess yang telah ditentukan sebelumnya. Setiap model dan produk yang dikembangkan memiliki kekhususan pengguna. Apabila peneliti dap memperluas cakupan karakteristik pengguna, maka hasil peneliiae dapat digeneralisasikan dalam konteks yang lebih Iuas. Secara unut prosedur pengujian kelompok kecil identik dengan prosedur pent ahli. Perbedaan mendasar yang ditemukan adalah pada saat mengait Pertanyaan terakhir, Pada penilaian satu per satu pertanyaan tet Dh 196 Dipindai dengan CamScanner diberikan kepada subjek untuk memastikan bahw. jek ti i e ‘a subj ear kesulitan prosedural dalam Menggunakan pti tne Penentuan Tujuan Pengujian Penyusunan Penentuan, ge Instrumen Pengujian Teknik Pengujian Instrumentasi Penentuan Subjek Pengguna Pelaksanaan Pengujian. ' Reduksi Data Analisis Informasi Informasi Subjek Revisi Analisis Data Melakukan Revisi Produk : : Melakukan -Konfirmasi Revisi | Gambar 7.9 Prosedur Penilaian Satu Per Satu Bab 7 | Validasi Penelitian Desain dan Pent Dipindai dengan CamScanner Menurut Dick,W., Carey, dan Carey, J.0., (2015) terdapat tg, kriteria utama dalam mengambil keputusan tindakan perbaikan prog, pada evaluasi ini adalah sebagai berikut. a. Kejelasan; Apakah materi atau pesan yang disampaikan sudah je, bagi pengguna? b. Dampak; Apakah pengguna memperlihatkan dampak penggunaey dalam bentuk sikap belajar, persepsi terhadap produk day, pembelajaran, pencapaian hasil sesuai dengan tujuan pengembangs, produk. c. Kelayakan; Bagaimanakah kelayakan penggunaan produ tersebut berdasarkan ketersediaan waktu yang ada dan konteks pembelajarannya? Pencapaian tujuan evaluasi pada aspek intrinsik meliputi kejelasan, kemudahan menggunakan produk, urutan penggunaan dan prosedur penggunaan produk dapat dilakukan dengan mempergunakan metode penelitian tindakan teknis (Technical Action Research, TAR). Penelitian tindakan teknis dalam rangka memvalidasi produk dilakukan dalam aspek praktikalitas. Prinsip-prinsip dasar penelitian tindakan dijadikan acuan dalam melaksanakannya. Perbaikan tindakan yang dilakukan antarsiklus merupakan proses yang penting untuk pendapatkan aspek praktis yang memenuhi unsur keterpakaian, kemudahan penggunaan, efisien secara prosedural, mengandung hanjz sedikit kesalahan, dan dapat diterima oleh pengguna. Pada umumnja penelitian tindakan diawali dari persoalan praktis yang ditemui baik¢i dalam kelas, sekolah mapun wilayah kerja kependidikan lainnya. Pads penelitian tindakan teknis ini didasari oleh adanya produk yang akan diperbaiki prosedur penggunaannya agar sesuai dengan kebutuhan pengguna. Penelitian tindakan teknis merupakan penelitian kasus tunggil (singe-case studies), karena setiap individual partisipan dengan keunikan karakteristiknya, menggunakan produk untuk diujicobakan secaré menyeluruh. Dalam konteks ini pengembang memiliki tiga peat penting (Wieringa, R. J., and Morali, A, 2012) yaitu sebagai berikut a. Peneliti teknis. Pengembang merancang suatu perlakuan yaié dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah. Pengembans 198 Dipindai dengan CamScanner er alam hal ini mendesain prosedur yang akan diikuti dalam mempergunakan produk secara teknis. penliti empiris. Pengembang mencari data atau informasi ang berkaitan dengan akurasi prosedur yang telah didesain sebelumnya. Akurasi dalam konteks penggunaan yang sesuai dengan karakteristik pengguna. = penolong. Pengembang membantu pengguna agar dapat mmenggunakan produk sesuai dengan standar prosedur yang sudah dirancang dan diujicobakan pada penelitian empiris di atas. Informasi ini penting untuk mendapatkan batas teknis prosedural yang sesuai dengan karakteristik pengguna. Penelitian tindakan praktis memerlukan pertimbangan dalam gemilih pengguna, teknik sampling, perlakukan dan pengukuran. engguna (client) atau partisipan yang dipilih adalah orang yang akan menggunakan produk dengan berbagai karakteristiknya. Karakteristik yang dimaksud merepresentasikan karakteristik populasi pengguna tetsebut berada. Pada pengembangan multimedia pembelajaran, alat peraga, bahan ajar, atau Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), pengguna yang dimaksud adalah siswa, guru, atau tenaga kependidikan hhinnya. Karateristik sekolah atau tingkat satuan pendidikan menjadi larakteristik populasi yang menjadi pertimbangan untuk perluasan calon pengguna dengan jumlah yang lebih banyak. Karakteristik populasi menjadi penting dipertimbangkan karena berhubungan dengan kebijakan dan komitmen untuk menggunakan produk pengembangan sebagai bagian dari perubahan organisasinya. Penentuan pengguna juga mempertimbangkan informasi apa yang akan diperoleh oleh pengembang. Informasi yang dimaksud adalah tentang arsitektur produk, penjelasan rasional tentang produk dan kemampuan analogi pada konteks yang lebih luas. Informasi tentang konstruksi produk membutuhkan pertimbangan sebagai berikut. 4 Analisis. Pengembang perlu mendapatkan informasi tentang karakteristik organisasi untuk menjadi masukan pada level atau bagian yang mana organisasi tersebut yang akan menggunakan produk. Setiap level organisasi memiliki karakteristiknya masing- masing, misalnya dalam komunitas pendidikan, level atau Bab 7 | Validasi Penelitian Desain dan Pengemi Dipindai dengan CamScanner = baglan yang dimaksud adalah Kelompok Kerja Guru (kg Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP),kepala sekolah, kepala Sekolah wali muri, guru bang stud siwaatay yet tua, b. Variasi. Setelah pengembang mendapatkan informasi dari a tahap analisis di atas, pengembang perlu memastikan akg konstruksi atau arsitektur produk cukup luwes digunakan Pady level karakteristik organisasi pengguna tersebut, _Abstraksi. Pengembang juga perlu mendapatkan informasiapatah produk tersebut tetap dapat dipergunakan pada karateristik Yan, tidak disebutkan dalam tahap analisis dan variasi. Hal ini dapat sj terjadi sebagai dampak dari baiknya kerangka konseptual produ yang telah dirancang. Informasi tentang penjelasan rasional produk membutuhkan pertimbangan sebagai berikut. a, Tujuan. Pengembang mencari informasi tentang tujuan sesungguhnya dari pengguna utama. b. Motivasi. Setelah mendapatkan informasi tentang tujuan sesungguhnya, pengembang perlu mendapatkan informasi motivas lebih lanjut oleh penggunaan produk. Informasi tentang analogi dalam penggunaan produk membutuhkan pertimbangan sebagai berikut. a. Predikat Populasi. Pengembang mencari informasi sejauhmana Prototipe produk dapat memenuhi kebutuhan organisasi kependidikan secara luas. Pada bagian mana dari produk yang masih dapat dipergunakan pada organisasi kependidikan yang berbeda karakteristiknya, b. Ambiguitas. Pengembang mencari informasi tentang apakah prototipe produk dapat dipergunakan oleh komunitas organisasi kependidikan lainnya. Bagaimanakah analogi yang dipergunakan untuk generalisasi penggunaan produk. > 200. Penelitian Desain dan Pengembangan k Dipindai dengan CamScanner ‘Mendesain Prosedur Penggunaan ‘Memperbaiki Prosedur Penggunaan ‘Membantu Pengguna dalam. Menggunakan Produk Menghasilkan Prosedur Penggunaan. Produk Gambar 7.10 Tahapan Penelitian Tindakan Praktis Secara teknis penelitian tindakan praktis dapat dilaksanakan pada empat tahap, yaitu 1) mendesain prosedur penggunaan produk, 2) memperbaiki prosedur penggunaan produk, 3) membantu pengguna ‘untuk menggunakan produk, dan 4) menghasilkan prosedur penggunaan produk. Prosedur yang dihasilkan akan menjadi prosedur standar saat mempergunakan produk. Keempat tahapan tersebut mengikuti kaidah penelitian formatif yang bersifat iteratif antartahapan dalam satu siklus dan dapat dilaksanakan pada beberapa siklus, sampai diperolehnya hasil yang diinginkan. Selain penelitian tindakan praktis, terdapat metode yang yang dapat menjadi alternatif dalam melaksanakan evaluasi satu per satu yaitu metode eksperimen kasus tunggal (single-case mechanism experiment). Metode ini bertujuan untuk mengujicobakan produk secara fungsional, apakah bagian-bagian pada konstruksi prototipe dapat bekerja dengan. baik atau tidak, Pengujian ini memastikan bahwa setiap komponen struktur produk dapat beroperasi sesuai dengan fungsinya. Oleh Bab 7 | Validasi Penelitian Desain di Dipindai dengan CamScanner Karena itu, nama lain dar single-ase mechanism experiment adalah fungs,Istilah uji fungsi: melekat pada istlah mechanism, yang ber menguji mekanisme kerja produk agar dapat Bara dengan baik, Pada pengembangan multimedia pembelajaran misalnya, ta), in akan mengujapakah sei bagi atau ment! yang dseigg pada prototipe media dapat berfungsi atau tidak, apal ah antarmeny sinkron atau tidak, apakah antarmenu dapat ersinergl Membentyy mekanisme kerja produkt untuk mencapai tujuan pembelajaran at, tidak, Jika dibandingkan dengan pandangan Dick and Carey (29)5 jenis pengufian ini memiliki kesamaan dengan ujisatu-satu (oe-to.oy evaluation), adapun dalam pandangan abi biologi pengujian ini masy, dalam kategori in-vivo, Sedangkan pengujian statistical difference making experiment masuk dalam Kategori in-vitro. Eksperimentasi ini bersifat mengevaluasi implementasi penggunaan produk, dan menginvestigasi permasalahan yang muncul selam prototipe beroperasi. Evaluasi ini mengobservasi bagaimana produk dapat berinteraski dengan pengguna secara baik pada konteks yang disimulasikan. Di samping itu, pengembang juga dapat merekayasa Kembali struktur komponen prototipe yang ada, atau dengan kata lain jika struktur prototipe diubah apa yang akan terjadi. 3. Evaluasi Kelompok Kecil (Smal! Group Evaluation) Evaluasi kelompok kecil sebagai lanjutan dari evaluasi satu per satu memiliki tujuan yang berbeda dengan evaluasi satu per satu tersebut. Pada evaluasi kelompok kecil difokuskan kepada performa partisipan setelah menggunakan produk tersebut. Sedangkan pada evaluasi satu per satu masih menggali informasi prosedural seperti bagaimana proses penggunaan, kesulitan dan hal-hal yang memudahkan dalam penggunaan produk. Pada evaluasi kelompok kecil ini penelit mendapatkan kepastian bahwa partisipan dapat menggunakan produk tanpa kehadiran perancang, karena pada evaluasi satu per satu penggunaan produk didampingi oleh perancang atau peneliti Peneliti dalam melaksanakan evaluasi kelompok kecil hanya berperan sebagai observer dan tidak berinteraksi dengan partisipan, Peneliti hanya akan mengintervensi jika terjadi permasalahan yang sangat setius. Suasana pengujian pada kelompok kecil harus didesain sedemikian DP 202 Penelitian Desain dan Pengembangan Kependidi Dipindai dengan CamScanner ee ar menyerupai kondisi nyata produk tersebut akan digunakan. a quran Jingkungan (environment setting) ini menjadi ciri khas pada Pe jan/evaluasi kelompok kecil. Mendesain proses pengujian di ge anya membuat skenario pengujian, mendesain pengadministrasian is dan merencanakan waktu dan tempat pengujian. Pada saat wel aksanakan kegiatan evaluasi inti yaitu penggunaan produk, peneliti , memulai kegiatan dengan melakukan pretest kepada partisipan. getelah selesai melaksanakan pretest dilanjutkan dengan memberikan yesempatan kepada partisipan untuk menggunakan produk. Selama artisipan menggunakan produk, peneliti melakukan observasi voses penggurizan tersebut dan diakhiri dengan posttest. Perbedaan rma posttest dengan pretest merupakan indikator dampak yang iipeoleh. Oleh Karena jumlah partisipan biasanya berjumlah sedikit fidak dengan maksud menggeneralkan dalam konteks yang lebih luas, maka tidak perlu dianalisis dengan uji beda inferensial (seperti uj), akan tetapi cukup dilihat perbedaan yang terjadi antara kedua hasil pengujian tersebut. Performa partisipan menyangkut aspek efektivitas, sementara itu selama proses penggunaan melalui pengamatan langsung dan interviu terbatas peneliti akan mendapatkan informasi tambahan ainnya dalam bentuk efisiensi, keterpakaian dan kemenarikan. Pada dasarnya ketiga manfaat terakhir menjadi fokus pada penilaian atau evaluasi satu per satu. Interviu terbatas dilakukan setelah kegiatan inti selesai dilaksanakan. Interviu ini bertujuan untuk memperhalus hasil interviu mendalam saat melakukan evaluasi satu per satu dan memastikan revisi terbatas yang bisa dilakukan setelah menganalisis performa yang, dihasilkan. Jika revisi telah selesai dilaksanakan, maka kegiatan evaluasi kelompok kecil telah selesai dan siap dilanjutkan pada tahap evaluasi atau uji lapangan dengan skala yang lebih luas. Prosedur detail tentang bagaimana pelaksanaan evaluasi kelompok kecil dapat dilihat pada Gambar 7.11. Bab 7 | Validasi Penelitian Desain dan Pengembangan Dipindai dengan CamScanner ‘Analisis Tujuan dan Instrumentas! Penyusunan ian Pe | L_tnseumen Ee a mete eS Mendesain Evaluasi + Mendesain Proses Pengujian Penentuan ‘Wendesain’ } cee Partisipan |” |_Lingkungan ‘Melaksanakan Evaluasi Penggunaan pode Pie aee|* ” (perproduke Observasi Proses Interviu Terbatas Revisi Produk t Selesai Gambar 7.11 Prosedur Pelaksanaan Evaluasi Kelompok Kecil 4. Evaluasi Uji Lapangan (Field Test Evaluation) Evaluasi uji lapangan (field test evaluation) merupakan pengujian terakhir yang dilakukan dalam rangkaian penelitian desain dan pengembangan. Pada dasarnya evaluasi bertujuan untuk mengonfirmasi revisi dari evaluasi kelompok kecil, nendapatkan saran perbaikan final dan yang paling utama adalah untuk mengetahui dampak penggunaan produk tersebut. Prosedur pelaksan: i evaluasi kelompok kecil. Perbedaanny dan keberagaman desain evaluasi (e oleh peneliti. Jika penelitian ini dil > 204 Penelitian Desain dan Pengembangan, Dipindai dengan CamScanner F ey rerpisah dari penelitian desain d at mengikuti desain; penelitian yang eae st ie 45m a (quasi-experimental design) atau penelitian eksperii erie : tal design). ‘Akan tetapi, jika masih bagian at aaa ‘at memilih penelitian eksperimen lemah (weak el i Model penelitian eksperimen lemah (weak experi : zak experimental desi arya tidak membutubkan keberadaan kelompok eater in utuhikan randomisasi subjek penelitian dari populasi neha Adapun model desain yang dapat dipergunakan untuk tujuan penguji : peuiniantara lain sebagai erik. set a, The One-Shot Case Study Design Desain ini merupakan desain pengujian eksperimentasi yan; paling sederhana. Pengembang cukup mempergunakan ae kelompok uji dan langsung mengujicobakan penggunaan produk (X, treatment) . Setelah selesai pengujian produk, dilakukan pengamatan (observation) atau pengukuran hasil yang diperoleh. Oleh karena hanya terdiri dari satu kelompok ji, pengembang dapat membanding hasil yang diperoleh dengan data standar penggunaan produk yang ada sebelumnya dengan tujuan dan fungsi yang sama, sebagai pengganti komponen pretest. ° Observation Gambar 7.12 Desain The One-Shot Case Study b. The One-Group Pretest-Posttest Design Desain ini pengembang membutubkan satu kelompok uji, akan fh dahulu melakukan pengukuran, pengujian, atau pengesnatan sebagai pretest yan berhubungan dengan dampak penggunaan produk. Setelah selesai melakukan pretest, lalu pengembang mengujicobakan produik (X, treatment) sesuai dengan prosedur yang telah diperoleh dari tahap Single-Case Mechanism Experiments dan TAR. Setelah pengujian, pengembang melakukan posttest untuk melihat dampak yang dihasilkan dari penggunaan produk. Perbedaan antara pretest ddan posttest menjadi ‘ukuran keberhasilan pengujian. Jenis desain ini paling banyak tetapi pengembang terlebil ‘Bab 7 | Validasi Penelitian Desain dan Pe Dipindai dengan CamScanner 206 Model penelitian eks dasarnya membutuhkan keberadaan kelompok kontrol dan tidtt membutuhkan randomisasi subjek penelitian 4 Adapun model desain yang dapat dipergunak; produk ini antara lain sebagai berikut, nakan untuk pengujian lapangan yang masih menjagj a dipergu! sain dan pengembangan tahap aval bagian proyek penelitian de The One-Group Pretest-Posttest Design PE eel aa alee x oO a. Treatment Posttest Gambar 7.13 Desain The One-Group Pretest-Posttest The Static-Group Comparision Design Desain ini mempergunakan dua kelompok yang ‘telah a, diperlakukan apa adanya dan diperoleh tanpa randomisasi. Kelompy pertama mempergunakan produk hasil pengembangan, de, eelompok kedua tidak mempergunakan produk hasil pengembanga, Tidak dilakukan pretest sebelum mengujicobakan produk. Dama pengujian produk diperoleh dengan membandingkan hasil poste antarkelompok yang ada. The Static-Group Comparision Design x ° Gambar 7.14 Desain The Static-Group Comparision The Static-Group Pretest-Posttest Design Desain ini memiliki kesamaan dengan The Static-Group Comparision Design, kecuali pada jenis desain ini pengembang melakukan pretest pada kedua kelompok sebelum pengujian produk dijalankan. ‘The Static-Group Pretest-Posttest ‘Design Gambar 7.15 Desain The Static-Group Pretest-Posttest ;perimen semi (quasi experimental design) patt Peneltian Desain dan Pengembangan Kependi Dipindai dengan CamScanner rr The Matching-Only Posttest-Only Control Group Design pesain ini membutuhken dua kelompok yang telah dipasangkan febagai Kelompok penelitian. Kedua kelompok tersebut tidak diperoleh secara random dari populasi tertentu. Kelompok pertama mendapatkan perlakuan melalui pengujian produk dan Fejompok kedua berfungsi sebagai kelompok kontrol dengan fidak mendapatkan. pengujian produk, Setelah selesai pengujian da kedua kelompok, dilakukan pengamatan atau pengukuran, Perbedaan hasil yang diperoleh dari pengamatan atau pengukuran merupakan indikator dampak yang dihasilkan dari penggunaan produk. ‘The Matching-Only Posttest-Only Control Group Design elompok Perlakuan Kelompok Kontrol Gambar 7.16 Desain The Matching-Only Posttest-Only Control Group The Matching-Only Pretest-Posttest Control Group Design Desain ini memiliki kesamaan dengan The Matching-Only Posttest-Only Control Group Design, kecuali pada jenis desain ini pengembang melakukan pretest pada kedua kelompok penelitian. The Matching-Only Pretest-Posttest Control Group Design _ Kelompok Perlakuan M ° x ° Kelompok Kontrol DAP e ° Gambar 7.17 Desain The Matching-Only Pretest-Posttest Control Group Model penelitian eksperimen murni (pure experimental design) pada dasanya membutuhkan keberadaan kelompok kontrol dan melakukan randomisasi subjek penelitian dari populasi tertentu. Adapun model desain yang dapat dipergunakan untuk tujuan pengujian produk ini antara lain sebagai berikut. 4. The Randomized Posttest-Only Control Group Design Pada desain penelitian eksperimen lemah dan eksperimen semu, subjek pada setiap kelompok tidak diperoleh secara random. Namun, pada desain jenis ini kedua kelompok penelitian diperol Bab 7 | Validasi Penelitian Desain dan Pengembangan Dipindai dengan CamScanner atu populasi tertentu, Prinsip random penting, untuk dilakukan agar hasil pengujian produk tay digeneralisasikan pada populasi yang lebih luas. Kelompok pertama mendapatkan pengujian produk dan aie sebagai kelompok perlakuan, sedangkan kelompok kel mendapatkan pengujian produk dan dijadikan sebagai kelomy, kontrol. Pengamatan atau pengukuran hanya dilakukan Sete perlakuan selesai. Perbedaan hasil di antara kedua kelom, tersebut merupakan dampak penggunaan produk yang se dang dikembangkan. The Randomized Posttest-Only Control Group Design The Rancamized oot - secara random dari su Kelompok Perlakuan R Kelompok Kontrol R c ° oie Ol a Gambar 7.18 Desain The Randomized Posttest-Only Control Groyp The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design Desain ini memiliki kesamaan dengan The Randomized Posttest-Only Control Group Design kecuali pada jenis desain ini pengembang melakukan pretest pada kedua kelompok penelitian. Kelompok Perlakuan R ° x 0 Kelompok Kontrol Gambar 7.19 Desain The Randomized Pretest-Posttest Control Group Perbedaan desain penelitian eksperimen lemah, semu dan mum dapat dilihat pada Tabel 7.6 berikut ini. Tabel 7.6 Perbedaan Antara Desain Penelitian Eksperimen oman tue [Semu (quasi) _|1 Penelitian Desain dan Pengembangan ke| Dipindai dengan CamScanner F gain eksperimen yang murni lebih baik daripada desain esi yang semu, dan desain eksperimen yang semu lebih baik pad desain eksperimen yang lemah. Kajian ilmiah prosedur dan jul eksperimentast terbaik dapat ditemukan pada desain eksperimen mmurni. Pengambilan keputusan dampak dari hasil pengujian jpg” ini dapat mempergunakan alat bantu statistik deskriptif nn yn statistik inferensial. Ketua jenis statistika tersebut memberikan vformasiefektivitas yang diperoleh dari penggunaan produk pada saat penn Japangan. ‘Bab 7 | Validasi Penelitian Desain da 1 Dipindai dengan CamScanner

Anda mungkin juga menyukai