Sistem penanggalan Hijriah
Mohammad Shawkat Odeh
Muh. Nashirudin
TAIN Surakarta, Jl. Pandassa, Pucangan, Kartasura
din_imal@yabon.sors
‘This paper discusses the Hejeic calendar system by Mohammad Shawkat Odch, onc of Muslim astrono-
‘mers from the Islamic world who offers new criterion for lunar crescents visibility and the Hejric
calendar system. This article deseribes and analyzes some concepts proposed by Queh concerning hisab
{aleulation) and reyab (moon-sighting) such as criteria for the ceescent visibility: The criteria offered by
(Odeh ts the result of @ long-time research (from 1859 ~ 2005 and totalled 737 observations). The
Universal Hejric Calendar proposed by Odleh divides the world into two 2ones: the westerns zone
covers American continent and the easter zone covers Asian, African, Australian, and Furopean conti-
nents. Although there are some problems caused by the division of zones, the idea that most of
‘Muslim countries includes in the same zone is expected to reduce the problem of dissimilarity in
determining the new moon. Consequently, the unification of the first date of the month and also the
Islamic calendar is possible.
Keywords: Crescent visibility, Hejric calendar; bisab; rakyah
Pendabuluan
Permasalahan hisab dan rukyah di kalangan ummat Islam mecupakan petmasalahan yang
sangat urgen terutama bile dikaitkan dengan permasalahan awal bulan dan lebih khusus lagi
berkaitan dengan awal bulan yang berhubungan dengan permasalahan ibadah seperti
Ramadan, Syawal dan Zulhijjah. Adanya perbedaan permulaan bulan atau perbedaan dalam
melakukan perayaan hari raya merupakan imbas dati tidak adanya kesamaan dalam
permasalahan hisab dan cukyah dan juga belum adanya Kalender Islam yang bisa menyacukan
dunia Islam dalam memulai bulan dan mengakbieinya,
199Uftihad, Jurral Wacana Hukum islam dan Kemanusizan, Vol. 11, No. 2, Dasember 2011: 199-217
Mohammad Shawkat Odeh metupakan salah satu pakar falak di dunia Islam yang
memiliki konsens yang besar terhadap persoalan hisab, rukyah dan kalender Hijeiah terpadu
ARCV3): Hilal mudah dilihat dengan mata telanjang,
+ ZonaB (ARCV > ARCV2): Hilal mudah dilihat dengan alat optik dan mungkin dengan
‘mata telanjang dalam cuaca yang bersih.
+ Zona C (ARCV 2 ARCV1): Hilal hanya dapat dilihat dengan alat optik.
+ Zona D (ARCV < ARCV1); Hilal tidal mungkin dilihat walaupun dengan alat optik.
Kalau dilihat pada program Acrate Times ada zona B. yang merupakan zona bilal mustabil
dilihat, yakni wilayah yang syarat terpenuhinya bulan baru belum terpenuhi semisal belum
terjadi konjungsi saat terbenam matahari atau bulan terbenam sebelum matahari.
Tabel 2 Kriteria hilal berdasarkan zona
Ww Ol? 027 0.37 04 057 06 077 08 09°
ARCVI 5.6 5.02 44° 38° 3.2° 27° Qe 16° 1.0°
ARCV2 B5° 7.99 73° 67° 62° 5.62 SIs 4.50 4.00
ARCV3 12.2° 116° 11.02 10.4° 9.8 93° 87> 82° 7.6°
‘Yang dapat dibaca dari tabel di atas adalah bahwa hilal mudah dilihat dengan mata
telanjang bila lebar hilal 0.1” dan busue tukyahnya minimal 12.2°, atau bila lebar hilal 0.2” nya
210Sistem penanggalan Fjiah Mohammad Shawkal Odeh (Muh. Nashrudin)
‘maka busut rukyah minimalnya adalah 11.6°, dan jika lebar hilainya 0.9" maka busur cukyah
minimalnya adalah 7.6°. Hilal mudah dllihat dengan alat optik dan mungkin dengan mata
telanjang dalam cuaca yang bessih hil lebar hilal 0.1” dan busur rukyahnya minimal 8.5°, bila
lebar hilalnya 0.2’ maka busur rukyah minimalnya adalala 7.9°, dan bila lebar hilalnya adalah
0.9? maka busur rukyah minimalnya adslah 4.0°. Hilal hanya dapat dilihat dengan alat optik
dengan lebar hilal 0.1’ bila busur rukyah minimalnya adalah 5.6°, bila lebar hilelnya 0.2’ maka
busue rukyahnya minimal adalah 5.0° dan bila lebar hilalnya adalah 0.9” maka busur ruleyshnya
minimal adalah1.0°. Hilal tidak mangkin dilihat walaupun dengan alat optik dengan lebar
bilal 0.1” bila busur rukyahaya kurang dari 5.6°, (Odeh, ts: 22). Kriteria visibilitasinilah yang,
nantinya diimplementasikan Odeh dalam bentuk Kalender Hijriah Universal (aTaguinr al
Hii al-Alanidy
Konsep Odeh tentang kalender Hijriah
Terwujudnya suatu kalender Hijriah (Universal) akan menyelesaikan banyak persoalan di
suats komunitas. Kalender merupskan suatu produc pemikiran ilmich, keyskinan egama,
dan juga kemauan politik dan sosial. Terwujadaya suatu kalender akan memperlihatkan
tezaksi antara ilmu dengan agama dan kekuasaan. Kehadiran kalendcr merupakan
bentul
suatu civilizational imperative (euntatan petadaban), sebab kalender adalah “suatu sistem wakta
yang metefleksikan daya lenting dan kekuatan peradaban” bersangkutan, Bila itu terwujad
banyak persoalan civil dan agama diselesaikan dengan senditinya, Ada suatu ironi bahwa
setelah empat belas abad berkembang, peradaban Islam tidak memiliki kalender terpadu,
sementara 6000 tahun sebelumnya di Sumeria telah terdapat suatu kalender yang terstruktur
dengan baik. (Anwar, 2008: 58; Nidhal Guessoum, 2007). Sudah ada usaha yang serius dati
para pakar falzk dunia Tslam untuk mewujudkan kalender Hijriah yang dapat berlaku untuk
selurah umat Istam di seluruh belahan dunia. Akan tetapi, masih tercapat herbagai ganjalan
yang hingga saat ini belum terpecahkaa, di antaranya adalah masalah pembagian wilayah
dan sistem serta kriteria penentuan awal bulan.
Syamsul Anwar (2008: 122-123) mengatakan bahwa secara garis besar terdapat dua
kutub pemikiran tentang kalender, yaitu (1) konsep Kalender zonal, dan (2) konsep kalender
terpadu. Kalender zonal terdiri ets beberapa pandangan lagi antara yang membagi dunia
aItihad, Jumal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan, Vol. 11, No. 2, Desombar 2011: 199-217
menjadi dua zona dan yang membagi dunia lebih dari dua zona, Kalender zonal membagi
dunia kepada zona-zona di mana pada masing-masing zona berlaku satu kalender yang
‘mungkin sedikit atau banyak herbeda dengan kalender yang herlakn di zona Iain. Sebagai
contoh adalah kalendet Mohammad Ilyas, yang merupakan pionir dalam bidang ini. Ta
‘membagi dunia kepada tiga zona: Asia-Pasifik, Afro-Asia dan Eeopa, secta Amerika. Kalender
vusulan Muhammad Odeh merupalsan Kalender bizonal yang membagi dunia menjadi dua
zona, yaitu zona Timur dan zona Barat. Zona Timur meliputi Aftika, Eropa, Asia dan Austra-
lia di thana dunia Islam berada di dalamnya; zona Barat meliputi beaua Amerika.
Kelemahan kalender zonal ini adelah terbaginya dunia dalam zona penanggalan yang
pada bulan-bulan terventu akan terjadi tanggal yang berbeda. Kalender kedus, menurut
‘Syamsul Anwar (2008) adalah suatu sistem Kalender terpadu yang tidak membagi dunia
kepada sejumlah zona tanggal. Di seluruh dunia hanya ada satu tanggal Qamariah terpadu.
Unruk ini beberapa bal harus diterima, antara lain penggunaan hisab, masuk bulan baru
tanpa harus rukyat setidaknya untuk zona wake jung timne, Dan masih ada sejumlah
ptinsip lain yang lacus divecinina.
Odeh (2007 5) mengatakan tentang sistem penanggalan tawarannya bahwa salah satu
keunggulannya adalah sistem tetsebut merupakan perpaduaa antara hiscb dan rukyah. Odeh
hetharap sistem penanggalan yang ia tawarkan apabila dipakai oleh negara-negata Islam dapat
menjadi solusi penaggalan Hijsiah terpadu di negara-negara Islam sehinggs akan meminimalisit
terjadinya banyak perbedaan tentang petmulaan balan dan juga masalah lain yang sekarang,
terjadi di dunia Islam yang discbabkan oleh belum adanya kalender Hijriah terpadu.
deh (20076. 4-5) mengatakan bahwa ada beberapa syarat pokok yang harus ada dalam
sebuah kalender, di antaranya;
1, Tidak adanya perbedaan dalam memulai bulan baru terutama di dunia Islam, Oleh
karena itu, tidak mungkin membagi dunia Islam dalam dua zona atau lebih.
2. Harus didasatkan pada perhitungan rukyah hilal, tidak sekedar perhitungan saat konjungsi
‘Syatat ini mengharuskan adanya kesatuan mafla' atau prinsip transfer rukyah sehingga
permulaan bulan baru terjadi apabila perhituagan menunjukkan bahwa_hilal mungkin
dicukyal: di manapun tempatnya di dunia Islam atau sekitarnya,
212Sister penarggalan Hipiah Mohammed Shawkat Odeh (Muh, Nashirain)
3. Permulaan bulan baru tidak terjadi apabila hilal mustahil dizukyah di sebagian besar
wilayah negara Islam. Mustahil dalam hal ini misalnya adalah terbenamaya butan sebelum
terbenamnya matahari atau terjadiny konjungsi setelah terbenamnya matahari.
Qdeh 2007 7) mengatakan bahwa kalender Hijriah universal yang dia mwarkan
mengalami beberapa perkembangan, Saat pertama kali disampaikan pada Muktamar Falak
Islam 1 di Animan tahun 2001, kalender ini merupakan kalender bizonal dengan memakai
teriteria visibilitas hilal Yallop. Setelah itu, kalender ini dikembangkan menjadi trizonal dan
‘masih menggunaken kriteria Yallop. Dengan adanya kriteri baru Odeh, kalender ini kemudian
menjadikan kriteria Odeh sebagai dasar menggantikan kriteria Yallop. Pada akhienya, dengan
sdanya berbagai diskusi dan perdebatan tentang Kalender Islam yang terpadu, dibuadlah
Kalender bizonal dengan tetap menjzdikan dunia Islam dalam satu zona yang tak terbelah
dan dengan menggunakan kriteria Odeh sebagai dasar peoentuan awal bulan,
Sebagaimana telah discbutkan sebelumnya, Odeh membag! alam dalam dua zona; zona
timur yang meliputi daerah antara 180° BT sampai dengan 20° BB yang terdiri dasi benua
Australia, Asia, Afrika dan Eropa. Artinya, seluruh dunia Islam masuk dalam zona timus,
Zona barat meliputi daerah antara 20° BB sampai bagian terbarar dari benua Amerika
(Odeh, 20072: 4, 2007b: 7). sAkan tetapi, sebuik apapun sistem yang ditawarkannya, ia merasa
ada beberapa permasalahan yang sangat mungkin muncul sebagai konsekuensi dati sistem
tersebut. Di antaranya adalah: 1. Kemungkinan dimulainya bulan baru di suatu negaca
walaupun dial tidak terlihat di negara tersebut. Permasalahan ini, menurue Odeh, bisa
diselesaikan dengan mengambil pendapat para abi Fikih bahwa apabila hilal sudahs dilihas di
suatu negara, maka negara yang bertetangga boleh memakcal hasil rukyah tersebut, 2, Adanya
keyakinan sebagian besar umat Islam bahwa apabila bulan aampak besar di haci pertama
‘balan baru, maka sebenarnya telah terjadi kesalahan dalam menentukan awal bulan bara.
Keyakinan babs hilal bulan baru harus tidak nampak atau keeil adalah tidak: benar, Alasannya
adalah sebagai berikur:
1. Permulaan hari uncukeumat Islam, dengan kalender Hijriah, ditanelai dengan terbenamnya
‘matahari. Bila sescorang hendak mengkorfinsasi kebenaran peemulaan balan Ramadan
‘nisalaya, dan dia meagamati Bulan pada tanggal 1 Ramadan, maka pada dasarnya bulan
yang sedang, diamati adalah Bulan untuk canggal 2. jika pada saat tersebue halal nampak
sangat kecil, maka petmulaan bulannya yang justcu keliru,
23{jtihad. Jurnal Wacana Hukum isiam dan Kernanusiaan, Vol. 11, No, 2, Desember 2011; 198-217
2. Rukyah merupakan metode penetapan awal bulan yang dipakai sejak masa Rasulullah,
Jika pada masa teesebut para sahabat dapat melibar hilal dengan mata telanjang untuk
permulaan bulan baru; maka hilal akan nampak semakin besar di hari berikutnya dan
semakin mudah dilihat. Odeb mengatakan bahwa kebijakan sebagian besar negara Islam
untuk memulai bulan baru dengan tanpa ricyab fMigabdlah yang menjadikan sebagian
besar umat meyakini bahwa rukyah merupakan sesuatu yang sangat sulit, jarang sekalt
bisa terlaksana arau tidak mungkin (Odeh, 2007a: 5-6).
Pembagian dunia dalam dua zona, dalam pandingan penulis, selain menghilangkan
kouniversalannya arena tetap menjadikan alam ini tidak dalam savu tanggal juga tetap-akan
menvisakan masalsh bagi umat Islam, Walaupun sebagian besar wnat Islam berada di zona
timur, akan tetapi akan muncul masalah bagi umat Islam yang berada di zona barat apabila
terjadi perbedaan tanggal antara zona ‘Timur dan zona Barat.
Dalam korenspondensi yang penulis lakukan dengan Odch melalui surat elektronik (e
siai}, penulis mengajukan dua pertanyaan yang berkaitan dengan kalendet Hijeiah universal
yang dia tawarkun;
1. Bagaimana tanggapan Odeh tentang ketidakmampuan Kalendes ini dalam memecahkan
permasalahan puasa Arafah misalkan jilea terjadi perbedaan dalam memulai bulan baru.
antara zona Barat clan ‘Tier?
2. Dalam hicungan yang: peoulis lakukan terhadap jumlah hari dalam kalender rersebut,
didapatkan bahwa jurmlah haci dalam setahbun adalah 351, 353, dan 354, padahal jamlab
hati dalam kalencer Hijeiah adalah 354 atau 355,
‘Odeh menjawab dua pertanyaan itu sebagai berikut;
1, Untuk masalah perbedaan dalam memulai bulan Zulhijjah, sebagian besar lama
mengatakan bahvra hal itu diperbolchkan
2, Al-Qur’an dan hedis hanya menentukan balnwa jumlah bulan dalam setabun adalah 12
dan tap bulan berumur 29 atau 30 hari. Tidak ada landasam syar'i bahwa jumlah bari
dalarn tabun Hijriah harus 354 atau 355, Angka tersebut hanyalah angka rata-rata, Angka
351 atau 353 didaparkan karena kalender bersifat universal schingga kemungkinan hilal
dirukyah di sata tempat dipakai untuk tempat Jain selama masih satu zona, Apabila
kemungkinan rukyah hilal dipakai secara lokal, maka kemungkinan besar akan didapat
angka 354 atau 355.
24‘Sistem penanggalan Hiriah Mohammad Shawkat del (Muh, Nashirudin)
Penutup:
‘Dati deskripsi pemikiran Odeh di atas dapat dilihet bahwa ia merupakan seorang tekoh
falak yang berusiha uncak menggabungkan antara hisab dengan rukyah. Kriteria baru visibilitas
hilal yang ditawarkannya adalah buked atas hal tersebur, Ia membagi wilayah visiilieas hilal
dalam lima zona, yaite zona A (hilal mudah dilihar dengan mata telanjang), ona B (hilal bisa
dilihat dengan teleskop atau dengan mata telanjang jika cunea bersth), zona C (hilal hanya
dapat dilihat dengan teleskop), zona D (hilal tidak mangkin diliba¢) dan zona E (hilal mustabil
terlihat). Zona A, B dan C merupakan zona dapat dimulainys bulan baru Hijtiah, Ta
memberikan kritikan kerss pacla scbagian ulama atau pengambil kepurusan yang hanya
‘memakai hisab untuk menetapkan permulaan bulan baru Hijeiah. Pengguoaan hisab semata
tanpa ada rukysh Ihakiki akan menjadikan ummar [slam berkeyakinan tidak mungkinnya
dilakukan tukyah, padahal rukyah hakikilah yang dipakai oleh gencrasi Islam pada masa
Nabi saw yang belum didukung oleh sirana modern untuk melakukan rukyah scbagaimana
yang ada saat ini, Pandangan Odch tersebut, dalam pandangan penulis, akan menjadikan
fungsi observatorium yang ada di dunia Islam menjadi lebih maksimal dan bermakna, Data
tentang hilal diperoleh dari umat Islam sendiei dan dengan peagamatan senyatanya.
Sebaliknya, Qdeh juga mengktitik para penganuc rukyah yang tidak mendasari
keputusannya dalam mencntukan awal bulan dengan data hisab yang akurat. Ditcrimanya
kesaksian tentang dilihatnys hilal padhal hilal belum, nampak sebagaimana yang terjadi di
Saudi Arabia dan kemudian diikuti oleh Yordania dan beberapa negata lain menunjukkan
kelemahan mereka dalam penguasaan teori-teori dalam ilmu falak yang paling imendlasar.
Penggunaan hisab untuk kepentingan sukysh merapakan suatu hal yang harus dilaleukant
agar rukyah yang dilaksanakan benat-benar bisa dipertangeungjawablkan secata ilmish,
Dalam hal kalender Hijeish terpadu, Odeh menawatkan model kalender Hijriah dengan
dua zona; zona Timur yang mencakup Eropa, Asia dan Australia yang sebagian besarmya
‘merupakan negara-negara Islam dan zona Barat yang meliputi benua Amerika, Odeh juga
konsisten untuk senggunakan metode rukyah dan hisab dalam model kalender yang ia
tawarkan, Memang ada beberapa kendala yang mungkin tesjadi bila umat Islam memakai
model tersebut, akan tetapi Odeh telah memberikan beberapa solusd untuk permasélahan
yang muncul dati model tersebut.
a5{tihad, Jumal Wacana Hukum Islam dan Kamanusiaan, Vol, 11, No. 2, Desember 2011: 195-217
Pada akhimys, apa yang dilakukan Odeh merupakan hasil karya yang luar biasa yang
harus diregpons dengan baik, baik yang setuju ataupun yang menolakaya. Diperlukaan kerja
sama dan komunikasi yang scrius dan berkelanjucan untuk bisa menyacukan becbagai pemikiran
falak yang berbeda-beda di
memulai awal bulan Hijciah di-dunia Islam dan juga terbentuknya kalender Hijriah terpadu.
alangan ummat Islam untuk tercipranya kesamaan dalam
Daftar pustaka
Al-Amin, M. Fuad, “Mohammad O,ch dan Upaya Penyatuan Kalender Islam”, diakses
dari http: // qamazaidun.blogspotcom/2008_03_O1_archive,html tanggal § Maret
2009,
Anwar, Syamsul. Hari Raya daa Prabitematika Hisal-Rukyet: Yogyakarta: Suara Muharmadiyah,
2008,
Azhari, Susiknan. Mon Falak, Perjampaan Khaganah Islam daw Sains Modern, Yogyakarta: Suara.
Muhammadiyah, 2007.
Guessoum, Nidhal. Kéwhrmat fi Tarty Hill Morhkilah al Tagine al Tila al-Munabhad, 2007,
diakses dari waswicoproject.org,/article, tanggal 28 April 2009,
Muhadjir, Nocng, Metidoloyi Pencltian Kualitatif Yogyakarta: Rake Sarasin 1989.
Tyas, Mohammad. Astronomy of Islamic Calendar, Kuala Lumpur: AS. Noordeen, 1997.
Kamaluddin, Husain. Ta'yin wi! al Shubir af-Acabiyab, cet. 1, Jeddah: Dat ‘Ukadh, 1979.
Kharin, Muhyiddin. Ine Falsk dalaos Teori dan Proksit. cet, 1, Yogyakarta: Buana Pustaka
2004.
Murtadho, Moh. Iden Falak Pradsts, cet, 1, Malang: UIN-Malang Press, 2008
Odch, Mohammad Shawkat, Taga Nasb al-Kbapa’ fi Tabdid Awad al-Asbhur al-Hijriyyah (ft
«al rdun), 2004, diakses dari wwwicoproject.org tangeal 28 April 2009
‘Odeh, Mohammad Shawkat., a/-Forg Bayn al-Hilal wa Tawallnd al-Hilai, 2006a
wwnwicoproject.org, diakscs tanggal 28 April 2009,
‘Odeh, Mohammad Shawkat, “al-Hilal Bayn Hisabat al-Falakiyyah wa al-Ru'yah’’, makalah
dipresentasikan pada seminar ahli Falak untuk menentukan awal bulan Qamariah yang
diadakan di Rabat, Maroke pada tangeal 8-10 Nopember 20068, diakses tanggal 28
April 2009 dari wwwicoprojeccorg,
‘Odeh, Mohammad Shawkat, “sl-Farq Baya Atwar al-Qamar al-Markaziyyah wa as-
Safhiyyah”, makalah yang dipresentasikan di Muktamar Falak Emirat J di. Abu Dhabi,
UEA pada 13-14 Desember 200¢¢, diakses dari wwx:icoprojectorg tanggal 28 April
2009,
26‘Sistem penanggalen Hitiah Mohammad Shawkat Odeh (Muh. Nashirudin)
(Odeh, Mohammad Shawkat. “New Criterion for Lunar Crescent Visibility” dalam Nidhal
‘Guesseoum & Mohammad Odeh (ed.). Aplications of Astronomical Calculations to Islamic
ewes, tape: Markaz.al-Wasi’ig wa al-Buhiath, th.
——. Odeh, Mohammad Shawkat. ALTagaim al-Hijri al-‘Alami, 2007a, dinkses dari
swwwicoprojectorg pada tanggal 28 September 2009,
Odeh, Mohammad Shawkat, “Tasbigiit Tikndlajiyy’ al-Ma’himat li I'dad Taqwim Hijsiy
lamiy”, makalah dipresentasikan pada Simposium Internasional Penyatuan Kalendet
Islam di Jakarta, 4-6 September 20078, diakses dati wwwicoproject.org pada tanggal
28 September 2009.
Saksono, ‘Tono. Mengkompromikan Rukyat dan Hisab. Jakarta: Amythas Publicita, 2007
Yallop, BD. A Method for Predicting the First Sighting of the New Crescent Meon, 2004, diakses
dari wwwsicoproject.org.
27