Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH HUBUNGAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF

Diajukan untuk memenuhi tugas mata Ilmu Kalam kuliah

Dosen Pengampu: Drs. H. Danial M. Noer, M.Pd

Oleh Kelompok II (Dua):

Puji Setiawan
Sri Nursita Mariam Iba
Sherly Amelia Putri

UNIVERSITAS SURYAKANCANA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PRODI EKONOMI SYARIAH

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Cianjur, 3 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN........................................................................................................................3

A. Definisi Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf........................................................................3

1. Ilmu Kalam.........................................................................................................................3

2. Filsafat.................................................................................................................................4

3. Tasawuf...............................................................................................................................4

B. Persamaan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf....................................................................5

C. Perbedaan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf....................................................................6

D. Hubungan antara Ilmu kalam, Filsafat dan Tasawuf..........................................................8

Bab III......................................................................................................................................11

PENUTUP................................................................................................................................11

A. Kesimpulan.......................................................................................................................11

B. Saran..................................................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Kalam lahir setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Diawali


dengan permasalahan pengangkatan khalifah yang selanjutnya setelah
Rasulullah, hingga membahas soal jabr (takdir) yang nantinya di namai
dengan kaum Jabariyyah dan ikhtiyar (free will) yang nantinya di namai
dengan sebutan kaum Qadariyyah. Akhirnya terpecahlah beberapa aliran
yang membahas antara kedua itu dengan dalilnya masing- masing.
Seiring berjalannya waktu semakin banyaklah sekte-sekte Islam
yang mencoba menerangkan tentang Sifat Tuhan dan apapun yang
berehubungan dengan ketuhanan. Namun sekte-sekte ini mempunyai
metodologi yang berbeda, ada yang menggunakan Filsafat secara
mendominasi ada pula yang tidak memberikan kewenangan berfikir dalam
mendalami ilmu kalam ini.
Kajian agama erat hubungannya dengan kajian filosofis, lantaran
agama juga menyangkut fundamental value dan ethnic values, untuk tidak
semata mata bersifat teologis. Hal demikian dapat dimaklumi, lantaran
pendekatan legal-formal dan lebih-lebih lagi pendekatan fiqh jauh lebih
dominan dari pada pendekatan yang lainnya. Baik ilmu kalam,filsafat,
maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran. Ilmu
kalam, dengan metodenya berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan dan
yang berkaitan dengan-Nya. Perbedaannya terletak pada aspek
metodeloginya. Ilmu kalam, ilmu yang menggunakan logika. Pada
dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika ( dialog keagamaan ).
Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk
memperoleh kebenaran rasional. Dan metode yang digunakan adalah
rasional. Ilmu tasawuf adalah ilmu yang menekankan rasa dari pada rasio.
Sebagian pakar mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi,
1
atau ilham, atau inspirasi yang datang dari Tuhan.

1
A. Rumusan Masalah
1. Apa definisi tentang Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf?
2. Dimanakah titik persamaan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf?
3. Dimanakah titik perbedaan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf?
4. Bagaimana Relevansi atau hubungan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan
Tasawuf?

B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi tentang Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf.
2. Dapat Membedakan definisi, objek dan peranan Ilmu Kalam,
Filsafat dan Tasawuf.
3. Dapat mengetahui letak kesamaan antara Ilmu Kalam, Filsafat
dan Tasawuf.
4. Dapat mengetahui letak perbedaan antara Ilmu Kalam, Filsafat
dan Tasawuf.
5. Dapat mengetahui kesinambungan atau relevansi antara Ilmu
kalam, Filsafat dan Tasawuf

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf


1. Ilmu Kalam
Ilmu Kalam adalah Ilmu yang membicarakan bagaimana
menetapkan kepercayaan-kepercayaan keagamaan (agama islam) dengan
bukti-bukti yang yakin. Ilmu Kalam adalah Ilmu yang membahas soal-soal
keimanan yang sering juga disebut Ilmu Aqaid atau Ilmu Ushuluddin. Ilmu
ini adalah salah satu dari empat disiplin keilmuan yang telah tumbuh dan
menjadi bagian dari tradisi kajian tentang agama Islam. Tiga lainnya ialah
disiplin-disiplin keilmuan Fiqh, Tasawuf, dan Falsafah.

Secara etimologi Kalam berarti “kata-kata”. Kata-kata disini di


maksudkan adalah kata-kata (firman) Allah. Jadi ilmu kalam adalah ilmu
yang mempermasalahkan kalam Allah, tetapi ada juga sekelompok orang
yang mengatakan maksud kalam disini adalah kata-kata manusia,
alasannya karena dulu sering terjadi ajang bersilat lidah untuk
mempertahankan persepsi masing-masing, mereka disebut mutakalimin
yaitu orang-orang yang ahli berbicara mengenai ketuhanan yang
berlandaskan kepada kalam Allah. Ilmu Kalam membahas iman dan
akidah dari berbagai aspek dan memaparkan alasan-alasan yang
memperkuat pembahasan tersebut. Ilmu kalam ini merupakan studi
tentang doktrin (akidah) dan iman Islam. Secara sederhana Murtadha
Muthahhari mendefinisikan bahwa ilmu kalam adalah sebuah ilmu yang
mengkaji doktrin-doktrin dasar atau akidah-akidah pokok Islam. Ilmu
kalam mengidentifikasi akidah-akidah pokok dan berupaya membuktikan
keabsahannya dan menjawab keraguan terhadap akidah-akidah pokok
tersebut. karena sebagian besar perdebatan tentang akidah-akidah Islam
berkisar seputar huduts (kemakhlukan, keterciptaan, temporalitas) atau
qidam (keabadian) firman atau kalam Allah, maka disiplin yang

3
membahas akidah utama agama Islam pun mendapat sebutan “ilmu
kalam” (secara harfiah, ilmu firman).

Dari segi bahasa, istilah kalam berarti al-qaul (pembicaraan).


Namun dalam tradisi keilmuan, Wolfson, berpendapat bahwa istilah ini
dipakai sebagai terjemahan kata logos, yakni pikiran yanng terkandung dan
menjadi dasar bagi suatu perkataan, pembicaraan, dan argumen. Pendapat
Wolfson ini sebenarnya telah menggambarkan ajaran dasar Islam tentang
penggunaan pikiran, baik secara badani dan bataini. Jika dalam aspek
malan badani, rumusan berdasarkan pada penggunaan pikiran dan
pemahaman mendalam yang di sebut al-fiqh, dalam aspek batini, argumen
yang digunakan juga berdasar pada pikiran disebut Kalam.

Adapun ilmu ini dinamakan ilmu kalam, disebabkan:

a. Persoalan yang terpenting yang menjadi pembicaraan pada


abad-abad permulaan Hijriah ialah apakah Kalam Allah (al-
Qur’an) itu Qadim atau Hadis. Karena itu keseluruhan ilmu
kalam itu dinamai dengan salah satu bagiannya yang terpenting

b. Dasar ilmu Kalam ialah dalil-dalil fikiran dan pengaruh dalil


fikiran ini tampak jelas dalam pembicaraan para Mutakallimin.
Mereka jarang mempergunakan dalil naqli (al-Qur’an dan
Hadis), kecuali sesudah menetapkan benarnya pokok persoalan
terlebih dahulu berdasarkan dalil-dalil fikiran.

Poin lainnya adalah kenapa disiplin ini mendapat sebutan ilmu kalam dan
kapan sebutan itu diberikan. Sebagian orang mengatakan bahwa sebutan
kalam (secara harfiah, perkataan atau percakapan) diberikan kepada disiplin
ini karena disiplin ilmu ini memberikan tambahan kemampuan berbicara dan
berargumen kepada orang yang menguasainya. Sebagian lagi mengatakan
bahwa penyebabnya adalah karena para pakar di bidang ilmu ini suka
mengawali penuangan fikiran mereka dalam buku-buku mereka dengan
ungkapan al-kalamu fi kazda. Sebagian lain menjelaskan bahwa sebutan
“kalam” diberikan karena disiplin ini membahas topik-topik yang ahli-ahli
hadis lebih memilih sikap diam seribu bahasa.

4
2. Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata yakni
philos dan shopia, philos mempunyai makna “mencintai” dan shopia
mempunyai makna ”kebijaksanaan atau kebenaran”. Secara singkat filsafat
adalah mencintai kebijaksanaan (love of wisdom) dalam kebenaran suatu
ilmu. Filsafat terdiri dari filsafat diskursif (bahtsi) maupun intelek intuitif
(dzawqi).

Filsafat adalah rumusan teoritis terhadap wahyu tersebut bagai


manusia mengenai keberadaan (esensi) sekaligus eksistensi manusia,
Tuhan, dan proses penciptaan alam.

Filsafat berusaha untuk menafsirkan hidup itu sendiri yang menjadi


sebab pokok bagi partikel-partikel itu beserta fungsi-fungsinya. Cakupan
filsafat Islam tidak jauh berbeda dari objek filsafat ini. Hanya dalam
proses pencarian itu Filsafat Islam telah diwarnai oleh nilai-nilai yang
Islami. Kebebasan pola pikirannya pun digantungkan nilai etis yakni
sebuah ketergantungan yang didasarkan pada kebenaran ajaran ialah Islam.
Tujuan mempelajari filsafat Islam ialah mencintai kebenaran dan
kebijaksanaan. Sedangkan manfaat mempelajarinya ialah:

a. Dapat menolong dan menididik, menbangun diri sendiri untuk


berfikir lebih mendalam dan menyadari bahwa Ia mahluk
Tuhan.

b. Dapat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat


dan memecahkan persoalan.

3. Tasawuf
Samsul Munir menuliskan dalam bukunya bahwa tasawuf berasal
dari kata shuf (shad, wawu dan fha) dan di dhomah shadnya, yang
mempunyai arti ”kain bulu domba yang kasar”, alasannya adalah karena
dulu orang-orang sufi selalu menjauhkan diri untuk memakai kain sutra,
karena waktu itu kain domba merupakan simbol kesederhanaan.

Tasawuf juga berasal dari kata Shafa (shad, fha, alif dan hamzah)
5
yang berarti suci, jernih dan bersih, maksudnya mereka mensucikan diri di
hadapan Allah SWT melalui latihan kerohania yang amat dalam yaitu
melatih dirinya untuk menjauhi segala sikap dan sifat yang kotor sehingga
tercapai kesucian dan kebersihan pada hatinya.

Sufisme ( ‫وفية‬GG‫ص‬, sufiyyah) atau tasawuf ( ‫وف‬GG‫تص‬, tasawwuf) adalah


gerakan islam yang mengajarkan ilmu cara menyucikan jiwa, menjernihan
akhlak, membangun lahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagian
yang abadi. Tasawuf adalah ilmu yang mempelajari cara dan jalan
bagaimana seorang Muslim berada sedekat mungkin dengan Allah. Ilmu
tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa daripada rasio. Ilmu tasawuf
bersifat sangat subjektif, yakni sangat berkaitan dengan pengalaman
seseorang. Para sufi mengembangkan suatu cara bagaimana bisa
mendekatkan diri kepada Tuhan. Tujuan yang hendak dicapainya adalah
kebahagiaan, yakni dengan persatuannya dengan Kekasih. Kesengsaraan
yang memilukan bagi mereka bukanlah masuk Neraka, tetapi apabila Tuhan
telah menjauhi dan tidak mau bicara dengan mereka. Objek kajian tasawuf
adalah Tuhan (Al-Haq), yakni upaya-upaya pendekatan terhadap-Nya.

B. Hubungan antara Ilmu kalam, Filsafat dan Tasawuf


Setelah abad ke-6 Hijriah terjadi percampuran antara filsafat dengan
ilmu kalam, sehingga ilmu kalam menelan filsafat secara mentah-mentah dan
dituangkan dalam berbagai bukti dengan mana Ilmu Tauhid. Yaitu
pembahasan problema ilmu kalam dengan menekankan penggunanaan
semantic (logika) Aristoteles sebagai metode, sama dengan metode yang
ditempuh para filosof. Kendatipun Ilmu Kalam tetap menjadikan nash-nash
agama sebagai sumber pokok, tetapi dalam kenyataannya penggunaan dalil
naqli juga tampak pada perbincangan mutakalimin. Atas dasar itulah sejumlah
pakar memasukkan Ilmu Kalam dalam lingkup Filsafat Islam.

Jadi Filsafat Islam bertujuan untuk menyelaraskan antara firman dan


akal, ilmu pengetahuan dengan keyakinan, agama dengan filsafat serta
menunjukkan bahwa akal dan firman tidak bertentangan satu sama lain.
Walaupun orientasinya bersifat religius, namun isu-isu penting dalam filsafat
6
tidak diabaikan, seperti waktu, ruang, materi, kehidupan dan masalah-
kontemporer.

Filsafat Islam dan ilmu kalam sangat kuat pengaruhnya satu sama lain.
Kalam mencuatkan masalah-masalah baru bagi filsafat, dan filsafat membantu
memperluas area, bidang, atau jangkauan kalam, dalam pengertian bahwa
pembahasan tentang banyak masalah filsafat jadi dianggap penting dalam
kalam. Filsafat Islam mengandalkan akal dalam mengkaji objeknya-Allah,
Alam dan Manusia-tanpa terikat dengan pendapat yang ada (pemikiran-
pemikiran yang sama sifatnya, hanya berfungsi sebatas masukan dan relative).
Nash-nash agama hanya sebagai bukti untuk membenarkan hasil temuan akal.
Sebaliknya, ilmu kalam mengambil dalil akidah sebagaimana tertera dalam
wahyu, yang mutlak kebenarannya untuk menguji objeknya – Allah dan sifat-
sifatnya, serta hubungan dengan Allah dengan Alam dan Manusia
sebagaimana tertuang dalam kitab suci – menjadikan filsafat sebagai alat
untuk membenarkan nash agama. Seperti keberadaan Allah, Filsafat Islam
mengawali pembuktiannya dengan argumentasi akal, barulah pembenarannya
diberikan oleh wahyu, sementara ilmu kalam mencari wahyu yang berbicara
tentang keberadaan Allah, baru kemudian didukung oleh argumentasi akal.
Walaupun objek dan metode kedua ilmu ini berbeda, tapi saling melengkapi
dalam memahami Islam dan pembentukan akidah Muslim.

Sedangkan Tasawuf sebagai ilmu yang mempelajari cara dan jalan


untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah terbagi ke dalam dua bagian,
yakni Tasawuf Amali/Akhlaqi dan Tasawuf Falsafi (Ibn Arabi dan Al-Hallaj).
Dari pengelompokkan ini tergambar adanya unsur-unsur filsafat dalam ajaran
tasawuf, seperti logika dalam penjelasan maqomat (al-fana-al-baqa, ittihad,
hulul, wahdat al-wujud).

Tasawuf Falsafi yang biasanya juga disebut dengan irfan yakni secara
teknis diterapkan pada persepsi-persepsi khas yang ditangkap melalui
pemusatan perhatian relung terdalam jiwa dan tidak melalui pengalaman
inderawi dan rasional. Irfan sejati diperoleh semata-mata melalui
keterikatan.

7
Allah dan ketaatan kepada segenap perintah-Nya. Keterikatan tanpa
pengetahuan mustahil adanya, dan pengetahuan ini mesti bersandar pada
sejumlah prinsip filsafat. Penyingkapan dan visi irfan memunculkan masalah-
masalah baru untuk diuraikan dan dikupas tuntas oleh filosof, dan
memperluas cakrawala pandang filsafat. Dalam pemecahan berbagai masalah
dalam ilmu- ilmu kefilsafatan, visi-visi irfan bisa dianggap sebagai
pendamping. Banyak hal yang terbukti secara rasional dalam filsafat,
terungkap pula melalui penglihatan kalbu.

Kajian-kajian Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Al-Ghazali tentang


jiwa dalam pendekatan kefilsafatan ternyata telah banyak memberikan
sumbangan yang sangat berharga bagi kesempurnaan kajian tasawuf dalam
dunia Islam. Pemahaman tentang jiwa dan roh itu pun menjadi hal yang
esensial dalam tasawuf. Kajian-kajian kefilsafatan tentang jiwa dan roh
kemudian banyak dikembangkan dalam tasawuf.

C. Persamaan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf


Ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf mempunyai kemiripan objek kajian.
Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang
berkaitan dengannya, objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan di
samping masalah alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Sementara itu
objek kajian tasawuf adalah tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan
terhadapnya.Jadi, dilihat dari aspek objeknya ketiga ilmu itu membahas
masalah yang berkaitan dengan ketuhanan.

Bagi ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang
sama yaitu kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha
mencari kebenaran tentang Tuhan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat
dengan wataknya sendiri pula, berusaha menghampiri kebenaran, baik tentang
alam maupun manusia (yang belum atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu
pengetahuaan karena berada di luar atau di atas jangkauanya), atau tentang
Tuhan. Sementara itu, tasawuf juga dengan metodenya yang tipikai berusaha
menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan perjalanan spritual menuju
Tuhan.
8
Pada intinya bahwa ilmu kalam, filsafat maupun tasawuf memliki
kesamaan dalam segi bojek kajiannya, yaitu tentang Tuhan dan segala yang
berkaitan dengan-Nya. Namun dalam kajian objek tersebut hanya dibedakan
dalam penamaannya saja. Ilmu kalam dalam objek kajiannya dikenal dengan
sebutan kajian tentang Tuhan, sedangkan dalam filsafat di kenal dengan
sebutan kajian tentang Wujud dan dalam ilmu tasawuf (irfan) dikenal
dengan sebutan kajian tentang Al-Haq. Akan tetapi pada dasarnya ketiga
ilmu tersebut mengkaji kajian tentang Tuhan dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan-Nya.

D. Perbedaan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf


1. Ilmu Kalam

Ilmu Kajian Objek Kajian Metodologi Kajian


Kalam Tuhan Aqli dan Naqli
Filsafat Wujud Aqli (Empiris)
Tasawuf Al-Haq Kasyf (Pengalaman)

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada pembahasan awal, bahwa


table tersebut menjelaskan objek kajian ilmu kalam, filsafat dan tasawuf itu
sama, yaitu kajian tentang Tuhan namun hanya dalam segi penamaannya saja
yang berbeda. Adapun dalam segi perbedaanya jelas bahwa kalam
menggunakan aqli yang diseimbangkan atau diperjelas oleh naqli, sedangkan
filsafat hanya menggunakan aqli (rasional) saja, yaitu melakukan kajian
secara empiris dan menggunakan akal secara prima, dan tasawuf dengan
menggunakan metode rasa (rasio) dan hati (intuisi), dengan menggunakan
pengalaman dengan melakukan tiga proses penting, yaitu takhali
(pengosongan dir dari perbuatan buruk), tahali (penghiasan diri dengan
perbuatan-perbuatan baik) dan tazali (penyucian diri).
Setelah membahas tentang persamaan dari ketiga ilmu tersebut,
yaitu terdapat persamaan dalam objek kajiannya, maka akan ditemukan juga
titik perbedaannya. Perbedaan di antara ilmu tersebut terletak pada aspek
metodologinya. Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika di

9
samping argumentasi-argumentasi naqliah berfungsi untuk mempertahankan
keyakinan ajaran agama, yang sangat tampak nilai-nilai apologinya. Pada
dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika (jadaliah) dikenal juga
dengan istilah dialog keagamaan. Sebagian ilmuwan bahkan mengatakan
bahwa ilmu ini berisi keyakinan-keyakinan kebenaran, praktek dan
pelaksanaan ajaran agama, serta pengalaman keagamaan yang dijelaskan
dengan pendekatan rasional.
Meskipun ilmu kalam merupakan sebuah disiplin ilmu yang
rasional dan logis, namun kalau dilihat adari asas-asas yang dipakai dalam
argumentasinya terdiri dari dua bagian, yaitu; Aqli dan Naqli. Bagian Aqli ini
terbangun dengan dasar pemikiran yang rasional murni, itupun kalau ada
relevansinya dengan Naqli. Karena naqli tersebut adalah untuk menjelaskan
dan menegaskan pertimbangan rasional supaya memperkuat argumen-
argumennya.

2. Ilmu Filsafat

Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk


memperoleh kebenaran rasional. Metode yang digunakannya pun adalah
metode rasional. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara
menuangkan akal budi secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh)
serta universal (mengalam); tidak merasa terikatat oleh apapun, kecuali
oleh ikatan tangannya sendiri yang bernama logika.
Peranan filsafat sebagaimana dikatakan Socrates adalah berpegang
teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan konsep-konsep
(the gaining of conceptual clarity). Murthadha muthahari berkata bahwa
metode filsafat hanya bertumpu pada silogisme (qiyas), argumentasi
rasional (istidal aqli) dan demonstrasi rasional (burhan aqli).

3. Ilmu Tasawuf
Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa dari
pada rasio. Oleh sebab itu, filsafat dan tasawuf sangat distingtif atau
sangat berbeda. `Sebagai sebuah ilmu yang prosesnya diperoleh dari rasa,

10
ilmu tasawuf bersifat subjektif, yakni sangat berkaitan dengan
pengalaman seseorang. Itulah sebabnya, bahasa tasawuf sering tampak
aneh bila dilihat dari aspek rasio. Hal ini karena pengalaman rasa sulit
dibahasan. Pengalaman rasa lebih muda dirasakan langsung oleh orang
yang ingin memperoleh kebenaranya dan mudah digambarkan dengan
bahasa lambang, sehingga sangat interpretable dapat (di interpretasikan
bermacam-macam).

Sebagian pakar mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf adalah


intuisi, atau ilham, atau inspirasi yang datang dari tuhan. Kebenaran yang
dihasilkan ilmu tasawuf dikenal dengan istilah kebenaran hudhuri, yaitu
suatu kebenaran yang objeknya datang dari dalam diri subjek sendiri.
Itulah sebabnya dalam sains dikenal istilah objeknya tidak objektif.

11
12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara etimologi Kalam berarti “kata-kata”. Kata-kata disini di
maksudkan adalah kata-kata (firman) Allah. Jadi ilmu kalam adalah ilmu
yang mempermasalahkan kalam Allah, Filsafat berasal dari bahasa yunani
yang terdiri dari dua kata yakni philos dan shopia, philos mempunyai makna
“mencintai” dan shopia mempunyai makna ”kebijaksanaan atau kebenaran”
Samsul Munir menuliskan dalam bukunya bahwa tasawuf berasal dari kata
shuf (shad, wawu dan fha) dan di dhomah shadnya, yang mempunyai arti
”kain bulu domba yang kasar”, alasannya adalah karena dulu orang-orang
sufi selalu menjauhkan diri untuk memakai kain sutra, karena waktu itu kain
domba merupakan simbol kesederhanaan.

Bagi ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang
sama yaitu kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha
mencari kebenaran tentang Tuhan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan
wataknya sendiri pula, berusaha menghampiri kebenaran, baik tentang alam
maupun manusia (yang belum atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu
pengetahuaan karena berada di luar atau di atas jangkauanya), atau tentang
Tuhan. Sementara itu, tasawuf juga dengan metodenya yang tipikai berusaha
menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan perjalanan spritual menuju
Tuhan.

A. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi ya ng
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, karena keterbatasannya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan makalah
ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Tasawuf. Jakarta: Amzah.

Hasyim Syah Nasution. 2005. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media

Pratama. Murtadha, Muthahari. 2003. Pengantar ilmu-ilmu Islam.

Jakarta: Zahra Pustaka.

Yazdi, Muhammad Taqi Misbah. 2003. Buku Daras Filsafat Islam,


(Terj. Musa Kazim & Saleh Bagir). Bandung:Mizan.

Putra, Andi Eka. 2012. Tasawuf, Ilmu Kalam dan Filsafat Islam
(Suatu tinjauan sejarah tentang hubungan ketinganya). Al-
AdYaN. Vol. VII, No. 2. Juli- Desember 2012.

14
15

Anda mungkin juga menyukai