Kelompok 3
Kelompok 3
BLOK 10 MODUL 1
PENYAKIT INFEKSI PROTOZOA
Disusun oleh :
Kelompok 3
1
Tutor : dr. Vera Madonna, M.Kes, M.Ked (DV), SpDV
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan laporan diskusi
kelompok tentang Penyakit Infeksi Protozoa dengan tepat waktu.
Laporan ini dibuat sebagai hasil diskusi kelompok kecil kami. Kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Vera Madonna, M.Kes, M.Ked
(DV), SpDV selaku pembimbing diskusi kami dan juga semua pihak yang terlibat
dalam proses belajar kami sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
kami mengharapkan pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kami. Sebagai penutup kami berharap, semoga laporan ini
dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca.
Kelompok 3
2
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang bersifat endemik terhadap beberapa
penyakit infeksi tropis tertentu, seperti malaria, demam tifoid, demam berdarah dengue, dan
leptospirosis.
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang menyerang eritrosit. Infeksi ini disebabkan oleh
plasmodium yang disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina dewasa, darah penderita, dan ibu
hamil kepada bayinya. Infeksi malaria memberikan gejala yang khas yang disebut trias malaria,
yaitu demam dengan periode dingin, panas, lalu berkeringat, selain itu terdapat juga beberapa
gejala klinis lainnya yaitu mialgia, sefalgia, anemia dan splenomegali.
Malaria termasuk penyakit yang mematikan jika tidak ditangani dengan baik atau
penanganannya lambat. Selain itu, resistensi terhadap obat anti malaria dapat menimbulkan
kesulitan dalam menanggulangi malaria. Oleh karenanya, diperlukannya pemahaman tentang
transmisi, pathogenesis, dan pencegahan malaria.
Dari proses pembelajaran pada DKK ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
etiologi, patogenesis, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis banding, dan tata
laksana dari malaria.
4
BAB II
ISI
2.1 SKENARIO
Pergi kerja di tambang, pulang bawa penyakit
Amir, seorang pekerja tambang di suatu daerah pedalaman di Kalimantan timur. Datang ke
puskemas daerah tempatnya bekerja karena keluhan demam. Demam dirasakan sejak 1 minggu
sebelumnya. Demam bersifat hilang timbul setiap 2 hari sekali dan setiap akan demam , amir
menggigil dan berkeringat . karena bersifat hilang timbul, jika tidak demam, amir masih dapat
melakukan aktifitas pekerjaannya di pertambangan. Selain demam amir juga merasakan mual
dan muntah serta sakit kepala dan seluruh badannya terasa sakit. Di puskemas tersebut amir
diperiksa oleh dokter dan hasilnya menunjukkan tanda vital tekanan darah 110/80mmHg,
temperatur 38,9®C, denyut nadi 98x/menit dan frekuensi pernapasan 20x/menit . hasil
laboratorium menunjukkan kadar hemoglobin 10,5 gr/dL. Lekosit 7.800/µL, trombosit
65.000/µL, hematokrit 35%. Dokter kemudian merujuk amir ke rumah sakit tie C untuk
dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang lainnya yaitu Widal, antibodydengue dan DDR
2.2 STEP 1 : IDENTIFIKASI ISTILAH
5
2.4 STEP 3 : ANALISIS MASALAH
1. Demam periodik ini adalah salah satu tanda dari gejala demam thypoid, demam
dengue, dan malaria. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh seperti toksin,
produk-produk bakteri dan bakteri itu sendiri mempunyai kemampuan untuk
merangsang pelepasan pirogen endogen yang disebut dengan sitokin yang
diantaranya yaitu interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor (TNF), interferon
(INF), interleukin-6 (IL-6) dan interleukin-11 (IL-11). Sebagian besar sitokin ini
dihasilkan oleh makrofag yang merupakan akibat reaksi terhadap pirogen
eksogen. Dimana sitokin-sitokin ini merangsang hipotalamus untuk meningkatkan
sekresi prostaglandin, yang kemudian dapat menyebabkan peningkatan suhu
tubuh. Apabila Amir dicurigai menderita malaria maka demam periodik yang
dialami dapat disebabkan karena pecahnya skizon-skizon ke bentuk merozoit
sehingga memicu demam dengan waktu yang berbeda-beda tergantung dari jenis
malaria yang diderita.
2. Ketika terdapat benda asing didalam tubuh yang dapat memicu pengeluaran
sitokin oleh makrofag maka akan memicu peningkatan suhu pada set point di
hipotalamus, sehingga suhu tubuh pada bagian central lebih tinggi dari pada pada
suhu perifer, dan tubuh mengkompenaasinya dengan menggigil sebagai upaya
pengeluaran panas dan menghangatkan diri, kemudian tubuh Amir berkeringat
karena salah satu upaya tubuh untuk mengeluarkan panas adalah dengan proses
evaporasi,yaitu berkeringat.
3. Karena adanya plasmodium di dalam darah, kemudian limfa menghancurkan
plasmodium yang menyebabkan turunnya kadar lekosit dan menimbulkan efek
tubuh seperi lemas, inflamasi yang menyebabkan vomiting centre ( CTZ )
Teraktivasi menyebabkan eritrosit yang mengangkut nutrisi dan O2 berkurang
yang menyebabkan anorexia dan meningkatnya asam lambung.
4. Hemoglobin :10,5 g/dL Rendah ( nilai normal 13,8 – 17,2 g/dL)
Leukosit : 7.800/µL Normal ( nilai normal 3.500 – 10.500/µL )
Trombosit: 65.000/µL Rendah ( nilai normal 150.000 – 400.000/µL )
Hematokrit: 35% Rendah ( nilai normal 38 – 46% )
6
5. Tujuan dilakukan pemeriksaan penunjang ialah untuk mendiagnosa. Di scenario
dilakukan pemeriksaan penunjang widal, anti dengue dan DDR. Untuk melihat
apakah amir terkena demam tifoid, demam berdarah dan malaria.
6. Ada, yaitu Rapid test untuk pemeriksaan pada malaria dan uji tourniquet untuk
pemeriksaan demam berdarah.
7. Ada hubungan. Karena amir bekerja dan tinggal dalam daerah endemis, perlu
diketahui bahwa di daerah endemis merupakan daerah yang tropis dan daerah asli
habitat nyamuk anospheles dimana di daerah tersebut merupakan daerah dengan
tingkat kelembapan yang tinggi dan suhu yang cocok bagi nyamuk anospheles
hidup.
7
2.5 STEP 4 : STRUKTURISASI KONSEP
DEMAM MENGGIGIL
WIDAL
ANTIBODI DENGUE
DDR
PENATALAKSANAAN
PENCEGAHAN PENGOBATAN
( PREVENTIF ) ( KURATIF )
8
2.6 STEP 5 : LEARNING OBJECTIVES
9
Learning Objective 2
Patogenesis Malaria
10
Learning Objective 3
Patofisiologi Malaria
Gejala malaria timbul saat pecahnya eritrosit yang mengandung parasit. Demam mulai
timbul bersamaan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan macam-macam antigen. Antigen
ini akan merangsang makrofag, monosit atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam
sitokin, diantaranya Tumor Necrosis Factor (TNF). TNF akan dibawa aliran darah ke
hipothalamus, yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh manusia. Sebagai akibat demam
terjadi vasodilasi perifer yang mungkin disebabkan oleh bahan vasoaktif yang diproduksi oleh
parasit.
Pembesaran Limpa
Anemia
Anemia terutama disebabkan oleh pecahnya eritrosit dan fagositosis oleh sistem
retikuloendotetial. Hebatnya hemolisis tergantung pada jenis plasmodium dan status imunitas
penjamu. Anemia juga disebabkan oleh hemolisis autoimun, sekuentrasi oleh limpa pada eritrosit
yang terinfeksi maupun yang normal dan gangguan eritropoisis. Hiperglikemi dan
hiperbilirubinemia sering terjadi. Hemoglobinuria dan hemoglobinemia dijumpai bila hemolisis
berat. Kelainan patologik pembuluh darah kapiler pada malaria tropika, disebabkan kartena sel
darah merah terinfeksi menjadi kaku dan lengket, perjalanannya dalam kapiler terganggu
sehingga melekat pada endotel kapiler karena terdapat penonjolan membran eritrosit. Setelah
terjadi penumpukan sel dan bahan-bahan pecahan sel maka aliran kapiler terhambat dan timbul
hipoksia jaringan, terjadi gangguan pada integritas kapiler dan dapat terjadi perembesan cairan
bukan perdarahan kejaringan sekitarnya dan dapat menimbulkan malaria cerebral, edema paru,
gagal ginjal dan malobsorsi usus
Pembesaran Hepar
11
Adanya Sporozoit yang masuk ke hepar akan memmbuat organ tersebut melakukan
kompensasi dengan cara memperbanyak jumlah sel (hiperplasia). Perbanyakan Jumlah inilah
yang membuat organ hepar membesar. Hal ini juga berkaitan dengan kompensasi yang dilakukan
hepar terhadap tingginya hemolisis.
Learning Objective 4
Manifestasi Klinis Malaria
Manifestasi klinis malaria tergantung pada imunitas penderita dan tingginya transmisi
infeksi malaria. Adapun berat atau ringannya infeksi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu
(FKUI, 2015):
12
Periode panas : wajah penderita merah, nadi cepat, suhu badan tetap
tinggi beberapa jam, diikuti dengan keadaan berkeringat
Periode berkeringat : penderita berkeringat banyak dan temperatur turun, dan
penderita merasa sehat.
Trias malaria lebih sering terjadi pada infeki Plasmodium vivax. Periode tidak panas
berlangsung 12 jam pada Plasmodium falciparum, 36 jam pada Plasmodium vivax dan ovale, 60
jam pada Plasmodium malariae. Timbulnya gejala trias malaria ini juga dipengaruhi tingginya
kadar TNF-alfa (FKUI, 2015).
Gejala yang paling sering dijumpai pada infeksi malaria yaitu anemia. Beberapa mekanisme
terjadinya malaria ialah (FKUI, 2015) :
Splenomegali atau pembesaran limpa sering dijumpai pada penderita malaria, limpa akan
teraba setelah 3- hari dari serangan infeksi akut, limpa menjadi bengkak, nyeri dan hiperemis.
Beberapa keadaan klinik dalam infeksi malaria yaitu (FKUI, 2015) :
Serangan primer : keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi
serangan paroksismal yang terdiri dari dingin/menggigil, panas dan berkeringat.
Periode latent : periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama
terjadinya infeksi malaria. Biasanya terjadi di antara dua keadaan paroksismal.
Rekrudesensi : berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8
minggu sesudah berakhirnya serangan primer.
Rekurens : berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah 24
minggu berakhirnya serangan primer.
13
Relaps / Rechute : berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih
lama dari waktu di antara serangan periodik dari infeksi primer atau setelah
periode yang lama dari masa laten (sampai 5 tahun).
14
malaria knowlesi saat ini hnaya de b. Diagnosis pasti malaria knowlesi saat ini hanya
dengan pemeriksaan analisis DNA dengan pemeriksaan PCR (FKUI, 2015).
Learning Objective 5
Diagnosis Malaria
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Biasanya dilakukan pemeriksaan sediaan darah apus tepi tebal dan tipis
untuk menentukan:
a. Ada tidaknya parasit malaria
b. Spesies dan stadium plasmodium
c. Kepadatan parasit/jumlah parasit
15
Learning Objective 6
Diagnosis Banding Malaria
Demam merupakan salah satu gejala malaria yang menonjol, yang juga dijumpai pada
hampir semua penyakit infeksi seperti infeksi virus pada sistem respiratorius, influenza,
buselosis, demam tifoid, demam dengue, dan infeksi bacterial lainnya seperti pneumonia,
infeksi saluran kemih, dan tuberculosis. Pada daerah hiper-endemik sering dijumpai penderita
dengan infeksi malaria tetapi tidak menunjukkan gejala klinis malaria. Pada malaria berat
diagnosis banding tergantung manifestasi malaria beratnya. Pada malaria dengan ikterus,
diagnosis banding ialah demam tifoid dengan hepatitis, kolesistitis, abses hati, dan
leptospirosis. Hepatitis pada saat timbul ikterus biasanya tidak dijumpai demam lagi. Pada
malaria serebral harus dibedakan dengan infeksi pada otak lainnya seperti meningitis,
ensefalitis, tifoid ensefalopati, tripanososmiasis. Penurunan kesadaran dan koma dapat terjadi
pada gangguan metabolic (diabetes, atau uremi), gangguan, serebro-vaskular, eclampsia,
epilepsi, dan tumor otak. (IPD HALAMAN 604)
Learning Objective 7
Penatalaksanaan Malaria
A. Pencegahan
16
perjalanan, sedangkan mefloquine haru mulai 2-3 minggu sebelum perjalanan.
Primakuin merupakan obat yang dapat digunakan untuk profilaksis dengan risiko
terjadinya hemolisis karennya dianjurkan pemeriksaan enzim G-6-PD sebelum
memakai profilaksis primakuin. Dapat dimulai 1 hari sebelum berangkat dan 7 hari
setelah selesai perjalanan (minimal 14 hari).
B. Pengobatan
1. Pengobatan Malaria
WHO telah menetapkan pengobatan malaria tanpa komplikasi dengan
memakai obat ACT (Artemisinin base Combination Therapy). Golongan artemisinin
(ART) telah dipilih sebagai obat utama karena efektif dalam mengatasi plasmodium
yang membunuh plasmodium dalam semua stadium juga efektif terhadap semua
spesies, Golongan Artemisinin : Berasal dari tanaman Artemisia kelompok
seskuisterpen mempunyai beberapa formula artemisinin,artemeter, arte-eter,
artesunat, asam artelinik dan dihidroartemisinin. Obat ini bekerja sangat cepat dengan
paruh waktu kira-kira 2jam, larut dalam air, bekerja sebagai obat sizontocidal darah.
Pemakaian artemisinin sebagai obat tunggal menimbul-kan terjadinya rekrudensi,
maka di rekomendasikan untuk dipakai dengan kombinasi obat lain. Obat ini cepat
diubah dalam bentuk aktifnya (dihidroartemisinin) dan penyediaan ada yang oral,
parenteral/ injeksi dan suppositoria.
17
Hal ini disebut Artemisinin base Combination Therapy (ACT). Berupa kombinasi dosis tetap
(fixed dose combination = FDC) atau kombinasi tidak tetap (non-fixed dose combination).
Sampai dengan tahun 2010 WHO telah merekomendasikan 5 jenis ACT yaitu :
1. Artemether + Lumefantrine (FDC)
2. Artesunate + Mefloquine
3. Artesunate + Amodiaqine
4. Artesunate + Sulfadoksin-pirimetamine
5. Dihidroartemisinin + Piperakuine (FDC)
Yang terjadi di Indonesia ialah kombinasi artesunate + amodiakuin dengan nama dagang
“Artesdiaquine” atau “Arsuamoon”, artesunate berisi 50mg dan tiap tablet amodiakuin berisi
200mg. Didalam kemasan blister terdiri dari 4 tablet artesunate(warna putih) dan 4tablet
18
amodiakuin (warna kuning). BB diatas 50kg hari ke 1 sampai dengan hari ke 3 minum 8 tablet
yang terdiri dari 4 tablet artesunate dan 4 tablet amodiakuin. ACT yang ke-2 kombinasi di
hydroartemisinin + piperakuin (DHP), dengan nama dagang “ Arterekin” atau “Darplex” atau
“Artep” tiap tablet terdiri dari dihidroartemisinin 40mg dan piperakuin 320mg. pada orang
dewasa diatas 50 kg diberikan dosis 4tablet/hari selama 3hari. ACT yang ke-3 ialah kombinasi
dosis tetap (FDC) tiap tablet terdiri dari artemeter 20mg dan lumenfantrine 120mg, nama
daganya ialah “ Coartem”. Dosis orang dewasa diatas 50 Kg ialah 4tablet, 2x sehari selama
3hari. Kombinasi di Indonesia sebagai obat program tetapi tersedia untuk fasilitas swasta
(tersedia di Apotek) dan juga termasuk obat didalam daftar ASKES.
Apabila terjadi kegagalan sesudah 14hari dari mulai pengobatan ACT, timbulnya parasit ini
dapat disebabkan oleh re-infeksi (digigit kembali oleh nyamuk dan terjadi infeksi) atau
rekrudensi. Keadaan ini hanya dapat dibedakan dengan PCR (Polymerase Chain Reaction) yang
tidak tersedia di laboratorium klinik biasa
19
BAB III
PENUTUP
3. 1 KESIMPULAN
Dari hasil diskusi dan laporan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa: Malaria
merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa jenis sporozoa bernama
Plasmodium, yang terdiri atas 4 jenis yakni Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax,
Plasmodium ovale, dan Plasmodium malariae. Protozoa penyebab malaria ini disebarkan oleh
vektor nyamuk Annopheles betina.
Adapun faktor yang mempengaruhi derajat penyakit malaria adalah faktor parasit,
hospes, dan lingkungan. Gejala malaria yang disebut dengan cardinal sign of malaria
antara lain demam peroxysmal, anemia, dan splenomegali.
Pengobatan yang tepat akan sangat berguna untuk penanganan malaria agar tidak
terjadi komplikasi atau relaps pada kemudian hari. Pencegahan bisa dilakukan dengan
edukasi, kemoprofilaksis dan upaya proteksi diri untuk mencegah gigitan nyamuk.
3. 2 SARAN
Hendaknya mahasiswa belajar lebih dalam tentang materi pada modul ini, mencari
tambahan ilmu lebih banyak lagi dan terus diulang-ulang sehingga tetap melekat sepanjang
hayat. Mahasiswa diharap memahami dengan baik jenis-jenis penyakit yang telah dibahas dan
mampu membedakannya dengan baik dengan diagnosis bandingnya yang lain, agar mampu
menegakkan diagnosis pastinya dengan baik dan melakukan penatalaksanaan dengan tepat.
20