Ricoadinugroho 12010115420114
Ricoadinugroho 12010115420114
PENDAHULUAN
berkembang dan bersaing dalam jangka waktu yang panjang serta dapat
dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual (Husnan dan
Pudjiastuti, 2004).
(go public), nilai perusahaan dapat dinilai dari harga sahamnya di bursa efek. Fama
perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Nilai pasar saham dapat
digunakan sebagai patokan untuk nilai perusahaan yang sebenarnya, seperti yang
dinyatakan oleh Haugen (2001) dalam Maramis (2007) nilai perusahaan itu dapat
didefinisikan berdasarkan harga saham. Hal ini karena harga saham berisi
penilaian yang berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku(book value), nilai
1
pasar (market value) dan nilai intrinsik (intrinsicvalue).Nilai buku merupakan
nilai saham di pasar saham dan nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari
saham. Investor perlu mengetahui dan memahami ketiga nilai tersebut sebagai
membantu investor untuk mengetahui saham mana yang bertumbuh dan murah.
Salah satu pendekatan dalam menentukan nilai intrinsik saham adalah price book
value (PBV).
dengan nilai buku per lembar saham (Ang, 1997). Berdasarkan perbandingan
tersebut, harga saham perusahaan dapat diketahui berada di atas atau dibawah
nilai bukunya. Oleh karena itu, keberadaan PBV sangat penting bagi para
investor untuk menentukan strateginya. PBV yang tinggi akan membuat investor
serta prospek perusahaan tersebut di masa yang akan datang. Sebaliknya nilai
2
keuangan penting yakni kebijakan dividen, keputusan investasidan keputusan
pendanaan.
yang penting dalam lingkungan bisnis saat ini karena tidak hanya dari sudut
perusahaan untuk membagikan pendapatan atau laba dalam bentuk dividen kepada
pemegang saham atau menahannya sebagai laba ditahan untuk investasi masa
depan (Weston dan Copeland, 1992). Keputusan dividen adalah penting karena
masa depan dan potensi dividen dimasa depan, dan juga mempengaruhi biaya
menerus dalam fasilitas dan tenaga kerja dari dana internal, melalui penggunaan
laba ditahan merupakan bagian integral dari sumber keuangan untuk membayar
3
kebutuhan investasi (Bajaj & Vijh 1990; Osaze & ANAO, 1990 dalam Rusbina,
membagikan dividen dapat mengurangi jumlah free cash flow yang dimiliki
menguntungkan.
Selain itu dividen juga dapat mempengaruhi harga saham, Gordon (1963)
dan Lintner (1962), dalam teori relevansi dividen, menunjukkan adanya hubungan
langsung antara kebijakan dividen perusahaan dan nilai pasarnya. Dalam hal ini
dividen yang tinggi, harga saham akan cenderung tinggi dan begitu juga nilai
perusahaan, sebaliknya Jika dividen rendah, harga saham akan cenderung juga
menjadi rendah dan nilai perusahaan rendah. Dalam theory bird in the hand
disebutkan bahwa investor lebih menyukai dividen, Investor lebih merasa aman
gain yang belum tentu akan diperoleh pada masa mendatang. Harapan dengan
pembagian dividen adalah agar harga saham meningkat dan akhirnya nilai
4
akan dibagikan atau ditahan ditentukan oleh para pemegang saham melalui RUPS.
memberikan informasi tentang dua hal yakni Pertama akan membantu bagi
pemegang saham untuk tingkat diversifikasi risiko dan yang kedua adalah bahwa,
itu akan digunakan sebagai alat informasi untuk manajemen tentang kemungkinan
Dalam realisme, pasar modal, tidak tepat membuat kebijakan dividen yang
sesuai dan sebagian besar dipengaruhi oleh adanya friksi pasar (Jensen dan
biaya dan dampak pada nilai perusahaan. Adanya pemegang saham institusi dan
pemegang saham dan manajer. Oleh karena itu, diharapkan bahwa struktur
(2002) dalam Arshad, at al (2013) meneliti bahwa afiliasi antara pemegang saham
terkait dengan usaha kontrol dari pemegang saham pengendali. Di sisi lain, dasar
5
Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan dilihat
dari besarnya nilai equity, ataupun hasil nilai total aktiva dari suatu perusahaan
(Riyanto, 2001 dalam Hansen, 2014). Ukuran perusahaan sangat penting bagi
investor dan kreditor terkait dengan risiko investasi. Rachmawati dan Triatmoko
kedewasaan. Perusahaan memiliki arus kas positif dan dianggap memiliki prospek
yang baik dalam waktu yang relatif lama. Selain itu , perusahaan besar dianggap
memiliki prospek yang baik dalam jangka panjang. Hal ini juga mencerminkan
bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih baik menghasilkan keuntungan
dari pada perusahaan kecil (Moelyadi, at al, 2014). Perusahaan yang memiliki
direspon positif oleh investor dan membuat harga saham perusahaan meningkat
terkait dengan kebijakan dividend dan nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan
perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dari kegiatan yang dilakukan dalam
menghasilkan laba. Laba menjadi dasar pembagian dividen, apakah dividen tunai
6
Profitabilitas menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total
modal sendiri. Struktur modal terlihat pada hutang jangka panjang dan unsur-
unsur dalam modal sendiri, dimana kedua jenis tersebut merupakan dana
permanen atau dana jangka panjang. Oleh karena itu maka struktur modal hanya
asing baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan jumlah modal sendiri
ini akan diartikan oleh pihak luar tentang kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban di masa yang akan datang atau adanya resiko bisnis
perusahaan. Penilaian oleh pihak luar tersebut tentunya akan mempengaruhi nilai
keagenan karena hutang akan menurunkan excess cash flow yangada dalam
7
perusahaan, sehingga akan menurunkan kemungkinanpemborosan yang dilakukan
terhadap nilai perusahaan, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mardasari
(2015), Abu kosim at al (2014) dan Rizqia, at al (2013) menemukan hasil bahwa
oleh Abdul Rasyid, at al (2015), Moelyadi, at al (2014) dan Sri Sofyaningsih &
terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian Robinhot Gultom et.al (2013), dan Tri
8
terhadap nilai perusahaan. Sedangkan Hasil penelitian Fernandes Moniaga (2013)
perusahaan.
(2014) dan Mardasari (2014) yang menemukan hasil bahwa Struktur modal
penelitian Ayu (2012) yang menemukan hasil bahwa struktur modal berpengaruh
perusahaan.
oleh Abdul Rasyid, at al (2015), Obaid Ur Rehman (2016), Sisca (2008) dan
dengan penelitian Anggi (2015) yang menemukan hasil bahwa kebijakan dividen
Yuliani (2013) dan Mardasari (2014) menemukan hasil bahwa kebijakan dividen
dilakukan oleh Abdul Rasyid, at al (2015), Jorenza (2015), Duc Hong Vo (2014),
dan Sisca (2008) yang menemukan hasil bahwa struktur kepemilikan berpengaruh
9
Rizqia (2015) yang menemukan hasil bahwa struktur kepemilikan berpengaruh
dividen.
Aliya Bushra dan Mirza (2015) yang menemukan hasil bahwa ukuran perusahaan
Rizqia (2013) dan Suryanita (2014) tidak dapat membuktikan pengaruh ukuran
oleh Abdul Rasyid, at al (2015), Sisca (2008) dan Moelyadi (2014) yang
penelitian Ni Kadek Ari Lina wati (2013) dan Septi Rahayu Ningsih dkk (2014)
oleh Firmanda (2015), dan Devi Hoi Sunarya (2013) yang menemukan hasil
10
tersebut bertentangan dengan penelitian Wiwin (2014), Jorenza (2015), Duc Hong
Vo dan Nguyen (2014) dan Muhammad Asad dan saddia Yousaf (2014) yang
dividen. Sedangkan Hasil penelitian Rizqia (2013) dan Mardasari (2014) tidak
Untuk lebih jelas hasil penelitian terdahulu disajikan dalam tabel 1.1.
11
Permasalahan / Research Gap Penulis Judul Teori
Hubungan
antar Variabel
padaperusahaan
manufaktur
yangterdaftar
dibursaefekIndonesia
Bepengaruh Abu kosim at al ownership structure and Agency
terhadap nilai (2014) firm values: empirical theory
perusahaan study on indonesia
manufacturing
listed companies 2009-
2011
Tidak Abdul Rasyid, Effect of Ownership Agency
Berpengaruh at al (2015) Structure, Company size theory
terhadap nilai and Profitability on
perusahaan Dividend Policy and
Manufacturing
Company’s value in
Indonesia Stock
Exchange 2011-2013
Berpengaruh Rizqia, at al Effect of Managerial Agency
positif signifikan (2013) Ownership, Financial theory
terhadap nilai Leverage, Profitability,
perusahaan Firm Size, and
Investment Opportunity
on Dividend Policy and
Firm Value
Manufacturing
Company’s value in
Indonesia Stock
Exchange 2006-2011
Berpengaruh Esther dan Corporate Governance, Agency
terhadap nilai Danson (2014) Ownership Structure theory
perusahaan erspective and Firm
Value: Theory, and
Survey of Evidence
12
Permasalahan / Research Gap Penulis Judul Teori
Hubungan
antar Variabel
Company’s value in
Indonesia Stock
Exchange 2011-2013
Berpengaruh Moelyadi, at al Factors Affecting Firm Angency
positif signifikan (2014) Value: Theoretical theory,
terhadap nilai Study On Public signaling
perusahaan Manufacturing Firms In theory
Indonesia
13
Permasalahan / Research Gap Penulis Judul Teori
Hubungan
antar Variabel
perusahaan perusahaan and company’s growth
towards firm value
14
Permasalahan / Research Gap Penulis Judul Teori
Hubungan
antar Variabel
peruasahaan manufaktur
yang terdaftar di bei
periode 2009-2011
Tidak Fernandes Pengaruh struktur Agency
berpengaruh Moniaga modal, profitabilitas dan theory
terhadap nilai (2013) struktur biaya terhadap
perusahaan nilai perusaahaan
menggunakan sampel
perusahaan industry
keramik, porcelen dan
kaca tahun 2007-2011.
Struktur modal Tidak Verawaty dkk analisispengembanganc Agency
terhadap Nilai Berpengaruh (2015) orporate Theory
Perusahaan terhadap nilai valueberdasarkan
perusahaan keputusaninvestasidan
pendanaan,struktur
kepemilikan
sertakebijakan dividen
padaperusahaan
manufaktur
yangterdaftar
dibursaefekIndonesia
Berpengaruh Ayu Pengaruh struktur Pecking
negatif dan (2012) modal,profitabilitas dan Order Theory
signifikan ukuran perusahaan pada
terhadap nilai nilai perusahaan
perusahaan
Tidak Umi Mardiyati, pengaruh kebijakan Trade of
Berpengaruh Gatot, Nazir Dividen, kebijakan theory
terhadap nilai Ahmad Ria hutang dan profitabilitas
perusahaan Putri (2012) terhadap nilai
perusahaan.
Menggunakan sampel
perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI
tahun 2005-2010.
Tidak Fernandes Pengaruh struktur Trade of
Berpengaruh Moniaga modal, profitabilitas dan theory
terhadap nilai (2013) struktur biaya terhadap
perusahaan nilai perusaahaan
menggunakan sampel
perusahaan industry
keramik, porcelen dan
kaca tahun 2007-2011.
Berpengaruh Rizqia, at al Effect of Managerial Agency
15
Permasalahan / Research Gap Penulis Judul Teori
Hubungan
antar Variabel
positif signifikan (2013) Ownership, Financial Theory,
terhadap nilai Leverage, Profitability, signaling
perusahaan Firm Size, and theory
Investment Opportunity
on Dividend Policy and
Firm Value
Manufacturing
Company’s value in
Indonesia Stock
Exchange 2006-2011
Berpengaruh Ela Mahdaleta, Effects of Capital Agency
positif signifikan at al (2016) Structure and Theory
terhadap nilai Profitability on
perusahaan Corporate Value with
Company Size as the
Moderating
Variable of
Manufacturing
Companies Listed on
Indonesia Stock
Exchange
Berpengaruh Jahirul Hoque,at Impact Of Capital Trade of
positif signifikan al (2014) Structure Policy On theory,
terhadap nilai Value Of The Firm A packing order
perusahaan Study On Some theory
Selected Corporate
Manufacturing Firms
Under Dhaka Stock
Exchange
Berpengaruh Rizky Budi Pengaruh Insider Agency
positif signifikan Mardasari Ownership, Kebijakan Theory
terhadap nilai (2014) Hutang Dan Free Cash
perusahaan Flow Terhadap Nilai
Perusahaan Melalui
Kebijakan Dividen
16
Permasalahan / Research Gap Penulis Judul Teori
Hubungan
antar Variabel
Indonesia Stock
Exchange 2006-2011
Kebijakan Berpengaruh Abdul Rasyid, Effect of Ownership Agency
dividen terhadap positif signifikan at al (2015) Structure, Company size Theory
nilai perusahaan terhadap nilai and Profitability on
perusahaan Dividend Policy and
Manufacturing
Company’s value in
Indonesia Stock
Exchange 2011-2013
Berpengaruh Obaid Ur Impact of Capital Trade of
signifikan Rehman (2016) Structure and Dividend theory,
terhadap nilai Policy on FirmValue packing order
perusahaan 2006-2013 theory and
signaling
theory
Tidak Yuliani, at al Keputusan invesyasi, The bird in
Berpengaruh (2013) pendanaan, dan dividen hand
signifikan terhadap nilai
terhadap nilai perusahaan dengan
perusahaan risiko bisnis sebagai
variabel mediasi pada
perusahaan yang
terdaftar di BEI (2009-
2011)
Berpengaruh Anggi Septia Analisis Kebijakan Theory
negative terhadap (2015) Dividen, Kebijakan Clientele
nilai perusahaan Hutang Dan Nilai Effect
Perusahaan Pada
Perusahaan Sektor
Pertambangan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009-
2013
Berpengaruh Muhammad Impact of Changes in Bird in hand
positif signifikan Shaukat Malik Dividend Policy on theory, tax-
terhadap nilai (2015) Firm’s Value: A Case preference
perusahaan Study of Cement Sector theory, and
of Pakistan dividend
irrelevance
theory
Tidak Rizky Budi Pengaruh Insider Agency
Berpengaruh Mardasari Ownership, Kebijakan Theory
signifikan (2014) Hutang Dan Free Cash
terhadap nilai Flow Terhadap Nilai
17
Permasalahan / Research Gap Penulis Judul Teori
Hubungan
antar Variabel
perusahaan Perusahaan Melalui
Kebijakan Dividen
Berpengaruh Sisca Pengaruh kepemilikan Agency
positif terhadap (2008) manajerial, kepemilikan Theory
kebijakan institusional, kebijakan
hutang, profitabilitas
deviden
dan ukuran perusahaan
terhadap kebijakan
deviden
Size terhadap Berpengaruh Firmanda Pengaruh kepemilikan Agency
kebijakan positif terhadap (2015) manajerial, kepemilikan Theory
deviden kebijakan institusional, kebijakan
dividen hutang, profitabilitas,
ukuran perusahaan, cash
position terhadap
kebijakan deviden
Tidak Rizqia, at al Effect of Managerial transactional
berpengaruh (2013) Ownership, Financial cost theory.
terhadap Leverage, Profitability, Agency
kebijakan Firm Size, and theory
dividen Investment Opportunity
on Dividend Policy and
Firm Value
Manufacturing
Company’s value in
Indonesia Stock
Exchange 2006-2011
Berpengaruh Abdul Rasyid, Effect of Ownership Agency
positif terhadap at al (2015) Structure, Company size Theory
kebijakan and Profitability on
dividen Dividend Policy and
Manufacturing
Company’s value in
Indonesia Stock
Exchange 2011-2013
Berpengaruh Christopher Determinants of the Bird in the
positif terhadap Maladjian Dividend Policy: An hand theory,
kebijakan (2014) Empirical Study on the iirelevance
dividen Lebanese Listed Banks theory
Berpengaruh Aliya Bushra The Determinants of Agency
negatif terhadap dan Mirza Corporate Dividend theory and
kebijakan (2015) Policy in Pakistan signaling
dividen companies listed on the theory
KSE 100 index for the
period 2005-2010
Tidak Suryanita (2014) Pengaruh Ukuran Agency
18
Permasalahan / Research Gap Penulis Judul Teori
Hubungan
antar Variabel
berpengaruh Perusahaan Dan Earning theory and
terhadap Per Share Terhadap signaling
kebijakan Kebijakan Dividen Di theory
Bursa Efek Indonesia
dividen
19
Permasalahan / Research Gap Penulis Judul Teori
Hubungan
antar Variabel
positif terhadap dan Nguyen Leverage and Dividend Theory,
kebijakan (2014) Policies: Empirical pecking order
dividen Evidence from
Vietnam’s Listed Firms
Berpengaruh Sisca Pengaruh kepemilikan Agency
positif terhadap (2008) manajerial, kepemilikan Theory
kebijakan institusional, kebijakan
hutang, profitabilitas
deviden
dan ukuran perusahaan
terhadap kebijakan
deviden
Struktur modal Berpengaruh Firmanda Pengaruh kepemilikan Agency
terhadap positif signifikan (2015) manajerial, kepemilikan Theory
kebijakan terhadap institusional, kebijakan
deviden kebijakan hutang, profitabilitas,
dividen ukuran perusahaan, cash
position terhadap
kebijakan deviden
20
Permasalahan / Research Gap Penulis Judul Teori
Hubungan
antar Variabel
Berpengaruh Wiwin Siswanti Pengaruh Analisis Rasio Dividen
negatif terhadap (2014) Keuangan Terhadap irrelevance,
kebijakan Kebijakan Deviden the bird in
(Studi Empiris Pada
dividen hand theory,
Perusahaan Real Estate
Dan Property Yang Tax
Terdaftar Di Bursa Efek preference
Indonesia).pada tahun theory
2009-2010
Tidak Rizky Budi Pengaruh Insider Agency
berpengaruh Mardasari Ownership, Kebijakan Theory
terhadap (2014) Hutang Dan Free Cash
kebijakan Flow Terhadap Nilai
dividen Perusahaan Melalui
Kebijakan Dividen
21
Permasalahan / Research Gap Penulis Judul Teori
Hubungan
antar Variabel
Berpengaruh Firmanda Pengaruh kepemilikan Agency
negatif dan (2015) manajerial, kepemilikan Theory
signifikan institusional, kebijakan
terhadap hutang, profitabilitas,
kebijakan ukuran perusahaan, cash
dividen position terhadap
kebijakan deviden
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil penelitian mengeni factor-faktor
konsisten, masih terdapat perbedaan antara peneliti satu dengan yang lainnya.
22
Saat ini perusahaaan yang menjadi perhatian para investor adalah perusahaan
signifikan, berikut adalah data rata-rata nilai perusahaan dan kebijakan dividen
Tabel 1.2
Dari tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa variabel struktur kepemilikan yang
tahun 2012 sampai dengan 2016 berkisaran antara 71.17% hingga 70.66%,
Ukuran Perusahaan (Size) dari tahun 2012 hingga tahun 2016 cenderung
mengalami kenaikan meskipun kenaikan tersebut tidak begitu besar yakni dari
2887.09% pada tahun 2012 naik hingga 2893.27% pada tahun 2016 atau
perusahaan yang yang diukur dengan total asset tidak mampu menghasilkan laba
23
yang maksimal bagi perusahaan, hal ini dapat dilihat bahwa selama 5 tahun
mengalami penurunan sebesar -3.71% yakni dari 17.24% pada tahun 2012 turun
hingga 16.62% pada tahun 2016, hal ini menunjukkan bahwa manajemen tidak
Struktur modal yang diukur dengan DER selama 5 tahun terakhir mengalami
penurunan sebesar -2.22% yakni dari 57.82% pada tahun 2012 turun hingga
56.87% pada tahun 2016. Kebijakan dividen yang diukur dengan DPR
menunjukkan adanya penurunan pada tahun 2014 sebesar – 0.72% yakni dari
47.63% pada tahun 2013 turun hingga 47.28% pada tahun 2014, namun pada
tahun 2015 sebesar 47.38% hingga 2016 sebesar 48.31% atau selama 2 tahun
terakhir kembali mengalami kenaikan sebesar 2.13% dari tahun 2014. Sedangkan
nilai perusahaan yang diukur dengan PBV menunjukkan penurunan yang cukup
signifikan pada 5 tahun terakhir ini yakni dari 585.37% pada tahun 2012 menjadi
penelitian terdahulu dan fenomena yang terjadi maka penulis tertarik untuk
24
1.2. Rumusan Masalah
fenomena yang dapat dilihat pada Gambar 1.1 diatas dapat disimpulkan
research problem dalam penelitian ini bahwa nilai perusahaan yang diukur
dengan price book value menunjukkan adanya kecenderungan penurunan hal ini
ada kecenderungan menurun. Selain itu masih terdapat perbedaan hasil penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat
25
4. Bagaimana pengaruh Struktur modal terhadap kebijakan dividen pada
2012-2016?
2012-2016?
26
13. Bagaimana pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan melalui
2016.
2016.
27
7. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai
2016.
28
1. Manfaat Teoritis
intervening.
2. Manfaat Praktis
nilai perusahaan.
BAB I : PENDAHULUAN
landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam bab ini juga
29
Bab ini menguraikan tentang variabel penelitian dan definisi
Bab ini akan dibahas deskripsi objek penelitian, analisis data, dan
pembahasan.
BAB V : PENUTUP
Penutup terdiri atas simpulan dan saran mengenai penelitian yang telah
dilakukan.
30
BAB II
TELAAH PUSTAKA
Theory Agency terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara pemilik dan
manajer (Jensen dan Meckling, 1976). Di satu sisi, pemilik ingin manajer untuk
bekerja keras untuk memaksimalkan utilitas pemilik. Namun, di sisi lain, manajer
Asumsi ini dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu asumsi tentang sifat manusia,
persepsi masa mendatang (bounded rasionalitas) dan tidak suka risiko (risk
aversion). Asumsi organisasi adalah bahwa ada konflik antara anggota organisasi.
Asumsi tentang informasi dalam hal ini adalah bahwa informasi sebagai
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan adanya tiga unsur tambahan yang
31
pasar tenaga kerja manajerial, pasar modal dan elemen pasar untuk mendukung
Agen atau manajer tidak dapat memiliki masa depan jika kinerja yang buruk,
mereka akan diberhentikan oleh pemegang saham. Peluang pasar tenaga kerja
manajerial akan menghapus manajer yang tidak memiliki kinerja yang baik dan
adalah sebuah konsep yang didasarkan pada teori keagenan untuk memberikan
proyek yang tidak terkait untuk mendanai (modal) yang telah diinvestasikan oleh
(Shleifer dan Vishny, 1997). Dengan kata lain, tata kelola perusahaan diharapkan
memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan
saham saat ini sedang overvalue (terlalu mahal). Apabila hal ini yang diperkirakan
terjadi, maka pihak manajemen berpikir untuk lebih baik jika menawarkan saham
baru (sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih mahal dari yang seharusnya).
32
Jensen dan Meckling (1976) menawarkan dua cara yang dapat dilakukan
oleh para pemilik modal untuk mengurangi risiko yang diakibatkan oleh
tindakan manajer yang merugikan (moral hazard problem). Kedua cara tersebut
perusahaan dan pengelolanya atau manajer yang terjadi karena adanya pemisahan
kesejahteraan principal.
perusahaan atau pemegang saham. Dengan adanya konflik kepentingan ini, pihak
perusahaan dan berakibat buruk bagi para pemegang saham. Timbulnya konflik
akan memperbesar agency cost, namun biaya agensi dapat diminimumkan melalui
33
beberapa alternatif mekanisme kontrol yaitu sebagai berikut Weston dan
ownership)
merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dengan benar dan
yang salah.
dari luar seperti institusional investor dapat mengurangi agency cost. Dengan
3. Meningkatkan devidend payout ratio yang akan mengurangi free cash flow.
34
memunculkan aliran kas keluar dalam rangka untuk tujuan bukan kepentingan
perusahaan, misalnya biaya perjalanan dinas dan akomodasi kelas VIP, mobil
karena hutang akan menurunkan excess cash flow yang ada dalam
dilakukan oleh manajemen (Jensen, et all, 1992 ; Jensen 1986 dalam Aji dan
yang dilakukan oleh pihak mayoritas dalam hal ini kepemilikan institusional.
distribusi kekayaan dari pihak lain (Claessens et al., 2002 dalam Aji dan
Prastiwi, 2011).
35
2.1.2 Teori Sinyal (Signaling Theory)
(Suwardjono, 2005). Kirmani dan Rao (2000) dalam Brian at all (2011)
Seperti kebanyakan contoh signaling, dia membedakan antara dua entitas yakni
sinyal (informasi) yang benar atau kualitas sinyal (informasi) yang salah kepada
orang luar.
oleh perusahaan luar. Informasi merupakan elemen penting bagi investor dan
pebisnis. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu yang
dibutuhkan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk membuat
promosi untuk peluncuran produk baru, hal ini merupakan angin segar bagi para
investor. Hal ini mencerminkan bahwa kondisi keuangan sedang dalam keadaan
baik. Dengan demikian para investor akan tertarik untuk membeli atau menjual
36
Namun sebaliknya, ketika perusahaan memberikan informasi publikasi yang
mengandung informasi negatif maka pasar akan memberikan reaksi yang negatif
pula. Hal ini tercermin dengan perubahan harga yang menurun, volume transaksi
saham yang semakin sepi maka akan berdampak pada nilai perusahaan. Signaling
theory juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik (prinsipal), dan
disampaikan pihak perusahaan (agent), perlu mendapatkan opini dari pihak lain
2008).
perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor).
asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan
memberikan sinyal pada pihak luar. Salah satunya berupa informasi keuangan
perusahaan yang akan datang (Wolk et al., 2000 dalam Ratna dan Zuhrotun 2006).
37
Dengan menyampaikan informasi keuangan perusahaan yang dapat dipercaya
kepada para investor diharapkan para investor akan tertarik untuk menanamkan
dan layak untuk dijadikan tempat untuk berinvestasi. Sehingga pola harga saham
akan membaik begitu pula pola return saham di perusahaan. Ekonom keuangan
1973) dan dividen Bhattacharya, 1979) dalam Brian, (2011) merupakan sinyal
dari kualitas perusahaan. Menurut model ini, hanya perusahaan yang berkualitas
Artikel tradisional oleh Miller dan Modigliani (1961) disarankan mengenai 'Isi
informasi dividen', yang berarti bahwa jika harapan laba masa depan
dividen akan menyampaikan informasi kepada pasar tentang laba masa depan.
Allen dan Michaely (2003) dalam Tsuji (2012) menjelaskan bahwa gagasan ini
telah diformalkan dalam dua cara. Pertama adalah bahwa dividen digunakan
sebagai sinyal dari arus kas masa depan seperti dalam Bhattacharya (1979) dalam
38
deskripsi mengenai dari sumber dan penggunaan dana seperti dalam Miller dan
Teori Sastra Modigliani & Miller (1961) merupakan salah satu teori dividen
yang paling berpengaruh yang saat ini masih dipandang sebagai salah satu teori
yang paling dihormati, ketika teori ini disajikan dalam artikel “Dividend
policy,Growth and Stock Valuation ”, teori itu memberikan patokan baru bagi
Modigliani (1958, 1961) teori tidak relevan membentuk fondasi dasar teori
market skebijakan investasi tetap dengan semua kebijakan struktur modal dan
saham di fricionless markets, dan bahwa keputusan leverage dan payout tidak
saham (Baker & Kent, 2009 dalam Kibet,at al, 2016). Dalam teori ini menyatakan
bahwa di bawah pasar modal, kebijakan dividen adalah independen, untuk harga
atau rendah. Teori (Miller & Modigliani, 1961) mengasumsikan tidak ada pajak,
atau pajak atas dividen tunai dan tarif pajak atas keuntungan modal adalah sama;
39
bahwa tidak ada transaksi biaya untuk proses menjual atau membeli saham karena
itu jika investor membutuhkan uang tunai, mereka akan menjual saham mereka
tanpa kehilangan komisi dan biaya bukan dividen tunai. Investor benar-benar
rasional dalam keputusan mereka; dan bahwa tidak ada biaya agensi yang
pasar sempurna dan efisien yang berarti bahwa informasi yang tersedia dapat
diakses oleh semua pada waktu yang sama tanpa biaya apapun, dan harga saham
mencerminkan informasi ini dan dipengaruhi oleh informasi ini pada saat itu
beroperasi dalam pasar penuh dan efisien. Akhirnya, teori berasumsi bahwa
prospek masa depan pada kinerja perusahaan adalah homogen antara semua
berharga dari pada seribu burung di udara. Gordon- Lintner (1962) menyatakan
40
bahwa kemungkinan capital gains yang diharapkan adalah lebih besar risikonya
dibanding dengan dividend yield yang pasti. Sehingga invetor akan meminta
keuntungan yang lebih tinggi dan semakin tinggi jika keuntungan yang
Teori ini diperkuat oleh Al-Malkawi (2007), yang menegaskan bahwa dalam
dunia yang tidak pasti dan penuh dengan asimetri informasi ini, dividen dinilai
berbeda dari saldo laba (capital gain). Karena ketidakpastian arus kas masa depan,
b. Bahwa dividen kas dikenakan pajak pada tingkat yang lebih tinggi daripada
menerbitkan saham, ketika arus kas internal tidak cukup untuk mendanai belanja
modal (Myers, 2001). Modigliani dan Miller (1961) berpendapat bahwa di dalam
41
berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham. Lebih lanjut Modigliani dan
Miller (1961) berpendapat bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power
keputusan investasi. Sementara itu keputusan apakah laba akan dibagikan dalam
saat membuat struktur modal. Menurut teori ini, sebuah perusahaan yang
internal daripada dana eksternal (Myers & Majiluf, 1984). Awalnya, proyek
keuangan perusahaan pertama dengan laba ditahan. Jika laba ditahan tidak cukup,
perusahaan pergi untuk utang dan jika pendanaan lebih lanjut diperlukan, opsi
internal habis, perusahaan lebih memilih utang daripada ekuitas eksternal untuk
peluang pertumbuhan pendanaan yang dikaitkan dengan risiko yang lebih besar
daripada investasi dalam aktiva di tempat (Shyam Sunder-, Myers 1999; Ramalho,
Silva 2009 dalam Serrasquero (2012). Laba ditahan lebih disukai daripada utang
dan ekuitas karena laba ditahan hampir menanggung biaya flotasi dan tidak
42
memerlukan pengungkapan informasi keuangan perusahaan. Sebaliknya, sumber
positif antara tarif pajak efektif dan utang. Menurut trade-off teory yang
meminjam sampai ke titik di mana nilai marginal penghematan pajak atas utang
Kesulitan keuangan mengacu pada biaya kebangkrutan atau reorganisasi, dan juga
harus menggunakan lebih sedikit utang dari perusahaan dengan risiko yang lebih
rendah. Selain itu, perusahaan yang memiliki aset nyata harus menggunakan utang
lebih dari perusahaan yang memiliki aset lebih tidak berwujud karena hanya aset
aset tidak berwujud kemungkinan besar akan kehilangan nilai. Ia juga menyatakan
bahwa perusahaan yang membayar pajak pada tingkat yang lebih tinggi harus
mengambil lebih banyak utang karena risiko kebangkrutan lebih rendah daripada
43
Tujuan teori trade-off struktur modal adalah untuk menjelaskan strategi yang
dengan ekuitas dan terkadang dengan hutang. Teori trade-off memprediksi bahwa
sebuah perusahaan yang lemah secara eksklusif akan mengandalkan pada bank
untuk modal hutang. Hal yang mendasari adalah bahwa perusahaan menetapkan
target rasio utang yang ingin mereka capai. Menurut teori ini, ada hubungan
positif antara struktur modal dan kinerja perusahaan. Artinya, bagi perusahaan
yang lemah, hutang bank mendominasi campuran pasar dan hutang bank terlepas
pasar semacam itu atau menghadapi biaya mahal (Hackbarth, & Leland, 2007).
dimana nilai marjinal perisai pajak atas hutang tambahan diimbangi oleh kenaikan
pembayaran kepada pemegang hutang, perusahaan bahkan bisa bangkrut. Teori ini
dapat dijelaskan oleh biaya tekanan keuangan dan biaya agensi (Pandey, 2005
dalam Rusibana, 2016). Menurut teori tradeoff, struktur modal ditentukan oleh
manfaat hutang dan biaya hutang. Manfaat dan biaya bisa didapat dengan
berbagai cara. Dari perspektif "pajak dan kebangkrutan" adalah bahwa perusahaan
44
masalah agensi arus kas bebas karena hutang harus dilunasi untuk menghindari
penting terhadap keputusan struktur modal suatu perusahaan. Ini adalah dalam arti
mengurangi laba kena pajak. Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan pajak yang
melalui hutang karena pembayaran bunga yang terkait dengan hutang dikurangkan
dari pajak sedangkan pembayaran yang terkait dengan ekuitas seperti dividen
bukanlah potongan pajak yang diperbolehkan. Ini berarti bahwa efek dari lebih
atau kurang hutang dalam perusahaan dapat mengurangi atau meningkatkan nilai
trade-off tidak dapat menjelaskan korelasi antara profitabilitas tinggi dan rasio
dan struktur modal untuk Amerika Serikat, Jepang dan Kanada walaupun tidak
ada korelasi signifikan yang dapat ditemukan untuk Prancis, Jerman, Italia dan
Inggris. Sebuah studi yang dilakukan oleh Wippern (1966) dalam Rusibana
45
(2016) menyelidiki hubungan antara struktur modal dan kinerja perusahaan.
modal dan earning terhadap nilai pasar saham biasa sebagai indikator kinerja.
perusahaan. Pada tahun 1995 Roden dan Lewellen dalam Rusibana (2016)
Abor (2005), dia melakukan regresi, menganalisis dampak rasio tingkat hutang
modal perusahaan publik, firma dan usaha kecil Menengah. Dia mendasarkan
modelnya pada tiga ukuran struktur modal, yaitu, hutang jangka pendek terhadap
total aset, hutang jangka panjang terhadap total aset dan total hutang terhadap total
menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara hutang jangka
Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli
46
perusahaan sangat penting artinya bagi perusahaan, karena dengan
pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan (Euis dan Taswan,
2002 dalam Achmad dan Amanah, 2014). Semakin tinggi harga saham semakin
tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar
percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek
Nilai perusahaan dapat dinilai melalui tiga cara, yaitu melalui nilai buku,
nilai likuidasi, ataupun nilai pasar saham (Husnan dan Pudjiastuti, 2006 dalam
jenis penilaian yang berkaitan dengan saham, yaitu nilai buku (book value),
nilaipasar (market value) dan nilaiintrinsik (intrinsic value). Nilai buku adalah
nilai saham menurut pembukuan emiten. Nilai pasar ialah pembukuan nilai
saham di pasar saham dan nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham.
Investor perlu mengetahui ketiga nilai tersebut sebagai informasi penting dalam
pricebook value (PBV). Rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan atau
menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. PBV yang
tinggi mencerminkan harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku perlembar
47
tentunya memberikan harapan kepada pemegang saham berupa keuntungan yang
lebih besar pula, (Sartono, 2001). PBV dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
dimiliki oleh orang dalam (insider) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh
hal yaitu Pertama akan membantu pemegang saham untuk tingkat diversifikasi
risiko dan yang kedua dapat digunakan sebagai alat informasi untuk manajemen
dicapai dengan kerja sama antara manajemen perusahaan dengan pihak-pihak lain
Munculnya isu tata kelola perusahaan juga disebabkan oleh pemisahan antara
perusahaan karena berhubungan dengan kontrol yang mereka miliki dan juga ia
48
karena itu, struktur kepemilikan memiliki peran penting dalam menentukan nilai
terutama dalam hal meningkatkan kinerja individu dan kompensasi yang akan
(Faizal, 2004)..
memaksimalkan nilai perusahaan. Hal ini disebabkan oleh adanya kontrol yang
mereka miliki (Wahyudi dan Pawestri, 2005). Naik turunnya nilai perusahaan
merupakan prosentase saham yang dimiliki oleh pihak institusi perusahaan pada
hak suara yang dimiliki institusi (Beiner et al, 2003 dalam Annisa, 2013).
merupakan proporsi saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga,
49
seperti bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, atau institusi lain.
berdasarkan aset, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan total aset rata-
rata (Moelyadi, at al, 2014). Sedangkan menurut Mulianti (2009) besar kecilnya
suatu perusahaan yang dinyatakan dengan total aktiva atau total penjualan bersih
dapat menunjukan nilai perusahaan. Semakin besar total aktiva maupun penjualan
maka semakin besar pula ukuran suatu perusahaan. Semakin besar aktiva maka
Ukuran perusahaan akan sangat penting bagi investor dan kreditor karena
akan terkait dengan risiko investasi yang dilakukan. Rachmawati dan Triatmoko
perusahaan memiliki arus kas yang baik atau positif, sehingga dianggap memiliki
prospek yang baik dalam jangka panjang. Hal ini juga menunjukan bahwa
perusahaan relatif lebih stabil dan lebih baik menghasilkan keuntungan dari
perusahaan dengan total aset kecil. Kebijakan perusahaan akan berimplikasi pada
50
prospek arus kas untuk masa depan. Ini mempengaruhi pajak yang diterima oleh
masyarakat umum.Size dalam penelitian ini dihitung dari Log Size yang
2.2.4 Profitabilitas
laba bersih dari kegiatan yang dilakukan dalam suatu periode akuntansi.
menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. ROA diukur dari laba bersih
51
perusahaan maka semakin baik pula perusahaan tersebut mengelola
dihasilkan.Dalam hal ini investor salah satunya akan melihat pada tingkat
atau bahakan mengalami peningkatan secara terus menerus dalam jangka panjang.
dikatakan cukup pesat tiap periodenya. Kinerja keuangan ini dijabarkan dalam
profitabilitas merupakan hasil dari banyak keputusan yang dibuat secara terus
dicapai secara efektif dan efisien maka tingkat kepercayaan investor akan
Teori di bidang keuangan menganggap utang sebagai salah satu faktor risiko
52
keputusan perusahaan untukmenentukan campuran yang tepat antara ekuitas dan
perusahaan memiliki tiga sumber utama pembiayaan yang mereka miliki untuk
bisnis yang tinggi harus menggunakan lebih sedikit utang dari perusahaan risiko
yang lebih rendah. Hal ini karena semakin tinggi risiko probabilitas kesulitan
keuangan dan kebangkrutan juga semakin tinggi. Selain itu, perusahaan yang
memiliki aset nyata harus menggunakan utang lebih dari perusahaan yang
memiliki aset lebih yang tidak berwujud karena hanya aset berwujud dapat
digunakan sebagai jaminan. Selain itu, ketika kesulitan keuangan terjadi, aset
bahwa perusahaan yang membayar pajak pada tingkat yang lebih tinggi harus
mengambil lebih banyak utang karena risiko kebangkrutan akan lebih rendah
daripada perusahaan wajib pajak yang lebih rendah (Brigham et al, 1999 dalam
Rusibana, 2016). Teori pecking order yang telah diperkenalkan oleh Myers (1977)
juga relevan dengan penyimpangan struktur modal. Teori ini menyatakan bahwa
53
perusahaan memiliki hirarki yang lebih disukai untuk keputusan pembiayaan.
bentuk dana eksternal. Teori Biaya Agency menyatakan bahwa struktur modal
yang optimal dapat dicapai dengan mengurangi biaya yang dihasilkan dari konflik
antara manajer dan pemilik. Jensen dan Meckling (1976) berpendapat bahwa
struktur modal dapat digunakan untuk memantau manajer dalam mengejar tujuan
2005).
Menurut Riyanto (2008) Struktur modal perusahaan secara umum terdiri atas
a. Modal Sendiri
Modal sendiri sesungguhnya adalah modal yang berasal dari orang yang
Firma, CV, ataupun Perseroan Terbatas. Modal sendiri juga dapat didefinisikan
sebagai dana yang “dipinjam” dalam jangka waktu tak terbatas dari para
disimpulkan bahwa modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik
perusahaan yang tidak memiliki batas waktu dan dapat digunakan dalam kegiatan
usaha. Modal sendiri dapat diperoleh dari pihak internal maupun eksternal. Dari
pihak internal bisa berasal dari retairned earning, dan dari pihak eksternal bisa
didapatkan dari saham preferen dan saham biasa. Komponen modal sendiri yang
54
(a) Saham (Stock)
diterbitkan oleh emiten baik secara terbatas atau tertutup kepada orang-orang
tertentu saja ataupun bisa diterbitkan secara go public melalui bursa efek yang
Laba ditahan atau dikenal juga dengan retairned earning adalah sebagian laba
kembali sebagai dana untuk kegiatan operasional perusahaan selanjutnya atau bisa
(c) Hutang
Hutang adalah sumber pendanaan perusahaan yang berasal dari pinjaman yang
diperoleh dari pihak ketiga perusahaan atau pihak di luar yang berkepentingan
mulai dari penerbitan obligasi, meminjam dana dari pihak bank, melaksanakan
perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Oleh
karena itu, struktur modal diukur dengan Debt to equity ratio (DER). DER
merupakan total liabilities yaitu baik hutang jangka pendek maupun jangka
55
panjang sedangkan total shareholder’s equity merupakan total modal sendiri
(total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki
perusahaan. Rasio ini menjelaskan komposisi struktur modal dari total hutang
terhadap total ekuitas. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang
(jangka pendek dan jangka panjang) semakin besar dibandingkan dengan total
para pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen
seharusnya kapan laba akan dibagi dan kapan akan ditahan, dengan tetap
2012 dalam Achmad dan Amanah, 2014). Apabila perusahaan memilih untuk
membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan
Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka
adalah kebijakan yang dibuat perusahaan dalam menentukan berapa banyak dari
keuntungan harus dibayarkan kepada pemegang saham dan berapa banyak yang
56
harus ditahan kembali dalam perusahaan (Weston dan Brigham, 1981 dalam
Sheisarvian, 2015).
laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang saham
sebagai deviden atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan. Kebijakan terhadap
kepentingan yang berbeda, yaitu pihak pertama para pemegang saham, dan pihak
kedua perusahaan itu sendiri (Sukirni, 2012). Menurut Weston dan Copeland,
keputusan apakah laba diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada
pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal
untuk membagikan sebagian besar labanya sebagai dividen maka laba yang
ditahan akan kecil, sehingga kemampuan pembentukan dana intern akan kecil, hal
Sebaliknya bila perusahaan memilih untuk menahan sebagian besar labanya, maka
laba yang akan dibagikan sebagai dividen akan kecil. Oleh karena itu perusahaan
(Sjahrial, 2007):
57
1. Posisi likuiditas perusahaan
dibayarkan.
Apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar utang maka sisanya
Makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang dana yang dapat
sebagian disisihkan untuk investasi kembali atau sebagian ditahan dalam retained
earnings. Besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang
manajemen dalam hal ini sangat diperlukan manajemen haruslah pandai dalam
mengambil keputusan antara membagi laba tersebut berupa dividen atau laba
saham, kreditor, maupun pihak eksternal lain yang memiliki kepentingan dari
58
informasi yang dikeluarkan perusahaan. Dividen memiliki atau mengandung
Artini dan Suarjaya (2012). Semakin besar dividen yang dibagikan kepada
pemegang saham, maka kinerja perusahaan akan dianggap semakin baik, dan pada
akhirnya penilaian terhadap perusahaan yang tercermin melalui harga saham akan
Salah satu manfaat investasi pada saham ialah dividen. Dividen atau
keputusan alokasi keuntungan adalah salah satu dari empat keputusan di bidang
Keputusan dividen sangat penting karena keputusan ini menentukan apakah laba
(Ross et al, 2002). Dividen pada dasarnya adalah untuk kepentingan pemegang
saham sebagai imbalan atas risiko dan investasi mereka. Keputusan dividen
adalah penting karena mereka menentukan apa mengalir dana untuk investor dan
dana yang dipertahankan oleh perusahaan untuk investasi (Ross et al,. 2002).
pemegang saham. Jumlah dividen yang akan dibagikan diusulkan oleh dewan
direksi dan disetujui dalam rapat umum pemegang saham. Jenis dividen ada dua
yaitu dividen tunai dan dividen saham. Dividen tunai adalah pembagian dividen
kepada para pemegang saham dalam bentuk sejumlah uang untuk saham yang
pemegang saham dalam bentuk saham baru pada perusahaan tersebut yang
59
akhirnya akan meningkatkan jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham
potensi dividen masa depan, serta mempengaruhi biaya modal (Foong et al.,
2007). Kelangsungan hidup dari setiap perusahaan tergantung pada investasi terus
menerus dalam fasilitas dan tenaga kerja dari dana internal, melalui penggunaan
laba ditahan merupakan bagian integral dari sumber keuangan untuk membayar
kebutuhan investasi (Bajaj & Vijh 1990; Osaze & ANAO, 1990 dalam Ulawoma,
2012). Besar kecilnya dividen dapat diukur denganDPR (Dividend Payout Ratio)
Ratiomerupakan dividen per lembar saham dibagi laba per lembar saham.
Dividend payout ratio adalah persentase pendapatan yang akan dibayarkan kepada
para pemegang saham sebagai dividen kas. Rasio ini menunjukkan persentase
laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk tunai.
sebagai dividen kas. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi dividend payout ratio
yang ditetapkan oleh perusahaan, maka semakin kecil dana yang tersedia untuk
60
perusahaan untuk investasi sehingga akan menurunkan tingkat pertumbuhan
membagikan dividen kepada pemegang saham dalam dua bentuk, yaitu dividen
kas atau dividen saham (Husnan, 1998 dalam Achmad dan Amanah, 2014).
Menurut Robert Ang (1997), deviden payout ratio dapat dihitung dengan :
memilih membagikan deviden sebagai sinyal positif tentang kinerja dimasa yang
61
dependen, kebijakan hutang, profitabilitas dan likuiditas merupakan variabel
analisis sensitivitas ternyata diperoleh hasil bahwa tidak ada pengaruh antara
variable interaksi kebijakan utang, profitabilitas dan likuiditas dengan size. Berarti
Perusahaan Dan Earning Per Share Terhadap Kebijakan Dividen DiBursa Efek
62
Penelitian Earning Per Share Tidak Berpengaruh Terhadap Kebijakan Dividen.
Hal Ini Dikarenakan Seberapa Pun Besar Earning PerShare (EPS) Yang Ada Di
Firm Size Tidak Berpengaruh Terhadap Kebijakan Dividen. Besarnya Asset Yang
Penelitian yang dilakukan Septi Surya dkk (2014) tentang Pengaruh Rasio-
Rasio Keuangan Terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) (Studi Pada Perusahaan
Yang Listing Di BEI Tahun 2009 – 2011), metode penelitian dengan analisis
regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa Current Ratio (CR),
Return on Equity (ROE), Total Asset Turn Over (TATO), Debt to Equity Ratio
keuangan terhadap kebijakan deviden (studi empiris pada perusahaan real estate
dan property yang terdaftar di bursa efek indonesia). metode analisis yang
digunakan oleh peneliti yaitu metode analisis regresi linier berganda. hasil
Penelitian Muhammad Asad dan Saddia Yousaf (2014) yang berjudul Impact
63
profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen,
Penelitian Aliya Bushra dan Mirza (2015) yang berjudul The Determinants of
Corporate Dividend Policy in Pakistan companies listed on the KSE 100 index for
hubungan negatif dengan dividend payout ratio dan dividend yield. Pertumbuhan
dan manajemen atau perusahaan milik keluarga menghindari dividen. rasio market
cash position terhadap kebijakan deviden. Menemukan hail bahwa variable yang
64
institusional, ukuran perusahaan, dan kebijakn hutang. Sedangkan variable cash
kebijakan dividen.
Dengan keputusan ini perusahaan memilik laba ditahan yang sangat besar yang
65
2010. Metode analisis yang digunakan oleh peneliti yaitu metode analisis regresi
Penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2012) dengan judul penelitian analisis
Indonesia periode tahun 2007-2009. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
mempunyai koefisisen regresi dengan arah positif terhadap nilai perusahaan. Hal
ini dapat diartikan bahwa pengaruh struktur modal searah dengan nilai
perusahaan, yaitu setiap adanya peningkatan struktur modal maka akan terjadi
Penelitian yang dilakukan oleh Umi,Gatot dan Nazir (2012) tentang pengaruh
2010. Metode analisis yang digunakan oleh peneliti yaitu metode analisis regresi
66
Penelitian Yuliani, at al (2013) tentang Pengaruh Keputusan invesyasi,
pendanaan, dan dividen terhadap nilai perusahaan dengan risiko bisnis sebagai
sedang Keputusan investasi dan dividen tidak dapat dimediasi oleh risiko bisnis,
keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan dapat dimediasi oleh risiko bisnis.
Penelitian yang dilakukan oleh Robinhot Gultom et.al (2013) tentang analisis
perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode analisis
yang digunakan oleh peneliti yaitu metode regresi linier berganda. Hasil penelitian
67
perusahaan, sedangkan struktur modal, likuiditas dan ukuran perusahaan tidak
Property, Real Estate & Building Construction Yang Terdaftar Di BEI Periode
ratio, kebijakan dividen, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Penelitian Ayu Sri Mahatma Dewi dan Ary Wirajaya (2013) dengan judul
Insider Ownership, Kebijakan Hutang Dan Free Cash Flow Terhadap Nilai
68
Penelitian Abu kosim at al (2014) yang meneliti tentang ownership structure
nilai perusahaan.
69
Dividend Policy and Firm Value Manufacturing Company’s value in Indonesia
nilai.
hasil bahwa CSR, GCG, SIZE berpengaruh terhadap profitabilitas dan nilai
perusahaan. Dan Profitabilitas dapat memediasi pengaruh CSR, GCG dan SIZE
Variabel capital Structure, debt equity ratio, debt ratio, interest coverage ratio,
perusahaan
70
PenelitianAnggi Septia, at al (2015) tentang Analisis Kebijakan Dividen,
bahwa dividend yield dan DAR berpengaruh dan signifikan terhadap nilai
perusahaan
equity dan growth opportunity tidak memiliki pengaruh sedangkan likuiditas dan
Dan Laba Dengan Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Deviden Sebagai Variabel
kebijakan dividen, Laba tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen, Laba dan
71
Penelitian Abdul Rasyid (2015) tentangEffects of ownership structure, capital
terhadap Nilai perusahaan Sementara itu, sebagian, rasio Hutang terhadap ekuitas
assets memiliki Pengaruh positif yang signifikan terhadap Nilai perusahaan Hasil
memoderasi rasio hutang terhadap ekuitas terhadap nilai perusahaan, Dan tidak
Penjualan, Log Ekuitas & EPS memiliki hubungan positif dan signifikan dengan
nilai perusahaan.
72
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
73
No Peneliti/ Judul Variabel penelitian Alat Hasil penelitian
Tahun analisis
74
No Peneliti/ Judul Variabel penelitian Alat Hasil penelitian
Tahun analisis
10. Aliya Bushra The Variabel Dependen: Data panel Ukuran perusahaan
dan Mirza Determinants Kebijakan dividen Memiliki hubungan
(2015) of Corporate negatif dengan
Dividend Variabel dividend payout ratio
Policy in independen : dan dividend yield.
Pakistan ROA, ROE, Pertumbuhan
companies Leverage, MBV, penjualan
listed on the owner structural, berhubungan positif
KSE 100 index growth opprtunity dengan dividend yield,
for the period Kepemilikan
2005-2010 terkonsentrasi di
dalam institusi (seperti
bank dan
asuransiPerusahaan),
manajemen / keluarga,
dan individu memiliki
dampak negatif
terhadap Rasio
pembayaran dividen,
Pemilik institusional
cenderung
mempertahankan
kelebihan uang dan
dengan demikian
Menghilangkan
dividen, pemilik
individu lebih
menyukai capital gain,
dan manajemen atau
perusahaan milik
keluarga menghindari
dividen. rasio market
to book berpengaruh
negatif dan signifikan,
dan leverage tidak
berpengaruh terhadap
kebijakan dviden.
11. Firmanda Pengaruh Variabel dependen : Regresi bahwa variable yang
(2015) kepemilikan Kebijakan dividen berpengaruh positif
manajerial, Variabel terhadap kebijakan
kepemilikan dividen adalah
75
No Peneliti/ Judul Variabel penelitian Alat Hasil penelitian
Tahun analisis
76
No Peneliti/ Judul Variabel penelitian Alat Hasil penelitian
Tahun analisis
77
No Peneliti/ Judul Variabel penelitian Alat Hasil penelitian
Tahun analisis
terhadap nilai
perusahaan dapat
dimediasi oleh risiko
bisnis.
78
No Peneliti/ Judul Variabel penelitian Alat Hasil penelitian
Tahun analisis
79
No Peneliti/ Judul Variabel penelitian Alat Hasil penelitian
Tahun analisis
80
No Peneliti/ Judul Variabel penelitian Alat Hasil penelitian
Tahun analisis
81
No Peneliti/ Judul Variabel penelitian Alat Hasil penelitian
Tahun analisis
82
No Peneliti/ Judul Variabel penelitian Alat Hasil penelitian
Tahun analisis
83
No Peneliti/ Judul Variabel penelitian Alat Hasil penelitian
Tahun analisis
variabel dependen terdiri dari Price to book value (PBV), yang digunakan sebagai
indikatornya.
dimiliki oleh orang dalam (insider) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh
84
beberapa peneliti diyakini mempengaruhi jalannya perusahaan, yang pada
Hal ini disebabkan oleh adanya kontrol yang mereka miliki (Wahyudi dan
kepemilikan saham oleh investor institusi (Apriada, 2013). Dalam Sugiarto (2011)
yang dimaksud institusi yaitu institusi atau lembaga, seperti bank, perusahaan
diperusahaan tersebut.
yang tinggi akan meningkatkan upaya pengawasan yang lebih intensif sehingga
dengan cara meningkatkan pembagian dividen . Salah satu alasan yang paling
sering dikutip mengapa perusahaan membayar dividen adalah tentang arus kas
bebas, yang didasarkan pada gagasan bahwa ada konflik kepentingan antara
manajer dan pemegang saham. Dalam agency theory dijelaskan bahwa Perilaku
menguntungkan diri sendiri (Jensen dan Meckling, 1976). Oleh karena itu, arus
kas bebas dapat membuat masalah keagenan karena dapat digunakan untuk
dividen mengurangi jumlah uang tunai yang dapat disia-siakan oleh manajer.
85
Dengan demikian, dividen dapat digunakan sebagai mekanisme untuk mengurangi
Hal tersebut sejalan dengan penelitian Rasyid (2015), Sisca (2008) dan
perusahaan berdasarkan aset, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan total
aset rata-rata (Moelyadi, at al, 2014). Sedangkan menurut Mulianti (2009) Ukuran
dinyatakan dengan total aktiva atau total penjualan bersih. Ukuran perusahaan
akan sangat penting bagi investor dan kreditor karena akan terkait dengan risiko
umumnya memiliki kekuatan finansial yang lebih besar dalam menunjang kinerja
berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, sehingga
baik atau buruk. Size yang besar memudahkan perusahaan dalam masalah
86
pendanaan. Perusahaan umumnya memiliki fleksibilitas dan aksesibilitas yang
besar ini menunjukkan perusahaan memiliki arus kas yang baik atau positif,
sehingga dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka panjang. Hal ini
juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih baik
perusahaan akan berimplikasi pada prospek arus kas untuk masa depan. Semakin
besar total aktiva maupun penjualan maka semakin besar pula ukuran suatu
perusahaan. Semakin besar aktiva maka semakin besar modal yang ditanam,
sementara semakin banyak penjualan maka semakin banyak juga perputaran uang
Temuan ini juga mendukung gagasan Syed & Wasim (2011) bahwa ukuran
tingkat dividen yang lebih tinggi dari perusahaan kecil. Hal ini disebabkan
sejalan dengan hasil penelitian Sica (2008) dan firmanda (2015) yang menemukan
Berdasarkan hasil penelitian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
87
H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh positifterhadap kebijakan dividen
memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal
sendiri. Sedangkan Nilai Dividen perusahaan adalah bagian dari laba bersih
perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Rasio profitabilitas ini akan
penilaian secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat atas
Dalam hal ini investor salah satunya akan melihat pada tingkat profitabilitas
profitabilitas yang secara terus menerus dalam jangka panjang menandakan bahwa
profitabilitas. Profitabilitas yang lebih tinggi, arus kas perusahaan yang lebih
tinggi, dan perusahaan diharapkan untuk membayar dividen lebih tinggi (Jensen et
88
al, 1992). Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Rizqia (2013) dan Rasyid
yang tepat antara ekuitas dan utang adalah keputusan strategis perusahaan yang
penggunaan dana eksternal berupa hutang. Penggunaan hutang ini akan diartikan
antara manajer dan pemegang saham salah satunya yakni dengan pembayaran
saham atau manajer dengan pemberi pinjaman. Itu karena dengan meningkatkan
yang tinggi (Chrutchley dan Hansen, 1989). Hubungan antara leverage keuangan
89
dengan kebijakan dividen timbul dari perjanjian utang dari kreditur untuk
secara periodic.
keuangan dan kegagalan perusahaan juga semakin tinggi (Wongso, 2013). Dengan
level hutang akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi
leverage keuangan perusahaan yang lebih tinggi akan semakin rendah kebijakan
Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian Risqia (2013) dan Jorenza
saham dan berapa banyak yang harus ditahan kembali dalam perusahaan (Weston
dan Brigham, 1981 dalam Sheisarvian, 2015). Dalam Bird in the Hand Theory
90
disebutkan oleh Lintner (1956) dan telah didukung oleh berbagai peneliti
ketidakpastian dan asimetri informasi, dividen tersebut dinilai berbeda dari saldo
suatu burung di tangan lebih berharga dari pada seribu burung di udara. Karena
ketidakpastian dari arus kas masa depan, investor akan sering cenderung memilih
dividen dari pada laba ditahan. Hal ini disebabkan tingginya tingkat
ketidakpastian yang berkaitan dengan capital gain dan dividen yang dibayarkan di
masa depan. Dividen saat ini lebih mudah diprediksi dari pada capital gain, karena
harga saham ditentukan oleh kekuatan pasar dan bukan oleh manajer (Keown,
sebagai sinyal arus kas masa depan yang diharapkan. Peningkatan dividen
menunjukkan bahwa manajer mengharapkan arus kas yang lebih tinggi di masa
depan. teori ini didasarkan pada asumsi bahwa investor luar memiliki informasi
yang tidak sempurna mengenai arus kas masa depan perusahaan dan keuntungan
modal. Asumsi lain yang penting adalah bahwa dividen dikenakan pajak pada
tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan capital gain. Bhattacharya (1979)
berpendapat bahwa dalam keadaan ini meskipun ada kelemahan pajak untuk
91
dividen, perusahaan akan memilih untuk membayar dividen untuk mengirim
menghasilkan keuntungan yang stabil dan meningkat dapat dilihat sebagai sinyal
positif oleh investor terkait dengan kinerja perusahaan, sehingga respon positif
penelitian Rasyid (2015) dan Rizqia (2013) yang menemukan bukti bahwa
hasil penelitian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
dan jumlah saham yang dimiliki oleh pihak eksternal atau investor (kepemilikan
luar). Hubungan antara manajer dan pemegang saham dalam teori keagenan
ini disebabkan oleh adanya kontrol yang mereka miliki (Wahyudi dan Pawestri,
92
2005). Naik turunnya nilai perusahaan dipengaruhi oleh struktur kepemilikan.
perusahaan karena berhubungan dengan kontrol yang mereka miliki dan juga
karena itu, struktur kepemilikan memiliki peran penting dalam menentukan nilai
terutama dalam hal meningkatkan kinerja individu dan kompensasi yang akan
Hal ini dapat terjadi karena adanya asimetri informasi, di mana manajer lebih
merugikan pemegang saham dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu monitoring
dan ikatan. Monitoring dapat dilakukan oleh investor dari luar, sedangkan ikatan
adalah pembatasan yang dibuat oleh manajer sendiri dalam mengambil tindakan.
93
atau monitoring perusahaan yakni dengan cara meningkatkan kepemilikan
pemegang saham dari luar seperti institusional investor dapat mengurangi agency
perusahaan dapat lebih diawasi sehingga dapat mencapai tujuan. Nilai perusahaan
dapat meningkat jika institusi mampu menjadi alat monitoring yang efektif
(Slovin dan Sushka, 1993 dalam Indrayani, 2012). Hal ini didukung oleh Cruthley
et al., dalam Susanti (2015) yang menemukan bahwa pengawasan yang dilakukan
Pernyataan tersebut didukung oleh temuan Rustendi (2008) dan Abu Kosim
(2014) serta Esther dan Danson (2014) yang menemukan hasil bahwa struktur
penelitian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
berdasarkan aset, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total
94
aset (Moelyadi, at al, 2014).Ukuran perusahaan akan sangat penting bagi investor
dan kreditor karena akan terkait dengan risiko investasi yang dilakukan.
besar menunjukkan perusahaan memiliki arus kas yang baik atau positif, sehingga
dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka panjang. Hal ini juga
mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih baik menghasilkan
akses yang lebih mudah ke pasar modal, dan biaya transaksi yang lebih kecil jika
sinyal bagi investordimana perusahaan dengan asset besar memiliki prospek yang
mengalami perkembangan yang akan direspon positif oleh investor dan membuat
(Hansen,2014).
95
H7 : Ukuran perusahaan berpengaruh positifterhadap Nilai Perusahaan
memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal
operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi atau aktiva, dan tingkat
perusahaan yang baik bahwa investor akan merespon positif dan akan
Soebiantoro (2007) juga menyatakan hal yang sama bahwa profitabilitas yang
merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan akan meningkat.Hal tersebut
dapat menciptakan sentimen positif para investor. Hal ini didukung oleh Wahyudi
terkait, laba bersih yang tinggi mungkin menjadi salah satu indikasi bahwa nilai
96
perusahaan telah meningkat, karena tingginya tingkat laba bersih akan
mempengaruhi harga saham dan nilai perusahaan juga menjadi lebih tinggi.
Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian Rasyid (2015), dan Rizqia
yang tepat antara ekuitas dan utang adalah keputusan strategis perusahaan yang
modal dapat didefinisikan sebagai komposisi modal perusahaan yang dilihat dari
sumber tertentu yang menunjukkan porsi modal perusahaan yang berasal dari
sumber-sumber utang (kreditur) dan pada saat yang sama juga menunjukkan porsi
modal dari pemilik modal sendiri . Struktur modal sangat berpengaruh dalam
itu juga dapat meminimalkan risiko. Dalam rangka untuk mencapai hasil yang
maksimal biaya harus minimal, termasuk biaya modal, sehingga perusahaan harus
pembiayaan yang efisien akan terjadi jika perusahaan memiliki struktur modal
97
Dalam agency theory disebutkan bahwa Efek Financial leverage dapat
keagenan. Hal ini dapat meningkatkan nilai perusahaan karena masalah keagenan
pengurangan pajak (Modigliani dan Miller, 1963). Dalam signaling theory (Fama
dan French, 1998) dan trade of theory (Modigliani dan Miller, 1963) juga
Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian Rizqia (2013) dan Ela
Peningkatan nilai perusahaan dapat dicapai jika ada kerja sama antara
manajemen perusahaan dan pihak-pihak lain yang meliputi pemegang saham dan
memaksimalkan modal kerja yang dimiliki. Munculnya isu tata kelola perusahaan
juga disebabkan oleh pemisahan antara kontrol kepemilikan perusahaan. Ini juga
merupakan isu penting dan kontroversial mengenai tata kelola perusahaan adalah
98
kepemilikan menjelaskan komitmen pemilik untuk menyelamatkan perusahaan
perusahaan. Hal ini disebabkan oleh adanya kontrol yang mereka miliki (Wahyudi
dan Pawestri, 2005). Naik turunnya nilai perusahaan dipengaruhi oleh struktur
sebagai agen perusahaan memiliki tujuan yang berbeda, terutama dalam hal
meningkatkan kinerja individu dan kompensasi yang akan diterima. Jika manager
atas investasi mereka (Faizal, 2004). Hal ini dapat terjadi karena adanya asimetri
informasi, di mana manajer lebih mengetahui akan informasi internal dan prospek
99
salah satu keputusan perusahaan yang dipengaruhi oleh struktur kepemilikan
manajer) dalam suatu perusahaan hingga batas tertentu (Jensen, 1986). karena
untuk penggunaan pribadi mereka, jika mereka tidak membayar dividen kepada
pemegang saham. Kebijakan dividen tidak hanya mengurangi biaya agensi tetapi
dengan memberikan informasi tentang dua hal penting. Pertama akan membantu
bagi pemegang saham untuk tingkat diversifikasi risiko dan yang kedua adalah
bahwa, itu akan digunakan sebagai alat informasi untuk manajemen tentang
mendukung kepentingan para pemegang saham dan manajer. Oleh karena itu,
100
salah satu bisa berharap bahwa struktur kepemilikan akan mempengaruhi resolusi
dividen perusahaan.
yang penting dalam lingkungan bisnis saat ini karena tidak hanya dari sudut
kebijakan dividen dapat mempengaruhi nilai harga saham perusahaan. Itu karena
Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Nafiiah (2016) yang menemukan
101
2.4.1.11 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan
Ukuran perusahaan akan sangat penting bagi investor dan kreditor karena akan
terkait dengan risiko investasi yang dilakukan. Rachmawati dan Triatmoko (2007)
memiliki arus kas yang baik atau positif, sehingga dianggap memiliki prospek
yang baik dalam jangka panjang. Hal ini juga mencerminkan bahwa perusahaan
relatif lebih stabil dan lebih baik dalam menghasilkan keuntungan dari pada
perusahaan dengan total aset kecil. Kebijakan perusahaan akan berimplikasi pada
pencapaian profitabilitas dan stabilitas, akses yang lebih mudah ke pasar modal,
dan biaya transaksi yang lebih kecil jika dibandingkan dengan perusahaan kecil
catatan yang dimiliki oleh perusahaan besar. Respon positif dari investor dapat
2013).
kecil. Hal ini karena perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah untuk masuk
yang besar kepada pemegang saham. Dengan demikian, kebijakan dividen penting
102
untuk memenuhi harapan pemegang saham dengan tidak menghambat
pertumbuhan perusahaan. Dalam theory bird in the hand Dividen diterima pada
saat ini akan memiliki nilai lebih tinggi dari capital gain yang diterima di masa
depan, sehingga investor tidak bersedia untuk berspekulasi dan lebih memilih
berpendapat bahwa dividen memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini
sejalan dengan penelitian Rasyid (2015) yang menemukan hasil bahwa ukuran
Nilai Dividen Perusahaan adalah bagian dari laba bersih perusahaan yang
dibagikan kepada pemegang saham. Profitabilitas yang lebih tinggi, arus kas
dividen lebih tinggi (Jensen et al, 1992, Abor dan Bokpin, 2010). Haruman (2008)
103
untuk berinvestasi. Investor yang tertarik akan return (profitabilitas) yang lebih
dapat dilihat sebagai sinyal positif oleh investor terkait dengan kinerja perusahaan,
yang lebih tinggi menunjukkan prospek yang lebih baik dari perusahaan sehingga
investor akan tertarik untuk membeli saham dan kinerja perusahaan pasar akan
meningkat.
Hal ini sejalan dengan penelitian Rasyid (2015), Rizqia (2013) dan Nafiiah
Berdasarkan hasil penelitian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Struktur modal menyangkut aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh dana dan
104
dimiliki atau diperoleh perusahaan digunakan sebagai modal untuk menopang
yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima.
(Modigliani dan Miller, 1963). Selain itu, dengan utang yang tinggi, manajer
menghasilkan arus kas yang dapat digunakan untuk pembayaran periodik bunga
semakin rendah kebijakan dividen perusahaan (Jensen et al., 1992), karena laba
perusahaan akan berkurang untuk membayar biaya modal atas hutang. Rendahnya
dividen memiliki dampak negative terhadap nilai perusahaan, hal ini didasarkan
bahwa efek pembayaran dividen yang optimal dapat dilihat sebagai sinyal
menghasilkan keuntungan yang stabil dan meningkat dapat dilihat sebagai sinyal
positif oleh investor terkait dengan kinerja perusahaan, sehingga respon positif
105
Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Mardasari (2014) yang
saham. Hal ini karena laba yang dihasilkan perusahaan akan lebih banyak
digunakan untuk membayar bunga dan pokok pinjaman kepada pihak kreditur
Berdasarkan pada hubungan antar variabel diatas dan juga beberapa hasil
106
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
Bernandhi (2013)
maka hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
107
H1: Struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap kebijakan
dividen
Perusahaan
108
BAB III
METODE PENELITIAN
dua variabel atau lebih. Hubungan dalam penelitian ini merupakan hubungan
kausal yaitu sebab akibat, diamana ada variabel eksogen (bebas) yaitu variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada lima variabel yang terdiri dari
109
dua variabel endogen, empat variabel eksogen. Variabel endogennya yaitu nilai
Variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang
ini variabel yang digunakan terdiri dari atas tiga macam, yaitu variabel eksogen
variabel endogen (dependent variable) atau variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dan variabel mediasi (intervening
endogen mempunyai anak panah yang menuju ke arahnya dan dari arah variabel
tersebut dalam suatu model diagram jalur, yang dijadikan variabel perantara
110
2.1.1.2 Variabel Eksogen (Variabel Bebas)
Variabel-variabel eksogen dalam model jalur ialah semua variabel yang tidak
dipilih oleh peneliti. Definisi operasional dapat didasarkan pada satu atau lebih
sumber atau referensi, dengan disertai alasan yang mendasari penggunaan definisi
Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu Price to Book Value (PBV),
PBV digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai
menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. PBV (Price
to Book Value) yang merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai
buku per lembar saham (Ang, 1997), menunjukkan nilai pasar saham lebih besar
dari nilai bukunya (overvalued) atau lebih kecil dari nilai bukunya (undervalued).
111
Satuan pengukuran PBV adalah dalam persentase yang dapat dihitung
oleh orang dalam (insider) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor
( Jahera dan Aurburn, 1996 ). Struktur kepemilikan dapat di ukur dengan indicator
yang dimiliki oleh pihak institusi perusahaan pada akhir tahun. Kepemilikan
berdasarkan aset, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan total aset rata-
112
dinyatakan dengan total aktiva atau total penjualan bersih. Ukuran perusahaan
2.1.2.2.3 Profitabilitas
dari aktiva yang dipergunakan. Rumus ROA dapa dihitung sebagai berikut :
perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Oleh
karena itu, struktur modal diukur dengan indicator sebagai Debt to equity ratio
113
3.1.2.4.1 Kebijakan Dividen
laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang saham
sebagai deviden atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan (Sukirni, 2012).
Kebijakan dividen diukur dengan indikator sebagai DPR (Dividend Payout Ratio)
saham (Hadi, 2013). Menurut Robert Ang (1997), Dividend Payout Ratio adalah
dividen per lembar saham dibagi laba per lembar saham. dividend payout ratio
adalah persentase pendapatan yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham
sebagai dividen kas. Rasio ini menunjukkan persentase laba perusahaan yang
Menurut Robert Ang (1997), deviden payout ratio dapat dihitung dengan :
114
Perusahaan menunjukkan tingkat Harga Per Lembar Saham
(PBV) kemampuan perusahaan Nilai Buku Per Lembar Saham
menciptakan nilai relatif PBV=
terhadap jumlah modal yang
diinvestasikan. PBV (Price to
Book Value) yang merupakan
perbandingan antara harga
saham dengan nilai buku per
lembar saham (Ang, 1997),
Variabel Independen
115
keputusan perusahaan
untukmenentukan campuran
yang tepat antara ekuitas dan
utang adalah keputusan
strategis perusahaan yang
Total Debt
dihadapkan denganbanyak
Total Equity
tantangan bagi perusahaan
(Modugu, 2013. Tolak ukur DER =
leverage, leverage dengan
angka dibawah 1.00,
mengindikasikan bahwa
perusahaan memiliki hutang
yang lebih kecil dari modal
(ekuitas) atau aset yang
dimilikinya.
Variabel Intervening
Kebijakan Kebijakan dividen
Dividen menyangkut tentang
penggunaan laba yang
menjadi hak para pemegang
saham. Pada dasarnya, laba
tersebut bisa dibagi sebagai
dividen atau ditahan untuk DPR = Dividen per share
diinvestasikan kembali. Earning Per Share
Dengan demikian
pertanyaannya seharusnya
kapan laba akan dibagi dan
kapan akan ditahan, dengan
tetap memperhatikan tujuan
perusahaan yaitu
meningkatkan nilai
perusahaan (Husnan, 2012).
3.2.1 Populasi
116
Populasi adalah keseluruhan dan karakteristik atau unit hasil pengukuran
yang menjadi objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Ghozali 2011). Selama tahun
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti. Pada penelitian ini
ini adalah :
2011-2016.
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder,
dimana data sekunder merupakan data-data yang diambil dari catatan atau sumber
lain yang telah ada sebelumnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
117
Indonesia (BEI) dengan pengambilan data dari ICMD ( Indonesian Capital Market
data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari
1. Studi Pustaka
Studi pustaka yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mencatat data dari laporan-laporan, catatan dan arsip-arsip yang ada di beberapa
sumber seperti BEI, perpustakaan, internet dan sumber lain yang relevan dengan
2. Dokumentasi
mendeskripsikan suatu data dalam variabel yang dilihat dari nilai rata-rata (mean),
118
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model kausalitas atau
hubungan pengaruh. Untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
maka teknik analisis yang digunakan adalah analisis jalur atau path analysis yang
cukup kompleks.
Keterangan :
SK : Struktur kepemilikan
Profit : Profitabilitas
SM : Struktur modal
KD : Kebijakan dividen
(dimana dalam matriks korelasi rentang yang umum berlaku adalah (0 s/d 1) .
119
Program komputer yang digunakan sebagai untuk mengestimasi model adalah
1. Normalitas
variabel memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011). Model yang baik adalah
normal atau tidak yaitu dengan analisis rasio skewness dan Kurtosis. Nilai rasio
skewness dan Kurtosis yang lebih kecil dari 2,58 menunjukkan data yang
terdistribusi normal.
2. Outliers
mendeteksi keberadaan data outlier dapat diuji dengan nilai jarak Mahalanbonis
Distance. Nilai jarak Mahalanobis distance yang lebih besar dari nilai c2 dngan df
3. Multikolinearitas
dapat dideteksi dari determinan matriks kovarians. Apabila nilai nya yang sangat
kovariance matriks sampel. Jika nilainya tidak 0 maka tidak menunjukkan adanya
multikolinieritas.
120
3.5.2.2. Mengevaluasi kriteria Goodness-of-fit
mendasar adalah likehood ratio chi-square statistic. Model yang diuji akan
rendah /kecil dan tidak signifikanlah yang diharapkan agar hipotesis nol sulit
ditolak dan dasar penerimaan adalah probabilitas dengan cut-off value sebesar p
Pengujian hipotesis digunakan untuk menguji setiap hipotesis yang ada dengan
menggunakan uji statistik yang tepat. Penelitian ini adalah uji statistik C.R. Hasil
diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis menggunakan uji statistik C.R bertujuan
tidak signifikan terhadap variabel terikatnya (Ghozali, 2011). Uji statistik CR juga
digunakan adalah 95% atau taraf signifikan 5% (λ= 0,05) dengan kriteria
121
a. Apabila p value ≤ 0,05 maka mampu menolak H 0 atau dengan kata lain
b. Apabila p value > 0,05, maka tidak mampu menolak H 0 atau dengan kata lain
Gambar 3.2
Kebijakan dividen
β1 β3
e
Struktur Kepemilikan β2 Nilai perusahaan
β1 x β3 > β2
122
Dalam gambar dapat dijelaskan bahwa struktur kepemilikandapat
tidak langsung yaitu lewat variabelkebijakan dividen lebih dahulu baru ke Nilai
analisis jalur (Path Analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis
regresi linear berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi
untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model kasual) yang telah
landasan teoritis. Apa yang dapat dilakukan oleh analisis jalur adalah menentukan
pola hubungan antara tiga atau lebih variabel dan tidak dapat digunakan untuk
dihitung dengan membuat dua persamaan struktural yaitu persamaan regresi yang
123
3.5.2.5. Sobel Test
Sobel test menghendaki asumsi jumlah sampel besar dan nilai koefisien
mediasi berdistribusi normal. Menurut Ghozali, (2011) pada sampel kecil yang
p2p3
t=
Sp2p3
Jika nilai t hitung lebih besar dari t tabel dengan tingkat signifikansi 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa koefisien mediasi signifikan yang berarti ada
pengaruh mediasi.
124
BAB IV
Sampel perusahaan dalam penelitian ini merupakan data cross section dari
sampel data sebesar 156. Selanjutnya sejumlah data tersebut digunakan untuk
125
menganalisis data dan pengujian hipotesis. Sebelum membahas pengujian
hipotesis, secara deskriptif data akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai kondisi
didapatkan data sampel sebanyak 156, yang secara deskriptif akan dijelaskan
periode.
tersebut :.
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
126
Valid N (listwise) 156
Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji deskriptif pada tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa
terdapat 156 data yang digunakan dalam penelitian ini. Dari hasil analisis
nilai minimum sebesar 0.41 yang dimiliki PT Trias Sentosa Tbk (TRST) tahun
(MLBI) tahun 2012, dengan nilai rata-rata (Mean) sebesar 4.6749 dan nilai
standar deviasi 6.73185. Hasil ini menunjukkan nilai standar deviasi nilai
perusahaan (PBV) lebih besar dari nilai rata- ratanya (Mean). Hal ini
mengindikasikan bahwa adanya nilai yang kurang baik, hal tersebut karena
nilai minimum sebesar 0.15 yang dimiliki PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM)
tahun 2011-2016, dengan nilai rata-rata (Mean) sebesar 0.6999 dan nilai standar
deviasi 0.17063. Hasil ini menunjukkan nilai standar deviasi struktur kepemilikan
lebih kecil dari nilai rata- ratanya (Mean). Hal ini menunjukkan bahwa jarak
simpangan data sampel tidak terlalu jauh, hal tersebut mengindikasi bahwa nilai
minimum sebesar 25.31 yang dimiliki PT Lionmesh Prima Tbk (LMSH) tahun
127
tahun 2016, dengan nilai rata-rata (Mean) sebesar 29.0737 dan nilai standar
deviasi 1.83437. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai standar deviasi ukuran
perusahaan lebih kecil dari nilai rata- ratanya (Mean). Hal ini menunjukkan bahwa
jarak simpangan data sampel tidak terlalu jauh, hal tersebut mengindikasi bahwa
minimum sebesar 0.02 yang dimiliki PT Trias Sentosa Tbk (TRST) tahun 2015.
tahun 2013, dengan nilai rata-rata (Mean) sebesar 0.1495 dan nilai standar deviasi
0.10710. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai standar deviasi profitabilitas lebih
kecil dari nilai rata- ratanya (Mean). Hal ini menunjukkan bahwa jarak simpangan
data sampel tidak terlalu jauh, hal tersebut mengindikasi bahwa nilai data
minimum sebesar 0.11 yang dimiliki PT Madom Indonesia Tbk (TCID) tahun
(MLBI) tahun 2014, dengan nilai rata-rata (Mean) sebesar 0.5720 dan nilai
standar deviasi 0.41467. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai standar deviasi
struktur modal lebih kecil dari nilai rata- ratanya (Mean). Hal ini menunjukkan
bahwa jarak simpangan data sampel tidak terlalu jauh, hal tersebut mengindikasi
128
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa kebijakan dividen (DPR) menunjukkan nilai
minimum sebesar 0.02 yang dimiliki PT Lionmesh Prima Tbk (LMSH) tahun
2012. Nilai maksimum sebesar 1.72 pada PT Merck,Tbk (MERK) tahun 2012,
dengan nilai rata-rata (Mean) sebesar 0.4456 dan nilai standar deviasi 0.29899.
Hasil ini menunjukkan bahwa nilai standar deviasi kebijakan dividen lebih besar
dari nilai rata- ratanya (Mean). Hal ini menunjukkan bahwa jarak simpangan data
sampel terlalu jauh, hal tersebut mengindikasi bahwa nilai data kebijakan dividen
kurang baik.
4.3. Pengujian
perlu dilakukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu. Yang terdiri sebagai
berikut:
digunakan, apabila nilai CR pada skewness data berada pada rentang antara + 2.58
atau berada pada tingkat signifikansi 0.01 ( 1%) dapat disimpulkan bahwa tidak
ada bukti data yang digunakan mempunyai sebaran yang tidak normal. Hasil
Tabel 4.3
Normalitas Data
129
Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.
13.03
DER .108 3.029 2.557 9.954 25.378
6
10.28
PROFIT .016 .657 2.017 5.581 14.229
3
33.19
SIZE 25.308 .257 1.309 -.756 -1.928
9
INST .145 .982 -.449 -2.287 -.344 -.877
DPR .023 1.718 1.531 7.805 3.030 7.724
47.26 20.56
PBV .411 4.032 19.203 48.957
9 0
Multivariate 52.449 33.430
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2017
skewness value dan kurtosis value, menunjukkan bahwa secara univariate variabel
tidak menujukkan data yang normal. Maka diperlukan transformasi data dengan
DER, DPR dan PBV, selanjutnya mengeluarkan data-data outlier jika masih
belum berdistribusi normal. Berikut adalah hasil uji normalitas setelah dilakukan
transformasi data :
Tabel 4.3
Normalitas Data
Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.
LNDER -2.223 1.108 .191 .970 -.189 -.480
-
LNPROF -4.106 -.420 -.405 .626 1.586
2.052
SIZE 25.308 33.199 .276 1.398 -.760 -1.925
INST .145 .982 -.433 - -.343 -.869
130
Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.
2.192
-
LNDPR -3.122 .541 -.439 .312 .790
2.222
LNPBV -.890 3.856 .433 2.192 .295 .747
Multivariat
2.339 1.481
e
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2017
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa evaluasi normalitas yang dilakukan
dan kurtosis value, menunjukkan bahwa sewua variable secara univariate sudah
berdistribusi normal (CR < 2,58). Demikian pula uji normalitas secara
multivariate juga belum menujukkan data yang normal (CR < 2,58).
Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang
terlihat sangat berbeda dengan data lainnya dan muncul dalam bentuk nilai
ekstrim (Hair, et al., 1995 dalam Ghozali, 2005). Deteksi terhadap Multivariate
akan menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam
Tabel 4.4
Uji multivariate outlier
131
Observation
Mahalanobis d-squared p1 p2
number
17 19.947 .003 .354
143 19.515 .003 .096
44 17.780 .007 .089
96 17.582 .007 .028
151 16.995 .009 .015
120 16.734 .010 .006
130 16.554 .011 .002
146 13.517 .036 .183
104 12.026 .061 .608
106 12.023 .061 .476
94 11.948 .063 .381
68 11.903 .064 .286
148 11.235 .081 .487
107 11.122 .085 .432
122 10.560 .103 .628
132 9.863 .131 .867
19 9.843 .131 .812
49 9.745 .136 .786
75 9.635 .141 .766
113 9.486 .148 .769
127 9.209 .162 .836
101 9.174 .164 .791
70 9.032 .172 .799
116 8.952 .176 .777
7 8.950 .176 .708
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2017
pada derajad bebas sebesar 6 (jumlah variabel) pada tingkat p < 0.001 adalah
dapat diketahui bahwa jarak Mahalanobis terbesar adalah 19,947 yang masih
132
Pengujian data selanjutnya adalah untuk melihat apakah terdapat
determinan matriks covarians yang benar-benar kecil, atau mendekati nol. Dari
sample covariance matrix tidak berada pada angka nol. Dengan demikian dapat
antar variable.
Tabel 4.5
Korelasi antar Variabel
LNDP
LNDER LNPROF SIZE INST LNPBV
R
LNDER 1.000
LNPROF -.125 1.000
SIZE .240 -.032 1.000
INST -.048 .254 -.143 1.000
LNDPR .111 .234 .197 .153 1.000
LNPBV .191 .778 .214 .295 .535 1.000
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2017
Nilai korelasi antar variabel menunjukkan lebih kecil dari 0,90 untuk
dalam model.
133
Uji Goodness of fit test digunakan untuk melakukan pengujian kemaknaan
dihipotesiskan. Berikut adalah tabel hasil uji goodness of fit test. Waluyo (2016)
digunakan yakni dengan uji chi-square dan fit index. Chi – square tergantung pada
model yang tidak sensitif terhadap ukuran sampel. Indeks – indeks tersebut
adalah GFI, AGFI, CMIN/DF, TLI, CFI dan RMSEA. Berikut adalah ringkasan
Tabel 4.6
Goodness of Fit Indices
Goodness of
Cut – Off Value
Fit Indices
X2 Chi Square Diharapkan Kecil
Probabilitas ≥ 0,05
CMIN/DF ≤ 3,00
RMSEA ≤ 0,08
GFI ≥ 0,90
AGFI ≥ 0,90
TLI ≥ 0,90
CFI ≥ 0,95
Sumber : Waluyo (2016) dan Arbuckle (1997)
Berikut ini adalah hasil evaluasi dari Goodness of Fit Indices model penelitian :
Gambar 4.6
Hasil Uji Model
134
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2017
Berdasarkan pada hasil uji goodness of fit model test pada Gambar 4.6
freedom (df) sebesar 3 pada tingkat probabilitas sebesar 0.05 didapatkan nilai
tabel chi-square sebesar 2(3,0.05) = 7.814 dengan nilai sig probabilitas 0.153.
Tabel 4.7
Hasil Goodness of Fit Indices
135
Goodness of
Cut – Off Value Hasil Evaluasi Model
Fit Indices
X2 Chi Square < 7.814 5.27 Baik
Probabilitas ≥ 0,05 0.153 Baik
CMIN/DF ≤ 3,00 3 Baik
RMSEA ≤ 0,08 0.07 Baik
GFI ≥ 0,90 0.989 Baik
AGFI ≥ 0,90 0.92 Baik
TLI ≥ 0,95 0.905 Baik
CFI ≥ 0,95 0.981 Baik
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2017
Berdasarkan pada tabel 4.7 menunjukkan hasil model yang sudah baik
analisis jalur. Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi untuk
berdasarkan teori. Analisis jalur sendiri tidak dapat menentukan hubungan sebab
akibat dan juga tidak dapat digunakan sebagai substitusi bagi peneliti untuk
hubungan antara tiga variabel atau lebih dan dapat digunakan untuk
Tabel 4.7
Regression Weight Model Jalur
136
Estimat
S.E. C.R. P Label
e
LNDP
<--- INST .524 .326 1.608 .108 par_1
R
LNDP
<--- SIZE .075 .030 2.464 .014 par_2
R
LNDP
<--- LNPROF .220 .081 2.717 .007 par_3
R
LNDP
<--- LNDER .105 .087 1.203 .229 par_4
R
LNPB
<--- LNDER .329 .056 5.920 *** par_5
V
LNPB
<--- INST .546 .209 2.610 .009 par_6
V
LNPB
<--- LNDPR .421 .051 8.177 *** par_7
V
LNPB
<--- SIZE .073 .020 3.711 *** par_8
V
LNPB
<--- LNPROF 1.005 .053 19.018 *** par_9
V
Sumber : Data sekunder yang diolah
berikut :
0.421 LnDPR + z1
137
b. Hubungan koefisien Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap kebijakan
dividen (DPR) diperoleh sebesar 0,075. Hal ini berarti bahwa peningkatan
dividen (DPR
dividen (DPR).
(DPR) diperoleh sebesar 0,105. Hal ini berarti bahwa peningkatan struktur
(DPR).
(PBV) diperoleh sebesar 0,073. Hal ini berarti bahwa peningkatan asset
138
perusahaan dari perusahaan berpotensi meningkatkan Nilai Perusahaan
(PBV).
(PBV) diperoleh sebesar 0,329. Hal ini berarti bahwa peningkatan Struktur
(PBV).
(DPR)
Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan
terhadap DPR, hal ini ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 0.1608 < 2 dan nilai
signifikasi sebesar 0.108 > 0.05. Hal ini berarti hipotesis pertama (H1) yang
ditolak.
Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan
bahwa size memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap DPR, hal ini
139
ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 2.464 > 2 dan nilai signifikasi sebesar 0.014
< 0.05. Hal ini berarti hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa ukuran
Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan
bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap DPR, hal
ini ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 0.2717 > 2 dan nilai signifikasi sebesar
0.007 < 0.05. Hal ini berarti hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan bahwa
Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan
bahwa DER memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap DPR, hal ini
ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 1.203 < 2 dan nilai signifikasi sebesar 0.229
> 0.05. Hal ini berarti hipotesis keempat (H4) yang menyatakan bahwa struktur
Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan
bahwa DPR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PBV, hal ini
ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 8.177 > 2 dan nilai signifikasi sebesar 0.000
< 0.05. Hal ini berarti hipotesis kelima (H5) yang menyatakan bahwa kebijakan
140
dividen perusahaan yang diukur menggunakan DPR berpengaruh positif dan
(PBV)
Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan
terhadap PBV, hal ini ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 2.610 > 2 dan nilai
signifikasi sebesar 0.009 < 0.05. Hal ini berarti hipotesis keenam (H6) yang
Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan
bahwa size memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PBV, hal ini
ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 3.711 > 2 dan nilai signifikasi sebesar 0.000
< 0.05. Hal ini berarti hipotesis ketujuh (H7) yang menyatakan bahwa ukuran
Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan
bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PBV, hal
ini ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 19.018 > 2 dan nilai signifikasi sebesar
0.000 < 0.05. Hal ini berarti hipotesis kedelapan (H8) yang menyatakan bahwa
141
profitabilitas perusahaan yang diukur menggunakan ROA berpengaruh positif dan
Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan
bahwa DER memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PBV, hal ini
ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 5.920 > 2 dan nilai signifikasi sebesar 0.000
< 0.05. Hal ini berarti hipotesis kesembilan (H9) yang menyatakan bahwa struktur
Dari hasil uji sobel test menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 1.577.
Nilai tersebut lebih kecil dibanding t tabel pada taraf 5% yaitu +1,65. Hal ini
berarti bahwa Kebijakan Dividen (DPR) tidak dapat memediasi pengaruh struktur
Dari hasil uji sobel test menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 2.392. Nilai
tersebut lebih besar dibanding t tabel pada taraf 5% yaitu +1,65. Hal ini berarti
142
12. Pengaruh Mediasi Kebijakan Dividen (DPR) terhadap hubungan antara
Dari hasil uji sobel test menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 2.579. Nilai
tersebut lebih besar dibanding t tabel pada taraf 5% yaitu +1,65. Hal ini berarti
Dari hasil uji sobel test menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 1.194. Nilai
tersebut lebih kecil dibanding t tabel pada taraf 5% yaitu +1,65. Hal ini berarti
bahwa Kebijakan Dividen (DPR) tidak dapat memediasi pengaruh struktur modal
Tabel 4.7.1
143
No HIPOTESIS HASIL KEPUTUSAN
144
No HIPOTESIS HASIL KEPUTUSAN
Perusahaan (PBV)
(PBV)
(PBV)
145
4.3.3 Koefisien determinasi (R2)
Tabel 4.8
Koefisien Determinasi (Squared Multiple Correlations)
Estimate
LNDPR .132
LNPBV .825
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2017
varianel LnDPR adalah 0,132. Hal ini berarti bahwa 13,2% kebijakan dividen
(DPR) dapat dijelaskan oleh kepemilikan institusional, SIZE, ROA dan DER,
sedangkan sisanya sebesar 86,8% DPR dapat dipengaruhi oleh variabel lain
diluar model.
varianel LnPBV adalah 0,825. Hal ini berarti bahwa 82,5% nilai perusahaan PBV
dapat dijelaskan oleh kepemilikan institusional, SIZE, ROA dan DER serta DPR,
sedangkan sisanya sebesar 17,5% PBV dapat dipengaruhi oleh variabel lain
diluar model.
PBV.
146
4.3.4.1 Analisis Jalur Kepemilikan Institusional (INST) terhadap PBV
4.3.4.1 Analisis Jalur Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap PBV dengan DPR
Variabel SIZE terhadap DPR dengan pengaruh variabel DPR terhadap PBV
147
4.3.4.1 Analisis Jalur Profitabilitas (ROA) terhadap PBV dengan DPR
Variabel ROA terhadap DPR dengan pengaruh variabel DPR terhadap PBV
4.3.4.1 Analisis Jalur Struktur Modal (DER) terhadap PBV dengan DPR
Variabel DER terhadap DPR dengan pengaruh variabel DPR terhadap PBV
148
Dari hasil path analisys diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut ini :
Tabel 4.9
Hasil Pengaruh langsung dan tidak langsung
Pengaruh Pengaruh Keterangan
Langsung Tidak
Langsung
INST 0.524 0.2206 Pengaruh Tidak Langsung
Pengujian pengaruh tidak langsung dapat diuji dengan uji Sobel dengan
melalui DPR
Tabel 4.10
Uji pengaruh tidak lansung INST terhadap PBV melalui DPR
Koef SE
149
Gambar 4.3
Keterangan :
Berdasar hasil kalkulasi sobel test diatas menunjukkan bahwa nilai t hitung
sebesar 1.5777. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan t tabel pada taraf
5% sebesar +1.65. Hal ini berarti bahwa Kebijakan dividen tidak dapat memediasi
150
4.3.5.2 Uji Mediasi pengaruh SIZE terhadap PBV melalui DPR
Tabel 4.10
Uji pengaruh tidak lansung INST terhadap PBV melalui DPR
Koef SE
Berikut adalah hasil calculate sobel test pengaruh SIZE terhadap PBV
melalui DPR.
Gambar 4.3
151
Keterangan :
Berdasar hasil kalkulasi sobel test diatas menunjukkan bahwa nilai t hitung
sebesar 2.3296. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan t tabel pada taraf
5% sebesar +1.65. Hal ini berarti bahwa Kebijakan dividen dapat memediasi
Tabel 4.10
Uji pengaruh tidak lansung ROA terhadap PBV melalui DPR
Koef SE
Berikut adalah hasil calculate sobel test pengaruh ROA terhadap PBV
melalui DPR.
152
Gambar 4.3
Keterangan :
Berdasar hasil kalkulasi sobel test diatas menunjukkan bahwa nilai t hitung
sebesar 2.5799. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan t tabel pada taraf
153
5% sebesar +1.65. Hal ini berarti bahwa Kebijakan dividen dapat memediasi
4.3.5.4 Uji Mediasi pengaruh Struktur Modal terhadap PBV melalui DPR
Tabel 4.10
Uji pengaruh tidak lansung DER terhadap PBV melalui DPR
Koef SE
Berikut adalah hasil calculate sobel test pengaruh DER terhadap PBV
melalui DPR.
Gambar 4.3
Keterangan :
154
A = Koefisien LnDER terhadap LnDPR
Berdasar hasil kalkulasi sobel test diatas menunjukkan bahwa nilai t hitung
sebesar 1.194200. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan t tabel pada taraf
5% sebesar +1.65. Hal ini berarti bahwa Kebijakan dividen tidak dapat memediasi
4.3.6 Pembahasan
(DPR)
Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan
terhadap DPR, hal ini ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 0.1608 < 2 dan nilai
signifikasi sebesar 0.108 > 0.05. Hal ini berarti hipotesis pertama (H1) yang
ditolak.
dan Copeland, 1991 dalam Martati (2010) adalah keputusan apakah laba diperoleh
perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk
155
dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di
lebih besar untuk kesejahteraannya saat ini sedangkan disisi lain investor institusi
investasi dengan harapan bahwa laba dimasa yang akan datan lebih besar dan
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Firmanda (2015) yang
terhadap kebijakan dividen. Hal ini berarti hasil penelitian ini tidak mendukung
agency theory yang menjelaskan bahwa kebijakan dividen dapat menekan asimetri
(DPR)
Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan
bahwa size memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap DPR, hal ini
ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 2.464 > 2 dan nilai signifikasi sebesar 0.014
< 0.05. Hal ini berarti hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa ukuran
dapat dinyatakan dengan total aktiva atau total penjualan bersih (Mulianti, 2009).
156
Sedangkan kebijakan dividen Menurut Weston dan Copeland, 1991 dalam Martati
(2010) adalah keputusan apakah laba diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan
dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk
menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Ukuran
yang lebih besar dalam menunjang kinerja perusahaan. Dalam Teori sinyal juga
perusahaan dengan kualitas perusahaan yang baik atau buruk. Size yang besar
dibawah rata-rata semua sampel memiliki rata-rata DPR sebesar 0.43. Hal ini
bahwa total aset perusahaan besar ini menunjukkan perusahaan memiliki arus kas
yang baik atau positif, sehingga dianggap memiliki prospek yang baik dalam
jangka panjang. Hal ini juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil
dan lebih baik menghasilkan keuntungan dari perusahaan dengan total aset kecil.
Temuan ini sejalan dengan gagasan Syed & Wasim (2011) bahwa ukuran
157
perusahaan berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen. Weston dan
tingkat dividen yang lebih tinggi dari perusahaan kecil. Pernyataan tersebut juga
Christopher Maladjian (2014) dan firmanda (2015) yang menemukan hasil bahwa
Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan
bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap DPR, hal
ini ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 0.2717 > 2 dan nilai signifikasi sebesar
0.007 < 0.05. Hal ini berarti hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan bahwa
memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal
sendiri. Sedangkan Dividen perusahaan adalah bagian dari laba bersih perusahaan
salah satu cara yang digunakan sebagai penilaian secara tepat sejauh mana tingkat
pengembalian yang akan didapat atas aktivitas investasi yang dilakukan. Sesuai
158
dalam jangka panjang menandakan bahwa perusahaan tersebut mengalami
dari semua sampel, memiliki rata-rata DPR sebesar 0.36. Hal ini berarti
perusahaan dengan profit tinggi cenderung membagikan dividen yang tinggi pula
dividen yang kecil pula. Temuan tersebut senada dengan pernyataan (Jensen et al,
Profitabilitas yang lebih tinggi, arus kas perusahaan yang lebih tinggi, dan
perusahaan diharapkan untuk membayar dividen lebih tinggi. Serta didukung oleh
kebijakan dividen.
Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan
bahwa DER memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap DPR, hal ini
ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 1.203 < 2 dan nilai signifikasi sebesar 0.229
> 0.05. Hal ini berarti hipotesis keempat (H4) yang menyatakan bahwa struktur
159
Struktur modal merupakan ekspresi bagaimana sebuah perusahaan membiayai
yang tepat antara ekuitas dan utang adalah keputusan strategis perusahaan yang
dapat dilakukan dengan mekanisme ikatan untuk meningkatkan jumlah utang atau
Itu karena perusahaan dapat terus membagikan dividen jika dividen masa depan
pinjaman, dan modal kerja bersih tidak di bawah jumlah yang ditentukan (Weston
Temuan ini tidak mendukung teori keagenan yang mendasari hubungan dalam
kebijakan leverage dan dividen keuangan (Jensen et al., 1992). Namun temuan ini
mendukung hasil penelitian Rizky Budi Mardasari (2014) dan Rizqia at al (2013)
yang menyatakan bahwa struktur modal tidak memiliki pengaruh yang signifikan
(PBV)
160
Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan
bahwa DPR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PBV, hal ini
ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 8.177 > 2 dan nilai signifikasi sebesar 0.000
< 0.05. Hal ini berarti hipotesis kelima (H5) yang menyatakan bahwa kebijakan
saham dan berapa banyak yang harus ditahan kembali dalam perusahaan (Weston
dan Brigham, 1981 dalam Sheisarvian, 2015). Dalam Bird in the Hand Theory
disebutkan oleh Lintner (1956) dan telah didukung oleh berbagai peneliti
suatu burung di tangan lebih berharga dari pada seribu burung di udara. Karena
ketidakpastian dari arus kas masa depan, investor akan sering cenderung memilih
dividen dari pada laba ditahan. Hal ini disebabkan tingginya tingkat
ketidakpastian yang berkaitan dengan capital gain dan dividen yang dibayarkan di
masa depan. Dividen saat ini lebih mudah diprediksi dari pada capital gain, karena
harga saham ditentukan oleh kekuatan pasar dan bukan oleh manajer (Keown,
sebesar 6.18, sedangkan data sampel perusahaan yang tingkat dividennya dibawah
rata-rata dari semua sampel memiliki rata-rata PBV sebesar 2.96. Hal ini berarti
161
tinggi rendahnya dividen akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Perusahaan
sebaliknya. Temuan ini juga mendukung signaling theory oleh Lintner (1956)
dividen dapat berfungsi sebagai sinyal arus kas masa depan yang diharapkan.
lebih tinggi di masa depan. teori ini didasarkan pada asumsi bahwa investor luar
memiliki informasi yang tidak sempurna mengenai arus kas masa depan
perusahaan dan keuntungan modal. Asumsi lain yang penting adalah bahwa
dividen dikenakan pajak pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan
capital gain.
menghasilkan keuntungan yang stabil dan meningkat dapat dilihat sebagai sinyal
positif oleh investor terkait dengan kinerja perusahaan, sehingga respon positif
penelitian Rasyid (2015) dan Rizqia (2013) yang menemukan bukti bahwa
(PBV)
162
Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan
terhadap PBV, hal ini ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 2.610 > 2 dan nilai
signifikasi sebesar 0.009 < 0.05. Hal ini berarti hipotesis keenam (H6) yang
dan jumlah saham yang dimiliki oleh pihak eksternal atau investor (kepemilikan
luar). Hubungan antara manajer dan pemegang saham dalam teori keagenan
nilai perusahaan. Hal ini disebabkan oleh adanya kontrol yang mereka miliki
rata-rata PBV sebesar 6.18, sedangkan data sampel perusahaan yang prosentase
rata PBV sebesar 2.96. Hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya prosentase
163
kepemilikan institusional memiliki pengaruh terhadap naik turunnya nilai
1986).
perusahaan dapat lebih diawasi sehingga dapat mencapai tujuan. Nilai perusahaan
dapat meningkat jika institusi mampu menjadi alat monitoring yang efektif
(Slovin dan Sushka, 1993 dalam Indrayani, 2012). Hal ini didukung oleh Cruthley
et al., dalam Susanti (2015) yang menemukan bahwa pengawasan yang dilakukan
temuan Rustendi (2008) dan Abu Kosim (2014) serta Esther dan Danson (2014)
nilai perusahaan.
(PBV)
Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan
bahwa size memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PBV, hal ini
164
ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 3.711 > 2 dan nilai signifikasi sebesar 0.000
< 0.05. Hal ini berarti hipotesis ketujuh (H7) yang menyatakan bahwa ukuran
berdasarkan aset, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total
aset (Moelyadi, at al, 2014).Ukuran perusahaan akan sangat penting bagi investor
dan kreditor karena akan terkait dengan risiko investasi yang dilakukan.
besar menunjukkan perusahaan memiliki arus kas yang baik atau positif, sehingga
dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka panjang. Hal ini juga
mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih baik menghasilkan
keuntungan dari perusahaan dengan total aset kecil. Ukuran perusahaan akan
pasar modal, dan biaya transaksi yang lebih kecil jika dibandingkan dengan
perusahaan yang total asetnya diatas rata-rata memiliki rata-rata PBV sebesar
4.80, sedangkan data sampel perusahaan yang total asetnya dibawah rata-rata dari
semua sampel memiliki rata-rata PBV sebesar 4.59. Hal ini menunjukkan bahwa
begitu juga sebaliknya kecilnya asset yang dimiliki perusahaan juga dapat
165
yang besar dipandang lebih stabil keuangannya, dan lebih mampu menghasilkan
dimana perusahaan dengan asset besar memiliki prospek yang baik dimasa yang
direspon positif oleh investor dan membuat harga saham perusahaan meningkat
nilai perusahaan.
Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan
bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PBV, hal
ini ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 19.018 > 2 dan nilai signifikasi sebesar
0.000 < 0.05. Hal ini berarti hipotesis kedelapan (H8) yang menyatakan bahwa
memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal
166
efektifitas pengelolaan perusahaan. Semakin tinggi profitabilitas berarti semakin
data sampel perusahaan yang tingkat profitnya diatas rata-rata memiliki rata-rata
PBV sebesar 9.14, sedangkan data sampel perusahaan yang tingkat profitnya
dibawah rata-rata dari semua sampel memiliki rata-rata PBV sebesar 2.17 yang
sebaliknya. Hal ini dimungkinkan karena profit yang tinggi merupakan tujuan
utama perusahaan, dengan profit yang tinggi akan menarik minat investor
berinvestasi diperusahaan sehingga harga saham akan naik, naiknya harga saham
investor akan merespon positif dan akan meningkatkan nilai perusahaan (Brigham
dalam Sujoko, 2007). Sujoko dan Soebiantoro (2007) juga menyatakan hal yang
baik, sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan
mempunyai kinerja yang baik, sehingga dapat menciptakan sentimen positif para
167
menemukan bukti empiris bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap
nilai perusahaan.
Berdasarkan pada hasil uji regression weight pada tabel 4.8 menunjukkan
bahwa DER memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PBV, hal ini
ditunjukkan dengan nilai CR sebesar 5.920 > 2 dan nilai signifikasi sebesar 0.000
< 0.05. Hal ini berarti hipotesis kesembilan (H9) yang menyatakan bahwa struktur
dilihat dari sumber tertentu yang menunjukkan porsi modal perusahaan yang
berasal dari sumber-sumber utang (kreditur) dan pada saat yang sama juga
menunjukkan porsi modal dari pemilik modal sendiri . Struktur modal sangat
investasi, sementara itu juga dapat meminimalkan risiko. Dalam rangka untuk
mencapai hasil yang maksimal biaya harus minimal, termasuk biaya modal,
perusahaan memiliki struktur modal yang optimal (Brigham dan Houston, 2006
sebesar 6.59, sedangkan data sampel perusahaan yang tingkat hutangnya dibawah
168
rata-rata dari semua sampel memiliki rata-rata PBV sebesar 3.47 hal ini berarti
perusahaan dengan hutang yang tinggi dapat meningkatkan nilai perusahaan dan
digunakan untuk pembiayaan investasi dimana nilai manfaat yang didapat dari
peningkatan hutang lebih besar dari pada biaya tersebut sehingga laba perusahaan
dapat meningkat.
Dalam signaling theory (Fama dan French, 1998) dan trade of theory (Modigliani
sejalan dengan hasil penelitian Rizqia (2013), Jahirul Hoque,at al (2014) dan Ela
Dari hasil uji sobel test menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 1.577.
Nilai tersebut lebih kecil dibanding t tabel pada taraf 5% yaitu +1,65. Hal ini
169
berarti bahwa Kebijakan Dividen (DPR) tidak dapat memediasi pengaruh struktur
Peningkatan nilai perusahaan dapat dicapai jika ada kerja sama antara
manajemen perusahaan dan pihak-pihak lain yang meliputi pemegang saham dan
memaksimalkan modal kerja yang dimiliki. Munculnya isu tata kelola perusahaan
disebabkan oleh adanya kontrol yang mereka miliki (Wahyudi dan Pawestri,
perusahaan.
strategi bisnis perusahaan dimasa yang akan datang. Temuan ini tidak mendukung
agency theory yang menyatakan bahwa untuk mengurangi konflik antara agen
170
dividen dapat digunakan untuk mengurangi masalah keagenan (kontrol untuk
mengecilkan konflik kepentingan dari pemegang saham dan manajer) dalam suatu
Hasil penelitian ini sejalan dengan peneliti Rizky Budi Mardasari (2014)
yang menemukan hasil bahwa kebijakan dividen tidak dapat memediasi pengaruh
(PBV)
Dari hasil uji sobel test menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 2.392. Nilai
tersebut lebih besar dibanding t tabel pada taraf 5% yaitu +1,65. Hal ini berarti
Ukuran perusahaan akan sangat penting bagi investor dan kreditor karena akan
terkait dengan risiko investasi yang dilakukan. Rachmawati dan Triatmoko (2007)
memiliki arus kas yang baik atau positif, sehingga dianggap memiliki prospek
yang baik dalam jangka panjang. Hal ini juga mencerminkan bahwa perusahaan
relatif lebih stabil dan lebih baik dalam menghasilkan keuntungan dari pada
perusahaan dengan total aset kecil. Kebijakan perusahaan akan berimplikasi pada
prospek arus kas untuk masa depan. Ukuran perusahaan akan menentukan
pencapaian profitabilitas dan stabilitas, akses yang lebih mudah ke pasar modal,
dan biaya transaksi yang lebih kecil jika dibandingkan dengan perusahaan kecil
171
(Weston dan Copeland, 1992). Lloyd et al (1985) menunjukkan bahwa ukuran
yang dimiliki oleh perusahaan besar. Respon positif dari investor dapat
2013).
kecil. Hal ini karena perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah untuk masuk
yang besar kepada pemegang saham. Dengan demikian, kebijakan dividen penting
pertumbuhan perusahaan. Dalam theory bird in the hand Dividen diterima pada
saat ini akan memiliki nilai lebih tinggi dari capital gain yang diterima di masa
depan, sehingga investor tidak bersedia untuk berspekulasi dan lebih memilih
ini sejalan dengan penelitian Rasyid at al (2015) yang menemukan hasil bahwa
172
kebijakan dividen merupakan variabel pemediasi hubungan antara size dengan
nilai perusahaan.
(PBV)
Dari hasil uji sobel test menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 2.579. Nilai
tersebut lebih besar dibanding t tabel pada taraf 5% yaitu +1,65. Hal ini berarti
dibagikan kepada pemegang saham. Profitabilitas yang lebih tinggi, arus kas
dividen lebih tinggi (Jensen et al, 1992, Abor dan Bokpin, 2010). Haruman (2008)
untuk berinvestasi. Investor yang tertarik akan return (profitabilitas) yang lebih
dapat dilihat sebagai sinyal positif oleh investor terkait dengan kinerja perusahaan,
173
sehingga respon positif akan meningkatkan nilai perusahaan. Pembayaran dividen
yang lebih tinggi menunjukkan prospek yang lebih baik dari perusahaan sehingga
investor akan tertarik untuk membeli saham dan kinerja perusahaan pasar akan
meningkat.
Hal ini sejalan dengan penelitian Rasyid (2015), Rizqia (2013) dan Nafiiah
(PBV)
Dari hasil uji sobel test menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 1.194. Nilai
tersebut lebih kecil dibanding t tabel pada taraf 5% yaitu +1,65. Hal ini berarti
bahwa Kebijakan Dividen (DPR) tidak dapat memediasi pengaruh struktur modal
dan menggunakan dana tersebut untuk mencapai tujuan perusahaan. Dana yang
dana eksternal berupa hutang. Dalam packing order theory dijelaskan bahwa
tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima. Peningkatan
174
arus kas secara efisien dan mengurangi tunjangan mereka (Modigliani dan Miller,
1963). Selain itu, dengan utang yang tinggi, manajer berada dibawah tekanan dari
dibagikan berasal dari profit perusahaan, sehingga besar kecil hutang perusahaan
stabil. Miller dan Modigliani (1958, 1961) teori tidak relevan membentuk fondasi
modal dan dividen layak yang optimal karena semua identik menyiratkan
saham (Baker & Kent, 2009 dalam Kibet,at al, 2016). Dalam teori ini menyatakan
bahwa dibawah pasar modal, kebijakan dividen adalah independen, untuk harga
pasar tidak peduli apakah perusahaan memiliki pembayaran dividen yang tinggi
atau rendah. Teori (Miller & Modigliani, 1961) mengasumsikan tidak ada pajak,
175
atau pajak atas dividen tunai dan tarif pajak atas keuntungan modal adalah sama;
bahwa tidak ada transaksi biaya untuk proses menjual atau membeli saham karena
itu jika investor membutuhkan uang tunai, mereka akan menjual saham mereka
tanpa kehilangan komisi dan biaya bukan dividen tunai. Investor benar-benar
rasional dalam keputusan mereka; dan bahwa tidak ada biaya agensi yang
pasar sempurna dan efisien yang berarti bahwa informasi yang tersedia dapat
diakses oleh semua pada waktu yang sama tanpa biaya apapun, dan harga saham
mencerminkan informasi ini dan dipengaruhi oleh informasi ini pada saat itu
beroperasi dalam pasar penuh dan efisien. Akhirnya, teori berasumsi bahwa
prospek masa depan pada kinerja perusahaan adalah homogen antara semua
bahwa kebijakan tidak dapat memediasi pengaruh struktur modal terhadap nilai
perusahaan.
176
BAB V
5.1 Simpulan
institusional, SIZE, ROA, dan DER terhadap PBV dengan DPR sebagai variabel
kebijakan dividen.
dividen.
dividen.
perusahaan.
perusahaan..
177
8. Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan
perusahaan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian terdahulu dengan uraian
sebagai berikut :
178
(2015). Hasil penelitian ini mendukung konsep signaling theory
(Bhattacharya, 1979)
al (2014) dan Rasyid (2015), Hasil penelitian ini juga mendukung konsep
(2014) dan Rizqia at al (2013) dan Temuan ini tidak mendukung teori
dan Abu Kosim (2014) serta Esther dan Danson (2014), Temuan ini
179
(2014), dan Sri Sofyaningsih dan Pancawati Hardiningsih (2011), Hasil
theory (Jensen, 1986;). trade of theory (Modigliani dan Miller, 1963) dan
Hasil penelitian ini sejalan dengan peneliti Rizky Budi Mardasari (2014),
180
dengan penelitian Rasyid (2015), Rizqia (2013) dan Nafiiah (2016),
(Bhattacharya, 1979).
Miller, 1963).
karena adanya efek ganda dari DER dimana DER selain dapat menjadi
181
pengurang laba namun dapat memberikan efek positif berupa peningkatan
3. Bagi investor yang ingin melakukan transaksi jual dan beli ke perusahaan
(PBV).
0,132. Hal ini berarti bahwa 13,2% kebijakan dividen (DPR) dapat
182
Beberapa agenda penelitian mendatang yang dapat diberikan dari penelitian
total asset turn over, Current ratio atau rasio – rasio keuangan yang belum
dipakai dalam penelitian ini agar hasil penelitian ini menjadi lebih
sempurna.
183