Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PEMERIKSAN CAIRAN OTAK PENDERITA MENINGITIS


TUBERKOLOSIS SECARA MAKROSKOPIS

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Urinalisa dan

Cairan Tubuh Manusia

Dosen Pengampu: Hj. Nurul Qomariyah, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:

Santi Ismatul Aula

P1337434321025

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI


LABORATORIUM MEDIS

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia
dan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok pembuatan
makalah dengan judul “Pemeriksan Cairan Otak Penderita Meningitis Tuberkolosis Secara
Makroskopis” yang disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Urinalisa dan Cairan
Tubuh Manusia semester 3 Program Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis
Poltekkes Semarang.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan tugas makalah tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya. Maka dari itu, pada kesempatan kali ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Hj. Nurul Qomariyah, S.Pd., M.Pd selaku dosen pembimbing dalam menyelesaikan
makalah ini, serta sebagai dosen koor mata kuliah Urinalisa dan Cairan Tubuh Manusia
semester tiga prodi S.Tr TLM yang telah memberikan banyak bantuan, masukan, dan
dukungan terkait penulisan makalah ini.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan tiada henti kepada penulis.
3. Teman-teman prodi S.Tr TLM angkatan 4 yang telah memberikan motivasi dan dukungan
kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini baik dari segi isi dan
penyampaian masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu dengan kerendahan hati, penulis
mohon masukan baik berupa kritikan maupun saran. Akhir kata penulis mengucapkan mohon
maaf apabila terdapat kata-kata dalam penulisan makalah ini yang kurang berkenan. Sekian
dan terima kasih.

01 Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 3
1.3 Tujuan ......................................................................................................................................3
1.4 Manfaat ....................................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................................................5
2.1 Meningitis ................................................................................................................................5
2.2 Cairan Otak/LCS ..................................................................................................................... 6
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................................................8
3.1. Mekanisme Penyakit Meningitis Tuberkulosis Secara Fisiologis dan Patofisiologis .............8
3.2. Prosedur Pemeriksaan Cairan Otak Penderita Meningitis Tuberkolosis Berdasarkan
Pemeriksaan Makroskopis ...................................................................................................................9
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................................. 12
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................................12
4.2 Saran ......................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... iv

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi dari sesuatu yang disebut
meninges, atau selaput yang melindungi sistem saraf pusat tubuh, dimana infeksi dapat
terjadi karena peradangan yang disebabkan oleh virus dan bakteri pada meningen.
Meningitis dapat disebabkan oleh faktor septik, aseptik dan tuberkulosis. Meningitis
tuberkulosis merupakan penyakit disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan
terjadi secara bertahap yang bermula di paru-paru.
Dalam mekanismenya, meningitis tuberkulusis dibedakan secara fisiologis dan
patofisilogis, dimana ditandai dengan terjadinya peningkatan permeabilitas blood brain
barrier (BBB), perubahan aliran darah serebral, peningkatan perlekatan leukosit ke
endotelium kapiler, dan peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS). Meningitis dapat
menyerang kedalam cairan otak. ). Liquor Cerebrospinalis atau yang biasa disingkat LCS
adalah cairan yang menyelimuti susunan syaraf pusat.
Dalam fungsinya LCS berperan sebagai pelindung terhadap otak maupun tulang
belakang. Dalam pemeriksaan cairan otak secara makroskopis harus diperhatikan setiap
prosedur yang ditetapkan, dimana hal tersebut ditujukan untuk mencegah kesalahan
dalam membaca hasil pemeriksaan. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis tertarik
mengangkat kedalam makalah dengan judul “Pemeriksan Cairan Otak Penderita
Meningitis Tuberkolosis Secara Makroskopis”.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana Mekanisme Penyakit Meningitis Tuberkulosis Secara Fisiologis
Dan Patofisiologis ?
1.2.2 Bagaimana prosedur pemeriksaan cairan otak penderita meningitis
tuberkolosis berdasarkan pemeriksan secara makroskopis ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui mekanisme penyakit meningitis tuberkulosis secara fisiologis dan
patofisiologis
1.3.2 Mengetahui prosedur pemeriksaan cairan otak penderita meningitis
tuberkolosis berdasarkan pemeriksan secara makroskopis

3
1.4 Manfaat
1.4.1 Dapat dijadikan pandangan terapan ilmu yang berhubungan dengan
pemeriksaan makroskopis pada penderita meningitis tuberkulosis
1.4.2 Dapat dijadikan bahan pengembangan dalam pemeriksaan makroskopis pada
penderita meningitis tuberkulosis

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Meningitis
Meningitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi dari sesuatu yang
disebut meninges, atau selaput yang melindungi sistem saraf pusat tubuh. Infeksi
dapat terjadi karena peradangan yang disebabkan oleh virus dan bakteri pada
meningen. Dari informasi tersebut, jelas bahwa meningitis merupakan penyakit yang
berbahaya dan menakutkan. Meningitis diketahui dapat merusak saraf, sumsum tulang
belakang, dan bagian otak pada manusia. Menurut (Mann, Keith) Meningitis adalah
peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang
menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat. Pengertian lain juga
menyebutkan bahwa meningitis adalah inflamasi arakhnoid dan pia mater yang
mengenai CSS (Cairan Serebro Spinal). Infeksi menyebar ke subarachnoid dari otak
dan medula spinalis biasanya dari ventrikel.
Meningitis adalah peradangan yang dimulai pada meninges, selaput yang
menutupi otak dan sumsum tulang belakang. Meningitis meningokokus adalah
meningitis menular pada lapisan otak dan sumsum tulang belakang yang dapat
disebabkan oleh beberapa bakteri, virus, atau mikroorganisme lainnya. Jenis yang
sangat serius disebabkan oleh organisme yang disebut meningococcus. Bakteri ini
dapat muncul dalam tubuh manusia tanpa menimbulkan efek atau penyakit, atau
dapat menyebabkan penyakit yang serius. Ketika meningokokus mencapai otak dan
sumsum tulang belakang, terjadi peradangan yang serius atau disebut menigitis.
(Pediatri, Sari)

Gambar 1 Meningitis Tuberkulosis


Sumber: https://bit.ly/3QVVG37

Meningitis adalah inflamasidari meninges (membran yang mengelilingi otak


dan medula spinalis) dan disebabkan oleh organisme bakteri atau jamur. Meningitis
terdiri dari tipe aseptik, septik, dan tuberkukolis. Adapun meningitis tuberkulosis

5
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan terjadi secara bertahap yang
bermula di paru-paru. Bakteri kemudian dapat berpindah ke organ tubuh lain melalui
aliran darah dan masuk ke selaput meninges dan membentuk abses atau kantung
bernanah. Dalam hal ini, dapat diartikan bahwa Meningitis tuberkulosis adalah
penyakit yang berkembang secara perlahan dan bertahap. Ini artinya, kemungkinan
penderita sudah terpapar bakteri sejak lama, tapi gejala-gejala baru akan muncul
beberapa bulan atau tahun kemudian.
2.2 Cairan Otak/LCS
Liquor cerebrum spinalis (LCS) adalah cairan otak yang ada di rongga
subaraknoid serta system ventrikula yang mengelilingi dan berada di dalam otak serta
mendula spinalis. Cairan Serebro Spinal (CSS) ada di ventrikel otak dan sisterna dan
ruang subarachnoid yang mengelilingi otak dan medula spinalis. Seluruh ruangan
berhubungan satu sama lain, dan tekanan cairan diatur pada suatu tingkat yang
konstan. Sebagian besar CSS (dua pertiga atau lebih) diproduksi(disekresi) di pleksus
choroideus ventrikel serebri. Sejumlah kecil dibentuk oleh sel ependim yang
membatasi ventrikel dan membran arakhnoid dan sejumlah kecil terbentuk dari cairan
yang merembes ke ruangan perivaskuler di sekitar pembuluh darah otak (kebocoran
sawar darah otak).

Gambar 2 Cairan LCS


Sumber: https://bit.ly/3Aye7Uw

Liquor Cerebrospinalis atau yang biasa disingkat LCS adalah cairan yang
menyelimuti susunan syaraf pusat (Dewi, Ratih Kartika) Fungsinya adalah sebagai
pelindung terhadap otak maupun tulang belakang. Selain itu juga berfungsi sebagai
pengatur eksitabilitas dengan mengatur komposisi ion, membawa keluar metabolit-
metabolit (karena otak tidak mempunyai pembuluh limpe) dan memberikan
perlindungan terhadap tekanan. Liquour Cerebrospinalis adalah cairan otak yang
diambil melalui lumbal punksi.

6
Cairan otak (LCS) berfungsi dalam mengurangi stres pada otak, untuk
mempertahankan bentuk (mengurangi potensi kerusakan ) dengan bertindak sebagai
bantalan dan peredam kejut), menghilangkan produk limbah dari otak, membantu
sistem saraf pusat bekerja dengan baik (mengurangi iskemia pada jaringan sistem
saraf pusat (SSP) dan menurunkan tekanan intrakranial) untuk menjaga jaringan otak
dan bertindak sebagai bantalan, alat pengangkut untuk mengantarkan nutrisi ke otak,
membuang sisa pembuangan/limbah, mengatur (regulasi) perubahan volume darah
dalam otak.

7
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Mekanisme Penyakit Meningitis Tuberkulosis Secara Fisiologis dan


Patofisiologis

Meningitis terjadi dimulai dengan terjadinya, peningkatan permeabilitas blood


brain barrier (BBB), perubahan aliran darah serebral, peningkatan perlekatan luokosit
ke endotelium kapiler, peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS). Secara
patofisiologis meningitis terjadi sebagai akibat dari penyakit yang menyebar ke organ
dan jaringan tubuh lainnya. Virus atau bakteri menyebar secara hematogen ke selaput
otak, termasuk faringitis, tonsilitis, pneumonia, dan bronkopneumonia (Huynh, Julie)
Organisme luar masuk melalui sel darah pada blood brain barrier, dimana
organisme dapat menyebar melalui pembedahan, abses otak yang pecah, atau
kerusakan pada sistem saraf pusat dan otorrhea atau rhinorrhea yang mengakibatkan
penyakit meningitis akibat fraktur dasar tengkorak, yang ditandai dengan terjadinya
hubungan cairan serebrospinal dengan dunia luar. Akumulasi CSF meningkat,
mengganggu aliran CSF di sekitar otak dan sumsum tulang belakang.
Mikroorganisme memasuki sistem saraf pusat melalui ruang ruang
subarachnoid dan memicu respon inflamasi seperti melalui arachnoid, CSF, dan
ventrikel. Terjadi efek inflamasi yang disebabkan oleh organisme meningokokus yang
mensekresi toksin dan terjadi toksemia, peningkatan suhu tubuh melalui hipotalamus,
menyebabkan hipertermia (Suriadi & Rita Yuliani 2001).
Meningitis umumnya hasil dari penyebaran penyakit organ atau jaringan lain
dalam tubuh. penyebaran virus dan bakteri. Misalnya, hematogen ke mukosa otak
pada faringitis, tonsilitis, pneumonia, bronkopneumonia, dan endokarditis. Bakteri
dan virus juga bisa menyebar secara alami percontinuitatum persisten karena
peradangan organ atau jaringan di dekat membran otak, misalnya, abses otak, otitis
media, mastoiditis, trombosis sinus kavernosus dan sinusitis. Bakteri dapat menyebar
sebagai akibat dari trauma kepala komplikasi dari fraktur terbuka atau operasi otak
(Lewis, 2008).
Invasi bakteri memasuki ruang subarachnoid dan menyebabkan respon
inflamasi di piamater, membran arachnoid, rosacea (cairan serebrospinal), sistem
ventrikel. Pertama, pembuluh meningeal kecil dan menengah hiperemia yang sangat

8
singkat diikuti oleh proliferasi sel darah putih ruang polimorfonuklear ke dalam ruang
subarachnoid di mana eksudat terbentuk, pembentukan limfosit dan histiosit terjadi
dalam beberapa hari dalam beberapa minggu kedua sel plasma.
Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan luar mengandung
leukosit polimorfonuklear dan fibrin, sedangkan lapisan dalam mengandung makrofag.
Proses inflamasi yang berdekatan dengan arteri juga dapat terjadi pada vena dalam
tubuh korteks bertanggung jawab untuk trombosis, infark serebral, dan edema serebral
degenerasi neuron. Organisasi trombosis dan efusi perineural fibrinosupurasi
menyebabkan kelainan kranial. Untuk meningitis cairan serebrospinal yang
disebabkan oleh virus adalah meningitis bakterial (Nur, dkk, 2008).
Menurut (Na’imah Shylma, 2021) secara fisiologis meningitis pada anak-anak
berbeda dengan gejala umum, yaitu :
Fisiologis Umum Fisiologis pada Anak
Sakit kepala Demam
Demam Batuk
Mual dan muntah Mual dan Muntah
Fotofobia (sensitif terhadap cahaya) Tubuh kelelahan
Kebingungan Berat badan menurun
Sering mengantuk Lebih mudah rewel
Nyeri otot

Penurunan kesadaran

3.2. Prosedur Pemeriksaan Cairan Otak Penderita Meningitis Tuberkolosis


Berdasarkan Pemeriksan Secara Makroskopis
3.2.1 Tujuan
Mengetahui cairan LCS secara makroskopis meliputi:warna, kejernihan,
bekuan, pH dan Berat jenis.
3.2.2 Metode
Visual (Manual)
3.2.3 Prinsip
Pada keadaan normal wujud LCS seperti air, dengan membandingkannya
dapat dinilai adanya perubahan pada LCS.
3.2.4 Alat dan Bahan
a. Specimen cairan CLS
b. Tabung reaksi

9
c. Beaker gelas
d. Kertas indikator pH universal
e. Refraktometer Abee
3.2.5 Prosedur Pemeriksaan
a. Tes Warna, Kekeruhan, dan Bekuan
1. Tabung reaksi diisi aquadest secukupnya sebagai pembanding.
2. Contoh bahan diisikan pada tabung reaksi yang sama ukurannya
dengan pembanding.
3. Kedua tabung diletakkan berdekatan dengan latar belakang kertas putih.
4. Bandingkan contoh bahan dengan aquadest.
b. Tes pH
1. Tetesi strip pH dengan spesimen
2. Baca hasilnya
c. Tes Berat Jenis
1. Cairan LCS diteteskan 1-2 tetes pada refraktometer
2. Periksa pada eye piece BJ pada cahaya terang
3.2.6 Interpretasi Hasil
Pada penderita meningitis tuberkulosis ditemui CSF sangat kekuningan
dan kental, glukosa rendah, protein meningkat tajam, neutrofil normal atau
sedikit meningkat, limfosit cukup tinggi. Adapun, hal tersebut didasarkan pada
aspek pemeriksaan makroskopik yang meliputi :
a. Warna
Warna LCS Interpretasi
Jernih Normal
Merah muda Perdarahan trauma akibat pungsi
Merah tua atau coklat Perdarahan subarakhnoid akibat hemolisis dan akan
terlihat jelas sesudah disentrifuge
Hijau atau keabu-abuan Terdapat pus (nanah) respon tubuh terhadap infeksi
yang ditandai dengan cairan protein hasil inflamasi
yang terbentuk dari sel leukosit, cairan jaringan dan
debris.
Coklat Terdapat methemalbumin pd hematoma subdural
kronik

10
Xanthokromia(kekuningan) Pelepasan hemoglobin dari eritrosit yang lisis
(perdarahan intraserebral/subarachnoid); juga
disebabkan oleh kadar protein tinggi (> 200 mg/dl)

b. Wujud dan viskositasnya sebanding air.

Wujud dan viskositas Makna klinis


Jernih Terdapat pada orang sehat, tetapi juga bisa terdapat
pada meningitis luetika, poliomyelitis, dan meningitis
tuberkulosa.
Keruh 1. lekosit 200-500/ul3
2. eritrosit > 400/ml
3. mikroorganisme (bakteri, fungi, amoeba)
4. aspirasi lemak epidural sewaktu dilakukan
pungsi
5. media kontras radiografi.

c. Bekuan pada LCS


a. Normal → tidak terlihat bekuan
b. Bekuan → banyak darah masuk
c. Bekuan → banyaknya fibrinogen yang berubah menjadi fibrin

Disebabkan: trauma pungsi, meningitis supurativa, atau meningitis


tuberkulosa.

LCS yang bercampur darah dalam jumlah banyak pada kedua tabung,
tidak dapat diperiksa karena akan sama hasilnya dengan pemeriksaan dalam
darah, terutama bila ada bekuan merah sebagaimana darah membeku. Adanya
bekuan terlihat berupa kabut putih yang menggumpal karena bekuan terdiri
atas benang fibrin.

11
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Meningitis adalah peradangan yang dimulai pada meninges, selaput yang
menutupi otak dan sumsum tulang belakang, dan dapat disebabkan oleh organisme
bakteri atau jamur salah satunya Mycobacterium tuberculosis dan terjadi secara
bertahap yang bermula di paru-paru. Dimana bakteri berpindah ke organ tubuh lain
melalui aliran darah dan masuk ke Liquour Cerebrospinalis dan membentuk abses
atau kantung bernanah. Dalam pemeriksaan secara makroskopis didapatkan hasil jika
dalam keadaan normal cairan akan berwarna jernih, memiliki viskositas jernih, dan
tidak dijumpai bekuan.

4.2 Saran
4.2.1 Bagi peneliti, diperlukan sikap kehati-hatian dalam melaksankan prosedur
pemeriksaan cairan otak mulai dari pH, warna, kekeruhan, adanya bekuan dan
berat jenis.
4.2.2 Bagi peneliti, lebih teliti dalam memindahkan cairan otak agar tidak tercampur
dengan darah dan menyebabkan adanya bekuan yang ditandai dengan kabut
putih yang menggumpal karena bekuan terdiri atas benang fibrin.
4.2.3 Bagi penulis lain, dapat menambahkan gambar interpretasi hasil atau nilai
normal dan rujukan agar lebih mudah dipahami atau membedakan hasil
pemeriksaan cairan otak secara makroskopis.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mann, K., & Jackson, M. A. (2008). Meningitis. Pediatrics in Review, 29(12), 417–430.
https://doi.org/10.1542/pir.29-12-417
Dewi, R. K., Si, S., & Biomed, M. (n.d.). PEMERIKSAAN LABORATORIUM CAIRAN
SEREBROSPINAL.
Pediatri, S. (2014). Arydina dkk: BMS sebagai indikator meningitis bakteri (Vol. 15, Issue 5).
Huynh, J., Donovan, J., Phu, N. H., Nghia, H. D. T., Thuong, N. T. T., & Thwaites, G. E.
(2022). Tuberculous meningitis: progress and remaining questions. The Lancet
Neurology, 21(5), 450–464. https://doi.org/10.1016/S1474-4422(21)00435-X
Deliran, S. S., Brouwer, M. C., & van de Beek, D. (2022). Intracerebral haemorrhage in
bacterial meningitis. Journal of Infection. https://doi.org/10.1016/J.JINF.2022.06.013
van Soest, T. M., Chekrouni, N., van Sorge, N. M., Brouwer, M. C., & van de Beek, D.
(2022). Bacterial meningitis presenting with a normal cerebrospinal fluid leukocyte
count. Journal of Infection, 84(5), 615–620.
https://doi.org/10.1016/J.JINF.2022.02.029
BAB II_1. (n.d.).

iv

Anda mungkin juga menyukai