Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KE- 2

NAMA : ELSYAFIRA PIPI


NIM : 041899666
MATA KULIAH : EKONOMI MANERJIAL
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN S1

Modul 4
“Analisis regresi terapan dalam bisnis”

1. Analisis regresi terapan dalam bisnis

Analisis regresi adalah sebuah teknik statistik yang digunakan untuk menemukan derajat
ketergantungan satu variabel (variabel dependen) terhadap satu variabel lainnya atau
lebih (variabel independen).

Analisis regresi penting dalam bisnis karena manajer perlu mengetahui pengaruh
perubahan variabel tertentu terhadap berbagai elemen kinerja (seperti penjualan, inovasi,
pencapaian keuangan, dan sebagainya) dan ingin mengetahui apakah perubahan dari nilai
setiap variabel tersebut akan mempunyai dampak menguntungkan atau tidak terhadap
laba atau kekayaan bersih (net worth) suatu perusahaan. Dalam hal ini, analisis regresi
dapat menyediakan sarana yang menghasilkan basis informasi untuk pengambilan
keputusan manajerial.

2. Analisis time series dan cross section

- analisis runtut-waktu (time-series) yang mengobservasi data suatu entitas selama


periode waktu tertentu tertentu
- analisis data seksi-silang (cross-section) yang mengobservasi data pada waktu
yang sama dengan unit-unit (entitas) sejenis.

Analisis regresi runtut-waktu dihadapkan pada permasalahan perubahan karakteristik


dari suatu entitas dari waktu ke waktu, sementara analisis regresi seksi-silang
dihadapkan pada perbedaan karakteristik antara entitas yang satu dengan entitas
lainnya yang sedang diobservasi.

3. Model ekonometrika

Ekonometrika (econometrics) dilihat dari akar katanya terdiri dari dua kata yaitu teori
ekonomi (economics) dan pengukuran (metric). Ekonometrika dapat diartikan sebagai
alat pengukuran ekonomi.

Model Ekonometrika dala analisa regresi merupakan perwujudan dari suatu abstraksi
berbagai aspek realita atau yang terjadi dalam dunia nyata, yang dibuat untuk satu
atau berbagai tujuan. biasanya dapat diwujudkan dalam bentuk hubungan-hubungan,
diagram, maupun persamaan. Pada bahasan ini, kita akan menggunakan model
ekonomi dalam bentuk persamaan.
4. Penaksiran fungsi permintaan melalui analisa regresi

Penaksiran merupakan proses untuk menemukan nilai dari koefisien-koefisien suatu


fungsi pada saat sekarang (current values).

fungsi permintaan (penjualan) dinyatakan sebagai fungsi dari variabel harga produk,
iklan, pendapatan konsumen, selera, dan preferensi konsumen, serta variabel-variabel
lainnya yang dianggap penting dan memengaruhi permintaan atas produk tertentu.

Analisa Regresi dapat digunakan untuk mencari nilai koefisien fungsi


permintaan, sebab nilai koefisien tersebut menunjukkan pengaruh dari variable yang
menentukan. Dalam hal ini diperlukan adanya variable dependen Y dan nilai variable
independen X yang berhubungan.

5. Masalah dan pengujian analisis regresi

Terdapat sejumlah masalah pokok yang sering terjadi dalam analisis regresi, yaitu

a. Kesalahan Spesifikasi
Masalah pertama yang menyebabkan tidak dipercayanya hasil regresi adalah
kesalahan spesifikasi hubungan yang dihipotesiskan antara variabel dependen
dengan variabel independen. Ada 2 macam kesalahan utama dalam tahap
spesifikasi ini, yaitu: 1) penggunaan bentuk hubungan fungsional yang salah, dan
2) tidak dimasukkannya beberapa variabel penting ke dalam model.

b. Kesalahan Pengukuran
Kesalahan berikutnya yang harus dihindari adalah pengukuran variabel yang tidak
tepat.ukuran ini seringkali tidak akurat dalam menggambarkan harga aktual yang
dibayar konsumen. Bilamana ada tawar-menawar, potongan (diskon) atau tukar
tambah, jumlah uang yang dibayarkan secara aktual, nilainya mungkin lebih
rendah dari daftar harga.

c. Masalah Normalitas
Asumsi normalitas dalam analisis regresi mensyaratkan bahwa proses inferensi,
melalui uji t dan uji F, dalam analisis regresi dapat dilakukan jika variabel
pengganggu (error) terdistribusi normal. Apabila asumsi normalitas tidak dapat
dipenuhi maka proses inferensi tidak dapat dilakukan dengan statistik t dan F dan
hanya dapat dilakukan dalam konteks asumsi asimptotik (Sugiyanto, 2009).

d. Masalah Endogenitas
Analisis regresi berawal dari asumsi bahwa suatu persamaan tunggal bisa
menjelaskan hubungan secara keseluruhan. Seringkali variabel penjelas memiliki
sifat endogenous yang dapat terjadi karena adanya korelasi antara variabel
pengganggu dari variabel endogen model lain yang menjadi variabel penjelas
model yang diamati sekarang dengan variabel pengganggu model yang sedang
diamati.

e. Multikolinieritas
Masalah multikolinieritas timbul bila variabel-variabel independen tidak independen
satu sama lain. Bila dua variabel independen atau lebih saling tergantung atau yang
satu tergantung pada yang lainnya maka koefisien b untuk masing-masing variabel
menjadi bias.

f. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi apabila variabel gangguan (error) tidak mempunyai
varians yang sama untuk semua observasi (Sugiyanto, 2009). Analisis regresi
menganggap kesalahan (error) bersifat homoskedastis, yaitu asumsi bahwa residu
atau deviasi dari garis yang paling tepat muncul secara random sesuai dengan
besarnya variabel-variabel independen. Bila kesalahan yang terjadi tidak acak, tetapi
menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu variabel
independen atau lebih, berarti ada heteroskedastisitas.

MODUL 5
“STRUKTUR PASAR”

1. Konsep dasar struktur pasar

Struktur pasar merupakan suatu pola di mana elemen-elemen dalam industri saling
berinteraksi, baik antara penjual, antara pembeli, maupun antara penjual yang sudah ada
dengan calon pesaing yang akan masuk ke pasar.

Struktur pasar mengindikasikan kondisi persaingan yang ada di pasar Struktur terkait
dengan seberapa tinggi derajat konsentrasi penjual (jumlah penjual dan distribusi
penjualan), derajat konsentrasi pembeli (jumlah pembeli dan distribusi
pembelian),derajat diferensiasi produk (seberapa tinggi tingkat variasi produk), dan
hambatan untuk terjadinya kompetisi (seberapa tinggi tingkat kesulitan yang ditemui
oleh pesaing atau new entrants untuk masuk ke dalam industri). Struktur pasar cenderung
memengaruhi perilaku perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.

2. Elemen-elemen struktur pasar

Elemen struktur adalah sebagai berikut.

1. Distribusi jumlah dan skala pembeli dan penjual.


Variabel ini merupakan penentu utama dari kekuatan pasar (market power)
pemain utama di pasar.' Semakin sedikit jumlah penjual (pembeli) dan semakin
terkonsentrasi distribusi penjualan (pembelian) produk maka semakin tinggi pula
kekuatan pasar yang dimiliki oleh penjual (pembeli) di pasar.

2. Hambatan pasar.
Hambatan pasar dapat diartikan sebagai hambatan masuk industri, yaitu kondisi di
mana perusahaan potensial yang akan atau baru masuk ke dalam suatu industri
(new entrants) mengalami kesulitan karena tidak memiliki keunggulan kompetitif
sebagaimana yang dimiliki perusahaan yang sebelumnya sudah beroperasi dalam
industri tersebut (existing firms).

3. Derajat diferensiasi produk.


Diferensiasi produk mengacu pada karakteristik khas dari suatu produk (seberapa
mirip produk masing-masing perusahaan dengan produk perusahaan pesaingnya
atau seberapa tinggi tingkat keunikan suatu produk). Pada pasar dengan derajat
diferensiasi produk rendah, perubahan terhadap karakteristik produk yang
dilakukan oleh suatu perusahaan berpotensi besar memengaruhi share dari
permintaan pasar yang diperoleh oleh masing- masing perusahaan dalam industri.

4. Derajat integrasi vertikal dan diversifikasi.


Integrasi vertikal mengindikasikan sejauh mana suatu perusahaan melibatkan diri
dalam berbagai macam tahapan produksi yang berbeda dalam proses produksi
suatu produk. Sementara itu, diversifikasi mengindikasikan sebesar apa
kemampuan perusahaan dalam menyediakan berbagai variasi produk untuk pasar
yang berbeda. Derajat integrasi vertikal dan diversifikasi perusahaan-perusahaan
dalam industri cenderung memengaruhi perilaku dan kinerja perusahaan-
perusahaan dalam industri.

3. Pasar persaingan sempurna, monopoli, oligopoli, dan monopolistik !

– Pasar Persaingan Sempurna


Pasar persaingan sempurna menggambarkan struktur pasar di mana sejumlah besar
perusahaan kecil bersaing satu sama lain. Dalam skenario ini, satu perusahaan
tidak memiliki kekuatan pasar yang signifikan. Akibatnya, industri secara
keseluruhan menghasilkan tingkat output optimal karena tidak ada perusahaan
yang dapat memengaruhi harga pasar.

Karakteristik pasar persaingan sempurna ini di antaranya adalah Semua perusahaan


memaksimalkan keuntungan, Semua perusahaan bebas masuk dan keluar pasar,
Semua perusahaan menjual barang yang identik sama sekali (homogen), Ada tidak
ada preferensi konsumen.

– Pasar Monopoli adalah struktur pasar di mana perusahaan tunggal mengendalikan


seluruh pasar. Dalam skenario ini, perusahaan memiliki tingkat kekuatan pasar
tertinggi karena konsumen tidak memiliki alternatif. Akibatnya, monopoli sering
mengurangi output untuk menaikkan harga dan mendapatkan lebih banyak
keuntungan.

Pada umumnya, karakteristik pasar monopoli adalah Memaksimalkan keuntungan,


Dapat menetapkan harga, Ada hambatan tinggi untuk masuk dan keluar serta hanya
ada satu perusahaan yang mendominasi seluruh pasar

– Pasar oligopoli menggambarkan suatu struktur pasar yang didominasi oleh hanya
sejumlah kecil perusahaan yang menghasilkan kompetisi terbatas. Perusahaan-
perusahaan dapat bersaing satu sama lain atau berkolaborasi. Dengan melakukan itu,
mereka dapat menggunakan kekuatan pasar kolektif mereka untuk menaikkan harga
dan mendapatkan lebih banyak keuntungan.

Adapun karakteristik dari struktur pasar oligopolistik ini adalah Semua perusahaan
memaksimalkan keuntungan, Oligopoli dapat menetapkan harga, Ada hambatan
untuk masuk dan keluar di pasar, Produk mungkin homogen atau berbeda, Hanya ada
beberapa perusahaan yang mendominasi pasar.

– Pasar Monopolistik adalah struktur pasar di mana sejumlah besar perusahaan kecil
bersaing satu sama lain. Namun, tidak seperti dalam persaingan sempurna, perusahaan
dalam persaingan monopolistik ini menjual produk yang serupa tetapi sedikit berbeda.
Itu memberi mereka tingkat kekuatan pasar tertentu yang memungkinkan mereka
membebankan harga yang lebih tinggi dalam kisaran tertentu.

Karakteristik pasar persaingan monopolistik ini di antaranya adalah Semua


perusahaan memaksimalkan keuntungan, Bebas masuk dan keluar, Perusahaan
menjual produk yang berbeda, Konsumen dapat lebih memilih satu produk dari pada
yang lain.

Modul 6
“Strategi penentuan harga!

1. Strategi penetapan harga!

1. Menetapkan Harga Plus


Salah satu hal yang dapat dijadikan panduan untuk menetapkan harga adalah
biaya keseluruhan produksi. Dari biaya tersebut akan muncul harga jual. Harga
tersebut yang nantinya akan diketahui konsumen untuk menjadi transaksi. Dalam
menetapkan harga, ada hal lain yang perlu dipertimbangkan yaitu laba. Jadi, laba
diperoleh dari margin biaya produksi dan biaya tambahan lainnya.

2. Mark Up
Strategi kedua yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan harga adalah mark
up. Strategi ini boleh dibilang cukup sederhana yaitu melihat harga pokok
pembelian dan dikalkulasikan dengan biaya-biaya tertentu sehingga disebut mark
up.
3. Harga BEP
Ketika hendak menggunakan strategi yang satu ini, pebisnis biasanya mengambil
sikap aman. Ia tidak akan mengambil atau bahkan mendapatkan keuntungan,
tetapi di sisi lain juga tidak akan mendapatkan kerugian. BEP atau yang biasa
disebut Break Even Point adalah harga jual yang didapat dari total pengeluaran
dengan total penjualan.

4. Bersaing dengan Kompetitor


Ada hal yang perlu diketahui dalam strategi menetapkan harga berdasarkan
kompetitor. Jika produk bisnis Anda sama dengan kompetitor, cobalah lihat
berapa harga yang ditawarkan kompetitor kepada konsumen. Dari harga tersebut,
Anda bisa menyesuaikannya seperti memberi harga lebih rendah daripada
kompetitor. Dengan strategi yang Anda lakukan berdasarkan kompetitor pun
mampu menarik konsumen agar lebih memilih produk daripada kompetitor.

5. Berdasarkan Permintaan Pasar


Strategi penetapan harga yang terakhir biasanya dilakukan setiap pelaku bisnis. Ini
strategi yang umum karena melihat potensi dari permintaan pasar adalah hal yang
masuk akal. Pebisnis dapat mengetahui bagaimana sebenarnya apa yang
dibutuhkan konsumen dari segi harga. Ada dua tipe konsumen ketika melihat
harga dari suatu produk. Pertama, konsumen akan melihat adakah harga paket
seperti beli satu dapat satu. Kedua, konsumen akan mengecek adakah harga
promo yang berlangsung.

Dari kedua tipe tersebut lalu Anda bisa memperkirakan harga terbaik untuk
kebutuhan konsumen. Dengan menetapkan harga yang tepat, Anda akan
memperoleh angka penjualan yang maksimal.

2. Prinsip-prinsip dasar penentuan harga

1. Penentuan harga berbasis pasar (market-based pricing).


Prinsip penentuan harga ini merupakan model dasar yang digunakan oleh banyak
perusahaan di pasar. Pemikiran dasar dari metode ini adalah bahwa harga produk
yang ditetapkan oleh suatu perusahaan cenderung mengikuti harga pasar untuk
produk tersebut.

2. Penentuan harga kompetitif (competitive pricing).


Prinsip penentuan harga kompetitif merupakan proses penentuan harga
berdasarkan harga-harga yang ditetapkan oleh pesaing. Praktik penentuan harga
seperti ini biasanya banyak terjadi pada pasar suatu produk yang memiliki banyak
barang pengganti (substitut).

3. Penentuan harga berbasis biaya (cost-based pricing).


Dalam prinsip penentuan harga ini, untuk memperoleh harga penawaran produk,
biaya produksi yang diketahui ditambahkan dengan persentase tertentu dari biaya
produksi. Metode ini diawali dengan menentukan volume produksi, kemudian
menentukan harga berbasis biaya berdasarkan asumsi volume produksi tersebut.
4. Penentuan harga berbasis nilai (value-based pricing).
Prinsip ini dapat diartikan sebagai proses penentuan harga produk berdasarkan
nilai-nilai yang ditawarkan produk tersebut terhadap konsumen, misalnya
kenyamanan bentuk, fitur-fitur khas, kualitas fisik produk.

5. Strategi-strategi penentuan harga!

Strategi-strategi penentuan harga adalah sebagai berikut

a. Price Leadership Pricing


Metode penentuan harga ini mengasumsikan bahwa harga yang diterapkan
oleh perusahaan-perusahaan dalam industri mengacu pada harga yang
diterapkan oleh perusahaan pemimpin (leader) yang ada di pasar. Mengacu
pada Clarkson dan Miller (1982), perusahaan leader di sini mengacu pada
dominant firm leader, low cost firm leader, dan barometric firm leader.
Dominant firm leader terjadi karena perusahaan leader memiliki pangsa
pasar terbesar dalam industri.

b. Cost Plus (Markup Pricing)


Teori perusahaan neoklasik menyebutkan bahwa dalam konteks
maksimisasi profit, harga ditentukan melalui penerapan konsep pendapatan
marjinal (MR) = biaya marjinal

Dengan metode ini, untuk menghitung harga produk, perusahaan hanya


perlu mengestimasi biaya variabel rata-rata lalu menambahkan persentase
mark-up (di mana persentase mark-up ini mempertimbangkan biaya tetap
perusahaan dan laba yang ingin diperoleh perusahaan).

c. Pembundelan Produk (Product Bundling)


Pembundelan produk (product bundling) adalah cara penjualan satu
produk atau lebih secara bersama-sama sebagai satu paket dengan harga
tunggal. Ada sejumlah contoh yang menunjukkan betapa luasnya
pembundelan produk ini.

d. Potongan Kuantitas
Potongan kuantitas merupakan potongan harga yang ditawarkan kepada
konsumen agar bersedia membeli dalam jumlah yang lebih besar atau
bersedia memusatkan pembeliannya pada penjualan produk tersebut.
Potongan yang diberikan dapat berupa satuan rupiah atau satuan barang.

e. Penetapan Harga Untuk Menduga Kualitas (Prestige Pricing)


Kita seringkali menganggap bahwa penetapan harga yang lebih tinggi
untuk suatu produk akan membuat konsumen percaya bahwa produk itu
berkualitas lebih tinggi sehingga dapat menyebabkan penjualan serta laba
yang diterima lebih besar daripada jika produk itu dihargai lebih rendah.

f. Diskriminasi Harga (Price Discrimination)


mendefinisikan diskriminasi harga sebagai kebijakan perusahaan untuk
menjual unit-unit output-nya pada tingkat harga yang berbeda-beda.
Strategi diskriminasi harga memungkinkan perusahaan untuk memperoleh
pendapatan dan laba yang lebih besar jika dibandingkan dengan
pendapatan dan laba yang mereka terima ketika menjual produk mereka
dengan harga tunggal.

g. Transfer Pricing
Pada bentuk struktur organisisasi perusahaan multi-divisional (M-Form)
dan holding (H-Form), sebagaimana terdapat pada banyak perusahaan
multinasional), seringkali terdapat transaksi yang melibatkan unit usaha
yang berbeda dalam perusahaan sehingga harga yang ditetapkan seringkali
tidak mengikuti harga pasar. Dalam konteks seperti itulah, fenomena
transfer pricing seringkali terjadi. Praktik transfer pricing terjadi ketika dua
buah perusahaan yang terkait (misalnya: induk dan cabang atau
antarcabang perusahaan) melakukan transaksi dengan harga tertentu yang
tidak sesuai dengan harga pasar atau biasa disebut transfer price.

h. Limit Pricing
limit pricing dapat didefinisikan sebagai strategi harga yang diterapkan
oleh incumbent firms untuk mencegah perusahaan baru (entrants) untuk
masuk ke pasar dengan menerapkan harga batasan tertinggi (limit price)
yang menurut incumbent firms tersebut dapat mengurungkan niat entrants
untuk masuk ke pasar. Ide dasar teori limit pricing berbasis pada fenomena
mengenai adanya peluang incumbent firms untuk memengaruhi persepsi
entrants terkait profitabilitas yang akan mereka peroleh setelah masuk ke
pasar.

i. Predatory Pricing
Predatory pricing merupakan strategi harga yang dilakukan oleh suatu
incumbent firms dengan memotong harga jual produknya bahkan hingga
berada di bawah biaya produksinya, dalam rangka menyingkirkan pesaing
yang sudah ada di pasar pada area geografis. Kemudian, ketika pesaing
sudah keluar dari pasar, incumbent firms menaikkan harga jual produknya
kembali.

j. Penetapan Harga Promosi


Penetapan harga promosi juga disebut dealing merupakan penawaran
potongan harga kepada konsumen dengan cara mengobral produk (on sale)
selama periode tertentu.

Anda mungkin juga menyukai