Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK KECIL

BLOK 10 MODUL 1
PENYAKIT INFEKSI PROTOZOA

Disusun oleh : Kelompok 5

Alvianita Ziinat L 1710015016


Yehezkiel Brilliant 1710015019
Nabila arianti alfitri 1710015028
Enjelina Febri Adi Melinia 1710015030
Indria Yulva Istralita 1710015043
Muh. Wiryansyah 1710015058
Joshua Gaza Dirgantara T 1710015062
Ramadhani Hengki Wijaya 1710015064
Vaya Luthfi Salsabila 1710015088
Asiah Nurul Izzah 1710015089
Olivia Siappa Tonglolangi 1710015099

Tutor :
dr. Fransiska A. Sihotang, M.Res

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkah-Nya kami
selaku kelompok 5 telah menyelesaikan laporan hasil diskusi kelompok kecil
pada Blok 10 Modul 1 Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman 2019.
Dalam proses penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terima kasih
kepada:
1. dr. Loly Rotua D. Siagian, M.Kes., Sp.PK sebagai Penanggung Jawab
Modul 1
2. dr. Fransiska A. Sihotang, M.Res selaku tutor kelompok 5 yang telah
membimbing kami selama menjalani diskusi kelompok kecil (DKK) I dan
diskusi kelompok kecil (DKK) II sehingga materi diskusi dapat mencapai
sasaran pembelajaran yang sesuai.
3. Rekan sekelompok yang telah mengkondusifkan suasana diskusi tutorial
dan bekerja sama dalam penyelesaian laporan ini
4. Dosen-dosen yang telah memberikan materi pendukung pada
pembahasan sehingga semakin membantu pemahaman kami terhadap
materi ini.
5. Kepada seluruh pihak yang turut membantu penyelesaian laporan ini,
baik sarana dan prasarana kampus yang kami pergunakan.
Kami mengharapkan agar laporan ini dapat berguna bagi penyusun
maupun bagi para pembaca di kemudian hari. Kami memohon maaf apabila
dalam penulisan laporan hasil diskusi kelompok kecil (DKK) ini terdapat kata
kata yang kurang berkenan dihati para pembaca. Kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Semoga laporan kami ini
dapat mendukung pemahaman pembaca terhadap materi tersebut.

Samarinda, 31 Januari 2019


Hormat Kami,

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii

BAB I..................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN.................................................................................................................... 4

A. LATAR BELAKANG............................................................................................................4
B. TUJUAN...........................................................................................................................4
C. MANFAAT........................................................................................................................4

BAB II.................................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN DAN ISI........................................................................................................5

A. SKENARIO.......................................................................................................................5
B. IDENTIFIKASI ISTILAH........................................................................................................6
C. IDENTIFIKASI MASALAH....................................................................................................6
D. ANALISA MASALAH..........................................................................................................6
E. SRUKTURNISASI KONSEP.................................................................................................8
F. IDENTIFIKASI TUJUAN BELAJAR.........................................................................................8
G. BELAJAR MANDIRI...........................................................................................................8
H. SINTESIS.........................................................................................................................9

BAB III................................................................................................................................. 35

PENUTUP............................................................................................................................ 35

A. KESIMPULAN.................................................................................................................35
B. SARAN..........................................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 36

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara tropis merupakan negara yang terdiri dari dua musim, yaitu
musim kemarau dan musim hujan, salah satunya adalah Indonesia yang
mana kadang perubahan musim ini berubah-ubah. Hal tersebut menjadikan
berbagai macam mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik di sebagian negara tropis. Bukan hanya mikroorganisme yang
menguntungkan, tetapi mikroorganisme yang merugikan pun juga banyak
dijumpai. Tidak heran jika banyak dijumpai kasus-kasus yang berhubungan
dengan infeksi mikroorganisme di Indonesia.

Sebagian besar pasien-pasien datang ke dokter dengan keluhan demam


yang sedang berlangsung beberapa hari. Kondisi ini merupakan hal yang
penting bagi dokter untuk mengetahui keadaan pasien dan pengobatan yang
efektif untuk dilakukan. Demam merupakan proses dari suatu inflamasi yang
dapat merupakan hal yang fisiologis ataupun hal yang patologis seperti
adanya suatu infeksi dari mikroorganisme.

Infeksi mikroorganisme di Indonesia yang masih sering terjadi adalah


melalui vektor, salah satunya adalah nyamuk.Vektor ini akan membawa
mikroorganisme di dalam tubuhnya, kemudian akan membawanya ke hospes
yaitu manusia dengan menggigitnya. Salah satu contohnya adalah nyamuk
Anopheles yang membawa plasmodium dan menginfeksikan ke manusia
sehingga terkena penyakit malaria. Penyakit ini merupakan contoh dari
infeksi mikroorganisme yaitu infeksi protozoa.

Gejala-gejala yang ditimbulkan dari penyakit malaria yang merupakan


infeksi protozoa ini mirip dengan gejala dari demam dengue yang merupakan
infeksi virus, serta demam tifoid yang merupakan infeksi bakteri yaitu demam.
Namun, penyakit-penyakit ini dapat dibedakan dengan ciri khas masing-
masing apabila dilakukan anamnesa yang tepat disertai pemeriksaan lebih
lanjut. Oleh karena itu, kami membuat laporan ini agar dapat mengetahui hal-

4
hal spesifik apa yang terdapat pada malaria sehingga dapat dibedakan
dengan penyakit lainnya.

1.2 Tujuan Penulisan

Dalam proses pembuatan laporan ini, diharapkan mahasiswa dapat


mengetahui dan memahami definisi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, pencegahan,
dan komplikasi dari suatu infeksi protozoa terutama pada penyakit malaria.

1.3 Manfaat

Manfaat dibuatnya laporan ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui


hal-hal yang berhubungan dengan infeksi protozoa terutama penyakit malaria
serta dapat membedakan dari penyakit lainnya yang terdapat adanya gejala
demam.

5
BAB II

PEMBAHASAN DAN ISI

2.1 Skenario

Pergi Kerja di Tambang, Pulang Bawa Penyakit

Amir, seorang pekerja tambang di suatu daerah pedalaman di Kalimantan


Timur, datang ke Puskesmas daerah tempatnya bekerja karena keluhan demam.
Demam dirasakan sejak 1 minggu sebelumnya. Demam bersifat hilang timbul
setiap 2 hari sekali dan setiap akan demam, Amir akan menggigil dan
berkeringat. Karena sifat hilang timbul, jika tidak demam, Amir masih dapat
melakukan aktivitas pekerjaannya di pertambangan. Selain demam, Amir juga
merasakan mual dan muntah serta sakit kepala dan seluruh badannya terasa
sakit. Di puskesmas tersebut Amir diperiksa oleh dokter dan hasilnya
menunjukkan tanda vital tekanan darah 110/80 mmHg, temperatur 38,9°C,
denyut nadi 98x/menit dab frekuensi pernapasan 20x/menit. Hasil laboratorium
menunjukkan kadar hemoglobin 10,5gr/dL, leukosit .800/µL, trombosit 65.000/µL,
hematokrit 35%. Dokter kemudian merujuk Amir ke rumah sakit tipe C untuk
dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang lainnya yaitu Widal, antibodi
dengue, dan DDR.

2.2 Identifikasi Istilah Sulit

 Widal : Pemeriksaan untuk menentukan adanya serangan mikroba


dengan cara memeriksa serum penderita. Pemeriksaan Widal sering
digunakan untuk pemeriksaan pada demam typhoid yang ditandai dengan
adanya aglutinasi
 DDR : Pemeriksaan hapusan darah tebal untuk menghitung jumlah
parasit dan kurang efektif apabila digunakan untuk mengidentifikasi jenis
parasit
 Rumah Sakit tipe C : Rumah sakit yang terdapat di tingkat
kabupaten/kota. Tipe rumah sakit yang mendapatkan rujukan fasilitas

6
kesehatan dari Poliklinik, Praktik dokter, Puskesmas dan sudah tersedia
fasilitas penunjang.

2.3 Identifikasi Masalah

1. Apakah hubungan pekerja tambang dengan penyakit yang sedang


diderita?
2. Mengapa Amir menggigil dan demam?
3. Mengapa demam yang dirasakan hilang timbul?
4. Mengapa Amir mengalami mual, muntah, dan sakit kepala?
5. Mengapa seluruh badan Amir merasa sakit?
6. Apakah menggigil, berkeringat dan demam terjadi secara bersamaan?
7. Mengapa harus dilakukan pemeriksaan Widal, Antibodi Dengue dan
DDR?
8. Bagaimana prinsip kerja pemeriksaan Widal, Antibodi Dengue dan DDR?
9. Mengapa amir dirujuk ke Rumah Sakit tipe C untuk dilakukan
pemeriksaan penunjang?
10. Apakah diagnosis penyakit Amir?
11. Apakah interpretasi dari hasil pemeriksaan vital sign dan laboratorium
Amir?

2.4 Analisa Masalah

1. Provinsi Kalimantan Timur merupakan daerah endemis penyakit infeksi,


serta yang daerah beriklim tropis yang masih dirimbuni oleh pepohonan.
Di daerah pertambangan, terbentuk banyak kubangan air oleh karena air
hujan yang tertampung di bekas-bekas galian pertambangan. Kubangan-
kubangan yang terbentuk menjadi tempat berkembang biak bagi nyamuk
Anopheles.
2. Salah satu gejala penyakit malaria adalah demam paroksismal. Terdapat
tigafase malaria yaitu :
a) Demam, yang disertai dengan menggigil, pucat, sianosis;
b) Panas, yang disertai panas, demam, sakit kepala dan seluruh
tubuh;

7
c) Berkeringat, yang disertai dengan tidur nyenyak, lemas.

3. Diduga salah satu gejala demam typhoid.


4. Pada penyakit demam typhoid, parasit menyerang gastrointestinal. Sakit
kepala timbul pada fase demam. Mual-muntah ditimbulkan oleh karena
sel mast membentuk histamine yang menimbulkan suatu mekanisme
yang dapat meningkatkan HCl di lambung. Parasit yang menyerang sel
darah merah sehingga terjadi hemolysis sehingga menyebabkan
terjadinya anemia. Kurangnya pasukan nutrisi dan oksigen yang diangkut
oleh eritrosit dapat menyebabkan sakit kepala. Mikroorganisme juga
menyerang otak dengan respon vasokonstriksi setelah terjadi vasodilatasi
oleh karena mikroorganisme menyerang sel darah merah sehingga suplai
oksigen menuju ke otak berkurang dan menyebabkan sakit kepala.
5. Kemungkinan pekerja mengidap malaria. Pada malaria yang disebabkan
oleh plasmodium falciparum yang menyerang sel darah merah sehingga
menimbulkan vasokonstriksi dan vasodilatasi vascular menyebabkan
suplai oksigen dan nutrisi berkurang bagi organ-organ tubuh, Hb
menurun, Hct menurun yang menyebabkan stress oksidatif, sehingga
otot menimbun asam laktat yang menyebabkan rasa sakit pada seluruh
tubuh.
6. Gigil,berkeringat, dan demam tidak terjadi bersamaan. Pada penyakit
malaria, diawali dengan menggigil, suhu meningkat, kemudian
berkeringat.
7. Pemeriksaan Widal untuk mendiagnosis penyakit demam typhoid; DDR
digunakan untuk mendiagnosis malaria; Antibody dengue untuk
mendiagnosis DBD.
8. a). DDR : Menggunakan hapusan darah tebal, menggunakan pewarnaan
giemsa, diamati dengan mikroskop menggunakan minyak imersi di bagian
ekor hapusan darah untuk mengetahui kuantitas parasit.
b.) Widal : Prinsip reaksi antibodi-antigen pada serum.
c.) Antibody Dengue : Prinsip sama dengan pemeriksaan Widal
9. Sesuai dengan SOP dari puskesmas dirujuk ke Rumah Sakit Tipe C.
10. Amir adalah seorang pekerja tambang, bekerja di daerah endemis serta
pertambangan yang banyak terbentuk kubangan air. Amir kemungkinan

8
sedang terinfeksi bakteri, virus, atau parasite. Kemungkinan terbesar Amir
didiagnosis mengidap malaria.
11. Vital Sign normal; suhu meningkat; Nilai Hct menurun (normal 40-45%);
Hb menurun (14-18 gr/dL); Jumlah Leukosit normal; Jumlah Trombosit
menurun (trombositopenia).

2.5 Strukturisasi Konsep

Pekerja Tambang,  Mual


Demam 1 Minggu
daerah endemis  Muntah
 SakitKepala
 Menggigil
 Berkeringat
 Sakit pada
Temperatur Tubuh Seluruh Tubuh
Pemeriksaan Fisik
38,90C

Pemeriksaan Penunjang

1. Malaria
2. Demam
Typhoid
Diagnosis Banding 3. Demam
Dengue
4. DBD

Pemeriksaan
Rujuk Penunjang: Widal,
Antibody Dengue,
DDR.

Tatalaksana

9
2.6 Learning Objective

2.7 Belajar Mandiri

Dalam tahap belajar mandiri ini, setiap individu kelompok melakukan kegiatan
belajar baik mandiri maupun kelompok dengan mempelajari semua hal yang
berkaitan dengan learning objectives dari berbagai sumber referensi yang bisa
didapat.

2.8 Sintesis

1. Definisi dan Etiologi Malaria


Infeksi malaria di sebabkan parasit plasmodium di dalam darah yang
dibuktikan dengan pemeriksaan mikroskopik yang positif, ditemukan
DNA/RNA parasit pada pemeriksaan PCR. Malaria dapat disebabkan
oleh beberapa jenis plasmodium seperti plasmodium vivax , plasmodium
knowlesi, plasmodium ovale, plasmodium malariae, plasmodium
falciparum, dimana setiap jenis ini memberikan gejala yang berbeda-beda
pula
2. Epidemiologi Malaria

A. Gambaran Berdasar Laporan Rutin Program


 Stratifikasi Malaria
Pada tahun 2007 Kementerian Kesehatan membuat
kebijakanmengenai penggunaan satu indikator untuk
mengukur angka kejadian malaria, yaitu dengan API(Annual
Parasite Incidence).API mensyaratkan bahwa setiap kasus
malaria harus dibuktikan dengan hasil pemeriksaan sediaan
darah dan semua kasus positif harus diobati dengan
pengobatan kombinasi berbasis artemisinin atau ACT
(Artemisinin-based Combination Therapies).
Berdasarkan API, dilakukan stratifikasi wilayah
dimana Indonesia bagian Timur masuk dalam stratifikasi
malaria tinggi, stratifikasi sedang di beberapa wilayah di

10
Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera sedangkan di Jawa-
Bali masuk dalam stratifikasi rendah, meskipun masih
terdapat desa/fokus malaria tinggi.
API dari tahun 2008 – 2009 menurun dari 2,47 per
1000 penduduk menjadi 1,85 per 1000 penduduk. Bila
dilihat per provinsi dari tahun 2008 – 2009 provinsi dengan
API yang tertinggi adalah Papua Barat, NTT dan Papua
terdapat 12 provinsi yang diatas angka API nasional.
 Plasmodium
Plasmodium penyebab malaria yang ada di Indonesia
terdapat beberapa jenis yaitu plasmodium falsifarum, plasmodium
vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale dan yang mix
atau campuran.

11
Pada tahun 2009 penyebab malaria yang tertinggi adalah
plasmodium vivax (55,8%), kemudian plasmodium falsifarum,

sedangkan plasmodium ovale tidak dilaporkan. Data ini berbeda


dengan data riskesdas 2010, yang mendapatkan 86,4%
penyebab malaria adalah plasmodium falsifarum, dan
plasmodium vivax sebanyak 6,9%.
 Sebaran Kejadian Luar Biasa (KLB) Tahun 2006 - 2009
Dari tahun 2006–2009 Kejadian Luar Biasa (KLB) selalu
terjadi di pulau Kalimantan walaupun kabupaten/kota yang
terjangkit berbeda-beda tiap tahun. Pada tahun 2009, KLB
dilaporkan terjadi di pulau Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur dan

Banten), Kalimantan (Kalimantan Selatan), Sulawesi (Sulawesi


Barat), NAD dan Sumatera (Sumatera Barat, Lampung) dengan
total jumlah penderita adalah 1.869 orang dan meninggal
sebanyak 11 orang. KLB terbanyak di pulau Jawa yaitu sebanyak
6 kabupaten/kota.
 Data rumah sakit

12
Menurut data statistik rumah sakit, angka kematian (CFR)
penderita yang disebabkan malaria untuk semua kelompok umur
menurun drastis dari tahun 2004 ke tahun 2006 (dari 10,61%
menjadi 1,34%). Namun dari tahun 2006 sampai tahun 2009 CFR
cenderung meningkat hingga lebih dua kali lipat.
Sedangkan untuk jumlah pasien rawat inap yang keluar
dari tahun 2004 - 2009 berfluktuatif dan pasien rawat inap laki-laki
lebih banyak dari perempuan.

B. Situasi Malaria Berdasarkan Survei dan Penelitian


 Prevalensi malaria berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Tahun 2010
Prevalensi malaria berdasarkan Riskesdas 2010 diperoleh
dalam bentuk point prevalence. Point prevalence menunjukan
proporsi orang di populasi yang terkena penyakit pada waktu
tertentu.
Spesies parasit malaria yang paling banyak ditemukan
adalah Plasmodium falciparum (86,4%) sedangkan sisanya
adalah Plasmodium vivax dan campuran antara P. falciparum dan
P. Vivax. Namun data sebaran parasit perwilayah tidak diperoleh,
sehingga tidak dapat diketahui jenis parasit yang dominan per
suatu wilayah.
Menurut karakteristik umur, point prevalence paling tinggi
adalah pada umur 5-9 tahun (0,9%), kemudian pada kelompok
umur 1-4 tahun (0,8%) dan paling rendah pada umur <1 tahun
(0,3%).

13
Untuk karakteristik jenis kelamin, tempat tinggal,
pendidikan dan pekerjaan, point prevalensi dan period prevalensi
hampir sama.
 Mass Blood Survei (MBS)
Pada tahun 2008 dilakukan Mass Blood Survei (MBS) di
14 provinsi yang menjadi wilayah kegiatan The Global Fund to
Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria (GF ATM). Pada MBS
dilakukan pengambilan sediaan darah berdasarkan mikroskop
dan Rapid Diagnostic Test (RDT). Hasil MBS menunjukkan
bahwa Provinsi dengan kasus positif tertinggi adalah Nusa
Tenggara Timur (32.321 orang) dan Maluku (23.754 orang).
 Vektor Malaria di Indonesia
Di Indonesia konfirmasi vektor telah dilakukan sejak tahun
1919 sampai tahun 2009, dan selama periode tersebut terdapat
25 spesies ditemukan positif membawa parasit malaria.
Menurut tempat berkembang biak, vektor malaria dapat
dikelompokkan dalam tiga tipe yaitu berkembang biak di
persawahan, perbukitan/hutan dan pantai/aliran sungai. Vektor
malaria yang berkembang biak di daerah persawahan adalah An.
aconitus, An. Annullaris, An. barbirostris, An. kochi, An karwari,
An.nigerrimus, An.sinensis, An.tesellatus, An.Vagus, An. letifer.
Vektor malaria yang berkembang biak di perbukitan/hutan adalah
An.balabacensis, An.bancrofti, An.punculatus, An.Umbrosus.
Sedangkan untuk daerah pantai/aliran sungai jenis vekor malaria
adalah An.flavirostris, An.Koliensis, An.ludlowi, An.minimus,
An.punctulatus, An.parangensis, An.sundaicus, An.subpictus.
Waktu aktivitas menggigit vektor malaria yang sudah
diketahui yaitu jam 17.00-18.00, sebelum jam 24 (20.00-23.00),
sete-lah jam 24 (00.00-4.00).Vektor malaria yang aktivitas
menggigitnya jam 17.00-18.00 adalah An.tesselatus, sebelum jam
24 adalah An.Aconitus, An.annullaris, An.barbirostris, An.kochi,
An.sinensis, An.Vagus, sedangkan yang menggigit setelah jam
24 adalah An.farauti, An.koliensis, An.leucosphyrosis,
An.unctullatus.

14
3. Patogenesis Malaria
Melalui gigitan nyamuk Anopheles, sporozoit masuk aliran darah
selama 1/2-1 jam menuju hati untuk berkembang biak. Selanjutnya
berpuluh-puluh ribu merozoit masuk ke dalam darah dan masuk ke dalam
eritrosit untuk berkembang biak menjadi tropozoit. Skizon eritrosit pecah
(disebut sporulasi), sambil membesarkan puluhan merozoit sebagian
skizon masuk kembali ke eritrosit baru dan sebagian lagi membentuk
mikro dan makro gametosit. Gametosit akan terisap oleh nyamuk
Anopheles saat menghisap darah penderita untuk memulai fase
sporogoni.
Dalam siklus hidupnya parasit malaria membentuk stadium sizon
jaringan dalam sel hati (stadium ekso-eritrositer). Setelah sel hati pecah,
akan keluar merozoit atau kriptozoit yang masuk ke eritrosit membentuk
stadium sizon dalam eritrosit (stadium eritrositer). Disitu mulai bentuk
troposit muda sampai sizon tua atau matang sehingga eritrosit pecah dan
keluar merozoit.
Sebagian besar Merozoit masuk kembali ke eritrosit dan sebagian
kecil membentuk gametosit jantan dan betina yang siap untuk diisap
nyamuk malaria betina dan melanjutkan siklus hidupnya di tubuh nyamuk
(stadium sporogoni).
Di dalam lambung nyamuk, terjadi perkawinan antara sel gamet
jantan (mikro gamet) dan sel gamet betina (makro gamet) yang disebut
zigot. Zigot berubah menjadi ookinet, kemudian masuk ke dinding
lambung nyamuk dan berubah menjadi ookista. Setelah ookista matang
akan pecah dan keluar sporozoit yang berpindah ke kelenjar liur nyamuk,
dan siap untuk ditularkan ke manusia. Khusus P. vivax dan P. ovale pada
siklus parasitnya, di jaringan hati (sizon jaringan) sebagian parasit yang
berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit, akan
tetapi tertanam di jaringan hati -disebut hipnosit. Bentuk hipnosit inilah
yang menyebabkan malaria relapse. Pada penderita yang mengandung
hipnosoit, apabila suatu saat dalam keadaan daya tahan tubuh menurun,
misalnya akibat terlalu lelah, sibuk, stress atau perubahan iklim (musim
hujan), hipnosoit dalam tubuhnya akan terangsang untuk melanjutkan

15
siklus parasit dari sel hati ke eritrosit. Setelah eritrosit yang berparasit
pecah, akan timbul kembali gejala penyakit. Misalnya 1–2 tahun
sebelumnya pernah menderita P. vivax/ovale dan sembuh setelah diobati,
bila kemudian mengalami kelelahan atau stress, gejala malaria akan
muncul kembali, sekalipun yang bersangkutan tidak digigit nyamuk
anopheles. Bila dilakukan pemeriksaan, akan didapati SD positif P.
vivax/ovale.
Pada P. Falciparum serangan dapat meluas ke berbagai organ
tubuh lain dan menimbulkan kerusakan seperti di otak, ginjal, paru, hati
dan jantung, yang mengakibatkan terjadinya malaria berat atau
komplikasi. Plasmodium Falciparum dalam jaringan yang mengandung
parasit tua – bila jaringan tersebut berada di dalam otak- peristiwa ini
disebut sekustrasi. Pada penderita malaria berat, sering tidak ditemukan
plasmodium dalam darah tepi karena telah mengalami sekuestrasi.
Meskipun angka kematian malaria serebral mencapai 20-50 persen
hampir semua penderita yang tertolong tidak menunjukkan gejala sisa
neurologis (sekuele) pada orang dewasa. Malaria pada anak kecil dapat
terjadi sekuel.
Pada daerah hiperendemis atau immunitas tinggi apabila
dilakukan pemeriksaan SD sering dijumpai SD positif tanpa gejala klinis
pada lebih dari 60 persen penduduk.
Siklus Aseksual
Sporozoit infeksius dari kelenjar ludah nyamuk anopeles betina
dimasukkan kedalam hospes vertebra ( manusia ) melalui tusukan
nyamuk tersebut. Dalam waktu tiga puluh menit jasad tersebut memasuki
sel - sel parenkim hati dan dimulai stadium eksoeritrositik dari pada daur
hidupnya. Didalam sel-sel hati parasit tumbuh menjadi skizon dan
berkembang menjadi merozoit. Sel hati yang mengandung parasit pecah
dan merozoit keluar dengan bebas, sebagian di fagosit. Oleh karena
prosesnya terjadi sebelum memasuki eritrosit maka disebut stadium
preeritrosit atau eksoeritrositik. Siklus eritrositik dimulai saat merozoit
memasuki sel - sel darah merah . Parasit tampak sebagai kromatin kecil
dikelilingi oleh sitoplasma yang membesar , bentuk tidak teratur dan mulai
membentuk tropozoit. Tropozoit berkembang menjadi skizon muda

16
kemudian menjadi skizon matang dan membelah banyak menjadi
merozoit. Dengan selesainya pembelahan tersebut sel darah merah
pecah dan merozoit, pigmen, sisa sel keluar memasuki plasma darah .
Parasit memasuki sel darah merah lainnya untuk mengulangi siklus
skizogoni. Beberapa merozoit memasuki eritrosit dan membentuk skizon
dan lainnya membentuk gametosit yaitu bentuk seksual.
Siklus Seksual
Terjadi dalam tubuh nyamuk. Gametosit yang bersama darah
tidak dicerna oleh sel-sel lain. Pada makroganet (jantan) kromatin
membagi menjadi 6-8 inti yang bergerak kepinggir parasit, dipinggir ini
beberapa filamen dibentuk seperti cambuk dan bergerak aktif disebut
mirkogamet. Pembuahan terjadi karena masuknya mikrogamet kedalam
makrogamet untuk membentuk zigot. Zigot berubah bentuk seperti cacing
pendek disebut ookinet yang dapat menembus lapisan epitel dan
membran basal dinding lambung. Ditempat ini ookinet membesar disebut
ookista . Didalam ookista dibentuk ribuan sporozoit menembus kelenjar
dan masuk ke kelenjar ludah nyamuk dan bila nyamuk menggigit /
menusuk manusia maka sporozoit masuk kedalam darah dan mulailah
siklus preeritrositik

17
4. Manifestasi Klinis Malaria
Manifestasi klinis malaria tergantung pada imunitas penderita, dan
tingginya transmissi infeksi malaria. Berat/ringannya infeksi dipengaruhi
oleh jenis plasmodium, daerah asal infeksi, umur, ada dugaan konstitusi
genetik, keadaan kesehatan dan nutrisi, kemoprofilaksis dan pengobatan
sebelumnya.
Dikenal 5 jenis plasmodium (P) yang menginfeksi manusia yaitu P.
Vivax yang merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan
malaria tertiana/ vivaks, P. falciparum, memberikan banyak komplikasi
mempunyai perjalanan klinis yang cukup serius, mudah resisten dengan
pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/ falsiparum, P. malariae,
cukup jarang namun dapat menimbulkan sindroma nefrotik dan
menyebabkan malaria quartana/ malariae, P. ovale dijumpai pada daerah
Afrika dan Pasifik barat, memberikan infeksi yang paling ringan dan
sering sembuh spontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale,
dan plasmodium ke-5 ialah P. knowlesi yang dilaporkan pertama kali di
serawak sering didiagnosa sebagai P. malariae dan dapat menyebabkan
malaria berat.

18
(PAPDI, 2014)

Manifestasi Umum Malaria

Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik,


anemia dan splenomegali. Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing
plasmodium. Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam
berupa kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit punggung, merasa dingin di
punggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksi, sakit perut,
diare ringan dan kadang-kadang dingin, keluhan prodromal sering terjadi
pada P. vivax dan ovale, sedang pada P. falciparum dana malariae keluhan
prodromal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak.

Gejala yang klasik yaitu terjadinya ” Trias Malaria ” secara


berurutan: periode dingin (15-60 menit) : mulai menggigil, penderita sering
membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil
sering seluruh badan bergetar gigi-geligi saling terantuk diikuti dengan
meningkatnya tempereatur; diikuti dengan periode panas : penderita muka
merah, nadi cepat dan suhu badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti
dengan keadaan berkeringat kemudian periode berkeringat : penderita
berkeringat banyak dan temperatur turun dan penderita merasa sehat.
Trias malaria lebih sering terjadi pada P.vivax, pada P. falciparum
menggigil dapat berlangsung berat ataupun tidak ada . Periode tidak panas
berlangsung 12 jam pada P. falciparum, 36 jam pada P. vivax dan ovale,
60 jam pada P. malariae. Timbulnya gejala trias malaria ini juga
dipengaruhi tingginya kadar TNF- alfa.

Anemia merupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi


malaria. Beberapa mekanisme terjadinya anemia ialah : pengrusakan
eritrosit oleh parasit , hambatan sementara ertropoiesis, hemolisis oleh
karena kompleks imun yang diperantarai komplemen, ertrofagositosis,
penghambatan pengeluaran retikulosit dan pengaruh sitokin. Pembesaran
limpa (splenomegali) sering dijumpai pada penderita malaria, limpa akan
teraba setelah 3- hari dari serangan infeksi akut limpa menjadi bengkak,
nyeri dan hiperemis, Limpa merupakan organ yang penting dalam
pertahanan tubuh terhadap infeksi malaria, penelitian pada binatang

19
percobaan memperlihatkan limpa memfagosit eritrosit yang terinfeksi
melalui perubahan metabolisme, antigenik dan rheological dari eritrosit
yang terinfeksi.

(PAPDI, 2014)

Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infeksi malaria ialah:

 Serang primer : yaitu keadaan mulai dari akhir maasa inkubasi


dan mulai terjadi serangan paroksismal ini dapat pendek atau
panjang tergantung dari jumlah parasit dan keadaan immunitas
penderita.
 Perode latent : yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia
selama terjadinya infeksi malaria. Biasanya terjadi diantara dua
keadaan paroksismal.
 Rekrudesensi : berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam
masa 8 minggu sesudah berakhirnya serangan primer.
Rekrudesensi dapat terjadi berupa berulangnya gejala klinik
sesudah periode laten dari serangan primer. Sering disebut
relapse waktu panjang.
 Rekurens : yaitu berulangnya gejala klinik atau parasietmia
setelah 24 minggu berakhirnya serangan primer.
 Relasp atau Rechute : yaitu berulangnya gejala klinik atau
parasitemia yang lebih lama dari waktu diantara serangan

20
periodik dari infeksi primer atau setelah periode yang lama dari
masa laten (sampai 5 tahun), biasanya terjadi karena infeksi tidak
sembuh atau oleh bentuk diluar eritrosit pada malaria vivaks atau
ovale.

(PAPDI, 2014)

Manifestasi Klinis Malaria Tertiana/ M. Vivax/ M.Benigna

Inkubasi 12-17 hari, bisa lebih panjang 12 – 20 hari. Pada hari-hari


pertama panas ireguler, kadang-kadang remiten atau intermiten, pada saat
tersebut perasaan dingin atau menggigil jarang terjadi. Pada akhir minggu
tipe panas menjadi intermiten dan periodik setiap 48 jam dengan gejala
klasik trias malaria. Serangan paroksismal biasanya terjadi waktu sore hari.
Kepadatan parasit mencapai maksimal dalam waktu 7-14 hari.

Pada minggu kedua limpa mulai teraba. Parasitemia mulai


menurun setelah 14 hari, limpa masih dapat membesar dan panas masih
berlangsung. Pada akhir minggu kelima panas mulai turun. Pada malaria
vivaks, limpa dapat membesar sampai derajat 4 atau 5 (ukuran Hackett).
Malaria serebral jarang terjadi. Edena tungkai desebabkan karena
hipoalbuminemia. Malaria vivaks sering menyebabkan relaps. Pada
pnederita yang semi-imun infeksi malaria vivaks tidak spesifik dan ringan
saja; parasitemia hanya rendah; serangan demam hanya pendek dan
penyembuhan lebih cepat. Resistensi terhadap kloroquin pada malaria
vivaks juga dilaporkan di irian jaya dan di daerah lainnya (Sumatra). Relaps

21
sering terjadi karena keluarnya bentuk hipnozoit yang tertinggal di hati
apda saat status imun tubuh menurun. Malaria vivaks saat ini dapat juga
berkembang menjadi malaria berat dan memberikan komplikasi seperti
gagal pernapasan, malaria serebral, disfungsi hati dan anemia berat.

Manifestasi Klinis Malaria Malariae/M. Quartana

M. malariae banyak dijumpai didaerah Afrika, Amerika latin,


sebagian Asia. Penyebarannya tidak seluas P. Vivax dan P. Falciparum.
Masa inkubasi 18 – 40 hari. Manifestasi klinik seperti pada maria vivaks
hanya berlangsung lebih ringan, anemia jarang terjadi, splenomegali sering
dijumpai walaupun ringan. Serang paroksismal tejradi taip 3-4 hari,
biasanya pada waktu sore dan parasitemia sangat rendah < 1%.

Komplikasi jarang terjadi sindroma nefrotik dilaporkan pada infeksi


plasmodium amariae pada anak-anak Afrika. Diduga komplikasi ginjal
disebabkan oleh karena deposit kompleks imun pada glomerulus ginjal. Hal
ini terbukti dengan adanya peningkatan Ig M bersama peningkatan titer anti
–bodinya. Pada pemeriksaan dapat djumpai edema, asites, proteinuria
yang banyak, hipoproteinaemia, tanpa uremia dan hipertensi. Keadaan ini
prognosisnya jelek, respon terhadap pengobatan anti malaria tidak
menolong, diet dengan kurang garam dan tinggi protein, dan diuretik boleh
dicoba, steroid tidak berguna. Pengobatan azatioprin dengan dosis 2-2,5
mg/kg B. B selama 12 bulan tampaknya memberikan hasil yang baik;
siklofosfamid lebih sering memberikan efek toksik. Rekrudesensi sering
terjadi pada plasmodium malariae, parasit dapat bertahan lama dalam
darah perifer, sedang bentuk diluar eritrosit (di hati) tidak terjadi pada P.
malariae.

Manifestasi Klinis Malaria Ovale

Merupakan bentuk yang paling ringan dari semua jenis malaria.


Masa inkubasi 11-16 hari, serangan paroksismal 3-4 hari terjadi malam hari
dan jarang lebih dari 10 kali walaupun tanpa terapi. Apabila terjadi infeksi
campuran dengan plasmodium lain, maka P.ovale tidak akan tampak
didarah tepi, tetapi plasmodium yang lain akan ditemukan. Gejala klinis

22
hampir sama dengan maria vivaks, lebih ringan, puncak panas lebih
rendah dan perlangsungan lebih pendek, dan dapat sembuh spontan tanpa
pengobatan. Serangan menggigil jarang terjadi dan splenomegali jarang
sampai dapat diraba.

Manifestasi Klinis Malaria Tropika/M. Falsiparum

Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang


paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali,
parasitemia yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14
hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh
Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang
berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya
spesies yang memiliki 2 kromatin inti (Double Chromatin).

Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur


hidup. Infeksi Plasmodium Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah
merah yang mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk
melekat pada lapisan endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi
trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi
lainnya dengan angka komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan
gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water Fever).

Manifestasi Klinik P. Knowlesi

Sejak dipublikasikan tahun 2004 sebagi hasil studi retrospektif


terhadap adanya kasus di Kapit-serawak dimana dilaporkan sebagai P.
malariae yang tidak klasik. Malaria ini dikenal Simian malaria yang
menginfeksi kera ber-ekor panjang dikenal sebagai Maccaca fascicularis,
M. nemstrina dan juga Presbytis femoralis. Dalam retrospektif analisis
kasus malaria di Serawak-Sabak tahun 2001-2006, dari 960 kasus, P.
knowlesi ditemukan pada 266 (27.7%). Selain di serawak Malaysia, P.
knowlesi juga dilaporkan di Filipina, Singapura, Thailand dan Myanmar. Di
Indonesia juga pernah dilaporkan penderita dari Kalimantan. Sebagai
vektor utama ialah Anopheles cracens, An. Latens, An. Balabacencis.
Malaria ini sering didiagnosa sebagi P. malariae yang tidak klasik karena

23
gejala panas lebih dominan, dengan puncak panas tiap hari, kadang
dengna 2 puncak. Mempunyai siklus aseksual tiap 24 jam dan masa
inkubasi eksperimental 9-12 hari. Sering dijumpai gejala nyeri abdomen
dengan diarea. Parasitemia lebih tinggi dibandingkan oleh P. malariae.
Komplikasi malaria berat dapat terjadi berupa penurunan kesadaran,
hipotensi, gagal ginjal, ikterik, gagal pernapasan dan menyebabkan
kematian. Diagnosa pasi hanya dengan pemeriksaan analisis DNA dengan
PCR.

5. Diagnosis dan Diagnosis Banding Malaria


Manifestasi klinis malaria dapat bervariasi dari ringan sampai
membahayakan jiwa. Gejala utama demam sering didiagnosis dengan
infeksi lain: seperti demam typhoid, demam dengue,leptospirosis,
chikungunya, dan infeksi saluran nafas. Adanya thrombositopenia sering
didiagnosis dengan leptospirosis,demam dengue atau typhoid. Apabila ada
demam dengan ikterik bahkan sering diintepretasikan dengan diagnosa
hepatitis dan leptospirosis. Penurunan kesadaran dengan demam sering
juga didiagnosis sebagai infeksi otak atau bahkan stroke.
Mengingat bervariasinya manifestasi klinis malaria maka
anamnesis riwayat perjalanan ke daerah endemis malaria pada setiap
penderita dengan demam harus dilakukan. Diagnosis malaria ditegakkan
seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Untuk malaria berat diagnosis
ditegakkan berdasarkan kriteria WHO.Untuk anak <5 tahun diagnosis
menggunakan MTBS namun pada daerah endemis rendah dan sedang
ditambahkan riwayat perjalanan ke daerah endemis dan transfuse
sebelumnya. Pada MTBS diperhatikan gejala demam dan atau pucat untuk
dilakukan pemeriksaan sediaan darah. Diagnosis pasti malaria harus
ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis atau uji
diagnostic cepat (Rapid Diagnostic Test = RDT).
A. Anamnesis
Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:

24
 Keluhan: demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit
kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
 Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria.
 Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria.
 Riwayat tinggal di daerah endemis malaria.
Setiap penderita dengan keluhan demam atau riwayat demam harus
selalu ditanyakan riwayat kunjungan ke daerah endemis malaria.

B. Pemeriksaan Fisik
 Suhu tubuh aksiler> 37,5 °C
 Konjungtiva atau telapak tangan pucat
 Sklera ikterik
 Pembesaran Limpa (splenomegali)
 Pembesaran hati (hepatomegali)

C. Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan dengan mikroskop
 Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di lapangan/
rumah sakit/laboratorium klinik untuk menentukan:
 Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
 Spesies dan stadium plasmodium.
 Kepadatan parasit/jumlah parasit.
 Pemeriksaan dengan uji diagnostic cepat (Rapid DiagnosticTest)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit
malaria, dengan menggunakan metode imunokromatografi.
Sebelum menggunakan RDT perlu dibaca petunjuk penggunaan
dan tanggal kadaluarsanya. Pemeriksaan dengan RDT tidak
digunakan untuk mengevaluasi pengobatan.

Diagnosis Banding Malaria


MALARIA BERAT

25
Malaria berat adalah : ditemukannya Plasmodium falciparum atau
Plasmodium vivax stadium aseksual dengan satu atau lebih dari
manifestasi klinis sebagai berikut (WHO,2015):
 Perubahan kesadaran (GCS<11, Blantyre <3)
 Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)
 Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
 Distres pernafasan (pada anak)
 Edema paru (didapat dari gambaran radiologi atau saturasi
oksigen <92 % dan frekuensi pernafasan >30)
 Gagal sirkulasi atau syok: pengisian kapiler >3 detik, tekanan
sistolik <80 mm Hg (pada anak: <70 mmHg)
 Jaundice (bilirubin >3mg/dL dan kepadatan parasit >100.000 pada
Falcifarum)
 Hemoglobinuria
 Perdarahan spontan abnormal
Atau gambaran laboratorium sebagai berikut:
 Hipoglikemi (gula darah<40 mg%)
 Asidosis metabolik (bikarbonat plasma <15 mmol/L).
 Anemia berat (Hb <5 gr% untuk endemis tinggi, <7gr% untuk
endemis sedang-rendah), pada dewasa Hb <7gr% atau
hematokrit<15%)
 Hiperparasitemia (parasit>2 % eritrosit atau 100.000 parasit /μL di
daerah endemis rendah atau> 5% eritrosit atau 100.0000
parasit /μl di daerah endemis tinggi)
 Hiperlaktemia (asam laktat>5 mmol/L)
 Hemoglobinuria
 Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg%) atau urea
darah>20 mmol/liter

6. Tatalaksana dan Pencegahan Malaria


Tata Laksana
Obat anti malaria terdiridari 5 jenis, yaitu :

26
a) Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit pre-eritrosit :
progunil, pirimetamin
b) Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit
eksoeritrosit : primakuin
c) Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit : kina,
klorokuin, amodiakuin
d) Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual : primakuin
(untuk semua jenis Plasmodium) dan kina, klorokuin, amodiakuin
(tidak efektif untuk P.falciparum)

Pengobatan dengan antimalarial sendiri dapat digunakan sebagai


profilaksis kuratif (skizontisid) dan pencegahan transmisi (gametosid,
sporontosid)

Malaria Falciparum

Lini pertama :Artesunat + Amodiakuin + Primakuin

a) Dua blister : amodiakuin (12x200mg-153mg basa) dan artesunat


(12x50mg). diberikan per oral selama 3 hari , dengan dosis
tunggal amodiakuin basa 10 mg/KgBB dan artesunat 4 mg/kgBB
b) Tiga blister (setiap hari 1 blister untuk dosis dewasa) dengan
setiap blister berisi 4 tablet artesunat @50 mg dan 4 tablet
amodiakuin @150mg.
c) Primakuin
Tablet @25mg garam – 15mg basa, diberikan per oral dengan
dosis tunggal 0,75 mg basa/kgBB pada hari pertama.
Kontra indikasi : hamil, bayi<1 tahun, penderita defisiensi GBPD.

Lini pertama :Dihidroartemisin + Piperakuin + Primakuin

Saat ini khusus digunakan untuk daerah Papua.Obat ini dapat diberikan
pada ibu hamil trimester 2 dan 3. Dosis yang digunakan sesuai berat badan :

a) Dihidroartemisin = 2 – 4 mg/KgBB
b) Piperakuin = 16 – 31 mg/KgBB

27
c) Primakuin = 0,75 mg/KgBB

Lini kedua : Kina + Doksisiklin/Tetrasiklin + Primakuin

a) Kina
Tablet, 200 mg kina fosfat/sulfat.Diberikan per oral 3 kali/hari
dengan dosis 10 mg/KgBB selama 7 hari.
b) Doksisiklin
Kapsul/tablet 50mg atau 100mg doksisiklin HCl, diberikan 2
kali/hari dengan dosis anak 8-14 tahun 2 mg/KgBB/hari. Tidak
boleh diberikan pada umur dibawah 8 tahun dan ibu hamil.
c) Tetrasiklin
Kapsul @250mg atau @500mg tetrasiklin HCl, diberikan 4 kali/hari
selama 7 hari, dosis 4-5mg/kgBB/kali. Tidak boleh diberikan pada
anak umur dibawah 8 tahun dan ibu hamil.
d) Primakuin
Diberikan seperti lini pertama.

Malaria vivax dan ovale

Lini pertama :Artesunate + Amodiakuin atau DHP

Dosis sama dengan antimalarial untuk P.falciparum dengan perbedaan lama


pemberian obat primakuin selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg/KgBB.

Lini kedua : Kina + Primakuin

Dosis kina sama dengan untuk P.falciparum. Apabila dibawah 1 tahun, dosis
harus sesuai dengan berat badan. Dosis primakuin 0,25 mg/kgBB/hari
selama 14 hari dengan kontraindikasi yang sama. Pada malaria vivax relaps,
regimen yang digunakan sama hanya dosis primakuin ditingkatkan yaitu 0,5
mg/KgBB/hari selama 14 hari.

Malaria malariae

Pengobatan cukup diberikan ACT 1 kali/hari selama 3 hari dengan dosis


sama dengan pengobatan lain.

Malaria falciparum + vivax

28
Pengobatan dengan ACT selama 3 hari serta primakuin pada hari pertama
dengan dosis 0,75 mg/KgBB dilanjutkan pada hari 2-14 dengan dosis 0,25
mg/KgBB.

Malaria Berat

Prinsip tatalaksana berupa tindakan stabilisasi (airway, breathing,


circulation), pengobatan simtomatik, pemberian antimalarial, dan
penanganan komplikasi. Antimalarial yang menjadi pilihan utama adalah
derivate artemisinin parenteral yaitu artesunat(IV/IM) dan artemeter (IM).
Obat ini tidak diholehkan untuk kehamilan trimester I. obat alternative lain
untuk malaria berat adalah kina dihidroklorida parenteral.

a) Artesunat
Vial 60mg serbuk kering asam artesunik dan pelarut 0,6 ml natrium
bikarbonat 5%. Setelah dilarutkan ditambah dengan 3-5 ml Dekstrosa
5%. Bolus loading dose dilakukan 2,4mg/KgBBselama 2 menit dan
diulang setelah 12 jam. Selanjutnya diberikan 2,4mg/KgBB 1x/hari
sampai mampu minum obat.Pemberian IM dilakukan dengan dosis yang
sama .Bila sudah dapat diminum, dilanjutkan dengan regimen lini
pertama malaria falciparum tanpa komplikasi.
b) Artemeter
Ampul @80 mg dalam larutan minyak.Diberikan loading dose 3,2
mg/KgBB IM selanjutnya 1,6 mg/KgBB IM 1 kali/hari sampai mampu
minum obat.

Pencegahan Malaria

Upaya pencegahan dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap


resiko malaria, mencegah gigitan nyamuk, pengendalian vector, dan
kemoprofilaksis. Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan
menggunakan kelambu, berinsektisida, repelen, kawat kasa nyamuk dan
lain-lain.

29
Obat yang digunakan untuk kemoprofilaksis adalah doksisiklin
dengan dosis 100mg/hari.Obat ini diberikan 1-3 hari sebelum bepergian
selama berada di daerah tersebut sampai 4 minggu dan setelah kembali.
Tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak dibawah umur 8 tahun dan
tidak boleh diberikan lebih dari 6 bulan.

7. Komplikasi Malaria
Komplikasi pada malaria umumnya disebabkan oleh infeksi P.
falciparum dan sering disebut dengan pernicious manifestations. Hal ini
selaras dengan patogenesis dari P. falciparum itu sendiri di mana dapat
menyebabkan sitoadheren dan sekuestrasi dari eritrosit yang terinfeksi
sehingga terjadi hambatan (obstruksi) dari pembuluh darah itu sendiri.
Selain itu, faktor lain seperti TNF-a dan sitokin lainnya yang diproduksi
oleh parasit malaria juga diduga memiliki peranan dalam patogenesis
malaria berat ini.
Menurut WHO penderita malaria dikatakan terkomplikasi apabila
terdapat infeksi P. falciparum dengan satu atau lebih gejala klinis sebagai
berikut :
a) Malaria Serebral (koma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain
atau lebih dari 30 menit setelah serangan kejang; standar
penentuan penurunan kesadaran ini biasanya menggunakan
penilaian GCS (Glasgow Coma Scale)
b) Asidemia/Asidosis metabolik : dengan hasil pemeriksaan pH darah
< 7,25 atau bikarbonat plasma < 15 mmol/L, kadar laktat vena > 5
mmol/L, dan disertai klinis pernapasan dalam
c) Anemia berat : disebabkan oleh parasit yang menginvasi eritrosit
sehingga menyebabkan eritrosit mudah lisis. Hasil laboratorium
yang menandakan anemia berat adalah Hb < 5 gr/dL atau Hct <
15% pada keadaan parasit > 10.000/uL.
d) Hipoglikemi : kadar glukosa darah < 40 mg/dL; keadaan
hipoglikemi bisa disebabkan karena peningkatan konsumsi
glukosa oleh pejamu dan parasit, kegagalan glukoneogenesis
akibat dari terganggunya fungsi hati, serta penggunaan obat kina

30
e) Malaria biliosa (malaria dengan ikterus) : ikterus pada kasus
malaria beragam mulai dari ikterus hemolitik, ikterus obstruktif,
maupun gabungan dari hemolitik dan obstruktif. Dalam pedoman
WHO tahun 2010 adanya ikterus pada malaria terkomplikasi harus
disertai dengan kegagalan organ lain
f) Malaria Algid : yaitu terjadinya kegagalan sirkulasi atau syok yang
ditandai dengan hipotensi (tekanan sistol < 70mmHg), perubahan
tahanan perifer, dan berkurangnya perfusi jaringan. Keadaan ini
memberikan gejala klinik berupa perasaan dingin dan basah pada
kulit, suhu rektal tinggi, pucat, pernapasan dalam, dan tekanan
darah turun.
g) Malaria haemoglobinuria : merupakan suatu sindrom dengan
gejala karakteristik serangan akut, menggigil, demam, hemolisis
intravaskular, hemoglebinemi, hemoglobinuri, dan gagal ginjal.
h) Malaria gastrointestinal : manifestasi dari malaria gastrointestinal
sering dijumpai pada kasus malaria terkomplikasi dengan gejala-
gejala tak enak di perut, flatulensi, mual, muntah, diare, dan
konstipasi.
i) Gagal ginjal akut : disebabkan karena adanya anoksia karena
penurunan sirkulasi ke ginjal akibat dari sitoadheren dan
sekuesterasi eritrosit sehingga fungsi ginjal terganggu. Klinisnya
dapat terjadi oligouria maupun poliuria. Bila pemeriksaan urine
ditemukan peningkatan berat jenis urine > 1,015, rasio urea urine :
darah = 4 : 1, serta natrium urine < 20 mmol/L menunjukkan
keadan dehidrasi. sedangkan apabila hasil berat jenis urine <
1,010 maka menandakan nekrosis tubulus akut

31
Daftar Pustaka

Harijanto PN, Setiawan B, Zulkarnain I. 2014. Malaria Berat dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI. Jakarta : InternaPublisher. Hal 613-617.

32

Anda mungkin juga menyukai