Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

TEKNIK PENSKORAN , PENGOLAHAN SKOR MENJADI NILAI DAN KONVERSI


NILAI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Evaluasi Pembelajaran
Dosen Pengampu : Drs.Arifin Siregar,.S.Pd. M.Pd dan Nurhudayah,.S.PD,.M.Pd

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3

1.Fetti Sakinah Rangkuti (1203311085)


2.Romaito Sinaga (1203111044)
3.Suhail Anshari (1203311087)
4.Zalma Putri Yani (1201111061)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari
makalah ini adalah teknik Penyusunan dan Teknik Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran..

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran.
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas dari bapak Drs. Arifin Siregar., M. Pd.,
M. Pd dan ibu Nurhudayah., S. Pd., M. Pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi.

Penyusun sadar bahwa dirinya hanya manusia biasa yang pasti mempunyai banyak
kesalahan dan kekurangan. Untuk itu penyusun mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun demi pengembangan makalah ini selanjutnya. Demikian makalah ini kami buat
semogabermanfaat.

Medan, 26 Februari 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI

BAB I .............................................................................................................................................. 4

PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 4

A.LATAR BELAKANG............................................................................................................. 4

B.RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................ 4

C.TUJUAN MATERI DISKUSI................................................................................................. 5

BAB II ............................................................................................................................................ 6

PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 6

A. Pengertian Penskoran,pengolahan skor menjadi nilai dan konversi nilai ............................... 6

B. Teknik Penskoran .................................................................................................................... 8

C. Teknik Pengolahan Skor Menjadi Nilai ............................................................................... 11

D.Teknik Konversi Nilai ........................................................................................................... 14

BAB III......................................................................................................................................... 16

PENUTUP.................................................................................................................................... 16

A. Kesimpulan ............................................................................................................................ 16

B. Saran ...................................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 17


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Telah kita ketahui bahwa tes hasil belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung
bagaimana strategi dan metode yang diterapkan oleh guru. Adakalanya guru menyelenggarakan tes
hasil belajar secara tertulis (tes tertulis), ada juga secara lisan (tes lisan) dan ada juga yang dengan
perbuatan (praktek). Adanya perbedaan penyelenggaraan tes hasil belajar tersebut, sudah barang tentu
menuntut adanya pembedaan pula dalam pemeriksaan hasil-hasilnya (koreksi) dan adanya
pembedaan pula dalam rangka pemberian skor. Untuk mengolah tes hasil belajar, perlu
memperhatikan langkah-langkah dan rumus-rumus yang telah ditetapkan. Agar skor dan nilai yang
diperoleh siswa dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Bentuk kegiatan tindak lanjut dari tes yang telah dilakukan terhadap siswa adalah memberikan
skor pada setiap lembar jawaban siswa. Kegiatan ini harus dilakukan dengan cermat karena menjadi
dasar bagi kegiatan pengolahan hasil tes sampai menjadi nilai prestasi. Sebelum melakukan tes, hal
yang harus disiapkan adalah menyusun teknik pemberian skor (penskoran) dan strategi pemberian skor
sejak perumusan kalimat pada setiap butir soal.
Menurut Zainal Arifin (2006) dalam mengolah data hasil tes, ada empat langkah pokok yang
harus ditempuh. Pertama, menskor, yaitu memberi skor pada hasil tes yang dapat dicapai oleh peserta
didik. Untuk memperoleh skor mentah diperlukan tiga jenis alat bantu, yaitu kunci jawaban, kunci
scoring, dan pedoman konversi. Kedua, mengubah skor mentah menjadi skor standart sesuai dengan
norma tertentu. Ketiga, mengkonversikan skor standart kedalam nilai, baik dalam bentuk huruf
ataupun angka. Keempat, melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas
dan reliabilitas soal, tingkat kesukaran soal, dan daya pembeda.
Pada makalah ini, kita akan mempelajari teknik pemberian skor (penskoran) baik pada domain/
ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik sehingga guru diharapkan memiliki pengetahuan dan
kapabilitas untuk memberi skor pada berbagai soal metode tes.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penskoran, pengolahan skor menjadi nilai dan konversi nilai?
2. Bagaimana Teknik Penskoran?
3. Bagaimana Teknik pengolahan skor menjadi nilai?
4. Bagaimana Teknik konversi nilai?
C. Tujuan Materi Diskusi
1. Untuk mengetahui maksud dari penskoran, pengolahan skor menajadi nilai dan konversi nilai
2. Untuk mengetahui teknik penskoran.
3. Untuk mengetahui Teknik pengolahan skor menjadi nilai
4. Untuk mengetahui bagaimana mengkonversi nilai
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penskoran, pengolahan skor menjadi nilai, dan konversi nilai


1. Penskoran dan Penilaian

Penskoran merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes pekerjaan siswa atau
mahasiswa. Penskoran (skoring) adalah suatu proses pengubahan jawaban-jawaban tes menjadi angka-
angka. Skor adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka bagi
setiap soal tes yang dijawab dengan benar oleh siswa. Skor maksimum tidak selalu tetap, karena
ditentukan berdasarkan atas banyak serta bobot soal-soal tesnya.
Angka-angka hasil penskoran itu kemudian diubah menjadi nilai-nilai melalui suatu proses
pengolahan tertentu. Penggunaan simbol untuk menyatakan nilai-nilai itu ada yang dengan angka,
seperti angka dengan rentangan 0-10, 0-100 atau 0-4 dan ada pula yang dengan huruf A, B, C, D dan
E. Dalam menskor atau menentukan angka, dapat digunakan 3 macam alat bantu yaitu :
1. Pembantu menentukan jawaban yang benar, disebut kunci jawaban
2. Pembantu menyeleksi jawaban yang benar dan yang salah, disebut kunci skoring
3. Pembantu menentukan angka, disebut pedoman penilaian

Cara menskor hasil tes biasanya disesuaikan dengan bentuk soal-soal tes yang dipergunakan,
apakah tes objektif atau tes essay. Untuk soal-soal objektif biasanya setiap jawaban yang benar diberi
skor 1 (satu) dan setiap jawaban yang salah diberi skor 0 (nol). Total skor yang diperoleh dengan
menjumlahkan skor yang diperoleh dari semua soal. Untuk soal-soal essay dalam penskorannya
biasanya digunakan cara memberi bobot kepada setiap soal menurut tingkat kesulitannya atau banyak
sedikitnya unsur yang harus terdapat dalam jawaban yang dianggap paling baik. Misalnya untuk soal
nomor 1 diberi skor maksimum 4, untuk soal nomor 3 diberi skor maksimum 6, untuk soal nomor 5
skor maksimum 10, dan seterusnya.
Penilaian adalah bagian yang sangat penting dalam proses evaluasi. Penilaian hasil belajar
peserta didik yang dilakukan oleh guru selain untuk memantau proses kemajuan dan
perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga sekaligus umpan
balik kepada guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses program
pembelajaran. Namun jika proses penilaian yang dilakukan oleh guru asal-asalan dan tanpa arah yang
jelas, maka pada akhirnya akan menghasilkan informasi tentang hasil pencapaian
pembelajaran peserta didik yang tidak akurat dan tidak sesuai dengan apa yang ada di lapangan.
Nilai adalah angka atau pun huruf yang merupakan hasil ubahan dari skor yang
sudah dijadikan satu dengan skor-skor lainnya, serta disesuaikan pengaturannya dengan
standar tertentu. Skor yang diperoleh dari sebuah tes baru akan bermakna jika ditafsirkan berdasarkan
suatu patokan atau berdasarkan suatu norma. Ini lah yang disebut dengan penilaian.
2. Konversi nilai

Salah satu tugas yang harus diselesaikan oleh guru adalah memberikan penilaian akhir (Nilai
Rapor). Proses pengolahan nilai akhir ini terlihat sangat sederhana cukup kita hitung sesuai dengan
formula yang telah ditetapkan sekolah, selesai. Apalagi didukung dengan mesin pengolahan data yang
canggih (computer). Pengolahan nilai-nilai menjadi nilai akhir seorang siswa dapat dilakukan
dengan mengacu kepada kriteria atau patokan tertentu.
Namun demikian untuk beberapa guru seringkali dihadapkan dengan masalah banyak siswa
yang memperoleh nilai ulangan jelek (dibawah KKM) terutama pelajaran yang sulit seperti
matematika. Memang kewajiban guru untuk menuntaskan nilai dibawah KKM tersebut. Berbagai
macam cara dilakukan dari mengulang pelajaran, mempermudah soal remidi, memberikan tugas,
sampai harus mengkonversi hasil ulangan tersebut. Jeda waktu Ulangan Semester dengan penyerahan
nilai rapor biasanya tidak kurang dari 5 hari, cukup pendek untuk pengolahan nilai, hal ini juga
menjadi kendala bagi guru dalam pengolahan nilai.
Menurut Woodworth (1961) ada dua jenis pedoman yang bisa digunakan untuk
menentukan nilai (mengubah skor menjadi nilai) sebagai hasil evaluasi yaitu: 1. Dengan cara
membandingkan skor yang diperoleh seorang individu (mahasiswa) dengan suatu standar yang
sifatnya mutlak (absolut). 2. Dengan cara membandingkan skor yang diperoleh seorang individu
(mahasiswa) dengan skor yang diperoleh mahasiswa lainnya dalam kelompok tes tersebut.

B. Teknik Penskoran
1. Teknik Penskoran
a. Ranah Kognitif

1) Menentukan skor pada soal Esai


Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat
pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti;
uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. Menentukan skor
dapat dipilih dari beberapa skala pengukuran, misalnya skala 1-4, 1- 10 dan 1-100. Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
a) Sebaiknya jangan memberikan skor nol
b) Mulailah skoring dari angka 1. Semakin tinggi skala pengukuran yang digunakan maka
hasilnya halus dan akurat. Pemberian skor ini berlaku sama untuk semua nomor soal.
c) Setelah menetapkan skor langkah selajutnya adalah menetapkan pembobotan sesuai
dengan tingkat kesukaran soal.
d) Sebaiknya gunakan skala 1-10, misalnya soal yang mudah diberi bobot 2, sedang bobotnya
3, dan soal soal yang sulit bobotnya 5.
2) Menentukan Skor Pada Soal Objektif
Tes Objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif.
Macam-macam tes objektif.
a) Tes Benar-Salah (Tru-False)
Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Statement ada yang benar dan
ada yang salah. Ada dua rumus untuk mencari skor akhir bentuk tes benar-salah yaitu:
(1) Dengan denda
S = R-W
S = skor yang diperoleh
R = jawaban yang benar
W = jawaban yang salah
Contoh: Jumlah soal tes 20 nomor. A menjawab betul 16 nomor dan salah 4 nomor.
Maka skor untuk A adalah: 16 - 4 = 12
(2) Tanpa Denda
Rumus: S = R, dihitung hanya yang benar.
b) Tes Pilihan ganda
Untuk mengelola skor dalam bentuk pilihan ganda ini digunakan dua macam rumus:
(1)Dengan denda

S = skor yang diperoleh


R = jawaban yang betul
W = jawaban yang salah
0 = banyaknya option
1 = bilangan tetap
Contoh: murid menjawab betul 17 soal dari 20 soal dengan menggunakan option 4 pilihan.

(3) Tanpa Denda Rumus: S = R, dihitung hanya yang benar

c) Tes Menjodohkan
Cara mengelola skornya adalah: S = R
S = skor yang diperoleh
R = jawaban yang betul
d) Tes Lisan
Cara mengelola skornya adalah: S = R
S = skor yang diperoleh
R = jawaban yang betul
b. Ranah Psikomotorik

Salah satu instrumen yang sering digunakan untuk menilai hasil belajar keterampilan adalah
rubrik. Teknik pemberian skor dengan rubrik adalah dengan menulis skor pada setiap indikator
kemampuan sesuai dengan yang dapat ditampilkan oleh peserta didik. Kemudian skor di setiap
aspek tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan skor total dari masing-masing peserta didik.
c. Ranah Sikap

Pada hasil belajar afektif, instrumen yang digunakan adalah berupa skala penilaian dan
pedoman pengamatan. Pada umumnya, skala penilaian tersebut menggunakan skala likert dengan
rentangan 3, 4, atau 5 yang kemudian ditafsirkan menggunakan kategori verbal seperti
sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah atau dengan menggunakan sangat baik, baik,
sedang, kurang, dan sangat kurang. Skala likert seringkali dikenal dengan istilah skala lima.
Maksudnya adalah didalam skala likert terdapat 5 opsi jawaban yang digunakan untuk memungkinkan
individu mengungkapkan seberapa besar mereka setuju atau tidak setuju dengan pernyataan tertentu.

C. Teknik Pengubahan skor menjadi nilai

Ada dua pendekatan yang sering di gunakan dalam pengolahan nilai. Pendekatan penilain
Acuan Norma (PAN) dan Pendekatan Penilaian Acuan patokan (PAP). Berikut ini kita akan
membahas mengenai kedua pendekatan ini.
a) Pendekatan Penilaian Acuan Norma

Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa
terhadap hasil belajar siswa lain dalam kelompoknya. PAN adalah membandingkan skor
yang diperoleh peserta didik dengan standar atau norma relatif.11 Karena apabila seorang
siswa yang terjun ke kelompok A termasuk “Hebat”, mungkin jika pindah ke kelompok
lainnya hanya menduduki kualitas “Sedang saja”. Pendekatan penilaian ini dapat dikatakan
sebagai pendekatan “apa adanya” dalam arti bahwa patokan pembanding semata-mata diambil
dari kenyataan-kenyataan yang diperoleh pada saat pengukuran/ penilaian berlangsung, yaitu hasil
belajar siswa yang diukur. PAN tidak dikaitkan sama sekali dengan patokan-patokan yang ada
di luar hasil pengukuran sekelompok siswa.
Penilaian acuan norma adalah menskor nilai peserta didik dengan membandingkan hasil
belajar satu peserta dengan hasil peserta lainnya dalam satu kelompok kelas.14
Penilaian Acuan Normatif (PAN) merupakan pendekatan klasik, karena tampilan
pencapaian hasil belajar siswa pada suatu tes dibandingkan dengan penampilan
siswa lain yang mengikuti tes yang sama. Pengukuran ini digunakan sebagai metode
pengukuran yang menggunakan prinsip belajar kompetitif.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian acuan normatif (PAN)
adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok; nilai-nilai yang
diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa yang lain, yang termasuk dalam kelompok
itu.
Tujuan penilaian acuan norma ini adalah untuk membedakan peserta didik atas
kelompok-kelompok tingkat kemampuan, mulai dari yang terendah sampai dengan yang
tertinggi. Secara ideal, pendistribusian tingkat kemampuan dalam satu kelompok
menggambarkan suatu kurva normal.

b) Pendekatan Penilaian Acuan Patokan

Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Evaluation adalah model
pendekatan penilaian yang mengacu kepada suatu kriteria pencapaian tujuan (TKP) yang telah
ditetapkan sebelumnya. Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah pendekatan penilaian yang
membandingkan hasil pengukuran terhadap mahasiswa dengan patokan "batas lulus" yang
ditetapkan untuk masing-masing bidang mata pelajaran.
Jadi, PAP meneliti apa yang dapat dikerjakan oleh peserta didik dan bukan membandingkan
seorang peserta didik dengan teman sekelasnya, melainkan dengan suatu kriteria atau patokan yang
spesifik. Kriteria yang dimaksud adalah suatu tingkat pengalaman belajar atau sejumlah
kompetensi dasar yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum kegiatan belajar berlangsung.
Misalnya, kriteria yang digunakan 75% atau 80%. Bagi peserta didik yang kemampuannya
dibawah kriteria yang telah ditetapkan dinyatakan tidak berhasil dan harus
mendapatkan remedial.
Tujuan PAP adalah untuk mengukur secara pasti tujuan atau kompetensi yang ditetapkan
sebagai kriteria keberhasilannya. PAP sangat bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas
hasil belajar sebab peserta didik diusahakan untuk mencapai standar yang telah
ditentukan, dan hasil belajar peserta didik dapat diketahui derajat pencapaiannya.
Untuk menentukan batas lulus (passing grade) dengan pendekatan ini, setiap skor peserta didik
dibandingkan dengan skor ideal yang mungkin dicapai oleh peserta didik.

D. Teknik Konversi Nilai

Konversi nilai adalah suatu kegiatan untuk merubah skor mentah yang dicapai peserta
didik kedalam skor standar untuk menetapkan nilai hasil belajar yang diperoleh sesuai dengan KKM.
Rumus yang biasa digunakan guru dalam menentukan nilai peserta didik pada setiap mata

pelajaran, sebagai berikut:


Contoh :
Jika seorang murid diberikan soal ulangan pilihan ganda sebanyak 30 soal. Dari 30 soal
pilihan ganda, peserta didik berhasil memperoleh jawaban benar sebanyak 25 item soal dan 5
item soal jawaban salah. Maka skor mentahnya adalah 25-5 = 20.
Dapat dihitung konversi nilainya sebagai berikut:

Selain memakai cara di atas, guru juga bisa langsung memberikan nilai
berdasarkan banyaknya jawaban benar, tanpa memberi skor terlebih dahulu.
Rumus : yang dipakai untuk perhitungannya sebagai berikut:

Setelah melaksanakan ulangan atau ujian, ternyata setelah dikoreksi nilai peserta didik
kebanyakannya berada di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kalau untuk ulangan
harian dan ulangan tengah semester, mungkin masih ada rentang waktu untuk melaksanakan
program perbaikan atau remedial. Ulangan semester atau ujian sekolah waktunya terlalu
sempit dengan pembagian rapot sehingga tidak memungkinkan terlaksananya program
perbaikannya atau remedial. Teknik untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
mengkonversi nilai ke dalam nilai lain sesuai dengan standar KKM.
Hasil ulangan semester atau ujian sekolah peserta didik yang dibawah KKM dan tidak
memungkinkan untuk melakukan remedial, maka salah satu cara mengatasinya dengan mengkonversi
nilai tersebut. Berikut ini akan penulis paparkan cara mengkonversi nilai yang di bawah standar
KKM Misalnya anak didik diberikan 40 soal pilihan ganda. Setelah dikoreksi didapatkan skor tertinggi
dan skor terendah, misalnya skor tertinggi = 30 dan skor terendah = 10, lalu tentukan berapa
nilai tertinggi dan terendah yang diinginkan, misalnya:
Skor tertinggi = 30 dapat nilai 8
Skor terendah = 10 dapat nilai 6
Rumus yang dipakai adalah
Y = X.a + b
Tentukan dulu nilai a, dengan cara:
Nilai Tertinggi 8 = 30.a + b (30 adalah skor tertinggi)
Nilai Terendah 6 = 10.a + b (10 adalah skor terendah)
2 = 20. A

selanjutnya menentukan b, dengan cara :

(1/10 atau 0,1 adalah a sedang 30 adalah skor tertinggi)


8=3+b
b=8–3
b=5
Sekarang kita tinggal memasukkan kedalam rumus Y= ax + b
Perhitungan nilai konversi dengan rumus di atas adalah:
Y = 0,1 x 30 + 5
Y=3+5
Y= 8
Artinya siswa dengan skor 30 mendapat nilai konversi 8, sedangkan siswa dengan skor yang
terendah mendapat nilai dengan perhitungan sebagai berikut:
Y= 0,1 x 10 + 5
Y=1+5
Y= 6.
Rumus yang sama juga dapat digunakan untuk menghitung skor yang lain, misalkan
skornya 20, dengan rumus Y = ax + b
Y = 0,1 x 20 + 5
Y=2+5
Y=7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penskoran (skoring) adalah suatu proses pengubahan jawaban-jawaban tes menjadi angka-angka.
Sedangkan Skor adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka
bagi setiap soal tes yang dijawab dengan benar oleh siswa Nilai adalah angka atau pun huruf
yang merupakan hasil ubahan dari skor yang sudah dijadikan satu dengan skor-skor lainnya,
serta disesuaikan pengaturannya dengan standar tertentu. Konversi nilai adalah suatu kegiatan
untuk merubah skor mentah yang dicapai peserta didik kedalam skor standar untuk menetapkan
nilai hasil belajar yang diperoleh sesuai dengan KKM.
Dalam teknik penskoran terdapat 3 ranah, yaitu ranah kognitif,ranah psikomotorik dan ranah sikap.
Sedangkan teknik pengubahan skor menjadi nilai ada 2 cara, yaitu Pendekatan Penilaian Acuan
Norma (PAN), dan Pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP).

B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah di atas banyak sekali kesalahan dan jauh dari kata
sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang
dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca mengenai pembahasan dalam kesimpulan di atas. Dari makalah yang disediakan
penulis berharap para pembaca kiranya bisa menambah wawasan dengan makalah yang di sajikan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara


Arifin, Zaenal 2009. Evaluasi Pembelajaran, Bandung : PT. Rosdakarya,
Afandi, Muhamad, Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar, Semarang: Penerbit Unissula Press, 2013.
Alfath, Khairudin., Fajar Fauzi. 2019. TEKNIK PENGOLAHAN HASIL ASESMEN:TEKNIK
PENGOLAHAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ACUAN NORMA (PAN) DAN
PENDEKATAN ACUAN PATOKAN (PAP). Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam. Vol 8. No. 1
Ibrahim., Muslimah. 2021. Tekhnik Pemeriksaan Jawaban, Pemberian Skor, Konversi Nilai dan
Standar Penilaian. Jurnal Al Qiyam. Vol 2. No. 1
Lubis, Wildayansyah, Arifin Siregar. (2023). Evaluasi Pembelajaran. Medan; Bahan Ajar
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Tekhnik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010
BERITA ACARA PERKULIAHAN

Mata kuliah : Evaluasi Pembelajaran


Dosen Pengampu : Drs. Arifin Siregar, S.Pd., M.Pd dan Nurhudayah,
S.Pd., M.Pd
Hari/Tanggal : Senin, 13 Februari 2023
Kelas : J-PGSD-2020
Waktu Pekuliahaan : 16.20 -17.40
Topik Bahasan : Teknik penskor, Pengolahan
skormenjadi nilai dan konversi nilai
Jumlah Mahasiswa Yang Hadir : 36 orang
Jumlah Mahasiswa Yang Tidak Hadir : -

Nama Anggota Kelompok 1:


1. Fetti Sakinah Rangkuti (1203311085)
2. Romaito Sinaga (1203311054)
3. Suhail anshari (1203311087)
4. Zalma Putri Yani (1201111061)

1. Pertanyaan Rahmi Khairani Ritongan (Kelompok 4)

Dari penjelasan kelompok penyaji penilaian dan penskoran adalah dua hal yang berbeda,
lalu coba jelaskan apa kaitan kedua hal tersebut?

Jawaban Suhail Anshari


Sebelumnya di makalah di jelaskan bahwa penskoran adalah suatu proses pengubahan
jawaban" tes menjadi angka sedangkan penilaian adalah mengubah hasil penskoran
menjadi nilai" melalui proses tertentuNah dari definisi ini kita dapat menyimpulkan kaitan
antara penskoran dan penilaian adalah dua hal ini merupakan langkah yg harus di lakukan
dalam proses evaluasi hasil belajar siswa Yang sering terjadi guru melakukan penskoran
dan mengumpulkan data tanpa mengolah hasil data dan hasil penskoran tersebut menjadi
nilai. Maka penskoran yg di lakukan guru tersebut menjadi sia".Begitu juga ketika kita
melakukan penilaian kita harus melakukan penskoran terlebih dahulu karna tanpa
penskorankita tidak dapat melakukan penilai.
2. Pertanyaan Didenickri Padang ( Kelompok 1)

Boleh jelaskan letak Perbedaan PAP dan PAN itu seperti apa, dan boleh berikan contoh
dari keduanya supaya kami lebih memahami Perbedaan antara keduanya?

Jawaban Romaito Sinaga

PAN (Penilaian Acuan Norma) adalah suatu penilaian yang memperbandingkan hasi
belajar siswa terhadap hasil belajar siswa lain dalam kelompoknya, Sedangkan PAP
(Penilaian Acuan Patokan) Patokan yang digunakan menunjukkan ketercapaian materi
pelajaran yang dapat diserap oleh siswa dengan kata lain penilaian dalam patokan
merupakan penilaian dengan standar ketuntasan yang dapat dicapai oleh peserta didik.
Contohnya : Dalam PAN (Penilaian Acuan Norma) : Misal di dalam satu kelas itu
terdapat satu kelompok dimana satu kelompoknya terdiri dari 7 orang, nah guru
memberikan ujian terhadap kelompok ini, setelah selesai mengerjakan soal nya guru akan
memeriksa hasil jawaban siswa masing-masing atau melakukan rekap pitolasi nilai dan
mengurutkan nilai terendah ke tertinggi, siswa yang mendapatkan skor paling tinggi
otomatis akan menjadi juaranya, nah dengan kata lain dapat dikatakan bahwa PAN ini
untuk mencari ranking bukan prestasi serta tidak untuk menentukan kelulusan seseorang
tetapi untuk menentukan rangking dalam kelompok siswa terseebut. Contoh dari PAP
(Penilaian Acuan Patokan) itu seperti pada saat ingin mendaftar Angkatan pasti ada
persyaratan-persyaratan untuk diikuti seperti : Tinggi minimal 165 cm, Berat badan max
65 kg, Mata tidak minus, IQ minimal 121 dll.. Kalau dalam persekolahan itu misalnya :
Nilai 88-100 : A Nilai 75-87 : B Nilai 60-74 : C, dll. dengan kata lain PAP ini sudah
memiliki Acuan/patokan atau batas lulus yang ditetapkan.

3. Pertanyaan Rame Yantina (Kelompok 9)


Hal hal apa yang perlu di perhatikan agar proses penilaian bisa berjalan secara efektif?
Jawaban Fetti Sakinah Rangkuti

Dalam kegiatan belajar, guru harus memerhatikan evaluasi program pembelajaran yang
akan diterapkan dalam kelas. Evaluasi pembelajaran yang akan dilakukan guru adalah
salah satu unsur penting dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini, evaluasi yang
sering dipahami dalam dunia pendidikan yaitu sebatas penilaian kemampuan akademik
siswa saja. Adapun penilaian yang dilakukan guru bisa secara formatif dan sumatif.
Ketika penilaian telah selesai dilakukan, maka evaluasi juga telah selesai dilaksanakan.
Pemahaman tentang penilaian sebagai evaluasi pembelajaran kurang tepat adanya. Hal ini
dikarenakan pelaksanaan penilaian yang dilakukan guru saat proses belajar hanya
terbatas, yaitu mengenai pencapaian tujuan pembelajaran sudah tercapai atau tidak.
Dalam hal ini penilaian bisa berjalan secara efektif meliputu faktor atau pun beberapa hal
yang dimana :
Adapun hal-hal yang harus diperhatiakn oleh seorang guru-atau calan guru dalam
memberikan penilaian terhadap peserta didiknya, yaitu sebagi berikut :

Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi/tujuan pembelajaran.


Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta
didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi
seseorang terhadap kelompoknya.
Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan
dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan
kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan
siswa.
Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan
proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian
kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik
yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.Sistem penilaian harus disesuaikan dengan
pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika
pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus
diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun
produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
Itulah hal-hal yang harus diperhatiakan oleh seorang guru atau calon guru dalam
memberikan penilaian terhadap perserta didik. Jadi penilaian nukan lah hal yang
dilakukan asal-asalan dengan memberi angka atau komentar, melainkan harus memliki
krtiteria-kriterianya tersendiri.
4. Pertanyaan Agens Jenita Gintingr (Kelompok 5)

Mengapa penting bagi seorang guru melakukan penskoran dan penilaian dalam evaluasi
pembelajaran

Jawaban Zalma Putri Yani

Pemberian skor dan sistem penilaian merupakan proses yang penting dalam pendidikan,
terutama di indonesia, karna dari hasil pemberian skor dan sistem penilaian itu akan
terukur kompetensi, perilaku belajar, danhasil belajar peserta didik dalam periode waktu
tertentu sebagai dasar pertimbangan dan mengetahui kinerja maka dari itu pentingnya
guru melakukan penskoram dan penilaian dalam evaluasi pembelajaran.

5. Pertanyaan Fadly Syahputra (Kelompok 8)

Bagaimana mengkonversi nilai jika dalam sekelas nilai siswa tidak ada yang lulus?

Jawaban Fetti Sakinah Rangkuti

Setelah melaksanakan ulangan atau ujian, ternyata setelah dikoreksi nilai peserta
didik kebanyakannya berada di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kalau
untuk ulangan harian dan ulangan tengah semester, mungkin masih ada rentang waktu
untuk melaksanakan program perbaikan atau remedial. Ulangan semester atau ujian
sekolah waktunya terlalu sempit dengan pembagian rapot sehingga tidak memungkinkan
terlaksananya program perbaikannya atau remedial. Teknik untuk mengatasi masalah
tersebut adalah dengan mengkonversi nilai ke dalam nilai lain sesuai dengan standar
KKM.
Hasil ulangan semester atau ujian sekolah peserta didik yang dibawah KKM dan tidak
memungkinkan untuk melakukan remedial, maka salah satu cara mengatasinya dengan
mengkonversi nilai tersebut. Berikut ini akan penulis paparkan cara mengkonversi nilai
yang
di bawah standar KKM Misalnya anak didik diberikan 40 soal pilihan ganda. Setelah
dikoreksi
didapatkan skor tertinggi dan skor terendah, misalnya skor tertinggi = 30 dan skor
terendah = 10, lalu tentukan berapa nilai tertinggi dan terendah yang diinginkan,
misalnya:
Skor tertinggi = 30 dapat nilai 8
Skor terendah = 10 dapat nilai 6
Rumus yang dipakai adalah
Y = X.a + b
Tentukan dulu nilai a, dengan cara:
Nilai Tertinggi 8 = 30.a + b (30 adalah skor tertinggi)
Nilai Terendah 6 = 10.a + b (10 adalah skor terendah)
2 = 20. A
selanjutnya menentukan b, dengan cara :
(1/10 atau 0,1 adalah a sedang 30 adalah skor tertinggi)
8=3+b
b=8–3
b=5
Sekarang kita tinggal memasukkan kedalam rumus Y= ax + b
Perhitungan nilai konversi dengan rumus di atas adalah:
Y = 0,1 x 30 + 5
Y=3+5
Y= 8
Artinya siswa dengan skor 30 mendapat nilai konversi 8, sedangkan siswa dengan skor
yang terendah mendapat nilai dengan perhitungan sebagai berikut:
Y= 0,1 x 10 + 5
Y=1+5
Y= 6.
Rumus yang sama juga dapat digunakan untuk menghitung skor yang lain,
misalkan
skornya 20, dengan rumus Y = ax + b
Y = 0,1 x 20 + 5
Y=2+5
Y=7
6. Pertanyaan Tri (Kelompok 2)

PAP dan PAN itu seperti apa, dan boleh berikan contoh dari keduanya supaya kami lebih
memahami Perbedaan antara keduanya?

Jawaban Romaito Sinaga

PAN (Penilaian Acuan Norma) adalah suatu penilaian yang memperbandingkan hasi
belajar siswa terhadap hasil belajar siswa lain dalam kelompoknya, Sedangkan PAP
(Penilaian Acuan Patokan) Patokan yang digunakan menunjukkan ketercapaian materi
pelajaran yang dapat diserap oleh siswa dengan kata lain penilaian dalam patokan
merupakan penilaian dengan standar ketuntasan yang dapat dicapai oleh peserta didik.
Contohnya : Dalam PAN (Penilaian Acuan Norma) : Misal di dalam satu kelas itu
terdapat satu kelompok dimana satu kelompoknya terdiri dari 7 orang, nah guru
memberikan ujian terhadap kelompok ini, setelah selesai mengerjakan soal nya guru akan
memeriksa hasil jawaban siswa masing-masing atau melakukan rekap pitolasi nilai dan
mengurutkan nilai terendah ke tertinggi, siswa yang mendapatkan skor paling tinggi
otomatis akan menjadi juaranya, nah dengan kata lain dapat dikatakan bahwa PAN ini
untuk mencari ranking bukan prestasi serta tidak untuk menentukan kelulusan seseorang
tetapi untuk menentukan rangking dalam kelompok siswa terseebut. Contoh dari PAP
(Penilaian Acuan Patokan) itu seperti pada saat ingin mendaftar Angkatan pasti ada
persyaratan-persyaratan untuk diikuti seperti : Tinggi minimal 165 cm, Berat badan max
65 kg, Mata tidak minus, IQ minimal 121 dll.. Kalau dalam persekolahan itu misalnya :
Nilai 88-100 : A Nilai 75-87 : B Nilai 60-74 : C, dll. dengan kata lain PAP ini sudah
memiliki Acuan/patokan atau batas lulus yang ditetapkan.

7. Pertanyaan Marintan (Kelompok 6)


Bagaimana cara menentukan KKM di sekolah?
Jawaban Suhail Anshari
Untuk memastikan KKM wajib memikirkan tingkatan keahlian rata-rata partisipasi didik
itu sendiri dan juga keahlian daya dukung, misalnya fasilitas sarana prasarana dan
sebagainya. Biasanya masing-masing mata pelajaran memiliki nilai KKM yang berbeda-
beda, tergantung dari tingkatan kesulitan, anjuran dan sebagainya. Inilah cara menghitung
KKM:
Hitung jumlah KD (Kompetensi Dasar) setiap mata pelajaran tiap kelasTentukan kekuatan
atau nilai untuk setiap aspek/komponen yang cocok dengan keahlian masing-masing
aspekAspek kompleksitas. Semakin kompleks (sukar) KD maka nilainya semakin rendah
dan terus semakin gampang KD maka nilainya semakin besarAspek daya dukung
(fasilitas) . Semakin tinggi sumber daya pendukung maka nilainya akan semakin
tinggiAspek intake. Semakin tinggi kemampuan awal siswa (intake) maka nilainya akan
semakin tinggi pulaJumlah nilai setiap komponen, kemudian dipecah 3 untuk memastikan
KKM setiap KD Jumlah semua KKM KD, lalu dipecah dengan jumlah KD untuk
memastikan KKM mata pelajaran
8. Pertanyaan Nanda ( Kelompok 3)
Apa Tujuan Konversi Nilai ?
Jawaban Romaito Sinaga
Tujuan Konversi Nilai
1. Memperoleh informasi Pencapaian kompetensi peserta didik yang pindah dari
sekolah yang menggunakan sistem pendidikan negara lain atau sistem
pendidikan internasional ke sekolah dengan sistem pendidikan nasional
2. Untuk melengkapi data penilaian peserta didik sesuai dengan sistem pendidikan
nasional dan dapat digunakan sesuai kebutuhan
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan matrikulasi untuk menempatkan
peserta didik sesuai dengan jenjangnya

Anda mungkin juga menyukai