Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HAKIKAT

SEKOLAH TUGAS 6

Disusun oleh:
Mohamad Faran Al Khafid 20601241045

Dosen pengampu:
Fathan Nurcahyo S.Pd.Jas, M.Or.

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr.Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Administrasi Pendidikan Jasmani.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
kita nantikan syafaaatnya di yaumul kiyamah nanti.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Administrasimasih banyak
kekurangan untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun supaya
kedepannya saya dapat membuat makalah yang lebih baik lagi. Wassalamualaikum
Wr.Wb

Yogyakarta, 16 Mei 2023

Mohamad Faran Al Khafid


Hakikat sekolah

Menurut Abullah, kata Sekolah berasal dari bahasa Latin, yaitu skhhole, scola,
scolae atau skhola yang berarti waktu luang atau waktu senggang. Sekolah adalah
kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah kegiatan mereka yang utama, yaitu
bermain dan menghabiskan waktu menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan
dalam waktu luang ialah mempelajari cara berhitung, membaca huruf-huruf dan
mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Untuk mendamping dalam
kegiatan sekolah anak-anak didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang
psikologi anak, sehingga memberikan kesempatankesempatan yang sebesar-besarnya
kepada anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai pelajarannya.

Menurut Sunarto juga, pada saat ini kata sekolah telah berubah artinya
menjadi bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat memberi
dan menerima pelajaran. Setiap sekolah dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan
kepala sekolah dibantu oleh wakilnya. Bangunan sekolah disusun secar meninggi
untuk memanfaatkan tanah yang tersedia dan dapat diisi dengan fasilitas yang lain.
Ketersediaan sarana pada suatu sekolah memiliki peranan penting dalam
terlaksananya proses pendidikan.

Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa atau
murid di bawah pengawasan pendidik atau guru. Sebagian besar negara memiliki
sistem pendidikan formal yang umumnya wajib dalam upaya menciptakan anak didik
yang mengalami kemajuan setelah mengalami proses melalui pembelajaran. Menurut
negara, nama-nama untuk sekolah-sekolah itu bervariasi, akan tetapi umumnya
termasuk sekolah dasar untuk anak-anak muda dan sekolah menengah untuk remaja
yang telah menyelesaikan pendidikan dasar.

Sekolah pada hakekatnya mempunyai peranan yang cukup penting dalam


mcmbentuk kepribadian da11 tingkah laku moral anak yang menjunjung tinggi
nilainilai universal dalam kehidup.m. Sekolah juga mempunyai peranan yang cukup
penting untuk memberikan pem~haman dan benteng pertahanan kepada anak agar
terhindar dari jeratan negutif media informasi. Oleh karena itu sebagai antisipasi
tcrhadap dampak negRtif media informasi tersebut, sekolah selain memberikan bekal
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (lPTEKS), serta ketrampilan berfikir kreatif,
jt•ga harus mampu membentuk manusia Indonesia yang berkepribadian, b~rmoral,
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Jenis dan ciri sekolah di Indonesia

1. Sekolah nasional
Sekolah nasional merupakan hasil dari upaya pemerintah dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa. Menjadi sekolah nasional berarti terakreditasi oleh Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam beberapa kriteria. Beberapa
kriteria tersebut salah satunya seperti kurikulum, fasilitas, pengelolaan sekolah,
dan kompetensi alumni. Sekolah jenis ini menggunakan standar kurikulum
nasional dalam proses belajar sehari-hari. Bahasa pengantar yang digunakan
adalah Bahasa Indonesia. Sekolah nasional seperti ini dapat berbeda
penyelenggaranya, bisa saja oleh pemerintah ataupun swasta. Diselenggarakan
oleh pemerintah berarti biaya operasional datang dari pajak. Baik begitu, siapapun
penyelenggaranya harus selalu mengikuti perubahan kurikulum yang ditentukan
oleh pemerintah.

2. Sekolah nasional plus


Kata plus pada sekolah nasional plus bukan berasal dari pemerintah? Kata plus
sebenarnya diberikan oleh Association of National Plus Schools (ANPS). ANPS
sendiri didirikan pada tahun 2000 dan bertugas menetapkan kriteria sekolah
nasional plus. Maka dari itu hanya sedikit regulasi pemerintah yang mengatur
sekolah jenis ini. Sekolah nasional plus tetap mengikuti kurikulum dasar yang
ditetapkan oleh Kemendikbud namun dengan beberapa perbedaan. Contohnya, ada
beberapa mata pelajaran yang diantarkan dengan Bahasa Inggris. Selain itu
terkadang juga ada tambahan mata pelajaran seperti Bahasa Mandarin. Native
speakers juga didatangkan untuk membawakan kurikulum internasional.
Kurikulum internasional tersebut salah satunya Cambridge International
Examination (CIE) dan International Baccalaureate Organization (IBO). Selain itu
sekolah nasional plus pada umumnya memiliki kegiatan ekstrakurikuler yang lebih
beragam dan terfasilitasi. Sarana prasarana juga dinilai lebih memadai
dibandingkan sekolah nasional. Keunggulan-keunggulan tersebut wajar mengingat
biaya masuk sekolah ini lebih mahal dari sekolah nasional.
3. Sekolah internasional
Sekolah internasional sangat berbeda dengan sekolah nasional. Sekolah
internasional menggunakan kurikulum internasional yang telah terakreditasi.
Berbeda dengan sekolah nasional plus, kurikulum internasional seperti
International Baccalaureate Organization dan Cambridge International
Examination diadopsi total. Karena mengadopsi total kurikulum internasional,
maka bahasa pengantar pelajaran sepenuhnya dalam Bahasa Inggris. Di sekolah
internasional menggunakan fasilitas yang super lengkap seperti menggunakan
pendingin, pembelajaran selalu menggunakan multimedia, dan laboratorium serta
ruang kelas yang sangat unggul. Awalnya sekolah internasional di Indonesia
didirikan untuk anak dari para pekerja asing yang menetap di negara kita. Namun
seiring waktu, sekolah internasional juga dibuka untuk masyarakat umum. Guru-
gurunya pun banyak yang lulusan dari luar negeri dan juga ada guru yang
didatangkan dari luar negeri.
4. Sekolah alam
Sekolah alam merupakan sebuah konsep pendidikan yang digagas oleh Lendo
Novo. Awal mula digagasnya sekolah alam adalah karena biaya pendidikan yang
semakin tidak terjangkau oleh masyarakat. Dari latar belakang tersebut, Lendo
Novo berambisi untuk mendirikan sekolah dengan kualitas tinggi tapi murah.
Salah satu yang membuat sekolah mahal adalah infrastrukturnya. Muncullah
konsep sekolah alam yang menggunakan alam sebagai sarana belajar.
Pembelajaran pada sekolah jenis ini lebih banyak dilaksanakan di ruang terbuka.
Ruang kelas tetap ada, namun
tanpa dinding dan jendela. Sekolah alam dalam proses belajar mengajarnya lebih
menekankan praktik lapangan dibandingkan pembelajaran konvensional.
Banyak kegiatan lapangan yang menyesuaikan dengan tempat sekolah alam
tersebut. Salah satunya seperti bertani, berternak, dan bercocok tanam.
5. Madrasah
Madrasah pada dasarnya sama saja dengan jenjang sekolah pada umumnya seperti
SD, SMP, dan SMA. Jenjang madrasah ada Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang setara
dengan SD, Madrasah Tsawaniyah (MTs) setara dengan SMP, dan Madrasah
Aliyah (MA) setara dengan SMA. Madrasah menggunakan kurikulum nasional
seperti sekolah nasional. Perbedaannya adalah lembaga yang menaunginya.
Sekolah nasional dinaungi oleh Kemendikbud, madrasah dinaungi oleh
Kementrian Agama (Kemenag). Walaupun menggunakan kurikulum nasional,
madrasah memiliki penekanan dalam pembelajaran agama islam.
6. Sekolah rumah
Sekolah rumah atau kerap dikenal sebagai homeschooling adalah sebuah konsep
pendidikan yang berbeda dengan sekolah formal. Konsep ini dahulu dinilai buruk
karena mengekang kemampuan anak dalam bersosialisasi, namun baru-baru ini
semakin menjamur. Seperti namanya, kegiatan belajar tidak dilaksanakan di
tempat formal tetapi di rumah. Murid homeschooling belajar di bawah pengarahan
orang tua. Banyak orang tua yang takut untuk memberikan pendidikan jenis ini ke
anaknya karena masalah kurikulum dan kemampuan orang tua dalam mengajar.
Namun zaman ini kendala tersebut sudah dapat diatasi. Kurikulum pun dapat
dengan mudah diakses untuk dipelajari. Orang tua yang tidak berani untuk
mengajar sendiri juga dapat menyewa guru atau tutor privat.

Pembagian jenjang sekolah dan cirinya

1. Pendidikan Prasekolah
Prasekolah juga dikenal dengan istilah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang
meliputi Kelompok Bermain (KB) dan Taman Kanak-Kanak (TK). Prasekolah
merupakan jenjang pendidikan yang paling awal. Di sini, anak-anak diajarkan
kemampuan dasar membaca dan berhitung. Di samping itu, proses pembelajaran
dikombinasikan dengan bermain. Pasalnya, siswa yang diajar masih berada pada
usia bermain, yaitu dalam rentang 2-6 tahun. Prasekolah termasuk ke dalam
pendidikan informal sehingga seorang anak tidak harus tamat dari jenjang ini
untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya. Namun, secara umum masyarakat mulai
menyekolahkan anak mereka pada jenjang ini. Mereka menganggap hal ini penting
agar sang anak lebih siap ketika memasuki dunia sekolah formal yang
sesungguhnya.

2. Sekolah dasar
Sekolah Dasar (SD) menjadi jenjang pendidikan formal yang pertama. Sekolah
Dasar diperuntukkan bagi siswa yang berumur 6-12 tahun. Mereka belajar di
Sekolah Dasar (SD) selama 6 tahun untuk menyelesaikan 6 tingkatan kelas, mulai
dari kelas 1 hingga kelas 6. Mata pelajaran di Sekolah Dasar lebih beragam
daripada di Prasekolah, meski yang disampaikan masih berupa materi-materi
dasar. Beberapa diantaranya:
- Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
- Bahasa Indonesia
- Bahasa Inggris (Kelas 4 ke atas)
- Matematika
- Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
- Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
- Seni Budaya
- Olahraga
3. Sekolah menengah pertama
Setelah menyelesaikan jenjang Sekolah Dasar (SD), siswa akan masuk ke Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Di Sekolah Menengah Pertama (SMP), siswa
menghabiskan waktu selama 3 tahun untuk belajar. Tingkatan kelas di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) terdiri dari Kelas 1, 2 dan 3. Jumlah mata pelajaran yang
diajarkan lebih banyak ketimbang jenjang sebelumnya. Begitupun dengan materi
pelajaran yang lebih kompleks dan berkembang. Sebagai contoh, percabangan mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mencakup Biologi, Kimia dan Fisika. 4.
Sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan
Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah jenjang lanjutan dari Sekolah Menengah
Pertama (SMP), sekaligus jenjang paling akhir yang harus ditempuh siswa jika
menerapkan wajib belajar 12 tahun yang dimulai dari Sekolah Dasar (SD). Sama
seperti jenjang sebelumnya, Sekolah Menengah Atas (SMA) mensyaratkan siswa
belajar dalam kurun waktu 3 tahun dengan 3 tingkatan kelas; 1,2 dan 3. Di Sekolah
Menengah Atas (SMA) siswa dapat memilih salah satu di antara tiga peminatan
yang terdiri dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
dan Bahasa. Pada jenjang yang sama, ada pula Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) yang ditujukan untuk mencetak siswa yang siap bekerja. Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) menekankan pada kegiatan belajar yang berbasis
praktik sehingga siswa memiliki keahlian pada bidang-bidang tertentu.
5. Perguruan tinggi
Perguruan tinggi hadir untuk memenuhi kebutuhan siswa lulusan Sekolah
Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang hendak
mendalami suatu bidang keilmuan secara mendalam. Perguruan tinggi menduduki
tingkat yang paling tinggi dalam jenjang pendidikan. Institusi pendidikan tinggi
meliputi universitas, akademi, institut serta politeknik. Tingkatan pada pendidikan
tinggi terdiri dari D1, D2, D3, S1, S2 dan S3. Terdapat pilihan jurusan kuliah dan
spesialisasi yang sangat beragam bagi siswa yang mendaftar di perguruan tinggi.
Hakikat sekolah ramah anak
Sekolah ramah anak adalah satuan pendidikan formal, nonformal, dan
informal yang aman, bersih dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup,
mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak-hak anak dan perlindungan anak dari
kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya serta mendukung partisipasi
anak terutama dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawasan, dan
mekanisme pengaduan terkait pemenuhan hak dan perlindungan anak di pendidikan.

Sekolah ramah anak bukan membuat bangunan baru melainkan membangun


paradigm baru dalam mendidik dan mengajar peserta didik untuk menciptakan
generasi baru yang tangguh tanpa kekerasan, menumbugkan kepekaan orang dewasa
pada satuan pendidikan untuk memenuhi hak dan melindungi peserta didik. Dalam
hal ini guru secara khusus memiliki tanggungjawab penuh untuk bagaimana
menciptakan sekolah ramah anak, dimana sekolah menjadi tempat yang aman bagi
mereka untuk belajar, bermain bahkan bersosialisasi dengan yang lain tanpa dihantui
rasa takut, gelisah untuk mengekspresikan diri. Sekolah ramah anak menjadi penting
mengingat dalam sehari delapan jam anak berada di sekolah. Keprihatinan orang tua,
keluarga, masyarakat dan pemerintah karena kondisi anak-anak di sekolah yang
rawan kekerasan, keracunan, kecelakaan, kotor, kondisi gedung yang mudah rubuh
jika ada bencana, Napza, rokok, radikalisme, lingkungan tidak sehat.

Tujuan sekolah ramah anak

Sekolah ramah anak dirasa sangat perlu untuk diciptakan dengan tujuan agar
hak-hak anak terlindungi, anak merasa nyaman dan potensi mereka mudah untuk
berkembang serta out put pun berkualitas. Untuk itu guru sebagai salah satu
komponen sekolah yang lebih banyak waktunya bersama anak-anak memiliki
tanggungjawab penuh di dalam pendidikan formal untuk menciptakan Sekolah
Ramah Anak. Sekolah Ramah Anak perlu untuk dicanangkan karena menurut UUD
’45 “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembangan serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
Upaya guru PJOK mewujudkan sekolah ramah anak

1. Kebijakan SRA: adanya deklarasi, adanya komitment tertulis, SK Tim SRA,


program yang mendukung SRA.
2. Pendidik dan tenaga kependidikan terlatih hak-hak anak: dengan memberikan
pelatihan pada Guru dan Tenaga Kependidikan yang mempunyai sertifikat
pelatihan, Pelatihan dilaksanakan oleh dinas terkait seperti Dinas
PPPA/Disdik/Kanwil Kemenag/ Sekolah itu sendiri
3. Pelaksanaan proses belajar yang ramah anak adanya penerapan disiplin tanpa
kekerasan
4. Menggunakan sarana dan prasarana yang ramah anak tidak membahayakan anak,
dan mencegah anak agar tidak celaka. Dalam pembelajaran PJOK sarana dan
prasarana yang digunakan yaitu yang sudah memenuhi standar nasional Indonesia
atau SNI.
5. Partisipasi anak, yaitu mengkomunikasikan program sekolah dengan melibatkan
anak

Hakikat Sekolah Adiwiyata

Menurut Buku Panduan Adiwiyata kata Adiwiyata berasal dari 2 kata


Sansekerta: “Adi” dan “Wiyata”. Adi mempunyai makna besar, agung, baik, ideal,
atau sempurna. Wiyata mempunyai makna tempat dimana seseorang mendapat ilmu
pengetahuan, norma dan etika dalam berkehidupan sosial. Bila kedua kata tersebut
digabungkan secara keseluruhan “Adiwiyata” mempunyai pengertian atau makna
sebagai tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan
dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya
kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan.

Berdasarkan Undang-undang yang mengatur program Adiwiyata adalah


Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2009 tentang
pedoman pelaksanaan program Adiwiyata pasal 1 ayat 1 dan 2, yang dimaksud
Adiwiyata adalah sekolah yang baik dan ideal sebagai tempat memperoleh segala
ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia
menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan cita-cita pembangunan berkelanjutan.
Program Adiwiyata adalah salah satu program kerja berlingkup nasional yang
dikelola oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka mewujudkan
pengembangan pendidikan lingkungan hidup

Program Adiwiyata adalah salah satu program kerja berlingkup nasional yang
dikelola oleh Kementrian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka mewujudkan
pengembangan pendidikan lingkungan hidup Permendiknas12. Dalam program ini
diharapakan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju
lingkungan yang sehat serta menghindari dampak lingkungan yang negatif.

Tujuan Sekolah Adiwiyata

Menurut Widiyaningrum program sekolah Adiwiyata bertujuan untuk


menanamkan kecintaan warga sekolah pada lingkungan hidupnya, termasuk
menanamkan sikap dan perilaku yang peduli dan berbudaya lingkungan. Wujud
kepedulian sekolah tercermin dari upaya warga sekolah mewujudkan pengelolaan
lingkungan sekolah dengan prinsip-prinsip ramah lingkungan. Warga sekolah adalah
mulai dari Kepala Sekolah, Guru, seluruh siswa-siswi, petugas kebersihan, petugas
keamanan dan Komite Sekolah.

Upaya Guru PJOK Mewujudkan Sekolah Adiwiyata

1. Sebagai motivator, Guru memberikan motivasi kepada peserta didik berupa


pentingnya menjaga lingkungan yang ada di sekitar pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
2. Sebagai teladan. Guru sebagai teladan melalui program adiwiyata yang dibuat oleh
sekolah, pada saat melakukan pengamatan terhadap perilaku teladan guru. Kondisi
pada saat guru mengajar di dalam kelas tanpa merekayasa, tampak bahwa wali
kelas menjalankan perannya sebagai teladan bagi peserta didik dengan baik.
3. Memberi sanksi, pemberian sanksi terhadap interaksi yang dilakukan oleh guru
kepada peserta didiknya. Pengamatan dilakukan pada kegiatan berkaitan dengan
program adiwiyata. Pada kegiatan gotong royong yang dilaksanakan setiap hari
sabtu, beberapa peserta didik ada yang sulit mengikuti instruksi guru untuk
membuang sampah pada tempat yang telah disediakan. Dalam menghadapi peserta
didik yang tidak mentaati aturan, guru memberikan perlakuan tertentu dengan
gestur tubuh yang menyiratkan ketidak setujuan guru tersebut kepada perilaku
peserta didiknya. Gestur seperti bertolak pinggang sengaja dilakukan oleh guru
sebagai pesan bahwa apa yang dilakukan oleh peserta didiknya adalah perbuatan
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai peduli lingkungan.
4. Memberi apreasiasi, situasi kondisi dimana peserta didik dapat berperilaku sesuai
harapan guru. Sebagian besar peserta didik dalam kegiatan menanam tanaman
misalnya, mampu menjalankan instruksi guru dengan baik dan benar. Sebagai
ganjaran atas perbuatannya guru dengan raut wajah menyenangkan memberikan
gestur tubuh yang memiliki arti positif. Gestur tubuh yang dilakukan antara lain
dengan mengancungkan jempol, bertepuk tangan.

Daftar Pustaka

Muhtadi, A. (2007). Teknik Dan Pendekatan Penanaman Nilai Dalam Proses

Pembelajaran Di Sekolah. Majalah Ilmiah Pembelajaran, 3(1) R. Restyawan. (2017).

Landasan Teori.

Ruangguru writer. (2017). Jenis-jenis sekolah di Indonesia.

(2021). Mengenali Jenjang Pendidikan Anak.


Yosada, K. R., & Kurniati, A. (2019). Menciptakan sekolah ramah anak. Jurnal
Pendidikan Dasar Perkhasa: Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar, 5(2),
145154.

Wanda Mufthia Fajar1 dan Elpri Darta Putra. (2021). Peran Guru Melalui Program
Adiwiyata Dalam Mengembangkan Karakter Peduli Lingkungan di SD. Jurnal
Mimbar PGSD Undiksha (2021) Vol. 9 No. 3. pp. 468-474

Anda mungkin juga menyukai