Bab Vii Kecelakaan Lalu Lintas
Bab Vii Kecelakaan Lalu Lintas
a. Manusia/pemakai jalan
Pignataro (1973) memberikan definisi pemakai jalan adalah semua orang yang
menggunakan fasilitas jalan secara langsung meliputi pengemudi, pejalan kaki dan
pemakai jalan yang lain.
b. Kendaraan
Segi-segi yang perlu diperhatikan dalam konsep desain dan pemeliharaan kendaraan
bermotor adalah mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas, mengurangi jumlah korban
kecelakaan pada pemakai jalan lainnya, mengurangi besar kerusakan pada kendaraan
bermotor (Oglesby dan Hicks, 1982). Kecelakaan dapat timbul karena perlengkapan
kendaraan yang kurang bagus, kondisi penerangan kendaraan, mesin kendaraan,
pengaman kendaraan dan lain-lain. Pemakaian kendaraan yang terlalu dipaksakan akan
mempermudah menurunkan kemampuan kendaraan yang dapat berakibat fatal yaitu
terjadinya kecelakaan.
Kondisi tata guna lahan, kondisi cuaca dan angin serta pengaturan lalulintas adalah
beberapa komponen dan lingkungan yang berpengaruh terhadap kecelakaan.
Lingkungan jalan yang kurang memadai mengakibatkan kenyamanan pengemudi
menurun, sehingga kemampuan dalam mengendalikan kendaraan akan menurun juga.
Cuaca berkabut, hujan, maupun berasap akan berpengaruh terhadap perilaku
pengemudi.
Kegiatan ini berupa pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan lalulintas. Kegiatan ini
berupa penyuluhan dan pendidikan untuk mengenal undang-undang lalulintas yang
berlaku dan tata tertib berlalulintas. Bagi pengguna jalan, upaya yang dapat dilakukan
adalah peningkatan kesadaran hukum dan sopan santun dalam berlalulintas.
2. Pendekatan
Yaitu penanganan jenis kecelakaan tertentu pada suatu ruas jalan, misalnya
perbaikan jari-jari tikungan yang terlalu tajam.
Perbaikan pada suatu rute jalan tertentu, misalnya pemasangan lampu jalan pada
suatu ruas, pemasangan divider (sekat/pembatas), perlengkapan rambu/marka. Ini
umumnya dilaksanakan pada daerah-daerah kawasan tertib lalu lintas.
Penggunaan pola penanganan yang bervariasi yang meliputi area yang luas,
misalnya: pelarangan arus lalulintas menerus pada daerah permukiman, pengurangan
kecepatan dengan conblock pada kawasan universitas, pengurangan kecepatan dengan
polisi tidur pada daerah permukiman.
5. ANALISIS KECELAKAAN
Kecelakaan dianalisis dengan menggunakan data yang sudah ada, serta dinyatakan
dalam satuan kecelakaan/kendaraan/km atau kecelakaan/kendaraan/pergerakan. Data
kecelakaan tersebut kemudian dapat dituangkan dalam bentuk peta untuk mengetahui
distribusi kecelakaan dan selanjutnya dilakukan identifikasi tempat-tempat yang sering
terjadi kecelakaan dan memiliki peluang besar untuk dikelola dengan efektif.
Selanjutnya dilakukan analisis mendalam mengenai sebab-sebab kecelakaan, biaya
pengelolaan dan manfaat yang diperoleh.
Analisi kecelakaan membutuhkan data yang rinci tentang deskripsi kecelakaan yang
meliputi peta situasi, pergerakan tiap kendaraan, kondisi lingkungan dan cuaca. Biaya
dan manfaat dihitung berdasarkan analogi dengan penanganan yang pernah dilakukan.
Tingginya jumlah kecelakaan lalulintas yang terjadi di jalan maka disusun berbagai
program penanganan kecelakaan lalulintas di jalan dan telah dilaksanakan oleh berbagai
instansi, baik pemerintah maupun swasta, serta melalui kegiatan-kegiatan antara lain
penegakan hukum, pendidikan dan penyuluhan, informasi, kegiatan penelitian maupun
perencanaan sarana dan prasarananya.
Upaya penanganan kecelakaan lalu lintas jalan dapat dikelompokan dalam 3 (tiga)
tahapan, yaitu :
2) Tahapan pada waktu kejadian, yang merupakan bagian penting yang perlu mendapat
perhatian. Dalam hal ini dituntut kesigapan aparat kepolisian maupun kesehatan untuk
mencapai lokasi kejadian tepat pada waktunya guna menangani dampak yang terjadi
dari kejadian kecelakaan lalu lintas.
3) Tahapan sesudah kejadian, dalam hal ini diperlukan kejelian aparat/instansi yang
berwenang untuk meneliti/melihat sebab-sebab kejadian kecelakaan lalu lintas, agar
dapat disusun suatu rencana perbaikan guna mencegah terulangnya kejadian
berikutnya.
1) Menciptakan persepsi yang sama antar instansi dan lembaga terkait dalam
penanggulangan kecelakaan lalulintas.
2) Memberikan informasi yang akurat mengenai perkembangan kinerja transportasi
jalan terutama yang berkaitan dengan kecelakaan lalulintas, faktor penyebab serta
dampak yang ditimbulkan.
3) Memberikan informasi yang memadai dan mempermudah serta mempercepat
proses pengambilan keputusan, dalam rangka penanggulangn kecelakaan lalulintas.
4) Memberikan gambaran sejelas mungkin mengenai kelembagaan penyelenggaraan
sistem informasi.
5) Sebagai media untuk mengkoordinasikan upaya penanggulanagn kecelakaan
lalulintas berbagai instansi.
Untuk menelaah sejauh mana database yang ada saat ini, perlu kiranya ditelaah
formulir pendataan kecelakaan lalulintas yang ada. Berikut akan dibandingkan beberapa
formulir yang telah ada sehingga nantinya didapat bentuk formulir yang paling lengkap.
Formulir kecelakaan lalulintas di kedua negara ini terbagi dalam 3 (tiga) kelompok
data, dengan data tersebut akan dibuat suatu pendataan dengan sistem data base,
sehingga akan dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan sangat
memerlukan data tersebut.
1) Kelompok data pertama, merupakan kelompok data yang bersifat umum, yaitu
mengenai lokasi/daerah kejadian kecelakaan. Dalam formulir kecelakaan lalulintas,
data lokasi ini menggunakan tipe koordinat ditambah dengan tipe nomor
rute/jalan, jarak dan titik nol yang berguna dalam penentuan batasan daerah rawan
kecelakaan dan diwilayah kewenangan siapa kecelakaan tersebut terjadi.
2) Kelompok data kedua, merupakan kelompok data utama yang didalamnya terdapat
data-data :
a) Data waktu kejadian berfungsi untuk mengetahui perilaku kecelakaan lalulintas
dalam satu tahun dengan melihat hubungan antara bulan kejadian dengan
tingkat kecelakaan yang terjadi. “Bulan puncak kecelakaan” tersebut dapat
diketahui serta solusi apa yang dapat kita tentukan selanjutnya.
b) Data kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan lalulintas dapat melibatkan dua
atau lebih kendaraan dengan arah yang berbeda. Data ini berguna untuk
mengetahui rata-rata jumlah kendaraan yang terlibat dalam satu kali kejadian
kecelakaan.
d) Data tipe tabrakan dicatat guna evaluasi terhadap perilaku pengemudi dan
peran aktif pengemudi dalam mewujudkan sistem transportasi yang aman. Tipe
tabrakan juga menentukan faktor penyebab kecelakaan baik dari manusia
sendiri atau lingkungan di sekitar kejadian.
e) Data lingkungan disekitar lokasi kejadian juga perlu diketahui, sehingga dari
keadaan lingkungan dapat ditentukan tipe penanganan lingkungan guna
menunjang keselamatan lalulintas dan angkutan jalan. Dalam data lingkungan
juga terdapat data mengenai pola arus lalulintas, kecepatan yang disarankan
dan kondisi penerangan jalan. Data ini kemudian dapat membawa indikasi
daerah mana yang dinilai menjadi daerah rawan kecelakaan.
f) Data keadaan jalan merupakan salah satu faktor yang tidak dapat ditinggalkan,
karena dari keadaan ini dapat dilihat daerah dengan kecelakaan paling sering
terjadi. Data ini berisi lebar jalan, penyempitan jalan, alinemen jalan, konstruksi
perkerasan, kondisi permukaan jalan, pengaturan lalulintas dan jenis jalan
tersebut. Data-data ini akan menghasilkan suatu hubungan antara tingkat
kecelakaan dengan keadaan jalan, jumlah korban baik meninggal, luka berat,
luka ringan yang disebabkan oleh keadaan jalan tersebut.
3) Kelompok data ketiga, merupakan suatu uraian singkat dari kejadian tersebut yang
terdiri dari :
a) Data pemakai jalan yang mengalami kecelakaan : pengemudi, penumpang dan
pejalan kaki. Dicatat berdasarkan : umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
surat ijin yang dimiliki, kondisi badan dan akibat yang dideritanya. Keseluruhan
data ini akan membuat suatu kelompok data yang sangat berguna seperti
berapa besar jumlah korban yang meninggal dunia dengan umur yang di
inginkan, kecelakaan tersebut lebih banyak disebabkan oleh kondisi badan
pemakai jalan yang kurang sehat, dan masih banyak data yang akan saling
berhubungan.
c) Data penumpang yang mengalami kecelakaan dapat dicatat seperti pada data
pemakai jalan tetpi perlu ditambah mengenai posisi penumpang saat terjadinya
kecelakaan dan alat pengaman apa yang digunakan sebelum terjadi kecelakaan
(seatbelt atau helm).
d) Data pejalan kaki yang terlibat kecelakaan juga hampir sama dengan data
pemakai jalan dan korelasi data yang dihasilkan akan tetap mengarah seperti
pada hasil data dari pemakai jalan tetapi akan ditambah dengan data apakah
penyeberang jalan mengalami kecelakaan saat berada dipinggir jalan,
menyeberang jalan, saat duduk di pinggir jalan dan lain sebagainya.
e) Gambaran dari kejadian kecelakaan juga diperlukan guna melengkapi data
lingkungan di lokasi kejadian serta menjadi skenario terjadinya kecelakaan.
g) Keterangan dari pengemudi sama seperti keterangan yang diberikan oleh saksi,
merupakan keterangan tambahan serta pelengkap data kecelakaan.
B. Lembaga penyelenggara
Salah satu kunci sukses penanganan kecelakaan lalulintas adalah penanganan tingkat
manajemen yang mempunyai pokok penanganan hukum dan kelembagaan. Oleh karena
itu bentuk organisasi penyelenggara sangatlah penting untuk dapat melaksanakan tugas-
tugas yang berkaitan dengan keselamatan lalu lintas serta melihat dasar hukumnya.
Keuntungan dan kerugian dari suatu bentuk organisasi penyelenggara program
keselamatan dapat dilihat sebagai berikut.
Apapun bentuk organisasi keselamatan yang ada, yang terpenting adalah mekanisme
hubungan antar institusi tersebut agar supaya ada kejelasan keterlibatan dengan
instansi-instansi lain dalam menangani manajemen keselamatan lalulintas yang ada di
Indonesia.
Start
• Informasi Umum
• Kendaraan
• Pengemudi
• Penumpang
• Pejalan Kaki
• Data Tambahan Lain
a. Polisi lalulintas
b. DLLAJ/DISHUB
c. Dinas PU/Kimpraswil
Perusaan ini memerlukan data kecelakaan untuk hitungan biaya kecelakaan guna
menentukan besar asuransi.
KECELAKAAN
LAPORAN
POLISI LALULINTAS
LOKASI
PELAPORAN
INFORMASI DARI
RUMAH SAKIT PETA
KANTOR
INFORMASI DARI SAKSI
INFORMASI LAIN
PENGISIAN
INPUT KE KOMPUTER
• Polri
• Dinas PU/Kimpraswil
• Dinas Perhubungan/DLLAJ
a. Polri
Polri beserta jajarannya (Polda, Polres) merupakan lembaga yang pertama kali
menangani kecelakaan lalulintas dengan peran dan wewenang :
b. Dinas PU/Kimpraswil
1) Menerima laporan data kecelakaan lalulintas (dalam bentuk buku laporan dan file)
2) Data tersebut selanjutnya untuk masukan data bagi penentuan lokasi black spot.
3) Data dan black spot digunakan sebagai dasar penentuan program perbaikan jalan.
c. Dinas Perhubungan/DLLAJ