Anda di halaman 1dari 16

JOURNAL READING

“Clinical Assessment of Sensorineural Hearing Loss among Diabetes Mellitus


Patients”
Gadag et al.

Oleh :
Melati Rahadianingsih

(H1A321004)

Pembimbing :
dr. Eka Arie Yuliyani, Sp.THT-KL, M.Biomed

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROK
RSUD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan petunjuk,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Naskah Journal Reading dengan judul “Clinical
Assessment of Sensorineural Hearing Loss among Diabetes Mellitus Patients” sebagai salah
satu penugasan dalam rangka mengikuti kepanitraan klinik madya di bagian Ilmu Penyakit
Telinga Hidung dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Rumah Sakit
Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada dr. Eka Arie Yuliyani, Sp.THT-KL, M.Biomed selaku pembimbing yang
telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi masukan selama proses
pembuatan tugas ini. Demikian tugas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis maupun
pembaca, khususnya di bidang ilmu kedokteran.

Mataram, Oktober 2021

Penulis
IDENTITAS JURNAL

1. Nama Penulis : Raveendra P Gadag, Puneeth S Nayak, Tejaswini J S


2. Judul Artikel : Clinical Assessment of Sensorineural Hearing Loss among
Diabetes Mellitus Patients
3. Jurnal Asal : Bengal Journal of Otholaryngology and Head Neck Surgery
4. Tahun Terbit : 2020
5. Jenis Jurnal : Research Article
ABSTRAK

Latar Belakang : Gangguan pendengaran diketahui menghambat kualitas hidup pasien,


terutama pada penderita diabetes karena adanya hubungan neuropati dengan diabetes
mellitus (DM). Namun, prevalensi dan derajat gangguan pendengaran sensorineural (SNHL)
tergantung pada faktor yang berbeda, seperti usia, jenis kelamin, durasi penyakit DM,
riwayat keluarga dan status glikemik pasien. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
menilai hubungan SNHL dengan durasi DM dan DM familial antara pasien SNHL yang
disertai DM.
Bahan dan Metode : 140 pasien dengan DM dinilai gangguan pendengarannya
menggunakan Rinne, Weber dan Absolute Bone Conduction Tests, serta tes audiometri nada
murni. Status glikemik pasien ditentukan dengan memperkirakan glukosa darah puasa
(FBG) dan kadar glukosa darah post prandial (PPBG). Penelitian ini menggunakan Uji t
independen, uji chi-square, ANOVA dan uji korelasi Pearson bersama dengan model regresi
uji linier untuk mencari asosiasi dan korelasi yang dihitung dengan software R.
Hasil : Dari 140 pasien, 60 pasien menderita SNHL dan mayoritas menderita gangguan
pendengaran minimal bilateral. Terdapat hubungan yang signifikan antar SNHL terkait
dengan riwayat keluarga, usia, dan durasi DM. Kadar FBG dan PPBG adalah (nilai
p:1.79E08, 4.41E-06 dan 0,02), namun secara signifikan berkorelasi dengan durasi DM,
FBS dan PPBG (nilai r: 0,14-0,41). Serta, terdapat SNHL yang signifikan pada 500 dan
8000Hz diamati dalam penelitian ini (nilai p:0,002).
Kesimpulan : Sebuah bukti konklusif ditarik bahwa riwayat keluarga DM berfungsi sebagai
variabel yang berharga dalam menilai SNHL pada pasien DM.
Kata kunci : Pendengaran; Gangguan Pendengaran, Sensorineural; Diabetes Mellitus, Tipe
2; Audiometri, Nada Murni
PENDAHULUAN

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular, penyakit metabolik dan
kronis, yang ditandai dengan kadar glukosa darah tinggi karena defisiensi hormon insulin
baik absolut maupun relatif. Menurut Federasi Diabetes Internasional, 7,5 miliar orang
menderita DM di seluruh dunia pada tahun 2017 dengan prevalensi 8,8% pada populasi orang
dewasa. Pada populasi India, sekitar 72,9 juta individu telah didiagnosis dengan DM.
Komplikasi yang sering ditemui pada pasien DM, yaitu gangguan pendengaran,
tinnitus, penyakit kardiovaskular, neuropati dan retinopati. Di antaranya, gangguan
pendengaran merupakan penyakit yang paling utama mempengaruhi kualitas hidup pasien
dengan DM dengan mempengaruhi kehidupan pribadi dan sosial mereka. Namun, gangguan
pendengaran juga sering dikaitkan dengan perubahan degeneratif terkait usia organ
pendengaran pada orang tua.
Para peneliti telah melaporkan gangguan pendengaran pada frekuensi rendah, sedang,
dan tinggi yang dapat disebabkan oleh salah satu dari neuropati atau komplikasi mikro
vascular. Komplikasi gangguan pendengaran pada DM dapat bersifat bilateral (B/L) dan
sensorineural (SN) serta dapat progresif secara bertahap. Sensorineural hearing loss (SNHL)
adalah gangguan pada telinga bagian dalam, gangguan saraf vestibulocochlear atau central
brain processor unit yang dapat bersifat kongenital atau didapat. Perubahan pada koklea,
seperti peningkatan ketebalan membran basiler, dinding pembuluh darah stria vaskularis,
sklerosis arteri auditori internal, dan degenerasi sistem saraf telinga bagian dalam
bertanggung jawab atas gangguan pendengaran pada pasien DM. Gangguan pendengaran
dapat disebabkan oleh efek gabungan dari gangguan sistem saraf dan pembuluh darah atau
secara independen dapat menyebabkan gangguan pendengaran di antara pasien DM. Namun,
ada ketidaksepakatan yang terus-menerus di antara para peneliti tentang DM yang mungkin
menjadi penyebab SNHL.
Para peneliti mempelajari hubungan SNHL dengan usia, durasi DM, HbA1c, jenis
kelamin, hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan status sosial ekonomi, serta kebiasaan
minum dan merokok. Hawang dkk. melaporkan bahwa obesitas sentral, asupan alkohol
hipertensi dan jenis kelamin laki-laki berhubungan positif dengan SNHL frekuensi tinggi.
Namun, Parmar et al. menunjukkan bahwa pasien dengan DM dan hiperlipidemia memiliki
ambang pendengaran yang secara signifikan lebih tinggi pada frekuensi menengah dan tinggi
dibandingkan dengan subjek normal. Namun, sedikit penelitian yang mengeksplorasi
hubungan riwayat keluarga DM dengan SNHL. Oleh karena itu, penelitian ini diproyeksikan
untuk menilai SNHL dan polanya pada pasien DM dengan riwayat keluarga DM.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan dari Januari 2012 hingga Desember 2012 di Departemen
Otorhinolaryngology setelah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Komite Etik
Institusional. Sebanyak 140 pasien dengan DM diikutkan dalam penelitian ini. Pasien dari
kedua jenis kelamin dengan gejala DM dilibatkan dalam penelitian ini. Namun, pasien
dengan riwayat paparan kebisingan, asupan obat ototoksik, kesulitan mendengar yang
disebabkan oleh penyakit lain, dan pasien dengan keadaan umum tampak lemah dieksklusi.
Status diabetes pasien dikonfirmasi dengan menganalisis kadar gula darah. Pasien dengan
kadar Glukosa Darah Puasa (FBG) >100 mg/dL, kadar glukosa Darah Pasca Prandial (PPBG)
jam pertama > 200 mg/dL dan kadar glukosa darah acak (RBG) >200 mg/dL dimasukkan
dalam penelitian ini. Anamnesis yang berkaitan dengan DM, seperti durasi, jenis dan riwayat
keluarga, serta riwayat komorbiditas lain bersama dengan demografi (usia dan jenis kelamin)
dilakukan melalui wawancara. Dilakukan cek kadar FBS dan PPBS diikuti oleh pemeriksaan
telinga serta temuan hidung dan tenggorokan (THT) dan dicatat. Pemeriksaan glukosa darah
dilakukan dengan metode rutin.
Penilaian gangguan pendengaran dilakukan dengan tes garputala dan tes audiometri
untuk menganalisis status pendengaran pasien. Tes garputala terdiri dari tiga tes, yaitu Rinne
Weber, dan tes Absolute Bone Conduction atau Swabach untuk skrining awal, diikuti dengan
tes audiometri. Tes Rinne, Weber, dan Swabach biasanya dikombinasikan untuk
mengidentifikasi jenis gangguan pendengaran. Namun, audiometri nada murni digunakan
untuk mengukur ambang pendengaran pada frekuensi yang berbeda, dan untuk
mengkonfirmasi jenis gangguan pendengaran. Pengujian dilakukan dengan menggunakan
garputala 256 Hz, 512 Hz dan 1024 Hz. Tes audiometri terdiri dari audiometri nada murni,
audiometri ambang konduksi udara (AC), konduksi tulang nada murni (BC).
Audiometri nada murni dilakukan dengan alat ALPS Pure Tone Audiometer (Model
AD 2000) pada frekuensi 125 Hz, 250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz, 4000 Hz dan 8000 Hz
untuk masing-masing telinga. Termasuk dalam kategori rendah (125 dan 250 Hz), frekuensi
menengah (500-2000 Hz) dan frekuensi tinggi (4000 dan 8000 Hz). Skala gangguan
pendengaran yang ditentukan oleh American Speech-Language Hearing Association
(ASHA), digunakan untuk mengkategorikan pasien DM sebagai normal ( -10 hingga 15 dB)
dan SNHL dengan berbagai tingkat gangguan pendengaran (16 hingga 91+).
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak R v 3.6.0 untuk
mengevaluasi distribusi frekuensi, persentase, uji-t independen, chi-kuadrat, ANOVA dan uji
korelasi Pearson's dan nilai p < 0,05, dianggap sebagai signifikan secara statistik. Hasil data
berkelanjutan disajikan sebagai mean ± standar deviasi sementara mean perbedaan antara
kelompok yang berbeda dibandingkan menggunakan uji-t independen. Korelasi berbagai
faktor dengan SNHL dinilai menggunakan uji korelasi Pearson's.

HASIL

140 pasien DM yang terdaftar untuk penelitian berusia antara 20 hingga 50 tahun
dengan usia rata-rata 40±9,2 tahun dan durasi DM 4,87 ± 3,64 tahun. Rerata kadar FBS dan
PPBS adalah 124,71±37,79 mg/dL dan 188,98±53,47 mg/dL (Tabel I Fig I).

Dari 140 subjek, 60 pasien didiagnosis dengan SNHL, sisanya 80 pasien memiliki
tingkat pendengaran normal. Sebanyak 88 subjek laki-laki di antara populasi subjek yang

diamati, 35 orang di antaranya menderita SNHL. Di antara pasien wanita, 25 orang menderita
SNHL. Distribusi pasien berdasarkan usia dengan mayoritas pasien termasuk dalam
kelompok usia 41-50 tahun sebanyak 78 orang, 48 orang di antaranya menderita SNHL.
Jumlah kasus SNHL tertinggi yaitu sebanyak 24 subjek ada pada kelompok yang memiliki
riwayat diabetes 4-7 tahun. Namun sebagian besar kasus SNHL yaitu sebanyak 32 subjek
adalah kelompok yang tidak memiliki keluarga dengan riwayat DM.
Dari 60 kasus dengan SNHL, sebanyak 26 kasus B/L minimum (16–25 dB), 19 kasus
B/L ringan (26–40 dB), 5 kasus B/L sedang (41–55 dB) dan 4 kasus B/L sedang berat (56-70
dB). Namun, tidak ada pasien yang menderita sakit parah gangguan pendengaran (71-90 dB)
atau gangguan pendengaran berat (91+). Prevalensi kasus B/L min ditemukan lebih tinggi di
antara semua kategori lainnya. Kelompok usia 41-50 tahun memiliki jumlah gangguan
pendengaran minimum B/L yang tertinggi yaitu sebanyak 20 kasus. Demikian pula, pasien
yang memiliki durasi penyakit DM selama 4-7 tahun sebanyak 12 orang atau pasien dengan
keluarga dengan riwayat DM yaitu sebanyak 14 orang juga paling sering menderita gangguan
pendengaran minimum B/L (Tabel II).
Hubungan SNHL dengan berbagai variable seperti usia, durasi penyakit, jenis
kelamin, riwayat keluarga, FBG dan PPBG disajikan pada Tabel I dan III. Usia, durasi
penyakit, PPBG dan riwayat keluarga ditemukan hubungan yang signifikan dengan SNHL
(nilai P 1,79E-08,4.41E-06, 0.02 dan 0.004) yaitu menggunakan uji t independen dan uji chi
square. Dalam kasus pasien dengan riwayat DM positif, 28 pasien memiliki SNHL sementara
19 pasien tidak. Pasien yang memiliki SNHL termasuk kelompok usia yang lebih tinggi
(44,57±6,05 tahun) dibandingkan dengan pasien tanpa SNHL (36,56±9,69).

Nilai rata-rata durasi penyakit dan PPBG di antara pasien SNHL ditemukan 6,57 ±
4,15 dan 201,08±50,68 masing-masing. Selanjutnya, SNHL juga berhubungan dengan durasi
penyakit diabetes, FBG dan PPBG (korelasi Pearson). Korelasi positif juga ditemukan antara
SNHL dan FBG (nilai r = 0,14). Hasil serupa diamati saat menghubungkan PPBG dengan
SNHL (nilai r=0.2). Namun, korelasi positif sedang ditemukan antara durasi diabetes dan
SNHL (nilai r=0,41). Selanjutnya, hasil penilaian frekuensi SNHL dengan puasa kadar
glukosa ditabulasikan pada Tabel IV. Peningkatan ambang pendengaran juga didapatkan
pada pasien dengan berbagai konsentrasi FBS di telinga kiri maupun kanan atau tepat
melintasi frekuensi rendah, sedang dan tinggi (P nilai: 0,02–0,002), kecuali 1000–8000Hz
untuk telinga kiri dan 125 Hz untuk telinga kanan, berdasarkan analisis ANOVA. Namun,
SNHL untuk kedua telinga diamati pada frekuensi rendah (250 Hz) dan frekuensi menengah
(500 Hz) dengan nilai P 0,02–0,002. (Tabel IV)
DISKUSI

DM sering dikaitkan dengan gangguan pendengaran karena merusak pembuluh darah


kecil maupun besar. Penyebab yang mendasari kerusakan saraf bisa penyakit mikro
pembuluh darah, hipoksia jaringan saraf, aterosklerotik dan metabolisme, terutama pada
pasien DM. Sebagian besar kasus gangguan pendengaran pada pasien DM yaitu SNHL
frekuensi tinggi. Oleh karena itu, saat ini penelitian difokuskan pada penilaian klinis SNHL
pada pasien DM, sehubungan dengan riwayat keluarga, demografi dan status glikemik.
Studi ini menunjukkan prevalensi 42,85% kasus SNHL pada 140 pasien DM yang
tidak sesuai dengan penelitian lain yang menunjukkan derajat SNHL yang bervariasi.
Rajamani et al. melaporkan prevalensi SNHL sebesar 51,3%. Sebaliknya, sebuah studi
prospektif yang dilakukan oleh Harkare et al. melaporkan insiden yang lebih tinggi yaitu
sebesar 74,07% SNHL pada pasien DM. Mayoritas pasien SNHL menderita bilateral
minimum SNHL (26/60) mirip dengan hasil yang dilaporkan oleh Dadhich et al. (48/73).
Meskipun jenis kelamin tidak berpengaruh secara signifikan pada SNHL, laki-laki penderita
diabetes (58,33%) memiliki sedikit lebih tinggi insiden SNHL dibandingkan dengan wanita
(41,67%) yang sesuai dengan hasil Harkare et al.
Kami mengamati bahwa usia, durasi penyakit, PPBG dan riwayat keluarga secara
signifikan berhubungan dengan kejadian SNHL pada pasien DM. Di antara variabel ini, usia
biasanya berhubungan dengan gangguan pendengaran pada orang tua. Gangguan
pendengaran terkait usia diklasifikasikan sebagai gangguan pendengaran yang dimulai pada
pertengahan hingga akhir masa dewasa, yang dapat bilateral dan SNHL progresif tanpa dasar
penyebab, seperti paparan suara keras, penyakit otology dan obat-obatan beracun dan kondisi
medis lainnya (hipertensi dan aterosklerosis). Menurut Dadhich et al., Prevalensi SNHL
meningkat seiring bertambahnya usia. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa pasien dewasa
lanjut usia 41-50 tahun secara signifikan telah meningkatkan insiden SNHL. Penelitian ini
menggunakan model linier untuk memeriksa hubungan dari usia terhadap hubungan FBS dan
gangguan pendengaran, yang menunjukkan hubungan yang kuat antara usia dan FBS (nilai p
= 0,00934). Namun, tidak ada hubungan yang diamati antara FBS, usia dan pasien SNHL
dengan DM karena ketidaksetaraan distribusi sampel di sepanjang kelompok umur. Karena
itu, tidak dapat ditarik kesimpulan bahwa SNHL disebabkan oleh usia atau DM.
Hubungan lain yang diteliti adalah antara SNHL dan durasi penyakit, yaitu durasi
DM. Pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara durasi
DM dan SNHL (nilai p: 4.41E-06) dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Srinivas
et al dan Bhasker et al. Sebaliknya, Harekare et al melaporkan adanya hubungan yang
signifikan antara durasi DM dan SNHL (nilai p: 0.029). Peningkatan ambang pendengaran
mungkin terjadi karena komplikasi neurologis dan mikrovaskular yang terkait dengan DM
yang mengakibatkan mikroangiopati atau neuropati. Perubahan ini terbukti dari otopsi pasien
DM yang menunjukkan penebalan arteri auditori internal, atrofi ganglion spiral atau
degenerasi saraf kranial, terutama saraf kranial ke-8. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
terdapat korelasi antara durasi diabetes dan SNHL (nilai r=0,41), mirip dengan penelitian
yang dilakukan oleh Pemmaiah & Srinivas menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara SNHL dengan durasi penyakit pada 2 perbedaan frekuensi yaitu 2000Hz
dan 4000Hz dengan r value 0.561 dan 0.727 berturut-turut.
Pada penelitian ini, status glikemik pasien yaitu level PPBG berhubungan signifikan
dengan SNHL (p value 0,02) dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harkare et al
yang menunjukkan bahwa 100% insiden SNHL memiliki kadar glukosa darah 301 mg/dL.
Penelitian ini juga mempelajari hubungan komparasi antara SNHL frekuensi rendah,
menengah, dan tinggi dengan FBG yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ren at
al dan Weng et al. Ren et al hanya mendapatkan pada SNHL frekuensi rendanh dan tinggi,
namun Weng et al mencatat adanya kehilangan frekuensirendah dan sedang di pasien DM
dengan SNHL. Penelitian ini juga menunjukkan hubungan yang signifikan antara pasien DM
dengan SNHL (p value 0,004) yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bhavitha
dan Simha.
Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada hubungan SHNL dengan riwayat
keluarga DM pada populasi orang dewasa seiring dengan usia, durasi DM dan status
glikemik. Penelitian ini menyimpulkan bahwa semua parameter ini secara signifikan
berhubungan dengan SNHL dan sebagian besar pasien menderita B/L minimal SNHL.
Namun, keterbatasan penelitian ini adalah sampel yang tidak sesuai dengan usia. Oleh karena
itu, studi masa depan direkomendasikan menggunakan distribusi sampel yang sama dengan
usia yang cocok dengan DM dan sampel kontrol normal untuk menilai SNHL.
ANALISIS JURNAL

Topik No. Keterangan Penjelasan


Judul dan 1 Menjelaskan tujuan, Ya, pada abstrak jurnal sudah
abstrak metode, dan hasil menjelaskan tujuan, metode dan
penelitian, memberikan hasil penelitian secara singkat dan
ringkasan yang informative juga sudah memberikan ringkasan
dan seimbang atas apa yang informatif
yang dilakukan dan apa
yang ditemukan

Pendahuluan

Latar 2 Menjelaskan latar belakang Ya, pada latar belakang


belakang yang ilmiah dan rasional memberikan informasi yang ilmiah
mengapa penelitian perlu dan rasional mengapa penelitian
dilakukan perlu dilakukan

Tujuan 3 Menentukan tujuan Ya, tujuan penelitian disebutkan


spesifik, termasuk hipotesis secara terperinci yaitu untuk
yang diajukan mengetahui hubungan SNHL
dengan penyakit DM dan durasi
DM, serta riwayat keluarga terkena
DM

Metodologi penelitian

Populasi 4 Menjelaskan bagaimana Pada penelitian ini hanya


populasi ditentukan disebutkan mengenai jumlah
subjek yang diikutsertakan dalam
penelitian, namun cara menentukan
populasi penelitian tidak dijelaskan
secara rinci

Subjek 5 Kriteria subjek penelitian Kriteria subjek penelitian


penelitian dijelaskan secara rinci pada jurnal
yaitu : 1) Kriteria inklusi : pasien
dari kedua jenis kelamin dengan
gejala DM . 2) Kriteria eksklusi :
pasien dengan riwayat paparan
kebisingan, asupan obat ototoksik,
kesulitan mendengar yang
disebabkan oleh penyakit lain, dan
pasien dengan keadaan umum
tampak lemah.

Besar sampel 6 Menjelaskan kriteria Tidak, dalam jurnal ini tidak


penentuan sampel minimal dijelaskan cara menentukan jumlah
yang diperlukan untuk sampel minimal yang dibutuhkan
menghasilkan kekuatan dalam penelitian
penelitian

Prosedur 7 Menjelaskan secara rinci Ya, prosedur penelitian yang


penelitian dan sistematik prosedur dilakukan sudah dijabarkan secara
penelitian (teknik rinci dalam jurnal
pengambilan data)

Teknik 8 Teknik analisis data yang Teknik analisa data yang


analisis data digunakan untuk digunakan dalam penelitian ini
membandingkan hasil yaitu menggunakan uji chi-square,
penelitian ANOVA, dan korelasi Pearson’s,
serta dikatakan signifikan secara
statistik apabila nilai p <0.05

Hasil

Alur 9 Menjelaskan waktu Penelitian dilakukan pada bulan


penelitian penelitian Januari 2012 – Desember 2012

Outcome dan 10 Untuk outcome hasil Ya, hasil penelitian dijabarkan


estimasi penelitian secara detail serta dilengkapi
penelitian dengan tabel yang mendukung
hasil penelitian

Pembahasan

Interpretasi 11 Interpretasi hasil Hasil yang dijelaskan pada


penelitian ini sudah baik, serta
interpretasi dam analisis hasil
penelitian juga telah dijabarkan
dengan baik

Overall 12 Interpretasi umum terhadap Penelitian ini menggunakan data


evidance hasil dalam konteks dari penelitian sebelumnya sebagai
penelitian bukti untuk mendukung hasil
penelitian, serta hasil penelitian
sudah mencakup tujuan dari
penelitian

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL

Kelebihan
1. Judul jurnal mampu memberi gambaran umum mengenai penelitian.
2. Abstrak jurnal sudah menjelaskan tujuan, metode dan hasil penelitian secara singkat
dan juga sudah memberikan ringkasan yang informatif terkait hubungan
Sensorineural Hearing Loss terhadap penyakit Diabetes Mellitus.
3. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi dan menambah wawasan
terutama bagi tenaga kesehatan terkait.

Kekurangan
1. Dalam jurnal ini tidak dijelaskan secara rinci mengenai cara menentukan populasi
penelitian dan penghitungan jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Gadag, R. P., Nayak, P. S., & J, T. (2020). Clinical Asssessment of Sensorineural Hearing
Loss among Diabetes Mellitus Patients. Bengal Journal of Otolaryngology and Head
Neck Surgery, 28(2), 112–119. https://doi.org/10.47210/bjohns.2020.v28i2.297

Anda mungkin juga menyukai