Anda di halaman 1dari 15

BAB VII

KECELAKAAN LALU LINTAS

1. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS

Lalulintas ditimbulkan oleh adanya pergerakan dari alat-alat angkutan, karena


adanya kebutuhan perpindahan manusia dan barang. Unsur-unsur sistem transportasi
adalah semua elemen yang dapat berpengaruh terhadap lalulintas, meliputi pemakai
jalan, kendaraan, jalan dan lingkungan. Dari uraian teori di atas telah disimpulkan bahwa
kecelakaan disebabkan oleh berbagai faktor di bawah ini :

a. Manusia/pemakai jalan

Pignataro (1973) memberikan definisi pemakai jalan adalah semua orang yang
menggunakan fasilitas jalan secara langsung meliputi pengemudi, pejalan kaki dan
pemakai jalan yang lain.

Sifat pengemudi yang sangat berpengaruh dalam mengendalikan kendaraan adalah


pribadinya, latihan dan sikap (Oglesby dan Hicks, 1982).

Dalam kondisi normal setiap pengemudi mempunyai waktu reaksi, konsentrasi,


tingkat intelegensi dan karakter berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi
oleh fisik, umur, jenis kelamin, emosi, penglihatan, pendengaran, konsumsi
makanan/minumandan bahkan perilaku dasar, yang semuanya dapat dibagi dalam 2
(dua) kategori dasar, yakni kinerja pengemudi dan perilaku pengemudi (evans, 1991).
Menurut Ogden dalam Ogden dan Taylor (1999), terdapat 3 (tiga) elemen utama
penyebab kecelakaan , yakni manusia, kendaraan dan jalan. Dari ketiga faktor tersebut,
faktor manusia/pengemudi merupakan faktor yang paling menentukan. Mengemudikan
kendaraan merupakan pekerjaan yang komplek. Selama mengemudi, pengemudi
langsung berinteraksi dengan kendaraan serta menerima dan menerjemahkan
rangsangan di sekelilingnya terus menerus. Kondisi jalan dengan perkerasan stabil dan
nyaman berdampak pengemudi merasa nyaman dalam mengemudikan kendaraan.
Kondisi ini mendorong pengemudi menjalankan kendaraan dengan kecepatan tinggi dan
kewaspadaan pengemudi menurun yang akan berakibat mudah timbulnya kecelakaan.

b. Kendaraan

Segi-segi yang perlu diperhatikan dalam konsep desain dan pemeliharaan kendaraan
bermotor adalah mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas, mengurangi jumlah korban
kecelakaan pada pemakai jalan lainnya, mengurangi besar kerusakan pada kendaraan
bermotor (Oglesby dan Hicks, 1982). Kecelakaan dapat timbul karena perlengkapan
kendaraan yang kurang bagus, kondisi penerangan kendaraan, mesin kendaraan,
pengaman kendaraan dan lain-lain. Pemakaian kendaraan yang terlalu dipaksakan akan
mempermudah menurunkan kemampuan kendaraan yang dapat berakibat fatal yaitu
terjadinya kecelakaan.

c. Jalan dan lingkungan

Sifat-sifat jalan berpengaruh sebagai peneyebab kecelakaan lalulintas. Perbaikan


terhadap kondisi jalan akan mempengaruhi pula terhadap karakteristik kecelakaan yang
terjadi. Beberapa hal dan bagian jalan yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan,
seperti : kerusakan pada permukaan jalan, konstruksi jalan rusak/tidak sempurna, dan
geometri jalan kurang sempurna.

Kondisi tata guna lahan, kondisi cuaca dan angin serta pengaturan lalulintas adalah
beberapa komponen dan lingkungan yang berpengaruh terhadap kecelakaan.
Lingkungan jalan yang kurang memadai mengakibatkan kenyamanan pengemudi
menurun, sehingga kemampuan dalam mengendalikan kendaraan akan menurun juga.
Cuaca berkabut, hujan, maupun berasap akan berpengaruh terhadap perilaku
pengemudi.

Kebiasaan pengemudi yang sering mengalami pengaturan lalu lintas heterogen


seringkali terbawa saat pengemudi mengalami pengaturan lalu lintas homogen.

2. PENANGANAN KECELAKAAN LALU LINTAS

Penanganan lalu lintas dapat dikategorikan menjadi :

1) Tahapan Sebelum Kejadian

Kegiatan ini berupa pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan lalulintas. Kegiatan ini
berupa penyuluhan dan pendidikan untuk mengenal undang-undang lalulintas yang
berlaku dan tata tertib berlalulintas. Bagi pengguna jalan, upaya yang dapat dilakukan
adalah peningkatan kesadaran hukum dan sopan santun dalam berlalulintas.

2) Tahapan pada waktu kejadian

Disini dituntut kesigapan aparat, baik dari kepolisian maupun


kesehatan(rumahsakit/ambulance) untuk mencapai lokasi kejadian tepat pada
waktunya.

3) Tahapan sesudah kejadian

Diperlukan kejelian dari aparat/instansi yang berwenang untuk meneliti/melihat


sebab-sebab kejadian, agar dapat disusun suatu strategi perbaikan guna pengurangan
kecelakaan.
3. SISTEM INFORMASI KECELAKAAN LALU LINTAS

Tujuan pengembangan sistem informasi kecelakaan lalu lintas adalah :

1) Menciptakan persepsi yang sama antar instansi dan lembaga.


2) Memberikan informasi yng akurat mengenai perkembangan kinerja transportasi
jalan yang berhubungan dengan kecelakaan lalu lintas.
3) Memberikan informasi yang memadai dan mempermudah/mempercepat proses
pengambilan keputusan dalam rangka penanggulangan kecelakaan lalulintas.
4) Memberikan gambaran sejelas mungkin mengenai organisasi penyelenggara sistem
informasi.
5) Sebagai media untuk mengkoordinasikan upaya penanggulangan kecelakaan
lalulintas berbagai instansi.

4. STRATEGI UNTUK PENANGGULANGAN KECELAKAAN LALU LINTAS


1. Sasaran

Upaya penanggulangan kecelakaan melalui pendekatan ini dilakukan dengan sasaran


agar peluang terjadinya kecelakaan dapat dikurangi dengan biaya yang minimum, yang
dilakukan dengan tindakan manajemen dan teknik lalu lintas pada daerah-daerah rawan
kecelakaan, serta titik/lokasi yang berbahaya.

Untuk kepentingan tersebut, maka lingkungan penanganan dapat mencakup :

1) Perbaikan jalan/jembatan dan perlengkapannya, pada lokasi-lokasi yang rawan


terhadap kecelakaan lalulintas.
2) Perbaikan terhadap peraturan-peraturan lalulintas yang diberlakukan pada ruas-ruas
jalan tertentu yang rawan terhadap kecelakaan lalulintas.
3) Pemberian arahan dan bimbingan (penyuluhan/sosialisasi) kepada masyarakat
4) Penegakan hukum bagi pemakai jalan, khususnya terhadap hal-hal yang rawan
terhadap kecelakaan lalulintas.

2. Pendekatan

Penanggulangan sistem kecelakaan lalulintas melalui perbaikan sistem, sesuai


dengan ketentuan manajemen dan teknik lalulintas. Namun demikian, dalam
penerapannya perlu didukung dengan upaya penyuluhan atau penyebarluasan informasi
dan penegakan hukum.

Dalam menyelenggarakan manajemen dan teknik lalulintas tersebut, dapat


digunakan 4 strategi dasar untuk mengurangi kecelakaan lalulintas, yaitu :
a. Single sites (black spot program)

Yaitu penanganan jenis kecelakaan tertentu pada suatu ruas jalan, misalnya
perbaikan jari-jari tikungan yang terlalu tajam.

b. Mass action plans

Penggunaan pola penanganan yang menyeluruh, misalnya pelapisan perkerasan


tertentu guna mengurangi kelicinan permukaan jalan.

c. Route action plans

Perbaikan pada suatu rute jalan tertentu, misalnya pemasangan lampu jalan pada
suatu ruas, pemasangan divider (sekat/pembatas), perlengkapan rambu/marka. Ini
umumnya dilaksanakan pada daerah-daerah kawasan tertib lalu lintas.

d. Area wide schemes

Penggunaan pola penanganan yang bervariasi yang meliputi area yang luas,
misalnya: pelarangan arus lalulintas menerus pada daerah permukiman, pengurangan
kecepatan dengan conblock pada kawasan universitas, pengurangan kecepatan dengan
polisi tidur pada daerah permukiman.

5. ANALISIS KECELAKAAN

Kecelakaan dianalisis dengan menggunakan data yang sudah ada, serta dinyatakan
dalam satuan kecelakaan/kendaraan/km atau kecelakaan/kendaraan/pergerakan. Data
kecelakaan tersebut kemudian dapat dituangkan dalam bentuk peta untuk mengetahui
distribusi kecelakaan dan selanjutnya dilakukan identifikasi tempat-tempat yang sering
terjadi kecelakaan dan memiliki peluang besar untuk dikelola dengan efektif.
Selanjutnya dilakukan analisis mendalam mengenai sebab-sebab kecelakaan, biaya
pengelolaan dan manfaat yang diperoleh.

Analisi kecelakaan membutuhkan data yang rinci tentang deskripsi kecelakaan yang
meliputi peta situasi, pergerakan tiap kendaraan, kondisi lingkungan dan cuaca. Biaya
dan manfaat dihitung berdasarkan analogi dengan penanganan yang pernah dilakukan.

Menurut perhitungan, analisi kecelakaan terbagi dalam beberapa perhitungan


berikut :

1. Perhitungan kecelakaan berdasarkan jarak tempuh/perjalanan


𝐀𝐂
𝐑𝐋 =
𝐋
Dengan :
RL = total kecelakaan rata-rata per km untuk satu tahun
AC = total jumlah kecelakaan selama satu tahun
L = panjang jalan dalam km

2. Perhitungan kecelakaan berdasarkan kecepatan kendaraan


𝐍 × 𝟏𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎
𝐑𝐕 =
𝐕𝐫
Dengan :
RV = jumlah kecelakaan per 100 juta kendaraan
N = jumlah pengemudi kendaraan selama periode satu tahu
Vr = kecepatan rata-rata kendaraan (km/jam)

3. Perhitungan kecelakaan berdasarkan jumlah penduduk satu area


𝑩×𝟏𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
𝑹𝑷 = 𝑷𝑷
Dengan :
𝑅𝑃 = jumlah kecelakaan per 100.000 penduduk
𝐵 = jumlah total kecelakaan selama satu tahun
𝑃𝑃 = jumlah penduduk

6. DATA BASE DALAM MANAJEMEN KESELAMATAN LALU LINTAS

A. Manfaat data base keselamatan

Tingginya jumlah kecelakaan lalulintas yang terjadi di jalan maka disusun berbagai
program penanganan kecelakaan lalulintas di jalan dan telah dilaksanakan oleh berbagai
instansi, baik pemerintah maupun swasta, serta melalui kegiatan-kegiatan antara lain
penegakan hukum, pendidikan dan penyuluhan, informasi, kegiatan penelitian maupun
perencanaan sarana dan prasarananya.

Upaya penanganan kecelakaan lalu lintas jalan dapat dikelompokan dalam 3 (tiga)
tahapan, yaitu :

1) Tahapan sebelum kejadian, melalui kegiatan penyuluhan serta pendidikan pada


pengguna jalan, baik mengenai tindakan-tindakan pencegahan kecelakaan maupun
mengenai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta tata tertib berlalu
lintas.

2) Tahapan pada waktu kejadian, yang merupakan bagian penting yang perlu mendapat
perhatian. Dalam hal ini dituntut kesigapan aparat kepolisian maupun kesehatan untuk
mencapai lokasi kejadian tepat pada waktunya guna menangani dampak yang terjadi
dari kejadian kecelakaan lalu lintas.

3) Tahapan sesudah kejadian, dalam hal ini diperlukan kejelian aparat/instansi yang
berwenang untuk meneliti/melihat sebab-sebab kejadian kecelakaan lalu lintas, agar
dapat disusun suatu rencana perbaikan guna mencegah terulangnya kejadian
berikutnya.

Upaya yang dimaksud diatas telah memberikan kontribusi dalam peningkatan


keselamatan lalu lintas di jalan, namun masih perlu dilakukan upaya-upaya pemantapan
lebih lanjut. Hal ini perlu dilakukan mengingat perkembangan jumlah kendaraan
bermotor, perkembangan teknologi kendaraan bermotor, perubahan tata nilai dan
perilaku masyarakat dalam berlalu lintas dijalan dan tingginya tingkat korban mati
akibat kecelakaan lalu lintas.

Tujuan pengembangan dan pemantapan database kecelakaan lalulintas adalah


sebagai berikut ini.

1) Menciptakan persepsi yang sama antar instansi dan lembaga terkait dalam
penanggulangan kecelakaan lalulintas.
2) Memberikan informasi yang akurat mengenai perkembangan kinerja transportasi
jalan terutama yang berkaitan dengan kecelakaan lalulintas, faktor penyebab serta
dampak yang ditimbulkan.
3) Memberikan informasi yang memadai dan mempermudah serta mempercepat
proses pengambilan keputusan, dalam rangka penanggulangn kecelakaan lalulintas.
4) Memberikan gambaran sejelas mungkin mengenai kelembagaan penyelenggaraan
sistem informasi.
5) Sebagai media untuk mengkoordinasikan upaya penanggulanagn kecelakaan
lalulintas berbagai instansi.

a. Tinjauan terhadap sistem database yang telah ada

Untuk menelaah sejauh mana database yang ada saat ini, perlu kiranya ditelaah
formulir pendataan kecelakaan lalulintas yang ada. Berikut akan dibandingkan beberapa
formulir yang telah ada sehingga nantinya didapat bentuk formulir yang paling lengkap.

Formulir kecelakaan lalulintas yang digunakan di Indonesia maupun yang digunakan


di India pada prinsipnya sama, yaitu menekankan pencatatan kejadian berdasarkan
faktor penyebab kecelakaan seperti manusia, kendaraan, jalan dan lingkungan. Masing-
masing formulir kecelakaan lalulintas di kedua negara telah dapat menjawab
pertanyaan mendasar dalam pencatatan data mengenai kecelakaan lalu lintas, yaitu :

• Dimana kecelakaan terjadi


• Kapan kecelakaan terjadi
• Siapa saja yang terlibat dalam kecelakaan
• Akibat dari kecelakaan tersebut
• Bagaimana kondisi lingkungan disekitar kejadian
• Mengapa atau bagaimana kecelakaan tersebut sampai terjadi
Jika diperhatikan, dalam formulir kecelakaan lalulintas yang digunakan di Indonesia
akan ditemukan beberapa data tambahan yang tidak ditemukan pada formulir yang
digunakan di India. Data tambahan ini akan sangat membantu guna melengkapi dan
membuat data menjadi lebih spesifik serta menyesuaikan dengan keadaan yang ada di
Indonesia sendiri.

Formulir kecelakaan lalulintas di kedua negara ini terbagi dalam 3 (tiga) kelompok
data, dengan data tersebut akan dibuat suatu pendataan dengan sistem data base,
sehingga akan dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan sangat
memerlukan data tersebut.

1) Kelompok data pertama, merupakan kelompok data yang bersifat umum, yaitu
mengenai lokasi/daerah kejadian kecelakaan. Dalam formulir kecelakaan lalulintas,
data lokasi ini menggunakan tipe koordinat ditambah dengan tipe nomor
rute/jalan, jarak dan titik nol yang berguna dalam penentuan batasan daerah rawan
kecelakaan dan diwilayah kewenangan siapa kecelakaan tersebut terjadi.

2) Kelompok data kedua, merupakan kelompok data utama yang didalamnya terdapat
data-data :
a) Data waktu kejadian berfungsi untuk mengetahui perilaku kecelakaan lalulintas
dalam satu tahun dengan melihat hubungan antara bulan kejadian dengan
tingkat kecelakaan yang terjadi. “Bulan puncak kecelakaan” tersebut dapat
diketahui serta solusi apa yang dapat kita tentukan selanjutnya.

b) Data kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan lalulintas dapat melibatkan dua
atau lebih kendaraan dengan arah yang berbeda. Data ini berguna untuk
mengetahui rata-rata jumlah kendaraan yang terlibat dalam satu kali kejadian
kecelakaan.

c) Data tentang modus operandi kecelakaan yang ddalamnya berisi tentang


penyebab kecelakaan yang terjadi dan akibat apa yang ditimbulkan dari
kecelakaan tersebut, misalnya kecelakaan akibat kecepatan tinggi yang
mengakibatkan korban luka meninggal dunia lebih banyak daripada kecelakaan
karena pengemudi kurang konsentrasi. Jadi dari data ini akan terlihat faktor
penyebab kecelakaan , apakah manusia, kendaraan, jalan dan lingkungan.

d) Data tipe tabrakan dicatat guna evaluasi terhadap perilaku pengemudi dan
peran aktif pengemudi dalam mewujudkan sistem transportasi yang aman. Tipe
tabrakan juga menentukan faktor penyebab kecelakaan baik dari manusia
sendiri atau lingkungan di sekitar kejadian.
e) Data lingkungan disekitar lokasi kejadian juga perlu diketahui, sehingga dari
keadaan lingkungan dapat ditentukan tipe penanganan lingkungan guna
menunjang keselamatan lalulintas dan angkutan jalan. Dalam data lingkungan
juga terdapat data mengenai pola arus lalulintas, kecepatan yang disarankan
dan kondisi penerangan jalan. Data ini kemudian dapat membawa indikasi
daerah mana yang dinilai menjadi daerah rawan kecelakaan.

f) Data keadaan jalan merupakan salah satu faktor yang tidak dapat ditinggalkan,
karena dari keadaan ini dapat dilihat daerah dengan kecelakaan paling sering
terjadi. Data ini berisi lebar jalan, penyempitan jalan, alinemen jalan, konstruksi
perkerasan, kondisi permukaan jalan, pengaturan lalulintas dan jenis jalan
tersebut. Data-data ini akan menghasilkan suatu hubungan antara tingkat
kecelakaan dengan keadaan jalan, jumlah korban baik meninggal, luka berat,
luka ringan yang disebabkan oleh keadaan jalan tersebut.

3) Kelompok data ketiga, merupakan suatu uraian singkat dari kejadian tersebut yang
terdiri dari :
a) Data pemakai jalan yang mengalami kecelakaan : pengemudi, penumpang dan
pejalan kaki. Dicatat berdasarkan : umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
surat ijin yang dimiliki, kondisi badan dan akibat yang dideritanya. Keseluruhan
data ini akan membuat suatu kelompok data yang sangat berguna seperti
berapa besar jumlah korban yang meninggal dunia dengan umur yang di
inginkan, kecelakaan tersebut lebih banyak disebabkan oleh kondisi badan
pemakai jalan yang kurang sehat, dan masih banyak data yang akan saling
berhubungan.

b) Data pengemudi kendaraan yang terlibat kecelakaan dicatat seperti diuraikan di


atas karena pengemudi kendaraan merupakan pemakai jalan yang terlibat
langsung dengan kejadian.

c) Data penumpang yang mengalami kecelakaan dapat dicatat seperti pada data
pemakai jalan tetpi perlu ditambah mengenai posisi penumpang saat terjadinya
kecelakaan dan alat pengaman apa yang digunakan sebelum terjadi kecelakaan
(seatbelt atau helm).

d) Data pejalan kaki yang terlibat kecelakaan juga hampir sama dengan data
pemakai jalan dan korelasi data yang dihasilkan akan tetap mengarah seperti
pada hasil data dari pemakai jalan tetapi akan ditambah dengan data apakah
penyeberang jalan mengalami kecelakaan saat berada dipinggir jalan,
menyeberang jalan, saat duduk di pinggir jalan dan lain sebagainya.
e) Gambaran dari kejadian kecelakaan juga diperlukan guna melengkapi data
lingkungan di lokasi kejadian serta menjadi skenario terjadinya kecelakaan.

f) Keterangan para saksi merupakan keterangan tambahan dari suatu kejadian


kecelakaan, dan digunakan oleh pihak berwenang dalam proses selanjutnya.

g) Keterangan dari pengemudi sama seperti keterangan yang diberikan oleh saksi,
merupakan keterangan tambahan serta pelengkap data kecelakaan.

h) Kesimpulan sementara dari petugas tentang kecelakaan yang telah terjadi


merupakan suatau hasil keputusan sementara terhadap kecelakaan lalulintas
yang terjadi serta akan memberikan faktor penyebab utama terjadinya
kecelakaan tersebut.

Faktor-faktor pada tabel berikut yang diperlukan dalam menyusun formulir


kecelakaan yang berlaku di seluruh negara di dunia untuk bermacam jenis kecelakaan .

Tabel 7.1. Faktor-faktor Penyusunan Formulir Kecelakaan

Kondisi Umum Tipe Jalan Kondisi Lingkungan


• Catatan Kepolisian • Kelas jalan/Nomor jalan • Kondisi Penerangan
• Tahun • Tipe badan jalan/Jumlah • Penerangan Jalan
• Bulan Lajur • Kondisi Permukaan
• Tanggal • Batas Kecepatan Jalan
• Jam • Tipe Simpang • Kualitas Permukaan
• Daerah Kejadian • Lebar Jalan Jalan (kering,basah,dll)
• Catatan dari kantor Polisi • Lebar Bahu Jalan • Cuaca
• Luka yang diderita Korban • Kontrol Persimpangan
• Jenis Tabrakan • Geometri
• Jumlah Kendaraan yang Terlibat • Jenis Tabrakan (Tabrak
• Jumlah Korban Kecelakaan lari, dll)
• Faktor yang Mempengaruhi • Ada Pekerjaan Jalan
Kecelakaan

Penggambaran Lokasi secara Detail Pengendara dan Detail Korban Kecelakaan


Tepat Kendaraan
• Peta Dasar • Jenis Kendaraan • Jenis Pengguna Jalan
• Koordinat X • Gerakan Kendaraan • Umur
• Koordinat Y • Kerusakan Kendaraan • Jenis Kelamin
• Node 1 (jika mungkin) • Panjang Pengereman • Luka yang Diderita
• Node 2 (jika mungkin) • Umur Pengemudi • Lokasi Pejalan Kaki
• Pada km berapa, sedetail • Jenis kelamin pengemudi Pergerakan
mungkin (dalam satuan meter, • Nomor SIM • Pejalan Kaki
contoh : ‘8’ = 0,8 km) • Pakai Helm/Sabuk • Lokasi Penumpang
• Gambaran Suasana Lokasi Pengaman • Pelajar sekolah
Kejadian • Terpengaruh
• Gambaran Kecelakaan Alkohol/Obat-obatan
Sumber : Road Safety Guideliness for The Asian and Pasific Region

B. Lembaga penyelenggara

Salah satu kunci sukses penanganan kecelakaan lalulintas adalah penanganan tingkat
manajemen yang mempunyai pokok penanganan hukum dan kelembagaan. Oleh karena
itu bentuk organisasi penyelenggara sangatlah penting untuk dapat melaksanakan tugas-
tugas yang berkaitan dengan keselamatan lalu lintas serta melihat dasar hukumnya.
Keuntungan dan kerugian dari suatu bentuk organisasi penyelenggara program
keselamatan dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 7.2 Perbandingan Organisasi Penyelenggara Program Keselamatan

Bentuk Mekanisme Keuntungan Kerugian


Organisasi
Komisi Independen • Independen • Hanya sebagai penasehat
• Mampu berusaha tanpa adanya sehingga tidak memiliki
campur tangan kepentingan kekuasaan
pemerintah • Diluar sistem
• Non Partisan pemerintahan
• Tidak ada akses terhadap
dukungan dari staf
pemerintahan
Komisi Pemerintah • Kunci pembuat keputusan • Persaingan antar pejabat
• Mempunyai kekuatan untuk berwenang
melakukan suatu tindakan • Kecil akses untuk
• Dapat menggunakan dukungan pendanaan dari sektor
dari staf pemerintahan swasta
• Kepentingan yang luas tak
terwakili
Dewan Keselamatan • Pemerintah kunci pembuat • Memerlukan jaminan
Lalulintas Angkutan Jalan keputusan pendanaan
Nasional (National Road • Kemampuan sektor swasta • Memerlukan sekretariat
Safety Counxil, NRSC) dapat diikutkan • Memerlukan dukungan
• Akses terhadap pendanaan badan legislatif
sektor swasta
• Akses terhadap dukungan staf
pemerintahan melalui anggota
Sumber : Road Safety Guideliness for The Asian and Pasific Region

Apapun bentuk organisasi keselamatan yang ada, yang terpenting adalah mekanisme
hubungan antar institusi tersebut agar supaya ada kejelasan keterlibatan dengan
instansi-instansi lain dalam menangani manajemen keselamatan lalulintas yang ada di
Indonesia.
Start

Input data laporan utama :

• Informasi Umum
• Kendaraan
• Pengemudi
• Penumpang
• Pejalan Kaki
• Data Tambahan Lain

Proses Pengelompokan Data

Dina PU/Kimpraswil Ditjen HubDat Ditlantas Polri Asuransi Jasa Raharja

• Waktu kejadian • Informasi umum • Informasi umum • Jenis kendaraan


• Lokasi kejadian • Kendaraan • Kendaraan • Tipe kendaraan
• Lingkungan sekitar • Pengemudi • Pengemudi • Jumlah korban
• Cuaca • Penumpang • Penumpang • Kerusakan kendaraan
• Penerangan jalan • Pejalan kaki • Pejalan kaki • Dta penumpang
• Median jalan • Lokasi kecelakaan • Lokasi kecelakaan • Data pengemudi
• Penyempitan jalan • Data tambahan • Data tambahan
• Alinemen jalan lainnya lainnya
• Konstruksi jalan
• Kualitaskonstruksi
• Keadaan konstruksi

Lokasi-lokasi yang • Laporan mengenai • Laporan mengenai • Kendaraan yang


menyebabkan terjadinya lokasi-lokasi black spot lokasi-lokasi black mendapat ganti rugi
kecelakaan dan perlu • Data-data kecelakaan spot • Korban yang
perbaikan dari sisi dalam bentuk grafik • Data-data kecelakaan mendapat ganti rugi
geometri, perkerasan, • Data dalam angka dalam bentuk grafik • Jumlah ganti rugi
alinemen dan pelebaran perhitungan jumlah • Data dalam angka yang dikeluarkan
jembatan kecelakaan di tiap perhitungan jumlah
lokasi kecelakaan di tiap
• Lokasi pemasangan lokasi
rambu, marka dan • Lokasi pos-pos polisi
sinyal • Lokasu kawasan tertib
lalulintas
• Daerah yang perlu
patroli khusus

Gambar 7.1. Hubungan Kelembagaan Mengacu pada formulir 3L


C. PERAN LEMBAGA KESELAMATAN

1. Lembaga yang ada

Ada beberapa lembaga yang bertanggung jawab terhadap kecelakaan dan


keselamatan lalu lintas, yaitu :

a. Polisi lalulintas

Polisi lalulintas bertanggung jawab terhadap pengumpulan data, pelaporan setiap


kecelakaan dengan titik berat pada penyelesaian secara hukum. Data kecelakaan
lalulintas juga digunakan untuk penentuan lokasi pos polisi dan rute patroli.

Kepolisian Resort Kota (Polresta) bertanggung jawab terhadap Kepolisian Daerah


(Polda), sedangkan Polda bertanggung jawab terhadap Mabes Polri. Tidak ada tanggung
jawab polisi terhadap dinas-dinas lain yang terlibat dalam analisis kecelakaan seperti
DLLAJ/Dinas Perhubungan dan Dina PU/Kimpraswil.

b. DLLAJ/DISHUB

Dinas ini berkewajiban melakukan analisis data kecelakaan lalulintas untuk


keperluan manajemen dan teknis lalulintas, seperti : lokasi rambu dan marka jalan,
penempatan alat pengatur isyarat lalulintas, pengaturan lalulintas, pengaturan parkir,
penentuan jalur bus dan pembuatan petunjuk keselamatan lalulintas. Dina ini
bertanggung jawab terhadap Pemerintah Daerah, dibawah bimbingan dari Direktorat
Jenderal Perhubungan darat.

c. Dinas PU/Kimpraswil

Dinas ini berkewajiban untuk melakukan analisis kecelakaan lalulintas guna


perbaikan jalan, seperti perbaikan geometri (pelebaran jalan, perbaikan jari-jari
tikungan) dan lapis keras jalan. Dinas ini bertanggung jawab terhadap pemerintah
daerah, dibawah bimbingan Departemen Kimpraswil.

d. Perusahaan Asuransi Jiwa

Perusaan ini memerlukan data kecelakaan untuk hitungan biaya kecelakaan guna
menentukan besar asuransi.

Mekanisme pengumpulan, pelaporan dan analisis data kecelakaan lalulintas menurut


perundang-undangan yang ada adalah sebagai berikut ini :

1) Ditempat terjadi kecelakaan, polisi mengisi data kecelakaan


2) Formulir data kecelakaan kemudian dikumpulkan di Polresta
3) Data di Polresta kemudian dikumpulkan di Polda
4) Data kemudian dimasukan ke dalam komputer oleh Satlantas Polda
5) Data dalam bentuk file dikumpulkan di Mabes Polri, yang kemudian dapat digunakan
oleh aparat pemerintah untuk menentukan kebijakan-kebijakan guna
penanggulangan kecelakaan.
6) Data dikirim ke DLLAJ dan Dishub untuk analisis kebutuhan marka, rambu, alat
pengatur isyarat lalulintas dan perbaikan jalan.
7) Data juga digunakan oleh polisi lalulintas untuk menentukan pos polisi, rute patroli
dan laporan ke Kejaksaan.

KECELAKAAN

LAPORAN

POLISI LALULINTAS

LOKASI

PELAPORAN

INFORMASI DARI
RUMAH SAKIT PETA

KANTOR
INFORMASI DARI SAKSI

INFORMASI LAIN

PENGISIAN

DILENGKAPI BILA PERLU

INPUT KE KOMPUTER

Gambar 7.2. Prosedur Pengisisan Formulir Kecelakaan


2. Peran lembaga yang ada

Berdasarkan mekanisme pelaksanaan dan pelaporan penanganan data kecelakaan


dengan menggunakan formulir 3L yang terdapat pada Lampiran Keputusan Menteri
Perhubungan No. UM.502/7/8 PKL-99 tanggal 4 Maret 1999. Lembaga yang terkait
dengan keselamatan lalu lintas adalah :

• Polri
• Dinas PU/Kimpraswil
• Dinas Perhubungan/DLLAJ

Ketiga lembaga tersebut terkait langsung dengan permasalahan keselamatan


lalulintas mulai dari pencatatan data kecelakaan, analisis, hingga perencanaan dan
pelaksanaan kebijaksanaan penanganan keselamatan lalulintas. Masing-masing
lembaga memiliki peran dan wewenang sendiri-sendiri, sebagai berikut :

a. Polri

Polri beserta jajarannya (Polda, Polres) merupakan lembaga yang pertama kali
menangani kecelakaan lalulintas dengan peran dan wewenang :

1) Mencatat data kecelakaan di Tempat Kejadian Perkara (TKP) dengan menggunakan


formulir 3L-A oleh petugas Polantas.
2) Mengirim laporan tertulis dari lapangan ke Polres serta melengkapi data dengan
cara pengisian Formulir 3 LB-C.
3) Seluruh data kecelakaan di tiap-tiap Polres dikirim ke Polda dan Kanwil Departemen
Perhubungan untuk selanjutnya dianalisis.
4) Polda mengirimkan hasil analisis data kecelakaan ke Ditlantas Polri untuk
dikembangkan dalam penentuan Daerah Rawan Kecelakaan (Black spot).
5) Ditlantas Polri akan mengirimkan data dan lokasi Daerah Rawan Kecelakaan ke
pemimpin instansi yang terkait sebagai masukan dalam menetapkan kebijakan.
Dalam hal ini instansi yang terkait adalah lembaga di daerah yang langsung terkait
dengan masalah keselamatan lalulintas, misal Polda/Polres, DLLAJ Propinsi dan
Kota/Kabupaten, dll.

b. Dinas PU/Kimpraswil

Merupakan lembaga yang menangani prasarana transportasi. Dibidang keselamatan


lalulintas Dinas PU/Kimpraswil beserta jajarannya memiliki peran dan wewenang :

1) Menerima laporan data kecelakaan lalulintas (dalam bentuk buku laporan dan file)
2) Data tersebut selanjutnya untuk masukan data bagi penentuan lokasi black spot.
3) Data dan black spot digunakan sebagai dasar penentuan program perbaikan jalan.
c. Dinas Perhubungan/DLLAJ

Sebagai lembaga yang menangani masalah transportasi secara langsung.


Departemen Perhubungan memiliki peran dan wewenang di bidang keselamatan
lalulintas sebagai berikut.

1) Menerima data/laporan kecelakaan lalulintas dari Polda.


2) Data/laporan kecelakaan yang diterima merupakan data masukan untuk
menentukan lokasi black spot.

Anda mungkin juga menyukai