Pajak Bumi Dan Bangunan
Pajak Bumi Dan Bangunan
Dasar Hukum
▪ UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN
01 ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1985 TENTANG PAJAK
BUMI DAN BANGUNAN
▪ PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 139/PMK.03/2014
TENTANG KLASIFIKASI DAN PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK
02 SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
▪ PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2015
TENTANG TATA CARA PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN MINERAL DAN
03 BATUBARA
▪ PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 42/PJ/2015
TENTANG TATA CARA PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
SEKTOR PERHUTANAN
04 ▪ PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-31/PJ/2014
TENTANG TATA CARA PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
SEKTOR PERKEBUNAN
SUBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)
Memperoleh Memperoleh
manfaat manfaat
atas bangunan atas bumi
Memiliki, Mempunyai
menguasai suatu hak
bangunan atas bumi
Dikenakan
SUBJEK kewajiban WAJIB
PAJAK membayar PAJAK
pajak
OBJEK PBB
PBB 6
NILAI JUAL OBJEK PAJAK TIDAK KENA PAJAK
(NJOPTKP)
NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak
kena pajak
PBB 7
DASAR PENGHITUNGAN
Pasal 6 ayat (3) dan (4)
SERENDAH-RENDAHNYA 20 %
DAN
SETINGGI-TINGGINYA 100 %
PERSENTASE NJKP
DITETAPKAN DENGAN
PERATURAN PEMERINTAH
PENETAPAN BESARNYA
NILAI JUAL KENA PAJAK
(PP No. 25 TAHUN 2002)
PBB 12
FORMULIR
• SPOP = Surat Pemberitahuan Objek Pajak
• SPPT = Surat Pemberitahuan Pajak Terutang
• SKP = Surat Ketetapan Pajak
SKP dikeluarkan apabila :
1. SPOP tidak disampaikan dan telah ditegur secara tertulis
2. Berdasarkan pemeriksaan / keteranga lain, jumlah pajak lebih besar daripada
hitungan SPOP yg disampaikan WP
•SPPT
•SURAT DARI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK TENTANG
•BESARNYA PAJAK TERHUTANG KEPADA WAJIB PAJAK
•STTS
•
PBB-P3
PBB-Perkebunan
bumi dan/atau bangunan yang berada di
01 dalam kawasan yang digunakan untuk
kegiatan usaha perkebunan
PBB-Perhutanan
bumi dan/atau bangunan yang berada di
02 dalam kawasan yang digunakan untuk
kegiatan usaha perhutanan
PBB-Pertambangan
bumi dan/atau bangunan yang berada di
03 dalam kawasan yang digunakan untuk
kegiatan usaha pertambangan
PBB SEKTOR PERKEBUNAN
Sektor Perkebunan adalah objek pajak Pajak Bumi dan Bangunan
yang digunakan untuk pengusahaan tanaman perkebunan dengan
luasan paling sedikit 2 (dua) hektar, termasuk emplasemen.
PENGENAAN PBB PERKEBUNAN
• Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan
Sektor Perkebunan adalah hasil penjumlahan
antara perkalian luas areal perkebunan dengan
NJOP bumi per meter persegi dan perkalian luas
bangunan dengan NJOP bangunan per meter
persegi.
• Nilai tanah merupakan penjumlahan nilai dasar
tanah dan SIT.
STANDAR INVESTASI TANAMAN (SIT) PERKEBUNAN
KEP DJP NO.16/PJ.6/1998
Areal kebun :
Pasal 3
A. Untuk HPHTI
Areal hutan :
NJOP = NJOP tanah + jumlah biaya pembangunan
hutan tanaman industri menurut umur tanaman
B. Untuk HPH, HPHH, IPK, serta ijin sah lain selain HPHTI
Areal produktif :
Pasal 6
Areal produktif :
NJOP = 9,5 x Hasil penjualan minyak dan gas bumi dalam satu
tahun sebelum tahun pajak berjalan
Pasal 7
Areal produktif :
NJOP = 9,5 x Hasil penjualan energi panas bumi/ listrik dalam satu
tahun sebelum tahun pajak berjalan
Pasal 8
Areal produktif :
NJOP = 9,5 x Hasil bersih galian tambang dalam satu tahun sebelum
tahun pajak berjalan
Pasal 9
Areal produktif :
NJOP = Angka kapitalisasi tertentu X hasil bersih galian
tambang dalam setahun sebelum tahun pajak berjalan
Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya didalam atau
diluar wilayah kuasa pertambangan
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian seperlunya