Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KHUSUS 4

PENANGGULANGAN KOROSI PADA PEMIPAAN BAWAH TANAH


PADA PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA
Penulis: Ahmad Fadhilah Ashiddiqie

PT. Chevron Pacific Indonesia adalah salah satu perusahaan minyak dan
gas terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini merupakan bagian dari Chevron
Corporation, perusahaan energi multinasional yang berbasis di Amerika
Serikat.PT. Chevron Pacific Indonesia fokus pada eksplorasi, produksi, dan
pengembangan sumber daya minyak dan gas di Indonesia. Perusahaan ini
memiliki sejarah panjang dalam industri minyak dan gas di Indonesia, dengan
kehadirannya yang dimulai pada tahun 1924.Perusahaan ini beroperasi di berbagai
wilayah di Indonesia, termasuk di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. PT. Chevron
Pacific Indonesia berkomitmen untuk berkontribusi pada pembangunan ekonomi,
sosial, dan lingkungan di daerah-daerah di mana mereka beroperasi.Selain
kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas, PT. Chevron Pacific Indonesia
juga terlibat dalam berbagai program tanggung jawab sosial perusahaan, termasuk
pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan pengembangan masyarakat.Perusahaan ini
menempatkan pentingnya keselamatan, keberlanjutan, dan integritas dalam
operasionalnya, serta berupaya untuk menjalankan praktik-praktik bisnis yang
beretika dan bertanggung jawab dalam PT.Chevron sendiri terdapat beberapa
permasalahan yang harus di tanggulangi salah satu nya adalah korosi.
Penyebab korosi pada sistem pemipaan bawah tanah di PT. Chevron
Pacific Indonesia dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor tertentu. Berikut
adalah beberapa penyebab umum korosi pada sistem pemipaan:

a. Lingkungan yang korosif: Faktor lingkungan seperti kelembaban tinggi,


adanya air, keasaman, keberadaan gas korosif seperti hidrogen sulfida (H2S),
atau kehadiran bahan kimia agresif dapat menyebabkan korosi pada sistem
pemipaan.

36
b. Kontaminasi tanah: Adanya kontaminan dalam tanah seperti garam, bahan
kimia, atau bahan organik dapat mempercepat proses korosi pada sistem
pemipaan.
c. Ketidakcocokan material: Penggunaan material yang tidak sesuai dengan
lingkungan atau fluida yang dialirkan dalam sistem pemipaan dapat
menyebabkan korosi. Misalnya, jika material pipa tidak tahan terhadap
keasaman atau korosif dari fluida yang dialirkan, maka korosi dapat terjadi.
d. Arus korosi: Adanya arus listrik yang tidak diinginkan atau arus korosi dalam
sistem pemipaan dapat menyebabkan korosi galvanik. Ini terjadi ketika ada
perbedaan potensial elektrik antara material yang berbeda dalam sistem
pemipaan, yang menyebabkan korosi pada bagian yang lebih aktif secara
elektrokimia.
e. Ketidaksempurnaan pelapisan atau perlindungan: Jika sistem pemipaan tidak
dilapisi atau dilindungi secara adekuat dengan lapisan anti-korosi seperti cat
pelindung, pelapisan epoksi, atau pelapisan lainnya, maka material pipa dapat
terpapar langsung ke lingkungan yang menyebabkan korosi.

Penting untuk melakukan pemantauan yang teratur, perawatan preventif,


dan perlindungan yang tepat untuk mengurangi risiko korosi pada sistem
pemipaan bawah tanah di PT. Chevron Pacific Indonesia. (Syawaldi, 2021).
Menurut (Irwanto et al, 2021), beberapa jenis-jenis korosi yang umum terjadi
pada korosi pipa logam yaitu;
a. Korosi Seragam, yaitu. H. korosi yang terjadi di permukaan logam bentuk
goresan permukaan logam sama rata, jadi ketebalannya sehingga logam
berkurang Permukaan diubah menjadi produk karat yang biasanya ada
perangkat terbuka. Misalnya permukaan luar pipa.
b. Korosi Pitting, yaitu korosi yang berbentuk lubang-lubang pada permukaan
logam karena penghancuran film pelindung logam dari satu tempat ke tempat
lain yang disebabkan oleh tingkat korosi yang berbeda dari permukaan logam.
3. Stres korosi retak, yaitu. korosi berupa retakan tidak mudah terlihat bentuk
di permukaan logam dan mencoba menyelinap. Ini sering terjadi pada logam

37
yang mengalami tekanan tinggi. Hal ini disebabkan kombinasi tegangan tarik
dan lingkungan korosif yang melemahkan struktur logam.
c. Korosi erosi, adalah korosi yang disebabkan oleh mencegah pembentukan
film pelindung yang disebabkan oleh laju aliran cairan ini tinggi, misalnya
sandblasting,
d. Korosi galvanik, yaitu korosi yang terjadi karena ada persimpangan antara
dua logam yang akan bergabung dan perbedaan potensial antara mereka.
e. Korosi celah, korosi yang terjadi antara sel, sambungan tumpang tindih, baut
atau paku keling yang dibentuk oleh endapan lumpur atau produk karat.
f. Dalam korosi pelindian selektif, korosi dihilangkan unsur campuran. Contoh
paling sederhana adalah desinfektan yang menghilangkan seng dari paduan
tembaga. 
Menurut Miranda (2020), Korosi merupakan salah satu musuh besar dalam dunia
industri, beberapa contoh kerugaian yang ditimbulkan korosi adalah terjadinya
penurunan kekuatan material dan biaya perbaikan akan naik jauh lebih besar dari
yang diperkirakan. Sehingga diperlukan suatu usaha pencegahan-pencegahan
terhadap serangan korosi. Korosi adalah penurunan kualitas logam yang
disebabkan oleh reaksi elektrokimia dengan lingkungan yang berhubungan
langsung dengan udara luar dan juga sering disebut dengan korosi. Korosi
atmosfer sangat dipengaruhi oleh topografi dan kondisi iklim atau lingkungan.
Faktor-faktor seperti suhu, kelembaban dan konsentrasi bahan kimia di udara
sangat menentukan laju korosi. Korosi merupakan masalah utama dalam dunia
material dan sangat merugikan. Karena hal ini dapat melemahkan daya dukung
bangunan, umur bangunan berkurang dibandingkan dengan tanggal yang
direncanakan. Selain itu jika tidak diantisipasi lebih awal akan mengakibatkan
kerugian yang lebih banyak diantaranya kebocoran dan kehilangan kekuatan,
keruntuhan struktur, pecahnya pipa/bejana tekan dan juga pencemaran
lingkungan.
Korosi memang merupakan bencana nasional dengan tingkat korban yang tinggi
lebih besar dari bencana alam yang pernah dialami. Perhatian khusus harus
diberikan pada masalah korosi di Indonesia karena dua pertiga wilayah nusantara
adalah lautan dan terletak di daerah tropis dengan curah hujan tinggi. Dengan

38
perkembangan perkotaan dan perkembangan industri di wilayah Indonesia,
terdapat kebutuhan yang meningkat untuk menyelidiki laju korosi karena kondisi
alami pada area tersebut. Kondisi ini diperburuk oleh korosi pada jembatan,
struktur, atau komponen logam di sekitarnya seperti seng, tembaga, dan baja.
Perkembangan teknologi, seperti penggunaan gas alam, dan berbagai fasilitas
yang menunjang kehidupan masyarakat, mempengaruhi kehidupan masyarakat di
segala bidang.
Untuk menyalurkan fasilitas ini kepada konsumen, terutama bisnis
industri dan rumah tangga, banyak konstrusksi yang menggunakan berbagai jenis
logam pada proses konstruksinya, seperti pada unit jaringan pipa digunakan untuk
membangun jaringan pipa gas guna memastikan pemanfaatan yang maksimal.
Jaringan pipa gas ini bertugas mendistribusikan dan mengarahkan aliran gas dari
sumber ke pelanggan. Dalam proses pendistribusian gas, pipa dengan berbagai
ukuran dan tekanan digunakan sesuai dengan kondisi lapangan, dan kebocoran
pada pipa gas sering terjadi karena berbagai faktor, salah satunya karena korosi
pada pipa. Penimbunan pipa di dalam tanah dapat menyebabkan korosi pada
permukaan pipa karena terdapat mineral di dalam tanah yang dapat menyebabkan
atau bahkan mendorong terjadinya korosi pada permukaan pipa. Selain faktor
tersebut, masih banyak faktor-faktor yang dapat menyebabkan korosi.
Korosi adalah proses penghancuran permukaan logam yang
disebabkan oleh reaksi kimia (reaksi elektrokimia) pada permukaan logam. Pada
dasarnya korosi adalah suatu reaksi dimana suatu logam teroksidasi sebagai akibat
serangan kimia dari lingkungan (uap air, oksigen atmosfer, oksida asam yang
terlarut dalam air). Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut sebagai karat. Kata
korosi berasal dari kata latin “corrodere” yang berarti penghancuran atau korosi
logam. Jadi jelas bahwa korosi sangat berbahaya. Korosi adalah sistem
termodinamika logam dan lingkungannya yang berusaha mencapai
kesetimbangan. Sistem ini dikatakan dalam kesetimbangan ketika logam telah
membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang lebih stabil. Korosi adalah reaksi
redoks antara logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan
senyawa yang tidak diinginkan. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut sebagai
karat (Asof et al, 2019 ).

39
Contoh paling umum dari korosi adalah karat. Dengan korosi, logam teroksidasi
sedangkan oksigen (udara) berkurang. Karat logam biasanya berupa oksida dan
karbonat. Rumus kimia oksida besi adalah Fe2O3. xH2O, padatan coklat-merah
Korosi atau pengaratan pada suatu logam dikenal juga dengan proses oksidasi
suatu logam dengan udara atau elektrolit lain, dimana udara atau elektrolit
tersebut berkurang sehingga menjadikan proses korosi sebagai proses
elektrokimia.
Pada umumnya korosi pada logam merupakan reaksi elektrokimia. Raksi
elektrokimia adalah suatu reaksi yang memperlihatkan perpindahan. Reaksi ini
meliputi reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Contoh reaksi oksidasi dan reaksi
reduksi:
Zn → Zn²+ + 2e- (reaksi oksidasi)
2 H+ + 2 e - → H2 ↑ (reaksi reduksi)
Korosi yang terjadi pada suatu reaksi oksidasi disebut reaksi anodik (terjadi
penambahan muatan positif ), sedangkan korosi yang terjadi pada suatu reaksi
reduksi disebut reaksi katodik ( terjadi pengurangan muatan positif ). Jadi proses
korosi memerlukan sepasang reaksi elektrokimia anodik-katodik (Nasution &
Purwanto, 2019).
Korosi dapat terjadi karena proses fisik, kimia maupun biologi yang
berkaitan dengan interaksi antara ketiganya. Korosi fisik dapat terjadi karena
kontak antara logam dengan ion di lingkungan. Korosi kimia terjadi karena
adanya senyawa-senyawa kimia yang dapat menyebabkan korosi, seperti asam
ataupun merkuri. Korosi biologi dapat terjadi karena adanya mikrobia penyebab
korosi. Mikrobia hadir pada kondisi aerob maupun anaerob. Salah satu mikrobia
yang turut berperan dalam proses korosi mikrobiologis adalah Sulphate Reducing
Bacteria (SRB) atau bakteri pereduksi sulfat yang hidup secara anaerob dan dapat
tumbuh pada kisaran pH 2 sampai pH 9, tetapi optimalnya pada pH 7. Mikrobia
ini ditemukan hampir pada semua tanah, dan air, terutama yang banyak
mengandung bahan organik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses perkaratan besi umum adalah
langkah-langkah untuk menghindari kontak besi dengan faktor-faktor pemicu
terjadinya reaksi perkaratan yang meliputi gas oksigen, air, elektrolit serta

40
mengupayakan permukaan besi lebih rata. alah satu faktor yang mempengaruhi
korosi dalam lingkungan air adalah keberadaan elektrolit. Contohnya adalah asam
sulfat dan natrium klorida, kedua senyawa tersebut merupakan elektrolit kuat.
Larutan elektrolit kuat adalah senyawa yang terionisasi secara sempurna ketika
dilarutkan di air. Larutan elektrolit kuat berasal dari tiga jenis larutan yaitu, garam
yang larut dalam air, asam kuat dan basa kuat. Sedangkan larutan elektrolit lemah
merupakan larutan yang terionisasi sebagian di dalam air. Larutan elektrolit lemah
berasal dari dua jenis larutan yaitu, asam lemah dan basa lemah.
Material logam akan mengalami karat atau korosi hampir di semua
lingkungan atmosfer bila kelembaban melebihi 60 %, setelah pelapisan butir-butir
air terbentuk pada permukaan maka akan terjadi korosi. Hal ini akan diperparah
jika bahan tersebut berada di lingkungan air laut. Kandungan NaCl yang terdapat
dalam air laut akan mempercepat proses korosi baja. aktor logam dan faktor
lingkungan merupakan faktor utama penyebab terjadinya korosi. Faktor logam
disebut sebagai faktor dalam seperti komponen-komponen penyusunnya atau
cacat kristal. Faktor lingkungan disebut faktor luar yang disebabkan oleh
konsentrasi oksigen dalam air atau dalam udara bebas, pH, temperatur, komposisi
kimia atau konsentrasi larutan.
Pengaruh dari lingkungan dapat membuat suatu produk yang terbuat dari
logam tidak dapat mempertahankan kondisi idealnya. Hal tersebut disebabkan
terjadi perubahan sifat dan struktur pada material sehingga mengalami penurunan
kinerja atau kegagalan. Menurut teori ada beberapa tipe kegagalan yaitu
kegagalan akibat korosi, perpatahan tertunda atau lazimnya disebut fatik,
kegagalan pada suhu tinggi atau akibat lingkungan sekitar, dan kegagalan akibat
radiasi yang merusak suatu material atom demi atom dan elektron demi elektron,
dan masih banyak lagi. Korosi adalah suatu proses deteriorasi permukaan logam.
Proses korosi terjadi jika logam bersentuhan langsung dengan air atau udara
(oksigen). Logam yang mengalami korosi akan mengalami keropos sehingga
terjadi pelemahan dalam arti kekuatannya akan berkurang. Penggunaan logam
dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat dihindari.
Besi digunakan sebagai bahan bangunan, pagar, pipa air minum dan
sebagainya.Termasuk keran yang berfungsi sebagai alat untuk menutup atau

41
membuka aliran air. Karena keran terbuat dari logam maka keran juga berpotensi
mengalami korosi. Apabila lingkungan kurang mendukung maka laju korosi dapat
dikendalikan antara lain dengan mengisolasi permukaan logam dari
lingkungannya. Korosi terjadi melalui reaksi redoks, di mana logam mengalami
oksidasi, sedangkan oksigen mengalami reduksi.Oksida besi (karat) dapat
mengelupas, sehingga secara bertahap permukaan yang baru itu mengalami
korosi. Berbeda dengan aluminium, hasil korosi berupa Al2O3 membentuk lapisan
yang melindungi bagian logam dari korosi selanjutnya. korosi secara keseluruhan
merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi sebagai
anoda , dimana besi mengalami oksidasi. Dampak dari peristiwa korosi sangat
merugikan. Contoh nyata adalah keroposnya jembatan, paku, pagar besi ataupun
berbagai konstruksi dari besi lainnya. Bila dibiarkan, lama kelamaan besi akan
habis menjadi karat, sehingga sangat penting untuk mengetahui laju korosi yang
diakibatkan oleh lingkungan dari material tersebut (Royani et al., 2022).
Korosi besi ini juga dapat dicegah dengan menghubungkan besi tersebut
dengan kutub negatif sumber listrik. Proteksi katodik juga merupakan teknik
penanggulangan korosi komponen baja jembatan, khususnya pada bagian tiang
pancang pipa baja yang berada dalam lingkungan air dan atau tanah karena pada
bagian tersebut relatif sulit dilakukan teknik penanggulangan korosi. Dengan
teknik yang lebih murah yaitu pengecatan. Pada prinsipnya, korosi terjadi karena
adanya aliran elektron dari bagian tiang pancang pipa baja (anoda) yang diikuti
dengan perubahan logam menjadi ion logam (karat) ke bagian tiang pancang pipa
baja lain yang karena kualitas baja atau kondisi lingkungannya menjadi katoda
(Syawaldi, 2021).

42
DAFTAR PUSTAKA

Asof, A., Nelwan, U., D3, J., Mesin, T., & Tinggi Teknik -Pln, S. (2019). Analisis
Korosi Pada Inside Water Wall Tube PLTU Tarahan Unit 3 Lampung.
Jurnal Power Plant , 27–33.
Miranda, E. (2020). Analisis Laju Korosi Pada Logam Melalui Proses Dipcoating
Larutan. Jurnal Hadron, 2(01), 29–33.
Nasution, S. R., & Purwanto, H. (2019). Rancangan Ulang Tata Letak Mesin Di
Pt. Korosi Specindo. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 3(1), 33–44.
https://doi.org/10.24912/jitiuntar.v3i1.508
Royani, A., Hanafi, M., Julistiono, H., & Manaf, A. (2022). Biokorosi Dan
Teknologi Pencegahannya Di Industri Minyak Dan Gas. Metalurgi,
36(3), 135. https://doi.org/10.14203/metalurgi.v36i3.608
Syawaldi. (2021). Analisa Laju Korosi Pada Sistem Pemipaan Bawah Tanah Pt .
Chevron Pacific Indonesia. Aptek, 5(1), 15–22.
Yulmansyah, R., Moralista, E., & Isniarno, N. F. (2021). Kajian Korosi Struktur
Conveyor B Pada Tambang Batubara PT XYZ Di Kabupaten Merangin
Provinsi Jambi. Jurnal Riset Teknik Pertambangan, 1(1), 54–61.
https://doi.org/10.29313/jrtp.v1i1.143.

43
Lampiran

44
45
46
47
48
49

Anda mungkin juga menyukai