Modul Hemos-Review
Modul Hemos-Review
A. Dasar teori
Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran seperti berikut 120 /80 mmHg.120 sistole,
80 disebut diastole. dalam keadaan duduk atau berbaring atau minimal istirahat 15 menit setelah
beraktivitas.
B. Prosedur
a. Pasang manset dengan batas bawah manset 2 - 3 cm dari lipat siku
b. Letakkan stetoskop pada Arteri Brachialis
c. Pompa manset hingga tekanan 150 mmHg untuk wanita dan 180 mmHg untuk laki –
laki.
d. Bukalah katup manset dan tekanan akan turun perlahan dengan kecepatan 2-3
mmHg/detik
e. Bila bunyi duk ..duk.. pertama terdengar ,catat sebagai tekanan sistole.
f. Bunyi duk..duk..terakhir yang masih terdengar catat sebagai tekanan diastole
C. Intepretasi
Pria : 80-90/120-140 mmHg
Wanita : 70-90/ 110-120 mmHg
RUMPLE LEED
A. Prinsip
Dilakukan pengukuran darah untuk mengetahui tekanan darah antara sisitole dan diastole, untuk
kemudian ditahan selama 5 menit dengan menahan pada tekanan darah antara sistole dan diastole
selama 5 menit untuk diamati adanya petechia dan untuk mengetahui kelainan vaskuler, dan
ketahanan kapiler.
B. Intepretasi Hasil
hasil ( - ) negatif petechiae < 5 per 2,5 x2,5 cm
a. < 10 : Normal ( Negatif)
b. 10 - 20 : Dubia ( Ragu – ragu )
c. > 20 : Abnormal ( Positif )
C. Cara Kerja
a. Pasang manset tensimeter pada lengan
b. Tentukan tekanan systole dan diastole
c. Tahan tekanan manset ditengah antara tekanan systole dan diastole selama 5 menit
d. Lepaskan manset
e. Periksa kulit daerah volar lengan bawah dan menghitung petechiae.
D. Faktor yang mempengaruhi Rumple leede test (Arifin,2012) :
a. Perempuan yang menstruasi
b. Post menstrual dengan sedikit hormone
c. Kulit rusak karena akan meningkatkan kerapuhan kapiler.
CLOTTING TIME
A. Prinsip
1. Metode Slide
Massa bekuan darah diukur mulai dari darah keluar saat saat penusukan dengan lancet, hingga
terbentuknya benang fibrin pada tetesan kedua di object glass dan ditujukan untuk mengetahui
adanya gangguan koagulasi
2. Lee & White
Bekuan darah diukur saat darah keluar dalam bevel hingga terbentuknya benang fibrin pada
tabung keempat pada penangas air yang diukur setiap 30 detik, untuk kemudian diukur reratanya.
B. Cara Kerja
1. Metode Slide
A. Prinsip
1. Metode Rees Ecker
Darah diencerkan dengan larutan yg mengandung BCB yg akan mengecat trombosit menjadi
berwarna agak biru muda, kemudian dihitung pada bilik hitung.
2. Metode Barbara
Darah dibuat SADT kemudian diwarnai dengan giemsa, Kemudian diamati pada perbesaran 100x
bantuan imersi. Jumlah sel trombosit ditentukan dengan mengalikan faktor perhitungan. `(20.000)
B. Prosedur Rees Ecker
1. Siaplah cairan Rees Ecker ke dalam pipet erytrosit sampai garis tanda 1 dan buanglah
lagi cairan itu.
2. Isaplah darah sampai garis tanda 0,5 dan cairan Rees Ecker sampai 101. Homogenkan,
dan buang 5 tetes
3. Teteskan pada kamar hitung
4. Biarkan kamar hitung yang telah diisi dengan sikap datar dalam cawan petri yang
tertutup selama 10 menit agar trombosit mengendap.
5. Hitunglah semua trombosit dalam seluruh bidang besar di tengah- tengah ( Bidang
Eritrosit) memakai lensa obyektif besar, perbesaran 40x
Jumlah Kotak =25 kotak sedang atau 400 kotak kecil (25 x 16 )
= Faktor Pengenceran x N
Jumlah kotak x (P x L x T)
= 200 x N
25 x ( 1/5x 1/5 x 1/10 ) = 2.000 N
Intepretasi Hasil
a. Rees Fonio: 200.000-500.000
b. Barbara Brown : 140.000 – 400.000 sel / ul
c.
TROMBOSIT TIDAK LANGSUNG
(
A. Prinsip
Darah kapiler ditambahkan dengan larutan MgSO4 14% kemudian dibuat apusan darah dan
dicat dengan pewarna giemsa. Jumlah trommbosit dihitung per1000 eritrosit
B. Prosedur Fonio
1. Bersihkan ujung jari dengan alkohol dan biarkan kering lagi.
2. Taruhlah di atas ujung jari tersebut setetes besar larutan magnesium sulfat 14%.
3. Tusuklah ujung jari dengan lanset melalui tetesan lart. magnesium sulfat tersebut.
4. Setelah jumlah darah keluar kurang lebih 1/4 jumlah larutan magnesium sulfat,
campurlah darah dengan magnesium sulfat tersebut.
5. Buatlah sedian hapus (dengan pewarnaan Giemsa)
6. Hitung jumlah trombosit yang dilihat bersama dengan 1.000 eritrosit.
Intepretasi Hasil
LP I II III DST TOTAL
ERITROSIT 30 25 A
TROMBOSIT 5 6 B
∑Eristrosit (A)
A. Prinsip
Mengukur lamanya waktu yang dibutuhkan dalam detik untuk pembentukkan fibrin (pendarahan
berlebih) dari plasma sitrat, setelah penambahan tromboplastin jaringan dan ion Ca dalam jumlah
optimal.
B. Cara Kerja
D. Cara Kerja
a. Alat dan bahan disiapkan.
b. Reagensia pt, cacl2, dan sampel dihangatkan pada suhu 37˚C. selama 10 menit
c. Pipet plasma 100 ul, regaen pt 100 ul. Inkubasi 3 menit
d. Reagensia 1 dihomogenisasi lalu dipipet sebanyak 100 μL lalu dimasukkan ke dalam
kuvet, dihomogenkan.
e. Diinkubasi selama 37˚C.
f. Tekan tombol baca, ketika pada layar terlihat tulisan ready maka reagensia 2 yang telah
dihangatkan ditambahkan ke dalam kuvet sebanyak 100μL.
g. Pemeriksaan bahan kontrol dan sampel dilakukan duplo. Hasil yang dilaporkan adalah
nilai rata-rata dari pemeriksaan tersebut.
Nilai Normal : 22 – 27,9 detik
Faktor Yang Memengaruhi APTT
a. Pembekuan sampel darah, sampel darah hemolisis atau berbusa, pengambilan sampel darah
pada jalur intravena (infus heparin).
b. Pasien yang mengkonsumsi kontrasepsi oral,estrogen, kehamilan, obat-obatan yang
mengandung caumarin, heparin, asparaginase, dan naloxone.
c. Sampel terdapat inhibitor
d. Penyimpanan dan stabilitas reagensia dan bahan perlu diperhatikan. Reagensia disimpan
pada suhu 2-8˚C, tidak boleh dibekukan, dihomogenisasi terlebih dahulu sebelum digunakan.
e. Sampel harus dipersiapkan dan dikerjakan pada suhu suhu 22 -24˚C dan diujikan maksimal 2
jam setelah pengambilan sampel.
f. Untuk penundaan pemerikasaan, sampel dapat dibekukan, stabil hingga dua minggu atau
pada suhu -70˚C, stabil sampai enam bulan. Sampel yang dibekukan dapat dicairkan dengan
cepat pada suhu 37˚ C. Sampel tersebut harus dihomogenisasi, digunakan secepatnya dan
tidak boleh dibekukan kembali/ beku ulang.
APTT Memanjang
a. Penyakit-penyakit hati
b. Transfusi masif.
c. Pemberian heparin, dosis heparin diatur sampai APTT mencapai 1,5 - 2,5 kali nilai kontrol.
d. Defisiensi faktor bekuan selain faktor VII.
Memendek
a. Reaksi fase akut perdarahan
b. Penyakit Myeloproliferatif.