Pengembangan
Pengembangan
419-425
JURNAL BASICEDU
Research & Learning in Elementary Education
https://jbasic.org/index.php/basicedu
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar tematik dengan metode storytelling
untuk pendidik kelas V yang valid, praktis, dan efektif. Penelitian ini menggunakan penelitian
pengembangan berdasarkan model 4D (Define, Design, Develop dan Disseminate). Kevalidan
dilhat dari segi isi, bahasa, penyajian, kegrafikaan dan RPP, keseluruhan 85. % dengan kategori
valid. Pratikalitas bahan ajar dilihat dari respon pendidik, 90 % respon peserta didik 90 %. Dapat
disimpulkan bahwa bahan ajar tematik menggunakan metode visual storytelling yang
dikembangkan layak digunakan di kelas V SD.
Kata Kunci: Bahan Ajar, Pembelajaran Tematik, Metode Visual Storytelling
Abstract
This study aims to produce thematic teaching materials with storytelling methods for class V
educators that are valid, practical, and effective. This study uses development research based on the
4D model (Define, Design, Develop and Disseminate). Validity is seen in terms of content, language,
presentation, graphic and lesson plans, overall 85.% with valid categories. The practicality of
teaching materials can be seen from the responses of educators, 90% of students' responses 90%. It
can be concluded that the thematic teaching materials using the visual storytelling method developed
are suitable for use in grade V elementary school.
Corresponding author :
Address : Air Tawar Padang ISSN 2580-3735 (Media Cetak)
Email : Syahda@gmail.com ISSN 2580-1147 (Media Online)
Phone : 089531307164
pembelajaran namun melihat secara utuh Visual storytelling merupakan salah satu
ketercapaian kompetensi dasar yang pembelajaran interaktif menggunakan cerita dan
dikembangkan. dipadukan melalui cerita (storytelling). Model ini
Penggunaan bahan ajar merupakan salah berkembang setelah masuknya era teknologi.
satu faktor penentu keberhasilan sebuah proses Memadukan gambar dan cerita sehingga menarik
pembelajaran. Bahan ajar yang memenuhi kriteria perhatian anak untuk mendengarkan cerita
baik akan melahirkan sebuah proses pembelajaran tersebut.
yang efektif. Namun sebaliknya apabila bahan ajar Berdasarkan pertimbangan tersebut,
yang digunakan kurang sesuai dengan kriteria dan penulis hendak melakukan penelitian
tuntutan kompetensi dasar, maka yang akan di pengembangan dengan judul: “Pengembangan
timbulkan adalah berbagai permasalahan dalam Bahan Ajar dalam Pembelajaran Tematik dengan
pembelajaran. Menggunakan Metode Visual Storytelling di Kelas
Berdasarkan hasil observasi yang penulis V SD”
lakukan di kelas V SD Negeri 28 Rawang Timur
METODE
Kec. Padang Selatan Kota Padang, penulis
menemukan beberapa permasalahan diantaranya: Bahan ajar yang dikembangkan
(1) terlihat buku siswa yang digunakan peserta menggunakan model pengembangan dengan
didik kurang operasional. (2) penulis tidak Pendekatan 4-D, Pendekatan ini dikembangkan
menemukan tujuan pembelajaran tercantum di oleh Sugiyono (Sugiono, 2007; Sugiyono, 2013).
dalamnya. (3) terdapat ketidaksesuaian jenis teks Sugiyono (2009: 404) menjelaskan tahap-tahap
yang disajikan dengan Kompetensi Dasar (KD) Pendekatan 4-D antara lain: pendefinisian (define),
muatan pelajaran Bahasa Indonesia (BI) sebagai perancangan (design), pengembangan (develop),
penghela muatan pelajaran lain dalam dan penyebaran (disseminate). Akan tetapi, karena
pembelajaran tematik kurikulum 2013. keterbatasan tenaga, biaya, dan waktu penulis,
Mengatasi masalah yang ditemukan, maka tahap penyebaran (disseminate) hanya dilakukan
perlu dikembangkan bahan ajar yang tepat dengan pada skala terbatas yaitu kelas V SDN 28 Rawang
metode pembelajaran yang sesuai. Penulis memilih Timur yang sesuai dengan kebutuhan penulis.
mengembangkan bahan ajar dengan menerapkan Pendekatan pengembangan yang dipilih
metode sebagai alternative solusi. dalam setiap penelitian memiliki kelebihan yang
Bahan ajar menggunakan metode Visual dapat dijadikan sebagai dasar dan acuan dalam
Storytelling lebih menarik bagi peserta didik pemilihan Pendekatan yang dilakukan. Kelebihan
karena eye catching. Penulis juga tertarik yang dimiliki oleh Pendekatan 4-D antara lain: (1)
mengembangkan ini karena belum banyak artikel lebih tepat digunakan sebagai dasar untuk
maupun buku yang menguraikan penggunaan pengembangan bahan ajar, (2) uraiannya terlihat
metode Visual Storytelling pada bahan ajar lebih lengkap dan sistematis, dan (3) dalam
pembelajaran tematik di sekolah dasar (Chao- pengembangannya melibatkan penilaian para ahli,
Fernandez, Román-García, & Chao-Fernandez, sehingga sebelum dilakukan uji coba di lapangan
2017; Rizka Novia Rohmawati, Muslimin Ibrahim, bahan ajar telah dilakukan revisi berdasarkan
& Nur Ducha, 2014; Zammit, Gao, & Evans, penilaian, saran, dan masukan dari para ahli.
2016).
Tahap Pendefinisian ( Define). Tahap lakukan dengan beberapa peserta didik, mereka
ini dilakukan dengan menganalisis tujuan mengungkapkan bahwa bahan ajar yang digunakan
dalam batasan materi pembelajaran yang kurang menarik bagi peserta didik.
dikembangkan. Tahap pendefinisian ini Tahap Perancangan (Desaign). Tahap
mendapatkan syarat-syarat pembelajaran yang perancangan adalah merancang bahan ajar kelas V
sesuai dengan tujuan penelitian yaitu SD semester satu. Adapun hal-hal yang dirancang
pengembangan bahan ajar membaca permulaan dalam pengembangan ini adalah :
dengan menggunakan fabel. Terdapat tiga a. Bahan ajar di rancang menggunakan kertas A4
langkah yang dilakukan dalam tahap dengan fullcolour.
pendefinisian, yaitu: b. Pemilihan gambar sesuai dengan siswa kelas V.
Analisis kebutuhan disini merupakan c. Rancangan buku visual storytelling sesuai
analisis kebutuhan bahan ajar. Analisis dengan permbelajaran tematik
bertujuan untuk mengetahui masalah dasar Tahap pengembangan (develop). Validitas
yang dibutuhkan dalam pengembangan bahan dilakukan oleh ahli di bidang pembelajaran bahasa
ajar. Analisis yang dilakukan pada bahan ajar yang bertujuan untuk mendapatkan masukan
melihat dua aspek utama, yaitu isi teks terhadap keseluruhan isi materi yang terdapat
(content) dan desain (tampilan dan redaksi). Isi dalam rancangan bahan ajar visual storytelling
teks merupakan ketepatan dan keakuran yang sudah dirancang. Selanjutnya divalidasi oleh
informasi yang disajikan dalam teks. ahli di bidang desain pembelajaran yang bertujuan
Sedangkan desain merupakan cara untuk mendapatkan masukan mengenai kesesuaian
mengungkapkan dan menampilkan bahan isi teks yang dikembangkan untuk pembelajaran
sehingga mempunyai tingkat keterbacaan yang tematik kelas V SD.
menarik dan memotivasi peserta didik. Ada dua macam validitas yang digunakan
Analisis Peserta Didik. Analisis peserta dalam pengembangan bahan ajar, yaitu:
didik dilakukan dengan tujuan untuk 1. Validitas isi (content validity), yaitu apakah
mengetahui bahan ajar yang disukai peserta bahan ajar yang dirancang sesuai dengan
didik dengan memperhatikan karakteristik pembelajaran tematik.
peserta didik. Karakteristik peserta didik yang 2. Validitas konstruk (construct validity), yaitu
ditelaah meliputi perkembangan bahasa, kesesuaian komponen-komponen
keterampilan membaca permulaan, dan latar pengembangan yang sudah ditetapkan.
belakang pengetahuannya (Uno, 2010). Oleh Praktikalitas Bahan Ajar. Bahan ajar yang
sebab itu analisis peserta didik perlu dilakukan digunakan merupakan bahan ajar yang telah
agar bahan ajar tematik yang dikembangkan divalidasi oleh validator. Uji praktikalitas bahan
sesuai dengan tingkah laku dan karakteristik ajar dilakukan menggunakan angket dan lembar
peserta didik. Analisis ini dijadikan sebagai observasi. Observasi dilakukan oleh dua orang
bahan acuan dalam mengembangkan bahan ajar pengamat, yaitu guru dan peneliti sendiri.
menggunakan metode visual storytelling. Observer mengamati keterpakaian bahan ajar
Analisis yang peneliti lakukan dengan dalam proses pembelajaran dan mengisi instrumen
melakukan observasi dan wawancara terhadap observasi yang telah disiapkan. observer mengisi
peserta didik terkait bahan ajar yang diinginkan. angket keterpakaian bahan ajar fabel. Hasil angket
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti ini dijadikan sebagai dasar untuk melakukan