Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN ANTARA

CV.BORNEO ENGGINEERING KONSULTAN

BAB. II
DATA SURVEY
2.1 Hasil Pengumpulan data sekunder dan primer
Pengumpulan data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dengan menghubungi instansi-


instansi ataupun institusi-institusi yang terkait dengan rencana proyek. Data-
data sekunder yang diperlukan adalah :
a.Peta jaringan drainase
b.Data curah hujan
c.Data Survey Topografi
MACAM
DATA SUMBER DATA KEGUNAAN
DATA
Mengetahui kondisi
Foto Primer DPU Kota
existing saluran
drainase
Badan Mengetahui curah
Data curah Sekunder Meteorologi hujan bulanan
Hujan
dan
Dan Geofisika
maksimum
Mengetahui
Peta Stasiun DPU Kota lokasi
Pencatat Sekunder Tana distribusi
hujan dan Tidung, stasiun hujan
Data hujan BMG dan daerah
pengaliranny
aMengetahui kondisi

Drainase
Drainase secara umum,
Master Plan Sekunder DPU Kota data inventori
Project saluran
drainase

Mengetahui
karakteristik tanah
Lab. Mekanika kaitannya dengan
Data tanah Sekunder kemampuan
Tanah
penyerapan air

Mengetahui kondisi
Data topografi Sekunder DPU Kota
topografi
dengan
elevasinya
Sedangkan berdasarkan fungsinya data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Data Teknis

Adalah data-data yang berhubungan langsung dengan upaya perencanaan


drainase jalan padat karya, seperti data curah hujan, peta topografi, peta tata guna
lahan, peta saluran drainase, data tanah, dan sebagainya.
b. Data Non Teknis

Adalah data-data yang berfungsi sebagai penunjang untuk perencanaan drainase


jalan misalnya data jumlah penduduk di wilayah perencanaan, data industri di
wilayah perencanaan, dan rencana umum tata kota.

Pengumpulan data sekunder meliputi:


a. Penyiapan Peta Topografi skala 1 : 25.000
b. Data koordinat yang akan dipakai sebagai titik referensi dari lokasi
sekitar proyek.

Adapun dari hasil orientasi lapangan, titik referensi yang dapat diperoleh
adalah titik-titik yang sudah diketahui koordinatnya dan tingginya seperti titik
Triangulasi, titik NWP atau titik Dopler atau titik-titik yang telah dipasang
pada studi terdahulu sebagai acuan titi awal dari pengukuran atau titik lainnya
yang disetujui oleh Direksi.
c. Hasil survey

Hasil survey perencanaan pembangunan drainase jalan padat karya


adalah sebagai berikut ;

Peta Jaringan Drainase

Data Curah Hujan

Data debit biasanya pada saluran – saluran kecil yang masuk ke


dalam Kali Tenggang biasanya tidak ada, sebagai gantinya
diperlukan data hujan. Untuk mendapatkan data hujan di peroleh
dai Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG).
Data Survey Topografi

Pengumpulan Data primer

a. Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara mengadakan


peninjauan atau survey lapangan. Peninjauan langsung di lapangan
dilakukan dengan melakukan pengamatan pada hal-hal sebagai
berikut:
o Letak dan kondisi bangunan drainase yang telah ada.

o Tata guna lahan pada daerah sekitar.

o Batas daerah tangkapan air dan luas


total.

o Panjang saluran – saluran cabang dan daerah


tangkapan.

o Kapasitas masing – masing saluran dan pola aliran pada drainase yang
telah ada.
o Permasalahan – permasaahan yang di hadapi oleh penduduk yang
berada di daerah aliraan.
o Genangan yang terjadi akibat hujan lokal dan akibat air pasang pada
daerah pengaliran.
o Kondisi lalu lintas di sekitar.
b. Hasil survey
Hasil survey perencanaan pembangunan drainase jalan padat
karya adalah sebagai berikut ;

Lokasi : Lokasi :
STA : STA :

Kegiatan Pengukuran dan Pemetaan Topografi

2.2 Hasil Kajian Terhadap data survey


1. Membuat kontur saluran drainase

Gambar Kontur perencanaan saluran drainase


2. Data kedalaman curah hujan jangka pendek di bandara ........
Tabel kedalaman curah hujan

3. Intensitas hujan di Bandara ...........


Tabel Intensitas Hujan
4. Harga – harga intensitas hujan untuk berbaagai durasi dan periode ulang
menggunaka metode Distribusi Normal dengan periode ulang 2 tahun
Tabel harga – harga intensitas hujan

ANALISIS DATA

1. Perhitungan harga – harga tiap suku untuk perhitungan tetapan – tetapan dalam
rumus Intensitas curah hujan
Tabel harga – harga tiap suku

2. Menghitung tetapan – tetapan untuk persamaan intensitas hujan untuk


persamaan Talbot :
a = 3580.78

b = 41.13

3. Menghitung Standar Deviasi dari persamaan Intensitas Hujan Talbot


Tabel perbandingan kecocokan rumus intensitas hujan
Deviasi:
Contoh perhitungan untuk durasi 5 menit :
= (4) – (3)
= 77,63 – 212,2 = -134,5

4. Grafik untuk Intensitas Hujan Hasil prediksi Talbot dan data terhadap waktu

5. Mengitung Debit dengan Metode Rasional

Tabel data tata guna lahan


 Untuk menghitung debit di saluran primer 1-2 menggunakan asumsi :

Q = 0.002778 x 0.11 x 15 x 71.44


= 0.33 m3/detik
 Saluran sekunde 5 – 2
Q = 0.002778 x 0.40 x 22.29 x 63.80
= 1.58 m3/detik
 Saluran Primer 2 – 3
A = 15 + 22.29
= 37.29

C = = 0.28

Tc = 9 + 4 = 13
Q = 0.002778 x 0.28 x 66.16 x 37.29
= 1.94 m3/detik
 Saluran sekunder 7 - 3

Q = 0.002778 x 0.11 x 50.34 x 132.40


= 2.04 m3/detik
 Saluran primer 3 – 4
A = 15 + 22.29 + 132.40
= 169.69
C = = 0.15

Tc = 9 + 4 + 5 = 18
Q = 0.002778 x 0.15 x 169.69 x 60.65
= 4.23 m3/detik
 Saluran Sekunder 6 – 4
Q = 0.002778 x 0.25 x 47.42 x 209.64
= 6.90 m3/detik
 Saluran Primer 4
A = 15 + 22.29 + 132.40 + 209.64
= 379.34

C = 0.20

Tc = 9 + 4 + 5 + 5 = 23
Q = 0.00778 x 0.20 x 55.84 x 379.34
= 11.57 m3/detik

Tabel data debit

Hasil perhitungan diatas dapat diringkas secara skematis seperti


pada gambar di bawah ini :
Diagram hasil perhitungan debit dengan metode rasional
6. Menentukan Dimensi Saluran dengan menggunakan rumus Manning
Tipe saluran yang digunakan Beton
 Saluran Primer 1 – 2
Diketahui : Q = 0.33 m3/detik
S = 0.00098
Menentukan tinggi saluran (h)

Q =

0.33=

h = 0.45 m
Menentukan lebar saluran (B)

B =

= 0.52 m
Menentukan luas saluran (A)
A = (b + m . h)x h
= (0.52 + 1 x 0.45) x 0.45
= 0.436 m2

P =

= 0.52 + 2 x 0.45 x

= 1.792 m
R = A/P

= = 0.243
Menentukan kecepatan menggunakan rumus Manning

= 1.392 m/detik
Jadi kecepatan 0.75 > V < 1.5 maka saluran OKE
 Saluran Sekunder 5 – 2
Diketahui : Q = 1.58 m3/detik
S = 0.00034
Menentukan tinggi saluran (h)

Q =

1.58=

h = 1.15 m
Menentukan lebar saluran (B)

B =

= 1.33 m
Menentukan luas saluran (A)
A = (b + m . h)x h
= (1.33 + 1.5 x 1.15) x 1.15
= 3.51 m2
P =

= 1.33 + 2 x 1.15 x

= 5.47 m
R = A/P

= = 0.64

Menentukan kecepatan menggunakan rumus Manning

= 1.26 m/detik
Jadi kecepatan 0.75 > V < 1.5 maka saluran OKE
 Saluran Primer 2 - 3
Diketahui : Q = 1.94 m3/detik
S = 0.0007339
Menentukan tinggi saluran (h)

Q =

1.94=

h = 0.72 m
Menentukan lebar saluran (B)
B =

= 0.83 m

Menentukan luas saluran (A)


A = (b + m . h)x h
= (0.83 + 1.5 x 0.72) x 0.72
= 1.379 m2

P =

= 0.83 + 2 x 0.72 x

= 3.427 m
R = A/P

= = 0.402

Menentukan kecepatan menggunakan rumus Manning

= 1.50 m/detik
Jadi kecepatan 0.75 > V < 1.5 maka saluran OKE
 Saluran sekunder 7 - 3
Diketahui : Q = 2.04 m3/detik
S = 0.00009
Menentukan tinggi saluran (h)

Q =

2.04 =

h = 1.45 m

Menentukan lebar saluran (B)

B =

= 1.67 m
Menentukan luas saluran (A)
A = (b + m . h)x h
= (1.67 + 1.5 x 1.45) x 1.45
= 5.58 m2

P =

= 1.67 + 2 x 1.45 x

= 6.9 m
R = A/P

= = 0.809
Menentukan kecepatan menggunakan rumus Manning

= 0.719 m/detik
Jadi kecepatan 0.75 > V < 1.5 maka saluran OKE
 Saluran primer 3 - 4
Diketahui : Q = 4.23 m3/detik
S = 0.000513
Menentukan tinggi saluran (h)

Q =

4.23=

h =1m

Menentukan lebar saluran (B)

B =

= 1.15 m
Menentukan luas saluran (A)
A = (b + m . h)x h
= (1.15 + 1.5 x 1) x 1
= 2.655 m2

P =

= 1.15 + 2 x 1 x

= 4.76 m
R = A/P

= = 0.677

Menentukan kecepatan menggunakan rumus Manning

= 1.455 m/detik
Jadi kecepatan 0.75 > V < 1.5 maka saluran OKE

 Saluran sekunder 6 - 4
Diketahui : Q = 6.90 m3/detik
S = 0.00009
Menentukan tinggi saluran (h)

Q =

6.90=

h = 2.2 m
Menentukan lebar saluran (B)

B =

= 2.54 m
Menentukan luas saluran (A)
A = (b + m . h)x h
= (2.54 + 1.5 x 2.2) x 2.2
= 12.85 m2

P =

= 2.54 + 2 x 2.2 x

= 10.47 m
R = A/P

= = 1.227

Menentukan kecepatan menggunakan rumus Manning

= 0.87 m/detik
Jadi kecepatan 0.75 > V < 1.5 maka saluran OKE
 Saluran Primer 4
Diketahui : Q = 11.57 m3/detik
S = 0.000269
Menentukan tinggi saluran (h)

Q =

11.57 =

h = 1.4 m

Menentukan lebar saluran (B)

B =

= 1.617 m
Menentukan luas saluran (A)
A = (b + m . h)x h
= (1.617 + 1.5 x 1.4) x 1.4
= 5.2 m2

P =

= 1.617 + 2 x 1.4 x

= 6.66 m
R = A/P
= = 0.781

Menentukan kecepatan menggunakan rumus Manning

= 1.22 m/detik
Jadi kecepatan 0.75 > V < 1.5 maka saluran OKE.
Tabel hasil perhitungan kecepatan saluran

KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan yang telah kami lakukan dalam menentukan, mulai dari
debit, dimensi saluran hingga kecepatan saluran itu melihat dari kontur yang kita
buat. Kemiringan dari setiap saluran berbeda – beda. Dimensi saluran yang
digunakan juga berbeda – beda. Serta kecepatannya tidak melebihi dari kecepatan
ijin.
Perhitungan Debit Banjir

a. Metode Rasional
Metode Rasional merupakan metode yang umum digunakan untuk
memperkirakan besarnya aliran permukaan (runoff). Pada dasarnya
Metoda Rasional menunjukkan hubungan antara intensitas curah hujan (I),
keofisien pengaliran (C) dan luas Catchment area (A). Hubungan ini
ditunjukkan dalam persamaan sebagai berikut.

Q = 0.278 . C . I . A
Dimana:
Q = Jumlah debit maksimum yang mungkin terjadi pada titik
keluaran (outlet) atau titik kumpul (point of concentration),
dalam m3/s.
C = Koefisien pengaliran, nilainya dipengaruhi oleh kondisi
permukaan tanah.
A = Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ditinjau, dalam km2.
I = Intensitas curah hujan, dalam mm/jam.
Harga koefisien pengaliran (runoff coefficient) dan intensitas curah hujan
didasarkan pada studi tentang karakteristik area yang ditinjau seperti tipe
dan kondisi tanah permukaan serta waktu konsentrasi aliran.
b. Batasan-batasan metode rasaional
Hubungan yang ditunjukkan oleh persamaan Rasional akan mendekati
kebenaran jika asumsi-asumsi yang diambil sangat beralasan dan sesuai
dengan kondisis daerah studi. Berikut ini asumsi dasar yang akan
menentukan keakuratan hasil perhitungan metoda Rasional.

Periode ulang aliran permukaan puncak yang dihitung harus sama dengan
periode ulang yang digunakan untuk menentukan dasar curah hujan
rencana.

Aliran permukaan maksimum terjadi pada saat semua bagian dari daerah
tangkapan memberi kontribusi pada aliran permukaan yang terkumpul di
titik outlet.

Intensitas curah hujan adalah konstan selama waktu konsentrasi dan


berlangsung seragam pada semua bagian daerah tangkapan.
Nilai koefisien pengaliran (C) dapat dilihat pada Error: Reference source
not found.

Koefisien aliran permukaan © untuk daerah urban (Schwab, et. Sl


1981)
Macam Daerah Koefisien C
Daerah Perdagangan :        
Pertokoan ( down town) 0.70 - 0.90
Pinggiran       0.50 - 0.70
Pemukiman :        
Perumahan satu keluarga 0.30 - 0.50
perumahan berkelompok, terpisah-pisah 0.40 - 0.60
Perumahan Berkelompok, bersambungan 0.60 - 0.75
Suburan 0.25 - 0.40
Daerah Apartemen       0.50 - 0.70
Industri :        
Daerah Industri Ringan 0.50 - 0.80
Daerah Industri Berat       0.60 - 0.90
Taman Perkebunan       0.10 - 0.25
Taman Bermain       0.20 - 0.35
Daerah setasiun kereta api       0.20 - 0.40
Daerah belum diperbaiki       0.10 - 0.30
Jalan       0.70 - 0.95

Anda mungkin juga menyukai