Anda di halaman 1dari 12

MODUL 3

Aspek Legal Dalam Manajemen


Manajemen Sumber Daya Manusia

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6

- ELSYAFIRA PIPI (041899666)


- Viktor (041899602)
- IVAN ALANA (041899627)
KEGIATAN BELAJAR 1
Ketentuan-ketentuan Pokok Ketenagakerjaan Masa Sebelum Bekerja

A. KEWAJIBAN MELAPORKAN LOWONGAN

Ada dua kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh organisasi/perusahaan


sebelum mempekerjakan karyawan,
yaitu menyelenggarakan proses perekrutan dan proses pengangkatan karyawan.

Hal penting yang harus diperhatikan oleh pengusaha pada waktu melakukan
proses perekrutan adalah adanya kewajiban lapor lowongan pekerjaan.
sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1980 setiap
pengusaha atau pengurus perusahaan wajib segera melaporkan secara
tertulis setiap ada atau akan ada lowongan pekerjaan kepada
Menteri/Pejabat yang ditunjuk yang memuat paling sedikit tentang:
1. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
2. Jenis pekerjaan dan syarat-syarat jabatan yang digolongkan.
3. Jenis Kelamin.
4. Usia.
5. Pendidikan, keterampilan/keahlian dan pengalaman.
6. Syarat-syarat lain yang dipandang perlu
B . Perektrutan calon karyawan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 mengatur tentang tata ca
perekrutan, penggunaan tenaga kerja anak dan perempuan, serta tenaga
kerja asing.

C. Penempatan Tenaga Kerja


Dalam kaitan penempatan tenaga kerja ini, Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 telah menetapkan asas penempatan tenaga kerja, yaitu
bahwa penempatan tenaga kerja harus dilaksanakan berdasarkan asas
terbuka, bebas,objektif, adil, dan tanpa diskriminasi.
KEGIATAN BELAJAR 2
Ketentuan-ketentuan Pokok Ketenagakerjaan Masa Selama Bekerja

KETENTUAAN POKOK TENAGA KERJA


Ketentuaan pokok tenaga kerja meliputi :
1. Ketentuan Pokok Waktu kerja
2. Ketentuan Pokok istirahat dan cuti
3. Ketentuan Pokok pelatihan kerja
4. Ketentuan Pokok pengupahan
5. Ketentuan Pokok keselamatan dan kesehatan kerja
6. Ketentuan Pokok serikat pekerja/seikat buruh
7. Ketentuan Pokok perselisihan hubungan industrial
KEGIATAN BELAJAR 3
Ketentuan-ketentuan Pokok Ketenagakerjaan Masa Setelah Bekerja

Hubungan kerja berakhir karena terjadinya pemutusan, hubungan


kerja. Dengan berakhirnya hubungan kerja, maka berakhir pula hak
dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.

Berbagai macam penyebab terjadinya pemutusan hubungan kerja,


diantaranya adalah karena pekerja/buruh sakit berkepanjangan,
karena telah masuk dalam masa pensiun, karena meninggal dunia,
karena diberhentikan, dan karena mengundurkan diri.
A. Jenis – Jenis Pemutusan Hubungan Kerja
1. Pemutusan Hubungan Kerja Demi Hukum
2. Pemutusan Hubungan Kerja Oleh Pengadilan
3. Pemutusan Hubungan Kerja Oleh Pekerja/Buruh
4. Pemutusan Hubungan Kerja Oleh Pengusaha

HAK-HAK PEKERJA/BURUH YANG MENGALAMI PEMUTUSAN


HUBUNGAN KERJA
Sesuai Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, dalam hal terjadi
pemutusan hubungan kerja, pengusaha wajib membayar uang
pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang pengganti hak
yang seharusnya diterima.
B. KETENTUAN UMUM PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, secara umum prosedur
pemutusan hubungan kerja diatur sebagai berikut (Khakim, 2007).
1. Sebelum melakukan PHK semua pihak harus mengupayakan untuk
menghindari terjadinya PHK.
2. Jika keinginan melakukan PHK tidak dapat dihindari, maka pengusaha
serikat buruh atau pekerja/buruh mengadakan perundingan. Jika
perundingan berhasil maka dibuatlah persetujuan bersama. Dan
mengajukan permohonan penetapan secara tertulis disertai dasar dan
alasan-alasan kepada pengadilan hubungan industrial.
3. Selama belum ada penetapan/putusan dari lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial, kedua pihak tetap melaksanakan segala
kewajiban masing-masing, yaitu pekerja/buruh tetap menjalankan tugas
pekerjaannya dan pengusaha tetap wajib membayar upah.
KEGIATAN BELAJAR 4
Ketentuan-ketentuan Pokok Kepegawaian Pegawai Negeri Sipil (PNS)
di Indonesia

pegawai negeri sipil Indonesia merupakan aparat negara


yang melaksanakan semua kebijakan pemerintah sesuai
dengan bidang tugasnya masing-masing dalam rangka
untuk mengabdi dan melayani kepentingan masyarakat
luas sehingga terwujud masyarakat adil, makmur, dan
sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
LEMBAGA-LEMBAGA YANG BERTANGGUNG JAWABDALAM
MANAJEMEN PNS

Menurut Thoha (2007), lembaga-lembaga yang dianggap


bertanggung wab dalam pengelolaan PNS yaitu :
- Kementerian Pendayagunaan Aparatur (MENPAN),
- Badan Kepegawaian Negara (BKN),
- Lembaga Administrasi Negara (LAN),
- dan Badan Kepegawaian Daerah (BKD).
KETENTUAN POKOK TENTANG KEPEGAWAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL
(PNS)

Manajemen kepegawaian sipil di Indonesia diantaranya diatur dalam


Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas
Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian dan beberapa Peraturan Pemerintah pelaksana undang-
undang.

Manajemen kepegawaian sipil menurut Undang- Undang Nomor 43


Tahun 1999 tidak menggunakan sistem sentralisasi tetapi menganut
sistem otonomi daerah, yaitu pelaksanaan manajemen PNS di daerah
menjadi wewenang daerah masing-masing.
Sekian presentasi dari kelompok kami,

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai