Anda di halaman 1dari 37

BAB III

PERANCANGAN DAN SIMULASI

3.1 Diagram Alir

Gambar 3. 1 Diagram Alir Perancangan

Pada proyek akhir ini akan dirancang sebuah antena mikrostrip MIMO 4x4 dengan Butler
Matrix, dengan frekuensi resonansi (fr) untuk aplikasi CCTV yang sudah ditetapkan yaitu
pada frekuensi 2.4 GHz sebagai rentang frekuensi kerja di dalam simulasi software AWR
Design Environment.

Dalam penelitian ini menggunakan media substrate FR 4 Epoxy, yang memiliki spesifikasi
nilai konstanta dielektrik (Ɛr) 4.4, ketebalan substrate (h) 1.6 mm, dielektrik loss tangent
(tan𝛿) 0.0265 dengan penentuan lebar saluran diperoleh melalui penggunaan software
PCAAD. Namun jenis substrate ini memiliki kekurangan, yaitu konstanta dielektrik yang cukup
besar dan dapat mempengaruhi kinerja antena.

Lalu untuk dimensi substrate yang digunakan dalam perancangan ini melalui software
AWR Design Environment, berdasarkan study literatur, parameter yang dapat disimulasikan
dalam rancangan antena ini, seperti Return loss, VSWR, bandwith, pola radiasi dan gain.

Sebagai standar pencapaian nilai, dapat dikatakan optimum apabila parameter hasil
simulasi mendapatkan nilai return loss ≤-10 dB, nilai VSWR antara 1 sampai 2, dan target
bandwith ≥100 MHz. Jika parameter belum mendapat hasil nilai sesuai standar, maka dapat
dilakukan berbagai modifikasi sampai dapat nilai yang telah ditentukan. Adapun modifikasi
sebagai acuan dalam perancangan ini antara lain, memberikan slot pada patch untuk
mendapatkan frekuensi resonasi dan gain yang sesuai, serta dilakukan penambahan metode
yang dibutuhkan dengan tujuan mendapat bandwith yang lebar, menyesuaikan frekuensi dan
VSWR pada antena ini.

3.2 Alat dan Bahan Perancangan Antena Mikrostrip MIMO 4x4 dengan Butler
Matrix
Pada perancangan antena mikrostrip antena MIMO 4x4 dengan butler matrix diperlukan
beberapa perangkat pendukung sebagai Langkah perancangan antena, adapun perangkat
yang digunakan antara lain: spesifikasi bahan perancangan (substrate), perangkat lunak
(software) dan perangkat keras (hardware).

3.2.1 Spesifikasi Bahan Perancangan


Pada perancangan dan untuk mensimulasikan antena ini diperlukan sebuah substrate
yang digunakan sebagai media perancangan antena. Dalam tabel 3.1 diperlihatkan
spesifikasi media yang digunakan meliputi tipe substrate, dielektrik konstanta, ketebalan
substrate, loss tangent dan dimensi substrate yang ingin digunakan.

Tabel 3. 1 Spesifikasi Substrate

Tipe Substrate FR 4 EPOXY

Konstanta Dielektrik 4.4

Ketebalan Substrate 1.6 mm

Loss Tangent 0.0265

Konstanta Permeabilitas Relative 1

Pada perancangan antena mikrostrip rectangular patch MIMO 4x4 dengan butler matrix
untuk aplikasi cctv pada frekuensi 2.4 Ghz juga membutuhkan spesifikasi parameter kerja
seperti: VSWR, gain, return loss dan bandwith. Dalam tabel yaitu spesifikasi parameter
antena yang akan dirancang.

Tabel 3. 2 Spesifikasi Parameter Antena

Parameter Spesifikasi

Frekuensi kerja 2.4 GHz

VSWR 1-2 dB

Gain >4 dB

Return Loss <-10 dB

Bandwith >100 MHz

Mutual Coupling ≤ -20 dB

Koefisien Korelasi ≤ 0.3

Pola Radiasi Unidirectional


3.2.2 Perangkat Lunak (Software)
Untuk Langkah awal dari perancangan antena ini diperlukan software ataupun hardware.
Dalam perancangan ini dilakukan melalui proses simulasi menggunakan proses simulasi
perangkat lunak (software). Terdapat beberapa software yang digunakan dalam
perancangan ini, diantaranya:

1. Software PCAAD
Software ini digunakan sebagai program yang membantu untuk menentukan lebar sal
uran pencatu pada substrate. Untuk mengetahui nilai tersebut, cukup menginputkan s
pesifikasi substrate yang digunakan antara lain, nilai impedansi, ketebalan substrate,
dan konstanta dielektrik antena yang diinginkan.
2. Software AWR Design Environment

Software AWR Design Environment merupakan salah satu software yang bisa
digunakan untuk mendesain antena sesuai pemodelan yang akan dirancang dan
mensimulasikan hasil rancangan untuk mengetahui nilai parameter antena yang
dibuat seperti return loss, VSWR, bandwith, gain dan lain sebagainya.

3.2.3 Perangkat Keras (Hardware)

Perangkat keras (hardware) yang digunakan dalam proses penelitian ini yaitu sebuah PC
(Personal Computer) dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. AMD E2-2000
2. Windows 10 (64-Bit)
3. RAM 4 GB
4. Memory Harddisk 500 GB

3.3 Perhitungan Dimensi Antena Mikrostrip Rectangular Patch

Perhitungan dimensi antena diantara dimensi patch, substrat, saluran pencatu serta
groundplane. Berikut ini perhitungan dimensi antena pada frekuensi 2.4 GHz.

a. Lebar Patch (W )
Pada perancangan antena mikrostrip rectangular patch ini menggunakan frekuensi 2.4 GH
z dan untuk konstanta dielektriknya (ε r ) sebesar 4.4.

W=
c
2f √ 2
εr + 1
(3.1)

W=
3 x 108
9
2
2 x 2,4 x 10 4.4 + 1
W = 0.0380 m = 38 mm

Keterangan:
C = kecepatan cahaya (m/s)
εr = karakteristik permitivitas relative
W = lebar patch
f = frekuensi kerja (Hz)

b. Panjang Patch
Untuk menghitung panjang patch maka diperlukannya:
Langkah 1: Mencari konstanta dielektrik ( εreff )

( )
−1
εr +1 εr−1 h 2
εreff = + 1+12 (3.2)
2 2 W

( )
−1
4.4 +1 4.4−1 1.6
εreff = + 1+12 2
2 2 38

εreff =4.086 mm

Langkah 2: Mencari penambahan panjang L (∆ L )

( )
W
+0,264
∆ L=0,412 h (
ℇreff + 0.3
ℇreff −0,258 ) h
W
+ 0,8
(3.

h
3)

( )
38
+ 0,264
∆ L=0,412 x 1.6 ( 4.086−0,258
4.086+ 0.3
) 1.6
38
+0,8
1.6
∆ L=¿ 0.738 mm

Langkah 3: Mencari lebar dari patch efektif ( Leff ¿

c
Leff = (3.4)
2 f √ εreff

3 x 108
Leff =
2 x 2.4 x 109 √ 4.086

Leff =0.0309 m=30.9 mm

Langkah 4: Rumus dan hasil akhir perhitungan

L=Leff −2 ∆ L (3.5)
L = 30.9 – 2 (0.738)

L=29.4 mm

c. Ground plane (Wg )


Lebar substrat atau groundplane (Wg )
Wg=6 h+W (3.6)
Wg=6 ( 1.6 ) +38
Wg=47.6 mm

Panjang Substrat atau ground plane ( Lg )


Lg=6 h+ L (3.7)
Lg=6 ( 1.6 ) +29.4
Lg=39 mm

3.3.1 Menentukan Dimensi Saluran Pencatu

a. impedansi saluran catu sebesar 50 Ω


2 2
60 π 60 x 3.14
B= = =5.64 m (3.8)
Zo √ 4.4 50 √ 4.4

Di dapat B=5.64 mm, sehingga:

Wf =
2h
π {
B−1−ln ( 2 B−1 )+
εr−1
2 εr [
ln ( B−1 ) +0.39−
0.61
εr ]} (3.9)

Wf =
3.14 {
2 x 1.6
5.64−1−ln ( 2 x 5.64−1 )+
4.4−1
2 x 4.4 [
ln ( 5.64−1 ) +0.39−
0.61
4.4 ]}
Wf =3.05 mm

Menentukan lebar saluran pencatu bisa dilakukan di software PCAAD. Dimana


dengan impedansi 50Ω dan dengan ketebalan substrat 1.6 menjadi 0.16 serta konstanta
dielektrik 4.4 maka mendapatkan lebar saluran pencatu yang terlihat pada Gambar 3.2
Gambar 3. 2 Penentuan saluran lebar pencatu di PCAAD

Karena (Wf/h)>1, maka:

( )
−1
εr +1 εr−1 h
εreff = + 1+12 2
(3.10)
2 2 wf

( )
−1
4.4 +1 4.4−1 1.6
εreff = + 1+12 2
2 2 3.05

εreff =3.32 mm

Dengan f =2.4 GHz

8
c 3 x 10
λo= = =0.125 m=125 mm (3.11)
f 2.4 x 109

λo 125
λg= = =68.6 mm
√ εeff √ 3.32

Sehingga nilai Panjang saluran pencatu (Lf ), yakni:

1 1
Lf = λg= x 68.6=17.15 mm (3.12)
4 4
b. impedansi saluran catu sebesar 100Ω

2 2
60 π 60 x 3.14
B= = =2.8 mm (3.13)
Zo √4.4 100 √ 4.4

Didapat B = 2.8 mm, sehingga:

Wf =
2h
π {
B−1−ln ( 2 B−1 )+
εr−1
2 εr [
ln ( B−1 ) +0.39−
0.61
εr ]} (3.14)

Wf =
2 x 1.6
3.14 {
2.8−1−ln ( 2 x 2.8−1 ) +
4.4−1
2 x 4.4 [
ln ( 2.8−1 ) +0.39−
0.61
4.4 ]}
Wf =0.61 mm

Menentukan lebar saluran pencatu bisa dilakukan di software PCAAD. Dimana


dengan impedansi 100Ω dan dengan ketebalan substrat 1.6 menjadi 0.16 serta konstanta
dielektrik 4.4 maka mendapatkan lebar saluran pencatu yang terlihat pada Gambar 3.3

Gambar 3. 3 Pola Radiasi dari Antena MIMO 4x4 dengan

Karena (Wf/h) <1, maka:

[√ ( )
]
2
εr +1 εr−1 1 wf
εreff = + + 0.04 1−
2 2 h
( )
h (3.14)
1+12
wf
[√ ( )
]
2
4.4 +1 4.4−1 1 0.61
εreff = + +0.04 1−
2 2 1.6
1+12( )
1.6
0.61

εreff =3.024 mm

Dengan f = 2.4 GHz

c 3 x 10 8
λo= = =0.125 m=125 mm (3.15)
f 2.4 x 109

λo 125
λg= = =68.8 mm (3.16)
√ εeff √ 3.33
Sehingga nilai panjang saluran pencatu (Lf), yakni:

1 1
Lf = λg= x 68.8=17.2 (3.17)
4 4

d. Impedansi saluran catu sebesar 70.71 Ω

60 π 2 60 x 3.14 2
B= = =3.98 mm (3.18)
Zo √4.4 70.71 √ 4.4

Didapat B = 3.98 mm, sehingga:

Wf =
2h
π {
B−1−ln ( 2 B−1 )+
εr−1
2 εr [
ln ( B−1 ) +0.39−
0.61
εr ]} (3.19)

Wf =
2 x 1.6
3.14 {3.98−1−ln (2 x 3.98−1 ) +
4.4−1
2 x 4.4 [
ln ( 3.98−1 ) +0.39−
0.61
4.4 ]}
Wf =1.58 mm

Menentukan lebar saluran pencatu bisa dilakukan di software PCAAD. Dimana


dengan impedansi 70.71Ω dengan ketebalan substrat 1.6 menjadi 0.16 serta konstanta
dielektrik 4.4 maka mendapatkan lebar saluran pencatu yang terlihat pada Gambar 3.4
Gambar 3. 4 Penentuan saluran lebar pencatu di PCAAD Dengan impedansi 70.71Ω

Karena (Wf/h)<1, maka:

[√ ( )
]
2
εr +1 εr−1 1 wf
εreff = + + 0.04 1−
2 2 h
( )
h (3.20)
1+12
wf

[√ ( )
]
2
4.4 +1 4.4−1 1 1.58
εreff = + +0.04 1−
2 2 1.6
1+12 ( )
1.6
1.58

εreff =3.16 mm

Dengan f = 2.4 GHz

8
c 3 x 10
λo= = =0.125 m=125 mm (3.21)
f 2.4 x 109

λo 125
λg= = =70.3 mm (3.22)
√ εeff √ 3.16
Sehingga nilai panjang saluran pencatu (Lf), yakni:

1 1
Lf = λg= x 70.3=17.5 mm (3.23)
4 4

3.3.2 Menentukan Jarak Antar Patch (d)

Untuk menentukan rumus

λ
d= (3.24)
2
125
d= =62.5 mm
2

d− L=62.5−29.4=33,1 mm

Dari hasil perhitungan dimensi antena di atas. Berikut dibawah ini tabel 3.3 nilai dimensi antena:

Tabel 3. 3 Nilai Dimensi Antena

Komponen Simbol Dimensi (mm)

Lebar patch W 38

Panjang patch L 29.4

Tebal patch Tp 30.9

Lebar substrat Ws 47.6

Panjang substrat Ls 39

Lebar feeder 50Ω Wf 3.05

Panjang feeder 50Ω Lf 68.6

Lebar feeder 100Ω fl 0.61

Panjang feeder 100Ω Lfl 17.2

Lebar feeder 70.71 Ω Wf 1.58

Panjang Feeder 70.71 Ω Lf 17.5

Jarak antar patch d 33.1

3.4 Menentukan jarak antena MIMO 2x2

∆ g 68.6
d= = =34.3 mm (3.25)
2 2

3.5 Perhitungan Dimensi Butler Matrix

3.5.1 Menentukan dimensi saluran Hybrid Coupler

Lebar saluran sebesar 50Ω

60 π 2
B= (3.26)
Zo √εr
2
60 π
B=
50 √ 4.4

B=5.64 mm

W=
2h
π {
B−1−ln ( 2 B−1 )+
εr−1
2 εr [
ln ( B−1 ) +0.39−
0.61
εr ]} (3.27)

W=
2 x 1.6
3.14 {
5.64−1−ln ( 2 x 5.64−1 )+
4.4−1
2 x 4.4[ln ( 5.64−1 ) 0.39−
0.61
4.4 ]}
W =3.05 mm

Gambar 3. 5 Penentuan Lebar saluran pencatu di PCAAD dengan impedansi 50Ω

Panjang saluran sebesar 50Ω

( )
−1
εr +1 εr−1 h 2
εreff = + 1+12 (3.28)
2 2 wf

( )
−1
4.4 +1 4.4−1 1.6
εreff = + 1+12 2
2 2 3.05

εreff =3.32 mm

c
L= (3.29)
4 f √ εreff
8
3 x 10
L=
4 x 2.4 x 10 √ 3.32
9

L=0.017 m=17 mm

Lebar saluran sebesar 35,35Ω

2
60 π
B= (3.30)
Zo √εr

2
60 π
B=
35,35 √ 4.4

B=7.98 mm

W=
2h
π {
B−1−ln ( 2 B−1 )+
εr−1
2 εr [
ln ( B−1 ) +0.39−
0.61
εr ]} (3.31)

W=
2 x 1.6
3.14 {7.98−1−ln ( 2 x 7.98−1 ) +
4.4−1
2 x 4.4[ln ( 7.98−1 ) 0.39−
0.61
4.4 ]}
W =4.6 mm

Panjang saluran sebesar 35,35Ω

( )
−1
εr +1 εr−1 h
εreff = + 1+12 2
(3.32)
2 2 wf

( )
−1
4.4 +1 4.4−1 1.6
εreff = + 1+12 2
2 2 4.6

εreff =3. 44 mm

c
L= (3.33)
4 f √ εreff

3 x 108
L=
4 x 2.4 x 10 9 √3.44
L=0.016 m=16 mm

λ0
λguide= (3.34)
√ εr

c 3 x 108
λ 0= = =0.125
fc 2.4 x 10 9

0.125
λguide= =0.0595 (3.35)
√ 4.4

λ 0.0595
= =0.014 m=14 mm
4 4

3.5.2 Menentukan 45 Phase Shifter

Panjang gelombang pada elemen Phase Shifter

λ0
λg= (3.36)
√reff

Maka:

c 3 x 108
λ 0= = =0.125
fc 2.4 x 10 9

λ0 0.125
λg= = =0.0673m=67.3 mm
√ reff √ 3.44

Pergeseran fasa sebesar 45


¿ φ∨¿ L (3.37)
λg

λg
L= φ

φ 45 1
L= λg= x 67.3= x 67.3=8.41mm
2π 360 8
3.6 Simulasi Design Antena Mikrostrip
Perancangan antena dilakukan menggunakan software simulasi AWR Design Environm
ent. Sebelum melakukan perancangan antena array dan MIMO 4x4, terlebih dahulu dilakukan p
erancangan antena single patch. Langkah awal yaitu mendesain bentuk antena sesuai perhitun
gan dimensi antena. Setelah desain antena selesai dilakukan langkah selanjutnya adalah simul
asi. Simulasi diperlukan untuk mendapatkan hasil simulasi dari antena yang sudah dirancang, j
ika hasil simulasi tidak memenuhi spesifikasi antena yang sudah ditentukan maka perlu dilakuk
an optimasi desain antena. Optimasi dilakukan secara bertahap pada tiap susunan antena sam
pai mendapatkan hasil yang sesuai.

Gambar 3. 6 Rancang Awal Antena

Setelah antena mikrostrip berhasil dirancang, Langkah selanjutnya yaitu


melakukan simulasi untuk mendapatkan nilai parameter yang diinginkan yaitu VSWR,
return loss, bandwith dan gain. Sebelum dilakukan iterasi VSWR yang didapat sebesar
2.653 pada frekuensi 2.4 GHz. Nilai tersebut belum memenuhi syarat spesifikasi VSWR
yaitu kurang dari 2 sehingga perlu dilakukan iterasi. Dari hasil iterasi tersebut didapatkan
nilai VSWR sebesar 1.529 pada frekuensi 2.4 GHz. Jika dilihat dari grafik terjadi
penurunan nilai VSWR dan pergeseran nilai dari sebelum dilakukan iterasi.
Gambar 3. 7 Nilai VSWR Antena Utama

Untuk nilai return loss sebelum dilakukan iterasi didapatkan nilai sebesar -
8.484 dB pada frekuensi 2.4 GHz. Nilai tersebut belum memenuhi syarat spesifikasi nilai
return loss antena yang ditentukan sehingga perlu dilakukan iterasi. Setelah dilakukan
iterasi nilai return loss sudah memenuhi syarat yaitu mendapatkan nilai -13.6 dB.

Gambar 3. 8 Nilai Return Loss Antena Utama

Untuk nilai gain yang dihasilkan oleh antena utama setelah dilakukan
optimasi, ditunjukan pada gambar 3.9 Gain yang dihasilkan cukup kecil yaitu 5.805 dBi,
terjadi penurunan nilai gain yang sebelum dilakukan optimasi gain yang didapat sebesar
6.371 dBi. Nilai tersebut sudah memenuhi syarat spesifikasi gain yang diharapkan yaitu
>4 dBi.
Gambar 3. 9 Nilai Gain Antena Utama

Sedangkan pola radiasi antena utama ditunjukan pada gambar 3.10. dapat dilihat
dari gambar tersebut pola radiasi yang dihasilkan oleh elevasi adalah unidirectional,
dimana pola pancarnya mengarah pada arah tertentu. Sehingga sesuai dengan
spesifikasi antena yang diharapkan.

Gambar 3. 10 Pola Radiasi Antena Utama

Pada table 3.4 ditunjukan hasil perbandingan sebelum dilakukan iterasi dan
sesudah dilakukan iterasi pada antena utama.
Table 3.4 Perbandingan Antena Utama Sebelum dan Sesudah Iterasi

Antena Lebar Patch Panjang Patch Return Loss VSWR


Utama 38 mm 29,4 mm -8.48 dB 2.653
Iterasi 1 38 mm 30,4 mm -10.6 dB 2.098
Iterasi 2 38,3 mm 32,4 mm -8.11 dB 2.295
Iterasi 3 38,3 mm 31,3 mm -11.7 dB 1.767
Iterasi 4 38.3 mm 27.3 mm -13.6 dB 1.529
3.6.1 Perancangan Antena Mikrostrip Array 1x2

Pada tahap sebelumnya (antena utama) nilai VSWR dan Return Loss sudah men
cukupi standar maka pada tahap selanjutnya ditambahkan metode teknik Array antena m
ikrostrip mengalami iterasi. Perancangan selanjutnya adalah dengan menggunakan tekni
k array dengan tetap memperhatikan nilai parameternya. Adapun parameter yang diperlu
kan yaitu nilai VSWR ≤ 2, Return Loss ≤ -10 dB, memiliki impedansi terminal 50Ω . Adapu
n frekuensi kerja yang diinginkan yaitu 2.4 GHz.

Tahap selanjutnya adalah dengan menambahkan bentuk array pada patch antena
yang bertujuan untuk memperlebar bandwidth dan meningkatkan gain. Untuk dapat
menghasilkan frekuensi kerja yang mendekati tepat maka dilakukan iterasi beberapa kali
dengan mengubah ukuran patch.

36.8 mm 140 mm
21.8 mm
36.1 mm
100 mm

17.2 mm 70. 8 mm

17.22 mm

17.1 mm

Gambar 3. 11 Perancangan Antena Mikrostrip Array 1x2

Gambar di atas merupakan rancangan antena array 1x2 setelah dilakukan proses
optimasi. Optimasi dilakukan dengan mengurangi panjang dan lebar dimensi patch
antena. Sebelum dilakukan optimasi didapatkan nilai VSWR sebesar 3,102, nilai tersebut
belum sesuai dengan spesifikasi parameter VSWR yang diinginkan yaitu ≤ 2 sehingga p
erlu dilakukannya optimasi. Optimasi dengan mengurangi maupun menambah dimensi a
ntena dapat menggeser frekuensi sehingga didapatkan nilai VSWR pada frekuensi 2.4 G
Hz sebesar 1.647. Hasil nilai VSWR sesudah dilakukan optimasi menghasilkan nilai yang
lebih baik dan memenuhi spesifikasi parameter yang ditentukan yaitu VSWR ≤2 daripada
sebelum dilakukan optimasi.
Gambar 3. 12 Hasil Simulasi Parameter VSWR Antena Array 1x2

Sebelum dilakukan optimasi didapatkan nilai return loss sebesar -5,806 dB, hasil t
ersebut belum memenuhi spesifikasi parameter return loss -10 dB sehingga perlu dilakuk
an optimasi. Dengan optimasi pada dimensi antena didapatkan nilai return loss pada frek
uensi 2.4 GHz sebesar -12.25 dB. Nilai return loss yang didapatkan sesudah dilakukan o
ptimasi terjadi peningkatan pada batas kurang dari -10 dB dan juga terjadi pergeseran fr
ekuensi. Kurva nilai return loss ditunjukkan pada gambar 3.10.

Gambar 3. 13 Hasil Simulasi Parameter Return Loss Antena Array 1x2

Dengan ini hasil return loss pada gambar 3.12 bandwith yang dihasilkan sebagai
berikut:

BW =fupper−flower

BW =¿ 2757-2354

BW =¿ 403 MHz
Hasil parameter gain antena array 1x2 sesudah dilakukan optimasi yaitu 8.7457 d
Bi. Nilai gain yang didapatkan sudah memenuhi spesifikasi parameter antena yang diingi
nkan yaitu sebesar >4 dBi. Terjadi peningkatan nilai gain dibandingkan saat single anten
a yang sebelumnya gain yang didapatkan sebesar 5.805 dBi. Namun baik sebelum mau
pun sesudah proses optimasi nilai gain yang di dapatkan tetap memenuhi spesifikasi par
ameter yang diinginkan. Karena salah satu tujuan dari penyusunan antena secara array
yaitu untuk meningkatkan gain antena. Parameter gain ditunjukkan pada gambar 3.14.

Gambar 3. 14 Hasil Simulasi Parameter Gain Antena Array 1x2

Sedangkan parameter pola radiasi yang dihasilkan masih sama seperti saat belum
dilakukan optimasi yaitu unidirectional, dimana arah pancar antena hanya mengarah pad
a arah tertentu.

Gambar 3. 15 Pola Radiasi Antena Array 1x2


3.6.2 Perancangan Antena Mikrostrip MIMO 2x2

Sebelum melakukan perancangan antena mikrostrip MIMO 4x4, terlebih dahulu dil
akukan perancangan antena mikrostrip MIMO 2x2. Tujuan dilakukannya perancangan an
tena mikrostrip MIMO 2x2 terlebih dahulu yaitu untuk memudahkan dalam melakukan pe
rancangan antena mikrostrip MIMO 4x4 dan juga dapat melihat perbedaan parameter ya
ng terjadi saat simulasi. Antena MIMO 2x2 dirancang dengan melakukan penggandaan p
ada antena mikrostrip array 1x2 sebanyak dua kali atau 2 port, sehingga ukuran dimensi
antena MIMO 2x2 sama dengan antena array dan antara antena yang satu dan lainnya
memiliki ukuran yang sama. Desain dari antena mikrostrip MIMO 2x2 ditunjukkan pada g
ambar 3.1

Gambar 3. 16 Perancangan Antena MIMO 2x2

Dari hasil simulasi antena MIMO 2x2 didapatkan nilai VSWR dari port 1 bernilai
1.773 dan port 2 bernilai 1.838. Hasil tersebut telah memenuhi spesifikasi parameter
VSWR <2 dB pada frekuensi 2.4 GHz. Kurva parameter VSWR ditunjukan pada gambar
3.16

Gambar 3. 17 Nilai VSWR Antena MIMO 2x2


Dari hasil perancangan antena MIMO 2x2 didapatkan hasil nilai return loss (S (1,1)
S (2,2)) dari kedua port yaitu port 1 dan 2. Dapat dilihat dari kurva nilai return loss yang
didapat nilai S (1,1) yaitu -11.1 dB dan nilai S (2,2) yaitu -10.6 dB pada frekuensi 2.4
GHz. Sehingga dari kurva tersebut nilai return loss sudah memenuhi spesifikasi yaitu
lebih dari -10 dB pada frekuensi 2.4 Ghz. Kurva parameter return loss ditunjukan pada
gambar 3.17

Gambar 3. 18 Nilai Return Loss Antena MIMO 2x2

Gambar 3.18 Merupakan hasil seluruh nilai mutual coupling antena MIMO 2x2
pada frekuensi 2.4 GHz. Kedua port pada antena tersebut saling berhubungan antara
port yang satu dengan yang lainnya yang dipengaruhi oleh nilai d yang merupakan jarak
antar patch antena, dimana jarak antar patch tersebut dapat mempengaruhi kinerja
antena. Jika dilihat hasil dari kurva tersebut mutual coupling pada parameter S (1,2)
sebesar -49.08 dB dan S (2,1) sebesar -49.14 dB. Pada frekuensi 2.4 GHz telah
memenuhi kondisi yang diharapkan yaitu <-20 dB.

Gambar 3. 19 Nilai Mutual Coupling Antena MIMO 2x2


Dari kurva S parameter yang ditunjukan pada gambar 3.17 Yang merupakan nilai
return loss maupun gambar 3.18 Yaitu nilai mutual coupling bisa didapatkan nilai koefisien
korelasi ( ρ ). Koefisien korelasi adalah parameter penting untuk mengukur interferensi
sinyal antar saluran dengan nilai < 0,3. Nilai koefisien korelasi bisa diperlukan nilai return
loss dan nilai mutual coupling antar port yang berkaitan. Dari hasil perhitungan matematis
didapatkan nilai koefisien korelasi (ρ) antara port 1 dan port 2 sebesar 0,00136 pada freku
ensi 2.4 GHz.

ρ=¿ S 11∗S 12+ S 21∗S 22∨ ¿ ¿


[1−¿ ¿ ¿ 2+¿ S 21∨¿ ¿][1−¿ ¿ ¿ 2+ ¿ S 12∨¿ ¿ ]¿ ¿
2 2

¿ ¿(−11.1∗−49.08)+(−49.14∗−10.6)∨ ¿ ¿
¿¿¿

= 0.000204

Gambar 3.19 Merupakan hasil nilai parameter gain pada port 1 dan port 2 sebesar
8.697 dB. Gain yang dihasilkan dari simulasi antena MIMO 2x2 memenuhi spesifikasi
parameter antena yang diinginkan yaitu >4 dBi, akan tetapi terjadi penurunan nilai gain
yang sebelumnya pada simulasi array 2x1 sebesar 8.7457 dBi.

Gambar 3. 20 Nilai Gain Antena MIMO 2x2

Pola radiasi yang dihasilkan dari simulasi antena MIMO 2x2 yaitu unidirectional,
dimana pola pancar antena mengarah pada arah tertentu. Dari kedua port, port 1 dan
port 2 memiliki bentuk pola radiasi yang sama. Pola radiasi pada antena MIMO 2x2
ditunjukan pada gambar 3.20 di bawah ini.
Gambar 3. 21 Pola Radiasi Antena MIMO 2x2

Tabel 3.6 merupakan hasil parameter uji VSWR, return loss, mutual coupling, koefi
sien korelasi, gain, pola radiasi dan bandwith dari simulasi antena MIMO 2x2 yang telah
dilakukan.

Tabel 3. 4 Hasil Simulasi Antena MIMO 2x2

Spesifikasi Parameter Frekuensi 2.4 GHz


Antena
Antena 1 Antena 2

VSWR 1.773 1.838

Return loss -11.1 dB -10.6 dB

Mutual Coupling -49.08 dBi -49.14 dBi

Koefisien Korelasi 0.000204 0.000204

Gain 8.697 dB 8.697 dB

Frekuensi Kerja (GHz)


Bandwith
2959-2372 2968-2384

587 MHz 584 MHz

Pola Radiasi Unidirectional


3.6.3 Perancangan Antena Mikrostrip MIMO 4x4

Setelah melakukan perancangan antena mikrostrip single patch, antena mikrostrip


array 1x2 dan juga antena mikrostrip MIMO 2x2 dan mendapatkan hasil simulasi yang dii
nginkan setelah dilakukan optimasi, langkah selanjutnya yaitu melakukan perancangan a
ntena MIMO 4x4. Antena MIMO 4x4 dirancang dengan melakukan penggandaan pada a
ntena mikrostrip MIMO 2x2, sehingga ukuran dimensi antena MIMO 4x4 sama dengan a
ntena MIMO 2x2 dan antara antena yang satu dan lainnya memiliki ukuran yang sama. D
esain dari antena mikrostrip MIMO 4x4 ditunjukkan pada gambar 3.21

34.8 mm
12.8 mm 15.8 mm 12.8 mm
21.3 mm

15.6 mm

17.2 mm

17.1 mm

Gambar 3. 22 Perancangan Antena MIMO 4x4

Dari hasil simulasi antena MIMO 4x4 didapatkan nilai parameter VSWR dari port
1, port 2, port 3 dan port 4, secara berurutan sebesar 1.883, 1.972, 1.974 dan 1.976
Hasil tersebut telah memenuhi spesifikasi parameter VSWR di bawah 2 dB pada
frekuensi 2.4 GHz. Kurva parameter VSWR ditunjukan pada gambar 3.22

Gambar 3. 23 Nilai VSWR Antena MIMO 4x4

Dari hasil perancangan antena MIMO 4x4 didapatkan hasil nilai return loss dari
keempat port yaitu port 1,2,3 dan 4. Dapat dilihat dari kurva nilai return loss yang didapat
port 1 bernilai -10.33 dB, port 2 bernilai -10.33 dB port 3 bernilai -10.33 dB dan port 4
bernilai -10.34 dB pada frekuensi 2.4 GHz. Sehingga didapatkan nilai rata-rata port 1,2,3
dan 4 yaitu kurang dari -10 dB pada frekuensi 2.4 GHz dimana nilai tersebut sudah
memenuhi kondisi parameter yang ditentukan. Kurva parameter return loss ditunjukkan
pada gambar 3.23

Gambar 3. 24 Nilai Return Loss Antena MIMO 4x4

Jika dilihat dari kurva return loss di atas pada batas -10 dB gambar 3.24
merupakan hasil seluruh mutual coupling dari keempat port antena MIMO 4x4 pada
frekuensi 2.4 GHz. Keempat port tersebut saling berhubungan antara port yang satu
dengan port yang lainnnya yang dipengaruhi oleh nilai d yang merupakan jarak antar
patch antena, dimana jarak antar patch tersebut dapat mempengaruhi kinerja antena
tersebut. Jika dilihat dari hasil kurva tersebut nilai mutual coupling terbesar terletak pada
parameter S(4,1) dan S(1,4) dengan nilai -147.9 dB. Jika dilihat dari keseluruhan nilai
mutual coupling pada frekuensi 2.4 GHz terhadap beberapa parameter yang telah
memenuhi kondisi yang diharapkan yaitu kurang dari -20 dB.

Gambar 3. 25 Nilai Mutual Coupling Antena MIMO 4x4

Gambar 3.26 merupakan hasil parameter gain pada port 1, port 2, port 3, dan port
4. Terdapat kesamaan antara nilai gain semua port yaitu 8.665 dBi. Gain yang dihasilkan
dari simulasi antena MIMO 4x4 memenuhi spesifikasi parameter antena yang diinginkan
yaitu >4 dBi, akan tetapi terjadi penurunan nilai gain yang sebelumnya pada simulasi ant
ena array 1x2 sebesar 8.7457 dBi.

Gambar 3. 26 Nilai Gain Antena MIMO 4x4

Pola radiasi yang dihasilkan dari simulasi antena MIMO 4x4 yaitu unidirectional, di
mana pola pancar antena mengarah pada arah tertentu. dari ke empat port, port 1 dan p
ort 4 memiliki bentuk pola radiasi yang sama, begitu juga dengan port 2 dan port 3 juga
memiliki bentuk pola radiasi yang sama. Pola radiasi pada antena MIMO 4x4 ditunjukkan
pada gambar 3.28 di bawah ini.

Gambar 3. 27 Pola Radiasi Antena MIMO 4x4

Table 3.6 merupakan hasil parameter uji VSWR, return loss, mutual coupling,
koefisien korelasi, gain, pola radiasi dan bandwith dari simulasi antena MIMO 4x4 yang
telah dilakukan.

Tabel 3. 5 Hasil Simulasi Antena MIMO 4x4

Spesifikasi Parameter Frekuenis 2.4 GHz


Antena
Antena 1 Antena 2 Antena 3 Antena 4
VSWR 1.883 1.972 1.974 1.976

Return Loss -10.33 dB -10.33 dB -10.33 dB -10.34 dB

Gain 8.665 dBi 8.665 dBi 8.665 dBi 8.665 dBi

Mutual Coupling S (1,2) S (2,3) S (3,4) S (4,1)


-51.5 dB -50.28 dB -50.28 dB -147.9 dB

S (2,1) S (3,2) S (4,3) S (1,4)


-51.5 dB -50.28 dB -50.28 dB -147.9 dB

Koefisien Korelasi 0.000452 0.000497 0.000497 0.000025

Frekuensi Kerja (GHz)


Bandwith
459 MHz 453 MHz 448 Mhz 443 MHz

Pola Radiasi Unidirectional

3.7 Perancangan Butler Matrix 4x4

Perancangan butler matrix 4x4 merupakan penggabungan antara beberapa elemen-


elemen penyusun butler matrix 4x4 yang terdiri dari hybrid coupler 90, crossover, dan phase
shifter 45. Pada umumnya butler matrix 4x4 tersusun atas 2 komponen hybrid coupler 90,
komponen crossover, dan 2 komponen phase shifter 45. Gambar 3.29 merupakan contoh
layout butler matrix 4x4:

Gambar 3. 28 Layout Butler Matrix 4x4

3.7.1 Desain dan Simulasi Hybrid Coupler 90°

Hybrid coupler 90° merupakan salah satu komponen utama pada saluran butler
matrix 4x4. Pengkopel ini berfungsi untuk membagi daya sama besar pada port 2 (termin
al langsung atau direct port) dan port 3 (terminal terkopel atau coupled port) dengan perb
edaan fasa sebesar ± 90. Hybrid coupler 90 dicatu dengan menggunakan impedansi ter
minal Zo, dimana impedasi pada lengan paralel yaitu Zo dan impedansi pada lengan seri
yaitu 𝑍𝑜/√2 , sedangkan jarak antar lengan sebesar 𝜆/4 yang ditentukan oleh frekuensi k
erja yang diinginkan.

Tabel 3. 6 Hasil Perhitungan Dimensi Hybrid Coupler 90

Impedansi Nilai B Ɛreff W L


Impedansi (mm) (mm)

Zo 50ꭥ 5.64 3.32 mm 3.05 17 mm


mm mm

Zo 35,35ꭥ 7.98 3.44 mm 4.6 16 mm


2 mm mm

Pada tabel 3.11 menunjukkan hasil perhitungan untuk menentukan desain elemen
hybrid coupler 90°. Dari tabel diatas yang digunakan untuk desain elemen hybrid coupler
90° yaitu lebar saluran (W) dan Panjang saluran (L). Untuk impedansi Zo = 50 Ω didapat
kan lebar lengan paralel sebesar 3,05 mm dan panjang lengan pararel sebesar 17 mm.
Sedangkan untuk impedansi 𝑍𝑜 √2 = 35,35 Ω didapatkan lebar lengan seri sebesar 4,6
mm dan panjang lengan seri sebesar 16 mm.
Berdasarkan data perhitungan dari tabel 3.11 dilakukan perancangan dimensi hybr
id coupler 90°, dimana hasil simulasi yang diperoleh pada terminal langsung (S2,1) dan t
erminal terkopel (S3,1) masih belum sesuai dengan parameter yang diinginkan, sehingg
a perlu dilakukannya proses optimasi. Optimasi dilakukan dengan penambahan maupun
pengurangan nilai pada lengan paralel maupun lengan seri. Gambar 3.30 merupakan di
mensi hybrid coupler 90° setelah dilakukan proses optimasi sebagai berikut

12 mm
17 mm

16 mm
13 mm

4 mm

Gambar 3. 29 Desain Hybrid Coupler 90°

Dari gambar 3.30 diatas terlihat terjadi perubahan dimensi hybrid coupler 90°. Terj
adi penambahan lebar pada ke-4 lengan penyusun hybrid coupler 90° dan juga lengan p
aralel. Selain itu perubahan ukuran juga terjadi pada panjang lengan paralel maupun seri
Perbandingan dimensi hybrid coupler 90° sebelum dilakukan optimasi dan sesudah dila
kukan optimasi ditunjukkan pada tabel 3.7

Tabel 3. 7 Perubahan Dimensi pada Hybrid Copuler 90°

Sebelum Optimasi Sesudah Optimasi

Zo Zo Zo Zo
2 2

W L W L W L W L

3.05 17 4.6 16 4 mm 17 3.6 16


mm mm mm mm mm mm mm

Dengan dimensi hybrid coupler 90° setelah proses optimasi didapatkan hasil
return loss dengan frekuensi kerja 2.4 GHz sebagai berikut:

Gambar 3. 30 Nilai Return Loss Hybrid Coupler 90°

Nilai VSWR untuk komponen hybrid coupler 90° setelah dilakukan optimasi sudah
sesuai dengan spesifikasi perancangan yaitu ≤2. Dimana antara VSWR1, VSWR2, VSW
R3, dan VSWR4 memiliki nilai yang sama yaitu . Gambar 3. merupakan hasil parameter
VSWR pada komponen hybrid coupler 90° setelah proses optimasi adalah sebagai berik
ut:
Gambar 3. 31 Nilai VSWR pada Hybrid Coupler 90°

Tabel 3.9 merupakan hasil simulasi keseluruhan dari komponen hybrid cou
pler 90° setelah dilakukan proses optimasi sebagai berikut :

Tabel 3. 8 Hasil Simulasi Hybrid Coupler 90°

Frekuensi S (1,1) S (2,2) S (3,3) S (4,4) VSWR


2.4 GHz
-14.47 -14.47 -14.78 -14.8 1.901
dB dB dB dB

3.7.2 Desain dan Simulasi Crossover

Crossover atau pengkopel 0 dB pada saluran butler matrix 4x4 berfungsi


sebagai parangkat yang mengisolasi arus pada arah tertentu. Pada desain crossover
hanya menggunakan satu impedansi Zo dengan jarak antar lengan sebesar 𝜆/4 yang
ditentukan oleh frekuensi kerja yang diinginkan. Untuk mendapatkan ukuran dimensi dari
crossover dengan frekuensi kerja 2.4 Ghz. Desain crossover hanya menggunakan satu
impedansi Zo = 50 Ω.
Gambar 3. 32 Desain Crossover

Gambar 3. 33 Hasil Simulasi Return Loss Crossover

Gambar 3. 34 Hasil Simulasi VSWR Crossover

3.7.3 Desain dan Simulasi Phase Shifter 45°

Phase shifter merupakan salah satu elemen penyusun butler matrix 4x4 yang
berfungsi untuk menggeser fasa sinyal yang melewatinya. Pada penelitian ini
perancangan phase shifter menggunakan pergeseran fasa sebesar ±45°, dimana
panjang saluran (l) digunakan untuk menggeser fasa sinyal dan lebar saluran sesuai
dengan lebar saluran transmisi impedansi karakteristik Zo.
Gambar 3. 35 Desain Phase Shifter 45°

Untuk hasil simulasi S-parameter pada phase shifter 45° dengan frekuensi
kerja 2.4 GHz setelah dilakukan proses optimasi, didapatkan hasil keseluruhan
nilai return loss phase shifter 45° dapat dilihat dari gambar 3.37 di bawah ini:

Gambar 3. 36 Hasil Simulasi Return Loss Phase Shifter

Nilai parameter VSWR pada elemen phase shifter 45° setelah dilakukan proses
optimasi didapatkan nilai VSWR sebesar 1,914 begitupun untuk VSWR2 yaitu 1,916,
dimana hasil parameter VSWR tersebut sudah memenuhi spesifikasi perancangan yaitu
kurang dari 2. Grafik nilai parameter VSWR pada elemen phase shifter 45° dapat dilihat
pada gambar 3.32 di bawah ini.
Gambar 3. 37 Nilai VSWR dari Phase Shifter 45°

Tabel 3.9 merupakan hasil simulasi keseluruhan dari elemen phase shifter 45°
setelah dilakukan proses optimasi.

Tabel 3. 9 Hasil Simulasi Phase Shifter 45

Frekuensi Return Loss VSWR

2.4 GHz S (1,1) S (2,2) S (1) S (2)

-19.9 dB -19.9 dB 1,914 1,916

3.7.4 Desain dan Simulasi Butler Matrix 4x4

Pada desain simulasi butler matrix 4x4 yaitu dengan menggabungkan elemen-
elemen penyusun butler matrix 4x4 antara lain hybrid coupler 90°, crossover, dan phase
shifter 45°. Susunan butler matrix 4x4 pada umumnya terdiri dari 2 komponen hybrid
coupler 90°, 2 komponen crossover, dan 2 komponen phase shifter 45°. Namun pada
simulasi ini hybrid coupler menjadi komponen utamanya.

13.9 mm 164mm
83.8 mm 29.2 mm

80 mm Z0
Z0/√2

13 mm 14.4 mm
27.8 mm

69 mm

Gambar 3. 38 Desain Butler Matrix 4x4


Dari hasil simulasi butler matrix 4x4 diatas didapatkan hasil S-Parameter yaitu
return loss, VSWR. Berikut ini merupakan hasil S-parameter dari butler matrix 4x4 pada
frekuensi 2.4GHz:

1. Return Loss

Hasil parameter return loss dari simulasi butler matrix 4x4 ditunjukkan pada gr
afik di bawah ini :

Gambar 3. 39 Parameter Return Loss pada Butler Matrix 4x4

Gambar 3.34 merupakan hasil parameter return loss pada butler matrix 4x4.
Nilai return loss yang ideal yaitu jika nilai VSWR yang dihasilkan kurang 2, kare
na terjadi korelasi antara return loss dengan VSWR dengan nilai return loss ya
ng diharapkan yaitu kurang dari -10 dB. Dari gambar grafik di atas hasil nilai ret
urn loss dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3. 10 Hasil Parameter Return Loss pada Butler Matrix 4x4

S- S1,1 S2,2 S3,3 S4,4


Parameter -13.78 dB -17.63 dB -13.78 dB -20.06 dB
/
S5,5 S6,6 S7,7 S8,8
Return
-13.78 dB -28.03 dB -14.54 dB -18.68 dB
Loss

2. VSWR

Nilai VSWR dari hasil simulasi Butler Matrix 4x4 ditunjukkan pada gambar g
rafik di bawah ini :
Gambar 3.35 Nilai VSWR pada Butler Matrix 4x4

3.8 Perancangan Antena MIMO 4x4 dengan Saluran Butler Matrix 4x4

Untuk mendapatkan karakteristik beamforming maka antena CCTV harus dapat mema
ncarkan sinar radiasi (beam radiation) pada arah tertentu. Hal tersebut dapat dicapat dengan
minimal menggunakan 2 antena array dan menggunakan teknik butler matrix untuk mendapat
kan fasa pada antena. Berikut ini di lakukan perancangan antena MIMO 4x4 dengan menamb
ahkan saluran butler matrix 4x4 yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 3. 40 Antena MIMO 4x4 dengan Saluran Butler Matrix 4x4

Gambar 3.36 di atas merupakan rangkaian gabungan antara antena MIMO 4x4 dengan
saluran butler matrix 4x4. Rangkaian di atas memiliki ukuran yang sama pada saat antena MI
MO 4x4 dan saluran butler matrix 4x4 terpisah. Dibawah ini merupakan grafik hasil simulasi a
ntena MIMO 4x4 dengan Butler Matrix.
Gambar 3. 41 Nilai Return Loss Rangkaian Antena MIMO 4x4 dengan Saluran Butler Matrix 4x4

Gambar 3. 42 Mutual Coupling dari Rangkaian Antena MIMO 4x4 dengan Saluran Butler Matrix 4x4

Gambar 3. 43 VSWR Perancangan Antena MIMO 4x4 dengan Saluran Butler Matrix 4x4
Gambar 3. 44 Pola Radiasi dari Antena MIMO 4x4 dengan Saluran Butler Matrix 4

Anda mungkin juga menyukai