Anda di halaman 1dari 9

Accelerat ing t he world's research.

BIOEKOLOGI DAN
PENGENDALIAN PENGOROK
DAUN Liriomyza chinensis KATO
(DIPTERA: AGROMYZIDAE) PADA
BAWANG MERAH
L.a. Rachman

Jurnal Litbang Pertanian

Cite this paper Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

HAMA TANAMAN UMUM


fifin dian

Infest at ion Int encit y and Leafminer Species on T hree Lokal Variet ies of Onion Crops in Palu Valley, Ce…
Shahabuddin Saleh

Hama dan Penyakit t anaman polong


Aep Wawan Irwan
BIOEKOLOGI DAN PENGENDALIAN PENGOROK
DAUN Liriomyza chinensis KATO (DIPTERA:
AGROMYZIDAE) PADA BAWANG MERAH
Nurnina Nonci dan Amran Muis

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah, Jalan Lasoso No 62, Biromaru, Kotak Pos 51 Palu
Telp. (0451) 482546, Faks. (0451) 482549, E-mail: bptp_sulteng@litbang.deptan.go.id, bptpsulteng@yahoo.com

Diajukan: 30 Agustus 2010; Diterima: 23 Agustus 2011

ABSTRAK
Dalam beberapa tahun terakhir, petani bawang merah di daerah Lembah Palu resah karena adanya serangan lalat
pengorok daun (Liriomyza chinensis) yang dapat menyebabkan gagal panen. Keberadaan hama ini di Lembah Palu
dilaporkan pada tahun 2007. L. chinensis merusak daun tanaman bawang yang baru tumbuh hingga tanaman tua.
Seekor imago betina meletakkan telur 50−300 butir. Telur berwarna putih bening, ukuran 0,28 mm x 0,15 mm, dan
lama stadium telur 2−4 hari. Larva terdiri atas tiga instar. Stadium larva berlangsung 6−12 hari dengan ukuran larva
instar 3 adalah 3,5 mm. Stadium pupa berlangsung 11−12 hari. Imago berukuran panjang 1,7−2,3 mm. Imago
betina mampu hidup 6−14 hari, sedangkan imago jantan 3−9 hari. Siklus hidup L. chinensis sekitar 3 minggu.
Tanaman inang utama L. chinensis adalah bawang merah, bawang putih, dan bawang daun. Beberapa cara pengendalian
L. chinensis yaitu: 1) teknik budi daya dengan melakukan penanaman pada musim kemarau, pergiliran tanaman
dengan tanaman bukan jenis bawang-bawangan, dan penggunaan varietas tahan seperti varietas Kuning 19, Bima,
Sumenep, dan Bauji, 2) penggunaan perangkap likat kuning dan perangkap berjalan, 3) penggunaan musuh alami
parasitoid Halticoptera circulus (Walker), Chrysocharis parksi, Asecodes deluchii, dan Neochrysocharis okazakii,
4) penggunaan insektisida sintetis siromazin, emamektin benzoat, kartap, dan spinosad, dan 5) penggunaan
insektisida nabati seperti Agonal 866 atau Nisela 866, Tigonal 866 atau Kisela 866, Phronal 966, dan Bisela 866.
Kata kunci: Bawang merah, pengorok daun, Liriomyza chinensis, bioekologi, pengendalian hama

ABSTRACT
Bioecology and management of leaf miner (Liriomyza chinensis) Kato
(Diptera: Agromyzidae) on onion

In recent years, onion farmers in Palu Valley were very fidgety by the attack of leaf miner (Liriomyza chinensis),
which often resulted in failed harvests. The existence of this pest in Palu Valley began to be reported in 2007. Leaf
miner damages the new-develop leaves of onion plants until the plants grow-old. An adult female lays eggs between
50−300 eggs. The color of egg was clear white with size of 0.28 mm x 0.15 mm. Egg stage was 2−4 days. Larvae
consist of three instars, larval period ranged between 6−12 days. The size of third instar larvae was 3.5 mm. Pupal
stage ranged between 11−12 days. Pupae were generally found in the ground or attached to the inner surface of the
cavity scallions. Adult length was 1.7−2.3 mm. Adult females were able to live for 6−14 days, while adult males can
live for 3−9 days. The life cycle of L. chinensis was about 3 weeks. The main host plants of L. chinensis were the
onion, garlic, and leek. Several control methods for L. chinensis were as follow: 1) cultural practices, including
planting on dry season, crop rotation, and use of resistant varieties like Kuning 19, Bima, Sumenep, and Bauji, 2)
the use of yellow sticky trap and walking trap, 3) the use of natural enemies, including parasites Halticoptera
circulus (Walker), Chrysocharis parksi, Asecodes deluchii, and Neochrysocharis okazakii, 4) the use of synthetic
insecticides, i.e. cyromazine, emamectin benzoate, cartap, and spinosad, and 5) the use of plant sap insecticides,
i.e. Agonal 866 or Nisela 866, Tigonal 866 or Kisela 866, Phronal 966, and Bisela 866.
Keywords: Onion, leaf miner, Liriomyza chinensis, bioecology, pest control

B awang merah merupakan komoditas


unggulan spesifik Sulawesi Tengah
yang mempunyai prospek untuk dikem-
nah dan iklim yang spesifik di daerah
tersebut. Oleh karena itu, produktivitas
dan mutu hasilnya juga sangat spesifik
masih rendah dan berfluktuasi antara 1–5
t/ha. Salah satu faktor utama penyebab
rendahnya produktivitas adalah serangan
bangkan. Komoditas unggulan spesifik yang tidak dapat dicapai di daerah lain. organisme pengganggu tanaman (OPT).
daerah adalah komoditas yang dapat Potensi produktivitas bawang merah Dalam beberapa tahun terakhir, petani
tumbuh dan berkembang baik (reveal by berdasarkan hasil pengkajian adalah 7 t/ bawang merah di daerah Lembah Palu,
evidence) karena dukungan kondisi ta- ha, namun produktivitas di tingkat petani Sulawesi Tengah, resah karena adanya

148 Jurnal Litbang Pertanian, 30(4), 2011


serangan lalat pengorok daun (Liriomyza Tulisan ini mengulas bioekologi, takso- dae), kacang kapri, dan buncis (Legu-
chinensis). Hama ini telah ada di Lembah nomi, daerah sebaran, gejala serangan, minosae) merupakan inang dari Liriomyza
Palu sejak tahun 2000-an, namun mulai dan kerusakan yang disebabkan oleh L. spp. (Setiawati 1997).
dilaporkan pada tahun 2007. Pada awalnya, chinensis, serta strategi pengendaliannya Setyono (2009) mengemukakan, L.
area yang terserang hanya sempit, namun pada tanaman bawang merah. chinensis pertama kali ditemukan me-
serangan makin meluas dari tahun ke nyerang tanaman bawang merah di Desa
tahun sehingga menimbulkan kerugian Klampok, Kabupaten Brebes pada awal
yang sangat besar bagi petani karena SPESIES DARI GENUS Agustus 2000. Di Desa Guntarano, Kabu-
tanaman mereka gagal panen (puso). Liriomyza DAN TANAMAN paten Donggala, L. chinensis merupakan
Gellang et al. (2009) melaporkan, di hama baru yang diperkirakan mulai ada
INANG
Watutela Kabupaten Donggala, Sulawesi sekitar tahun 2000-an.
Tengah, tingkat serangan L. chinensis
Lalat pengorok daun termasuk hama
berkisar antara 35,2–100% pada tiga
polifag dan terdiri atas banyak spesies.
varietas bawang lokal Palu yang diuji. SERANGAN DAN
Hama ini termasuk genus Liriomyza, ordo
Selanjutnya Nonci et al. (2009) menya- KERUSAKAN
Diptera, famili Agromyzidae. Lalat tersebut
takan, intensitas serangan L. chinensis
dapat ditemukan pada berbagai jenis
pada tanaman bawang merah di Desa Intensitas kerusakan tanaman inang ber-
tanaman sehingga memungkinkan ter-
Guntarano Kabupaten Donggala bervari- variasi, bergantung pada jenis tanaman
bentuknya banyak spesies. Dari sejumlah
asi antara 22,6–41,4%. Menurut Usman dan populasi L. chinensis. Kerusakan
spesies yang telah dilaporkan, beberapa
(komunikasi pribadi), salah seorang ketua pada bawang putih dapat mencapai
di antaranya tertera pada Tabel 1.
Kelompok Tani Sejahtera di Desa 36,52% dengan intensitas populasi lalat
L. chinensis telah tersebar di beberapa
Guntarano, hama yang paling banyak dewasa pada tanaman 9 ekor/rumpun
negara seperti Jepang, Malaysia, Indo-
merugikan petani bawang merah di desa (Supriadi et al. 2000). Hasil penelitian
nesia, China, Singapura, Korea, Taiwan,
tersebut adalah L. chinensis, dan bila Gellang et al. (2009) di Watutela me-
Thailand, Vietnam, Perancis, dan Jerman
dibiarkan dapat menyebabkan gagal nunjukkan, terdapat perbedaan tingkat
(Dempewolf 2009). Dalam beberapa tahun
panen. Populasi L. chinensis berkembang kerusakan yang nyata pada tiga varietas
terakhir, L. chinensis menjadi hama
sangat cepat sehingga kerusakan yang bawang merah yang diuji (Lokal Palu,
penting pada Allium spp. di beberapa
ditimbulkan terlihat hanya dalam hitungan Palasa, dan Tinombo) terhadap L.
negara Asia Tenggara (Tran 2007), ter-
hari. Pada serangan berat, satu hektar chinensis, dengan tingkat serangan an-
masuk Vietnam (Andersen et al. 2002) dan
pertanaman bawang merah dapat rusak tara 35,2−100%. Sementara itu Nonci et
Indonesia (Rauf et al. 2000). Di Indonesia,
hanya dalam semalam. al. (2009) melaporkan, serangan L.
Liriomyza sp. menjadi hama baru pada
L. chinensis adalah sejenis hama yang chinensis pada tanaman bawang merah
beberapa jenis tanaman sayuran di be-
mengorok daun bawang merah. Gejala umur 1 bulan di Desa Guntarano berkisar
berapa sentra sayuran dataran tinggi,
awal serangan berupa bintik putih pada antara 22,6−41,4%. Pada tanaman kacang,
seperti Tawangmangu, Karanganyar
daun akibat tusukan ovipositor imago kentang, dan bawang, serangan Lirio-
(Supriadi et al. 2000), Sumatera Barat
betina saat meletakkan telur. Larva yang myza spp. menurunkan hasil hingga 50%
(Nurdin et al. 1997), Dieng, Wonosobo
baru menetas langsung masuk ke dalam (Nurdin et al. 1997).
(Hadiwiyono et al. 1997), serta Kabupaten
rongga daun kemudian mengorok daun Setyono (2009) mengemukakan, awal
Bandung dan Banjarnegara (Setiawati
dari dalam, yaitu pada jaringan mesofil serangan L. chinensis pada tanaman
1997). Tanaman kentang, bawang putih,
daun. Arah korokan biasanya dari atas bawang merah terjadi pada 2−3 MST.
bawang merah, bawang daun (Amarylli-
menuju ke bawah sampai ke umbi. Keru-
sakan yang terlihat pada tanaman bawang
menyebabkan umbi membusuk dan daun
menjadi layu kering berwarna putih
kecoklatan seperti terbakar. Tabel 1. Spesies dan tanaman inang Liriomyza spp.
Fase tanaman bawang merah yang
Spesies Tanaman inang Sumber
peka terhadap serangan pengorok daun
adalah tanaman muda, kira-kira umur 2−3 L. trifolii Buncis, seledri, krisan, mentimun, Spencer (1989)
minggu setelah tanam (MST). Serangan lettuce, bawang merah, kentang, tomat
L. huidobrensis Bit, bayam, kacang arab, buncis, kentang, Spencer (1989)
berat pada umur tersebut menyebabkan
bunga potong
seluruh area pertanaman bawang daunnya L. sativae Polifag, terutama pada famili Cucurbitaceae, Spencer (1989)
berwarna putih kecoklatan dan akhirnya Fabaceae, dan Solanaceae
tanaman kering dan gagal panen (puso). L. brassicae Polifag, terutama pada famili Brassicaceae, Spencer (1989)
Karena kerusakan yang ditimbulkan Capparaceae, dan Tropaeolaceae
L. bryoniae Tomat, melon, semangka, mentimun, lettuce, Spencer (1989)
sangat tinggi, petani Brebes memberi
buncis
nama hama grandong (Setyono 2009). L. cicerina Kacang panjang, kacang arab Spencer (1989)
Pengendalian yang dilakukan petani L. strigata Polifag, 240 genus pada
bawang merah sampai saat ini hanya 35 famili tanaman inang Spencer (1990)
mengandalkan pestisida sintetis sehingga L. chinensis Bawang Spencer (1989)
hama tersebut menjadi resisten/kebal.

Jurnal Litbang Pertanian, 30(4), 2011 149


Gejala awal pada daun yang terserang bawang, dan hal ini yang membedakannya berusia lanjut (instar 3) berukuran 3,5 mm.
berupa bintik putih akibat tusukan dengan jenis pengorok daun lainnya Nawin (2003) melaporkan, larva instar 3
ovipositor imago betina saat meletakkan (Soetiarso 2007). memiliki panjang 3,52 mm dan lebar 0,65
telur. Serangan pada tanaman terjadi se- mm (Tabel 2). Larva instar 3 mengorok
jak awal pertumbuhan (1−10 hari setelah jaringan daun lebih banyak dibanding
tanam, HST) dan berlanjut hingga fase BIOLOGI L. chinensis larva instar 1.
pematangan umbi (51−65 HST). Gejala Instar larva dapat dibedakan berdasar-
serangan berupa korokan larva yang kan karakteristik morfologi, seperti
Stadium Telur
berkelok (Gambar 1). Pada serangan berat, panjang mulut dan cephalopharyngeal
hampir seluruh helaian daun dipenuhi oleh skeleton, panjang badan, dan korokan.
Dalam siklus hidupnya, L. chinensis me-
korokan sehingga daun menjadi kering Panjang mulut dan cephalopharyngeal
lalui beberapa stadia perkembangan,
dan berwarna putih kecoklatan seperti skeleton larva instar pertama berturut-
yaitu telur, larva, pupa, dan imago. Lama
terbakar (Gambar 2). turut adalah 0,021 dan 0,089 mm, larva
stadium telur bervariasi. Menurut Setyono
Kehilangan hasil akibat serangan L. instar kedua 0,054 dan 0,165 mm, serta larva
(2009), stadium telur L. chinensis ber-
chinensis berkisar antara 20–100%. Me- instar ketiga 0,092 dan 0,261 mm (Tran dan
langsung 2−4 hari. Telur berwarna putih
nurut Usman (komunikasi pribadi), pada Takagi 2005b).
bening, berukuran 0,28 mm x 0,15 mm.
Juli 2007–Juli 2008 serangan L. chinensis
Nawin (2003) melaporkan, telur L. chinensis
di Desa Guntarano menyebabkan kehi-
berwarna putih bening, berbentuk jorong
langan hasil 100% dengan luas serangan
dengan permukaan licin, dengan ukuran Stadium Pupa
± 50 ha. Tanaman bawang merah yang
0,35 mm x 0,15 mm (Tabel 2). Tran dan
terserang hama ini daunnya mengering
Takagi (2005a) serta Hu et al. (2009) Pupa L. chinensis umumnya ditemukan di
akibat korokan larva. Hampir seluruh
melaporkan, stadium telur berlangsung tanah, tetapi pada tanaman bawang merah
helaian daun penuh dengan korokan
2,5−4 hari. Seekor betina mampu meletak- sering ditemukan menempel pada per-
sehingga daun menjadi kering dan
kan telur 50−300 butir. Telur diletakkan mukaan bagian dalam dari rongga daun.
berwarna coklat seperti terbakar. Larva
dalam jaringan daun melalui ovipositor. Stadium pupa berlangsung 11−12 hari.
pengorok dapat masuk sampai ke umbi
Tran dan Takagi (2005a) serta Hu et al.
(2009) melaporkan, rata-rata stadium pupa
Stadium Larva adalah 13,6 hari. Menurut Direktorat
Perlindungan Tanaman Hortikultura
Larva instar pertama menyerang daun dan (2007), pupa L. chinensis berwarna kuning
menjadi instar kedua setelah 1−2 hari. keemasan hingga coklat kekuningan
Periode larva instar kedua adalah 1−2 hari, dengan ukuran 2,5 mm. Lama stadium
kemudian menjadi larva instar ketiga pupa 9−12 hari, lalu pupa keluar menjadi
(akhir). Stadium larva instar ketiga ber- serangga dewasa (imago). Selanjutnya
langsung 1,5−3 hari. Larva yang baru Nawin (2003) melaporkan, pupa berukuran
keluar berwarna putih susu atau putih panjang 2,28 mm dan lebar 0,89 mm (Tabel
kekuningan dan segera mengorok jaringan 2). Ukuran pupa jantan lebih kecil dari-
mesofil daun dan tinggal dalam rongga pada pupa betina; pupa jantan berukuran
daun selama hidupnya. Setelah itu, larva panjang 2,18 mm dan lebar 0,84 mm,
Gambar 1. Gejala serangan Liriomyza keluar dari daun dan jatuh ke tanah untuk sedangkan pupa betina panjang 2,39 mm
chinensis pada daun ba- membentuk pupa. Stadium larva ber- dan lebar 0,93 mm, meskipun hasil analisis
wang. langsung 6−12 hari, dan larva yang sudah statistiknya tidak berbeda nyata.

Tabel 2. Rata-rata ukuran telur, larva, pupa, dan imago Liriomyza


chinensis.

Tahap Ukuran (mm ± SD)


n
perkembangan Panjang Lebar

Telur 15 0,35 ± 0,03 0,15 ± 0,00


Larva instar akhir 15 3,52 ± 0,23 0,65 ± 0,03
Pupa 15 2,28 ± 0,16 0,89 ± 0,05
Imago 1 15
Jantan 2,00 ± 0,07 1,84 ± 0,02
Gambar 2. Serangan berat Liriomyza Betina 2,39 ± 0,02 1,93 ± 0,05
chinensis yang menyebab- 1
Panjang tubuh dan lebar rentang sayap.
kan tanaman bawang merah Sumber: Nawin (2003).
kering dan mati.

150 Jurnal Litbang Pertanian, 30(4), 2011


Stadium Serangga Dewasa hama. Pengaruh tidak langsung adalah hama. Liriomyza spp. bersifat polifag atau
(Imago) kaitannya dengan musuh alami hama, dapat menyerang berbagai jenis tanaman
seperti predator, parasitoid, dan patogen. inang. Menurut Rauf (1995), inang utama
Imago L. chinensis keluar dari pupa Sebagai contoh, perkembangan populasi L. chinensis adalah bawang merah,
dengan menembus bagian anterior ulat bawang Spodoptera exigua pada bawang putih, dan bawang daun. Selain
puparium. Ukuran imago betina lebih bawang merah lebih tinggi pada musim tanaman tersebut, Liriomyza spp. juga
besar daripada imago jantan; imago betina kemarau, selain karena laju pertumbuhan menimbulkan kerusakan pada seledri,
memiliki panjang tubuh 2,39 ± 0,02 mm dan intrinsik juga disebabkan oleh tingkat kacang merah, kubis, cabai, gambas,
imago jantan 2,00 ± 0,07 mm (Nawin 2003). parasitasi dan tingkat infeksi patogen yang lettuce, kapri, brokoli, bawang daun, turnip,
Perkembangan imago pradewasa, sejak rendah (Rauf 1999). bayam liar, dan tanaman lainnya, termasuk
telur diletakkan hingga menetas menjadi Suhu juga berpengaruh terhadap beberapa jenis gulma. Gultom (2005)
larva dan berkembang menjadi imago siklus hidup, keperidian, lama hidup, melaporkan, di sekitar Darmaga, Bogor,
berkisar antara 18−22 hari. Perkembangan serta kemampuan diapause serangga. jenis sayuran yang menjadi inang lalat
pradewasa jantan sedikit lebih cepat Hama kutu kebul Bemisia tabaci me- pengorok daun (L. sativae) adalah
daripada pradewasa betina, yaitu jantan merlukan suhu optimum 32,5oC untuk mentimun, kacang panjang, terung, tomat,
rata-rata 19,13 hari dan betina 19,33 hari. pertumbuhan populasinya. Contoh lain caisin, dan oyong (Tabel 3).
Namun secara statistik tidak berbeda adalah pertumbuhan populasi penggerek Musuh alami seperti parasitoid, pre-
nyata. batang padi putih Scirpophaga innotata dator, dan patogen serangga merupakan
Imago betina mampu hidup selama yang berbeda pada musim kemarau dan salah satu faktor pembatas pertumbuhan
6−14 hari dan imago jantan 3−9 hari. Imago musim hujan. Sementara itu, panjang hari populasi serangga hama di alam. Rauf
L. chinensis berukuran 1,7–2,3 mm. Bagian berpengaruh terhadap diapause serangga et al. (2000) melaporkan, di Indonesia
punggung L. chinensis berwarna hitam, S. innotata (Wiyono 2007). Selanjutnya terdapat 13 jenis parasitoid yang ber-
sedangkan pada L. huidobrensis dan L. dinyatakan, umumnya serangga kecil asosiasi dengan larva Liriomyza spp.,
sativae pada bagian ujung punggungnya seperti kutu menjadi masalah pada mu- yaitu Asecodes deluchii (Baucek),
terdapat warna kuning. Tran dan Takagi sim kemarau karena tidak ada terpaan Chrysocharis sp., Cirropillus ambiguus
(2005a) serta Hu et al.(2009) melaporkan, air hujan. Kang et al. (2009) melaporkan, (Hanson dan Lasalle), Closterrocerus sp.,
masa perkembangan fase pradewasa lokasi yang berbeda menyebabkan per- Hemiptarsanus varicornis (Girault),
adalah 22,6 hari. Masa prapeneluran rata- bedaan toleransi suhu terhadap spesies- Neochrysocharis formosa (Westwood),
rata 2,4 hari, dan proses peneluran rata- spesies pengorok daun. Pemindahan atau Neochrysocharis sp., Pnigalo sp.,
rata 0,6 hari. Setyono (2009) mengemuka- migrasi spesies-spesies Liriomyza ber- Quadrastichus sp., Zagrammosoma sp.
kan, imago L. chinensis pada bagian hubungan dengan adaptasi suhu pada (semuanya Hymenoptera: Eupophidae),
punggungnya berwarna hitam, sedangkan lokasi tersebut. Lebih lanjut dikemukakan, Gronotoma sp. (Hymenoptera: Eucolidae),
imago L. huidobrensis dan L. sativae di senyawa kimia yang berasal dari tanaman Opius sp. (Hymenoptera: Braconidae), dan
bagian ujung punggungnya terdapat inang dan bukan inang memediasi perilaku Sphegigaster sp. (Hymenoptera: Ptero-
warna kuning. Liriomyza spp. dan parasitoidnya. Lirio- malidae). Survei yang dilakukan Gultom
myza spp. dan parasitoidnya mengenali (2005) di dataran tinggi dan sedang mem-
inang melalui aroma (senyawa kimia) yang peroleh tujuh spesies parasitoid, yaitu H.
dikeluarkan inang tersebut. varicornis, Chrysocharis sp., Neochry-
Ekologi L. chinensis Dibandingkan dengan spesies L. socharis sp., A. deluchii dari famili Eulo-
sativae dan L. huidobrensis, L. chinensis phidae, dua spesies yaitu O. chromato-
Perkembangan serangga hama, seperti paling toleran terhadap suhu dingin. Tran myiae dan Sphegigaster sp. dari famili
makhluk hidup lainnya, dipengaruhi oleh dan Takagi (2007) melaporkan, mortalitas Pteromalidae, dan satu spesies belum ter-
lingkungan abiotik dan biotik, baik lang- pupa L. chinensis meningkat seiring identifikasi. Dari dataran tinggi ditemukan
sung maupun tidak langsung. Perkem- dengan menurunnya suhu dan periode 88 ekor parasitoid dengan tingkat para-
bangan hama sangat dipengaruhi oleh suhu dingin yang lebih lama. Tidak ada sitasi 8,77%, sedangkan dari dataran
dinamika faktor iklim, seperti suhu, pupa yang bisa hidup setelah 16 hari pada sedang diperoleh 9 ekor parasitoid de-
kelembapan udara, curah hujan, dan angin. suhu 0−5°C, tetapi pada suhu 10°C ter- ngan tingkat parasitasi 6,67% (Tabel 4).
Faktor-faktor iklim tersebut berpengaruh dapat 42,9% pupa yang hidup. Pupa
langsung terhadap siklus hidup, keperi- dengan fase perkembangan yang berbeda
dian, lama hidup, kemampuan diapause, memperlihatkan perbedaan mortalitas STRATEGI PENGENDALIAN
dan kemampuan mempertahankan diri se- yang nyata. Mortalitas yang sangat ren-
hingga masalah hama sering terjadi pada dah terjadi pada pupa yang lebih tua Pengendalian L. chinensis pada bawang
musim kemarau. Pengaruh tidak langsung (4−7 hari) pada suhu 0°C selama 16 ha- merah sebaiknya dilakukan secara ter-
faktor iklim adalah terhadap vigor dan ri. Waktu kematian pupa 50% (LT 50) padu. Tahapan kegiatan pada pengen-
fisiologi tanaman inang, yang akhirnya meningkat seiring bertambahnya umur dalian hama terpadu (PHT) meliputi
memengaruhi ketahanan tanaman ter- pupa. LT50 untuk pupa yang berumur 4 pemantauan dan pengamatan, pengam-
hadap hama. Suhu memengaruhi sintesis hari pada suhu 0°C adalah 52,1 hari. bilan keputusan, dan tindakan pengen-
senyawa metabolit sekunder, seperti Tanaman inang adalah tanaman yang dalian dengan memerhatikan keamanan
alkaloid dan flavonoid yang berpengaruh dapat memenuhi kebutuhan gizi, perilaku bagi manusia dan lingkungan hidup secara
terhadap ketahanan tanaman terhadap maupun pertumbuhan dan perkembangan berkesinambungan. Pemantauan dan

Jurnal Litbang Pertanian, 30(4), 2011 151


Tabel 3. Tanaman inang Liriomyza spp. dan tingkat parasitasinya di daerah Bogor, Jawa Barat.

Tanaman Jumlah daun Jumlah L. sativae Jumlah pupa Jumlah Tingkat


Lokasi
inang (helai) yang muncul aborsi parasitoid yang parasitasi
(ekor) (ekor) muncul (%)
Darmaga Mentimun 30 13 0 0 0
Kacang panjang 66 69 6 3 4,17
Terung 23 69 0 6 8
Tomat 40 37 4 7 15,91
Tenjo Laya Caisin 39 9 0 0 0
Ciomas Kacang panjang 30 26 1 0 0
Sawi tanah 4 1 1 0 0
Ciampea Oyong 93 156 23 18 0,64
Caisin 46 46 7 0 0
Kacang panjang 66 101 7 8 7,34
Tomat 40 9 2 1 10
Keseluruhan: 477 536 51 43 7,43
Sumber: Gultom (2005).

Tabel 4. Lalat pengorok daun (Liriomyza spp.) dan tingkat parasitisasinya di dataran tinggi dan sedang.

Jumlah lalat yang muncul (ekor) Jumlah pupa Jumlah imago Tingkat
Jumlah daun
Lokasi aborsi parasitoid yang muncul parasitasi
(helai) L. chinensis L. huidobrensis (ekor) (ekor) (%)
Dataran tinggi 440 718 197 309 88 8,77
Dataran sedang 120 126 0 23 9 6,67

Sumber: Gultom (2005).

pengamatan dilakukan terhadap perkem- tanah yang baik, pemupukan berimbang, kan, perangkap kuning cukup efisien
bangan OPT dan faktor lingkungan yang sanitasi, pengambilan dan pemusnahan menjebak lalat untuk memantau populasi
memengaruhinya. Pengambilan keputusan bagian dan sisa tanaman yang terinfeksi dan keberadaan lalat di lapangan. Pe-
dilakukan berdasarkan hasil pemantauan dapat menekan serangan lalat pengorok rangkap kuning juga dapat digunakan
dan pengamatan beberapa komponen tek- daun bawang. Penyiraman dengan air untuk memantau populasi Liriomyza spp.
nologi PHT pada bawang merah menurut bersih setelah turun hujan pada siang hari untuk menentukan sebaran dan aktivitas
Soetiarso (2007) diuraikan berikut ini. dapat membersihkan konidia yang me- kehidupan hariannya.
nempel pada tanaman. Nonci et al. (2009) mengemukakan,
berdasarkan hasil analisis daerah di bawah
Budi Daya Tanaman kurva perkembangan kerusakan serangan
Penggunaan Perangkap hama (DDKPK), perangkap likat kuning
Waktu tanam yang tepat, penanaman lebih efektif menekan populasi L. chinen-
pada musim kemarau, pergiliran tanaman Unmole et al. (1999) mengemukakan, sis dibandingkan perlakuan lainnya (Tabel
dengan tanaman bukan bawang-bawang- perangkap likat kuning merupakan alat 5). Rata-rata imago L. chinensis yang ter-
an, penggunaan varietas tahan seperti yang efektif untuk mengendalikan lalat perangkap pada 7 HST sebanyak 36,5
varietas Kuning 19, Bima, Sumenep, dan pengorok daun pada bawang merah. ekor/perangkap/minggu dan terus me-
Bauji dapat menekan populasi pengorok Jumlah imago yang tertangkap pada ningkat hingga 35 HST, menjadi 208,83
daun (Soetiarso 2007). Umbi untuk bibit perangkap dan jumlah lalat pengorok per ekor/perangkap/minggu. Norfahmi et al.
hendaknya berasal dari tanaman sehat, tanaman memiliki kaitan yang erat dan (2010) juga melaporkan, perangkap likat
kompak (tidak keropos), tidak luka, kulit dapat digunakan sebagai indikator waktu kuning lebih efektif dibandingkan dengan
tidak terkelupas, dan warnanya mengilap. aplikasi insektisida yang tepat. Perangkap perangkap likat jalan (Tabel 6). Hasil
Penggunaan pupuk N yang berlebihan likat kuning dipasang segera setelah tersebut membuktikan bahwa perangkap
dapat mengakibatkan tanaman menjadi tanaman bawang merah tumbuh. Jumlah likat kuning mampu menekan serangan L.
sukulen karena bertambahnya ukuran sel perangkap yang dibutuhkan setiap hek- chinensis pada tanaman bawang merah.
dan dinding sel tipis sehingga mudah tar sebanyak 40 buah (Supriadi et al. Hal ini terbukti dengan tingginya populasi
terserang OPT (Suryaningsih dan Asandi 2000). Weintraub dan Horowitz (1996) imago L. chinensis yang tertangkap setiap
1992 dalam Soetiarso 2007). Pengolahan dalam Supriadi et al. (2000) mengemuka- minggu per perangkap (Gambar 3).

152 Jurnal Litbang Pertanian, 30(4), 2011


berkembang pada beberapa spesies pe-
Tabel 5. Intensitas serangan Liriomyza chinensis pada bawang merah ngorok daun, dan merupakan parasitoid
dengan menggunakan berbagai perlakuan perangkap, Guntarano, yang dominan terhadap L. chinensis di
Donggala, 2009. Vietnam.
Produksi atau mass rearing parasi-
Kerusakan daun (%) toid yang efektif merupakan salah satu
Perlakuan DDKPK
21 HST 28 HST 35 HST 42 HST 49 HST 56 HST komponen kunci penggunaan parasitoid
Likat kuning 2,46 222,65 18,73 26,17 24,19 20,56 722,75 dalam pengendalian biologi (Tran dan
Neon TL10 15,15 21,73 26,77 24,16 21,73 22,63 833,63 Takagi 2007). Pemilihan spesies inang
Feromon seks 16,93 41,37 36,44 56,97 31,79 21,79 1.301,55 yang tepat untuk perbanyakan parasitoid
Cara petani 5,88 39,27 26,63 23,14 20,62 25,25 879,16 merupakan pendekatan utama dalam me-
(kontrol)
ningkatkan efisiensi produksi parasitoid.
HST = hari setelah tanam, DDKPK = Daerah di bawah kurva perkembangan kerusakan. Gultom (2005) menemukan tujuh jenis
Sumber: Nonci et al. (2009) parasitoid di sekitar Darmaga Bogor, satu
spesies yang dominan adalah A. deluchii.
Tabel 6. Intensitas serangan Liriomyza chinensis pada daun bawang merah Namun konservasi musuh alami di Indo-
dengan menggunakan perangkap, Guntarano, Donggala, 2009. nesia sampai saat ini belum dilakukan.
Pengorok daun L. chinensis adalah
Kerusakan daun (%) hama yang sangat merusak tanaman ba-
Perangkap DDKPK
14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST 49 HST 56 HST wang di negara-negara Asia dan hama
tersebut sulit dikendalikan secara kimia.
Likat kuning 19,28 27,91 34,38 35,76 39,50 44,83 46,02 1.505,21
Hasil penelitian terbaru menunjukkan
Likat jalan 13,96 23,17 45,96 36,67 40,15 42,99 44,16 1.526,00
bahwa N. okazakii, parasitoid dari L.
Rata-rata 1.515,61 chinensis, dapat berkembang baik pada
HST = hari setelah tanam, DDKPK = Daerah di bawah kurva perkembangan kerusakan. L. trifolii.
Sumber: Norfahmi et al. (2010)

Penggunaan Bahan Kimia


Sintetis

L. chinensis Tran dan Takagi (2005b) menguji bebe-


(ekor) rapa jenis insektisida pada larva dan imago
350 L. chinensis di laboratorium. Hasilnya me-
Likat kuning nunjukkan, jenis insektisida yang efektif
300 Likat jalan bahkan sangat efektif terhadap larva mau-
pun imago L. chinensis adalah dimetoat,
250 pentoat, permetrin, dan kartap. Selanjut-
200
nya pada pengujian di lapangan ditemu-
kan empat jenis insektisida yang efektif
150 terhadap L. chinensis, yaitu siromazin,
emamektin benzoat, kartap, dan spinosad.
100 Dimetoat efektif terhadap larva dan imago,
siromazin hanya efektif terhadap larva,
50
sedangkan spinosad dan pentoat hanya
0 efektif terhadap imago. Selanjutnya
14 21 28 35 42 49 56 Udiarto et al. (2005) melaporkan, insekti-
Umur (hari setelah tanam) sida yang efektif terhadap L. chinensis
adalah siromazin, dimehipo, abamektin,
bensulfat, dan klorfenapir. Walaupun
Gambar 3. Rata-rata imago Liriomyza chinensis yang terperangkap likat kuning dan aplikasi insektisida dilakukan sangat
likat jalan, Guntarano, Donggala, 2009 (Nonci et al. 2009). intensif, L. chinensis belum berhasil di-
kendalikan dengan baik karena banyak
musuh alami yang mati akibat pestisida
(Rauf 1999).

Penggunaan Musuh Alami merupakan parasitoid dari L. chinensis


(Johnson dan Mau 1986). Selanjutnya Penggunaan Insektisida Nabati
Tumpang sari antara tanaman buncis dan Tran dan Takagi (2007) melaporkan,
bawang dapat meningkatkan populasi Neochrysocharis okazakii Kamijo me- Penelitian insektisida nabati (Pestani)
parasitoid H. circulus dan C. parksi yang rupakan endoparasitoid yang mampu mulai dikembangkan oleh peneliti Balai

Jurnal Litbang Pertanian, 30(4), 2011 153


Tabel 7. Rata-rata intensitas serangan Liriomyza chinensis pada bawang merah palu dan nilai DDKPK pada berbagai
perlakuan pengendalian.

Intensitas serangan (%)


Perlakuan DDKPK
14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST 49 HST 56 HST

Likat kuning 22,47 11,27 23,37 14,00 33,59 37,68 29,95 1.285,83
Serai wangi 24,22 17,62 25,30 15,39 40,84 41,15 36,48 1.442,59
Deltametrin 25,57 16,06 29,11 20,17 38,00 40,93 22,26 1.403,15
Kontrol 22,86 20,99 32,60 28,09 44,04 47,00 32,82 1.676,99
HST = hari setelah tanam, DDKPK = Daerah di bawah kurva perkembangan kerusakan.
Sumber: Nonci (2010).

Penelitian Tanaman Sayuran sejak tahun KESIMPULAN Tanaman inang utama L. chinensis
1990-an. Beberapa jenis insektisida nabati adalah bawang merah, bawang putih, dan
yang dapat digunakan untuk mengendali- Seekor imago betina L. chinensis mele- bawang daun. Kerugian hasil akibat
kan L. chinensis pada bawang merah takkan telur 50−300 butir. Stadium telur serangan L. chinensis pada bawang merah
adalah Agonal 866 atau Nisela 866, Tigonal berlangsung 2−4 hari. Larva terdiri atas berkisar antara 20−80%, bergantung pada
866 atau Kisela 866, Phronal 966, dan Bisela tiga instar, dengan stadium larva 6−12 hari. umur tanaman saat terserang dan populasi
866 (Suryaningsih dan Hadisoeganda Stadium pupa berlangsung 11−12 hari. L. chinensis di lapangan. L. chinensis
2004). Penggunaan perangkap likat Pupa umumnya ditemukan di dalam tanah dapat dikendalikan melalui teknik budi
kuning dan insektisida nabati lebih efektif atau menempel pada permukaan bagian daya, penggunaan perangkap, musuh
menekan serangan L. chinensis diban- dalam rongga daun tanaman bawang. alami seperti parasitoid Halticoptera
dingkan insektisida sintetis (Tabel 7) Imago betina hidup selama 6−14 hari, circulus, Chrysocharis parksi, Asecodes
(Nonci 2010). sedangkan imago jantan 3−9 hari. Siklus deluchii, dan Neochrysocharis okazakii,
hidup L. chinensis berlangsung sekitar serta insektisida sintetis dan nabati.
tiga minggu.

DAFTAR PUSTAKA
Andersen, A., E. Nordhus, V.T. Thang, T.T.T. Hadiwiyono, Supriadi, Sholahuddin, dan Z.D. losum Linn.). Skripsi, Fakultas Pertanian
An, H.Q. Hung, and T. Hofsvang. 2002. Fatawi. 1997. Keberadaan organisme hama Institut Pertanian Bogor.
Polyphagous Liriomyza species (Diptera: dan penyakit pada pembudidayaan kentang
Nonci, N., A. Muis, dan L. Hutahaean. 2009.
Agromyzidae) in vegetables in Vietnam. di daerah Dieng, Wonosobo. Seminar Pe-
Kajian usaha tani dan pemasaran bawang palu.
Trop. Agric. (Trinidad) 79: 241−246. ngembangan Agribisnis Kentang. Kadin,
Laporan Hasil Penelitian dan Pengkajian.
Badan Agribisnis, Dipertan Jawa Tengah,
Dempewolf, M. 2009. Arthropods of economic Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sula-
Surakarta, 24 Maret 1997.
importance. Liriomyza chinensis (Agromy- wesi Tengah, Palu. 12 hlm.
zidae). http://nlbif.eti.uva.nl/bis/agromyzidae. Hu, C.I., K.J. Wha, K.G. Hah, and K.C. Woo.
Nonci, N. 2010. Efektivitas Beberapa Teknik
php. [6 September 2009]. 2009. Injury aspects of the stone leek leaf
Pengendalian terhadap Lalat Pengorok Daun
miner, Liriomyza chinensis Kato (Diptera:
Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura. Liriomyza chinensis Kato (Diptera: Agromy-
Agromyzidae) on Welsh onion. CABI Ab-
2007. Pedoman Penerapan Teknologi PHT zidae) pada Bawang Palu. Tesis Program
stract. http://www.cababstractsplus.org. [6
terhadap Liriomyza chinensis pada Tanaman Pascasarjana Universitas Tadulako, Palu. 64
September 2009].
Bawang Merah. http://www.deptan.go.id. [23 hlm.
September 2007]. Johnson, M.W. and R.F.L. Mau. 1986. Effects
Norfahmi, F., A. Muis, dan N. Nonci. 2010.
of intercropping beans and onions on
Gellang, A., A. Anshary, dan Shahabuddin. 2009. Kajian penggunaan perangkap likat kuning
populations of Liriomyza spp. and associated
Ketahanan berbagai varietas bawang merah dan likat jalan untuk pengendalian Lirio-
parasitic Hymenoptera. Proc. Hawaiian
terhadap hama pengorok daun (Diptera: myza chinensis pada bawang Palu. Laporan
Entomol. Soc. 22: 95–103.
Agromyzidae). Kumpulan Abstrak Seminar Hasil Penelitian dan Pengkajian. Balai
Ilmiah PEI, PFI, PPHI Cabang Palu, 21 Juli Kang, L., B. Chen, J.N. Wei, and T.X. Liu. 2009. Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi
2009. Roles of thermal adaptation and chemical Tengah, Palu. 10 hlm.
ecology in Liriomyza distribution and
Gultom, T. 2005. Survei Lalat Pengorok Daun Nurdin, F., K. Zeindan, dan Yuliasmi. 1997.
control. Ann. Rev. Entomol. 54: 127–145.
dan Parasitoidnya pada Pertanaman Kapri, Serangan hama lalat Chromatomyia hortico-
Bawang Daun, Sayuran Lainnya di Wilayah Nawin, P. 2003. Beberapa Parameter Biologi la pada tanaman sayuran di Alahan Panjang,
Bogor dan Cianjur. Tesis, Institut Pertanian Liriomyza chinensis (Kato) (Diptera: Agro- Sumatera Barat. Seminar Tantangan Ento-
Bogor. 65 hlm. myzidae) pada Bawang Daun (Allium fistu- mologi Abad XXI. PEI Bogor, 8 Januari
1997.

154 Jurnal Litbang Pertanian, 30(4), 2011


Rauf, A. 1995. Liriomyza: hama pendatang baru Spencer, K.A. 1989. Leaf miners. p. 77−98. In ticides. J. Fac. Agric. Kyushu Univ. 50(2):
di Indonesia. Buletin Hama dan Penyakit P.P. Kahn (Ed.). Plant Protection and 383−390.
Tumbuhan 8: 46−48. Quarantine, Vol. 2. Selected Pests and
Tran, D.H. and M. Takagi. 2007. Effects of low
Pathogens of Quarantine Significance. CRC
Rauf, A. 1999. Persepsi dan tindakan petani temperatures on pupal survival of the stone
Press, Boca Raton, Florida.
kentang terhadap lalat pengorok daun, leek leaf miner Liriomyza chinensis (Diptera:
Liriomyza huidobrensis (Blanchard) (Diptera: Spencer, K.A. 1990. Host specialization in the Agromyzidae). Int. J. Pest Mgmt. 53(3):
Agromyzidae). Buletin Hama dan Penyakit world Agromyzidae (Diptera). Series 253−257.
Tumbuhan 11(1): 1–13. Entomologica 45. Kluwer Academic Publ.,
Tran, D.H. 2009. Agromyzid leaf miners and
Dordrecht. 444 pp.
Rauf, A., B.M. Shepard, and M.W. Johnson. their parasitoids on vegetables in central
2000. Leaf miners in vegetables, ornamental Supriadi, M., K. Herawati, dan W. Agustina. Vietnam. J. Int. Soc. Southeast Asian Agric.
plants and weeds in Indonesia: Surveys of 2000. Efisiensi penggunaan sticky trap Sci. 15(2): 21–33.
host crops, species composition and para- kuning pada lalat pengorok daun Liriomyza
Udiarto, B.K., W. Setawati, dan E. Suryaningsih.
sitoids. Int. J. Pest Mgmt. 46: 257−266. sp. (Diptera: Agromyzidae) di pertanaman
2005. Hama dan Penyakit pada Tanaman
bawang putih. Agrosains 2(1): 15−18.
Setiawati, W. 1997. Penerapan Pengendalian Bawang Merah dan Pengendaliannya. Balai
Hama Terpadu pada Sistem Tanam Tumpang Suryaningsih, E. dan W.W. Hadisoeganda. 2004. Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang.
Gilir Bawang dan Cabai. Laporan Hasil Pestisida botani untuk mengendalikan hama
Unmole, L., D. Abeeluck, and R. Seetohul. 1999.
Penelitian. Balai Penelitian Tanaman Sa- dan penyakit pada tanaman sayuran. Mono-
Yellow sticky traps as a monitoring tool for
yuran, Lembang. 11 hlm. grafi No. 26. Balai Penelitian Tanaman
effective control of leaf miners in onion.
Sayuran, Lembang. 36 hlm.
Setyono, A.B. 2009. Waspadalah terhadap hama AMAS. Food and Agricultural Research
gandrong. www.naturalnusantara.co.id. [6 Tran, D.H. and M. Takagi. 2005a. Develop- Council, Reduit, Mauritius. p. 93–98.
September 2009]. mental biology of Liriomyza chinensis
Wiyono, S. 2007. Perubahan iklim dan ledakan
(Diptera: Agromyzidae) on onion. J. Fac.
Soetiarso, T.A. 2007. Teknologi inovatif bawang hama dan penyakit tanaman. Makalah disam-
Agric. Kyushu Univ. 50(2): 375−382.
merah dan pengembangannya. hlm. 293− paikan pada seminar sehari tentang peru-
324. Prosiding Seminar Nasional Pengem- Tran, D.H. and M. Takagi. 2005b. Susceptibility bahan iklim. KEHATI, Jakarta, 28 Juni
bangan Inovasi Pertanian Lahan Marginal. of the stone leek leaf miner Liriomyza 2007. 8 hlm.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan chinensis (Diptera: Agromyzidae) to insec-
Teknologi Pertanian, Bogor.

Jurnal Litbang Pertanian, 30(4), 2011 155

Anda mungkin juga menyukai