Anda di halaman 1dari 183

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan didirikan dengan harapan bahwa perusahaan tersebut dapat

berkembang dan bersaing dalam jangka waktu yang panjang serta dapat

mempertahankan kelangsungan usahanya. Meningkatkan kemakmuran pemegang

saham melalui peningkatan nilai perusahaan merupakan tujuan utama dari

perusahaan (Rasyid, 2015). Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia

dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual (Husnan dan

Pudjiastuti, 2004).

Investor dalam melakukan keputusan investasi di pasar modal memerlukan

informasi tentang penilaian saham.Bagi perusahaan yang telah mempunyai saham

(go public), nilai perusahaan dapat dinilai dari harga sahamnya di bursa efek. Fama

dan French (1998) dalam Husnan dan Pudjiastuti(2004) menyatakan nilai

perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Nilai pasar saham dapat

digunakan sebagai patokan untuk nilai perusahaan yang sebenarnya, seperti yang

dinyatakan oleh Haugen (2001) dalam Maramis (2007) nilai perusahaan itu dapat

didefinisikan berdasarkan harga saham. Hal ini karena harga saham berisi

ekspektasi pasar mengenai masa depan perusahaan.

Hartono (2009) dalam Prasetyo (2013)menyatakan terdapat tiga jenis

penilaian yang berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku(book value), nilai

1
pasar (market value) dan nilai intrinsik (intrinsicvalue).Nilai buku merupakan

nilai saham menurut pembukuan emiten. Nilai pasar merupakan pembukuan

nilai saham di pasar saham dan nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari

saham. Investor perlu mengetahui dan memahami ketiga nilai tersebut sebagai

informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi saham karena dapat

membantu investor untuk mengetahui saham mana yang bertumbuh dan murah.

Salah satu pendekatan dalam menentukan nilai intrinsik saham adalah price book

value (PBV).

Price book value (PBV) merupakan perbandingan antara harga saham

dengan nilai buku per lembar saham (Ang, 1997). Berdasarkan perbandingan

tersebut, harga saham perusahaan dapat diketahui berada di atas atau dibawah

nilai bukunya. Oleh karena itu, keberadaan PBV sangat penting bagi para

investor untuk menentukan strateginya. PBV yang tinggi akan membuat investor

percaya atas prospek perusahaan ke depan. Haruman (2008) mengungkapkan

bahwa peningkatan nilai perusahaan dapat menarik investor untuk berinvestasi,

karena investor percaya pada kinerja perusahaan dalam mengelola perusahaan

serta prospek perusahaan tersebut di masa yang akan datang. Sebaliknya nilai

perusahaan yang rendah akan membuat investor tidaktertarik untuk membeli

saham, karena resiko yang akan ditimbulkan.

Kaitannya dengan pencapaian nilai perusahaan, dalam pelaksanaannya

manajer dihadapkanpada kebijakan-kebijakan tentang pengelolaankeuangan

perusahaan.Weston dan Copeland (1995) dalam Wahyuni, Ernawati dan Murhadi

(2013) menyatakan bahwa fungsi manajemen keuangan mencakup tiga keputusan

2
keuangan penting yakni kebijakan dividen, keputusan investasidan keputusan

pendanaan.

Kebijakkan dividen adalah salah satu dari empat keputusan perusahaan di

bidang keuangan. Kebijakkan dividen adalah salah satu kebijakan perusahaan

yang penting dalam lingkungan bisnis saat ini karena tidak hanya dari sudut

pandang perusahaan, tetapi juga dari pemegang saham, konsumen, karyawan,

badan pengawas dan Pemerintah. Untuk perusahaan, kebijakan dividen menjadi

penting karena dengan keputusan kebijakan ini, dapat mempengaruhi managemen

dalam mengambil keputusan untuk menjalankan kebijakan keuangan lainnya (Alii

et al., 1993 dalam Uwalomwa, 2012).

Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berkaitan dengan keputusan

perusahaan untuk membagikan pendapatan atau laba dalam bentuk dividen kepada

pemegang saham atau menahannya sebagai laba ditahan untuk investasi masa

depan (Weston dan Copeland, 1992). Keputusan dividen adalah penting karena

mereka menentukan apakah laba dibagikan untuk investor atau dana

akandipertahankan oleh perusahaan untuk investasi (Ross et al, 2002 dalam

Uwalomwa, 2012). Lebih dari itu, mereka memberikan informasi kepada

stakeholder mengenai kinerja perusahaan. Investasi perusahaan menentukan laba

masa depan dan potensi dividen dimasa depan, dan juga mempengaruhi biaya

modal (Foong et al., 2007).

Kelangsungan hidup dari setiap perusahaan tergantung pada investasi terus

menerus dalam fasilitas dan tenaga kerja dari dana internal, melalui penggunaan

laba ditahan merupakan bagian integral dari sumber keuangan untuk membayar

3
kebutuhan investasi (Bajaj & Vijh 1990; Osaze & ANAO, 1990 dalam Rusbina,

2016). Dalam teori keagenan (agency theory) menyatakan bahwa perusahaan

yang memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan akan rentan

terhadap konflik keagenan (Jensen dan Meckling, 1976).Kebijakan dividen

merupakan suatu kebijakan yang dapat digunakan untuk mengurangi agency

problem yakni dividen mempunyai peranan yang penting untuk mengurangi

jumlah free cash flow.Asumsidasardalam agency theoryadalah perusahaan yang

membagikan dividen dapat mengurangi jumlah free cash flow yang dimiliki

perusahaan, menurunnya jumlah free cash flow diharapkan dapat mengurangi

kesempatan manager untuk melakukan proyek investasi yang tidak

menguntungkan.

Selain itu dividen juga dapat mempengaruhi harga saham, Gordon (1963)

dan Lintner (1962), dalam teori relevansi dividen, menunjukkan adanya hubungan

langsung antara kebijakan dividen perusahaan dan nilai pasarnya. Dalam hal ini

dividen yang tinggi, harga saham akan cenderung tinggi dan begitu juga nilai

perusahaan, sebaliknya Jika dividen rendah, harga saham akan cenderung juga

menjadi rendah dan nilai perusahaan rendah. Dalam theory bird in the hand

disebutkan bahwa investor lebih menyukai dividen, Investor lebih merasa aman

memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital

gain yang belum tentu akan diperoleh pada masa mendatang. Harapan dengan

pembagian dividen adalah agar harga saham meningkat dan akhirnya nilai

perusahaan juga akan meningkat.

Struktur kepemilikan memiliki peran penting terhadap keputusan apakah laba

4
akan dibagikan atau ditahan ditentukan oleh para pemegang saham melalui RUPS.

Dividen payout dapat dipengaruhi oleh struktur kepemilikan perusahaan, Struktur

kepemilikan memiliki peran penting untuk menentukan kompetensi pasar dengan

memberikan informasi tentang dua hal yakni Pertama akan membantu bagi

pemegang saham untuk tingkat diversifikasi risiko dan yang kedua adalah bahwa,

itu akan digunakan sebagai alat informasi untuk manajemen tentang kemungkinan

masalah keagenan. Dividen dari perusahaan juga dapat dimanfaatkan oleh

pemegang saham pengendali untuk mengkompensasi pemegang saham minoritas

"keprihatinan dalam lingkungan di mana pengambilalihan oleh pemegang saham

pengendali berlaku (faccio et al. 2001).

Dalam realisme, pasar modal, tidak tepat membuat kebijakan dividen yang

sesuai dan sebagian besar dipengaruhi oleh adanya friksi pasar (Jensen dan

Meckling,1976). Untuk meminimalkan masalah keagenan, setidaknya mengurangi

biaya dan dampak pada nilai perusahaan. Adanya pemegang saham institusi dan

kepemilikan manajerial diantisipasi untuk mendukung kepentingan para

pemegang saham dan manajer. Oleh karena itu, diharapkan bahwa struktur

kepemilikan akan mempengaruhi resolusi dividen perusahaan. Maury dan Pajuste

(2002) dalam Arshad, at al (2013) meneliti bahwa afiliasi antara pemegang saham

pengendali dan kebijakan dividen bagi perusahaan-perusahaan yang terdaftar

Finlandia. Mereka melaporkan bahwa rasio pembayaran dividen yang pesimis

terkait dengan usaha kontrol dari pemegang saham pengendali. Di sisi lain, dasar

teoritis dan temuan penelitian eksperimental menunjukkan ada hubungan yang

bermakna antara struktur kepemilikan dan biaya agensi.

5
Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan dilihat

dari besarnya nilai equity, ataupun hasil nilai total aktiva dari suatu perusahaan

(Riyanto, 2001 dalam Hansen, 2014). Ukuran perusahaan sangat penting bagi

investor dan kreditor terkait dengan risiko investasi. Rachmawati dan Triatmoko

(2007) menyatakan bahwa perusahaan dengan total aset besar menunjukkan

kedewasaan. Perusahaan memiliki arus kas positif dan dianggap memiliki prospek

yang baik dalam waktu yang relatif lama. Selain itu , perusahaan besar dianggap

memiliki prospek yang baik dalam jangka panjang. Hal ini juga mencerminkan

bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih baik menghasilkan keuntungan

dari pada perusahaan kecil (Moelyadi, at al, 2014). Perusahaan yang memiliki

ukuran yang besar menunjukkan perusahaan mengalami perkembangan yang akan

direspon positif oleh investor dan membuat harga saham perusahaan meningkat

sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan (Hansen,2014).

Profitabilitas telah menjadi penentu paling signifikan dalam studi sebelumnya

terkait dengan kebijakan dividend dan nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan

seberapa baik, manajemen mampu memanfaatkan total aset untuk menghasilkan

pendapatan (Rusibana, 2016). Profitabilitas perusahaan adalah kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dari kegiatan yang dilakukan dalam

suatu periode akuntansi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba. Laba menjadi dasar pembagian dividen, apakah dividen tunai

atau dividen saham. Profitabilitas dapat menjadi pertimbangan penting bagi

investor dalam keputusan investasi mereka. Dengan tawaran untuk mendapatkan

keuntungan yang tinggi, diharapkan untuk menarik investor dalam berinvestasi.

6
Profitabilitas menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total

aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi tingkat profitabilitas

maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin besar (Sartono, 2001).

Struktur modal, Struktur modal adalah bentuk pembelanjaan yang permanen

didalam mencerminkan keseimbangan diantara hutang jangka panjang dengan

modal sendiri. Struktur modal terlihat pada hutang jangka panjang dan unsur-

unsur dalam modal sendiri, dimana kedua jenis tersebut merupakan dana

permanen atau dana jangka panjang. Oleh karena itu maka struktur modal hanya

merupakan sebagian saja dari struktur financial. Struktur financial mencerminkan

perimbangan baik dalam artian absolut maupun relatif antara keseluruhanmodal

asing baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan jumlah modal sendiri

(Riyanto, 2001). Struktur modal menyangkut aktivitas yang dilakukan untuk

memperoleh dana dan menggunakan dana tersebut untuk mencapai tujuan

perusahaan. Dana yang dimiliki atau diperoleh perusahaan digunakan sebagai

modal untuk menopang kegiatan usahanya. Salah satu kebijakan pendanaan

perusahaan adalah penggunaan dana eksternal berupa hutang. Penggunaan hutang

ini akan diartikan oleh pihak luar tentang kemampuan perusahaan untuk

membayar kewajiban di masa yang akan datang atau adanya resiko bisnis

perusahaan. Penilaian oleh pihak luar tersebut tentunya akan mempengaruhi nilai

perusahaan. Selain itu, peningkatan hutang akan menurunkan besarnya konflik

antara pemegang saham dengan manajemen. Peningkatan pendanaan perusahaan

dengan hutang dapat digunakan untuk mengurangi atau mengontrol konflik

keagenan karena hutang akan menurunkan excess cash flow yangada dalam

7
perusahaan, sehingga akan menurunkan kemungkinanpemborosan yang dilakukan

oleh manajemen (Jensen, et all, 1992; Jensen 1986 )

Penelitian tentang factor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dan

nilai perusahaan sudah banyak dilakukan diantaranya Penelitian terkait pengaruh

struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan , yang dilakukan oleh Rasyid, at

al (2015) menemukan hasil bahwa struktur kepemilikan tidak berpengaruh

terhadap nilai perusahaan, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mardasari

(2014), dan Zumrotun Nafiah (2016). Sedangkan Penilitian Verawaty, at al

(2015), Abu kosim at al (2014) dan Rizqia, at al (2013) menemukan hasil bahwa

struktur kepemilikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan,

Penelitian terkait ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan yang dilukan

oleh Abdul Rasyid, at al (2015), Moelyadi, at al (2014) dan Sri Sofyaningsih &

Pancawati Hardiningsih (2011) yang menemukan hasil bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan hasil penelitian Puspita

(2012), Dewi dan Wirajaya (2013) ukuran perusahaan berpengaruh negative

terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian Robinhot Gultom et.al (2013), dan Tri

Wahyuni, Endang Ernawati dan Werner R. Murhadi (2013) menemukan hasil

bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Penelitian terkait pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan yang

dilakukan oleh Abdul Rasyid, at al (2015), Moelyadi, at al (2014), Abdul Rasyid

(2015) dan Rizqia, at al (2013) yang menemukan hasil bahwa profitabilitas

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, hasil tersebut bertentangan dengan

penelitian Ayu (2012) dan Putra (2014) profitabilitas berpengaruh negative

8
terhadap nilai perusahaan. Sedangkan Hasil penelitian Fernandes Moniaga (2013)

menemukan hasil bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

Penelitian terkait pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan yang

dilakukan oleh Rizqia, at al (2013), Ela Mahdaleta ( 2016), Jahirul Hoque,at al

(2014) dan Mardasari (2014) yang menemukan hasil bahwa Struktur modal

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, hasil tersebut bertentangan dengan

penelitian Ayu (2012) yang menemukan hasil bahwa struktur modal berpengaruh

negative terhadap nilai perusahaan. Sedangkan Hasil penelitian Verawaty (2015)

menemukan hasil bahwa struktur modal tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

Penelitian terkait kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan yang dilakukan

oleh Abdul Rasyid, at al (2015), Obaid Ur Rehman (2016), Sisca (2008) dan

Muhammad Shaukat Malik (2015) yang menemukan hasil bahwa kebijakan

dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, hasil tersebut bertentangan

dengan penelitian Anggi (2015) yang menemukan hasil bahwa kebijakan dividen

berpengaruh negative terhadap nilai perusahaan. Sedangkan Hasil penelitian

Yuliani (2013) dan Mardasari (2014) menemukan hasil bahwa kebijakan dividen

tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Penelitian terkait struktur kepemilikan terhadap kebijakan dividen yang

dilakukan oleh Abdul Rasyid, at al (2015), Jorenza (2015), Duc Hong Vo (2014),

dan Sisca (2008) yang menemukan hasil bahwa struktur kepemilikan berpengaruh

positif terhadap kebijakan dividen, hasil tersebut bertentangan dengan penelitian

9
Rizqia (2015) yang menemukan hasil bahwa struktur kepemilikan berpengaruh

negative terhadap kebijakan dividen. Sedangkan Hasil penelitian Firmanda (2015)

tidak dapat membuktikan pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan

dividen.

Penelitian terkait ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen yang

dilakukan oleh Abdul Rasyid, at al (2015), Christopher Maladjian (2014) dan

Firmanda (2015) yang menemukan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh

positif terhadap kebijakan dividen, hasil tersebut bertentangan dengan penelitian

Aliya Bushra dan Mirza (2015) yang menemukan hasil bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh negative terhadap kebijakan dividen. Sedangkan Hasil penelitian

Rizqia (2013) dan Suryanita (2014) tidak dapat membuktikan pengaruh ukuran

perusahaan terhadap kebijakan dividen.

Penelitian terkait profitabilitas terhadap kebijakan dividen yang dilakukan

oleh Abdul Rasyid, at al (2015), Sisca (2008) dan Moelyadi (2014) yang

menemukan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan

dividen, hasil tersebut bertentangan dengan penelitian Firmanda (2015), Jorenza

(2015) dan Christopher Maladjian (2014) yang menemukan hasil bahwa

profitabilitas berpengaruh negative terhadap kebijakan dividen. Sedangkan Hasil

penelitian Ni Kadek Ari Lina wati (2013) dan Septi Rahayu Ningsih dkk (2014)

tidak dapat membuktikan pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen.

Penelitian terkait struktur modal terhadap kebijakan dividen yang dilakukan

oleh Firmanda (2015), dan Devi Hoi Sunarya (2013) yang menemukan hasil

bahwa struktur modal berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen, hasil

10
tersebut bertentangan dengan penelitian Wiwin (2014), Jorenza (2015), Duc Hong

Vo dan Nguyen (2014) dan Muhammad Asad dan saddia Yousaf (2014) yang

menemukan hasil bahwa struktur modal berpengaruh negative terhadap kebijakan

dividen. Sedangkan Hasil penelitian Rizqia (2013) dan Mardasari (2014) tidak

dapat membuktikan pengaruh struktur modal terhadap kebijakan dividen.

Untuk lebih jelas hasil penelitian terdahulu disajikan dalam tabel 1.1.

Tabel 1.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Permasalahan / Research Gap Penulis Judul Teori


Hubungan
antar Variabel
Struktur Tidak Dewi Kusuma pengaruh Pecking
kepemilikan berpengaruh Wardani & Sri strukturkepemilikan Order Theory
terhadap nilai terhadap nilai Hermuningsih terhadap nilai
(2014)
perusahaan. perusahaan perusahaan dengan
kinerjakeuangan
dankebijakanhutang
sebagaivariabelinterveni
ng
tidak Zumrotun Pengaruh Struktur Agency
berpengaruh Nafiah (2016) Kepemilikan Dan Laba Theory
terhadap nilai Dengan Nilai
perusahaa Perusahaan dengan
Kebijakan Deviden
Sebagai Variabel
Intervening Di Bursa
Efek Indonesia Tahun
2011 - 2013
Tidak Rizky Budi Pengaruh Insider Agency
berpengaruh Mardasari Ownership, Kebijakan Theory
terhadap nilai (2014) Hutang Dan Free Cash
perusahaan Flow Terhadap Nilai
Perusahaan Melalui
Kebijakan Dividen
Berpengaruh Verawaty, at al analisispengembanganc Agency
negatif terhadap (2015) orporate theory,
nilai perusahaan valueberdasarkan signaling
keputusaninvestasidan theory
pendanaan,struktur
kepemilikan
sertakebijakan dividen

11
Permasalahan / Research Gap Penulis Judul Teori
Hubungan
antar Variabel
padaperusahaan
manufaktur
yangterdaftar
dibursaefekIndonesia
Bepengaruh Abu kosim at al ownership structure and Agency
terhadap nilai (2014) firm values: empirical theory
perusahaan study on indonesia
manufacturing
listed companies 2009-
2011
Tidak Abdul Rasyid, Effect of Ownership Agency
Berpengaruh at al (2015) Structure, Company size theory
terhadap nilai and Profitability on
perusahaan Dividend Policy and
Manufacturing
Company’s value in
Indonesia Stock
Exchange 2011-2013
Berpengaruh Rizqia, at al Effect of Managerial Agency
positif signifikan (2013) Ownership, Financial theory
terhadap nilai Leverage, Profitability,
perusahaan Firm Size, and
Investment Opportunity
on Dividend Policy and
Firm Value
Manufacturing
Company’s value in
Indonesia Stock
Exchange 2006-2011
Berpengaruh Esther dan Corporate Governance, Agency
terhadap nilai Danson (2014) Ownership Structure theory
perusahaan erspective and Firm
Value: Theory, and
Survey of Evidence

Tidak Rustendi Pengaruh hutang dan Agency


Berpengaruh (2008) kepemilikan manajerial Theory
signifikan terhadap nilai
terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan perusahaan manufaktur
Size terhadap Berpengaruh Abdul Rasyid, Effect of Ownership Agency
Nilai perusahaan positif signifikan at al (2015) Structure, Company size theory
terhadap nilai and Profitability on
perusahaan Dividend Policy and
Manufacturing

12
Permasalahan / Research Gap Penulis Judul Teori
Hubungan
antar Variabel
Company’s value in
Indonesia Stock
Exchange 2011-2013
Berpengaruh Moelyadi, at al Factors Affecting Firm Angency
positif signifikan (2014) Value: Theoretical theory,
terhadap nilai Study On Public signaling
perusahaan Manufacturing Firms In theory
Indonesia

Tidak Tri Wahyuni, Faktor-faktor Yang Agency


Berpengaruh Endang Mempengaruhi Nilai theory
terhadap Nilai Ernawati dan Perusahaan Di Sektor
perusahaan Werner R. Property, Real Estate &
Murhadi (2013) Building Construction
Yang Terdaftar Di Bei
Periode 2008-2012.
Berpengaruh Dewi dan Pengaruh Struktur Signalling
negatif terhadap Wirajaya (2013) Modal, Profitabilitas Theory
nilai perusahaan DanUkuran Perusahaan
Pada Nilai Perusahaan

Berpengaruh Puspita Analisis pengaruh Signalling


negatif terhadap (2012) struktur modal, Theory
nilai perusahaan pertumbuhan
perusahaan,ukuran
perusahaan dan
profitabilitas terhadap
nilai perusahaan pada
peruasahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI
periode 2007- 2009
Berpengaruh Sri Sofyaningsih Pengaruh Pcking
positif terhadap & strukturkepemilikan,keb oerder dan
Nilai perusahaan Pancawati ijakandividen,kebijakan trade of
Hardiningsih
utang dannilai theory
(2011)
perusahaan.
Tidak Robinhot Analisis factor – factor Agency
berpengaruh Gultom et.al yang mempengaruhi Theory
terhadap Nilai (2013) nilai perusahaan pada
perusahaan perusahaan farmasi
yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI).
Profitabilitas Berpengaruh Abdul Rasyid Effects of ownership Agency
terhadap Nilai positif signifikan (2015) structure, capital Theory
terhadap nilai structure, profitability

13
Permasalahan / Research Gap Penulis Judul Teori
Hubungan
antar Variabel
perusahaan perusahaan and company’s growth
towards firm value

Berpengaruh Zumrotun Pengaruh Struktur The Bird in


positif signifikan Nafiah (2016) Kepemilikan Dan Laba hand
terhadap nilai Dengan Nilai
perusahaan Perusahaandengan
Kebijakan Deviden
Sebagai Variabel
Intervening Di Bursa
Efek Indonesia Tahun
2011 - 2013
Berpengaruh Abdul Rasyid, Effect of Ownership Agency
positif signifikan at al (2015) Structure, Company size Theory
terhadap nilai and Profitability on
perusahaan Dividend Policy and
Manufacturing
Company’s value in
Indonesia Stock
Exchange 2011-2013
Berpengaruh Moelyadi, at al Factors Affecting Firm Agency
positif terhadap (2014) Value: Theoretical theory,
Nilai perusahaan Study On Public Theory of the
Manufacturing Firms In firm,
Indonesia

Berpengaruh Rizqia, at al Effect of Managerial Agency


positif signifikan (2013) Ownership, Financial Theory
terhadap nilai Leverage, Profitability,
perusahaan Firm Size, and
Investment Opportunity
on Dividend Policy and
Firm Value
Manufacturing
Company’s value in
Indonesia Stock
Exchange 2006-2011
Berpengaruh Ayu (2012) Pengaruh struktur Signalling
negatif terhadap modal, profitabilitas dan Theory
Nilai perusahaan ukuran perusahaan pada
nilai perusahaan
Berpengaruh Putra pengaruh ukuran Signalling
negatif terhadap (2014) perusahaan dan Theory
Nilai perusahaan profitabilitas terhadap
nilai perusahaan pada

14
Permasalahan / Research Gap Penulis Judul Teori
Hubungan
antar Variabel
peruasahaan manufaktur
yang terdaftar di bei
periode 2009-2011
Tidak Fernandes Pengaruh struktur Agency
berpengaruh Moniaga modal, profitabilitas dan theory
terhadap nilai (2013) struktur biaya terhadap
perusahaan nilai perusaahaan
menggunakan sampel
perusahaan industry
keramik, porcelen dan
kaca tahun 2007-2011.
Struktur modal Tidak Verawaty dkk analisispengembanganc Agency
terhadap Nilai Berpengaruh (2015) orporate Theory
Perusahaan terhadap nilai valueberdasarkan
perusahaan keputusaninvestasidan
pendanaan,struktur
kepemilikan
sertakebijakan dividen
padaperusahaan
manufaktur
yangterdaftar
dibursaefekIndonesia
Berpengaruh Ayu Pengaruh struktur Pecking
negatif dan (2012) modal,profitabilitas dan Order Theory
signifikan ukuran perusahaan pada
terhadap nilai nilai perusahaan
perusahaan
Tidak Umi Mardiyati, pengaruh kebijakan Trade of
Berpengaruh Gatot, Nazir Dividen, kebijakan theory
terhadap nilai Ahmad Ria hutang dan profitabilitas
perusahaan Putri (2012) terhadap nilai
perusahaan.
Menggunakan sampel
perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI
tahun 2005-2010.
Tidak Fernandes Pengaruh struktur Trade of
Berpengaruh Moniaga modal, profitabilitas dan theory
terhadap nilai (2013) struktur biaya terhadap
perusahaan nilai perusaahaan
menggunakan sampel
perusahaan industry
keramik, porcelen dan
kaca tahun 2007-2011.
Berpengaruh Rizqia, at al Effect of Managerial Agency

15
Permasalahan / Research Gap Penulis Judul Teori
Hubungan
antar Variabel
positif signifikan (2013) Ownership, Financial Theory,
terhadap nilai Leverage, Profitability, signaling
perusahaan Firm Size, and theory
Investment Opportunity
on Dividend Policy and
Firm Value
Manufacturing
Company’s value in
Indonesia Stock
Exchange 2006-2011
Berpengaruh Ela Mahdaleta, Effects of Capital Agency
positif signifikan at al (2016) Structure and Theory
terhadap nilai Profitability on
perusahaan Corporate Value with
Company Size as the
Moderating
Variable of
Manufacturing
Companies Listed on
Indonesia Stock
Exchange
Berpengaruh Jahirul Hoque,at Impact Of Capital Trade of
positif signifikan al (2014) Structure Policy On theory,
terhadap nilai Value Of The Firm A packing order
perusahaan Study On Some theory
Selected Corporate
Manufacturing Firms
Under Dhaka Stock
Exchange
Berpengaruh Rizky Budi Pengaruh Insider Agency
positif signifikan Mardasari Ownership, Kebijakan Theory
terhadap nilai (2014) Hutang Dan Free Cash
perusahaan Flow Terhadap Nilai
Perusahaan Melalui
Kebijakan Dividen

Berpengaruh Rizqia, at al Effect of Managerial Agency


positif signifikan (2013) Ownership, Financial Theory
terhadap nilai Leverage, Profitability,
perusahaan Firm Size, and
Investment Opportunity
on Dividend Policy and
Firm Value
Manufacturing
Company’s value in

16
Permasalahan / Research Gap Penulis Judul Teori
Hubungan
antar Variabel
Indonesia Stock
Exchange 2006-2011
Kebijakan Berpengaruh Abdul Rasyid, Effect of Ownership Agency
dividen terhadap positif signifikan at al (2015) Structure, Company size Theory
nilai perusahaan terhadap nilai and Profitability on
perusahaan Dividend Policy and
Manufacturing
Company’s value in
Indonesia Stock
Exchange 2011-2013
Berpengaruh Obaid Ur Impact of Capital Trade of
signifikan Rehman (2016) Structure and Dividend theory,
terhadap nilai Policy on FirmValue packing order
perusahaan 2006-2013 theory and
signaling
theory
Tidak Yuliani, at al Keputusan invesyasi, The bird in
Berpengaruh (2013) pendanaan, dan dividen hand
signifikan terhadap nilai
terhadap nilai perusahaan dengan
perusahaan risiko bisnis sebagai
variabel mediasi pada
perusahaan yang
terdaftar di BEI (2009-
2011)
Berpengaruh Anggi Septia Analisis Kebijakan Theory
negative terhadap (2015) Dividen, Kebijakan Clientele
nilai perusahaan Hutang Dan Nilai Effect
Perusahaan Pada
Perusahaan Sektor
Pertambangan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009-
2013
Berpengaruh Muhammad Impact of Changes in Bird in hand
positif signifikan Shaukat Malik Dividend Policy on theory, tax-
terhadap nilai (2015) Firm’s Value: A Case preference
perusahaan Study of Cement Sector theory, and
of Pakistan dividend
irrelevance
theory
Tidak Rizky Budi Pengaruh Insider Agency
Berpengaruh Mardasari Ownership, Kebijakan Theory
signifikan (2014) Hutang Dan Free Cash
terhadap nilai Flow Terhadap Nilai

17
Permasalahan / Research Gap Penulis Judul Teori
Hubungan
antar Variabel
perusahaan Perusahaan Melalui
Kebijakan Dividen
Berpengaruh Sisca Pengaruh kepemilikan Agency
positif terhadap (2008) manajerial, kepemilikan Theory
kebijakan institusional, kebijakan
hutang, profitabilitas
deviden
dan ukuran perusahaan
terhadap kebijakan
deviden
Size terhadap Berpengaruh Firmanda Pengaruh kepemilikan Agency
kebijakan positif terhadap (2015) manajerial, kepemilikan Theory
deviden kebijakan institusional, kebijakan
dividen hutang, profitabilitas,
ukuran perusahaan, cash
position terhadap
kebijakan deviden
Tidak Rizqia, at al Effect of Managerial transactional
berpengaruh (2013) Ownership, Financial cost theory.
terhadap Leverage, Profitability, Agency
kebijakan Firm Size, and theory
dividen Investment Opportunity
on Dividend Policy and
Firm Value
Manufacturing
Company’s value in
Indonesia Stock
Exchange 2006-2011
Berpengaruh Abdul Rasyid, Effect of Ownership Agency
positif terhadap at al (2015) Structure, Company size Theory
kebijakan and Profitability on
dividen Dividend Policy and
Manufacturing
Company’s value in
Indonesia Stock
Exchange 2011-2013
Berpengaruh Christopher Determinants of the Bird in the
positif terhadap Maladjian Dividend Policy: An hand theory,
kebijakan (2014) Empirical Study on the iirelevance
dividen Lebanese Listed Banks theory
Berpengaruh Aliya Bushra The Determinants of Agency
negatif terhadap dan Mirza Corporate Dividend theory and
kebijakan (2015) Policy in Pakistan signaling
dividen companies listed on the theory
KSE 100 index for the
period 2005-2010
Tidak Suryanita (2014) Pengaruh Ukuran Agency

18
Permasalahan / Research Gap Penulis Judul Teori
Hubungan
antar Variabel
berpengaruh Perusahaan Dan Earning theory and
terhadap Per Share Terhadap signaling
kebijakan Kebijakan Dividen Di theory
Bursa Efek Indonesia
dividen

Berpengaruh Sisca Pengaruh kepemilikan Agency


positif dan (2008) manajerial, kepemilikan Theory
signifikan institusional, kebijakan
hutang, profitabilitas
terhadap
dan ukuran perusahaan
kebijakan terhadap kebijakan
deviden deviden
Struktur Tidak Firmanda Pengaruh kepemilikan Agency
Kepemilikan berpengaruh (2015) manajerial, kepemilikan Theory
terhadap positif terhadap institusional, kebijakan
kebijakan kebijakan hutang, profitabilitas,
deviden deviden ukuran perusahaan, cash
position terhadap
kebijakan deviden
Berpengaruh Abdul Rasyid, Effect of Ownership Agency
positif dan at al (2015) Structure, Company size Theory
signifikan and Profitability on
terhadap Dividend Policy and
kebijakan Manufacturing
dividen Company’s value in
Indonesia Stock
Exchange 2011-2013
Berpengaruh Rizqia, at al Effect of Managerial transactional
negatif dan (2013) Ownership, Financial cost theory.
signifikan Leverage, Profitability, Agency
terhadap Firm Size, and theory
kebijakan Investment Opportunity
dividen on Dividend Policy and
Firm Value
Manufacturing
Company’s value in
Indonesia Stock
Exchange 2006-2011
Berpengaruh Jorenza Analisis kepemilikan Signalling
positif dan (2015) manajerial, kebijakan Theory
signifikan dividen, dan
terhadap profitabilitas terhadap
kebijakan kebijakan dividend dan
dividen nilai perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
Berpengaruh Duc Hong Vo Managerial Ownership, Agency

19
Permasalahan / Research Gap Penulis Judul Teori
Hubungan
antar Variabel
positif terhadap dan Nguyen Leverage and Dividend Theory,
kebijakan (2014) Policies: Empirical pecking order
dividen Evidence from
Vietnam’s Listed Firms
Berpengaruh Sisca Pengaruh kepemilikan Agency
positif terhadap (2008) manajerial, kepemilikan Theory
kebijakan institusional, kebijakan
hutang, profitabilitas
deviden
dan ukuran perusahaan
terhadap kebijakan
deviden
Struktur modal Berpengaruh Firmanda Pengaruh kepemilikan Agency
terhadap positif signifikan (2015) manajerial, kepemilikan Theory
kebijakan terhadap institusional, kebijakan
deviden kebijakan hutang, profitabilitas,
dividen ukuran perusahaan, cash
position terhadap
kebijakan deviden

Berpengaruh Jorenza Analisis kepemilikan Signalling


negatif terhadap (2015) manajerial, kebijakan Theory
kebijakan dividen, dan
dividen profitabilitas terhadap
kebijakan dividend dan
nilai perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
Tidak Rizqia, at al Effect of Managerial Agency
berpengaruh (2013) Ownership, Financial Theory
terhadap Leverage, Profitability,
kebijakan Firm Size, and
dividen Investment Opportunity
on Dividend Policy and
Firm Value
Manufacturing
Company’s value in
Indonesia Stock
Exchange 2006-2011
Berpengaruh Duc Hong Vo Managerial Ownership, Agency
negatif terhadap dan Nguyen Leverage and Dividend Theory,
kebijakan (2014) Policies: Empirical pecking order
Evidence from
dividen
Vietnam’s Listed Firms
Berpengaruh Muhammad Impact of Leverage on Irrelevance
negatif terhadap Asad dan Dividend Payment theory, bird
kebijakan Saddia Yousaf Behavior of Pakistani in hand
dividen (2014) Manufacturing Firms theory

20
Permasalahan / Research Gap Penulis Judul Teori
Hubungan
antar Variabel
Berpengaruh Wiwin Siswanti Pengaruh Analisis Rasio Dividen
negatif terhadap (2014) Keuangan Terhadap irrelevance,
kebijakan Kebijakan Deviden the bird in
(Studi Empiris Pada
dividen hand theory,
Perusahaan Real Estate
Dan Property Yang Tax
Terdaftar Di Bursa Efek preference
Indonesia).pada tahun theory
2009-2010
Tidak Rizky Budi Pengaruh Insider Agency
berpengaruh Mardasari Ownership, Kebijakan Theory
terhadap (2014) Hutang Dan Free Cash
kebijakan Flow Terhadap Nilai
dividen Perusahaan Melalui
Kebijakan Dividen

Berpengaruh Devi Hoei pengaruh kebijakan Agency


positif terhadap Sunarya (2013) hutang, profitabilitas Theory
kebijakan dan likuiditas terhadap
dividen kebijakan deviden
dengan size sebagai
variable moderasi.
Profitabilitas Berpengaruh Sisca Pengaruh kepemilikan Agency
terhadap terhadap (2008) manajerial, kepemilikan Theory
kebijakan kebijakan institusional, kebijakan
hutang, profitabilitas
deviden` deviden
dan ukuran perusahaan
terhadap kebijakan
deviden
Tidak Septi Rahayu pengaruh rasio-rasio Agency
berpengaruh Ningsih dkk keuangan terhadap Theory
terhadap (2014) dividend payout ratio
(dpr) (studi pada
kebijakan
perusahaan yang listing
deviden di bei tahun 2009 –
2011),

Tidak Ni Kadek Ari Pengaruh kepemilikan Agency


berpengaruh Lina Wati manajerial dan kinerja Theory
terhadap (2013) keuangan terhadap
kebijakan dividen d an
kebijakan
nilai perusahaan
deviden

21
Permasalahan / Research Gap Penulis Judul Teori
Hubungan
antar Variabel
Berpengaruh Firmanda Pengaruh kepemilikan Agency
negatif dan (2015) manajerial, kepemilikan Theory
signifikan institusional, kebijakan
terhadap hutang, profitabilitas,
kebijakan ukuran perusahaan, cash
dividen position terhadap
kebijakan deviden

Berpengaruh Moelyadi, at al Factors Affecting Firm Agency


positif terhadap (2014) Value: Theoretical Theory
kebijakan Study On Public
dividen Manufacturing Firms In
Indonesia

Berpengaruh Jorenza Analisis kepemilikan Signalling


negatif terhadap (2015) manajerial, kebijakan Theory
kebijakan hutang, dan
dividen profitabilitas terhadap
kebijakan dividend dan
nilai perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI

Berpengaruh Abdul Rasyid, Effect of Ownership Agency


positif terhadap at al (2015) Structure, Company size Theory
kebijakan and Profitability on
dividen Dividend Policy and
Manufacturing
Company’s value in
Indonesia Stock
Exchange 2011-2013
Berpengaruh Christopher Determinants of the Agency
negative Maladjian Dividend Policy: An Theory
terhadap (2014) Empirical Study on the
kebijakan Lebanese Listed Banks
dividen
Sumber : Disarikan dari berbagai artikel

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil penelitian mengeni factor-faktor

yang mempengaruhi kebijakan dividen dan nilai perusahaan cenderung tidak

konsisten, masih terdapat perbedaan antara peneliti satu dengan yang lainnya.

22
Saat ini perusahaaan yang menjadi perhatian para investor adalah perusahaan

sector manufaktur dimana pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

menunjukkan suatu fenomena yakni penurunan nilai perusahaan uang cukup

signifikan, berikut adalah data rata-rata nilai perusahaan dan kebijakan dividen

perusahaan manufaktur tahun 2012-2016.

Tabel 1.2

Rata-Rata Kepimilikan Institusional, Size, ROA, DER, DPT Dan PBV

Perusahaan Manufaktur Tahun 2012-2016

TAHUN INSTITUSIONAL SIZE ROA DER DPR PBV


2012 71.17 2887.09 17.24 57.82 47.62 585.37
2013 71.17 2887.58 17.18 57.88 47.63 583.97
2014 71.27 2891.31 16.86 57.77 47.28 575.61
2015 71.27 2891.92 16.78 57.72 47.38 572.41
2016 70.66 2893.27 16.62 56.57 48.31 569.48
AVERAGE 71.11 2890.23 16.94 57.55 47.64 577.37
Sumber : Data IDX yang diolah 2012-2015

Dari tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa variabel struktur kepemilikan yang

diukur dengan prosentase kepemilikan institusional cenderung stabil yakni antara

tahun 2012 sampai dengan 2016 berkisaran antara 71.17% hingga 70.66%,

Ukuran Perusahaan (Size) dari tahun 2012 hingga tahun 2016 cenderung

mengalami kenaikan meskipun kenaikan tersebut tidak begitu besar yakni dari

2887.09% pada tahun 2012 naik hingga 2893.27% pada tahun 2016 atau

mengalami kenaikan sebesar 0.21%. Meskipun demikian kenaikan ukuran

perusahaan yang yang diukur dengan total asset tidak mampu menghasilkan laba

23
yang maksimal bagi perusahaan, hal ini dapat dilihat bahwa selama 5 tahun

terakhir profitabilitas perusahaan dari tahun 2012 hingga 2016 cenderung

mengalami penurunan sebesar -3.71% yakni dari 17.24% pada tahun 2012 turun

hingga 16.62% pada tahun 2016, hal ini menunjukkan bahwa manajemen tidak

dapat memaksimalkan asset-aset perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan.

Struktur modal yang diukur dengan DER selama 5 tahun terakhir mengalami

penurunan sebesar -2.22% yakni dari 57.82% pada tahun 2012 turun hingga

56.87% pada tahun 2016. Kebijakan dividen yang diukur dengan DPR

menunjukkan adanya penurunan pada tahun 2014 sebesar – 0.72% yakni dari

47.63% pada tahun 2013 turun hingga 47.28% pada tahun 2014, namun pada

tahun 2015 sebesar 47.38% hingga 2016 sebesar 48.31% atau selama 2 tahun

terakhir kembali mengalami kenaikan sebesar 2.13% dari tahun 2014. Sedangkan

nilai perusahaan yang diukur dengan PBV menunjukkan penurunan yang cukup

signifikan pada 5 tahun terakhir ini yakni dari 585.37% pada tahun 2012 menjadi

569.48% pada tahun 2016 atau turun sebesar 2.77%..

Berdasarkan pada latar belakang diatas dengan adanya perbedaan hasil

penelitian terdahulu dan fenomena yang terjadi maka penulis tertarik untuk

mengambil judul “ Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan,

Profitabilitas dan Struktur ModalTerhadap Nilai Perusahaan Dengan

Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervining (Studi Empiris Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2016)”.

24
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, dapat

diketahuibahwa terdapat dua permasalahan. Permasalahan pertama adanya

fenomena yang dapat dilihat pada Gambar 1.1 diatas dapat disimpulkan

research problem dalam penelitian ini bahwa nilai perusahaan yang diukur

dengan price book value menunjukkan adanya kecenderungan penurunan hal ini

berarti bahwa pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEIharga sahamnya

ada kecenderungan menurun. Selain itu masih terdapat perbedaan hasil penelitian

mengenai factor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dan nilai

perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, muncul suatu permasalahan untuk diteliti

lebih lanjut terkait bagaimana pengaruhStruktur Kepemilikan, Ukuran

Perusahaan, Profitabilitas, Struktur modal Terhadap Nilai Perusahaan Dan

Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervining (Studi Empiris Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2016).

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat

diajukan pertanyaaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan dividen pada

perusahaan manufakturyang terdaftar di BEI tahun 2012-2016?

2. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen pada

perusahaan manufakturyang terdaftar di BEI tahun 2012-2016?

3. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen pada

perusahaan manufakturyang terdaftar di BEI tahun 2012-2016?

25
4. Bagaimana pengaruh Struktur modal terhadap kebijakan dividen pada

perusahaan manufakturyang terdaftar di BEI tahun 2012-2016?

5. Bagaimana pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan manufakturyang terdaftar di BEI tahun 2012-2016?

6. Bagaimana pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan manufakturyang terdaftar di BEI tahun 2012-2016?

7. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan manufakturyang terdaftar di BEI tahun 2012-2016?

8. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan pada perusahaan

manufakturyang terdaftar di BEI tahun 2012-2016?

9. Bagaimana pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan manufakturyang terdaftar di BEI tahun 2012-2016?

10. Bagaimana pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan melalui

kebijakan dividen pada perusahaan manufakturyang terdaftar di BEI tahun

2012-2016?

11. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan melalui

kebijakan dividen pada perusahaan manufakturyang terdaftar di BEI tahun

2012-2016?

12. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan melalui

kebijakan dividen pada perusahaan perusahaan manufakturyang terdaftar di

BEI tahun 2012-2016?

26
13. Bagaimana pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan melalui

kebijakan dividen pada perusahaan perusahaan manufakturyang terdaftar di

BEI tahun 2012-2016?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan

dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-

2016.

2. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan

dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-

2016.

3. Untuk menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen

pada perusahaan manufaktu ryang terdaftar di BEI tahun 2012-2016.

4. Untuk menganalisis pengaruh struktur modal terhadap kebijakan dividen

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2016.

5. Untuk menganalisis pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan

pada perusahaan manufaktu ryang terdaftar di BEI tahun 2012-2016.

6. Untuk menganalisis struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2016.

27
7. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-

2016.

8. Untuk menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2016.

9. Untuk menganalisis pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2016.

10. Untuk menganalisis pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai

perusahaan melalui kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI tahun 2012-2016.

11. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai

perusahaan melalui kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI tahun 2012-2016.

12. Untuk menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan

melalui kebijakan dividen pada perusahaan perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI tahun 2012-2016.

13. Untuk menganalisis pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan

melalui kebijakan dividen pada perusahaan perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI tahun 2012-2016.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang dikemukan di atas, maka penelitian

inidiharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak antara lain :

28
1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis pada

manajemen keuangan berupa bukti empiris tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai perusahaan dengan kebijakan sebagai variabel

intervening.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan solusi pada

manajemen terkait dengan permasalahan mengenai struktur kepemilikan,

profitabilitas, ukuran perusahaan, struktur modal, kebijakan dividend dan

nilai perusahaan.

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan proposal ini menggunakan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah yang mendorong

dilakukannya penelitian ini. Selain itu di bab ini juga diuraikan

perumusan masalah, serta tujuan dan manfaat dari penelitian ini.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang tinjauan pustaka yang berkaitan dengan

landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam bab ini juga

diuraikan kerangka teoritis yang berguna untuk menyusun penelitian

ini, serta diuraikan pula mengenai hipotesis penelitian.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

29
Bab ini menguraikan tentang variabel penelitian dan definisi

operasional, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan

metode analisis data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan dibahas deskripsi objek penelitian, analisis data, dan

pembahasan.

BAB V : PENUTUP

Penutup terdiri atas simpulan dan saran mengenai penelitian yang telah

dilakukan.

30
BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Theory Agency terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara pemilik dan

manajer (Jensen dan Meckling, 1976). Di satu sisi, pemilik ingin manajer untuk

bekerja keras untuk memaksimalkan utilitas pemilik. Namun, di sisi lain, manajer

juga cenderung berusaha untuk memaksimalkan utilitas mereka sendiri. Secara

khusus, teori keagenan membahas keberadaan hubungan perusahaan, di mana

salah satu pihak tertentu (prinsipal) mendelegasikan tanggungjawab kepada pihak

lain (agen), yang melakukan pekerjaan.

Teori keagenan didasarkan pada asumsi (Jensen dan Meckling, 1976),

Asumsi ini dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu asumsi tentang sifat manusia,

organisasi dan informasi. Asumsi sifat manusia menekankan bahwa manusia

memiliki keegoisan (self-interest), manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai

persepsi masa mendatang (bounded rasionalitas) dan tidak suka risiko (risk

aversion). Asumsi organisasi adalah bahwa ada konflik antara anggota organisasi.

Asumsi tentang informasi dalam hal ini adalah bahwa informasi sebagai

komoditas yang bisa diperdagangkan.

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan adanya tiga unsur tambahan yang

membatasi perilaku menyimpang dari agen. Elemen-elemen ini adalah keberadaan

31
pasar tenaga kerja manajerial, pasar modal dan elemen pasar untuk mendukung

pemilik mendominasi kepemilikan perusahaan (pasar untuk kontrol perusahaan).

Agen atau manajer tidak dapat memiliki masa depan jika kinerja yang buruk,

mereka akan diberhentikan oleh pemegang saham. Peluang pasar tenaga kerja

manajerial akan menghapus manajer yang tidak memiliki kinerja yang baik dan

perilaku menyimpang dari pemegang saham inginkan. Corporate governance

adalah sebuah konsep yang didasarkan pada teori keagenan untuk memberikan

keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima pengembalian dana

mereka telah diinvestasikan. Tata kelola perusahaan prihatin dengan bagaimana

investor percaya bahwa manajer akan menguntungkan mereka, yakin bahwa

manajer tidak akan mencuri / menggelapkan atau berinvestasi dalam proyek-

proyek yang tidak terkait untuk mendanai (modal) yang telah diinvestasikan oleh

investor, dan berkaitan dengan bagaimana kontrol investor kepada manajer

(Shleifer dan Vishny, 1997). Dengan kata lain, tata kelola perusahaan diharapkan

berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan.

Menurut Brigham et al. (1999) dalam Moniaga (2013) berpendapat bahwa

asymmetric information atau perbedaan informasiadalah situasi di mana manajer

memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan

daripada yang dimiliki investor. Pihak manajemen beranggapan bahwa harga

saham saat ini sedang overvalue (terlalu mahal). Apabila hal ini yang diperkirakan

terjadi, maka pihak manajemen berpikir untuk lebih baik jika menawarkan saham

baru (sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih mahal dari yang seharusnya).

32
Jensen dan Meckling (1976) menawarkan dua cara yang dapat dilakukan

oleh para pemilik modal untuk mengurangi risiko yang diakibatkan oleh

tindakan manajer yang merugikan (moral hazard problem). Kedua cara tersebut

adalah: pemilik modal melakukan pengawasan (monitoring) dan manajer sendiri

melakukan pembatasan atas tindakan-tindakannya (bonding). Teori keagenan

menekankan bahwa angka-angka akuntansi memainkan peranan penting dalam

membuat kebijakan-kebijakan untuk menekan konflik kepentingan antara pemilik

perusahaan dan pengelolanya atau manajer yang terjadi karena adanya pemisahan

kepemilikan dan control perusahaan. Masalah keagenan muncul saat principal

kesulitan memastikan agent sudah bertindak untuk memaksimumkan

kesejahteraan principal.

Manajer perusahaan merupakan pihak yang lebih banyak mengetahui

informasi internal perusahaan karena manajer perusahaan berhubungan langsung

dengan perusahaan. Dengan informasi yang dimilikinya ini, manajer perusahaan

dapat menggunakan informasi yang dimilikinya untuk memanipulasi pelaporan

keuangan untuk memaksimalkan kepentingannya (Murtini dan Aditya, 2012).

Konflik akan terjadi apabila usaha manajer untuk memaksimalkan

kepentingannya tetapi tidak untuk memaksimalkan kepentingan pemilik

perusahaan atau pemegang saham. Dengan adanya konflik kepentingan ini, pihak

pemilik akan mengeluarkan biaya keagenan (agency cost) untuk mengawasi

perilaku agen. Tingginya biaya agensi akan mengakibatkan turunnya nilai

perusahaan dan berakibat buruk bagi para pemegang saham. Timbulnya konflik

akan memperbesar agency cost, namun biaya agensi dapat diminimumkan melalui

33
beberapa alternatif mekanisme kontrol yaitu sebagai berikut Weston dan

Copeland (1995) dalam Wahyuni et.al (2013) :

1. Meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (insider

ownership)

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa proporsi kepemilikan saham

yang dikontrol oleh manajer dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan

perusahaan. Selain itu kepemilikan manajerial akan mensejajarkan

kepentingan manajemen dan pemegang saham, sehingga manajer akan

merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dengan benar dan

akan merasakan kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan

yang salah.

2. Meningkatkan kepemilikan institusional (institusional investor) sebagai pihak

yang memonitor agen Moh’d, et al (1998) dalam Wahyuni, Ernawati dan

Murhadi (2013) menyatakan bahwa distribusi saham antara pemegang saham

dari luar seperti institusional investor dapat mengurangi agency cost. Dengan

adanya investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang

lebih optimal terhadap kinerja manajemen.

3. Meningkatkan devidend payout ratio yang akan mengurangi free cash flow.

Crutchley dan Hansen (1989) dalam Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011)

menyatakan bahwa pembayaran deviden akan menjadi alat monitoring

sekaligus bonding bagi manajemen. Dividen membuat pemegang saham

mempunyai kepastian pendapatan dan mengurangi agency cost of equity

karena tindakan perquisites. Perquisites adalah tindakan manajemen yang

34
memunculkan aliran kas keluar dalam rangka untuk tujuan bukan kepentingan

perusahaan, misalnya biaya perjalanan dinas dan akomodasi kelas VIP, mobil

dinas mewah, dan lain-lainnya. Pembagian deviden juga akan mengurangi

perilaku tunneling yang dilakukan pihak mayoritas terhadap kepemilikan

minoritas. Tunneling merupakan perilaku manajemen atau pemegang saham

mayoritas yang mentransfer aset dan profit perusahaan untuk kepentingan

mereka sendiri, namun biaya dibebankan kepada pemegang saham minoritas

(Claessens et al, 2000 dalam Aji dan Prastiwi, 2011).

4. Meningkatkan pendanaan dengan hutang.

Peningkatan hutang akan menurunkan besarnya konflik antara pemegang

saham dengan manajemen. Peningkatan pendanaan perusahaan dengan

hutang dapat digunakan untuk mengurangi atau mengontrol konflik keagenan

karena hutang akan menurunkan excess cash flow yang ada dalam

perusahaan, sehingga akan menurunkan kemungkinan pemborosan yang

dilakukan oleh manajemen (Jensen, et all, 1992 ; Jensen 1986 dalam Aji dan

Prastiwi, 2011). Pendanaan dengan hutang juga akan meningkatkan

pengawasan pihak debtholder terhadap kemungkinan tindakan Ekspropriasi

yang dilakukan oleh pihak mayoritas dalam hal ini kepemilikan institusional.

Ekspropriasi merupakan cara memaksimumkan kesejahteraan sendiri dengan

distribusi kekayaan dari pihak lain (Claessens et al., 2002 dalam Aji dan

Prastiwi, 2011).

35
2.1.2 Teori Sinyal (Signaling Theory)

Signaling theory merupakan sinyal-sinyal informasi yang dibutuhkan oleh

investor untuk mepertimbangkan dan menentukan apakah para investor akan

menanamkan sahamnya atau tidak pada perusahaan yang bersangkutan

(Suwardjono, 2005). Kirmani dan Rao (2000) dalam Brian at all (2011)

memberikan contoh umum yang membantu menggambarkan model sinyal dasar.

Seperti kebanyakan contoh signaling, dia membedakan antara dua entitas yakni

perusahaan berkualitas tinggi dan perusahaan berkualitas rendah. Munculnya

informasi asimetri terjadi karena perusahaan (Manajemen) lebih mengetahui benar

kualitas perusahaan, dibandingkan pihak luar (misalnya, investor, pelanggan).

Akibatnya, setiap perusahaan memiliki kesempatan untuk memberikan kualitas

sinyal (informasi) yang benar atau kualitas sinyal (informasi) yang salah kepada

orang luar.

Signaling theory menekankan pentingnya informasi untuk keputusan investasi

oleh perusahaan luar. Informasi merupakan elemen penting bagi investor dan

pebisnis. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu yang

dibutuhkan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk membuat

keputusan investasi (Moelyadi, at all, 2014).Ketika perusahaan mengeluarkan

promosi untuk peluncuran produk baru, hal ini merupakan angin segar bagi para

investor. Hal ini mencerminkan bahwa kondisi keuangan sedang dalam keadaan

baik. Dengan demikian para investor akan tertarik untuk membeli atau menjual

sahamnya yang dimilikinya (Ratna dan Zuhrotun 2006).

36
Namun sebaliknya, ketika perusahaan memberikan informasi publikasi yang

mengandung informasi negatif maka pasar akan memberikan reaksi yang negatif

pula. Hal ini tercermin dengan perubahan harga yang menurun, volume transaksi

saham yang semakin sepi maka akan berdampak pada nilai perusahaan. Signaling

theory juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik (prinsipal), dan

pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan

kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk memastikan pihak-

pihak yang berkepentingan menyakini keandalan informasi keuangan yang

disampaikan pihak perusahaan (agent), perlu mendapatkan opini dari pihak lain

yang independen memberikan pendapat tentang laporan keuangan (Jama’an,

2008).

Dengan memberi penjelasan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk

memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan

perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara

perusahaan dan pihak luar. Perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai

perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor).

Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka

melindungi diri dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan.

Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi informasi

asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan

memberikan sinyal pada pihak luar. Salah satunya berupa informasi keuangan

yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek

perusahaan yang akan datang (Wolk et al., 2000 dalam Ratna dan Zuhrotun 2006).

37
Dengan menyampaikan informasi keuangan perusahaan yang dapat dipercaya

kepada para investor diharapkan para investor akan tertarik untuk menanamkan

modalnya. Rasio keuangan yang baik mencerminkan keadaan perusahaan aman

dan layak untuk dijadikan tempat untuk berinvestasi. Sehingga pola harga saham

akan membaik begitu pula pola return saham di perusahaan. Ekonom keuangan

telah mengembangkan beberapa contoh untuk menunjukkan ini hubungan di

umum. Mereka telah mengemukakan, misalnya, bahwa utang perusahaan (Ross,

1973) dan dividen Bhattacharya, 1979) dalam Brian, (2011) merupakan sinyal

dari kualitas perusahaan. Menurut model ini, hanya perusahaan yang berkualitas

tinggi memiliki kemampuan untuk membayar bunga dan pembayaran dividen

dalam jangka panjang. Sebaliknya, perusahaan-perusahaan berkualitas rendah

tidak akan mampu mempertahankan pembayaran tersebut. Akibatnya, sinyal

tersebut mempengaruhi persepsi kualitas perusahaan dari pengamat luar

(misalnya, pemberi pinjaman, investor).

Artikel tradisional oleh Miller dan Modigliani (1961) disarankan mengenai 'Isi

informasi dividen', yang berarti bahwa jika harapan laba masa depan

mempengaruhi keputusan pembayaran dividen mereka saat ini, maka perubahan

dividen akan menyampaikan informasi kepada pasar tentang laba masa depan.

Allen dan Michaely (2003) dalam Tsuji (2012) menjelaskan bahwa gagasan ini

telah diformalkan dalam dua cara. Pertama adalah bahwa dividen digunakan

sebagai sinyal dari arus kas masa depan seperti dalam Bhattacharya (1979) dalam

Tsuji (2012). Kedua, dividen menyediakan informasi pendapatan sebagai

38
deskripsi mengenai dari sumber dan penggunaan dana seperti dalam Miller dan

Rock (1985) dalam Tsuji (2012)

2.1.3 Divident Irrelevance Theory

Teori Sastra Modigliani & Miller (1961) merupakan salah satu teori dividen

yang paling berpengaruh yang saat ini masih dipandang sebagai salah satu teori

yang paling dihormati, ketika teori ini disajikan dalam artikel “Dividend

policy,Growth and Stock Valuation ”, teori itu memberikan patokan baru bagi

praktisi dan akademisi mengenai pandangan tentang dividen.. Miller dan

Modigliani (1958, 1961) teori tidak relevan membentuk fondasi dasar teori

keuangan perusahaan modern. MM teorema menunjukkan bahwa, di fricionless

market skebijakan investasi tetap dengan semua kebijakan struktur modal dan

dividen layak yang optimal karena semua identik menyiratkan kekayaan

pemegang saham, sehingga pilihan di antara mereka adalah tidak relevan. MM

menjelaskan bahwa kebijakan investasi sendiri menentukan kekayaan pemegang

saham di fricionless markets, dan bahwa keputusan leverage dan payout tidak

berdampak pada nilai perusahaan.

Sebelum publikasi teori dividen tidak relevan Modigliani-Miller, dalam

pandangan umum menunjukkn bahwa dividen sangat berkorelasi dengan nilai

saham (Baker & Kent, 2009 dalam Kibet,at al, 2016). Dalam teori ini menyatakan

bahwa di bawah pasar modal, kebijakan dividen adalah independen, untuk harga

pasartidak peduli apakah perusahaan memiliki pembayaran dividen yang tinggi

atau rendah. Teori (Miller & Modigliani, 1961) mengasumsikan tidak ada pajak,

atau pajak atas dividen tunai dan tarif pajak atas keuntungan modal adalah sama;

39
bahwa tidak ada transaksi biaya untuk proses menjual atau membeli saham karena

itu jika investor membutuhkan uang tunai, mereka akan menjual saham mereka

tanpa kehilangan komisi dan biaya bukan dividen tunai. Investor benar-benar

rasional dalam keputusan mereka; dan bahwa tidak ada biaya agensi yang

menyiratkan bahwa manajer perusahaan yang membagikan dividen kas yang

rendah tidak menggunakan keuntungan perusahaan untuk mencapai tujuan pribadi

yang dapat membahayakan perusahaan (Jensen, Solberg, & Zorn, 1992).

Selain itu, teori ini mengasumsikan bahwa perusahaan beroperasi di bawah

pasar sempurna dan efisien yang berarti bahwa informasi yang tersedia dapat

diakses oleh semua pada waktu yang sama tanpa biaya apapun, dan harga saham

mencerminkan informasi ini dan dipengaruhi oleh informasi ini pada saat itu

disediakan; dan bahwa tidak ada kesenjangan informasi dan perusahaan

beroperasi dalam pasar penuh dan efisien. Akhirnya, teori berasumsi bahwa

prospek masa depan pada kinerja perusahaan adalah homogen antara semua

investor, termasuk informasi dan harapan antara manajer dan investor.

2.1.4 Theory Birdinthe hand

Gordon (1963) dan Lintner (1962) berpendapat bahwa tingkat keuntungan

yang disyaratkan oleh investor akan meningkat sebagai akibat peningkatan

pembayaran dividen. Investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan

berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gain. Gordon - Lintner

berpendapat bahwa dividen memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Teori

ini beranggapan bahwa investor memandang suatu burung di tangan lebih

berharga dari pada seribu burung di udara. Gordon- Lintner (1962) menyatakan

40
bahwa kemungkinan capital gains yang diharapkan adalah lebih besar risikonya

dibanding dengan dividend yield yang pasti. Sehingga invetor akan meminta

keuntungan yang lebih tinggi dan semakin tinggi jika keuntungan yang

disyaratkan oleh investor dipergunakan untuk mensubtitusikan dividend.

Teori ini diperkuat oleh Al-Malkawi (2007), yang menegaskan bahwa dalam

dunia yang tidak pasti dan penuh dengan asimetri informasi ini, dividen dinilai

berbeda dari saldo laba (capital gain). Karena ketidakpastian arus kas masa depan,

investor akan sering cenderung memilih dividen daripada saldo laba.

Asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah :

a. Bahwa investor memiliki informasi sempurna tentang profitabilitasperusahaan.

b. Bahwa dividen kas dikenakan pajak pada tingkat yang lebih tinggi daripada

ketika capital gain yang direalisasikan pada penjualan saham.

c. Bahwa dividen berfungsi sebagai sinyal arus kas yang diharapkan.

Myron Gordon dan John Lintner (1962)menyatakan bahwa kebijakan

dividenberpengaruh positifterhadap harga pasar saham.Hal ini berarti bahwa

semakin besar dividen yangdibagikan perusahaan, makaakan semakin tinggi harga

pasar sahamperusahaan begitu pula sebaliknya semakinsedikit dividen yang

dibagikan, makanilai perusahaan akan menurun.

2.1.5 Pecking Order Theory

Teori pecking order mengatakan bahwa perusahaan akan meminjam, bukan

menerbitkan saham, ketika arus kas internal tidak cukup untuk mendanai belanja

modal (Myers, 2001). Modigliani dan Miller (1961) berpendapat bahwa di dalam

kondisi keputusan investasi yang diberikan, pembayaran dividen tidak

41
berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham. Lebih lanjut Modigliani dan

Miller (1961) berpendapat bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power

dari asset perusahaan. Dengan demikian, nilai perusahaan ditentukan oleh

keputusan investasi. Sementara itu keputusan apakah laba akan dibagikan dalam

bentuk dividen atau akan ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan.

Menurut Teori Pecking Order, perusahaan dapat dibatasi secara finansial

karena asimetri informasi antara manajer / pemilik dan investor, perusahaan-

perusahaan mengadopsi hirarki dalam memilih sumber keuangan. Pecking Order

Theory menjelaskan bahwa perusahaan mengikuti hirarki keputusan keuangan

saat membuat struktur modal. Menurut teori ini, sebuah perusahaan yang

menguntungkan lebih mungkin untuk membiayai proyek-proyek dari dana

internal daripada dana eksternal (Myers & Majiluf, 1984). Awalnya, proyek

keuangan perusahaan pertama dengan laba ditahan. Jika laba ditahan tidak cukup,

perusahaan pergi untuk utang dan jika pendanaan lebih lanjut diperlukan, opsi

terakhir bagi perusahaan adalah untuk mengeluarkan ekuitas.

Sesuai dengan Teori Pecking Order, perusahaan dengan peluang pertumbuhan

yang tinggi harus melaksanakan proyek-proyek investasi besar, yang

menghasilkan kebutuhan yang lebih besar untuk keuangan. Ketika keuangan

internal habis, perusahaan lebih memilih utang daripada ekuitas eksternal untuk

peluang pertumbuhan pendanaan yang dikaitkan dengan risiko yang lebih besar

daripada investasi dalam aktiva di tempat (Shyam Sunder-, Myers 1999; Ramalho,

Silva 2009 dalam Serrasquero (2012). Laba ditahan lebih disukai daripada utang

dan ekuitas karena laba ditahan hampir menanggung biaya flotasi dan tidak

42
memerlukan pengungkapan informasi keuangan perusahaan. Sebaliknya, sumber

eksternal digunakan untuk membiayai seperti menerbitkan saham baru dapat

dikenakan biaya yang sangat tinggi (Myers, 1977).

2.1.6 Trade Of Theory

Teori Trade-Off mengklaim bahwa perusahaan memiliki insentif untuk beralih

ke utang sebagai generasi keuntungan tahunan memungkinkan manfaat dari

penghematan pajak atas utang. Menurut Fama, French(2002) terdapat hubungan

positif antara tarif pajak efektif dan utang. Menurut trade-off teory yang

diungkapkan oleh Myers (2001), Ia mengatakan bahwa perusahaan akan

meminjam sampai ke titik di mana nilai marginal penghematan pajak atas utang

tambahan hanya diimbangi dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress).

Kesulitan keuangan mengacu pada biaya kebangkrutan atau reorganisasi, dan juga

untuk biaya agensi yang muncul ketika kredit perusahaan diragukan.

Trade-off menunjukkan bahwa perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi

harus menggunakan lebih sedikit utang dari perusahaan dengan risiko yang lebih

rendah. Selain itu, perusahaan yang memiliki aset nyata harus menggunakan utang

lebih dari perusahaan yang memiliki aset lebih tidak berwujud karena hanya aset

berwujud dapat digunakan sebagai jaminan. Ketika kesulitan keuangan terjadi,

aset tidak berwujud kemungkinan besar akan kehilangan nilai. Ia juga menyatakan

bahwa perusahaan yang membayar pajak pada tingkat yang lebih tinggi harus

mengambil lebih banyak utang karena risiko kebangkrutan lebih rendah daripada

perusahaan wajib pajak yang lebih rendah Brigham et al., (1999).

43
Tujuan teori trade-off struktur modal adalah untuk menjelaskan strategi yang

digunakan perusahaan untuk membiayai investasi yang mungkin dilakukan

dengan ekuitas dan terkadang dengan hutang. Teori trade-off memprediksi bahwa

sebuah perusahaan yang lemah secara eksklusif akan mengandalkan pada bank

untuk modal hutang. Hal yang mendasari adalah bahwa perusahaan menetapkan

target rasio utang yang ingin mereka capai. Menurut teori ini, ada hubungan

positif antara struktur modal dan kinerja perusahaan. Artinya, bagi perusahaan

yang lemah, hutang bank mendominasi campuran pasar dan hutang bank terlepas

dari struktur prioritasnya. Hasil ini bertentangan dengan anggapan bahwa

perusahaan menghindari hutang publik karena mereka tidak memiliki akses ke

pasar semacam itu atau menghadapi biaya mahal (Hackbarth, & Leland, 2007).

Myers, (2001) menyatakan bahwa perusahaan akan meminjam sampai titik

dimana nilai marjinal perisai pajak atas hutang tambahan diimbangi oleh kenaikan

nilai sekarang dari kemungkinan gejolak biaya keuangan. Perusahaan akan

mengalami kesulitan keuangan ketika perusahaan tersebut tidak mampu mengatasi

kewajiban pemegang hutang. Jika perusahaan terus gagal dalam melakukan

pembayaran kepada pemegang hutang, perusahaan bahkan bisa bangkrut. Teori ini

dapat dijelaskan oleh biaya tekanan keuangan dan biaya agensi (Pandey, 2005

dalam Rusibana, 2016). Menurut teori tradeoff, struktur modal ditentukan oleh

manfaat hutang dan biaya hutang. Manfaat dan biaya bisa didapat dengan

berbagai cara. Dari perspektif "pajak dan kebangkrutan" adalah bahwa perusahaan

menyeimbangkan manfaat pajak dari hutang terhadap biaya kebangkrutan.

Perspektif "agensi" adalah bahwa hutang mendisiplinkan manajer dan mengurangi

44
masalah agensi arus kas bebas karena hutang harus dilunasi untuk menghindari

kebangkrutan (Jensen dan Meckling (1976)). Meskipun hutang meringankan

konflik pemegang saham dengan manajer, namun dapat memperburuk konflik

antara pemegang saham dan pemegang hutang .

Interaksi pasar dan faktor menunjukkan bahwa di beberapa perusahaan,

efisiensi memerlukan pemangku kepentingan perusahaan untuk melakukan

investasi spesifik perusahaan yang signifikan. Murinde, dkk., (2002) dalam

Rusibana (2016) menyatakan bahwa kebijakan perpajakan memiliki pengaruh

penting terhadap keputusan struktur modal suatu perusahaan. Ini adalah dalam arti

bahwa pajak perusahaan memungkinkan bunga utang dapat dimanfaatkan untuk

mengurangi laba kena pajak. Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan pajak yang

diperoleh dari dividen akan menyebabkan perusahaan dibiayai sepenuhnya

melalui hutang karena pembayaran bunga yang terkait dengan hutang dikurangkan

dari pajak sedangkan pembayaran yang terkait dengan ekuitas seperti dividen

bukanlah potongan pajak yang diperbolehkan. Ini berarti bahwa efek dari lebih

atau kurang hutang dalam perusahaan dapat mengurangi atau meningkatkan nilai

perusahaan tergantung pada sifat bisnis seseorang. Disimpulkan bahwa teori

trade-off tidak dapat menjelaskan korelasi antara profitabilitas tinggi dan rasio

hutang yang rendah.

Rajan et al (1995) juga mengkonfirmasi korelasi negatif antara profitabilitas

dan struktur modal untuk Amerika Serikat, Jepang dan Kanada walaupun tidak

ada korelasi signifikan yang dapat ditemukan untuk Prancis, Jerman, Italia dan

Inggris. Sebuah studi yang dilakukan oleh Wippern (1966) dalam Rusibana

45
(2016) menyelidiki hubungan antara struktur modal dan kinerja perusahaan.

Dalam studinya ia menggunakan debt to equity ratio sebagai indikator struktur

modal dan earning terhadap nilai pasar saham biasa sebagai indikator kinerja.

Hasilnya menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh positif terhadap kinerja

perusahaan. Pada tahun 1995 Roden dan Lewellen dalam Rusibana (2016)

menganalisis dampak struktur modal terhadap kinerja 48 perusahaan yang

berbasis di AS selama periode 1981 sampai 1990, dengan menggunakan model

logit multinomial. Hasil mereka menunjukkan adanya hubungan positif antara

kinerja perusahaan dan kebijakan struktur permodalannya berdasarkan

pertimbangan pajak. Temuan mereka konsisten dengan teori trade-off. Menurut

Abor (2005), dia melakukan regresi, menganalisis dampak rasio tingkat hutang

terhadap kinerja perusahaan antara perusahaan yang terdaftar di Ghana selama

periode 1998 sampai 2002. Sepanjang analisisnya, dia membandingkan struktur

modal perusahaan publik, firma dan usaha kecil Menengah. Dia mendasarkan

modelnya pada tiga ukuran struktur modal, yaitu, hutang jangka pendek terhadap

total aset, hutang jangka panjang terhadap total aset dan total hutang terhadap total

aset, terhadap kinerja, yang diukur dengan Return on Equity. Hasilnya

menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara hutang jangka

pendek dan total asset dan Return on Equity.

2.2 Variabel Yang Digunakan

2.2.1 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli

apabila perusahaan tersebut dijual (Husnan, 2000). Memaksimalkan nilai

46
perusahaan sangat penting artinya bagi perusahaan, karena dengan

memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran para

pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan (Euis dan Taswan,

2002 dalam Achmad dan Amanah, 2014). Semakin tinggi harga saham semakin

tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar

percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek

perusahaan di masa depan (Achmad dan Amanah, 2014).

Nilai perusahaan dapat dinilai melalui tiga cara, yaitu melalui nilai buku,

nilai likuidasi, ataupun nilai pasar saham (Husnan dan Pudjiastuti, 2006 dalam

Apriada, 2013).Sedangkan Hartono (2009) dalam Prasetyo (2013)terdapat tiga

jenis penilaian yang berkaitan dengan saham, yaitu nilai buku (book value),

nilaipasar (market value) dan nilaiintrinsik (intrinsic value). Nilai buku adalah

nilai saham menurut pembukuan emiten. Nilai pasar ialah pembukuan nilai

saham di pasar saham dan nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham.

Investor perlu mengetahui ketiga nilai tersebut sebagai informasi penting dalam

pengambilan keputusan investasi.

Adapun pendekatan dalam penentuan nilai perusahaan adalah dengan

pricebook value (PBV). Rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan atau

price book value (PBV), menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan

menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. PBV yang

tinggi mencerminkan harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku perlembar

saham. Semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan menciptakan

nilai bagi pemegang saham. Keberhasilan perusahaan menciptakan nilai tersebut

47
tentunya memberikan harapan kepada pemegang saham berupa keuntungan yang

lebih besar pula, (Sartono, 2001). PBV dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

2.2.2 Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan merupakan perbandingan antara jumlah saham yang

dimiliki oleh orang dalam (insider) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh

investor ( Jahera dan Aurburn, 1996 ).Struktur kepemilikan berperan penting

dalam menentukan kompetensi pasar dengan memberikan informasi tentang dua

hal yaitu Pertama akan membantu pemegang saham untuk tingkat diversifikasi

risiko dan yang kedua dapat digunakan sebagai alat informasi untuk manajemen

mengenai kemungkinan masalah keagenan. Peningkatan nilai perusahaan dapat

dicapai dengan kerja sama antara manajemen perusahaan dengan pihak-pihak lain

yang meliputi pemegang saham dan pemangku kepentingan dalam membuat

keputusan keuangan dengan tujuan memaksimalkan modal kerja yang dimiliki.

Munculnya isu tata kelola perusahaan juga disebabkan oleh pemisahan antara

kontrol kepemilikan perusahaan (Abukosim, at al, 2014).

Struktur kepemilikan saham dianggap penting untuk perusahaan dan diyakini

mempengaruhi kinerja perusahaan dalam mencapai maksimalisasi nilai

perusahaan karena berhubungan dengan kontrol yang mereka miliki dan juga ia

mampu menjelaskan komitmen pemilik untuk menyelamatkan perusahaan. Oleh

48
karena itu, struktur kepemilikan memiliki peran penting dalam menentukan nilai

perusahaan. Manajer sebagai agen perusahaan memiliki tujuan yang berbeda,

terutama dalam hal meningkatkan kinerja individu dan kompensasi yang akan

diterima. Jika manajer perusahaan melakukan tindakan keegoisan dengan

mengabaikan kepentingan investor, itu akan menyebabkan runtuhnya harapan

investor tentang pengembalian atas investasi yang mereka telah berinvestasi

(Faizal, 2004)..

Struktur kepemilikan menjelaskan komitmen pemilik untuk menyelamatkan

perusahaan (Ward, 2006). Struktur kepemilikan menurut beberapa peneliti

diyakini dapat mempengaruhi jalannya perusahaan, yang pada gilirannya akan

mempengaruhi kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan, yaitu

memaksimalkan nilai perusahaan. Hal ini disebabkan oleh adanya kontrol yang

mereka miliki (Wahyudi dan Pawestri, 2005). Naik turunnya nilai perusahaan

dipengaruhi oleh struktur kepemilikan. Struktur kepemilikan sangat penting dalam

menentukan nilai perusahaan. Struktur kepemilikan dalam penelitian ini

diproksikan dengan kepemilikan institusional. Kepemilikan institusional

merupakan proporsi kepemilikan saham oleh investor institusi (Apriada, 2013).

Menurut Asmawati (2015) menyatakan bahwa kepemilikan institusional

merupakan prosentase saham yang dimiliki oleh pihak institusi perusahaan pada

akhir tahun. Pengertian lain mengenai kepemilikan institusional adalah persentase

hak suara yang dimiliki institusi (Beiner et al, 2003 dalam Annisa, 2013).

Pendapat lain tentang kepemilikan institusional menurut Sugiarto (2011) yaitu

merupakan proporsi saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga,

49
seperti bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, atau institusi lain.

Kepemilikan institusional dapat dihitung dengan rumus :

Kepemilikan Saham Institusi


Kepemilikan Institusional (KI) =
Total Saham Beredar

2.2.3 Ukuran Perusahaan (Size)

Ukuran perusahaan dapat didefinisikan sebagai upaya untuk Asses perusahaan

berdasarkan aset, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan total aset rata-

rata (Moelyadi, at al, 2014). Sedangkan menurut Mulianti (2009) besar kecilnya

suatu perusahaan yang dinyatakan dengan total aktiva atau total penjualan bersih

dapat menunjukan nilai perusahaan. Semakin besar total aktiva maupun penjualan

maka semakin besar pula ukuran suatu perusahaan. Semakin besar aktiva maka

semakin besar modal yang ditanam, sementara semakin banyak penjualan

maka semakin banyak juga perputaran uang dalam perusahaan. Dengan

demikian, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang

dimiliki oleh perusahaan.

Ukuran perusahaan akan sangat penting bagi investor dan kreditor karena

akan terkait dengan risiko investasi yang dilakukan. Rachmawati dan Triatmoko

(2007) menyebutkan bahwa total aset perusahaan besar ini menunjukkan

perusahaan memiliki arus kas yang baik atau positif, sehingga dianggap memiliki

prospek yang baik dalam jangka panjang. Hal ini juga menunjukan bahwa

perusahaan relatif lebih stabil dan lebih baik menghasilkan keuntungan dari

perusahaan dengan total aset kecil. Kebijakan perusahaan akan berimplikasi pada

50
prospek arus kas untuk masa depan. Ini mempengaruhi pajak yang diterima oleh

Regulator (pemerintah) dan efektivitas untuk memberikan perlindungan kepada

masyarakat umum.Size dalam penelitian ini dihitung dari Log Size yang

dirumuskan sebagai berikut :

Total Aset = Log Total Aset

2.2.4 Profitabilitas

Profitabilitas Perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

laba bersih dari kegiatan yang dilakukan dalam suatu periode akuntansi.

Profitabilitas dapat menjadi pertimbangan penting bagi investor dalam keputusan

investasi mereka. Profitabilitas menurut Sartono (2001) adalah kemampuan

perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva

maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas ini akan memberikan gambaran

tentang tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan. Semakin tinggi profitabilitas

berarti semakin baik, karena kemakmuran pemilik perusahaan meningkat dengan

semakin tingginya profitabilitas.

Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan return on assets

(ROA), Return On Assets (ROA)menunjukkan kemampuan perusahaan

menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. ROA diukur dari laba bersih

setelah pajak terhadap total investasinya yang mencerminkan kemampuan

perusahaan dalam penggunaan investasi yang digunakan untuk operasi perusahaan

dalam rangka menghasilkan profitabilitas perusahaan. Semakin besar ROA sebuah

51
perusahaan maka semakin baik pula perusahaan tersebut mengelola

asetnya.Rumus ROA dapa dihitung sebagai berikut :

ROA = Laba Bersih


Total Aset

Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen

dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang

dihasilkan.Dalam hal ini investor salah satunya akan melihat pada tingkat

profitabilitas perusahaan, apakah tingkat profitabilitas perusahaan tersebut stabil

atau bahakan mengalami peningkatan secara terus menerus dalam jangka panjang.

Peningkatan profitabilitas yang secara terus menerus dalam jangka panjang

menandakan bahwa perusahaan tersebut mengalami pertumbuhan yang dapat

dikatakan cukup pesat tiap periodenya. Kinerja keuangan ini dijabarkan dalam

profitabilitas merupakan hasil dari banyak keputusan yang dibuat secara terus

menerus oleh manajemen dimana keputusan-keputusan tersebut dapat berdampak

langsung terhadap nilai perusahaan, apabila tujuan-tujuan manajemen dapat

dicapai secara efektif dan efisien maka tingkat kepercayaan investor akan

meningkat pula yang kemudian dapat meningkatkan nilai perusahaan tersebut

(Achmad dan Amanah, 2014).

2.2.5 Struktur Modal

StrukturModal perusahaan menjadi salah satu perhatian utama bagi manajer.

Teori di bidang keuangan menganggap utang sebagai salah satu faktor risiko

keuangan(Tahmoorespour, at al, 2015).Struktur modal merupakan ekspresi

bagaimana sebuah perusahaan membiayai total asetnya dan merupakan

52
keputusan perusahaan untukmenentukan campuran yang tepat antara ekuitas dan

utang adalah keputusan strategis perusahaan yang dihadapkan denganbanyak

tantangan bagi perusahaan (Modugu, 2013 dalam Rusibana, 2016). Sebuah

perusahaan memiliki tiga sumber utama pembiayaan yang mereka miliki untuk

membiayai investasi mereka. Ini termasuk penggunaan laba ditahan, menerbitkan

saham baru dan meminjam uang (Rusibana, at al, 2016).

Kurangnya konsensus di antara teori-teori yang berusaha menjelaskan

struktur modal perusahaan telah menyebabkan banyak studi empiris dalam

struktur modal perusahaan. Sehubungan dengan hal ini, pembiayaan kebutuhan

perusahaanyang akan dilakukan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Teori struktur

modal, khususnya model trade-off menunjukkan bahwa perusahaan dengan risiko

bisnis yang tinggi harus menggunakan lebih sedikit utang dari perusahaan risiko

yang lebih rendah. Hal ini karena semakin tinggi risiko probabilitas kesulitan

keuangan dan kebangkrutan juga semakin tinggi. Selain itu, perusahaan yang

memiliki aset nyata harus menggunakan utang lebih dari perusahaan yang

memiliki aset lebih yang tidak berwujud karena hanya aset berwujud dapat

digunakan sebagai jaminan. Selain itu, ketika kesulitan keuangan terjadi, aset

tidak berwujud kemungkinan besar akan kehilangan nilai. Ia juga menyatakan

bahwa perusahaan yang membayar pajak pada tingkat yang lebih tinggi harus

mengambil lebih banyak utang karena risiko kebangkrutan akan lebih rendah

daripada perusahaan wajib pajak yang lebih rendah (Brigham et al, 1999 dalam

Rusibana, 2016). Teori pecking order yang telah diperkenalkan oleh Myers (1977)

juga relevan dengan penyimpangan struktur modal. Teori ini menyatakan bahwa

53
perusahaan memiliki hirarki yang lebih disukai untuk keputusan pembiayaan.

Preferensi tertinggi adalah dengan menggunakan dana internal sebelum beralih ke

bentuk dana eksternal. Teori Biaya Agency menyatakan bahwa struktur modal

yang optimal dapat dicapai dengan mengurangi biaya yang dihasilkan dari konflik

antara manajer dan pemilik. Jensen dan Meckling (1976) berpendapat bahwa

struktur modal dapat digunakan untuk memantau manajer dalam mengejar tujuan

perusahaan secara keseluruhan. Dengan demikian, biaya berkurang menyebabkan

efisiensi yang akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan (Buferna et al,,

2005).

Menurut Riyanto (2008) Struktur modal perusahaan secara umum terdiri atas

beberapa komponen, antara lain:

a. Modal Sendiri

Modal sendiri sesungguhnya adalah modal yang berasal dari orang yang

menanam modal dalam suatu perusahaan, baik untuk perusahaan perseorangan,

Firma, CV, ataupun Perseroan Terbatas. Modal sendiri juga dapat didefinisikan

sebagai dana yang “dipinjam” dalam jangka waktu tak terbatas dari para

pemegang saham. Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat

disimpulkan bahwa modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik

perusahaan yang tidak memiliki batas waktu dan dapat digunakan dalam kegiatan

usaha. Modal sendiri dapat diperoleh dari pihak internal maupun eksternal. Dari

pihak internal bisa berasal dari retairned earning, dan dari pihak eksternal bisa

didapatkan dari saham preferen dan saham biasa. Komponen modal sendiri yang

ada didalam perusahaan perseroan terbatas terbagi menjadi:

54
(a) Saham (Stock)

Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan yang

diterbitkan oleh emiten baik secara terbatas atau tertutup kepada orang-orang

tertentu saja ataupun bisa diterbitkan secara go public melalui bursa efek yang

kemudian ditawarkan kepada para investor publik.

(b) Laba Ditahan

Laba ditahan atau dikenal juga dengan retairned earning adalah sebagian laba

yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan dan kemudian tidak

dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen namun digunakan

kembali sebagai dana untuk kegiatan operasional perusahaan selanjutnya atau bisa

juga ditabung sebagai dana cadangan perusahaan.

(c) Hutang

Hutang adalah sumber pendanaan perusahaan yang berasal dari pinjaman yang

diperoleh dari pihak ketiga perusahaan atau pihak di luar yang berkepentingan

secara langsung dengan perusahaan. Hutang didapatkan melalui beberapa cara

mulai dari penerbitan obligasi, meminjam dana dari pihak bank, melaksanakan

leasing, dan lain-lain.

Menurut Kusumajaya (2011), struktur modal adalah perimbangan atau

perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Oleh

karena itu, struktur modal diukur dengan Debt to equity ratio (DER). DER

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang

terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Total hutang

merupakan total liabilities yaitu baik hutang jangka pendek maupun jangka

55
panjang sedangkan total shareholder’s equity merupakan total modal sendiri

(total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki

perusahaan. Rasio ini menjelaskan komposisi struktur modal dari total hutang

terhadap total ekuitas. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang

(jangka pendek dan jangka panjang) semakin besar dibandingkan dengan total

modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap

pihak luar (kreditur) (Ang, 1997). DER dihitung dengan rumus :

DER = Total Hutang


Total Ekuitas

2.2.6 Kebijakan Deviden

Kebijakan dividen menyangkut tentang penggunaan laba yang menjadi hak

para pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen

atau ditahan untuk diinvestasikan kembali. Dengan demikian pertanyaannya

seharusnya kapan laba akan dibagi dan kapan akan ditahan, dengan tetap

memperhatikan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan (Husnan,

2012 dalam Achmad dan Amanah, 2014). Apabila perusahaan memilih untuk

membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan

selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financing.

Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka

kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.Kebijakan dividen

adalah kebijakan yang dibuat perusahaan dalam menentukan berapa banyak dari

keuntungan harus dibayarkan kepada pemegang saham dan berapa banyak yang

56
harus ditahan kembali dalam perusahaan (Weston dan Brigham, 1981 dalam

Sheisarvian, 2015).

Kebijakan deviden adalah kebijakan yang dikaitkan dengan penentuan apakah

laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang saham

sebagai deviden atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan. Kebijakan terhadap

pembayaran deviden merupakan keputusan yang sangat penting dalam suatu

perusahaan. Kebijakan ini akan melibatkan dua pihak yang mempunyai

kepentingan yang berbeda, yaitu pihak pertama para pemegang saham, dan pihak

kedua perusahaan itu sendiri (Sukirni, 2012). Menurut Weston dan Copeland,

1991 dalam Martati (2010), menyatakan bahwa kebijakan dividen adalah

keputusan apakah laba diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada

pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal

guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Keputusan perusahaan

untuk membagikan sebagian besar labanya sebagai dividen maka laba yang

ditahan akan kecil, sehingga kemampuan pembentukan dana intern akan kecil, hal

ini berdampak menghambat pertumbuhan dalam pendapatan dan harga saham.

Sebaliknya bila perusahaan memilih untuk menahan sebagian besar labanya, maka

laba yang akan dibagikan sebagai dividen akan kecil. Oleh karena itu perusahaan

dalam mengambil keputusan tentang kebijakan dividen harus dapat

menyeimbangkan antara kedua kepentingan tersebut, yaitu antara tingkat

pertumbuhan perusahaan dan dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen, antara lain

(Sjahrial, 2007):

57
1. Posisi likuiditas perusahaan

Makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen yang

dibayarkan.

2. Kebutuhan dana untuk membayar utang

Apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar utang maka sisanya

yang akan digunakan untuk membayar dividen makin kecil.

3. Rencana perluasan usaha

Makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang dana yang dapat

dibayarkan untuk dividen.

4. Pengawasan terhadap perusahaan

Kebijakan pembiayaan: untuk ekspansi dibiayai dengan dana dari sumber

intern antara lain yaitu laba.

Dalam keputusan pembagian dividen perusahaan harus mempertimbangkan

kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan. Laba yang diperoleh

perusahaan pada umumnya tidak dibagi seluruhnya sebagai dividen karena

sebagian disisihkan untuk investasi kembali atau sebagian ditahan dalam retained

earnings. Besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang

saham tergantung pada kebijakan tiap-tiap perusahaan sehingga pertimbangan

manajemen dalam hal ini sangat diperlukan manajemen haruslah pandai dalam

mengambil keputusan antara membagi laba tersebut berupa dividen atau laba

tersebut akan diinvestasikan kembali.

Kebijakan dividen menjadi pusat perhatian banyak pihak seperti pemegang

saham, kreditor, maupun pihak eksternal lain yang memiliki kepentingan dari

58
informasi yang dikeluarkan perusahaan. Dividen memiliki atau mengandung

informasi sebagai syarat prospek perusahaan (Rozeff, 1982) dalam Mahendra,

Artini dan Suarjaya (2012). Semakin besar dividen yang dibagikan kepada

pemegang saham, maka kinerja perusahaan akan dianggap semakin baik, dan pada

akhirnya penilaian terhadap perusahaan yang tercermin melalui harga saham akan

semakin baik pula.

Salah satu manfaat investasi pada saham ialah dividen. Dividen atau

keputusan alokasi keuntungan adalah salah satu dari empat keputusan di bidang

keuangan (Uwalomwa, 2014). Dividen merupakan pembagian sebagian

keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham (Sunariyah, 2003).

Keputusan dividen sangat penting karena keputusan ini menentukan apakah laba

akandibagikan untuk investor atau dipertahankan oleh perusahaan untuk investasi

(Ross et al, 2002). Dividen pada dasarnya adalah untuk kepentingan pemegang

saham sebagai imbalan atas risiko dan investasi mereka. Keputusan dividen

adalah penting karena mereka menentukan apa mengalir dana untuk investor dan

dana yang dipertahankan oleh perusahaan untuk investasi (Ross et al,. 2002).

Dividen adalah bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada

pemegang saham. Jumlah dividen yang akan dibagikan diusulkan oleh dewan

direksi dan disetujui dalam rapat umum pemegang saham. Jenis dividen ada dua

yaitu dividen tunai dan dividen saham. Dividen tunai adalah pembagian dividen

kepada para pemegang saham dalam bentuk sejumlah uang untuk saham yang

dimiliki. Sedangkan dividen saham ialah pembagian dividen kepada para

pemegang saham dalam bentuk saham baru pada perusahaan tersebut yang

59
akhirnya akan meningkatkan jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham

(Rusdin, 2008). Menurut Hanafi (2011) dividen merupakan kompensasi yang

diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain.

Lebih dari itu, dividen memberikan informasi kepada stakeholder mengenai

kinerja perusahaan. Investasi perusahaan menentukan laba masa depan dan

potensi dividen masa depan, serta mempengaruhi biaya modal (Foong et al.,

2007). Kelangsungan hidup dari setiap perusahaan tergantung pada investasi terus

menerus dalam fasilitas dan tenaga kerja dari dana internal, melalui penggunaan

laba ditahan merupakan bagian integral dari sumber keuangan untuk membayar

kebutuhan investasi (Bajaj & Vijh 1990; Osaze & ANAO, 1990 dalam Ulawoma,

2012). Besar kecilnya dividen dapat diukur denganDPR (Dividend Payout Ratio)

merupakan iktikat manajemen untuk membagi kinerjanyakepada para pemegang

saham (Hadi, 2013). Menurut Robert Ang (1997), Dividend Payout

Ratiomerupakan dividen per lembar saham dibagi laba per lembar saham.

Dividend payout ratio adalah persentase pendapatan yang akan dibayarkan kepada

para pemegang saham sebagai dividen kas. Rasio ini menunjukkan persentase

laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk tunai.

Menurut Riyanto (2008), menyatakan bahwa dividend payout ratio merupakan

persentase pendapatan yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham

sebagai dividen kas. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi dividend payout ratio

yang ditetapkan oleh perusahaan, maka semakin kecil dana yang tersedia untuk

ditanamkan kembali oleh perusahaan yang berarti akan menghambat pertumbuhan

perusahaan. Pembayaran dividen yang terlalu besar akan mengurangi kemampuan

60
perusahaan untuk investasi sehingga akan menurunkan tingkat pertumbuhan

perusahaan dan selanjutnya akan menurunkan harga saham. Perusahaan dapat

membagikan dividen kepada pemegang saham dalam dua bentuk, yaitu dividen

kas atau dividen saham (Husnan, 1998 dalam Achmad dan Amanah, 2014).

Menurut Robert Ang (1997), deviden payout ratio dapat dihitung dengan :

DPR = Devidend Per Share


Earning Per Share

2.3 Penelitian Terdahulu

2.3.1 Penelitian Terdahulu Tentang Faktor-Faktor Yang Berpengaruh

Terhadap Kebijakan Dividen.

Penelitian Sisca (2008) yang melakukan penelitian dengan judul Pengaruh

kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang,

profitabilitas, dan ukuran perusahan terhadap kebijakandeviden. Hasil

membuktikan bahwa Kepemilikan manajerial berpengaruh negativeterhadap

kebijakan deviden. Sedangkan kepemilikan manajerial yang rendah perusahaan

memilih membagikan deviden sebagai sinyal positif tentang kinerja dimasa yang

akan datang sehingga meningkatkan reputasi perusahaan di hadapan investor.

Penelitian Devi Hoei Sunarya (2013) meneliti tentang pengaruh kebijakan

hutang, profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan deviden dengan size

sebagai variable moderasi. Sample yang digunakan sebanyak 26 perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2011 diperoleh dengan

menggunakan teknik pooled data. Kebijakan deviden merupakan variabel

61
dependen, kebijakan hutang, profitabilitas dan likuiditas merupakan variabel

independen sedangkan size (ukuran perusahaan) merupakan variabel moderasi

dalam penelitian ini. Dengan menggunakan analisis sensitivitas regresi linier

berganda yang menunjukkan bahwa kebijakan utang dan likuiditas berpengaruh

negatif signifikan terhadap kebijakan deviden, sedangkan profitabilitas

berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan deviden. Dengan menggunakan

analisis sensitivitas ternyata diperoleh hasil bahwa tidak ada pengaruh antara

variable interaksi kebijakan utang, profitabilitas dan likuiditas dengan size. Berarti

size tidak mampu memoderasi variable independen ke dependen.

Penelitian Ni Kadek Ari Lina Wati (2013) meneliti tentang pengaruh

kepemilikan manajerial dan kinerja keuangan terhadap kebijakan dividen d an

nilai perusahaan dengan metode pengambilan sample secara purposive sampling

sebanyak 10 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2008-

2011. Variabel dependen yang digunakan adalah kebijakan dividend an nilai

perusahaan, sedangkan variabel independennya adalah current ratio, DER, ROA

dan kepemilikan manajerial. Dengan menggunakan analisis path analysis yang

menunjukkan bahwa semua variabel independen tidak berpengaruh terhadap

kebijakan dividen, sedangkan kepemilikan manajerial, DER, dan ROA

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, dan untuk variabel likuiditas

tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.

Penelitian Yang Dilakukan Suryanita (2014) Tentang Pengaruh Ukuran

Perusahaan Dan Earning Per Share Terhadap Kebijakan Dividen DiBursa Efek

Indonesia. Metode Penelitian Menggunakan Analisis Linier Berganda. Hasil

62
Penelitian Earning Per Share Tidak Berpengaruh Terhadap Kebijakan Dividen.

Hal Ini Dikarenakan Seberapa Pun Besar Earning PerShare (EPS) Yang Ada Di

Perusahaan Tidak Menjadi Faktor Yang Mempengaruhi Besaran Kebijakan

Dividen Yang Akan Dibagikan. Ukuran Perusahaan Yang Diproksiksan Dengan

Firm Size Tidak Berpengaruh Terhadap Kebijakan Dividen. Besarnya Asset Yang

Dimiliki Perusahaan Tidak Menjadi Tolak Ukur Seberapa Besar Kebijakan

Dividen Akan Dibagikan.

Penelitian yang dilakukan Septi Surya dkk (2014) tentang Pengaruh Rasio-

Rasio Keuangan Terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) (Studi Pada Perusahaan

Yang Listing Di BEI Tahun 2009 – 2011), metode penelitian dengan analisis

regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa Current Ratio (CR),

Return on Equity (ROE), Total Asset Turn Over (TATO), Debt to Equity Ratio

(DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen payout ratio.

Penelitian yang dilakukan Wiwin (2014) tentang pengaruh analisis rasio

keuangan terhadap kebijakan deviden (studi empiris pada perusahaan real estate

dan property yang terdaftar di bursa efek indonesia). metode analisis yang

digunakan oleh peneliti yaitu metode analisis regresi linier berganda. hasil

penelitian menunjukkan bahwa earning per share, profitabilitas, leverage

berpengaruh terhadap kebijakan dividen. sedangkan rasio aktivitas tidak

berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.

Penelitian Muhammad Asad dan Saddia Yousaf (2014) yang berjudul Impact

of Leverage on Dividend Payment Behavior of Pakistani Manufacturing

Firmsmenemukan hail bahwa Leverage berpengaruh negative dan signifikan,

63
profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen,

sedangkan size tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

Penelitian Christopher Maladjian (2014) yang berjudul Determinants of the

Dividend Policy: An Empirical Study on the Lebanese Listed Banks. Menemukan

hasil bahwa kebijakan pembayaran deviden Secara positif dipengaruhi oleh

ukuran perusahaan, risiko dan dividen tahun sebelumnya, namun terpengaruh

secara negatif oleh Peluang pertumbuhan dan profitabilitas.

Penelitian Aliya Bushra dan Mirza (2015) yang berjudul The Determinants of

Corporate Dividend Policy in Pakistan companies listed on the KSE 100 index for

the period 2005-2010. .Menemukan hail bahwa Ukuran perusahaan Memiliki

hubungan negatif dengan dividend payout ratio dan dividend yield. Pertumbuhan

penjualan berhubungan positif dengan dividend yield, Kepemilikan terkonsentrasi

di dalam institusi (seperti bank dan asuransiPerusahaan), manajemen / keluarga,

dan individu memiliki dampak negatif terhadap Rasio pembayaran dividen,

Pemilik institusional cenderung mempertahankan kelebihan uang dan dengan

demikian Menghilangkan dividen, pemilik individu lebih menyukai capital gain,

dan manajemen atau perusahaan milik keluarga menghindari dividen. rasio market

to book berpengaruh negatif dan signifikan, dan leverage tidak berpengaruh

terhadap kebijakan dviden.

Penelitian Firmanda (2015) yang berjudul Pengaruh kepemilikan manajerial,

kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan,

cash position terhadap kebijakan deviden. Menemukan hail bahwa variable yang

berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen adalah variable kepemilikan

64
institusional, ukuran perusahaan, dan kebijakn hutang. Sedangkan variable cash

position, kepemilikan manajerial, profitabilitas tidak berpengaruh terhadap

kebijakan dividen.

Penelitian Jorenza (2015) yang berjudul Analisis kepemilikan manajerial,

kebijakan dividen,dan profitabilitas terhadap kebijakan dividenddan nilai

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Menemukan hasil bahwa

kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen,

kebijakn hutang dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen,

penggunaan utang yang tinggi, perusahaan cenderung membayar deviden rendah.

Dengan keputusan ini perusahaan memilik laba ditahan yang sangat besar yang

digunakan sebagai cadangan untuk menutup utang.

2.3.2 Penelitian Terdahulu Tentang Faktor-Faktor Yang Berpengaruh

Terhadap Nilai Perusahaan.

Penelitian Rustendi (2008) tentang Pengaruh hutang dan kepemilikan

manajerial terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Jakarta. bahwa secara simultan variable hutang dan kepemilikan manajerial

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.Secara partial hutang berpengaruh

positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial tidak

memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011)

tentang struktur kepemilikan, kebijakan dividen, kebijakan utang dan nilai

perusahaan menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2008-

65
2010. Metode analisis yang digunakan oleh peneliti yaitu metode analisis regresi

berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, ukuran

perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan kinerja keuangan berpengaruh terhadap

nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan institusional, kebijakan dividen dan

kebijakan hutang tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2012) dengan judul penelitian analisis

pengaruh struktur modal, pertumbuhan perusahaann, dan profitabilitas terhadap

nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode tahun 2007-2009. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

perusahaan industri manufsktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2007-2009. Populasi berjumlah 19 perusahaan. Analisis data menggunakan

analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur modal (DER)

mempunyai koefisisen regresi dengan arah positif terhadap nilai perusahaan. Hal

ini dapat diartikan bahwa pengaruh struktur modal searah dengan nilai

perusahaan, yaitu setiap adanya peningkatan struktur modal maka akan terjadi

peningkatan pada nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Umi,Gatot dan Nazir (2012) tentang pengaruh

kebijakan Dividen, kebijakan hutang dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan.

Menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2005-

2010. Metode analisis yang digunakan oleh peneliti yaitu metode analisis regresi

berganda. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Kebijakan Dividen dan

Kebijakan Hutang tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan. Sedangkan

profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

66
Penelitian Yuliani, at al (2013) tentang Pengaruh Keputusan invesyasi,

pendanaan, dan dividen terhadap nilai perusahaan dengan risiko bisnis sebagai

variabel mediasi pada perusahaan yang terdaftar di BEI (2009-2011)Keputusan

investasi dan risiko bisnis berpengaruh terhadap nilai perusahaan, keputusan

pendanaan dan kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan,

sedang Keputusan investasi dan dividen tidak dapat dimediasi oleh risiko bisnis,

keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan dapat dimediasi oleh risiko bisnis.

Penelitian yang dilakukan oleh Fernandes Moniaga (2013) tentang Struktur

Modal,Profitabilitas dan Struktur Biaya Terhadap Nilai Perusahaan Industri

Keramik,Porcelen, dan Kaca Periode 2007-2011. Melalui metode purposive

sampling diperoleh 6 perusahaan yang di teliti. Metode analisis yang digunakan

adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program SPSS.

Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu Nilai Perusahaan, sedangkan

variabel independennya adalah Struktur Modal, Profitabilitas, dan Struktur Biaya.

Hasi Penelitian menunjukkan Struktur modal, Profitabilitas dan Struktur Biaya

tidak berpengaruh secara bersama terhadap Nilai perusahaan, Struktur modal

berpengaruh terhadap Nilai perusahaan, sedangkan Profitabilitas dan Struktur

biaya tidak berpengaruh terhadap Nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Robinhot Gultom et.al (2013) tentang analisis

factor – factor yang mempengaruhi nilai perusahaan. Menggunakan sampel

perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode analisis

yang digunakan oleh peneliti yaitu metode regresi linier berganda. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai

67
perusahaan, sedangkan struktur modal, likuiditas dan ukuran perusahaan tidak

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

PenelitianTri Wahyuni, Endang Ernawati dan Werner R. Murhadi (2013)

dengan judul Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Di Sektor

Property, Real Estate & Building Construction Yang Terdaftar Di BEI Periode

2008-2012. Hasil penelitian menunjukkan Return on equity berpengaruh positif

terhadap nilai perusahaan. Dan Leverage, kepemilikan institusional, price earning

ratio, kebijakan dividen, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

Penelitian Ayu Sri Mahatma Dewi dan Ary Wirajaya (2013) dengan judul

Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas Dan Ukuran Perusahaan Pada Nilai

Perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan Leverage berpengaruh negatif terhadap

nilai perusahaan, Profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan

Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan

Penelitian Rizky Budi Mardasari (2014) yang meneliti tentang Pengaruh

Insider Ownership, Kebijakan Hutang Dan Free Cash Flow Terhadap Nilai

Perusahaan Melalui Kebijakan Dividen. Cash Flow tidak berpengaruh terhadap

kebijakan dividen. Insider ownership tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan

melalui kebijakan dividen sebagai variabel intervening. Kebijakan hutang

berpengaruh terhadap nilai perusahaan melalui kebijakan dividen sebagai variabel

intervening. Free cash flow tidak berpengaruh terhadap nilaiperusahaan melalui

kebijakan dividen sebagai variabel intervening.

68
Penelitian Abu kosim at al (2014) yang meneliti tentang ownership structure

and firm values: empirical study on indonesia manufacturing listed companies

2009-2011. Menemukan hasil bahwa Managerial ownership dan concentrated

ownership tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan institutional

ownership dan foreign ownership berpengaruh terhadap nilai perusahaan

Penelitian Verawaty dkk (2015) yang meneliti tentang analisis

pengembangan corporate value berdasarkan keputusan investasi dan pendanaan,

struktur kepemilikan serta kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar dibursa efek Indonesia menunjukkan hasil bahwa variabel keputusan

investasi, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional memiliki

pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Adapun variabel keputusan

pendanaan dan kebijakan dividen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap

nilai perusahaan.

Penelitian Abdul Rasyid, at al (2015) dengan judul Effect of Ownership

Structure, Company size and Profitability on Dividend Policy and Manufacturing

Company’s value in Indonesia Stock Exchange 2011-2013. Menemukan hasil

bahwaKepemilikan Struktur, ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh

terhadap kebijakan dividen. Ukuran perusahaan dan Profitabilitas berpengaruh

terhadap nilai perusahaan, sedangkan struktur kepemilikan tidak berpengaruh Atas

nilai perusahaan Secara simultan,ketiga variabel ini berpengaruh terhadap nilai

perusahaan melalui kebijakan dividen.

Penelitian Rizqia, at al (2013) dengan judul Effect of Managerial Ownership,

Financial Leverage, Profitability, Firm Size, and Investment Opportunity on

69
Dividend Policy and Firm Value Manufacturing Company’s value in Indonesia

Stock Exchange 2006-2011. Menemukan hasil bahwa Manajerial Kepemilikan

dan peluang investasi berpengaruh terhadap kebijakan dividen, sedangkan

leverage, profitabilitas, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap

kebijakan dividen. Kepemilikan manajerial, leverage, profitabilitas, ukuran

perusahaan, peluang investasi, dan kebijakan dividen mempengaruhi perusahaan

nilai.

Penelitian Estherdan Danson (2014) tentang Corporate Governance,

Ownership Structure perspective and Firm Value: Theory, and Survey of

Evidence. Menemukan hasil bahwa Struktur kepemilikan memiliki pengaruh

terhadap nilai perusahaan.

Penelitian Moelyadi, at al (2014) tentang Factors Affecting Firm Value:

Theoretical Study On Public Manufacturing Firms In Indonesia . Menemukan

hasil bahwa CSR, GCG, SIZE berpengaruh terhadap profitabilitas dan nilai

perusahaan. Dan Profitabilitas dapat memediasi pengaruh CSR, GCG dan SIZE

terhadap nilai perusahaan.

Penelitian Jahirul Hoque,at al (2014) tentang Impact Of Capital Structure

Policy On Value Of The Firm A Study On Some Selected Corporate

Manufacturing Firms Under Dhaka Stock Exchange. Menemukan hasil bahwa

Variabel capital Structure, debt equity ratio, debt ratio, interest coverage ratio,

tangible ratio and financial leverage berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan

70
PenelitianAnggi Septia, at al (2015) tentang Analisis Kebijakan Dividen,

Kebijakan Hutang Dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Sektor Pertambangan

Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013. Hasil menunjukkan

bahwa dividend yield dan DAR berpengaruh dan signifikan terhadap nilai

perusahaan

Penelitian Muhammad Shaukat Malik (2015) tentang Impact of Changes in

Dividend Policy on Firm’s Value: A Case Study of Cement Sector of Pakistan.

Menemukan hasil bahwa Profitabilitas, likuiditas, dan ekuitas yang memiliki

hubungan positif yang signifikan sementara peluang pertumbuhannya. Hubungan

negatif yang tidak signifikan dengan pembayaran dividen. Profitabilitas,earning

equity dan growth opportunity tidak memiliki pengaruh sedangkan likuiditas dan

DPR memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan,. DPR dapat memediasi

hubungan atara profitabilitas , likuiditas dan ekuitas dengan nilai perusahaan.

Sedangkan growth opportunity tidak dapat dimediasi oleh DPR

Penelitian Zumrotun Nafiah (2016) tentang Pengaruh Struktur Kepemilikan

Dan Laba Dengan Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Deviden Sebagai Variabel

Intervening Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 – 2013. Menemukan hasil

bahwa Struktur kepemilikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

kebijakan dividen, Laba tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen, Laba dan

kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan,

dividen memediasi pengaruh struktur kepemilikan terhadapnilai perusahaan.Laba

tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan melalui kebijakan dividen,

melainkan berpengaruh langsung terhadap nilai perusahaan.

71
Penelitian Abdul Rasyid (2015) tentangEffects of ownership structure, capital

structure, profitability and company’s growth towards firm value. Menemukan

hasil bahwa Kepemilikan institusional, company growth, profitabilitas

berpengaruh dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan Kepemilikan

manager dan DER tidak berpengaruh.

Penelitian Ela Mahdaleta, at al (2016) tentang Effects of Capital Structure and

Profitability on Corporate Value with Company Size as the Moderating Variable

of Manufacturing Companies Listed on Indonesia Stock Exchange. Hasil

menunjukkan variabel independen berpengaruh signifikan secara simultan

terhadap Nilai perusahaan Sementara itu, sebagian, rasio Hutang terhadap ekuitas

memiliki signifikan negatif berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dan Return on

assets memiliki Pengaruh positif yang signifikan terhadap Nilai perusahaan Hasil

uji moderasi menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak mampu Sebagian

memoderasi rasio hutang terhadap ekuitas terhadap nilai perusahaan, Dan tidak

dapat memoderasi hubungan pengembalian aktiva secara parsial Nilai perusahaan

Penelitian Obaid Ur Rehman (2016) tentang Impact of Capital Structure and

Dividend Policy on FirmValue 2006-2013.Menemukan hasil bahwa Rasio TDTA

itu memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, Pertumbuhan

Penjualan, Log Ekuitas & EPS memiliki hubungan positif dan signifikan dengan

nilai perusahaan.

72
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti/ Judul Variabel penelitian Alat Hasil penelitian


Tahun analisis

1. Sisca Pengaruh Variabel dependen : Regresi Bahwa variable


(2008) kepemilikan Kebijakan dividen kepemilikan
manajerial, manajerial,kepemilika
kepemilikan Variabel n institutioanal,
institusional, independen : kebijakan hutang,
kebijakan Kepemilikan profitabilitas
hutang, manajerial, berpengaruh negatif
profitabilitas kepemilikan signifikan terhadap
dan ukuran institutional, kebijakn dividend dan
perusahaan kebijakan hutang, ukuran perusahaan
terhadap profitabilitas, memiliki hubungan
kebijakan ukuran perusahaan. positif signifikan
deviden terhadap kebijakan
dividen.

2. Devi Hoei pengaruh Variabel Regresi Hasil menunjukkan


Sunarya kebijakan indepeden : bahwa kebijakan
(2013) hutang, Kebijakan utang hutang dan likuiditas
Profitabilitas berpengaruh Negatif
profitabilitas
Likuiditas Signifikan,
dan likuiditas profitabilitas
terhadap Variabel moderasi : berpengaruh Positif
kebijakan Size (ukuran Signifikan terhadap
deviden perusahaan) kebijakan dividen.
dengan size Size tidak dapat
sebagai Variabel dependen : memoderasi kebijakan
Y : Kebijakan hutang, likuiditas dan
variable
deviden profitabilitas terhadap
moderasi. kebijakan dividen.

3. Ni Kadek Ari Pengaruh Variabel Regresi Hasil menunjukkan


Lina Wati kepemilikan independen : bahwa likuiditas,
(2013) manajerial dan Likuiditas kebijakan hutang,
kinerja Kebijakan Hutang kepemilikan
keuangan Profitabilitas managerial dan
terhadap Kepemilikan profitabilitas tidak
kebijakan Manajerial berpengaruh terhadap
dividen dan kebijakan dividen.
nilai Variabel dependen :
perusahaan Kebijakan dividend
dan Nilai
perusahaan

4. Suryanita Pengaruh Variabel dependen : Regresi ukuran perusahaan


(2014) Ukuran Kebijakan dividen dan EPS tidak
Perusahaan Variabel memiliki pengaru
Dan Earning independen : terhadap kebijakan
Per Share ukuran perusahaan, dividen.

73
No Peneliti/ Judul Variabel penelitian Alat Hasil penelitian
Tahun analisis

Terhadap dan EPS


Kebijakan
Dividen Di
Bursa Efek
Indonesia
5. Septi Rahayu pengaruh rasio- Variabel Regresi CR tidak berpengaruh
Ningsih dkk rasio keuangan Independen : terhadap Kebijakan
(2014) terhadap CR Dividen; ROE tidak
dividend ROE berpengaruh terhadap
payout ratio TATO kebijakan
(dpr) (studi PER dividen;TATO tidak
pada berpengaruh terhadap
perusahaan Variabel kebijakan dividen;
yang listing di Dependen : PER berpengaruh
bei tahun 2009 Kebijakan Dividen terhadap kebijakan
– 2011), dividen.

6. Duc Hong Vo Managerial Variable dependen : STATA Bahwa kepemilikan


dan Nguyen Ownership, Kebijakan dividen managerial
(2014) Leverage and Variabel berpengaruh negative
Dividend independen : dengan leverage,
Policies: Kepemilikan sedangkan leverage
Empirical managerial, berpengaruh negative
Evidence from leverage terhadap kebijakan
Vietnam’s dividen
Listed Firms
7. Wiwin Pengaruh Variable dependen : Regresi EPS berpengaruh
Siswanti Analisis Rasio Kebijakan dividen terhadap kebijakan
(2014) Keuangan Variabel EPS, dividen;Profitabilitas
Terhadap Pofitabilitas, berpengaruh terhadap
Kebijakan leverage, TATO Kebijakan Dividen
Deviden (Studi Leverageberpengaruh
Empiris Pada negatif signifikan
Perusahaan terhadap Kebijakan
Real Estate Dividen;
Dan Property Rasio Aktivitas tidak
Yang Terdaftar berpengaruh terhadap
Di Bursa Efek Kebijakan Dividen
Indonesia).pad
a tahun 2009-
2010
8. Muhammad Impact of Variabel Dependen: multiple Leverage berpengaruh
Asad dan Leverage on Kebijakan dividen regression negative dan
Saddia Dividend analysis signifikan,
Yousaf Payment Variabel profitabilitas
(2014) Behavior of independen : berpengaruh positif
Pakistani Leverage, dan signifikan
Manufacturing profitabilitas, size terhadap kebijakan
Firms dividen, sedangkan
size tidak berpengaruh
terhadap kebijakan
dividen.

74
No Peneliti/ Judul Variabel penelitian Alat Hasil penelitian
Tahun analisis

9. Christopher Determinants Variabel Dependen: Both OLS


Maladjian of the Kebijakan dividen and Kebijakan pembayaran
(2014) Dividend dynamic deviden Secara positif
Policy: An Variabel panel dipengaruhi oleh
Empirical independen : model ukuran perusahaan,
Study on the Profitabilitas, size, regression, risiko dan dividen
Lebanese likuiditas, growth STATA tahun sebelumnya,
Listed Banks opportunity, namun terpengaruh
leverage, firm riks, secara negatif oleh
dan PYD Peluang pertumbuhan
dan profitabilitas.

10. Aliya Bushra The Variabel Dependen: Data panel Ukuran perusahaan
dan Mirza Determinants Kebijakan dividen Memiliki hubungan
(2015) of Corporate negatif dengan
Dividend Variabel dividend payout ratio
Policy in independen : dan dividend yield.
Pakistan ROA, ROE, Pertumbuhan
companies Leverage, MBV, penjualan
listed on the owner structural, berhubungan positif
KSE 100 index growth opprtunity dengan dividend yield,
for the period Kepemilikan
2005-2010 terkonsentrasi di
dalam institusi (seperti
bank dan
asuransiPerusahaan),
manajemen / keluarga,
dan individu memiliki
dampak negatif
terhadap Rasio
pembayaran dividen,
Pemilik institusional
cenderung
mempertahankan
kelebihan uang dan
dengan demikian
Menghilangkan
dividen, pemilik
individu lebih
menyukai capital gain,
dan manajemen atau
perusahaan milik
keluarga menghindari
dividen. rasio market
to book berpengaruh
negatif dan signifikan,
dan leverage tidak
berpengaruh terhadap
kebijakan dviden.
11. Firmanda Pengaruh Variabel dependen : Regresi bahwa variable yang
(2015) kepemilikan Kebijakan dividen berpengaruh positif
manajerial, Variabel terhadap kebijakan
kepemilikan dividen adalah

75
No Peneliti/ Judul Variabel penelitian Alat Hasil penelitian
Tahun analisis

institusional, independen : variable kepemilikan


kebijakan Kepemilikan institusional, ukuran
hutang, manajerial, perusahaan, dan
profitabilitas, kepemilikan kebijakn hutang.
ukuran institutional, Sedangkan variable
perusahaan, kebijakan hutang, cash position,
cash position profitabilitas, kepemilikan
terhadap ukuran perusahaan, manajerial,
kebijakan Cash position profitabilitas tidak
deviden berpengaruh terhadap
kebijakan dividen.

12. Jorenza Analisis Variabel dependen : Regresi kepemilikan


(2015) kepemilikan Kebijakan dividen manajerial
manajerial, Variabel berpengaruh signifikan
kebijakan independen : terhadap kebijakan
dividen,dan Kepemilikan dividen, kebijakn
profitabilitas manajerial, hutang dan
terhadap kebijakan hutang, profitabilitas tidak
kebijakan profitabilitas. berpengaruh terhadap
dividenddan kebijak dividen.
nilai
perusahaan
manufaktur
yang terdaftar
di BEI

12. Rustendi Pengaruh Variable dependen : Regresi bahwa secara simultan


(2008) hutang dan Niali perusahaan. dan parsial variable
kepemilikan Variabel hutang berpengaruh
manajerial independen : positif terhadap nilai
terhadap nilai Pengaruh hutang, perusahaan. Sedang
perusahaan kepemilikan kepemilkan
manufaktur manajerial managerial tidak
yang terdaftar berpengaruh
di Bursa Efek
Jakarta.

13. Sri Pengaruh Variabel Regresi Hasilpenelitian


Sofyaningsih struktur Independen : menunjukkan
& kepemilikan,ke Kepemilikan bahwakepemilikan
Pancawati Manajerial manajerial, ukuran
bijakandividen,
Hardiningsih Kepemilikan perusahaan,
(2011) kebijakanutang Institusional pertumbuhan
dannilai Kebijakan Hutang perusahaandan
perusahaan. Kebijakan Dividen kinerjakeuangan
berpengaruh terhadap
Variabel nilai perusahaan,
Dependen : sedangkan
Nilai Perusahaan kepemilikan
institusional,kebijakan
Variabel Kontrol : dividen dan kebijakan
Ukuran Perusahaan hutangtidak

76
No Peneliti/ Judul Variabel penelitian Alat Hasil penelitian
Tahun analisis

Pertumbuhan berpengaruh terhadap


Kinerja Perusahaan nilaiperusahaan.

14. Puspita Analisis Variabel Regresi Struktur modal dan


(2012) pengaruh Independen: profitabilitas
struktur modal, a.Struktur modal, berpengaruh positif
b.Ukuran dan signifikan
pertumbuhan
perusahaan, terhadap nilai
perusahaan,uku c.Profitabilitas perusahaan, sedangkan
ran perusahaan Variabel ukuran perusahaan
dan Dependen : tidak berpengaruh
profitabilitas Nilai Perusahaan terhadap nilai
terhadap nilai perusahaan.
perusahaan
pada
peruasahaan
manufaktur
yang terdaftar
di BEI periode
2007- 2009
15. Umi pengaruh Variabel Regresi
Mardiyati, kebijakan Independen: Kebijakan hutang
Gatot, Nazir Dividen, Kebijakan Dividen Tidak Berpengaruh;
Ahmad Ria kebijakan Kebijakan Hutang kebijakan dividen
Putri (2012) hutang dan Profitabilitas Tidak Berpengaruh;
profitabilitas Variabel profitabilitas
terhadap nilai Dependen: Berpengaruh; GCG
perusahaan. Nilai Perusahaan Tidak Berpengaruh
Menggunakan Variabel Kontrol:
sampel Good Corporate
perusahaan Governance
manufaktur
yang terdaftar
di BEI tahun
2005-2010.
16. Yuliani, at al Keputusan Variabel Dependen: Explanatory Keputusan investasi
(2013) invesyasi, Nilai perusahaan research, dan risiko bisnis
pendanaan, dan regresi berpengaruh terhadap
dividen Variabel nilai perusahaan,
terhadap nilai independen : keputusan pendanaan
perusahaan Keputusan dan kebijakan dividen
dengan risiko investasi, tidak berpengaruh
bisnis sebagai pendanaan, dan terhadap nilai
variabel dividen perusahaan, sedang
mediasi pada Keputusan investasi
perusahaan Variabel intervining dan dividen tidak
yang terdaftar : risiko bisnis dapat dimediasi oleh
di BEI (2009- risiko bisnis,
2011) keputusan pendanaan

77
No Peneliti/ Judul Variabel penelitian Alat Hasil penelitian
Tahun analisis

terhadap nilai
perusahaan dapat
dimediasi oleh risiko
bisnis.

17. Fernandes Pengaruh Variabel Analisis


Moniaga struktur modal, Independen: Regresi Struktur modal,
(2013) profitabilitas Struktur modal Berganda profitabiltas, struktur
dan struktur Profitabilitas biaya Tidak
biaya terhadap Struktur Biaya Berpengaruh terhadap
nilai Variabel nilai perusahaan.
perusaahaan Dependen:
menggunakan Nilai Perusahaan
sampel
perusahaan
industry
keramik,
porcelen dan
kaca tahun
2007-2011.
18. Robinhot Pengaruh Variabel Dependen: Regresi Hasil penelitian
Gultom et.al kepem ilikan Nilai Perusahaan tersebut menunjukkan
(2013) manajerial, bahwa profitabilitas
kebijakan Variabel berpengaruh
deviden, Independen: signifikan terhadap
leverage, dan Profitabilitas nilai perusahaan,
ukuran struktur modal, sedangkan struktur
perusahaan likuiditas modal, likuiditas dan
terhadap nilai Ukuran perusahaan ukuran perusahaan
perusahaan. tidak berpengaruh
signifikan terhadap
nilai perusahaan.

19. Tri Wahyuni, Faktor-faktor Variabel Dependen: Regresi Hasil penelitian


Endang Yang Nilai perusahaan menunjukkan Return
Ernawati dan Mempengaruhi on equity berpengaruh
Werner R. Variabel positif terhadap nilai
Nilai
Murhadi independen : perusahaan. Dan
(2013) Perusahaan Di Kepemilikan Leverage, kepemilikan
Sektor manajerial, institusional, price
Property, Real kepemilikan earning ratio,
Estate & institusional, kebijakan dividen, dan
Building kebijakan dividen, ukuran perusahaan
Construction leverage, ukuran tidak berpengaruh
perusahaan terhadap nilai
Yang Terdaftar
perusahaan.
Di Bei Periode
2008-2012.
20. Ayu Dewi Pengaruh Variabel bebas : regresi Struktur modal
dan Struktur Profitabilitas, berpengaruh negatif
Struktur modal, dan signifikan pada

78
No Peneliti/ Judul Variabel penelitian Alat Hasil penelitian
Tahun analisis

Wirajaya Modal, ukuran perusahaan nilai perusahaan,


(2013) Profitabilitas profitabilitasberpengar
DanUkuran Variabel terikat : uhpositifdansignifikan
nilai perusahaan padanilaiperusahaanu
Perusahaan
kuran
Pada Nilai perusahaantidakberpe
Perusahaan ngaruhpadanilaiperusa
haan
21. Rizky Budi Pengaruh Variabel Dependen: Regresi Cash Flow tidak
Mardasari Insider Nilai perusahaan berpengaruh terhadap
(2014) Ownership, kebijakan dividen.
Kebijakan Variabel Insider ownership
Hutang Dan independen : tidak berpengaruh
Free Cash Insider ownership, terhadap nilai
Flow Terhadap kebijakan hutang perusahaan melalui
Nilai dan free cash flow kebijakan dividen
Perusahaan sebagai variabel
Melalui Variabel Intervining intervening. Kebijakan
Kebijakan : kebijakan dividen hutang berpengaruh
Dividen terhadap nilai
perusahaan melalui
kebijakan dividen
sebagai
variabelintervening.
Free cash flow
tidakberpengaruh
terhadap
nilaiperusahaan
melalui kebijakan
dividen sebagai
variabel intervening.
22. Abu kosim at ownership Variabel Dependen: Regresi Managerial ownership
al (2014) structure and Nilai perusahaan dan concentrated
firm values: ownership tidak
empirical study Variabel berpengaruh terhadap
on indonesia independen : nilai perusahaan,
manufacturing managerial sedangkan institutional
listed ownership, ownership dan foreign
companies institusional ownership
2009-2011 ownership, foreign berpengaruh terhadap
ownership dan nilai perusahaan
concentrated
ownership
23. Verawaty analisispengem Variabel Dependen: Regresi menunjukkan hasil
dkk (2015) bangancorporat Nilai Perusahaan bahwa variabel
e keputusan investasi,
Variabel kepemilikan
valueberdasark
independen: manajerial,dankepemil
an keputusaninvestasi ikan
keputusaninves Keputusan institusionalmemilikip
tasidan pendanaan,struktur engaruhsignifikanterha
pendanaan,stru kepemilikan dapnilai

79
No Peneliti/ Judul Variabel penelitian Alat Hasil penelitian
Tahun analisis

ktur sertakebijakan perusahaan.Adapunvar


kepemilikan dividen iabelkeputusanpendan
sertakebijakan aandankebijakandivide
dividen ntidakmemilikipengar
uhsignifikan terhadap
padaperusahaa
nilaiperusahaan.
n manufaktur
yangterdaftar
dibursaefekInd
onesia
24. Abdul Effect of Variabel Dependen: structural kepemilikan
Rasyid, at al Ownership Nilai perusahaan equation Struktur, ukuran
(2015) Structure, modeling perusahaan dan
Company size Variabel profitabilitas
and independen :struktu berpengaruh terhadap
Profitability on r kepemilikan, kebijakan dividen.
Dividend ukuran perusahaan, Ukuran perusahaan
Policy profitabilitas dan
andManufactur Profitabilitas
ing Company’s Variabel Intervining berpengaruh terhadap
value in : kebijakan dividen nilai perusahaan,
Indonesia sedangkan struktur
Stock kepemilikan tidak
Exchange berpengaruh
2011-2013 Atas nilai perusahaan
Secara simultan,ketiga
variabel ini
berpengaruh terhadap
nilai perusahaan
melalui kebijakan
dividen.
25. Rizqia, at al Effect of Variabel Dependen: structural manajerial
(2013) Managerial Nilai perusahaan equation Kepemilikan dan
Ownership, modeling peluang investasi
Financial Variabel berpengaruh terhadap
Leverage, independen : kebijakan dividen,
Profitability, kepemilikan sedangkan leverage,
Firm Size, and managerial, profitabilitas, dan firm
Investment leverage, ukuran Ukuran tidak
Opportunity on perusahaan, berpengaruh terhadap
Dividend profitabilitas dan kebijakan dividen.
Policy and kesempatan Kepemilikanmanajeria
Firm Value investasi l, leverage,
Manufacturing profitabilitas, ukuran
Company’s Variabel Intervining perusahaan, peluang
value in : kebijakan dividen investasi, dan
Indonesia kebijakan dividen
Stock mempengaruhi
Exchange perusahaan
2006-2011 nilai.
26. Esther dan Corporate Variabel Dependen: Ordinary Struktur kepemilikan
Danson Governance, Nilai perusahaan Least memiliki pengaruh

80
No Peneliti/ Judul Variabel penelitian Alat Hasil penelitian
Tahun analisis

(2014) Ownership Squares terhadap nilai


Structure Variabel (OLS), persuhaan
perspective independen :
and Firm struktur
Value: Theory, kepemilikan
and Survey of
Evidence
27. Moelyadi, at Factors Variabel Dependen: Path CSR, GCG, SIZE
al (2014) Affecting Firm Nilai perusahaan analisys berpengaruh terhadap
Value: profitabilitas dan nilai
Theoretical Variabel perusahaan. Dan
Study On independen : Profitabilitas dapat
Public CSR, GCG SIZE memediasi pengaruh
Manufacturing CSR, GCG dan SIZE
Firms In Variabel intervining terhadap nilai
Indonesia : Profitabilitas perusahaan.

28. Jahirul Impact Of Variabel Dependen: Ordinary Variabel capital


Hoque,at al Capital Nilai perusahaan Least Structure, debt-equity
(2014) Structure Squares ratio, debt ratio,
Policy On Variabel (OLS) interest coverage ratio,
Value Of The independen : method tangible ratio and
Firm A Study capital Structure, financial leverage
On Some debt-equity ratio, berpengaruh positif
Selected debt ratio, interest terhadap nilai
Corporate coverage ratio, perusahaan
Manufacturing tangible ratio and
Firms Under financial
Dhaka Stock leverage
Exchange
29. Anggi Septia, Analisis Variabel Dependen: Regresi Hasil menunjukkan
at al (2015) Kebijakan Nilai perusahaan bahwa dividend yield
Dividen, dan DAR berpengaruh
Kebijakan Variabel dan signifikan
Hutang Dan independen : terhadap nilai
Nilai Dividend yield dan perusahaan
Perusahaan DAR
Pada
Perusahaan
Sektor
Pertambangan
Yang Terdaftar
Di Bursa Efek
Indonesia
Periode 2009-
2013
30. Muhammad Impact of Variabel Dependen: E-views Profitabilitas,
Shaukat Changes in Nilai perusahaan likuiditas, dan ekuitas
Malik (2015) Dividend yang memiliki
Policy on Variabel hubungan positif yang
Firm’s Value: independen : signifikan sementara
A Case Study Profitabilitas, peluang

81
No Peneliti/ Judul Variabel penelitian Alat Hasil penelitian
Tahun analisis

of Cement likuiditas, earning pertumbuhannya


Sector of equity, growth Hubungan negatif
Pakistan opportunity yang tidak signifikan
dengan pembayaran
Variabel intervining dividen.
: dividend payout Profitabilitas,earning
ratio equity dan growth
opportunity tidak
memiliki pengaruh
sedangkan likuiditas
dan DPR memiliki
pengaruh terhadapnilai
perusahaan,. DPR
dapat memediasi
hubungan atara
profitabilitas ,
likuiditas dan ekuitas
dengan nilai
perusahaan.
Sedangkan growth
opportunity tidak
dapat dimediasi oleh
DPR
31. Zumrotun Pengaruh Variabel Dependen: Regresi Strukturkepemilikanbe
Nafiah (2016) Struktur Nilai perusahaan rpengaruhnegatifdan
Kepemilikan signifikan terhadap
Dan Laba Variabel kebijakan
Dengan Nilai independen : dividen,Laba tidak
Perusahaan Struktur berpengaruhterhadapk
dengan Kepemilikan , Laba ebijakandividen,Laba
Kebijakan dan kebij akan
Deviden Variabel Intervining di viden berpengaruh
Sebagai : kebijakan dividen positif dansignifikan
Variabel terhadap nilai
Intervening Di perusahaan,
Bursa Efek
Indonesia dividen memediasi
Tahun 2011 - pengaruh struktur
2013 kepemilikan terhadap
nilai perusahaan.Laba
tidak berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan melalui
kebijakandividen,melai
nkanberpengaruhlangsu
ngterhadapnilai
perusahaan.
32. Abdul Rasyid Effects of Variabel Dependen: Regresi Kepemilikan
(2015) ownership Nilai perusahaan institusional, company
structure, growth, profitabilitas
capital Variabel berpengaruh dan
structure, independen : signifikan terhadap
profitability Kepemilikan nilai perusahaan.

82
No Peneliti/ Judul Variabel penelitian Alat Hasil penelitian
Tahun analisis

and company’s managerial, Sedangkan


growth kepemilikan Kepemilikan manager
towards firm istitusional, DER, dan DER tidak
value ROE, Company berpengaruh.
growth

33. Ela Effects of Variabel Dependen: multiple Hasil


Mahdaleta, at Capital Nilai perusahaan linear Menunjukkan variabel
al (2016) Structure and regression independen
Profitability on Variabel tests and berpengaruh signifikan
Corporate independen : moderating secara simultan
Value with DER, ROA test terhadap
Company Size Nilai perusahaan
as the Variabel intervining Sementara itu,
Moderating : SIZE sebagian, rasio Hutang
Variable of terhadap ekuitas
Manufacturing memiliki signifikan
Companies negatif
Listed on Berpengaruh terhadap
Indonesia nilai perusahaan, dan
Stock Return on assets
Exchange memiliki Pengaruh
positif yang signifikan
terhadapNilai
perusahaan Hasil uji
moderasi
menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan
tidak mampuSebagian
memoderasi rasio
hutang terhadap
ekuitas terhadap nilai
perusahaan,
Dan tidak dapat
memoderasi hubungan
pengembalian aktiva
secara parsialNilai
perusahaan
34. Obaid Ur Impact of Variabel Dependen: regression Rasio TDTA itu
Rehman Capital Nilai perusahaan model fixed memiliki pengaruh
(2016) Structure and effect signifikan terhadap
Dividend Variabel model and nilai perusahaan,
Policy on independen : random Pertumbuhan
FirmValue capital leverage effect Penjualan, Log
2006-2013 ratio (TDTA), model Ekuitas &
performance ratio EPS memiliki
(FATO), Sales hubungan positif dan
growth(SG) signifikan dengan nilai
and shareholder’s perusahaan
equity (EQ) in
capital structure and
cashflow indicator

83
No Peneliti/ Judul Variabel penelitian Alat Hasil penelitian
Tahun analisis

ratio (DPO) and


profitability (EPS)
individend policy

2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis & Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Antar Variabel

Penelitian ini menganalisis tentang pengaruh struktur kepemilikan, size,

profitabilitas, dan struktur modal terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan

dividen sebagai variabel intervening. Variabel yang digunakan antara lain ,

variabel dependen terdiri dari Price to book value (PBV), yang digunakan sebagai

indicator nilai perusahaan. Variabel independen terdiri dari struktur kepemilikan

yang diproksikan dengan Kepemilkan institusional sebagai indicator, variabel

ukuran perusahaan (Size) diproksikan dengan total asset sebagai indikatornya.

Variabel profitabilitas yang diproksikan dengan Return On assets (ROA) sebagai

indikatornya. Variabel struktur modal yang diproksikan dengan Debt to Equity

Ratio (DER) sebagai indikatornya, serta kebijakan dividen sebagai variabel

intervining yang diproksikan dengan Dividend Payout Ratio (DPR) sebagai

indikatornya.

2.4.1.1 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kebijakan dividen

Struktur kepemilikan adalah perbandingan antara jumlah saham yang

dimiliki oleh orang dalam (insider) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh

investor (Indriyani, 2009). Struktur kepemilikan menjelaskan komitmen pemilik

untuk menyelamatkan perusahaan (Ward, 2006). Struktur kepemilikan menurut

84
beberapa peneliti diyakini mempengaruhi jalannya perusahaan, yang pada

gilirannya mempengaruhi kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan.

Hal ini disebabkan oleh adanya kontrol yang mereka miliki (Wahyudi dan

Pawestri, 2005).Salah satu struktur kepemilikan yang ada didalam perusahaan

adalah kepemilikan institusional, Kepemilikan institusional merupakan proporsi

kepemilikan saham oleh investor institusi (Apriada, 2013). Dalam Sugiarto (2011)

yang dimaksud institusi yaitu institusi atau lembaga, seperti bank, perusahaan

asuransi, perusahaan investasi, atau institusi lain yang memiliki saham

diperusahaan tersebut.

Scott (2000) menjelaskan bahwa tingkat kepemilikan saham institusional

yang tinggi akan meningkatkan upaya pengawasan yang lebih intensif sehingga

dapat membatasi perilaku opportunistic manager, yakni manager melaporkan laba

secara oportunis untuk memaksimumkan kepentingan pribadinya. Dalam agency

theory juga dijelaskan untuk menekan perilaku opportunistic manager yakni

dengan cara meningkatkan pembagian dividen . Salah satu alasan yang paling

sering dikutip mengapa perusahaan membayar dividen adalah tentang arus kas

bebas, yang didasarkan pada gagasan bahwa ada konflik kepentingan antara

manajer dan pemegang saham. Dalam agency theory dijelaskan bahwa Perilaku

egois manajer dapat mengalokasikan sumber daya perusahaan untuk

menguntungkan diri sendiri (Jensen dan Meckling, 1976). Oleh karena itu, arus

kas bebas dapat membuat masalah keagenan karena dapat digunakan untuk

membiayai proyek-proyek yang kurang menguntungkan. Menurut Jensen (1986),

dividen mengurangi jumlah uang tunai yang dapat disia-siakan oleh manajer.

85
Dengan demikian, dividen dapat digunakan sebagai mekanisme untuk mengurangi

agency cost arus kas bebas.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian Rasyid (2015), Sisca (2008) dan

Jorenza (2015) yang menyatakan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh positif

terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan hasil penelitian diatas maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Struktur kepemilikan berpengaruh positifterhadap kebijakan dividen

2.4.1.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan (Size) Terhadap Kebijakan dividen

Ukuran perusahaan dapat menunjukkan sebagai upaya untuk Asses

perusahaan berdasarkan aset, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan total

aset rata-rata (Moelyadi, at al, 2014). Sedangkan menurut Mulianti (2009) Ukuran

perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat

dinyatakan dengan total aktiva atau total penjualan bersih. Ukuran perusahaan

akan sangat penting bagi investor dan kreditor karena akan terkait dengan risiko

investasi yang dilakukan. Ukuran perusahaan adalah tingkat untuk menunjukkan

perkembangan perusahaan dalam bisnis (Rizqia, 2013). Ukuran perusahaan

dianggap mampu mempengaruhi kebijakan dividen, Perusahaan besar pada

umumnya memiliki kekuatan finansial yang lebih besar dalam menunjang kinerja

perusahaan. Dalam Teori sinyal juga dijelaskan bahwa perusahaan yang

berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, sehingga

pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan dengan kualitas perusahaan yang

baik atau buruk. Size yang besar memudahkan perusahaan dalam masalah

86
pendanaan. Perusahaan umumnya memiliki fleksibilitas dan aksesibilitas yang

tinggi dalam masalah pendanaan melalui pasar modal.

Rachmawatidan Triatmoko (2007) menyebutkan bahwa total aset perusahaan

besar ini menunjukkan perusahaan memiliki arus kas yang baik atau positif,

sehingga dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka panjang. Hal ini

juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih baik

menghasilkan keuntungan dari perusahaan dengan total aset kecil. Kebijakan

perusahaan akan berimplikasi pada prospek arus kas untuk masa depan. Semakin

besar total aktiva maupun penjualan maka semakin besar pula ukuran suatu

perusahaan. Semakin besar aktiva maka semakin besar modal yang ditanam,

sementara semakin banyak penjualan maka semakin banyak juga perputaran uang

dalam perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (Rasyid, 2015).

Temuan ini juga mendukung gagasan Syed & Wasim (2011) bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen. Weston dan

Copeland (2010) menemukan bahwa perusahaan besar cenderung memberikan

tingkat dividen yang lebih tinggi dari perusahaan kecil. Hal ini disebabkan

Manajer lebih cenderung mengambil keputusan untuk menginvestasikan kembali

keuntungan dalam perusahaan agar memiliki pertumbuhan yang tinggi sehingga

laju pertumbuhan laba perusahaan dapat meningkat. Pernyataan tersebut juga

sejalan dengan hasil penelitian Sica (2008) dan firmanda (2015) yang menemukan

hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

Berdasarkan hasil penelitian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

87
H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh positifterhadap kebijakan dividen

2.4.1.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan dividen

Profitabilitas menurut Sartono (2001) adalah kemampuan perusahaan

memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal

sendiri. Sedangkan Nilai Dividen perusahaan adalah bagian dari laba bersih

perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Rasio profitabilitas ini akan

memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan.

Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam

mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan.

profitabilitas perusahaan merupakan salah satu cara yang digunakan sebagai

penilaian secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat atas

aktivitas investasi yang dilakukan. Sesuai dengan signalling theory yang

menyatakan bahwa pembayaran dividen merupakan “sinyal” bagi investor bahwa

perusahaan memperkirakan peningkatan laba di masa mendatang.

Dalam hal ini investor salah satunya akan melihat pada tingkat profitabilitas

perusahaan, apakah tingkat profitabilitas perusahaan tersebut stabil atau bahkan

mengalami peningkatan secara terus menerus dalam jangka panjang. Peningkatan

profitabilitas yang secara terus menerus dalam jangka panjang menandakan bahwa

perusahaan tersebut mengalami pertumbuhan yang dapat dikatakan cukup pesat

tiap periodenya.Semakin tinggi profitabilitas berarti semakin baik, karena

kemakmuran pemilik perusahaan meningkat dengan semakin tingginya

profitabilitas. Profitabilitas yang lebih tinggi, arus kas perusahaan yang lebih

tinggi, dan perusahaan diharapkan untuk membayar dividen lebih tinggi (Jensen et

88
al, 1992). Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Rizqia (2013) dan Rasyid

(2015) yang menemukan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap

kebijakan dividen. Berdasarkan hasil penelitian diatas maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

H3 : Profitabilitas berpengaruh positifterhadap kebijakan dividen

2.4.1.4 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kebijakan dividen

Struktur modal merupakan ekspresi bagaimana sebuahperusahaan membiayai

total asetnya dan merupakan keputusan perusahaan untuk menentukan campuran

yang tepat antara ekuitas dan utang adalah keputusan strategis perusahaan yang

dihadapkan dengan banyak tantangan bagi perusahaan (Modugu, 2013). Struktur

modal menyangkut aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh dana dan

menggunakan dana tersebut untuk mencapai tujuan perusahaan. Dana yang

dimiliki atau diperoleh perusahaan digunakan sebagai modal untuk menopang

kegiatan usahanya. Salah satu kebijakan pendanaan perusahaan adalah

penggunaan dana eksternal berupa hutang. Penggunaan hutang ini akan diartikan

oleh pihak luar tentang kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban di

masa yang akan datang atau adanya resiko bisnis perusahaan.

Dalam agency teory disebutkan bahwa untuk mengurangi konflik keagenan

antara manajer dan pemegang saham salah satunya yakni dengan pembayaran

dividen. Pembayaran dividen juga dapat menciptakan konflik antara pemegang

saham atau manajer dengan pemberi pinjaman. Itu karena dengan meningkatkan

dividen payout, kemungkinan perusahaan akan menggunakan pendanaan eksternal

yang tinggi (Chrutchley dan Hansen, 1989). Hubungan antara leverage keuangan

89
dengan kebijakan dividen timbul dari perjanjian utang dari kreditur untuk

melindungi kepentingannya (Taranto, 2002), dimana manajemen perusahaan

dituntut untuk membayar kewajibannya beserta biaya hutangnya (Biaya bunga)

secara periodic.

Semakin tinggi level hutang perusahaan, maka kemungkinan resiko

keuangan dan kegagalan perusahaan juga semakin tinggi (Wongso, 2013). Dengan

begitu, semakin rendah tingkat hutang perusahaan maka semakin tinggi

kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Peningkatan

level hutang akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi

pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima.Dengan demikian,

leverage keuangan perusahaan yang lebih tinggi akan semakin rendah kebijakan

dividenperusahaan (Jensen et al., 1992), karena laba perusahaan akan berkurang

untuk membayar biaya modal atas hutang.

Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian Risqia (2013) dan Jorenza

(2015) yang menemukan hasil bahwa struktur modal berpengaruh negative

terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan hasil penelitian diatas maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H4 : Struktur modal berpengaruh negatifterhadap kebijakan dividen

2.4.1.5 Pengaruh Kebijakan dividen Terhadap Nilai Perusahaan

Kebijakan dividen adalah kebijakan yang dibuat perusahaan dalam

menentukan berapa banyak dari keuntungan harus dibayarkan kepada pemegang

saham dan berapa banyak yang harus ditahan kembali dalam perusahaan (Weston

dan Brigham, 1981 dalam Sheisarvian, 2015). Dalam Bird in the Hand Theory

90
disebutkan oleh Lintner (1956) dan telah didukung oleh berbagai peneliti

termasuk (Gordon, 1963). Al-Malkawi (2008) menegaskan bahwa dalam dunia

ketidakpastian dan asimetri informasi, dividen tersebut dinilai berbeda dari saldo

laba (keuntungan modal). Teori ini beranggapan bahwa investor memandang

suatu burung di tangan lebih berharga dari pada seribu burung di udara. Karena

ketidakpastian dari arus kas masa depan, investor akan sering cenderung memilih

dividen dari pada laba ditahan. Hal ini disebabkan tingginya tingkat

ketidakpastian yang berkaitan dengan capital gain dan dividen yang dibayarkan di

masa depan. Dividen saat ini lebih mudah diprediksi dari pada capital gain, karena

harga saham ditentukan oleh kekuatan pasar dan bukan oleh manajer (Keown,

Martin, Petty & Scott, 2007; Gordon, 1963).

Dalam teori signaling oleh Lintner (1956) mengungkapkan bahwa harga

saham perusahaan biasanya mengalami perubahan ketika pembayaran dividen.

Karena dividen menyediakan “isi informasi” yang dapat mempengaruhi harga

pasar saham. Bhattacharya, (1979) menyatakan bahwa dividen dapat berfungsi

sebagai sinyal arus kas masa depan yang diharapkan. Peningkatan dividen

menunjukkan bahwa manajer mengharapkan arus kas yang lebih tinggi di masa

depan. teori ini didasarkan pada asumsi bahwa investor luar memiliki informasi

yang tidak sempurna mengenai arus kas masa depan perusahaan dan keuntungan

modal. Asumsi lain yang penting adalah bahwa dividen dikenakan pajak pada

tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan capital gain. Bhattacharya (1979)

berpendapat bahwa dalam keadaan ini meskipun ada kelemahan pajak untuk

91
dividen, perusahaan akan memilih untuk membayar dividen untuk mengirim

sinyal positif kepada pemegang saham dan investor luar.

Efek pembayaran dividen yang optimal dapat dilihat sebagai sinyal

profitabilitas di masa depan (Bhattacharya, 1979). Perusahaan yang mampu

menghasilkan keuntungan yang stabil dan meningkat dapat dilihat sebagai sinyal

positif oleh investor terkait dengan kinerja perusahaan, sehingga respon positif

akan meningkatkan nilai perusahaan. Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil

penelitian Rasyid (2015) dan Rizqia (2013) yang menemukan bukti bahwa

kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan

hasil penelitian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H5 : Kebijakan dividen berpengaruh positifterhadap Nilai Perusahaan

2.4.1.6 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan

Struktur kepemilikan saham adalah perbandingan antara jumlah saham yang

dipegang oleh pihak internal atau manajemen perusahaan (kepemilikan insider),

dan jumlah saham yang dimiliki oleh pihak eksternal atau investor (kepemilikan

luar). Hubungan antara manajer dan pemegang saham dalam teori keagenan

digambarkan sebagai hubungan antara agen dan principal, di mana perusahaan

(principal) menyediakan kepercayaan terhadap manajer (agen) untuk mengelola

perusahaan (Rasyid, 2015).

Struktur kepemilikan menurut beberapa peneliti diyakini mempengaruhi

jalannya perusahaan, yang pada gilirannya mempengaruhi kinerja perusahaan

dalam mencapai tujuan perusahaan, yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Hal

ini disebabkan oleh adanya kontrol yang mereka miliki (Wahyudi dan Pawestri,

92
2005). Naik turunnya nilai perusahaan dipengaruhi oleh struktur kepemilikan.

Struktur kepemilikan sangat penting dalam menentukan nilai perusahaan. Struktur

kepemilikan saham dianggap penting untuk perusahaan dan diyakini

mempengaruhi kinerja perusahaan dalam mencapai maksimalisasi nilai

perusahaan karena berhubungan dengan kontrol yang mereka miliki dan juga

mampu menjelaskan komitmen pemilik untuk menyelamatkan perusahaan. Oleh

karena itu, struktur kepemilikan memiliki peran penting dalam menentukan nilai

perusahaan. Manager sebagai agen perusahaan memiliki tujuan yang berbeda,

terutama dalam hal meningkatkan kinerja individu dan kompensasi yang akan

diterima. Jika manajer perusahaan melakukan tindakan keegoisan dengan

mengabaikan kepentingan investor, akan menyebabkan runtuhnya harapan

investor tentang pengembalian atas investasi mereka (Faizal, 2004).

Hal ini dapat terjadi karena adanya asimetri informasi, di mana manajer lebih

mengetahui akan informasi internal dan prospek perusahaan di masa depan

dibandingkan dengan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.

Penyebab konflik antara manajer dan pemegang saham di antaranya pengambilan

keputusan yang terkait dengan kegiatan penggalangan dana (keputusan

pembiayaan) dan membuat keputusan tentang bagaimana dana yang dihimpun

diinvestasikan. Untuk menghindari kesempatan tindakan manajemen yang

merugikan pemegang saham dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu monitoring

dan ikatan. Monitoring dapat dilakukan oleh investor dari luar, sedangkan ikatan

adalah pembatasan yang dibuat oleh manajer sendiri dalam mengambil tindakan.

Dalam agency theory juga dijelaskan bahwa untuk meningkatkan pengawasan

93
atau monitoring perusahaan yakni dengan cara meningkatkan kepemilikan

institusional (Crutchley dan Hansen, 1986). Moh’d, et al (1998) dalam Wahyuni,

Ernawati dan Murhadi (2013) menyatakan bahwa distribusi saham antara

pemegang saham dari luar seperti institusional investor dapat mengurangi agency

cost. Dengan adanya investor institusional akan mendorong peningkatan

pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen

Apriada (2013) menyebutkan bahwa semakin tinggi kepemilikan

institusional maka akan semakin meningkatkan pengawasan pihak eksternal

terhadap perusahaan. Dengan adanya pengawasan pihak eksternal maka jalannya

perusahaan dapat lebih diawasi sehingga dapat mencapai tujuan. Nilai perusahaan

dapat meningkat jika institusi mampu menjadi alat monitoring yang efektif

(Slovin dan Sushka, 1993 dalam Indrayani, 2012). Hal ini didukung oleh Cruthley

et al., dalam Susanti (2015) yang menemukan bahwa pengawasan yang dilakukan

institusi mampu mensubstutisi biaya keagenan lain sehingga biaya keagenan

menurun dan nilai perusahaan meningkat.

Pernyataan tersebut didukung oleh temuan Rustendi (2008) dan Abu Kosim

(2014) serta Esther dan Danson (2014) yang menemukan hasil bahwa struktur

kepemilikan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil

penelitian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H6 : Struktur kepemilikan berpengaruh positifterhadap Nilai Perusahaan

2.4.1.7 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat didefinisikan sebagai upaya untuk Asses perusahaan

berdasarkan aset, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total

94
aset (Moelyadi, at al, 2014).Ukuran perusahaan akan sangat penting bagi investor

dan kreditor karena akan terkait dengan risiko investasi yang dilakukan.

Rachmawati dan Triatmoko (2007) menyebutkan bahwa total aset perusahaan

besar menunjukkan perusahaan memiliki arus kas yang baik atau positif, sehingga

dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka panjang. Hal ini juga

mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih baik menghasilkan

keuntungan dari perusahaan dengan total aset kecil.

Ukuran perusahaan akan menentukan pencapaian profitabilitas dan stabilitas,

akses yang lebih mudah ke pasar modal, dan biaya transaksi yang lebih kecil jika

dibandingkan dengan perusahaan kecil (Weston dan Copeland, 1992). Dalam

signaling theoryjuga dijelaskan bahwa besarnya ukuran perusahaan merupakan

sinyal bagi investordimana perusahaan dengan asset besar memiliki prospek yang

baikdimasa yang akan datang dan akan berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dimana

perusahaan yang memiliki ukuran yang besar menunjukkan perusahaan

mengalami perkembangan yang akan direspon positif oleh investor dan membuat

harga saham perusahaan meningkat sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan

(Hansen,2014).

Pernyataan tersebut sejalan dengan temuan Rasyid (2015), Moelyadi, at al

(2014), dan Sri Sofyaningsih dan Pancawati Hardiningsih (2011) yang

menemukan hasil bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap

nilai perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian diatas maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

95
H7 : Ukuran perusahaan berpengaruh positifterhadap Nilai Perusahaan

2.4.1.8 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan

Profitabilitas menurut Sartono (2001) adalah kemampuan perusahaan

memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal

sendiri. Rasio profitabilitas ini akan memberikan gambaran tentang tingkat

efektifitas pengelolaan perusahaan. Semakin tinggi profitabilitas berarti semakin

baik,karena kemakmuran pemilik perusahaan meningkat dengan semakin

tingginya profitabilitas. Ukuran profitabilitas dapat berbagai macam seperti : laba

operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi atau aktiva, dan tingkat

pengembalian ekuitas pemilik.

Berdasarkan signaling theory, profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek

perusahaan yang baik bahwa investor akan merespon positif dan akan

meningkatkan nilai perusahaan (Brigham dalam Sujoko, 2007).Sujoko dan

Soebiantoro (2007) juga menyatakan hal yang sama bahwa profitabilitas yang

tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang baik, sehingga investor akan

merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan akan meningkat.Hal tersebut

didasarkan karena perusahaanyang berhasil membukukanlaba yang meningkat,

mengindikasikan perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang baik, sehingga

dapat menciptakan sentimen positif para investor. Hal ini didukung oleh Wahyudi

(2011) yang berpendapat bahwa tingginya tingkat profitabilitas perusahaan dari

tahun ke tahun menunjukkan bahwa ada peningkatan laba bersih perusahaan

terkait, laba bersih yang tinggi mungkin menjadi salah satu indikasi bahwa nilai

96
perusahaan telah meningkat, karena tingginya tingkat laba bersih akan

mempengaruhi harga saham dan nilai perusahaan juga menjadi lebih tinggi.

Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian Rasyid (2015), dan Rizqia

(2013) yang menemukan bukti empiris bahwa profitabilitas memiliki pengaruh

positif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian diatas maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H8 : Profitabilitas berpengaruh positifterhadap Nilai Perusahaan

2.4.1.9 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan

Struktur modal merupakan ekspresi bagaimana sebuah perusahaan membiayai

total asetnya dan merupakan keputusan perusahaan untuk menentukan campuran

yang tepat antara ekuitas dan utang adalah keputusan strategis perusahaan yang

dihadapkan dengan banyak tantangan bagi perusahaan (Modugu, 2013). Struktur

modal dapat didefinisikan sebagai komposisi modal perusahaan yang dilihat dari

sumber tertentu yang menunjukkan porsi modal perusahaan yang berasal dari

sumber-sumber utang (kreditur) dan pada saat yang sama juga menunjukkan porsi

modal dari pemilik modal sendiri . Struktur modal sangat berpengaruh dalam

mencapai tujuan perusahaan untuk memaksimalkan laba pada investasi, sementara

itu juga dapat meminimalkan risiko. Dalam rangka untuk mencapai hasil yang

maksimal biaya harus minimal, termasuk biaya modal, sehingga perusahaan harus

mencari alternatif pembiayaan yang efisien untuk mencapai tujuan perusahaan,

pembiayaan yang efisien akan terjadi jika perusahaan memiliki struktur modal

yang optimal (Brigham dan Houston, 2006 dalam Rasyid, 2015).

97
Dalam agency theory disebutkan bahwa Efek Financial leverage dapat

digunakan sebagai alat monitoring perusahaan untuk menurunkan masalah

keagenan. Hal ini dapat meningkatkan nilai perusahaan karena masalah keagenan

dapat menjadi penghalang untuk meningkatkan nilai perusahaan (Jensen, 1986;).

Selain itu, leverage keuangan dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui

pengurangan pajak (Modigliani dan Miller, 1963). Dalam signaling theory (Fama

dan French, 1998) dan trade of theory (Modigliani dan Miller, 1963) juga

mengungkapkan bahwa peningkatan leverage keuangan pada titik optimal akan

meningkatkan nilai perusahaan.

Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian Rizqia (2013) dan Ela

Mahdaleta, at al (2016) yang menemukan bukti empiris bahwa struktur modal

memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian

diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H9 : Struktur modal berpengaruh positifterhadap Nilai Perusahaan

2.4.1.10 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan

Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervining.

Peningkatan nilai perusahaan dapat dicapai jika ada kerja sama antara

manajemen perusahaan dan pihak-pihak lain yang meliputi pemegang saham dan

pemangku kepentingan dalam membuat keputusan keuangan dengan tujuan

memaksimalkan modal kerja yang dimiliki. Munculnya isu tata kelola perusahaan

juga disebabkan oleh pemisahan antara kontrol kepemilikan perusahaan. Ini juga

merupakan isu penting dan kontroversial mengenai tata kelola perusahaan adalah

struktur kepemilikan saham terkait dengan peningkatan nilai perusahaan. Struktur

98
kepemilikan menjelaskan komitmen pemilik untuk menyelamatkan perusahaan

(Ward, 2006). Struktur kepemilikan menurut beberapa peneliti diyakini

mempengaruhi jalannya perusahaan, yang pada gilirannya mempengaruhi kinerja

perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan nilai

perusahaan. Hal ini disebabkan oleh adanya kontrol yang mereka miliki (Wahyudi

dan Pawestri, 2005). Naik turunnya nilai perusahaan dipengaruhi oleh struktur

kepemilikan. Struktur kepemilikan sangat penting dalam menentukan nilai

perusahaan. Dua aspek yang perlu diperhatikan adalah (1) konsentrasi

kepemilikan perusahaan oleh pihak luar (konsentrasi kepemilikan luar

perusahaan) dan (2) kepemilikan oleh perusahaan manajemen (konsentrasi

kepemilikan manajemen). Dalam agency theory disebutkan bahwa manager

sebagai agen perusahaan memiliki tujuan yang berbeda, terutama dalam hal

meningkatkan kinerja individu dan kompensasi yang akan diterima. Jika manager

perusahaan melakukan tindakan keegoisan dengan mengabaikan kepentingan

investor, itu akan menyebabkan runtuhnya harapan investor tentang pengembalian

atas investasi mereka (Faizal, 2004). Hal ini dapat terjadi karena adanya asimetri

informasi, di mana manajer lebih mengetahui akan informasi internal dan prospek

perusahaan di masa depan dibandingkan dengan pemegang saham dan pemangku

kepentingan. Penyebab konflik antara manajer dan pemegang saham di antaranya

pengambilan keputusan yang terkait dengan kebijakan dividen.

Kaitannya dengan pencapaiannilai perusahaan, dalam pelaksanaannya

manager dihadapkanpada kebijakan-kebijakan tentang pengelolaan keuangan

perusahaan diantaranya yakni kebijakan dividen.Kebijakan dividen merupakan

99
salah satu keputusan perusahaan yang dipengaruhi oleh struktur kepemilikan

perusahaan. Dalam agency theory disebutkan bahwa untuk mengurangi konflik

antara agen dan principal diantaranya adalah dengan meningkatkan kebijakan

dividen, fungsi dividen dapat digunakan untuk mengurangi masalah keagenan

(kontrol untuk mengecilkan konflik kepentingan dari pemegang saham dan

manajer) dalam suatu perusahaan hingga batas tertentu (Jensen, 1986). karena

pemegang saham cenderung memilih agar laba dibagikan kepada pemegang

sahamsedangkan manajer lebih memilih untuk mempertahankan pendapatan.

Tujuannya untuk mempertahankan laba, hanya untuk mempertahankan kontrol

yang lebih tinggi atas sumber daya.

Menurut Jensen (1986) manajer akan mulai menggunakan harta tersebut

untuk penggunaan pribadi mereka, jika mereka tidak membayar dividen kepada

pemegang saham. Kebijakan dividen tidak hanya mengurangi biaya agensi tetapi

juga memberikan informasi tentang penilaian perusahaan kepada pemegang

saham Dividen payout dapat dipengaruhi oleh struktur kepemilikan perusahaan.

Struktur kepemilikan memiliki peran penting untuk menentukan kompetensi pasar

dengan memberikan informasi tentang dua hal penting. Pertama akan membantu

bagi pemegang saham untuk tingkat diversifikasi risiko dan yang kedua adalah

bahwa, itu akan digunakan sebagai alat informasi untuk manajemen tentang

kemungkinan masalah keagenan. Untuk meminimalkan masalah keagenan,

setidaknya mengurangi biaya dan dampak pada nilai perusahaan,. Terjadinya

pemegang saham institusi besar dan kepemilikan manajerial diantisipasi untuk

mendukung kepentingan para pemegang saham dan manajer. Oleh karena itu,

100
salah satu bisa berharap bahwa struktur kepemilikan akan mempengaruhi resolusi

dividen perusahaan.

Kebijakkan dividen adalah salah satu dari empat keputusan perusahaan di

bidang keuangan. Kebijakkan dividen adalah salah satu kebijakan perusahaan

yang penting dalam lingkungan bisnis saat ini karena tidak hanya dari sudut

pandang perusahaan, tetapi juga dari pemegang saham, konsumen, karyawan,

badan pengawas dan Pemerintah. Untuk perusahaan, kebijakan dividen menjadi

penting karena dengan keputusan kebijakan ini, dapat mempengaruhi managemen

dalam mengambil keputusan untuk menjalankan kebijakan keuangan lainnya (Alii

et al., 1993 dalam Uwalomwa, 2012). Perusahaan yang berkomitmen untuk

membagikan dividen kepada para pemegang saham akan percaya bahwa

kebijakan dividen dapat mempengaruhi nilai harga saham perusahaan. Itu karena

dividen mencerminkan prospek perusahaan untuk mendapatkan keuntungan di

masa depan. Kebijakan dividen diharapkan untuk memberikan sinyal positif

mengenai kondisi perusahaan. Dengan demikian, kebijakan dividen dapat

meningkatkan nilai perusahaan (Dasilas et al, 2009, Mai, 2010).

Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Nafiiah (2016) yang menemukan

bukti empiris bahwa kebijakan dividen dapat memediasi antara struktur

kepemilikan dengan nilai perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian diatas maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H10 : Struktur kepemilikan berpengaruh positifterhadap Nilai Perusahaan

dengan kebijakan dividen sebagai varibel intervining.

101
2.4.1.11 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan

Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervining

Ukuran perusahaan akan sangat penting bagi investor dan kreditor karena akan

terkait dengan risiko investasi yang dilakukan. Rachmawati dan Triatmoko (2007)

menyebutkan bahwa total aset perusahaan besar ini menunjukkan perusahaan

memiliki arus kas yang baik atau positif, sehingga dianggap memiliki prospek

yang baik dalam jangka panjang. Hal ini juga mencerminkan bahwa perusahaan

relatif lebih stabil dan lebih baik dalam menghasilkan keuntungan dari pada

perusahaan dengan total aset kecil. Kebijakan perusahaan akan berimplikasi pada

prospek arus kas untuk masa depan.Ukuran perusahaan akan menentukan

pencapaian profitabilitas dan stabilitas, akses yang lebih mudah ke pasar modal,

dan biaya transaksi yang lebih kecil jika dibandingkan dengan perusahaan kecil

(Weston dan Copeland, 1992). Lloyd et al (1985) menunjukkan bahwa ukuran

perusahaan berperan untuk menjelaskan dividend payout ratio perusahaan. Akses

mudah ke berbagai pendanaan eksternal, profitabilitas dan stabilitas adalah

catatan yang dimiliki oleh perusahaan besar. Respon positif dari investor dapat

meningkatkan nilai perusahaan (Suranta dan Midiastuty, 2003 dalam Rizqia,

2013).

Weston dan Copeland (2010) menemukan bahwa perusahaan besar cenderung

memberikan tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan

kecil. Hal ini karena perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah untuk masuk

ke pasar modal. Kesempatan ini membuat perusahaan dapat membayar dividen

yang besar kepada pemegang saham. Dengan demikian, kebijakan dividen penting

102
untuk memenuhi harapan pemegang saham dengan tidak menghambat

pertumbuhan perusahaan. Dalam theory bird in the hand Dividen diterima pada

saat ini akan memiliki nilai lebih tinggi dari capital gain yang diterima di masa

depan, sehingga investor tidak bersedia untuk berspekulasi dan lebih memilih

dividen daripada capital gain (Prihantoro, 2003).

Gordon (1963) dan Lintner (1962) berpendapat bahwa tingkat keuntungan

yang disyaratkan oleh investor akan meningkat sebagai akibat peningkatan

pembayaran dividen. Investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan

berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gain. Gordon - Lintner

berpendapat bahwa dividen memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini

sejalan dengan penelitian Rasyid (2015) yang menemukan hasil bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen

sebagai variabel intervining. Berdasarkan hasil penelitian diatas maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H11 : Ukuran perusahaan berpengaruh positifterhadap Nilai Perusahaan

dengan kebijakan dividen sebagai varibel intervining.

2.4.1.12 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Dengan

Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervining

Nilai Dividen Perusahaan adalah bagian dari laba bersih perusahaan yang

dibagikan kepada pemegang saham. Profitabilitas yang lebih tinggi, arus kas

perusahaan yang lebih tinggi, dan perusahaan diharapkan untuk membayar

dividen lebih tinggi (Jensen et al, 1992, Abor dan Bokpin, 2010). Haruman (2008)

mengungkapkan bahwa peningkatan nilai perusahaan dapat menarik investor

103
untuk berinvestasi. Investor yang tertarik akan return (profitabilitas) yang lebih

tinggi. Weston dan Copelan (1995) mendefinisikan profitabilitas sebagai

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas yang lebih tinggi

dapat meningkatkan harga saham perusahaan.

Berdasarkan signaling theory Efek pembayaran dividen yang optimal dapat

dilihat sebagai sinyal profitabilitas dimasa depan (Bhattacharya, 1979).

Perusahaan yang mampu menghasilkan keuntungan yang stabil dan meningkat

dapat dilihat sebagai sinyal positif oleh investor terkait dengan kinerja perusahaan,

sehingga respon positif akan meningkatkan nilai perusahaan. Pembayaran dividen

yang lebih tinggi menunjukkan prospek yang lebih baik dari perusahaan sehingga

investor akan tertarik untuk membeli saham dan kinerja perusahaan pasar akan

meningkat.

Hal ini sejalan dengan penelitian Rasyid (2015), Rizqia (2013) dan Nafiiah

(2016) yang menemukan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap

nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel intervining.

Berdasarkan hasil penelitian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

H12 : Profitabilitas berpengaruh positifterhadap Nilai Perusahaan dengan

kebijakan dividen sebagai varibel intervining.

2.4.1.12 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan Dengan

Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervining

Struktur modal menyangkut aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh dana dan

menggunakan dana tersebut untuk mencapai tujuan perusahaan. Dana yang

104
dimiliki atau diperoleh perusahaan digunakan sebagai modal untuk menopang

kegiatan usahanya. Salah satu kebijakan pendanaan perusahaan adalah

penggunaan dana eksternal berupa hutang.Dalam packing order theory dijelaskan

bahwa peningkatan level hutang akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih

yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima.

Peningkatan utang akan menyebabkan risiko kebangkrutan perusahaan dan

manajer dapat kehilangan pekerjaannya sehingga lebih memotivasi manajer untuk

menggunakan arus kas secara efisien dan mengurangi tunjangan mereka

(Modigliani dan Miller, 1963). Selain itu, dengan utang yang tinggi, manajer

berada dibawah tekanan dari investasi proyek menguntungkan untuk

menghasilkan arus kas yang dapat digunakan untuk pembayaran periodik bunga

dan pokok (Nguyen, 2014).

Dengan demikian, leverage keuangan perusahaan yang lebih tinggi akan

semakin rendah kebijakan dividen perusahaan (Jensen et al., 1992), karena laba

perusahaan akan berkurang untuk membayar biaya modal atas hutang. Rendahnya

dividen memiliki dampak negative terhadap nilai perusahaan, hal ini didasarkan

bahwa efek pembayaran dividen yang optimal dapat dilihat sebagai sinyal

profitabilitas dimasa depan (Bhattacharya, 1979). Perusahaan yang mampu

menghasilkan keuntungan yang stabil dan meningkat dapat dilihat sebagai sinyal

positif oleh investor terkait dengan kinerja perusahaan, sehingga respon positif

akan meningkatkan nilai perusahaan.Tapi sebaliknya rendahnya dividen dianggap

investor sebagai sinyal negative atas kinerja perusahaan.

105
Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Mardasari (2014) yang

menyatakan bahwa terdapat pengaruh mediasi kebijakan dividen atas pengaruh

struktur modal terhadap nilai perusahaan.Tingginya hutang perusahaan

mengakibatkan menurunnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang

saham. Hal ini karena laba yang dihasilkan perusahaan akan lebih banyak

digunakan untuk membayar bunga dan pokok pinjaman kepada pihak kreditur

dibandingkan akan dibagikan dalam bentuk dividen kepada pemegang saham.

Rendahnya dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham akan

menurunkan nilaiperusahaan.Berdasarkan hasil penelitian diatas maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H13 : Struktur modal berpengaruh negative terhadap Nilai Perusahaan

dengan kebijakan dividen sebagai varibel intervining.

Berdasarkan pada hubungan antar variabel diatas dan juga beberapa hasil

penelitian yang mendasari pengambilan hipotesis maka kerangka pemikiran dalam

penelitian ini digambarkan dalam bentuk model penelitian sebagai berikut

106
Gambar 2.1

Kerangka Penelitian

Sumber : Moelyadi (2014), Rasyid (2015), Rizqia (2013), Mardasari (2014),

Bernandhi (2013)

2.4.1 Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan landasan pemikiran teoritis dan kerangka pemikiran yang ada,

maka hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

107
H1: Struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap kebijakan

dividen

H2: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen

H3: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen

H4: Struktur Modal berpengaruh negatifterhadap kebijakan dividen

H5: Kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan

H6: Struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap Nilai

Perusahaan

H7: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan

H8: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan

H9: Struktur modal berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan

H10: Struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap Nilaiperusahaan

dengankebijakan dividen sebagai variabel intervening

H11: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap Nilaiperusahaan

dengan kebijakan dividen sebagai variabel intervening

H12: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Nilaiperusahaan dengan

kebijakan dividen sebagai variabel intervening.

H13: Struktur modal berpengaruh positif terhadap Nilaiperusahaan

dengan kebijakan dividen sebagai variabel intervening

108
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Dalam bab ini membahas variabel penelitian dan definisi operasional.

Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas dimana terdapat hubungan antara

dua variabel atau lebih. Hubungan dalam penelitian ini merupakan hubungan

kausal yaitu sebab akibat, diamana ada variabel eksogen (bebas) yaitu variabel

yang mempengaruhi variabel endogen (terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada lima variabel yang terdiri dari

109
dua variabel endogen, empat variabel eksogen. Variabel endogennya yaitu nilai

perusahaan dan kebijakan dividen. Variabel eksogennya yaitu Struktur

Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan struktur Modal.

3.1.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi tentang

hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugyiono, 2010).Dalam penelitian

ini variabel yang digunakan terdiri dari atas tiga macam, yaitu variabel eksogen

(independent variable) atau variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono,2010),

variabel endogen (dependent variable) atau variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dan variabel mediasi (intervening

variable) atau variabel antara yang menghubungkan sebuah variabel independen

utama pada variabel dependen yang dianalisis (Ferdinand, 2006).

2.1.1.1 Variabel Endogen (Variabel Terikat)

Variabel endogen adalah variabel yang mempunyai anak panah menuju

kearah variabel tersebut. Variabel yang mancangkup di dalamnya adalah

mencangkup variabel perantara dan tergantung/terikat. Variabel perantara

endogen mempunyai anak panah yang menuju ke arahnya dan dari arah variabel

tersebut dalam suatu model diagram jalur, yang dijadikan variabel perantara

adalah Kebijakan dividen (Z). Sedangkan variabel tergantung/terikat mempunyai

anak panah yang menuju ke arahnya, yang dijadikan variabel tergantung/terikat

adalah nilai perusahaan (Y), (Kusumajaya, 2011).

110
2.1.1.2 Variabel Eksogen (Variabel Bebas)

Variabel-variabel eksogen dalam model jalur ialah semua variabel yang tidak

ada penyebab-penyebab eksplisitnya atau dalam diagram tidak ada anak-anak

panah menuju ke arahnya, selain pada bagian kesalahan pengukuran,

(Kusumajaya, 2011). Dalam penelitian ini yang dijadikan variabel eksogen

adalah: Struktur Kepemilikan (X1), Ukuran Perusahaan (X2), Profitabilitas (X3)

dan struktur Modal (X4).

2.1.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penjelasan definisi dari variabel yang telah

dipilih oleh peneliti. Definisi operasional dapat didasarkan pada satu atau lebih

sumber atau referensi, dengan disertai alasan yang mendasari penggunaan definisi

dimaksud. Setelah didefinisikan, variabel penelitian harus dapat diukur menurut

kaidah atau ukuran yang lazim diterima secara akademis.

3.1.2.1 Variabel Dependen

2.1.2.1.1 Price Book To Value (PBV)

Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu Price to Book Value (PBV),

PBV digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai

bukunya. Price book value (PBV), menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan

menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. PBV (Price

to Book Value) yang merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai

buku per lembar saham (Ang, 1997), menunjukkan nilai pasar saham lebih besar

dari nilai bukunya (overvalued) atau lebih kecil dari nilai bukunya (undervalued).

111
Satuan pengukuran PBV adalah dalam persentase yang dapat dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut (Kusumajaya, 2011) :

Harga Pasar per Lembar Saham


Nilai Perusahaan (PBV) = x 100%
Nilai Buku per Lembar Saham

2.1.2.2 Variabel Independen

2.1.2.2.1 Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan adalah perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki

oleh orang dalam (insider) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor

( Jahera dan Aurburn, 1996 ). Struktur kepemilikan dapat di ukur dengan indicator

Kepemilikan Institusional, Kepemilikan institusional merupakan proporsi

kepemilikan saham oleh investor institusi (Apriada, 2013). Menurut Asmawati

(2015) menyatakan bahwa kepemilikan institusional merupakan prosentase saham

yang dimiliki oleh pihak institusi perusahaan pada akhir tahun. Kepemilikan

institusional diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Kepemilikan Saham Institusi


Kepemilikan Institusional (KI) =
Total Saham Beredar

2.1.2.2.2 Ukuran Perushaan

Ukuran perusahaan dapat didefinisikan sebagai upaya untuk Asses perusahaan

berdasarkan aset, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan total aset rata-

rata (Moelyadi, at al, 2014). Sedangkan menurut Mulianti (2009) Ukuran

perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat

112
dinyatakan dengan total aktiva atau total penjualan bersih. Ukuran perusahaan

dapat di ukur dengan indicator sebagai berikut :

Total Aset = Ln Total Aset

2.1.2.2.3 Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.

Profitabilitas dapat di ukur dengan indicator sebagai Return on Assets (ROA),

Return On Assets (ROA)menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba

dari aktiva yang dipergunakan. Rumus ROA dapa dihitung sebagai berikut :

ROA = Laba Bersih


Total Aset

3.1.2.2.4 Struktur Modal

Menurut Kusumajaya (2011), struktur modal adalah perimbangan atau

perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Oleh

karena itu, struktur modal diukur dengan indicator sebagai Debt to equity ratio

(DER). DER merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat

penggunaan hutang terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan.

DER dihitung dengan rumus :

DER = Total Hutang


Total Ekuitas

3.1.2.4 Variabel Mediator

113
3.1.2.4.1 Kebijakan Dividen

Kebijakan deviden adalah kebijakan yang dikaitkan dengan penentuan apakah

laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang saham

sebagai deviden atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan (Sukirni, 2012).

Kebijakan dividen diukur dengan indikator sebagai DPR (Dividend Payout Ratio)

merupakan iktikat manajemen untuk membagi kinerjanya kepada para pemegang

saham (Hadi, 2013). Menurut Robert Ang (1997), Dividend Payout Ratio adalah

dividen per lembar saham dibagi laba per lembar saham. dividend payout ratio

adalah persentase pendapatan yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham

sebagai dividen kas. Rasio ini menunjukkan persentase laba perusahaan yang

dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk tunai.

Menurut Robert Ang (1997), deviden payout ratio dapat dihitung dengan :

DPR = Devidend Per Share


Earning Per Share

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka definisi operasional variabel yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu nilai perusahaan, struktur kepemilikan,

ukuran perusahaan, profitabilitas dan struktur modal serta kebijakan dividen

dapat diringkas pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1 Difinisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Konsep Operasional Variabel/


Penelitian Pengukuran Variabel
Variabel Dependen
Nilai Price book value (PBV),

114
Perusahaan menunjukkan tingkat Harga Per Lembar Saham
(PBV) kemampuan perusahaan Nilai Buku Per Lembar Saham
menciptakan nilai relatif PBV=
terhadap jumlah modal yang
diinvestasikan. PBV (Price to
Book Value) yang merupakan
perbandingan antara harga
saham dengan nilai buku per
lembar saham (Ang, 1997),
Variabel Independen

Struktur Struktur kepemilikan adalah


Kepemilikan perbandingan antara jumlah
saham yang dimiliki oleh
orang dalam (insider) dan
jumlah saham yang dimiliki KepemilikanSahamInstitusi
KI =
oleh investor ( Jahera dan Total Saham Beredar
Aurburn, 1996 ). Dalam
penelitian ini struktur
kepemilikan diukur dengan
kepemilikan institusional.
Ukuran Ukuran perusahaan
Perusahaan menggambarkan besar
(Size) kecilnya suatu perusahaan
yang dapat dinyatakan dengan
Total Aset = Ln Total Asset
total aktiva

Profitabilitas Profitabilitas menurut Sartono


(1997) adalah kemampuan
perusahaan memperoleh laba
\
dalam hubungan dengan
ROA= Laba Bersih .
penjualan, total aktiva maupun
Total Aset
modal sendiri.

Struktur Struktur modal merupakan


Modal ekspresi bagaimana sebuah
perusahaan membiayai total
asetnya dan merupakan

115
keputusan perusahaan
untukmenentukan campuran
yang tepat antara ekuitas dan
utang adalah keputusan
strategis perusahaan yang
Total Debt
dihadapkan denganbanyak
Total Equity
tantangan bagi perusahaan
(Modugu, 2013. Tolak ukur DER =
leverage, leverage dengan
angka dibawah 1.00,
mengindikasikan bahwa
perusahaan memiliki hutang
yang lebih kecil dari modal
(ekuitas) atau aset yang
dimilikinya.

Variabel Intervening
Kebijakan Kebijakan dividen
Dividen menyangkut tentang
penggunaan laba yang
menjadi hak para pemegang
saham. Pada dasarnya, laba
tersebut bisa dibagi sebagai
dividen atau ditahan untuk DPR = Dividen per share
diinvestasikan kembali. Earning Per Share
Dengan demikian
pertanyaannya seharusnya
kapan laba akan dibagi dan
kapan akan ditahan, dengan
tetap memperhatikan tujuan
perusahaan yaitu
meningkatkan nilai
perusahaan (Husnan, 2012).

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

116
Populasi adalah keseluruhan dan karakteristik atau unit hasil pengukuran

yang menjadi objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Ghozali 2011). Selama tahun

2011-2016 terdapat 148 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti. Pada penelitian ini

digunkan metode purposive sampling yang berarti penentuan sampel berdasarkan

kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah :

a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 6

tahun berturut-turut sejak tahun 2011-2016

b. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan selama 6 tahun berturut-

turut sejak tahun 2011-2016

c. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan dalam bentuk

Rupiah selama 5 tahun berturut– turut sejak tahun 2011-2016.

d. Perusahaan manufaktur yang membukukan laba positif berturut-turut.

e. Perusahaan yang membagikan dividen selama 6 tahun berturut-turut sejak

2011-2016.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder,

dimana data sekunder merupakan data-data yang diambil dari catatan atau sumber

lain yang telah ada sebelumnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

117
Indonesia (BEI) dengan pengambilan data dari ICMD ( Indonesian Capital Market

Direktory ) tahun 2011-2016 melalui situs internet www.idx.co.id.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian merupakan data sekunder. Data sekunder adalah

data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari

subyek penelitiannya.Data yang digunakan adalah data manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011 sampai 2016.

1. Studi Pustaka

Studi pustaka yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mencatat data dari laporan-laporan, catatan dan arsip-arsip yang ada di beberapa

sumber seperti BEI, perpustakaan, internet dan sumber lain yang relevan dengan

data yang dibutuhkan.

2. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan dengan cara melihat dan mencatat informasi data

yang diperoleh dari ICMD tahun 2011-2016.

3.5 Teknik Analisis

3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau

mendeskripsikan suatu data dalam variabel yang dilihat dari nilai rata-rata (mean),

minimum, maksimum dan standar deviasi (Ghozali, 2011). Statistika deskriptif

adalah statistika untuk menggambarkan atau mendeskripsikan data menjadi

sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah dipahami.

3.5.2 Analisis Jalur

118
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model kausalitas atau

hubungan pengaruh. Untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

maka teknik analisis yang digunakan adalah analisis jalur atau path analysis yang

dioperasikan melalui program AMOS. Permodelan penelitian melalui Analisis

Jalur memungkinkan seorang peneliti dapat menjawab pertanyaan penelitian yang

cukup kompleks.

Analisis jalur digunakan untuk analisis karena model lebih kompleks

dibanding regresi linier berganda namun masing-masing variable adalah

merupakan variable terukur (observed variable).

Kebijakan Dividen = b1 SK + b2 SIZE +b3 Profit + b4 SM + e1

Nilai Perusahaan = b5SK + b6 SIZE +b7Profit + b8KD + e2

Keterangan :

SK : Struktur kepemilikan

Size ; Ukuran Perusahaan

Profit : Profitabilitas

SM : Struktur modal

KD : Kebijakan dividen

Pada penelitian ini , Ferdinand, (2006) menyarankan agar menggunakan

matriks varians/kovarians pada saat pengujian teori sebab varians/kovarians lebih

memenuhi asumsi metodologi dimana standard error yang dilaporkan

menunjukkan angka yang lebih akurat dibandingkan dengan matriks korelasi

(dimana dalam matriks korelasi rentang yang umum berlaku adalah (0 s/d  1) .

119
Program komputer yang digunakan sebagai untuk mengestimasi model adalah

program AMOS dengan menggunakan teknik maximum likelihood estimation.

3.5.2.1 Asumsi-asumsi Analisis Jalur

1. Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011). Model yang baik adalah

memiliki distribusi normal. Untuk mendeteksi apakah variabel berdistribusi

normal atau tidak yaitu dengan analisis rasio skewness dan Kurtosis. Nilai rasio

skewness dan Kurtosis yang lebih kecil dari 2,58 menunjukkan data yang

terdistribusi normal.

2. Outliers

Outlier merupakan data-data ekstrim yang terdapat dalam data. Untuk

mendeteksi keberadaan data outlier dapat diuji dengan nilai jarak Mahalanbonis

Distance. Nilai jarak Mahalanobis distance yang lebih besar dari nilai c2 dngan df

= jumlah variabel pada taraf 0,1% menunjukkan sebagai data outlier

3. Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan

yang sempurna antara variabel-variabel bebas dalam model. Multikolinearitas

dapat dideteksi dari determinan matriks kovarians. Apabila nilai nya yang sangat

kecil (extremelly small) memberikan indikasi adanya problem multikolinearitas

dan singularitas. Multikolinieritas diuji dengan menggunakan nilai detetminan

kovariance matriks sampel. Jika nilainya tidak 0 maka tidak menunjukkan adanya

multikolinieritas.

120
3.5.2.2. Mengevaluasi kriteria Goodness-of-fit

Pada langkah ini dilakukan evaluasi terhadap kesesuaian model melalui

telaah terhadap berbagi kriteria Goodness-of-fit, Pengukuran yang paling

mendasar adalah likehood ratio chi-square statistic. Model yang diuji akan

dipandang baik apabila nilai chi-squarenya rendah karena chi-square yang

rendah /kecil dan tidak signifikanlah yang diharapkan agar hipotesis nol sulit

ditolak dan dasar penerimaan adalah probabilitas dengan cut-off value sebesar p 

0,05 (Ferdinand, 2006) .

3.5.2.3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis digunakan untuk menguji setiap hipotesis yang ada dengan

menggunakan uji statistik yang tepat. Penelitian ini adalah uji statistik C.R. Hasil

pengujian tersebut akan menentukan apakah hipotesis yang diajukan dapat

diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis menggunakan uji statistik C.R bertujuan

untuk membuktikan apakah variabel bebas berpengaruh secara signifikan atau

tidak signifikan terhadap variabel terikatnya (Ghozali, 2011). Uji statistik CR juga

digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen

secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen.

Taraf signifikasi adalah batas toleransi dalam menerima kesalahan dari

hasil hipotesis terhadap nilai parameter populasinya. Tingkat kepercayaan yang

digunakan adalah 95% atau taraf signifikan 5% (λ= 0,05) dengan kriteria

pengambilan sebagai berikut:

121
a. Apabila p value ≤ 0,05 maka mampu menolak H 0 atau dengan kata lain

hipotesis alternatif diterima, artinya bahwa variabel independen secara parsial

atau individu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dependen.

b. Apabila p value > 0,05, maka tidak mampu menolak H 0 atau dengan kata lain

hipotesis alternatif tidak dapat diterima, artinya bahwa variabel independen

secara parsial atau individu tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependen.

3.5.2.4. Uji Mediasi

Variabel intervening merupakan variabel antara atau mediating, fungsinya

memediasi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

Dalam contoh hubungan antara struktur kepemilkan dengan Nilai Perusahaan di

mediasi oleh variabel kebijakan dividen. Jadi kebijakan dividen sebagai

intervening atau kalau digambarkan seperti di bawah ini :

Gambar 3.2

Model Analisis Jalur (Path Analysis)

Kebijakan dividen

β1 β3

e
Struktur Kepemilikan β2 Nilai perusahaan

β1 x β3 > β2

122
Dalam gambar dapat dijelaskan bahwa struktur kepemilikandapat

berpengaruh langsung terhadap Nilai Perusahaan, tetapi dapat juga pengaruhnya

tidak langsung yaitu lewat variabelkebijakan dividen lebih dahulu baru ke Nilai

Perusahaan. Untuk menguji pengaruh variabel intervening digunakan metode

analisis jalur (Path Analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis

regresi linear berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi

untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model kasual) yang telah

ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. Analisis jalur sendiri tidak dapat

menentukan hubungan sebab-akibat dan juga tidak dapat digunakan sebagai

substitusi bagi peneliti untuk melihat hubungan kausalitas antar variabel.

Hubungan kausalitas antar variabel telah dibentuk dengan model berdasarkan

landasan teoritis. Apa yang dapat dilakukan oleh analisis jalur adalah menentukan

pola hubungan antara tiga atau lebih variabel dan tidak dapat digunakan untuk

mengkonfirmasi atau menolak hipotesis kausalitas imajiner.

Rumusan matematisnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pengaruh langsung struktur kepemilikan ke nilai perusahaan = β2

Pengaruh tak langsung SK ke KD ke NP = β1 x β3

Total pengaruh (korelasi SK ke NP) =β2+(β1x β3)

Koefisien jalur adalah standardized koefisien regresi. Korelasi jalur

dihitung dengan membuat dua persamaan struktural yaitu persamaan regresi yang

menunjukkan hubungan yang dihipotesiskan.

123
3.5.2.5. Sobel Test

Sobel test menghendaki asumsi jumlah sampel besar dan nilai koefisien

mediasi berdistribusi normal. Menurut Ghozali, (2011) pada sampel kecil yang

distribusi umumnya tidak normal, bahkan koefisien mediasi merupakan hasil

perkalian koefisien dua variabel biasanya distribusinya menceng positif sehingga

symetric confidence interval berdasarkan pada asumsi normalitas akan

menghasilkan underpower test mediasi. Perhitungan sobel test melalui standard

error, perhitungan Standar error dari koefisien indirect effect (Sp2p3)

Sp2p3 = p32 Sp22 + p22 Sp32 + Sp22 Sp32

Berdasarkan hasil Sp2p3 maka dapat dihitung nilai t statistik pengaruh

mediasi dengan rumus sebagai berikut:

p2p3
t=
Sp2p3

Jika nilai t hitung lebih besar dari t tabel dengan tingkat signifikansi 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa koefisien mediasi signifikan yang berarti ada

pengaruh mediasi.

124
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Sampel

Sampel perusahaan dalam penelitian ini merupakan data cross section dari

26 perusahaan manufaktur periode tahun 2011 – 2016 sehingga didapatkan

sampel data sebesar 156. Selanjutnya sejumlah data tersebut digunakan untuk

125
menganalisis data dan pengujian hipotesis. Sebelum membahas pengujian

hipotesis, secara deskriptif data akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai kondisi

masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

4.2. Statistik Deskriptif

Pada penelitian ini menggunakan data dalam bentuk pooled cross

sectional. Penelitian dilakukan pada periode 2011-2016 dalam periode tersebut

didapatkan data sampel sebanyak 156, yang secara deskriptif akan dijelaskan

perkembangan dan kondisi perusahaan masing-masing variabel untuk setiap

periode.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur Kepemilikan

(kepemilikan institusional), Ukuran Perusahaan (Size), Profitabilitas (ROA), ,

Struktur Modal (DER) sebagai variabel independen (variabel bebas) serta

Kebijakan dividen (DPR) sebagai variabel intervening (mediasi) dan Nilai

Perusahaan (PBV) sebagai variabel dependen (Variabel terikat). Data variabel

diambil dari laporan keuangan tahunan yang diperoleh dari BEI.

Berikut ini adalah penjelasan deskriptif mengenai masing-masing variabel

tersebut :.

Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

INST 156 .15 .98 .6999 .17063


SIZE 156 25.31 33.20 29.0737 1.83437
PROFIT 156 .02 .66 .1495 .10710
DER 156 .11 3.03 .5720 .41467
DPR 156 .02 1.72 .4456 .29899
PBV 156 .41 47.27 4.6749 6.73185

126
Valid N (listwise) 156
Sumber : Data sekunder yang diolah

Berdasarkan hasil uji deskriptif pada tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa

terdapat 156 data yang digunakan dalam penelitian ini. Dari hasil analisis

deskriptif dapat dijelaskan bahwa pada Nilai perusahaan (PBV) menunjukkan

nilai minimum sebesar 0.41 yang dimiliki PT Trias Sentosa Tbk (TRST) tahun

2013. Nilai maksimum sebesar 47.27 pada PT Multi Bintang Indonesia,Tbk

(MLBI) tahun 2012, dengan nilai rata-rata (Mean) sebesar 4.6749 dan nilai

standar deviasi 6.73185. Hasil ini menunjukkan nilai standar deviasi nilai

perusahaan (PBV) lebih besar dari nilai rata- ratanya (Mean). Hal ini

mengindikasikan bahwa adanya nilai yang kurang baik, hal tersebut karena

standar deviasi yang mencerminkan penyimpangan dari data variabel tersebut

cenderung tinggi karena lebih besar dari nilai rata-ratanya (Mean).

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa struktur kepemilikan (INST) menunjukkan

nilai minimum sebesar 0.15 yang dimiliki PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM)

tahun 2016. Nilai maksimum sebesar 0.98 pada PT HM Sampoerna,Tbk (HMSP)

tahun 2011-2016, dengan nilai rata-rata (Mean) sebesar 0.6999 dan nilai standar

deviasi 0.17063. Hasil ini menunjukkan nilai standar deviasi struktur kepemilikan

lebih kecil dari nilai rata- ratanya (Mean). Hal ini menunjukkan bahwa jarak

simpangan data sampel tidak terlalu jauh, hal tersebut mengindikasi bahwa nilai

struktur kepemilikan cukup baik.

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa ukuran perusahaan (Size) menunjukkan nilai

minimum sebesar 25.31 yang dimiliki PT Lionmesh Prima Tbk (LMSH) tahun

2011. Nilai maksimum sebesar 33.20 pada PT Astra International,Tbk (ASII)

127
tahun 2016, dengan nilai rata-rata (Mean) sebesar 29.0737 dan nilai standar

deviasi 1.83437. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai standar deviasi ukuran

perusahaan lebih kecil dari nilai rata- ratanya (Mean). Hal ini menunjukkan bahwa

jarak simpangan data sampel tidak terlalu jauh, hal tersebut mengindikasi bahwa

nilai data ukuran perusahaan cukup baik.

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa profitabilitas (ROA) menunjukkan nilai

minimum sebesar 0.02 yang dimiliki PT Trias Sentosa Tbk (TRST) tahun 2015.

Nilai maksimum sebesar 0.66 pada PT Multi Bintang Indonesia,Tbk (MLBI)

tahun 2013, dengan nilai rata-rata (Mean) sebesar 0.1495 dan nilai standar deviasi

0.10710. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai standar deviasi profitabilitas lebih

kecil dari nilai rata- ratanya (Mean). Hal ini menunjukkan bahwa jarak simpangan

data sampel tidak terlalu jauh, hal tersebut mengindikasi bahwa nilai data

profitabilitas cukup baik.

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa struktur modal (DER) menunjukkan nilai

minimum sebesar 0.11 yang dimiliki PT Madom Indonesia Tbk (TCID) tahun

2011. Nilai maksimum sebesar 3.03 pada PT Multi Bintang Indonesia,Tbk

(MLBI) tahun 2014, dengan nilai rata-rata (Mean) sebesar 0.5720 dan nilai

standar deviasi 0.41467. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai standar deviasi

struktur modal lebih kecil dari nilai rata- ratanya (Mean). Hal ini menunjukkan

bahwa jarak simpangan data sampel tidak terlalu jauh, hal tersebut mengindikasi

bahwa nilai data struktur modal cukup baik.

128
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa kebijakan dividen (DPR) menunjukkan nilai

minimum sebesar 0.02 yang dimiliki PT Lionmesh Prima Tbk (LMSH) tahun

2012. Nilai maksimum sebesar 1.72 pada PT Merck,Tbk (MERK) tahun 2012,

dengan nilai rata-rata (Mean) sebesar 0.4456 dan nilai standar deviasi 0.29899.

Hasil ini menunjukkan bahwa nilai standar deviasi kebijakan dividen lebih besar

dari nilai rata- ratanya (Mean). Hal ini menunjukkan bahwa jarak simpangan data

sampel terlalu jauh, hal tersebut mengindikasi bahwa nilai data kebijakan dividen

kurang baik.

4.3. Pengujian

4.3.1 Uji Kualitas Data

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

perlu dilakukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu. Yang terdiri sebagai

berikut:

4.3.1.1 Uji Normalitas Data

Pengujian ini dilakukan dengan mengamati nilai skewness data yang

digunakan, apabila nilai CR pada skewness data berada pada rentang antara + 2.58

atau berada pada tingkat signifikansi 0.01 ( 1%) dapat disimpulkan bahwa tidak

ada bukti data yang digunakan mempunyai sebaran yang tidak normal. Hasil

pengujian normalitas data ditampilkan pada Tabel 4.3

Tabel 4.3
Normalitas Data

129
Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.
13.03
DER .108 3.029 2.557 9.954 25.378
6
10.28
PROFIT .016 .657 2.017 5.581 14.229
3
33.19
SIZE 25.308 .257 1.309 -.756 -1.928
9
INST .145 .982 -.449 -2.287 -.344 -.877
DPR .023 1.718 1.531 7.805 3.030 7.724
47.26 20.56
PBV .411 4.032 19.203 48.957
9 0
Multivariate 52.449 33.430
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2017

Evaluasi normalitas dilakukan dengan menggunakan kriteria critical ratio

skewness value dan kurtosis value, menunjukkan bahwa secara univariate variabel

DER, profitabilitas, kepemilikan institusional, DPR dan PBV masih tidak

berdistribusi normal. Demikian dengan uji normalitas secara multivariate juga

tidak menujukkan data yang normal. Maka diperlukan transformasi data dengan

menggunakan logaritma natural (Ln) terlebih dahulu pada variabel profitabilitas,

DER, DPR dan PBV, selanjutnya mengeluarkan data-data outlier jika masih

belum berdistribusi normal. Berikut adalah hasil uji normalitas setelah dilakukan

transformasi data :

Tabel 4.3
Normalitas Data
Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.
LNDER -2.223 1.108 .191 .970 -.189 -.480
-
LNPROF -4.106 -.420 -.405 .626 1.586
2.052
SIZE 25.308 33.199 .276 1.398 -.760 -1.925
INST .145 .982 -.433 - -.343 -.869

130
Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.
2.192
-
LNDPR -3.122 .541 -.439 .312 .790
2.222
LNPBV -.890 3.856 .433 2.192 .295 .747
Multivariat
2.339 1.481
e
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2017

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa evaluasi normalitas yang dilakukan

setelah transformasi dengan menggunakan kriteria critical ratio skewness value

dan kurtosis value, menunjukkan bahwa sewua variable secara univariate sudah

berdistribusi normal (CR < 2,58). Demikian pula uji normalitas secara

multivariate juga belum menujukkan data yang normal (CR < 2,58).

4.3.1.2 Evaluasi atas Outlier

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang

terlihat sangat berbeda dengan data lainnya dan muncul dalam bentuk nilai

ekstrim (Hair, et al., 1995 dalam Ghozali, 2005). Deteksi terhadap Multivariate

Outliers dilakukan dengan memperhatikan nilai mehalanobis distance. Jarak

Mahalanobis (Mahalanobis Distance) untuk tiap-tiap observasi dapat dihitung dan

akan menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam

sebuah ruang multidimensional.

Tabel 4.4
Uji multivariate outlier

131
Observation
Mahalanobis d-squared p1 p2
number
17 19.947 .003 .354
143 19.515 .003 .096
44 17.780 .007 .089
96 17.582 .007 .028
151 16.995 .009 .015
120 16.734 .010 .006
130 16.554 .011 .002
146 13.517 .036 .183
104 12.026 .061 .608
106 12.023 .061 .476
94 11.948 .063 .381
68 11.903 .064 .286
148 11.235 .081 .487
107 11.122 .085 .432
122 10.560 .103 .628
132 9.863 .131 .867
19 9.843 .131 .812
49 9.745 .136 .786
75 9.635 .141 .766
113 9.486 .148 .769
127 9.209 .162 .836
101 9.174 .164 .791
70 9.032 .172 .799
116 8.952 .176 .777
7 8.950 .176 .708
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2017

Untuk menghitung mahalanobis distance berdasarkan nilai chi-square

pada derajad bebas sebesar 6 (jumlah variabel) pada tingkat p < 0.001 adalah

2(6,0.001) = 22,457 (berdasarkan tabel distribusi 2 ). Dari hasil pengolahan data

dapat diketahui bahwa jarak Mahalanobis terbesar adalah 19,947 yang masih

berada di bawah batas maksimal Multivariate Outliers.

4.3.1.3 Evaluasi atas Multikolineritas dan Singularitas

132
Pengujian data selanjutnya adalah untuk melihat apakah terdapat

multikolineritas dan singularitas dalam sebuah kombinasi variabel. Untuk

mengetahui adanya multikolineritas dan singularitas dapat diketahui melalui nilai

determinan matriks covarians yang benar-benar kecil, atau mendekati nol. Dari

hasil pengolahan data nilai determinan matriks covarians sample adalah :

Determinant of sample covariance matrix = 0,001

Dari hasil pengolahan data tersebut dapat diketahui nilai determinant of

sample covariance matrix tidak berada pada angka nol. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa data penelitian yang digunakan tidak menunjukkan adanya

gejala multikolineritas atau singularitas yang tinggi.

Selain itu multikolinieritas dapat diuji dengan menggunakan nilai korelasi

antar variable.

Tabel 4.5
Korelasi antar Variabel
LNDP
LNDER LNPROF SIZE INST LNPBV
R
LNDER 1.000
LNPROF -.125 1.000
SIZE .240 -.032 1.000
INST -.048 .254 -.143 1.000
LNDPR .111 .234 .197 .153 1.000
LNPBV .191 .778 .214 .295 .535 1.000
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2017

Nilai korelasi antar variabel menunjukkan lebih kecil dari 0,90 untuk

setiap hubungan. Hal ini menunjukkan tidak adanya masalah multikolinieritas

dalam model.

4.3.1.4 Uji Goodness of Fit Model

133
Uji Goodness of fit test digunakan untuk melakukan pengujian kemaknaan

model dalam menjelaskan hubungan antar variabel sebagaimana yang

dihipotesiskan. Berikut adalah tabel hasil uji goodness of fit test. Waluyo (2016)

menyatakan untuk pengujian Goodness of Fit Model evaluasi pertama yang

digunakan yakni dengan uji chi-square dan fit index. Chi – square tergantung pada

ukuran sampel, maka diperlukan beberapa indeks kesesuaian dan kecukupan

model yang tidak sensitif terhadap ukuran sampel. Indeks – indeks tersebut

adalah GFI, AGFI, CMIN/DF, TLI, CFI dan RMSEA. Berikut adalah ringkasan

pengambilan keputusan untuk uji chi-square dan fit index.

Tabel 4.6
Goodness of Fit Indices
Goodness of
Cut – Off Value
Fit Indices
X2 Chi Square Diharapkan Kecil
Probabilitas ≥ 0,05
CMIN/DF ≤ 3,00
RMSEA ≤ 0,08
GFI ≥ 0,90
AGFI ≥ 0,90
TLI ≥ 0,90
CFI ≥ 0,95
Sumber : Waluyo (2016) dan Arbuckle (1997)

Berikut ini adalah hasil evaluasi dari Goodness of Fit Indices model penelitian :

Gambar 4.6
Hasil Uji Model

134
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2017

Berdasarkan pada hasil uji goodness of fit model test pada Gambar 4.6

menunjukkan bahwa nilai chi-square sebesar 5.270 dengan nilai degree of

freedom (df) sebesar 3 pada tingkat probabilitas sebesar 0.05 didapatkan nilai

tabel chi-square sebesar 2(3,0.05) = 7.814 dengan nilai sig probabilitas 0.153.

Selanjutnya evaluasi model dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.7
Hasil Goodness of Fit Indices

135
Goodness of
Cut – Off Value Hasil Evaluasi Model
Fit Indices
X2 Chi Square < 7.814 5.27 Baik
Probabilitas ≥ 0,05 0.153 Baik
CMIN/DF ≤ 3,00 3 Baik
RMSEA ≤ 0,08 0.07 Baik
GFI ≥ 0,90 0.989 Baik
AGFI ≥ 0,90 0.92 Baik
TLI ≥ 0,95 0.905 Baik
CFI ≥ 0,95 0.981 Baik
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2017

Berdasarkan pada tabel 4.7 menunjukkan hasil model yang sudah baik

sehingga dapat dilakukan pada pengujian selanjutnya.

4.3.1.5 Analisis Jalur

Untuk menguji pengaruh variabel intervening dapat menggunakan metode

analisis jalur. Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi untuk

menilai hubungan kausalitas antar variabel yang telah ditetapkan sebelumnya

berdasarkan teori. Analisis jalur sendiri tidak dapat menentukan hubungan sebab

akibat dan juga tidak dapat digunakan sebagai substitusi bagi peneliti untuk

melihat hibungan kausalitas antar variabel. Hubungan kausalitas dibentuk dengan

model berdasarkan pada landasan teoritis. Analisis jalur menentukan pola

hubungan antara tiga variabel atau lebih dan dapat digunakan untuk

mengkonfirmasi atau menolak hipotesis kausalitas imajiner (Imam Ghozali,2013).

Dengan adanya model yang sudah fit maka pengujian parameter

sebagaimana yang dihipotesiskan dapat diinterpretasikan. Hasil pengujian

parameter diperoleh sebagai berikut :

Tabel 4.7
Regression Weight Model Jalur

136
Estimat
S.E. C.R. P Label
e
LNDP
<--- INST .524 .326 1.608 .108 par_1
R
LNDP
<--- SIZE .075 .030 2.464 .014 par_2
R
LNDP
<--- LNPROF .220 .081 2.717 .007 par_3
R
LNDP
<--- LNDER .105 .087 1.203 .229 par_4
R
LNPB
<--- LNDER .329 .056 5.920 *** par_5
V
LNPB
<--- INST .546 .209 2.610 .009 par_6
V
LNPB
<--- LNDPR .421 .051 8.177 *** par_7
V
LNPB
<--- SIZE .073 .020 3.711 *** par_8
V
LNPB
<--- LNPROF 1.005 .053 19.018 *** par_9
V
Sumber : Data sekunder yang diolah

Keterangan: *** Menunjukkan Signifikansi 0,000

Model persamaan struktural berdasarkan hasil tersebut dapat ditulis sebagai

berikut :

LnDPR = 0,524 INST + 0,075 SIZE + 0,220 LnPROF + 0.105 LnDER + z

LnPBV = 0.546 INST + 0,073 SIZE + 1,005 LnPROF + 0,329 LnDER +

0.421 LnDPR + z1

Berdasarkan persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Hubungan koefisien kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen

(DPR) diperoleh sebesar 0,524. Hal ini berarti bahwa peningkatan

kepemilikan institusional dari perusahaan maka akan berpotensi

meningkatkan kebijakan dividen (DPR).

137
b. Hubungan koefisien Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap kebijakan

dividen (DPR) diperoleh sebesar 0,075. Hal ini berarti bahwa peningkatan

asset perusahaan dari perusahaan akan berpotensi meningkatkan kebijakan

dividen (DPR

c. Hubungan koefisien Profitabilitas (ROA) terhadap kebijakan dividen

(DPR) diperoleh sebesar 0,220. Hal ini berarti bahwa peningkatan

Profitablitas (ROA) dari perusahaan berpotensi meningkatkan kebijakan

dividen (DPR).

d. Hubungan koefisien struktur modal (DER) terhadap kebijakan dividen

(DPR) diperoleh sebesar 0,105. Hal ini berarti bahwa peningkatan struktur

modal (DER) dari perusahaan berpotensi meningkatkan kebijakan dividen

(DPR).

e. Hubungan koefisien kebijakan dividen (DPR) terhadap Nilai Perusahaan

(PBV) diperoleh sebesar 0,421. Hal ini berarti bahwa peningkatan

kebijakan dividen (DPR) dari perusahaan dapat berpotensi meningkatkan

Nilai Perusahaan (PBV).

f. Hubungan koefisien kepemilikan institusional terhadap Nilai Perusahaan

(PBV) diperoleh sebesar 0,546. Hal ini berarti bahwa peningkatan

kepemilikan institusional dari perusahaan dapat berpotensi meningkatkan

Nilai Perusahaan (PBV).

g. Hubungan koefisien Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap Nilai Perusahaan

(PBV) diperoleh sebesar 0,073. Hal ini berarti bahwa peningkatan asset

138
perusahaan dari perusahaan berpotensi meningkatkan Nilai Perusahaan

(PBV).

h. Hubungan koefisien profitabilitas (ROA) terhadap Nilai Perusahaan (PBV)

diperoleh sebesar 1,005. Hal ini berarti bahwa peningkatan profitabilitas

(ROA) dari perusahaan berpotensi menurunkan Nilai Perusahaan (PBV).

i. Hubungan koefisien Struktur Modal (DER) terhadap Nilai Perusahaan

(PBV) diperoleh sebesar 0,329. Hal ini berarti bahwa peningkatan Struktur

Modal (DER) dari perusahaan berpotensi meningkatkan Nilai Perusahaan

(PBV).

4.3.2 Pengujian Hipotesis

1. Pengaruh Struktur Kepemilikan (INST) terhadap Kebijakan Dividen

(DPR)

Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan

bahwa kepemilikan intitusional memiliki pengaruh positif tidak signifikan

terhadap DPR, hal ini ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 0.1608 < 2 dan nilai

signifikasi sebesar 0.108 > 0.05. Hal ini berarti hipotesis pertama (H1) yang

menyatakan bahwa struktur kepemilikan yang diukur menggunakan kepemilikan

institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen (DPR)

ditolak.

2. Pengaruh Ukuran Perusahaan (Size) terhadap Kebijakan Dividen (DPR)

Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan

bahwa size memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap DPR, hal ini

139
ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 2.464 > 2 dan nilai signifikasi sebesar 0.014

< 0.05. Hal ini berarti hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa ukuran

perusahaan yang diukur menggunakan size berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kebijakan dividen (DPR) diterima.

3. Pengaruh Profitabilitas (ROA) terhadap Kebijakan Dividen (DPR)

Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan

bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap DPR, hal

ini ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 0.2717 > 2 dan nilai signifikasi sebesar

0.007 < 0.05. Hal ini berarti hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan bahwa

profitabilitas perusahaan yang diukur menggunakan ROA berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kebijakan dividen (DPR) diterima.

4. Pengaruh Struktur Modal (DER) terhadap Kebijakan Dividen (DPR)

Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan

bahwa DER memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap DPR, hal ini

ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 1.203 < 2 dan nilai signifikasi sebesar 0.229

> 0.05. Hal ini berarti hipotesis keempat (H4) yang menyatakan bahwa struktur

modal perusahaan yang diukur menggunakan DER berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kebijakan dividen (DPR) ditolak.

5. Pengaruh Kebijakan Dividen (DPR) terhadap Nilai Perusahaan (PBV)

Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan

bahwa DPR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PBV, hal ini

ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 8.177 > 2 dan nilai signifikasi sebesar 0.000

< 0.05. Hal ini berarti hipotesis kelima (H5) yang menyatakan bahwa kebijakan

140
dividen perusahaan yang diukur menggunakan DPR berpengaruh positif dan

signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV) diterima.

6. Pengaruh Struktur Kepemilikan (INST) terhadap Nilai Perusahaan

(PBV)

Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan

bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap PBV, hal ini ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 2.610 > 2 dan nilai

signifikasi sebesar 0.009 < 0.05. Hal ini berarti hipotesis keenam (H6) yang

menyatakan bahwa struktur kepemilikan perusahaan yang diukur menggunakan

kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan (PBV) diterima.

7. Pengaruh Ukuran Perusahaan (Size) terhadap Nilai Perusahaan (PBV)

Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan

bahwa size memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PBV, hal ini

ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 3.711 > 2 dan nilai signifikasi sebesar 0.000

< 0.05. Hal ini berarti hipotesis ketujuh (H7) yang menyatakan bahwa ukuran

perusahaan yang diukur menggunakan size berpengaruh positif dan signifikan

terhadap nilai perusahaan (PBV) diterima.

8. Pengaruh Profitabilitas (ROA) terhadap Nilai Perusahaan (PBV)

Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan

bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PBV, hal

ini ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 19.018 > 2 dan nilai signifikasi sebesar

0.000 < 0.05. Hal ini berarti hipotesis kedelapan (H8) yang menyatakan bahwa

141
profitabilitas perusahaan yang diukur menggunakan ROA berpengaruh positif dan

signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV) diterima.

9. Pengaruh Struktur Modal (DER) terhadap Nilai Perusahaan (PBV)

Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan

bahwa DER memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PBV, hal ini

ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 5.920 > 2 dan nilai signifikasi sebesar 0.000

< 0.05. Hal ini berarti hipotesis kesembilan (H9) yang menyatakan bahwa struktur

modal perusahaan yang diukur menggunakan DER berpengaruh positif dan

signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV) diterima.

10. Pengaruh Mediasi Kebijakan Dividen (DPR) terhadap hubungan antara

Struktur Kepemilikan (INST) dengan Nilai Perusahaan (PBV)

Dari hasil uji sobel test menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 1.577.

Nilai tersebut lebih kecil dibanding t tabel pada taraf 5% yaitu +1,65. Hal ini

berarti bahwa Kebijakan Dividen (DPR) tidak dapat memediasi pengaruh struktur

kepemilikan (INST) terhadap Nilai perusahaan (PBV).

11. Pengaruh Mediasi Kebijakan Dividen (DPR) terhadap hubungan antara

Ukuran Perusahaan (Size) dengan Nilai Perusahaan (PBV)

Dari hasil uji sobel test menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 2.392. Nilai

tersebut lebih besar dibanding t tabel pada taraf 5% yaitu +1,65. Hal ini berarti

bahwa Kebijakan Dividen (DPR) dapat memediasi pengaruh ukuran perusahaan

(Size) terhadap Nilai perusahaan (PBV).

142
12. Pengaruh Mediasi Kebijakan Dividen (DPR) terhadap hubungan antara

Profitabilitas (ROA) dengan Nilai Perusahaan (PBV)

Dari hasil uji sobel test menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 2.579. Nilai

tersebut lebih besar dibanding t tabel pada taraf 5% yaitu +1,65. Hal ini berarti

bahwa Kebijakan Dividen (DPR) dapat memediasi pengaruh profitabilitas (ROA)

terhadap Nilai perusahaan (PBV).

13. Pengaruh Mediasi Kebijakan Dividen (DPR) terhadap hubungan antara

Struktur Modal (DER) dengan Nilai Perusahaan (PBV)

Dari hasil uji sobel test menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 1.194. Nilai

tersebut lebih kecil dibanding t tabel pada taraf 5% yaitu +1,65. Hal ini berarti

bahwa Kebijakan Dividen (DPR) tidak dapat memediasi pengaruh struktur modal

(DER) terhadap Nilai perusahaan (PBV).

Tabel 4.7.1

Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Penelitian

No HIPOTESIS HASIL KEPUTUSAN

1 Struktur kepemilikan( INST) Positif (+) Tidak Terbukti

berpengaruh positif terhadap Tidak Signifikan

Kebijakan Dividen (DPR) (0,108)

2 Ukuran Perusahaan (SIZE) Positif (+) Terbukti

berpengaruh positif terhadap Signifikan

Kebijakan Dividen (DPR) (0,014)

143
No HIPOTESIS HASIL KEPUTUSAN

3 Profitabilitas (ROA) Positif (+) Terbukti

berpengaruh positif terhadap Signifikan

Kebijakan Dividen (DPR) (0,007)

4 Struktur Modal (DER) Positif (+) Tidak Terbukti

berpengaruh positif terhadap Tidak Signifikan

Kebijakan Dividen (DPR) (0,229)

5 Kebijakan Dividen (DPR) Positif (+) Terbukti

berpengaruh positif terhadap Signifikan

Nilai Perusahaan (PBV) (0,000)

6 Struktur kepemilikan( INST) Positif (+) Terbukti

Ukuran Perusahaan (SIZE) Signifikan

berpengaruh positif terhadap (0,009)

Nilai Perusahaan (PBV)

7 Ukuran Perusahaan (SIZE) Positif (+) Terbukti

berpengaruh positif terhadap Signifikan (0,000)

Nilai Perusahaan (PBV)

8 Profitabilitas (ROA) Positif (+) Terbukti

berpengaruh positif terhadap Signifikan (0,000)

Nilai Perusahaan (PBV)

9 Struktur Modal (DER) Positif (+) Terbukti

berpengaruh positif terhadap Signifikan (0,000)

Nilai Perusahaan (PBV)

144
No HIPOTESIS HASIL KEPUTUSAN

10 Pengaruh mediasi kebijakan Nilai t hitung < t Tidak Terbukti

dividen (DPR) terhadap tabel ( 1,577 <

hubungan antara struktur +1,65)

kepemilikan (INST) dengan

Nilai Perusahaan (PBV)

11 Pengaruh Mediasi kebijakan Nilai t hitung > t Terbukti

dividen (DPR) terhadap tabel ( 2,392 >

hubungan antara Ukuran +1,65)

Perusahaan (Size) dengan Nilai

Perusahaan (PBV)

12 Pengaruh Mediasi kebijakan Nilai t hitung > t Terbukti

dividen (DPR) terhadap tabel ( 2,579 >

hubungan antara profitabilitas +1,65)

(ROA) dengan Nilai Perusahaan

(PBV)

13 Pengaruh Mediasi kebijakan Nilai t hitung < t Tidak Terbukti

dividen (DPR) terhadap tabel ( 1,194 >

hubungan antara struktur modal +1,65)

(DER) dengan Nilai Perusahaan

(PBV)

145
4.3.3 Koefisien determinasi (R2)

Dalam penelitian ini analisis koefisien determinasi dilakukan dengan

tujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan

variasi variabel independen.

Tabel 4.8
Koefisien Determinasi (Squared Multiple Correlations)
Estimate
LNDPR .132
LNPBV .825
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2017

Berdasarkan tabel diatas, nilai koefisien determinasi (R Square) untuk

varianel LnDPR adalah 0,132. Hal ini berarti bahwa 13,2% kebijakan dividen

(DPR) dapat dijelaskan oleh kepemilikan institusional, SIZE, ROA dan DER,

sedangkan sisanya sebesar 86,8% DPR dapat dipengaruhi oleh variabel lain

diluar model.

Berdasarkan tabel diatas, nilai koefisien determinasi (R Square) untuk

varianel LnPBV adalah 0,825. Hal ini berarti bahwa 82,5% nilai perusahaan PBV

dapat dijelaskan oleh kepemilikan institusional, SIZE, ROA dan DER serta DPR,

sedangkan sisanya sebesar 17,5% PBV dapat dipengaruhi oleh variabel lain

diluar model.

4.3.4 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung

Model penelitian ini mengembangkan penggunaan variable DPR sebagai

pemediasi pengaruh kepemilikan institusional, SIZE, ROA dan DER terhadap

PBV.

146
4.3.4.1 Analisis Jalur Kepemilikan Institusional (INST) terhadap PBV

dengan DPR sebagai variabel intevening

Pengaruh langsung diperoleh dari nilai beta kepemilikan institusional

terhadap PBV, sedangkan pengaruh tidak langsung diperoleh dengan mengalikan

pengaruh Variabel kepemilikan institusional terhadap DPR dengan pengaruh

variabel DPR terhadap PBV adalah sebagai berikut:

Pengaruh Langsung INST terhadap PBV =0.546

Pengaruh Tidak Langsung melaui DPR = 0,524 X 0,421 = 0,220604

0,524 DPR 0,421

INST 0.546 PBV

4.3.4.1 Analisis Jalur Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap PBV dengan DPR

sebagai variabel intevening

Pengaruh langsung diperoleh dari nilai beta SIZE terhadap PBV,

sedangkan pengaruh tidak langsung diperoleh dengan mengalikan pengaruh

Variabel SIZE terhadap DPR dengan pengaruh variabel DPR terhadap PBV

adalah sebagai berikut:

Pengaruh Langsung SIZE terhadap PBV =0.073

Pengaruh Tidak Langsung melaui DPR = 0,075 X 0,421 = 0,031575

0,075 DPR 0,421

SIZE 0.073 PBV

147
4.3.4.1 Analisis Jalur Profitabilitas (ROA) terhadap PBV dengan DPR

sebagai variabel intevening

Pengaruh langsung diperoleh dari nilai beta ROA terhadap PBV,

sedangkan pengaruh tidak langsung diperoleh dengan mengalikan pengaruh

Variabel ROA terhadap DPR dengan pengaruh variabel DPR terhadap PBV

adalah sebagai berikut:

Pengaruh Langsung ROA terhadap PBV = 1.005

Pengaruh Tidak Langsung melaui DPR = 0,220 X 0,421 = 0,09262

0,220 DPR 0,421

ROA 1.005 PBV

4.3.4.1 Analisis Jalur Struktur Modal (DER) terhadap PBV dengan DPR

sebagai variabel intevening

Pengaruh langsung diperoleh dari nilai beta DER terhadap PBV,

sedangkan pengaruh tidak langsung diperoleh dengan mengalikan pengaruh

Variabel DER terhadap DPR dengan pengaruh variabel DPR terhadap PBV

adalah sebagai berikut:

Pengaruh Langsung DER terhadap PBV = 0.329

Pengaruh Tidak Langsung melaui DPR = 0,105 X 0,421 = 0,044205

0,105 DPR 0,421

DER 0.329 PBV

148
Dari hasil path analisys diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut ini :

Tabel 4.9
Hasil Pengaruh langsung dan tidak langsung
Pengaruh Pengaruh Keterangan
Langsung Tidak
Langsung
INST 0.524 0.2206 Pengaruh Tidak Langsung

SIZE 0.073 0.0315 Pengaruh Langsung

ROA 1.005 0.0926 Pengaruh Langsung

DER 0.329 0.0442 Pengaruh Langsung

4.3.5 Uji Mediasi (Uji Sobel)

Pengujian pengaruh tidak langsung dapat diuji dengan uji Sobel dengan

software calculate sobel test

(http://www.danielsoper.com/statcalc/calculator.aspx?id=31) sebagai berikut :

4.3.5.1 Uji Mediasi pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap PBV

melalui DPR

Tabel 4.10
Uji pengaruh tidak lansung INST terhadap PBV melalui DPR
Koef SE

INST ---> LnDPR 0.524 0.326

LnDPR --- > LnPBV 0.421 0.051

Berikut adalah hasil calculate sobel test pengaruh kepemilikan institusional

terhadap PBV melalui DPR.

149
Gambar 4.3

Uji Sobel Test Kepemilikan Institusional Terhadap PBV Melalui DPR.

Keterangan :

A = Koefisien Institusional terhadap LnDPR

B = Koefisien LnDPR terhadap LnPBV

SEA = SE Institusional terhadap LnDPR

SEB = SE LnDPR terhadap LnPBV

Berdasar hasil kalkulasi sobel test diatas menunjukkan bahwa nilai t hitung

sebesar 1.5777. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan t tabel pada taraf

5% sebesar +1.65. Hal ini berarti bahwa Kebijakan dividen tidak dapat memediasi

pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan.

150
4.3.5.2 Uji Mediasi pengaruh SIZE terhadap PBV melalui DPR

Tabel 4.10
Uji pengaruh tidak lansung INST terhadap PBV melalui DPR
Koef SE

SIZE ---> LnDPR 0.075 0.030

LnDPR --- > LnPBV 0.421 0.051

Berikut adalah hasil calculate sobel test pengaruh SIZE terhadap PBV

melalui DPR.

Gambar 4.3

Uji Sobel Test SIZE Terhadap PBV Melalui DPR.

151
Keterangan :

A = Koefisien SIZE terhadap LnDPR

B = Koefisien LnDPR terhadap LnPBV

SEA = SE SIZE terhadap LnDPR

SEB = SE LnDPR terhadap LnPBV

Berdasar hasil kalkulasi sobel test diatas menunjukkan bahwa nilai t hitung

sebesar 2.3296. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan t tabel pada taraf

5% sebesar +1.65. Hal ini berarti bahwa Kebijakan dividen dapat memediasi

pengaruh size terhadap nilai perusahaan.

4.3.5.3 Uji Mediasi pengaruh Profitabilitas terhadap PBV melalui DPR

Tabel 4.10
Uji pengaruh tidak lansung ROA terhadap PBV melalui DPR
Koef SE

LnROA ---> LnDPR 0.220 0.081

LnDPR --- > LnPBV 0.421 0.051

Berikut adalah hasil calculate sobel test pengaruh ROA terhadap PBV

melalui DPR.

152
Gambar 4.3

Uji Sobel Test ROA Terhadap PBV Melalui DPR.

Keterangan :

A = Koefisien LnROA terhadap LnDPR

B = Koefisien LnDPR terhadap PBV

SEA = SE LnROA terhadap LnDPR

SEB = SE LnDPR terhadap LnPBV

Berdasar hasil kalkulasi sobel test diatas menunjukkan bahwa nilai t hitung

sebesar 2.5799. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan t tabel pada taraf

153
5% sebesar +1.65. Hal ini berarti bahwa Kebijakan dividen dapat memediasi

pengaruh ROA terhadap nilai perusahaan.

4.3.5.4 Uji Mediasi pengaruh Struktur Modal terhadap PBV melalui DPR

Tabel 4.10
Uji pengaruh tidak lansung DER terhadap PBV melalui DPR
Koef SE

LnDER ---> LnDPR 0.105 0.087

LnDPR --- > LnPBV 0.421 0.051

Berikut adalah hasil calculate sobel test pengaruh DER terhadap PBV

melalui DPR.

Gambar 4.3

Uji Sobel Test DER Terhadap PBV Melalui DPR.

Keterangan :

154
A = Koefisien LnDER terhadap LnDPR

B = Koefisien LnDPR terhadap PBV

SEA = SE LnDER terhadap LnDPR

SEB = SE LnDPR terhadap LnPBV

Berdasar hasil kalkulasi sobel test diatas menunjukkan bahwa nilai t hitung

sebesar 1.194200. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan t tabel pada taraf

5% sebesar +1.65. Hal ini berarti bahwa Kebijakan dividen tidak dapat memediasi

pengaruh DER terhadap nilai perusahaan.

4.3.6 Pembahasan

4.3.6.1 Pengaruh Struktur Kepemilikan (INST) terhadap Kebijakan Dividen

(DPR)

Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan

bahwa kepemilikan intitusional memiliki pengaruh positif tidak signifikan

terhadap DPR, hal ini ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 0.1608 < 2 dan nilai

signifikasi sebesar 0.108 > 0.05. Hal ini berarti hipotesis pertama (H1) yang

menyatakan bahwa struktur kepemilikan yang diukur menggunakan kepemilikan

institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen (DPR)

ditolak.

Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh

investor institusi (Apriada, 2013). Sedangkan kebijakan dividen Menurut Weston

dan Copeland, 1991 dalam Martati (2010) adalah keputusan apakah laba diperoleh

perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk

155
dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di

masa yang akan datang. Tidak signifikannya kepemilikan institusional terhadap

kebijakan dividen dimungkinkan adanya sudut pandang investor institusi yang

berbeda, dimana sebagian investor institusi menginginkan dividen yang dibagikan

lebih besar untuk kesejahteraannya saat ini sedangkan disisi lain investor institusi

menginginkan bahwa sebagian besar laba ditahan guna untuk pembiayaan

investasi dengan harapan bahwa laba dimasa yang akan datan lebih besar dan

kesejahteraannya juga lebih besar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Firmanda (2015) yang

menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan

terhadap kebijakan dividen. Hal ini berarti hasil penelitian ini tidak mendukung

agency theory yang menjelaskan bahwa kebijakan dividen dapat menekan asimetri

informasi antara principel dengan agen.

4.3.6.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan (Size) terhadap Kebijakan Dividen

(DPR)

Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan

bahwa size memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap DPR, hal ini

ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 2.464 > 2 dan nilai signifikasi sebesar 0.014

< 0.05. Hal ini berarti hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa ukuran

perusahaan yang diukur menggunakan size berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kebijakan dividen (DPR) diterima.

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang

dapat dinyatakan dengan total aktiva atau total penjualan bersih (Mulianti, 2009).

156
Sedangkan kebijakan dividen Menurut Weston dan Copeland, 1991 dalam Martati

(2010) adalah keputusan apakah laba diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan

dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk

menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Ukuran

perusahaan adalah tingkat untuk menunjukkan perkembangan perusahaan dalam

bisnis (Rizqia, 2013). Ukuran perusahaan dianggap mampu mempengaruhi

kebijakan dividen, Perusahaan besar pada umumnya memiliki kekuatan finansial

yang lebih besar dalam menunjang kinerja perusahaan. Dalam Teori sinyal juga

dijelaskan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan

memberikan sinyal pada pasar, sehingga pasar diharapkan dapat membedakan

perusahaan dengan kualitas perusahaan yang baik atau buruk. Size yang besar

memudahkan perusahaan dalam masalah pendanaan.

Berdasarkan pada analisis deskriptif menunjukkan bahwa data sampel

perusahaan yang ukuran perusahaannya diatas rata-rata memiliki rata-rata DPR

sebesar 0.46, sedangkan data sampel perusahaan yang ukuran perusahaannya

dibawah rata-rata semua sampel memiliki rata-rata DPR sebesar 0.43. Hal ini

menunjukkan bahwa besar kecilnya ukuran perusahaan memiliki pengaruh

terhadap kebijakan dividen. Rachmawatidan Triatmoko (2007) menyebutkan

bahwa total aset perusahaan besar ini menunjukkan perusahaan memiliki arus kas

yang baik atau positif, sehingga dianggap memiliki prospek yang baik dalam

jangka panjang. Hal ini juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil

dan lebih baik menghasilkan keuntungan dari perusahaan dengan total aset kecil.

Temuan ini sejalan dengan gagasan Syed & Wasim (2011) bahwa ukuran

157
perusahaan berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen. Weston dan

Copeland (2010) menemukan bahwa perusahaan besar cenderung memberikan

tingkat dividen yang lebih tinggi dari perusahaan kecil. Pernyataan tersebut juga

sejalan dengan hasil penelitian Sisca (2008), Abdul Rasyid, at al (2015),

Christopher Maladjian (2014) dan firmanda (2015) yang menemukan hasil bahwa

ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

4.3.6.3 Pengaruh Profitabilitas (ROA) terhadap Kebijakan Dividen (DPR)

Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan

bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap DPR, hal

ini ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 0.2717 > 2 dan nilai signifikasi sebesar

0.007 < 0.05. Hal ini berarti hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan bahwa

profitabilitas perusahaan yang diukur menggunakan ROA berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kebijakan dividen (DPR) diterima.

Profitabilitas menurut Sartono (2001) adalah kemampuan perusahaan

memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal

sendiri. Sedangkan Dividen perusahaan adalah bagian dari laba bersih perusahaan

yang dibagikan kepada pemegang saham. Profitabilitas perusahaan merupakan

salah satu cara yang digunakan sebagai penilaian secara tepat sejauh mana tingkat

pengembalian yang akan didapat atas aktivitas investasi yang dilakukan. Sesuai

dengan signalling theory yang menyatakan bahwa pembayaran dividen

merupakan “sinyal” bagi investor bahwa perusahaan memperkirakan peningkatan

laba di masa mendatang. Peningkatan profitabilitas yang secara terus menerus

158
dalam jangka panjang menandakan bahwa perusahaan tersebut mengalami

pertumbuhan yang dapat dikatakan cukup pesat tiap periodenya

Berdasarkan pada analisis deskriptif menunjukkan bahwa data sampel

perusahaan yang profitabilitasnya diatas rata-rata memiliki rata-rata DPR sebesar

0.58, sedangkan data sampel perusahaan yang profitabilitasnya dibawah rata-rata

dari semua sampel, memiliki rata-rata DPR sebesar 0.36. Hal ini berarti

perusahaan dengan profit tinggi cenderung membagikan dividen yang tinggi pula

dan sebaliknya perusahaan yang tingkat profitnya rendah cenderung membagikan

dividen yang kecil pula. Temuan tersebut senada dengan pernyataan (Jensen et al,

1992) Semakin tinggi profitabilitas berarti semakin baik, karena kemakmuran

pemilik perusahaan meningkat dengan semakin tingginya profitabilitas.

Profitabilitas yang lebih tinggi, arus kas perusahaan yang lebih tinggi, dan

perusahaan diharapkan untuk membayar dividen lebih tinggi. Serta didukung oleh

penelitian Rizqia (2013), Moelyadi, at al (2014) dan Rasyid (2015) yang

menemukan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kebijakan dividen.

4.6.3.4 Pengaruh Struktur Modal (DER) terhadap Kebijakan Dividen (DPR)

Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan

bahwa DER memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap DPR, hal ini

ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 1.203 < 2 dan nilai signifikasi sebesar 0.229

> 0.05. Hal ini berarti hipotesis keempat (H4) yang menyatakan bahwa struktur

modal perusahaan yang diukur menggunakan DER berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kebijakan dividen (DPR) ditolak.

159
Struktur modal merupakan ekspresi bagaimana sebuah perusahaan membiayai

total asetnya dan merupakan keputusan perusahaan untuk menentukan campuran

yang tepat antara ekuitas dan utang adalah keputusan strategis perusahaan yang

dihadapkan dengan banyak tantangan bagi perusahaan (Modugu, 2013).

Hubungan struktur modal dengan kebijakan dividen didasarkan pada teori

keagenan, di mana upaya perusahaan untuk meminimalkan masalah keagenan

dapat dilakukan dengan mekanisme ikatan untuk meningkatkan jumlah utang atau

meningkatkan dividen (Jensen dan Meckling, 1976). Namun, leverage keuangan

tidak berpengaruh pada kebijakan dividen. Hal ini menunjukkan bahwa

perusahaan tidak menggunakan mekanisme ikatan untuk mengurangi masalah

keagenan. Kendala keuangan tidak mempengaruhi keputusan dividen perusahaan.

Itu karena perusahaan dapat terus membagikan dividen jika dividen masa depan

dibayar dari keuntungan yang diperoleh setelah penandatanganan perjanjian

pinjaman, dan modal kerja bersih tidak di bawah jumlah yang ditentukan (Weston

dan Copeland, 1992).

Temuan ini tidak mendukung teori keagenan yang mendasari hubungan dalam

kebijakan leverage dan dividen keuangan (Jensen et al., 1992). Namun temuan ini

mendukung hasil penelitian Rizky Budi Mardasari (2014) dan Rizqia at al (2013)

yang menyatakan bahwa struktur modal tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap kebijakan dividen.

4.6.3.5 Pengaruh Kebijakan Dividen (DPR) terhadap Nilai Perusahaan

(PBV)

160
Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan

bahwa DPR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PBV, hal ini

ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 8.177 > 2 dan nilai signifikasi sebesar 0.000

< 0.05. Hal ini berarti hipotesis kelima (H5) yang menyatakan bahwa kebijakan

dividen perusahaan yang diukur menggunakan DPR berpengaruh positif dan

signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV) diterima.

Kebijakan dividen adalah kebijakan yang dibuat perusahaan dalam

menentukan berapa banyak dari keuntungan harus dibayarkan kepada pemegang

saham dan berapa banyak yang harus ditahan kembali dalam perusahaan (Weston

dan Brigham, 1981 dalam Sheisarvian, 2015). Dalam Bird in the Hand Theory

disebutkan oleh Lintner (1956) dan telah didukung oleh berbagai peneliti

termasuk (Gordon, 1963). Teori ini beranggapan bahwa investor memandang

suatu burung di tangan lebih berharga dari pada seribu burung di udara. Karena

ketidakpastian dari arus kas masa depan, investor akan sering cenderung memilih

dividen dari pada laba ditahan. Hal ini disebabkan tingginya tingkat

ketidakpastian yang berkaitan dengan capital gain dan dividen yang dibayarkan di

masa depan. Dividen saat ini lebih mudah diprediksi dari pada capital gain, karena

harga saham ditentukan oleh kekuatan pasar dan bukan oleh manajer (Keown,

Martin, Petty & Scott, 2007; Gordon, 1963).

Berdasarkan pada analisis deskriptif menunjukkan bahwa data sampel

perusahaan yang tingkat dividennya diatas rata-rata memiliki rata-rata PBV

sebesar 6.18, sedangkan data sampel perusahaan yang tingkat dividennya dibawah

rata-rata dari semua sampel memiliki rata-rata PBV sebesar 2.96. Hal ini berarti

161
tinggi rendahnya dividen akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Perusahaan

dengan DPR tinggi cenderung meningkatkan nilai perusahaan begitu juga

sebaliknya. Temuan ini juga mendukung signaling theory oleh Lintner (1956)

mengungkapkan bahwa harga saham perusahaan biasanya mengalami perubahan

ketika pembayaran dividen. Karena dividen menyediakan “isi informasi” yang

dapat mempengaruhi harga pasar saham. Bhattacharya, (1979) menyatakan bahwa

dividen dapat berfungsi sebagai sinyal arus kas masa depan yang diharapkan.

Peningkatan dividen menunjukkan bahwa manajer mengharapkan arus kas yang

lebih tinggi di masa depan. teori ini didasarkan pada asumsi bahwa investor luar

memiliki informasi yang tidak sempurna mengenai arus kas masa depan

perusahaan dan keuntungan modal. Asumsi lain yang penting adalah bahwa

dividen dikenakan pajak pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan

capital gain.

Efek pembayaran dividen yang optimal dapat dilihat sebagai sinyal

profitabilitas di masa depan (Bhattacharya, 1979). Perusahaan yang mampu

menghasilkan keuntungan yang stabil dan meningkat dapat dilihat sebagai sinyal

positif oleh investor terkait dengan kinerja perusahaan, sehingga respon positif

akan meningkatkan nilai perusahaan. Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil

penelitian Rasyid (2015) dan Rizqia (2013) yang menemukan bukti bahwa

kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

4.6.3.6 Pengaruh Struktur Kepemilikan (INST) terhadap Nilai Perusahaan

(PBV)

162
Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan

bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap PBV, hal ini ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 2.610 > 2 dan nilai

signifikasi sebesar 0.009 < 0.05. Hal ini berarti hipotesis keenam (H6) yang

menyatakan bahwa struktur kepemilikan perusahaan yang diukur menggunakan

kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan (PBV) diterima.

Struktur kepemilikan saham adalah perbandingan antara jumlah saham yang

dipegang oleh pihak internal atau manajemen perusahaan (kepemilikan insider),

dan jumlah saham yang dimiliki oleh pihak eksternal atau investor (kepemilikan

luar). Hubungan antara manajer dan pemegang saham dalam teori keagenan

digambarkan sebagai hubungan antara agen dan principal, di mana perusahaan

(principal) menyediakan kepercayaan terhadap manajer (agen) untuk mengelola

perusahaan (Rasyid, 2015). Struktur kepemilikan menurut beberapa peneliti

diyakini mempengaruhi jalannya perusahaan, yang pada gilirannya mempengaruhi

kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan, yaitu memaksimalkan

nilai perusahaan. Hal ini disebabkan oleh adanya kontrol yang mereka miliki

(Wahyudi dan Pawestri, 2005).

Berdasarkan pada analisis deskriptif menunjukkan bahwa data sampel

perusahaan yang prosentase kepemilikan institusionalnya diatas rata-rata memiliki

rata-rata PBV sebesar 6.18, sedangkan data sampel perusahaan yang prosentase

kepemilikan institusionalnya dibawah rata-rata dari semua sampel memiliki rata-

rata PBV sebesar 2.96. Hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya prosentase

163
kepemilikan institusional memiliki pengaruh terhadap naik turunnya nilai

perusahaan. Hal ini dimungkinkan karena kepemilikan institusional bertindak

sebagai pengawas dan control terhadap tindakan manajemen yang dapat

merugikan perusahaan. Temuan ini mendukung agency theory yang menjelaskan

bahwa untuk meningkatkan pengawasan atau monitoring perusahaan yakni

dengan cara meningkatkan kepemilikan institusional (Crutchley dan Hansen,

1986).

Apriada (2013) menyebutkan bahwa semakin tinggi kepemilikan

institusional maka akan semakin meningkatkan pengawasan pihak eksternal

terhadap perusahaan. Dengan adanya pengawasan pihak eksternal maka jalannya

perusahaan dapat lebih diawasi sehingga dapat mencapai tujuan. Nilai perusahaan

dapat meningkat jika institusi mampu menjadi alat monitoring yang efektif

(Slovin dan Sushka, 1993 dalam Indrayani, 2012). Hal ini didukung oleh Cruthley

et al., dalam Susanti (2015) yang menemukan bahwa pengawasan yang dilakukan

institusi mampu mensubstutisi biaya keagenan lain sehingga biaya keagenan

menurun dan nilai perusahaan meningkat. Pernyataan tersebut didukung oleh

temuan Rustendi (2008) dan Abu Kosim (2014) serta Esther dan Danson (2014)

yang menemukan hasil bahwa struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap

nilai perusahaan.

4.6.3.7 Pengaruh Ukuran Perusahaan (Size) terhadap Nilai Perusahaan

(PBV)

Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan

bahwa size memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PBV, hal ini

164
ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 3.711 > 2 dan nilai signifikasi sebesar 0.000

< 0.05. Hal ini berarti hipotesis ketujuh (H7) yang menyatakan bahwa ukuran

perusahaan yang diukur menggunakan size berpengaruh positif dan signifikan

terhadap nilai perusahaan (PBV) diterima.

Ukuran perusahaan dapat didefinisikan sebagai upaya untuk Asses perusahaan

berdasarkan aset, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total

aset (Moelyadi, at al, 2014).Ukuran perusahaan akan sangat penting bagi investor

dan kreditor karena akan terkait dengan risiko investasi yang dilakukan.

Rachmawati dan Triatmoko (2007) menyebutkan bahwa total aset perusahaan

besar menunjukkan perusahaan memiliki arus kas yang baik atau positif, sehingga

dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka panjang. Hal ini juga

mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih baik menghasilkan

keuntungan dari perusahaan dengan total aset kecil. Ukuran perusahaan akan

menentukan pencapaian profitabilitas dan stabilitas, akses yang lebih mudah ke

pasar modal, dan biaya transaksi yang lebih kecil jika dibandingkan dengan

perusahaan kecil (Weston dan Copeland, 1992).

Berdasarkan pada analisis deskriptif menunjukkan bahwa data sampel

perusahaan yang total asetnya diatas rata-rata memiliki rata-rata PBV sebesar

4.80, sedangkan data sampel perusahaan yang total asetnya dibawah rata-rata dari

semua sampel memiliki rata-rata PBV sebesar 4.59. Hal ini menunjukkan bahwa

besarnya asset yang dimiliki perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan,

begitu juga sebaliknya kecilnya asset yang dimiliki perusahaan juga dapat

menurunkan nilai perusahaan. Hal ini dimungkinkan perusahaan dengan asset

165
yang besar dipandang lebih stabil keuangannya, dan lebih mampu menghasilkan

keuntungan yang tinggi. Temuan ini mendukung signaling theory yang

menyatakan bahwa besarnya ukuran perusahaan merupakan sinyal bagi investor

dimana perusahaan dengan asset besar memiliki prospek yang baik dimasa yang

akan datang dan akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.Ukuran perusahaan

berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dimana perusahaan yang memiliki ukuran

yang besar menunjukkan perusahaan mengalami perkembangan yang akan

direspon positif oleh investor dan membuat harga saham perusahaan meningkat

sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan (Hansen,2014).

Pernyataan tersebut sejalan dengan temuan Rasyid (2015), Moelyadi, at al

(2014), dan Sri Sofyaningsih dan Pancawati Hardiningsih (2011) yang

menemukan hasil bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap

nilai perusahaan.

4.6.3.8 Pengaruh Profitabilitas (ROA) terhadap Nilai Perusahaan (PBV)

Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan

bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PBV, hal

ini ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 19.018 > 2 dan nilai signifikasi sebesar

0.000 < 0.05. Hal ini berarti hipotesis kedelapan (H8) yang menyatakan bahwa

profitabilitas perusahaan yang diukur menggunakan ROA berpengaruh positif dan

signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV) diterima.

Profitabilitas menurut Sartono (2001) adalah kemampuan perusahaan

memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal

sendiri. Rasio profitabilitas ini akan memberikan gambaran tentang tingkat

166
efektifitas pengelolaan perusahaan. Semakin tinggi profitabilitas berarti semakin

baik, karena kemakmuran pemilik perusahaan meningkat dengan semakin

tingginya profitabilitas. Berdasarkan pada analisis deskriptif menunjukkan bahwa

data sampel perusahaan yang tingkat profitnya diatas rata-rata memiliki rata-rata

PBV sebesar 9.14, sedangkan data sampel perusahaan yang tingkat profitnya

dibawah rata-rata dari semua sampel memiliki rata-rata PBV sebesar 2.17 yang

berarti bahwa tingginya perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dan

sebaliknya. Hal ini dimungkinkan karena profit yang tinggi merupakan tujuan

utama perusahaan, dengan profit yang tinggi akan menarik minat investor

berinvestasi diperusahaan sehingga harga saham akan naik, naiknya harga saham

akan meningkatkan nilai perusahaan.

Temuan ini mendukung signaling theory yang menyatakan bahwa

profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang baik bahwa

investor akan merespon positif dan akan meningkatkan nilai perusahaan (Brigham

dalam Sujoko, 2007). Sujoko dan Soebiantoro (2007) juga menyatakan hal yang

sama bahwa profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang

baik, sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan

akan meningkat. Hal tersebut didasarkan karena perusahaan yang berhasil

membukukan laba yang meningkat, mengindikasikan perusahaan tersebut

mempunyai kinerja yang baik, sehingga dapat menciptakan sentimen positif para

investor. Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian Rasyid (2015),

Zumrotun Nafiah (2016), Moelyadi at al (2014), dan Rizqia (2013) yang

167
menemukan bukti empiris bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap

nilai perusahaan.

4.3.6.9 Pengaruh Struktur Modal (DER) terhadap Nilai Perusahaan (PBV)

Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan

bahwa DER memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PBV, hal ini

ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 5.920 > 2 dan nilai signifikasi sebesar 0.000

< 0.05. Hal ini berarti hipotesis kesembilan (H9) yang menyatakan bahwa struktur

modal perusahaan yang diukur menggunakan DER berpengaruh positif dan

signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV) diterima.

Struktur modal dapat didefinisikan sebagai komposisi modal perusahaan yang

dilihat dari sumber tertentu yang menunjukkan porsi modal perusahaan yang

berasal dari sumber-sumber utang (kreditur) dan pada saat yang sama juga

menunjukkan porsi modal dari pemilik modal sendiri . Struktur modal sangat

berpengaruh dalam mencapai tujuan perusahaan untuk memaksimalkan laba pada

investasi, sementara itu juga dapat meminimalkan risiko. Dalam rangka untuk

mencapai hasil yang maksimal biaya harus minimal, termasuk biaya modal,

sehingga perusahaan harus mencari alternatif pembiayaan yang efisien untuk

mencapai tujuan perusahaan, pembiayaan yang efisien akan terjadi jika

perusahaan memiliki struktur modal yang optimal (Brigham dan Houston, 2006

dalam Rasyid, 2015).

Berdasarkan pada analisis deskriptif menunjukkan bahwa data sampel

perusahaan yang tingkat hutangnya diatas rata-rata memiliki rata-rata PBV

sebesar 6.59, sedangkan data sampel perusahaan yang tingkat hutangnya dibawah

168
rata-rata dari semua sampel memiliki rata-rata PBV sebesar 3.47 hal ini berarti

perusahaan dengan hutang yang tinggi dapat meningkatkan nilai perusahaan dan

sebaliknya, hal ini dimungkinkan bahwa peningkatan hutang perusahaan

digunakan untuk pembiayaan investasi dimana nilai manfaat yang didapat dari

peningkatan hutang lebih besar dari pada biaya tersebut sehingga laba perusahaan

dapat meningkat.

Temuan ini mendukung agency theory yang menyatakan bahwa Efek

Financial leverage dapat digunakan sebagai alat monitoring perusahaan untuk

menurunkan masalah keagenan. Hal ini dapat meningkatkan nilai perusahaan

karena masalah keagenan dapat menjadi penghalang untuk meningkatkan nilai

perusahaan (Jensen, 1986;). Selain itu, leverage keuangan dapat meningkatkan

nilai perusahaan melalui pengurangan pajak (Modigliani dan Miller, 1963).

Dalam signaling theory (Fama dan French, 1998) dan trade of theory (Modigliani

dan Miller, 1963) juga mengungkapkan bahwa peningkatan leverage keuangan

pada titik optimal akan meningkatkan nilai perusahaan. Pernyataan tersebut

sejalan dengan hasil penelitian Rizqia (2013), Jahirul Hoque,at al (2014) dan Ela

Mahdaleta, at al (2016) yang menemukan bukti empiris bahwa struktur modal

memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

4.3.6.10 Pengaruh Mediasi Kebijakan Dividen (DPR) terhadap hubungan

antara Struktur Kepemilikan (INST) dengan Nilai Perusahaan (PBV)

Dari hasil uji sobel test menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 1.577.

Nilai tersebut lebih kecil dibanding t tabel pada taraf 5% yaitu +1,65. Hal ini

169
berarti bahwa Kebijakan Dividen (DPR) tidak dapat memediasi pengaruh struktur

kepemilikan (INST) terhadap Nilai perusahaan (PBV).

Peningkatan nilai perusahaan dapat dicapai jika ada kerja sama antara

manajemen perusahaan dan pihak-pihak lain yang meliputi pemegang saham dan

pemangku kepentingan dalam membuat keputusan keuangan dengan tujuan

memaksimalkan modal kerja yang dimiliki. Munculnya isu tata kelola perusahaan

juga disebabkan oleh pemisahan antara kontrol kepemilikan perusahaan. Struktur

kepemilikan menurut beberapa peneliti diyakini mempengaruhi jalannya

perusahaan, yang pada gilirannya mempengaruhi kinerja perusahaan dalam

mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Hal ini

disebabkan oleh adanya kontrol yang mereka miliki (Wahyudi dan Pawestri,

2005). Kaitannya dengan pencapaian nilai perusahaan, dalam pelaksanaannya

manager dihadapkan pada kebijakan-kebijakan tentang pengelolaan keuangan

perusahaan diantaranya yakni kebijakan dividen. Kebijakan dividen merupakan

salah satu keputusan perusahaan yang dipengaruhi oleh struktur kepemilikan

perusahaan.

Tidak dapat memediasinya kebijakan dividen terhadap hubungan kepemilikan

institusional dengan nilai perusahaan ini dimungkinkan karena kebijakan dividen

tidak dapt dipengaruhi oleh struktur kepemilikan, akan tetapi keputusan

pembagian dividen lebih didasarkan pada posisi keuangan perusahaan maupun

strategi bisnis perusahaan dimasa yang akan datang. Temuan ini tidak mendukung

agency theory yang menyatakan bahwa untuk mengurangi konflik antara agen

dan principal diantaranya adalah dengan meningkatkan kebijakan dividen, fungsi

170
dividen dapat digunakan untuk mengurangi masalah keagenan (kontrol untuk

mengecilkan konflik kepentingan dari pemegang saham dan manajer) dalam suatu

perusahaan hingga batas tertentu (Jensen, 1986).

Hasil penelitian ini sejalan dengan peneliti Rizky Budi Mardasari (2014)

yang menemukan hasil bahwa kebijakan dividen tidak dapat memediasi pengaruh

struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan.

4.3.6.11 Pengaruh Mediasi Kebijakan Dividen (DPR) terhadap

hubungan antara Ukuran Perusahaan (Size) dengan Nilai Perusahaan

(PBV)

Dari hasil uji sobel test menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 2.392. Nilai

tersebut lebih besar dibanding t tabel pada taraf 5% yaitu +1,65. Hal ini berarti

bahwa Kebijakan Dividen (DPR) dapat memediasi pengaruh ukuran perusahaan

(Size) terhadap Nilai perusahaan (PBV).

Ukuran perusahaan akan sangat penting bagi investor dan kreditor karena akan

terkait dengan risiko investasi yang dilakukan. Rachmawati dan Triatmoko (2007)

menyebutkan bahwa total aset perusahaan besar ini menunjukkan perusahaan

memiliki arus kas yang baik atau positif, sehingga dianggap memiliki prospek

yang baik dalam jangka panjang. Hal ini juga mencerminkan bahwa perusahaan

relatif lebih stabil dan lebih baik dalam menghasilkan keuntungan dari pada

perusahaan dengan total aset kecil. Kebijakan perusahaan akan berimplikasi pada

prospek arus kas untuk masa depan. Ukuran perusahaan akan menentukan

pencapaian profitabilitas dan stabilitas, akses yang lebih mudah ke pasar modal,

dan biaya transaksi yang lebih kecil jika dibandingkan dengan perusahaan kecil

171
(Weston dan Copeland, 1992). Lloyd et al (1985) menunjukkan bahwa ukuran

perusahaan berperan untuk menjelaskan dividend payout ratio perusahaan. Akses

mudah keberbagai pendanaan eksternal, profitabilitas dan stabilitas adalah catatan

yang dimiliki oleh perusahaan besar. Respon positif dari investor dapat

meningkatkan nilai perusahaan (Suranta dan Midiastuty, 2003 dalam Rizqia,

2013).

Weston dan Copeland (2010) menemukan bahwa perusahaan besar cenderung

memberikan tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan

kecil. Hal ini karena perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah untuk masuk

ke pasar modal. Kesempatan ini membuat perusahaan dapat membayar dividen

yang besar kepada pemegang saham. Dengan demikian, kebijakan dividen penting

untuk memenuhi harapan pemegang saham dengan tidak menghambat

pertumbuhan perusahaan. Dalam theory bird in the hand Dividen diterima pada

saat ini akan memiliki nilai lebih tinggi dari capital gain yang diterima di masa

depan, sehingga investor tidak bersedia untuk berspekulasi dan lebih memilih

dividen daripada capital gain (Prihantoro, 2003).

Gordon (1963) dan Lintner (1962) berpendapat bahwa tingkat keuntungan

yang disyaratkan oleh investor akan meningkat sebagai akibat peningkatan

pembayaran dividen. Investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan

berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gain. Gordon - Lintner

berpendapat bahwa dividen memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Temuan

ini sejalan dengan penelitian Rasyid at al (2015) yang menemukan hasil bahwa

172
kebijakan dividen merupakan variabel pemediasi hubungan antara size dengan

nilai perusahaan.

4.3.6.12 Pengaruh Mediasi Kebijakan Dividen (DPR) terhadap

hubungan antara Profitabilitas (ROA) dengan Nilai Perusahaan

(PBV)

Dari hasil uji sobel test menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 2.579. Nilai

tersebut lebih besar dibanding t tabel pada taraf 5% yaitu +1,65. Hal ini berarti

bahwa Kebijakan Dividen (DPR) dapat memediasi pengaruh profitabilitas (ROA)

terhadap Nilai perusahaan (PBV).

Dividen Perusahaan adalah bagian dari laba bersih perusahaan yang

dibagikan kepada pemegang saham. Profitabilitas yang lebih tinggi, arus kas

perusahaan yang lebih tinggi, dan perusahaan diharapkan untuk membayar

dividen lebih tinggi (Jensen et al, 1992, Abor dan Bokpin, 2010). Haruman (2008)

mengungkapkan bahwa peningkatan nilai perusahaan dapat menarik investor

untuk berinvestasi. Investor yang tertarik akan return (profitabilitas) yang lebih

tinggi. Weston dan Copelan (1995) mendefinisikan profitabilitas sebagai

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas yang lebih tinggi

dapat meningkatkan harga saham perusahaan.

Berdasarkan signaling theory Efek pembayaran dividen yang optimal dapat

dilihat sebagai sinyal profitabilitas dimasa depan (Bhattacharya, 1979).

Perusahaan yang mampu menghasilkan keuntungan yang stabil dan meningkat

dapat dilihat sebagai sinyal positif oleh investor terkait dengan kinerja perusahaan,

173
sehingga respon positif akan meningkatkan nilai perusahaan. Pembayaran dividen

yang lebih tinggi menunjukkan prospek yang lebih baik dari perusahaan sehingga

investor akan tertarik untuk membeli saham dan kinerja perusahaan pasar akan

meningkat.

Hal ini sejalan dengan penelitian Rasyid (2015), Rizqia (2013) dan Nafiiah

(2016) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen dapat memediasi pengaruh

profitabilitas terhadap nilai perusahaan.

4.3.6.13 Pengaruh Mediasi Kebijakan Dividen (DPR) terhadap

hubungan antara Struktur Modal (DER) dengan Nilai Perusahaan

(PBV)

Dari hasil uji sobel test menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 1.194. Nilai

tersebut lebih kecil dibanding t tabel pada taraf 5% yaitu +1,65. Hal ini berarti

bahwa Kebijakan Dividen (DPR) tidak dapat memediasi pengaruh struktur modal

(DER) terhadap Nilai perusahaan (PBV).

Struktur modal menyangkut aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh dana

dan menggunakan dana tersebut untuk mencapai tujuan perusahaan. Dana yang

dimiliki atau diperoleh perusahaan digunakan sebagai modal untuk menopang

kegiatan usahanya.Salah satu kebijakan pendanaan perusahaan adalah penggunaan

dana eksternal berupa hutang. Dalam packing order theory dijelaskan bahwa

peningkatan level hutang akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang

tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima. Peningkatan

utang akan menyebabkan risiko kebangkrutan perusahaan dan manajer dapat

kehilangan pekerjaannya sehingga lebih memotivasi manajer untuk menggunakan

174
arus kas secara efisien dan mengurangi tunjangan mereka (Modigliani dan Miller,

1963). Selain itu, dengan utang yang tinggi, manajer berada dibawah tekanan dari

investasi proyek menguntungkan untuk menghasilkan arus kas yang dapat

digunakan untuk pembayaran periodik bunga dan pokok (Nguyen, 2014).

Tidak dapat memediasinya kebijakan dividen sebagai perantara pengaruh

struktur modal terhadap nilai perusahaan hal ini dimungkinkan bahwa

pembiayaan investasi perusahaan dibiayai oleh hutang sedangkan dividen yang

dibagikan berasal dari profit perusahaan, sehingga besar kecil hutang perusahaan

tidak akan mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan, dan dividen cenderung

stabil. Miller dan Modigliani (1958, 1961) teori tidak relevan membentuk fondasi

dasar teori keuangan perusahaan modern. MM teorema menunjukkan bahwa, di

fricionless markets kebijakan investasi tetap dengan semua kebijakan struktur

modal dan dividen layak yang optimal karena semua identik menyiratkan

kekayaan pemegang saham, sehingga pilihan di antara mereka adalah tidak

relevan. MM menjelaskan bahwa kebijakan investasi sendiri menentukan

kekayaan pemegang saham di fricionless markets, dan bahwa keputusan leverage

dan payout tidak berdampak pada nilai perusahaan.

Sebelum publikasi teori dividen tidak relevan Modigliani-Miller, dalam

pandangan umum menunjukkn bahwa dividen sangat berkorelasi dengan nilai

saham (Baker & Kent, 2009 dalam Kibet,at al, 2016). Dalam teori ini menyatakan

bahwa dibawah pasar modal, kebijakan dividen adalah independen, untuk harga

pasar tidak peduli apakah perusahaan memiliki pembayaran dividen yang tinggi

atau rendah. Teori (Miller & Modigliani, 1961) mengasumsikan tidak ada pajak,

175
atau pajak atas dividen tunai dan tarif pajak atas keuntungan modal adalah sama;

bahwa tidak ada transaksi biaya untuk proses menjual atau membeli saham karena

itu jika investor membutuhkan uang tunai, mereka akan menjual saham mereka

tanpa kehilangan komisi dan biaya bukan dividen tunai. Investor benar-benar

rasional dalam keputusan mereka; dan bahwa tidak ada biaya agensi yang

menyiratkan bahwa manajer perusahaan yang membagikan dividen kas yang

rendah tidak menggunakan keuntungan perusahaan untuk mencapai tujuan pribadi

yang dapat membahayakan perusahaan (Jensen, Solberg, & Zorn, 1992).

Selain itu, teori ini mengasumsikan bahwa perusahaan beroperasi dibawah

pasar sempurna dan efisien yang berarti bahwa informasi yang tersedia dapat

diakses oleh semua pada waktu yang sama tanpa biaya apapun, dan harga saham

mencerminkan informasi ini dan dipengaruhi oleh informasi ini pada saat itu

disediakan; dan bahwa tidak ada kesenjangan informasi dan perusahaan

beroperasi dalam pasar penuh dan efisien. Akhirnya, teori berasumsi bahwa

prospek masa depan pada kinerja perusahaan adalah homogen antara semua

investor, termasuk informasi dan harapan antara manajer dan investor.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Mahardika at al (2015) yang menyatakan

bahwa kebijakan tidak dapat memediasi pengaruh struktur modal terhadap nilai

perusahaan.

176
BAB V

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

5.1 Simpulan

Temuan dari penelitian yang menjelaskan hubungan variabel kepemilikan

institusional, SIZE, ROA, dan DER terhadap PBV dengan DPR sebagai variabel

intervening pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2016

menghasilkan beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Kepemilikan institusional berpengaruh positif tidak signifikan terhadap

kebijakan dividen.

2. Ukuran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

3. Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan

dividen.

4. Struktur modal berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan

dividen.

5. Kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan.

6. Kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan..

7. Ukuran berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

177
8. Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan

9. Struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan.

10. Kepemilikan institusional berpengaruh positif tidak signifikan terhadap

nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai varibel intervining..

11. Ukuran berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan

dengan kebijakan dividen sebagai varibel intervining...

12. Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan

dengan kebijakan dividen sebagai varibel intervining.

13. Struktur modal berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai

perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai varibel intervining.

5.2 Implikasi Teoritis

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian terdahulu dengan uraian

sebagai berikut :

1. Kepemilikan institusional berpengaruh positif tidak signifikan terhadap

kebijakan dividen. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian

Firmanda (2015) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak

berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini berarti hasil

penelitian ini tidak mendukung agency theory (Jensen et al., 1992)

2. Ukuran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen,

Pernyataan tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian Sisca (2008),

Abdul Rasyid, at al (2015), Christopher Maladjian (2014) dan firmanda

178
(2015). Hasil penelitian ini mendukung konsep signaling theory

(Bhattacharya, 1979)

3. Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan

dividen., temuan ini didukung oleh penelitian Rizqia (2013), Moelyadi, at

al (2014) dan Rasyid (2015), Hasil penelitian ini juga mendukung konsep

signaling theory (Bhattacharya, 1979)

4. Struktur modal berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan

dividen, temuan ini mendukung hasil penelitian Rizky Budi Mardasari

(2014) dan Rizqia at al (2013) dan Temuan ini tidak mendukung teori

keagenan yang mendasari hubungan dalam kebijakan leverage dan dividen

keuangan (Jensen et al., 1992).

5. Kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan, Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian Rasyid

(2015) dan Rizqia (2013), Hasil penelitian ini mendukung konsep

signaling theory (Bhattacharya, 1979) dan Bird in the Hand Theory

disebutkan oleh Lintner (1956).

6. Kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan, Pernyataan tersebut didukung oleh temuan Rustendi (2008)

dan Abu Kosim (2014) serta Esther dan Danson (2014), Temuan ini

mendukung agency theory (Jensen et al., 1992).

7. Ukuran berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan,

Pernyataan tersebut sejalan dengan temuan Rasyid (2015), Moelyadi, at al

179
(2014), dan Sri Sofyaningsih dan Pancawati Hardiningsih (2011), Hasil

penelitian ini mendukung konsep signaling theory (Bhattacharya, 1979)

8. Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan,

Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian Rasyid (2015),

Zumrotun Nafiah (2016), Moelyadi at al (2014), dan Rizqia (2013) ,

Temuan ini mendukung signaling theory (Bhattacharya, 1979).

9. Struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan, Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian Rizqia

(2013), Jahirul Hoque,at al (2014) dan Ela Mahdaleta, at al (2016),

Temuan ini mendukung signaling theory (Bhattacharya, 1979), agency

theory (Jensen, 1986;). trade of theory (Modigliani dan Miller, 1963) dan

signaling theory (Fama dan French, 1998)

10. Kepemilikan institusional berpengaruh positif tidak signifikan terhadap

nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai varibel intervining,

Hasil penelitian ini sejalan dengan peneliti Rizky Budi Mardasari (2014),

Temuan ini tidak mendukung agency theory (Jensen, 1986).

11. Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai varibel intervining, Temuan

ini sejalan dengan penelitian Rasyid at al (2015), Temuan ini mendukung

theory bird in the hand Gordon (1963) dan Lintner (1962).

12. Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan

dengan kebijakan dividen sebagai varibel intervining, Hal ini sejalan

180
dengan penelitian Rasyid (2015), Rizqia (2013) dan Nafiiah (2016),

Temuan ini mendukung mendukung konsep signaling theory

(Bhattacharya, 1979).

13. Struktur modal berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai

perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai varibel intervining, Hasil ini

sejalan dengan penelitian Mahardika at al (2015), Temuan ini tidak

mendukung mendukung konsep packing order theory (Modigliani dan

Miller, 1963).

5.3 Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil analisis yang ada, dapat direkomendasikan beberapa

implikasi kebijakan manajemen bagi perusahaan antara lain :

1. Ukuran perusahaan, profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan

dividen, dan kebijakan dividen juga berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan. Besarnya asset perusahaan dapat mengahsilkan laba yang

lebih besar, besarnya laba perusahaan mampu meningkatkan kebijakan

dividend an meningkatnya kebijakan dividen dapat meningkatkan nilai

perusahaan.Oleh karena diharapkan agar manager perusahaan tetap

menjaga stabilitas keputusan keuangan tersebut karena satu kebijakan

keuangan yang dibuat akan berdapak pada kebijakan keuangan lainnya.

2. Dalam aktivitas pendanaan, perusahaan nampaknya harus

mempertimbangkan Struktur Modal (DER) yang berasal dari hutang

karena adanya efek ganda dari DER dimana DER selain dapat menjadi

181
pengurang laba namun dapat memberikan efek positif berupa peningkatan

Nilai Perusahaan (PBV).

3. Bagi investor yang ingin melakukan transaksi jual dan beli ke perusahaan

manufaktur dengan tujuan mendapat keuntungan berdasarkan nilai

perusahaan dapat dipertimbangkan variabel-variabel seperti struktur

kepemilikan, kebijakan dividen, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan (SIZE),

dan Struktur Modal (DER) Karena berdasarkan penelitian ini variabel-

variabel inilah yang berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan

(PBV).

5.4 Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan, masih terdapat beberapa

keterbatasan dalam penelitian ini antara lain :

1. Nilai koefisien determinasi (R Square) untuk varianel LnDPR adalah

0,132. Hal ini berarti bahwa 13,2% kebijakan dividen (DPR) dapat

dijelaskan oleh kepemilikan institusional, SIZE, ROA dan DER,

sedangkan sisanya sebesar 86,8% DPR dapat dipengaruhi oleh

variabel lain diluar model.

2. Sampel hanya diambil dari perusahaan manufaktur dengan laba positif

(+) sehingga tidak dapat menjelaskan efek DER pada perusahaan

dengan kondisi tekanan keuangan yang besar, dan variabel yang

dipakai relatif sedikit dalam menjelaskan pengaruh.

5.4 Agenda Penelitian Mendatang

182
Beberapa agenda penelitian mendatang yang dapat diberikan dari penelitian

ini adalah dengan :

1. Menambah atau memperbanyak jumlah variabel penelitian lain seperti

total asset turn over, Current ratio atau rasio – rasio keuangan yang belum

dipakai dalam penelitian ini agar hasil penelitian ini menjadi lebih

sempurna.

2. Mengganti sector perusahaan manufaktur menjadi semua sector

perusahaan yang terdaftar di BEI.

183

Anda mungkin juga menyukai