Kelompok 4-5
Kelompok 4-5
BLOK 10 MODUL 5
PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL
ERNAWATI (1810015008)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang
berjudul “Perdarahan Uterus Abnormal” ini tepat pada waktunya. Laporan ini kami
susun dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari diskusi kelompok kecil (DKK)
kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga terselesaikannya laporan ini, antara lain :
1. dr. Fransiska A. Sihotang, M.Res., sebagai dosen penanggung jawab pada
Blok 10 modul 5.
2. dr. M. Buchori, Sp. A selaku tutor kelompok 4 yang telah membimbing kami
dalam menyelesaikan tutorial dalam diskusi kelompok kecil (DKK)
3. Teman-teman kelompok 4 yang telah menyumbangkan pemikiran dan
tenaganya sehingga diskusi kelompok kecil (DKK) 1 dan 2 dapat berjalan
dengan baik, serta dapat menyelesaikan laporan hasil diskusi kelompok kecil
(DKK).
4. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
angkatan 2018 serta pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per
satu.
Kami menyadari bahwa kemampuan kami dalam menyusun laporan ini sangat
terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil tutorial diskusi
kelompok kecil (DKK) ini.
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
Tujuan pembuatan laporan pada modul ini adalah agar laporan dapat
berguna dalam pembelajaran dan dapat menjadi referensi bagi pembaca,
sehingga pembaca dapat memahami mengenai Perdarahan Uterus Abnormal
(PUA)..
1.3 MANFAAT
Manfaat dari pembelajaran modul ini adalah agar mahasiswa dapat
mengetahui, memahami dan menjelaskan definisi, epidemiologi, etiologi,
patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana, komplikasi, prognosis dan
pencegahan dari Perdarahan Uterus Abnormal (PUA).
2.7.1 Definisi
2.7.2 Epidemiologi
PUA merupakan keluhan yang sering menyebabkan seorang perempuan
datang ke dokter dan menyebabkan perempuan tidak jarang memiliki rasa frustasi.
Data di beberapa negara industri memperlihatkan bahwa seperempat penduduk
perempuan dilaporkan pernah mengalami menoragia, 21% mengeluh siklus haid
memendek, 17% mengalami perdarahan antar haid dan 6% mengeluh perdarahan
pasca senggama. Selain menyebabkan gangguan kesehatan terbyata gangguan ini
juga dapat menyebabkan terhambatnya aktifitas sehari- hari sehingga dapat
berdampak pada bidang ekonomi.
2.7.3 ETIOLOGI
Berdasarkan Ilmu Kandungan, penyebab gangguan haid sangat banyak, dan
secara sistematis dibagi menjadi tiga kategori penyebab utama, yaitu:
a) Keadaan Patologi Panggul
Lesi Permukaan pada Traktus Genital
- Mioma uteri, adenomiosis
- Polip endometrium
- Hiperplasia endometrium
- Adenokarsinoma endometrium, sarkoma
- Infeksi pada serviks, endometrium, dan uterus
- Kanker serviks, polip
- Trauma
b) Lesi Dalam
- Adenomiosis difus, mioma uteri, hipertrofi miometrium
- Endometriosis
- Malformasi arteri vena pada uterus
c) Penyakit Medis Sistemik
- Gangguan hemostasi: penyakit von \flillebrand, gangguan faktor II, V, VII,
VIII, IX,XIII, trombositopenia, gangguan platelets.
- Penyakit tiroid, hepar, gagal ginjal, disfungsi kelenjar adrenal, SLE.
- Gangguan hipotalamus hipofisis : adenoma, prolaktinoma, stres, olahraga
beriebih.
d) Perdarahan Uterus Disfungsi
Selain ketiga faktor penyebab tersebut bila perdarahan uterus abnormal
terjadi pada perempuan usia reproduksi harus dipikirkan gangguan kehamiian
sebagai penyebab abortus, kehamilan ektopik, solusio plasenta perlu
dipikirkan karena juga memberikankeluhan perdarahan. Penyebab iatrogenik
seperti penggunaan pil kontrasepsi, alat kontrasepsidalam rahim, obat
antikoagulansia, antipsikotik, dan preparat hormon bisa juga menyebabkan
perdarahan sehingga harus dipikirkan pula saat evaluasi perdarahan
uterusabnormal.
Berdasarkan Panduan Tatalaksana Perdarahan Uterus Abnormal, terdapat 9
kategori utama peng-klasifikasian yang disusun berdasarkan “PALM-COEIN”
(diadopsi dari FIGO) :
i. Polip (PUA-P)
Polip biasanya bersifat asimptomatik, tetapi dapat pula menyebabkan PUA.
Lesi umumnya jinak, namun sebagian kecil atipik atau ganas.
Diagnosis polip ditegakkan berdasarkan pemeriksaan USG dan atau histeroskopi,
dengan atau tanpa hasil histopatologi.
2.7.6 DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Tujuan dilakukannya anamnesis adalah untuk menilai kemungkinan adanya
kelainan uterus, penambahan dan penurunan berat badan drastis, serta riwayat
kelainan hemostasis pada pasien dan keluarganya. Selain itu, perlu ditanyakan
siklus haid sebelumnya serta waktu mulai terjadinya perdarahan uterus abnormal.
Pada perempuan yang menggunakan pil kontrasepsi perlu ditanyakan tingkat
kepatuhannya dan obat-obat lain yang diperkirakan mengganggu koagulasi. Perlu
ditanyakan hal-hal yang berkaitan dengan penyebab perdarahan dan bagaimana
jenis perdarahannya sehingga diagnosis dapat ditegakkan. Beberapa pertanyaan
yang dapat diajukan meliputi :
- Bagaimana mulainya perdarahan?
- Apakah didahului dengan siklus yang memanjang?
- Apakah terdapat oligomenorea/amenorea?
- Bagaimana sifat perdarahannya, apakah banyak atau sedikit?
- Berapa lama perdarahannya?
- Ada tidaknya keluhan terlambat haid, mual, nyeri, dan mulas?
- Apakah ada sebab iatrogenik?
- Apakah ada kehamilan atau tidak?
B. Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk
pemeriksaan pap smear. Selain itu juga harus disingkirkan kemungkinan
adanya mioma uteri, polip, hiperplasia endometrium atau keganasan.
C. Pemeriksaan laboratorium
Perkiraan kehilangan darah selama menstruasi, perkiraan dari pasien sendiri
terhadap perkiraan darah yang hilang.
D. Penilaian Ovulasi
Konfirmasi ovulasi dapat dilakukan dengan pemeriksaan progesteron
serum fase luteal madya atau USG transvaginal bila diperlukan.
E. Penilaian Endometrium
Pengambilan sampel endometrium tidak harus dilakukan pada semua pasien
PUA. Pengambilan sampel endometrium hanya dilakukan pada :
- perempuan umur >45 tahun.
- terdapat faktor risiko genetic.
- USG transvaginal menggambarkan penebalan endometrium kompleks yang
merupakan faktor risiko hiperplasia atipik, atau kanker endometrium.
- Terdapat faktor risiko diabetes melitus, hipertensi, obesitas, nulipara.
Pengambilan sampel endometrium perlu dilakukan pada perdarahan uterus
abnormal yang menetap (tidak respons terhadap pengobatan). Beberapa teknik
pengambilan sampel endometrium seperti Dilatasi dan Kuretase dan biopsi
endometrium dapat dilakukan.
G. Penilaian Miometrium
Bertujuan untuk menilai kemungkinan adanya mioma uteri atau adenomiosis.
Miometrium dinilai menggunakan USG (transvaginal, transrektal, dan
abdominal), histeroskopi, MRI.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam penegakan diagnosis
perdarahan uterus abnormal seperti :
-USG: Meliputi USG transabdominal, USG transvaginal, maupun USG
transrektal.
-PAP SMEAR untuk menyingkirkan diagnosis keganasan
- Biopsi endometrium untuk deteksi endometrium abnormal
-Histeroskopi
-Pemeriksaan Laboratorium
Seperti pemeriksaan darah lengkap untuk menyingkirkan diagnosis adanya
gangguan pembekuan darah. Selain itu juga, pemeriksaan kadar Hb, tes
kehamilan urin, kadar tiroid (TSH, FT4), dan prolaktin.
1. Penanganan Pertama
Perdarahan akut dan banyak sering terjadi pada 3 kondisi yaitu pada
remaja dengan gangguan koagulopati, dewasa dengan mioma uteri, dan pada
pemakaian obat antikoagulansia. Ditangani dengan 2 cara, yaitu dilatasi kuret dan
medikamentosa. Secara lengkap kedua cara tersebut dijelaskan Seperti di bawah
ini: .
- Dilatasi dan kuretase Tidak mutlak dilakukan, hanya bila ada kecurigaan
keganasan dan kegagaian dengan terapi medikamentosa. Perdarahan utenrs
abnormal dengan risiko keganasan yaitu bila usia > 35 tahun, obesitas, dan
siklus anor.rrlasi kronis.
- Penanganan medikamentosa Terdapat beberapa macam obat hormon yang
dapat dipakai untuk terapi perdarahan uterus abnormal.
> Estrogen, Terapi esrrogen dapat diberikan dalam 2 bentuk, intra vena atau
oral, tetapi sediaan inrra vena sulit didapatkan di Indonesia. Pemberian
estrogen oral dosis tinggi cukup efektif untuk mengatasi perdarahan uterus
abnormal, yaitu estrogen konjugasi dengan dosis 1,25 mg atau l7 beta
estradiol 2 mg setiap 6 jam selama 24 jam. Setelah perdarahan berhenti
dilanjutkan dengan pemberian pil kontrasepsi kombinasi. Rasa mual bisa
ter'1adi pada pemberian terapi estrogen.
> Progestin, Progestin diberikan selama 14 hari kemudian berhenti tanpa obat
selama 14 hari, diulang selama 3 bulan. Biasanya progestin diberikan bila ada
kontraindikasi terhadap estrogen. Saat ini tersedia beberapa sediaan progesrin
oral yang bisa digunakan yaitu Medroksi progesteron aserat (MPA) dengan
dosis 2 x 10 mg, Noretisteron asetat dosis 2 x 5 mg, Didrogesteron dosis 2 x
10 mg dan Normegestrol asetat dosis 2 x 5 mg. Dalam pemilihan jenis
progestin harus diperhatikan dosis yang kuat untuk menghentikan perdarahan
uterus abnormal. Progestin merupakan anti estrogen yang akan menstimulasi
aktivitas enzim 1.7 beta hidroksisteroid dehidrogenase dan sulfotranferase
sehingga mengonversi estradiol menjadi estron. Pro gestin akan mence g ah
terjadiny a endometrium hiperplasia.
b. Perdarahan lreguler
c. Menoragia
Menoragia adalah perdarahan lebih dari 80 ml atau ganti pembalut lebih dari 6
kali per hari, dengan siklus yang normal teratur. Perhitungan jumlah darah
seringkali tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang keluar. Menoragia
dapat ditangani tanpa biopsi endometrium. Karena siklusnya yang masih
teratur jarang merupakan tanda kondisi keganasan. Walaupun demikian, bila
perdarahan lebih dari 7 hari atau terapi dengan obat gagal, pemeriksaan lanjut
menggunakan USG transvagina dan biopsi endometrium sangat dianjurkan.
Pemeriksaan faal pembekuan darah sebaiknya dilakukan. Pengobatan
medikamentosa untuk menoragia dapat dilakukan seperti di bawah ini,
yaitu:
- Kombinasi estrogen progestin Tata cara pengobatan sesuai pada pengobatan
perdarahan ireguler
- Progestin Diberikan bila terdapat kontraindikasi pemakaian estrogen. Tata
cara pengobatan sesuai dengan pengobatan perdarahan ireguler.
- NSAID (Obat anti inflamasi nonsteroid)
- AIat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) berisi Levonorgestrel AKDR
Levonorges.trel terbukti efektif dan efisien dibandingkan operasi histerektomi
pada kasus menoragia.
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Perdarahan Uterus Abnormal (PUA) merupakan gambaran dari semua
kelainan pda haid/ menstruasi dalam hal jumlah maupun lamanya dengan manifestasi
klinik dapat berupa perdarahan dengan jumlah yang banyak atau sedikit dan haid
yang memanjang atau tidak beraturan. PUA dapat disebabkan oleh berbagai hal, salah
satunya adalah etiologi “PALM-COEIN” yang terdiri dari Polip, Adenomiosis,
Leiomyoma Uteri, Malignancy and Hyperplasia, Coagulopathy, Ovulatory
Disfunction, Endometrial, Iatrogenik dan Not Yet Classified. Penanganan dan
kesadaran yang cepat akan tanda- tanda PUA dapat membantu prognosis PUA
menjadi lebih baik. Untuk menghindari PUA dapat dilakukanpencegahan misalnya
dengan edukasi untuk menjaga kebersihan dari organ genitalia pada wanita dan
edukasi mengenai alat kontrasepsi yang akan digunakan jika ingin menggunakan alat
kontrasepsi.
3.2. SARAN
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari segi
diskusi kelompok, dari segi penulisan dan sebagainya, untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang kiranya dapat membangun, dari dosen-dosen yang telah
menyampaikan materi pembelajaran baik sebagai tutor maupun dosen-dosen yang
telah memberikan materi kuliah, dari rekan-rekan angkatan 2018 dan dari berbagai
pihak lainnya demi kesempurnaan laporan kami kedepannya. Kami berharap semoga
laporan ini dapat berguna tidak hanya bagi para pembaca tetapi juga tentunya dapat
berguna kedepannya untuk kami sebagai penulis.
DAFTAR PUSTAKA