TUGAS 2 Ekonomi Manerjial
TUGAS 2 Ekonomi Manerjial
Modul 4
“Analisis regresi terapan dalam bisnis”
Analisis regresi adalah sebuah teknik statistik yang digunakan untuk menemukan derajat
ketergantungan satu variabel (variabel dependen) terhadap satu variabel lainnya atau
lebih (variabel independen).
Analisis regresi penting dalam bisnis karena manajer perlu mengetahui pengaruh
perubahan variabel tertentu terhadap berbagai elemen kinerja (seperti penjualan, inovasi,
pencapaian keuangan, dan sebagainya) dan ingin mengetahui apakah perubahan dari nilai
setiap variabel tersebut akan mempunyai dampak menguntungkan atau tidak terhadap
laba atau kekayaan bersih (net worth) suatu perusahaan. Dalam hal ini, analisis regresi
dapat menyediakan sarana yang menghasilkan basis informasi untuk pengambilan
keputusan manajerial.
3. Model ekonometrika
Ekonometrika (econometrics) dilihat dari akar katanya terdiri dari dua kata yaitu teori
ekonomi (economics) dan pengukuran (metric). Ekonometrika dapat diartikan sebagai
alat pengukuran ekonomi.
Model Ekonometrika dala analisa regresi merupakan perwujudan dari suatu abstraksi
berbagai aspek realita atau yang terjadi dalam dunia nyata, yang dibuat untuk satu
atau berbagai tujuan. biasanya dapat diwujudkan dalam bentuk hubungan-hubungan,
diagram, maupun persamaan. Pada bahasan ini, kita akan menggunakan model
ekonomi dalam bentuk persamaan.
4. Penaksiran fungsi permintaan melalui analisa regresi
fungsi permintaan (penjualan) dinyatakan sebagai fungsi dari variabel harga produk,
iklan, pendapatan konsumen, selera, dan preferensi konsumen, serta variabel-variabel
lainnya yang dianggap penting dan memengaruhi permintaan atas produk tertentu.
Terdapat sejumlah masalah pokok yang sering terjadi dalam analisis regresi, yaitu
a. Kesalahan Spesifikasi
Masalah pertama yang menyebabkan tidak dipercayanya hasil regresi adalah
kesalahan spesifikasi hubungan yang dihipotesiskan antara variabel dependen
dengan variabel independen. Ada 2 macam kesalahan utama dalam tahap
spesifikasi ini, yaitu: 1) penggunaan bentuk hubungan fungsional yang salah, dan
2) tidak dimasukkannya beberapa variabel penting ke dalam model.
b. Kesalahan Pengukuran
Kesalahan berikutnya yang harus dihindari adalah pengukuran variabel yang tidak
tepat.ukuran ini seringkali tidak akurat dalam menggambarkan harga aktual yang
dibayar konsumen. Bilamana ada tawar-menawar, potongan (diskon) atau tukar
tambah, jumlah uang yang dibayarkan secara aktual, nilainya mungkin lebih
rendah dari daftar harga.
c. Masalah Normalitas
Asumsi normalitas dalam analisis regresi mensyaratkan bahwa proses inferensi,
melalui uji t dan uji F, dalam analisis regresi dapat dilakukan jika variabel
pengganggu (error) terdistribusi normal. Apabila asumsi normalitas tidak dapat
dipenuhi maka proses inferensi tidak dapat dilakukan dengan statistik t dan F dan
hanya dapat dilakukan dalam konteks asumsi asimptotik (Sugiyanto, 2009).
d. Masalah Endogenitas
Analisis regresi berawal dari asumsi bahwa suatu persamaan tunggal bisa
menjelaskan hubungan secara keseluruhan. Seringkali variabel penjelas memiliki
sifat endogenous yang dapat terjadi karena adanya korelasi antara variabel
pengganggu dari variabel endogen model lain yang menjadi variabel penjelas
model yang diamati sekarang dengan variabel pengganggu model yang sedang
diamati.
e. Multikolinieritas
Masalah multikolinieritas timbul bila variabel-variabel independen tidak independen
satu sama lain. Bila dua variabel independen atau lebih saling tergantung atau yang
satu tergantung pada yang lainnya maka koefisien b untuk masing-masing variabel
menjadi bias.
f. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi apabila variabel gangguan (error) tidak mempunyai
varians yang sama untuk semua observasi (Sugiyanto, 2009). Analisis regresi
menganggap kesalahan (error) bersifat homoskedastis, yaitu asumsi bahwa residu
atau deviasi dari garis yang paling tepat muncul secara random sesuai dengan
besarnya variabel-variabel independen. Bila kesalahan yang terjadi tidak acak, tetapi
menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu variabel
independen atau lebih, berarti ada heteroskedastisitas.
MODUL 5
“STRUKTUR PASAR”
Struktur pasar merupakan suatu pola di mana elemen-elemen dalam industri saling
berinteraksi, baik antara penjual, antara pembeli, maupun antara penjual yang sudah ada
dengan calon pesaing yang akan masuk ke pasar.
Struktur pasar mengindikasikan kondisi persaingan yang ada di pasar Struktur terkait
dengan seberapa tinggi derajat konsentrasi penjual (jumlah penjual dan distribusi
penjualan), derajat konsentrasi pembeli (jumlah pembeli dan distribusi
pembelian),derajat diferensiasi produk (seberapa tinggi tingkat variasi produk), dan
hambatan untuk terjadinya kompetisi (seberapa tinggi tingkat kesulitan yang ditemui
oleh pesaing atau new entrants untuk masuk ke dalam industri). Struktur pasar cenderung
memengaruhi perilaku perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.
2. Hambatan pasar.
Hambatan pasar dapat diartikan sebagai hambatan masuk industri, yaitu kondisi di
mana perusahaan potensial yang akan atau baru masuk ke dalam suatu industri
(new entrants) mengalami kesulitan karena tidak memiliki keunggulan kompetitif
sebagaimana yang dimiliki perusahaan yang sebelumnya sudah beroperasi dalam
industri tersebut (existing firms).
– Pasar oligopoli menggambarkan suatu struktur pasar yang didominasi oleh hanya
sejumlah kecil perusahaan yang menghasilkan kompetisi terbatas. Perusahaan-
perusahaan dapat bersaing satu sama lain atau berkolaborasi. Dengan melakukan itu,
mereka dapat menggunakan kekuatan pasar kolektif mereka untuk menaikkan harga
dan mendapatkan lebih banyak keuntungan.
Adapun karakteristik dari struktur pasar oligopolistik ini adalah Semua perusahaan
memaksimalkan keuntungan, Oligopoli dapat menetapkan harga, Ada hambatan
untuk masuk dan keluar di pasar, Produk mungkin homogen atau berbeda, Hanya ada
beberapa perusahaan yang mendominasi pasar.
– Pasar Monopolistik adalah struktur pasar di mana sejumlah besar perusahaan kecil
bersaing satu sama lain. Namun, tidak seperti dalam persaingan sempurna, perusahaan
dalam persaingan monopolistik ini menjual produk yang serupa tetapi sedikit berbeda.
Itu memberi mereka tingkat kekuatan pasar tertentu yang memungkinkan mereka
membebankan harga yang lebih tinggi dalam kisaran tertentu.
Modul 6
“Strategi penentuan harga!
2. Mark Up
Strategi kedua yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan harga adalah mark
up. Strategi ini boleh dibilang cukup sederhana yaitu melihat harga pokok
pembelian dan dikalkulasikan dengan biaya-biaya tertentu sehingga disebut mark
up.
3. Harga BEP
Ketika hendak menggunakan strategi yang satu ini, pebisnis biasanya mengambil
sikap aman. Ia tidak akan mengambil atau bahkan mendapatkan keuntungan,
tetapi di sisi lain juga tidak akan mendapatkan kerugian. BEP atau yang biasa
disebut Break Even Point adalah harga jual yang didapat dari total pengeluaran
dengan total penjualan.
Dari kedua tipe tersebut lalu Anda bisa memperkirakan harga terbaik untuk
kebutuhan konsumen. Dengan menetapkan harga yang tepat, Anda akan
memperoleh angka penjualan yang maksimal.
d. Potongan Kuantitas
Potongan kuantitas merupakan potongan harga yang ditawarkan kepada
konsumen agar bersedia membeli dalam jumlah yang lebih besar atau
bersedia memusatkan pembeliannya pada penjualan produk tersebut.
Potongan yang diberikan dapat berupa satuan rupiah atau satuan barang.
g. Transfer Pricing
Pada bentuk struktur organisisasi perusahaan multi-divisional (M-Form)
dan holding (H-Form), sebagaimana terdapat pada banyak perusahaan
multinasional), seringkali terdapat transaksi yang melibatkan unit usaha
yang berbeda dalam perusahaan sehingga harga yang ditetapkan seringkali
tidak mengikuti harga pasar. Dalam konteks seperti itulah, fenomena
transfer pricing seringkali terjadi. Praktik transfer pricing terjadi ketika dua
buah perusahaan yang terkait (misalnya: induk dan cabang atau
antarcabang perusahaan) melakukan transaksi dengan harga tertentu yang
tidak sesuai dengan harga pasar atau biasa disebut transfer price.
h. Limit Pricing
limit pricing dapat didefinisikan sebagai strategi harga yang diterapkan
oleh incumbent firms untuk mencegah perusahaan baru (entrants) untuk
masuk ke pasar dengan menerapkan harga batasan tertinggi (limit price)
yang menurut incumbent firms tersebut dapat mengurungkan niat entrants
untuk masuk ke pasar. Ide dasar teori limit pricing berbasis pada fenomena
mengenai adanya peluang incumbent firms untuk memengaruhi persepsi
entrants terkait profitabilitas yang akan mereka peroleh setelah masuk ke
pasar.
i. Predatory Pricing
Predatory pricing merupakan strategi harga yang dilakukan oleh suatu
incumbent firms dengan memotong harga jual produknya bahkan hingga
berada di bawah biaya produksinya, dalam rangka menyingkirkan pesaing
yang sudah ada di pasar pada area geografis. Kemudian, ketika pesaing
sudah keluar dari pasar, incumbent firms menaikkan harga jual produknya
kembali.