Pendidikan
Pendidikan
dan dikerjakan dalam lapangan pendidikan pada waktu yang telah lampau. Sejarah Pendidikan
merupakan bagian dari Sejarah Kebudayaan umat manusia karena mendidik berarti mewariskan
kebudayaan.
Manfaat :Mengetahui fungsi pendidikan dalam kebudayaanMembedakan mana yang benar dan
yang salah dalam melaksanakan usaha pendidikan Memberi pegangan agar tidak merendahkan
hal-hal yang sudah lama dan meninggikan yang baru/modern (uptodate) Menyadari bahwa
pendidikan perlu menyesuaikan dengan perubahan dan tuntutan zaman Menyadari bahwa
pendidikan dan tugas pendidik itu penting Mempelajari berbagai contoh atau sistem pendidikan
yang baik (termasuk dalil-dalil/teori pendidikan yang ada sejak dulu)
- Mesir :
India
Tagore
Cita-citanya:
Gagasannya:
Pentingnya intelektualisme bukan sekedar hal praktis Pentingnya pendidikan agama Sistem guru-
kula (asrama) Seflgovernment (memerintah sendiri)
Lembaga-lembaga pendidikannya:
Santiniketan (Panti Perdamaian) di Bolpur berdiri tahun 1901, berupa lembaga pendidikan
dengan fasilitas lengkap seperti masyarakat kecil tersendiri.
Sriniketan (Panti Kemakmuran) berdiri tahun 1913 berupa sekolah pertanian-perkebunan yang
menjadi tempat percobaan. Didukung oleh Silpa-Bhavana (sekolah pertukangan). Universitas
Visva Bharati berdiri tahun 1921, dengan Fakultas Kala Bhavana (kesenian), Sangit Bhavana
(musik), Shina Bhavana (kebudayaan Tiongkok), dan Hindi Bhavana (Sastra dan Budaya
Hindu).
Ahmad khan
Cita-citanya:
Mengupayakan agar orang Islam dindia bangkit. Ingin mewujudkan masyarakat Islam modern.
Usahanya dalam bidang pendidikan: Mendirikan sebuah Universitas Islam bernama Aligarch
College tahun 1875. Mendirikan organisasi Patriotic Association tahun 1888 untuk membela
kepentingan umat Islam dalam Kongres India.
Penyeenggara : Pendidikan di rumah; sejak usia 6 thn, mendatangkan guru ke rumah, khususnya
dalam keluarga bangsawan/pegawai, pelajaran berhitung dan ilmu bumi. Pendidikan di sekolah;
sejak usia 10 thn, pelajaran berhitung, menulis, membaca, musik, dan menari. Pendidikan untuk
pegawai; setiap warga negara bisa memegang jabatan pemerintahan melalui ujian negara. Bagi
pejabat setiap tiga tahun sekali harus mengikuti ujian ulangan. Kenaikan pangkat juga melalui
ujian.
Tao ada di mana-mana, tetapi tidak berbentuk dan tidak dapat diraba, tidak dapat dilihat dan
didengar. Manusia harus hidup selaras dengan Tao dengan menahan hawa nafsu dan berpadu
dengan Tao itu. Peperangan hanya memusnahkan manusia, kebahagiaan tidak dapat dicapai
dengan senjata. Confunsius : Mengajarkan Li (etiket, kewajiban) yang sifatnya praktis dalam
hidup sehari-hari dan mudah dipahami tidak seperti ajaran Lao Tse. Setiap orang harus bertindak
sesuai kedudukannya masing-masing atau Chun-chun, Chen-chen, Fu-fu, Tze-tze (raja menjadi
raja, menteri menjadi menteri, ayah menjadi ayah, dan anak menjadi anak). Jūnzǐ yaitu
mengolah dirinya dengan menguasai nilai-nilai moral dan etika. Rasa kemanusiaan (Rén).
Kesetiaan zhōng (anjuran) dan shù (larangan). Bakti kepada Orang Tua (Xiào/Hiao).
Islam : Islam dan Alquran menjadi sumber pengetahuan. Pendidikan dimulai di masjid-masjid.
Setelah abad Islam ke 4 baru diberikan di madrasah, dan abad 5 di sekolah-sekolah swasta
(Kuttab). Pendidikan diawali dengan pendidikan elementer untuk anak-anak Tujuannya untuk
menanamkan kepercayaan adanya satu Tuhan dan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah yang
terakhir serta menanamkan akhlak sesuai syariat. Di masjid-masjid; berisi baca tulis, Alquran,
mengajarkan berdoa, isi undang-undang, maupun puisi. Di madrasah-madrasah; diajarkan
pengetahuan tentang agama Islam dan ilmu pengetahuan modern. Di Kuttab; untuk anak 9-10
thn, pelajarannya sederhana dan terbatas, hanya baca, tulis, hitung, dan praktik agama.
Yunani : Ciri-ciri:
Sparta Anak adalah milik negara. Tujuan pendidikan untuk membentuk serdadu pembela negara
dan warga negara. Pendidikan diselenggarakan oleh negara bukan keluarga karena hak orang tua
atas anaknya hanya sampai umur 7 thn. Anak yang cacat dan lemah dibunuh. Mengutamakan
pendidikan jasmani, militer. Kesenian diabaikan.
Atena : Ciri-ciri:
Negara hanya mengawasi, pendidikan dilakukan oleh keluarga dan sekolah. Tujuan pendidikan:
membentuk warga negara dengan jasmani dan rohani yang harmonis. Pembentukan jasmani
disebut gymnastis (jalan, gulat, lempar cakram, lompat, lempar lembing > Pentathlon).
Pembentukan rohani disebut muzis (baca, tulis, hitung, musik).
Pitagoras 500-580 SM
Tujuan: membentuk manusia susila-agama Dasar ajaran: jiwa berharga bukan jasad, jiwa dari
Tuhan dan sifatnya kekal, pendidikan untuk kesempurnaan manusia, kesempurnaan adalah
kebajikan (keselarasan jiwa raga, manusia dengan manusia, dan manusia dengan negara)
Socrates
Tuhan merupakan ukuran dari segala sesuatu (Theosentris) bukan manusia Manusia memiliki
pembawaan untuk berbuat baik Ilmu adalah sumber kebajikan Menjadi peletak dasar ilmu
kesusilaan Mengajarkan bahwa filsafat adalah alat untuk mencapai kebajikan Selalu mencari
hakikat dari benda (pengertian-pengertian) Dihukum minum racun karena dianggap mengajarkan
dewa-dewa baru dan meninggalkan dewa-dewa resmi.
Plato
Tujuan pendidikan: membentuk warga negara secara teoretis dan praktis. Tiap manusia bertugas
mengabdikan diri pada negara, maka pendidikan diselenggarakan negara. Permasalahan politik
dapat dipecahkan melalui keadilan. Pendidikan akan membentuk negara susila berdasarkan
keadilan. Pendidikan sebagai alat untuk menempatkan manusia sesuai tempatnya (the right man
in the right place). Membagi ada manusia akal, manusia kehendak, dan manusia hasrat.
Aristoteles
Menghendaki pendidikan negara Kebajikan diperoleh melalui jalan alam, pembiasaan, dan
pembukaan akal. Pendidikan harus mengenal pembawaan dan kecenderungan anak supaya
mendapat bimbingan sebaik-baiknya Sumber pengetahuan ialah pengalaman dan pengamatan
yang menghasilkan bahan berpikir Bapak ajaran daya: daya mengenal dan daya kehendak
Berpendapat bahwa jiwa seseorang pada waktu dilahirkan itu kosong (teori tabula rasa)
Romawi
Pada awal kelahiran negara Romawi muncul keinginan untuk memperluas daerah (ekspansi)
Tujuan pendidikan untuk membentuk manusia yang siap berkorban membela tanah airnya
sebagai tentara Pendidikan diselenggarakan oleh keluarga. Merupakan pendidikan bangsawan,
bukan rakyat. Mengutamakan pendidikan jasmani dan kesusilaan.
Epicurus : Rasa suka sebagai sifat yang utama dan akan dimiliki bila hidup sesuai dengan alam.
Rasa duka harus dihindarkan. Dunia ini penuh dengan kedukaan, maka kita harus memiliki sifat
khali (sunyi, sendiri, dan bebas) untuk mengecap hikmat hidup yang sempurna.
Aliran sota
Kebajikan adalah satu-satunya nilai tertinggi. Kebajikan adalah kebahagiaan. Kebajikan dapat
diraih bila manusia hidup selaras dengan alam. Alam adalah Tuhan dan Tuhan adalah alam
(aliran Pantheisme) Muncullah kebajikan kemanusiaan (humanitas).
Quintilanus
Institutio Oratoria (pendidikan ke arah ahli pidato). Pendidikan harus diberikan selekas-lekasnya.
Anak harus bersekolah. Jangan membentuk kelas besar agar pembawaan seorang anak dapat
dikembangkan. Segala sesuatu jangan berjalan terlalu cepat. Pelajaran harus diselingi permainan.
Jangan menghukum secara fisik. Daya ingatan anak harus dilatih. Gaya bahasa harus menarik
perhatian anak.
Purba :
Kebudayaan maritime Kepercayaan: animisme, dinamisme Kegotongroyongan Adanya ketua
adat dari primus interpares.
Keadaan pendidikan
Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan. Pendidikan dari keluarga dan sifatnya sederhana.
Pendidikan berdasarkan jenis kelamin (keahlian untuk laki-laki, keahlian perempuan). Dua
golongan istimewa: pandai besi (empu) dan dukun. Tujuan pendidikan: mendidik semangat
gotong royong, menghormati para empu, dan taat adat. Belum muncul lapisan masyarakat, belum
feodal.
Hindu budha :
Masuknya : Teori Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra, Arus balik. Teori van Leur: hubungan
dagang antara India (asal dari Hindu dan Budha) dengan Indonesia.
Manusia hidup dalam samsara (terikat duniawi). Percaya akan reinkarnasi. Percaya adanya
hukum karma. Jalan keluar dari samsara dengan bertapa mencapai moksa. Raja=penjelmaan
siwa.\
Keadaan :
Pengganti empu/guru yaitu Brahmana. Ada guru keraton ada guru pertapa. Menggunakan sistem
guru-kula. Dibawa para pedagang Arab. Pertama masuk di daerah pesisir (ditandai dengan
lepasnya kerajaan-kerajaan pesisir dari kekuasaan kerajaan pedalaman). Perhatikan kemunculan
Demak yg membebaskan diri dari Majapahit (Sirna Ilang Kertaning Bumi=1400c). Islam di
pedalaman nantinya lebih dipengaruhi oleh budaya Jawa (termasuk Hindu Budha). Bukti
bercampurnya Islam dengan budaya Jawa di kerajaan pedalaman: tetap ada pemujaan pada raja,
masyarakat feodal, ada golongan bangsawan-rakyat (patron-klien).
Ajaran : Islam=takluk, menyerahkan diri sepenuhnya pada Allah. Muslim=orang yag patuh pd
Allah. Rukun Islam: mengucapkan syahadat, shalat, puasa, zakat, naik haji.Pendidikan Langgar:
pendidikan awal, bahasa Arab, baca Al Quran sampai khatam. Pendidikan pesantren: model
pondok (asrama), guru disebut kyai, murid disebut santri, santri memberi sumbangan
semampunya bagi pesantren berupa uang atau bahan makanan, santri membawa bekal dari
rumah untuk hidup bersama di pesantren, mata pelajaran penting usuluddin (pokok ajaran), usul
fiqh (penggali hukum dari Al Quran dan Hadits, Fiqh (cabang dari usuluddin), dan ilmu
Arobiyah (bahasa Arab). Di Sumatera Barat disebut Surau, di Aceh disebut Rangkang
VOC
Sekolah VOC pertama di Ambon tahun 1607 Pelajaran: baca, tulis, doa Bahasa pengantar:
Belanda Guru rata-rata pejabat gereja (pendeta) Sekolah VOC pertama di Jakarta tahun 1617
Yang bersekolah hanya anak-anak pegawai
Dendeles
Tahun 1808 Daendels memerintahkan pada para Bupati di Jawa untuk menyebarkan pengajaran
dan tiap distrik harus memiliki sekolah. Belum berjalan pemerintahan jatuh ke tangan Inggris
(Raffles). Tahun 1809 untuk pertama kalinya muncul pendidikan bidan dengan bahasa Melayu.
Tahun 1809 di Cirebon berdiri Sekolah Ronggeng yang ditanggung Sultan Cirebon untuk
memajukan tarian rakyat
Rafles
Raffles tidak terlalu perhatian dengan pengajaran namun sangat peduli terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan Menulis Buku History of Java Bersama Marsden menulis Sejarah Sumatera,
Kamus Melayu, dan Tata Bahasa Melayu Menyokong penyelidikan Horsfield tentang botani.
Memerintahkan Colin Mackenzie untuk menyelidiki kedudukan hak milik tanah di Pulau Jawa
Tanam paksa
Dalam tanam paksa butuh tenaga ahli dan buruh. Untuk itu dibutuhkan sekolah. Akan tetapi
karena kesulitan keuangan maka pendirian sekolah dibatasi. Tahun 1848 kebutuhan akan
pegawai murah mulai terpenuhi. Tujuan sekolah bukan untuk mendidik rakyat atau
meningkatkan taraf hidup rakyat, namun untuk kepentingan penjajah memperoleh pegawai
murah.
Sekolah buniputera
Kesulitan: Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar, dan kurang tenaga guru. Bahasa pengantar
diganti menjadi Bahasa Melayu bahkan bahasa daerah setempat. Bangunan sekolah di daerah-
daerah didirikan oleh pemerintah daerah (Bupati). Awalnya para siswa duduk di tanah (tanpa
kursi) > Budaya Feodal. Tidak ada pembagian kelas (jenjang), semua disatukan. Pelajaran lebih
untuk mendidik calon pegawai (menggambar, berhitung, dan pertanian). Siswa berasal dari
golongan priyayi dan anak pegawai. Siswa sebagian besar laki-laki. Lama belajar tergantung
pada kemampuan dan keinginan siswa. Pengawasan melalui Inspektur Pengajaran Bumiputera.
Belanda membentuk Hoofdcommissie tahun 1827 untuk mengatur pengajaran bagi anak-anak
Belanda dan Indonesia yang Kristiani
Liberal
Tujuan sekolah tidak hanya mendidik calon pegawai namun mendidik rakyat secara umum..
Politik liberal membawa pengaruh: perluasan pengajaran bumiputera, kesempatan sekolah
terbuka bagi anak-anak Indonesia dan Tionghoa untuk masuk sekolah-sekolah Belanda, semua
jabatan negeri terbuka bagi setiap orang melalui ujian pegawai. Ujian pegawai meliputi: Klein-
ambtenaarsexamen untuk pegawai rendah yang harus bisa mengerti Bahasa Belanda, (klerk,
telegrafis) dan Groot-ambtenaarsexamen untuk pejabat menengah (pegawai Binnenlands
Bestuur/pamong praja, kontroleur, pegawai administrasi)
Jenis bumiputera
Speciale School (sekolah istimewa), merupakan bentuk peralihan antara Sekolah Belanda dengan
Sekolah Bumiputera. Contoh di Ambon, Depok, Magelang>militer. Hoofdenschool (sekolah
menak), untuk anak-anak bumiputera agar dapat melanjutkan pendidikan lebih tinggi setelah dari
sekolah rendah bumiputera. Kebanyakan untuk calon pegawai dan mengajarkan Bahasa Belanda.
Contoh di Tondano (Minahasa), Bandung, Magelang, Probolinggo. Hasil belajar di sekolah-
sekolah Bumiputera kurang memuaskan pemerintah kolonial karena pelajarannya terlalu padat.
Kelas I Kelas II
Mata pelajaran Baca, tulis, hitung, ilmu bumi, sejarah, ilmu Baca, tulis, hitung
alam, menggambar, dan ilmu ukur tanah
Reorganisasi Hoofdenschool menjadi kursus 3 tahun atau pendidikan 2 tahun bagi calon pegawai
pemerintah. Tahun 1900 berubah menjadi OSVIA (Opleiding School voor Inlandse Ambtenaren)
untuk mendidik pegawai pemerintah bumiputera selama 5 thn. Tahun 1927 berubah menjadi
MOSVIA (Middelbare Opleiding School voor Inlandse Ambtenaren). Dibatasinya anak-anak
pribumi yang masuk ke sekolah-sekolah Belanda
Memberi corak dan sifat ke-Belanda-belandaan pada sekolah-sekolah Kelas I dengan memberi
pelajaran Bahasa Belanda. Mendirikan sekolah-sekolah desa, sekolah Vervolg (Sekolah
Sambungan), dan mengubah Sekolah Kelas II menjadi sekolah Vervolg
MULO :
MULO merupakan kelanjutan dari HIS (Sekolah Kelas I) MULO pertama berdiri tahun 1914,
sejak zaman Jepang hingga sekarang MULO berubah nama menjadi SMP. MULO berfungsi
sebagai onderbouw (tingkatan bawah) dari sekolah kejuruan menengah dan pendidikan
menengah
AMS merupakan kelanjutan dari MULO. Pada zaman Jepang disebut Sekolah Menengah Tinggi,
sejak kemerdekaan menjadi Sekolah Menengah Atas (SMA).AMS dibagi menjadi dua bagian:
Bagian A: Ilmu Pengetahuan Kebudayaan
Pendidikan Guru: Untuk Sekolah Desa: (1) sistem magang bagi lulusan sekolah kelas II atau
Verlolg, jika lulus ujian dari penilik sekolah dan mantri guru (kepsek) diangkat sebagai guru
bantu sekolah desa. (2) CVO (Cursus Volks Onderwijzer) berupa kursus 2thn dari lulusan
sekolah kelas II. Untuk Sekolah Kelas II (Vervolg): (1) sistem magang, (2) normaalcursus 2 thn,
(3) Normaalschool 4 thn, (4) Kweekschool dari lulusan HIS mulanya 6-4 thn. Untuk HIS: (1)
Normaalschool, (2) Kweekschool, (3) Hogere Kweekschool, (4) Holland Inlandse Kweekschool
(HIK), (5) Kursus Hoofdacte.
Pertukangan
Tukang biasa. Tukang untuk mengisi jabatan seperti masinis, montir. Pengajaran teknik:
Koningin Wilhelmina School (KWS) di Jakarta tahun 1906, sekarang setingkat STM
Sekolah Tinggi
Sekolah Teknik Tinggi (Technische Hoge School/THS) 1920 di Bandung. Sekolah Hakim
Tinggi (Rechtskundige Hoge School/RHS) 1924 di Jakarta. Sekolah Tabib Tinggi
(Geneeskundige Hoge School/GHS) 1927 di Jakarta. Sebelumnya tahun 1851 dibuka sekolah
untiuk calon mantri cacar. Sekolah ini diubah menjadi Sekolah Dokter Jawa. Tahun 1902 diubah
menjadi STOVIA (School Ter Opleiding van Indische Artsen).
Jepang
Semangat Hakko Ichiu > kemakmuran bersama Asia Timur Raya. Jepang datang menyebut
dirinya Saudara Tua (Nippon Cahaya, Pelindung, dan Pemimpin Asia). Penanaman paham
Jepang dilakukan melalui pelatihan guru-guru sebagai penyebar ideologi baru.
Perubahan :
Isi pengajaran
Dijadikan alat propaganda untuk kepentingan perang. Sering melakukan kerja bakti
(kinrohooshi). Membuat kompos, membasmi hama tikus, menanam pohon jarak. Latihan jasmani
(senam) dan militer. Dibentuk barisan-barisan seperti: Seinentai (murid SR) dan Gakutotai
(murid Sekolah Lanjutan). Setiap hari diucapkan sumpah pelajar, nyanyian Jepang, upacara
bendera, dan penghormatan ke arah matahari terbit (seikere)
Pendidikan Guru:
Isi PKKI
Dalam PPKI dibentuklah Sub Panitia Pendidikan dan Pengajaran. Ketua: Ki Hajar Dewantara.
Anggotanya: Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat, Prof. Dr. Asikin, Prof. Dr. Rooseno, Ki Bagus
Hadikusumo, dan Kyai Haji Masykur. Tugasnya merumuskan rencana cita-cita dan usaha
pendidikan. Hasilnya ada 10 pasal. Pada pasal 2 tercantum dasar dan tujuan pendidikan nasional
yaitu “Dalam garis-garis adab perikemanusiaan, seperti terkandung dalam segala pengajaran
agama, maka pendidikan dan pengajaran nasional bersendi agama dan kebudayaan bangsa serta
menuju ke arah keselamatan dan kebahagiaan masyarakat”
Kemerdekaan
Didasarkan pada rencana usaha pendidikan/pengajaran yang telah disusun oleh PPKI.Menteri
Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PP dan K), Ki Hajar Dewantara mengeluarkan
instruksi umum yang memerintahkan kepada semua kepala sekolah dan guru untuk:
Mengibarkan Sang Merah Putih tiap hari di halaman sekolah. Menyanyikan lagu kebangsaan
Indonesia Raya. Menghentikan pengibaran bendera Jepang dan menghapuskan nyanyian
Kimigayo. Menghapuskan pelajaran Bahasa Jepang dan segala upacara yang berasal dari
pemerintah Jepang. Memberi semangat kebangsaan pada para murid
UUD 45
PPKI
Tahun 1946, Menteri PP dan K (Mr. Soewandi) membentuk Panitia Penyelidik Pendidikan dan
Pengajaran yang diketuai Ki Hajar Dewantara.Tugasnya meninjau kembali dasar-dasar, isi,
susunan, dan seluruh usaha pendidikan. Tugas panitia ini sempat terhambat Agresi Militer
Belanda
Diselenggarakan tanggal 4-7 Maret 1947 di Solo. Kongres Pendidikan Indonesia dipimpin oleh
Prof. Sunaryo Kolopaking. Tujuannya meninjau kembali berbagai masalah pendidikan dan
pengajaran. Kongres ini berasal dari inisiatif rakyat.(para cendekiawan) bukan
pemerintah.Dibentuk tahun 1948 Menteri PP dan K (Mr. Ali Sastroamidjojo) Ketuanya Ki Hajar
Dewantara. Tugasnya menyusun UU Pokok Pendidikan dan Pengajaran di sekolah. Panitia ini
bekerja dengan memperhatikan hasil-hasil pekerjaan panitia terdahulu dan Kongres Pendidikan
di Solo
Kongres Yogya
Permasalahan pendidikan semakin bertambah dan harus segera dicari solusinya. Diselenggarakan
kongres pendidikan kedua di Yogyakarta tahun 1949. Permasalahan yang dihadapi terutama
mengenai dasar-dasar pendidikan, hubungan antara pendidikan dan kebudayaan, dsb. Saat itu
Menteri PP dan K dijabat oleh Ki S. Mangunsarkoro. Harapannya hasil kongres dapat
bermanfaat untuk menyusun UU Pokok Pendidikan dan Pengajaran.
Lahirnya UU
Isi UU
Tujuan pendidikan dan pengajaran adalah membentuk manusia susila yang cakap dan warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
Pendidikan dan pengajaran berdasar atas asas Pancasila, UUD 1945, dan kebudayaan
kebangsaan Indonesia. Dasar pendidikan nasional adalah Falsafah Negara Pancasila Tujuan
pendidikan nasional adalah membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan ketentuan-
ketentuan dalam Pembukaan dan Batang tubuh UUD 1945
Pengajaran Guru
Terjadi kekurangan guru SD, maka pemerintah memperbanyak jumlah SGB (Sekolah Guru B) 4
tahun, dan mempekerjakan tenaga guru magang lulusan SD 6 tahun. Mulai tahun pelajaran 1956-
1957, tenaga guru dari SGA (Sekolah Guru A) 6 tahun mulai mengajar di SD. Sebelumnya
lulusan SGA hanya untuk mengajar di Sekolah Lanjutan Pertama (SLP/SMP). Harapannya
paling lambat tahun 1961 kekurangan tenaga pengajar di SR dapat dipenuhi.
Menerima lulusan SR. Hanya berjalan 1,5 tahun karena kurang didukung masyarakat (tanggung).
Diubah menjad SGB
Menerima lulusan SR yang lulus ujian masuk SLP.Pada dasarnya 3 tahun SMP+1 tahun
pelajaran kejuruan guru.Ada juga kelas IV SGB yang diperuntukan bagi lulusan SMP. Lulus dari
SGB dapat melanjutkan ke SGA melalui seleksi
2. Memperluas pengetahuan guru SR yang berijazah SGB agar dapat melanjutkan ke SGA
Pengaruh Kristiani
Tujuan hidup manusia tidak hanya di dunia fana namun di juga di alam baka.
Sifatnya monotheisme.
Sekolah biara
Renaissance=kelahiran kembali, reaksi terhadap sikap hidup di abad pertengahan. Ingin bebas
dari ikatan abad pertengahan dan mencari pedoman baru. Mendorong untuk mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan. Banyak mempelajari peradaban klasik, mata pelajaran utama: bahasa
Latin dan Yunani, mengutamakan kecerdasan dan keindahan sementara pendidikan agama makin
terdesak.
Humanism
Dipelopori oleh: Petrarca dan Boccaccio. Pusat gerakan: Florence. Kebenaran, kesusilaan,
keindahan dicari pada diri manusia sendiri. Tujuan pendidikan: membentuk manusia yg bebas
(lepas dari ikatan gereja, individualistis), berani (percaya diri sendiri), dan bahagia (kenikmatan
duniawi). Dipelopori: Luther, Calvin, Zwingli. Pusat: Jerman, Perancis, Zurich. Reformasi
merupakan reaksi terhadap gereja, kembali pada ajaran Injil yg murni, menyangkal kekuasaan
Paus dan konsili-konsilinya. Bercorak individualistis, menentang kekuasaan gereja, untuk
segenap lapisan, Injil sbg firman Tuhan.
Kontra Reformasi
Gereja Katolik ingin memperbaiki diri, keluarlah Konsili Trente. Memperluas pendidikan dengan
mendirikan seminari untuk semua golongan. Pelopor utamanya ialah para Jesuit di bawah
Ignatius de Loyola. Realisme meninggalkan cara klasik, mengarahkan perhatian pd dunia nyata
(alam dan benda). Munculnya Ilmu Alam> Copernicus (teori heliosentris)
Tokohnya:
Francis Bacon (metode induksi dlm pgtahuan). Johann Amos Comenius (pendd. budi pekerti).
Jean Baptiste de La Salle (reward-punishment).Aufklarung: Pencerahan terhadap manusia dari
abad kegelapan (abad pertengahan). Manusia percaya akal budi, rationalisme, munculnya
toleransi beragama, sekularisme.Negara wajib menyelenggarakan pendidikan. Empirisme :
Sumber pengetahuan adalah pengalaman. Dipelopori Bacon dgn metode induksi (pengalaman-
pengalaman>>>>>teori/Ilmu).Rasionalisme ; Sesuatu itu benar bila sesuai dengan akal pikiran.
Rasionalisme menempatkan akal budi di atas wahyu Illahi. Maka agama harus dapat dibuktikan,
Tuhan harus dapat diterima oleh akal manusia.Teori induksi (empirik) juga diragukan
kebenarannya.
John Lock
Mencetuskan teori tabula rasa: jiwa waktu dilahirkan itu kosong dan pasif. Pendidikan itu maha
kuasa, semua pengetahuan datangnya dari luar diri manusia, bahan pelajaran harus bermanfaat
dan bernilai praktis
Jj rusou : Sifat pendidikan harus individualistis. Setiap anak itu berpembawaan baik, jika
menjadi buruk itu karena pengaruh luar yang buruk. Pendidikan menganut asas kebebasan,
pendidikan untuk mengurangi pengaruh luar yg jahat itu.
Pendidikan sosial
- Friedrich Frobel
Pancaroba : Pedagogi individuil: individu sbg objek penddkn.Pedagogi kepribadian: hasil
penddkn tergantung pada kepribadian si pendidik. Persamaan antara pedagogi individuil dengan
kepribadian> mencetak anak dgn pribadi yg kuat
Pedagogi sosial
Tokoh:- John Dewey > sekolah memiliki tujuan sosial, sekolah itu masyarakat dlm bentuk kecil,
sekolah harus berguna bg pembentukan sosial. Pengetahuan harus diuji dan bernilai praktis.
George Kerschensteiner > mendirikan sekolah kerja untuk pembentukan warga negara
Jan Ligthart > perlunya kasih sayang dalam mendidik, bukan hukuman
Usaha pendidikan bagi anak-anak di Indonesia untuk pertama kalinya diberikan pemerintah
kolonial Hindia Belanda pada tahun 1848. Kebijakan pemerintah saat itu adalah mendirikan
sekolah bagi bumiputera yang bertujuan untuk menghasilkan pegawai administrasi Belanda yang
terampil, murah dan terdidik. Hasil pendidikan itu kemudian dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kerja dan industri. Sejak dilaksanakan politik etis pada awal abad ke 20, ada
upaya dari beberapa tokoh liberal Belanda, misalnya Van Deventer, untuk mengarahkan
pendidikan bagi anak Indonesia demi pembebasan dari ketidakmatangan berdiri di atas kaki
sendiri. Di lain pihak, kebutuhan akan tenaga-tenaga terdidik dan ahli telah mendorong
pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan sekolah-sekolah secara berjenjang.
Berikut ini kami ulas satu per satu jenjang pendidikan di masa itu:
Europeesche Lagere School (ELS) atau Sekolah Rendah Eropa yang diperuntukan bagi
keturunan Eropa, keturunan timur asing atau pribumi dari tokoh terkemuka. ELS yang pertama
didirikan pada tahun 1817 dengan lama sekolah 7 tahun. Eerste Klasse School atau Sekolah
Kelas Satu yang diperuntukan bagi penduduk non Eropa. Sekolah rendah ini ada 2 jenis
berdasarkan kelompok sasaran, yaitu: Hollandsch-Chineesche School (HCS) atau Sekolah Cina-
Belanda, diperuntukan bagi penduduk keturunan timur asing, khususnya keturunan Cina. HCS
yang pertama didirikan pada tahun 1908 dengan lama belajar 7 tahun. Hollandsch-Inlandsche
School (HIS) atau Sekolah Bumiputra-Belanda diperuntukan bagi keturunan Indonesia asli yang
umumnya anak bangsawan, tokoh terkemuka, atau pegawai negeri. HIS yg pertama didirikan
pada tahun 1914 dengan lama belajar 7 tahun.
Twede Klasse School atau Sekolah Kelas Dua, disediakan untuk golongan pribumi dengan lama
belajar 5 tahun. Sekolah rendah ini pertama didirikan pada tahun 1892. Volksschool atau
Sekolah Desa yang disediakan untuk anak-anak golongan pribumi dengan lama belajar 3 tahun.
Sekolah Desa yg pertama di dirikan pama tahun 1907. Vervogschool atau Sekolah Sambungan
sebagai kelanjutan dari Sekolah Desa untuk golongan pribumi dengan lama belajar 2 tahun.
Vervogschool yang pertama didirikan tahun 1914. Schakelschool atau Sekolah Peralihan yaitu
sekolah peralihan dari Sekolah Desa ke sekolah dasar dengan bahasa pengantar bahasa Belanda.
Lama belajarnya 5 tahun dan diperuntukkan bagi golongan pribumi. Lulusan sekolah peralihan
dapat melanjutkan ke MULO.
Jenis pendidikan menengah lanjutan di antaranya sbb: Meer Uitgebreid Lager Onderwijs
(MULO) atau Pendidikan Rendah yang Diperluas merupakan kelanjutan dari sekolah rendah
yang menggunakan pengantar bahasa Belanda dengan lama belajar 3-4 tahun. Sekolah ini
diperuntukkan bagi golongan pribumi dan timur asing dan pertama kali di dirikan pada tahun
1914. Algemeene Middelbare School (AMS) atau Sekolah Menengah Umum merupakan
kelanjutan dari MULO berbahasa Belanda dan diperuntukkan bagi golongan pribumi dan timur
asing. Lama belajar 3-4 tahun dan pertama di dirikan pada tahun 1915. AMS terdiri dari 3
jurusan, yaitu A1 jurusan Sastra Timur, A2 jurusan Klasik Barat, dan B jurusan Pengetahuan
Alam. Hoogere Burger School (HBS) atau Sekolah Tinggi Warga Masyarakat merupakan
sekolah kelanjutan dari ELS yang disediakan untuk golongan Eropa, bangsawan golongan
pribumi, atau tokoh terkemuka. Sekolah ini menggunakan bahasa pengantar Belanda dan
pendidikannya berorientasi ke barat. Lama belajar 3 tahun. Jenis sekolah ini disebut pula dengan
Gymnasium dan pertama di dirikan pada tahun 1860. Adapula HBS yang menyelenggarakan
pendidikan selama 5 tahun yang didirikan pada tahun 1867. Opleiding School Voor Indische
Ambtenaren (OSVIA) atau Sekolah Pendidikan Pegawai Pribumi berdiri pada tahun 1900
dengan lama belajar 5 tahun dan menerima lulusan ELS. Pada tahun 1927 OSVIA ditingkatkan
menjadi setaraf SMA menjadi Middelbaar Opleiding School Voor Indische Ambtenaren
(MOSVIA) dengan lama belajar 3 tahun dan menerima lulusan MULO (1) School to Opleiding
Van Inlandse Artsen (STOVIA) atau Sekolah untuk Mendidik Dokter Pribumi (sekarang menjadi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) yang didirikan di Jakarta pada tahun 1902 dengan
lama belajar 7 tahun. Sekolah ini semula menerima lulusan ELS, kemudian ditingkatkan
menerima lulusan MULO. Pada tahun 1913 didirikan sekolah sejenis di Surabaya , yaitu
Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS), saat ini menjadi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga.
Murid-murid Indonesia yang puluhan ribu jumlahnya pada Sekolah Kelas Satu tak mungkin
dibiarkan begitu saja tanpa memberi kesempatan untuk melanjutkan pelajarnnya, padahal anak
Cina yang sebenarnya asing, telah diberikan kesempatan yang serupa itu.
Berbagai kursus persiapan bagi calon-calon pendidikan pegawai, ahli hukum, dokter, dan
sebagainya, ternyata tidak serasi dan harus diganti dengan MULO. Sebelumnya hanya lilusan
ELS yang diterima untuk berbagi sekolah latihan ituyang menyebabkan membanjirnya anak-
anak Indonesia ke ELS. Jadi MULO juga dimaksud untuk membendung “invasi” anak-anak
Indonesia ke ELS.
MULO didirikan sebagai lembaga pendidikan nonrasial. Dari segi organisasi MULO mempunyai
kedudukan yang sangat penting. Dengan adanya MULO dan diubahnya Sekolah Kelas Satu
menjadi HIS, maka anak-anak Indonesia mempunai kesempatan untuk dapat memperoleh
kesempatan pendidikan setinggi-tingginya.
MULO akhirnya meniadakan ujian untuk pegawai rendah (Klein Ambtenaars Examen). MULO
membuka jalan untuk dapat melampui batas-batas sosial dan merupakan badan yang ampuh
untuk menghilangkan dominasi aristokrasi.
Program kurikulum terdiri atas 4 bahasa: Belanda, Perancis, Inggris, dan Jerman. Setengah dari
waktu digunakan untuk pelajaran bahasa, sepertiga untuk matematika dan ilmu pengetahuan
alam, dan seperenam untuk ilmu pengetahuan sosial.
1.Lulusan Mulo
Mereka yang berhasil menamatkan mulo kebanyakan melanjutkan studi, ada juga yang ke
sekolah kejuruan, sebagian ke HBS ataupun AMS. Maka MULO mempunyai tiga fungsi yakni:
a. Sebagai substruktur AMS,
b. Sekolah persiapan untuk melanjutkan ke sekolah kejuruan,
c. Sekolah terminal bagi mereka yang tidak melanjutkan studi
banyak orang tua murid menyekolahkan anaknya ke AMS, karena dengan harapan dapat
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu misalnya ke THS di Bandung (Technische Hooge
School - didirikan tahun 1920 - sekarang - Institut Teknologi Bandung - ITB), RHS di Jakarta
(Rechts Hooge School - didirikan tahun 1924 - sekarang Fakultas Hukum UI Jakarta), atau GHS
di Jakarta (Geneeskudige Hooge School - didirikan tahun 1927 - sekarang Fakultas Kedokteran
UI Jakarta), ke Bogor di Landbouw Hooge School - didirikan tahun 1940 - sekarang Institut
Pertanian Bogor - IPB. Melalui AMS berarti harus menyelesaikan MULO lebih dahulu yang
tersebar di hampir semua provinsi yang hanya berjumlah delapan, sedangkan kalau melalui HBS
hanya ada di Surabaya, Semarang, Bandung, Jakarta, atau Medan.
Setelah Februari 1942 menyerang Sumatera Selatan, Jepang selanjutnya menyerang Jawa
dan akhirnya memaksa Belanda menyerah pada Maret 1942. Sejak itulah Jepang kemudian
menerapkan beberapa kebijakan terkait pendidikan yang memiliki implikasi luas terutama bagi
sistem pendidikan di era kemerdekaan. Hal-hal tersebut antara lain:
a. Dijadikannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi pengantar pendidikan menggantikan
Bahasa Belanda;
b. Adanya integrasi sistem pendidikan dengan dihapuskannya sistem pendidikan berdasarkan
kelas sosial di era penjajahan Belanda.
Sistem pendidikan pada masa pendudukan Jepang itu kemudian dapat diikhtisarkan
sebagai berikut:
a. Pendidikan Dasar (Kokumin Gakko / Sekolah Rakyat). Lama studi 6 tahun. Termasuk SR
adalah Sekolah Pertama yang merupakan konversi nama dari Sekolah dasar 3 atau 5 tahun bagi
pribumi di masa Hindia Belanda.
b. Pendidikan Lanjutan. Terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah Pertama) dengan lama
studi 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi) juga dengan lama studi 3 tahun.
c. Pendidikan Kejuruan. Mencakup sekolah lanjutan bersifat vokasional antara lain di bidang
pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik, dan pertanian.
d. Pendidikan Tinggi.
Guna memperoleh dukungan tokoh pribumi, Jepang mengawalinya dengan menawarkan
konsep Putera Tenaga Rakyat di bawah pimpinan Soekarno, M. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan
K.H. Mas Mansur pada Maret 1943. Konsep ini dirumuskan setelah kegagalan the Triple
Movement yang tidak menyertakan wakil tokoh pribumi. Tetapi PTR akhirnya mengalami nasib
serupa setahun kemudian. Pasca ini, Jepang tetap merekrut Ki Hajar Dewantoro sebagai
penasehat bidang pendidikan mereka. Upaya Jepang mengambil tenaga pribumi ini
dilatarbelakangi pengalaman kegagalan sistem pendidikan mereka di Manchuria dan China yang
menerapkan sistem Nipponize (Jepangisasi). Karena itulah, di Indonesia mereka mencobakan
format pendidikan yang mengakomodasi kurikulum berorientasi lokal. Sekalipun patut dicatat
bahwa pada menjelang akhir masa pendudukannya, ada indikasi kuat Jepang untuk menerapkan
sistem Nipponize kembali, yakni dengan dikerahkannya Sendenbu (propagator Jepang) untuk
menanamkan ideologi yang diharapkan dapat menghancurkan ideologi Indonesia Raya.
Jepang juga memandang perlu melatih guru-guru agar memiliki keseragaman pengertian
tentang maksud dan tujuan pemerintahannya.[7] Materi pokok dalam latihan tersebut antara lain:
(1) Indoktrinasi ideologi Hakko Ichiu; (2) Nippon Seisyin, yaitu latihan kemiliteran dan
semangat Jepang; (3) Bahasa, sejarah dan adat-istiadat Jepang; (4) Ilmu bumi dengan perspektif
geopolitis; serta (5) Olaharaga dan nyanyian Jepang. Sementara untuk pembinaan kesiswaan,
Jepang mewajibkan bagi setiap murid sekolah untuk rutin melakukan beberapa aktivitas berikut
ini: (1) Menyanyikan lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo setiap pagi; (2) Mengibarkan bendera
Jepang, Hinomura dan menghormat Kaisar Jepang, Tenno Heika setiap pagi; (3) setiap pagi
mereka juga harus melakukan Dai Toa, bersumpah setia kepada cita-cita Asia Raya; (4) Setiap
pagi mereka juga diwajibkan melakukan Taiso, senam Jepang; (5) Melakukan latihan-latihan
fisik dan militer; (7) Menjadikan bahasa Indonesia sebagai pengantar dalam pendidikan. Bahasa
Jepang menjadi bahasa yang juga wajib diajarkan.
Setelah menguasai Indonesia, Jepang menginstruksikan ditutupnya sekolah-sekolah
berbahasa Belanda, pelarangan materi tentang Belanda dan bahasa-bahasa Eropa lainnya.
Termasuk yang harus ditutup adalah HCS, sehingga memaksa peranakan China kembali ke
sekolah-sekolah berbahasa Mandarin di bawah koordinasi Hua-Chino Tsung Hui, yang
berimplikasi pada adanya proses resinification (penyadaran dan penegasan identitas sebagai
keturunan bangsa China). Kondisi ini antara lain memaksa para guru untuk mentranslasikan
buku-buku berbahasa asing kedalam Bahasa Indonesia untuk kepentingan proses pembelajaran.
Selanjutnya sekolah-sekolah yang bertipe akademis diganti dengan sekolah-sekolah yang bertipe
vokasi. Jepang juga melarang pihak swasta mendirikan sekolah lanjutan dan untuk kepentingan
kontrol, maka sekolah swasta harus mengajukan izin ulang untuk dapat beroperasi kembali.
Taman Siswa misalnya terpaksa harus mengubah Taman Dewasa menjadi Taman Tani,
sementara Taman Guru dan Taman Madya tetap tutup. Kebijakan ini menyebabkan terjadinya
kemunduran yang luar biasa bagi dunia pendidikan dilihat dari aspek kelembagaan dan
operasonalisasi pendidikan lainnya.
Sementara itu terhadap pendidikan Islam, Jepang mengambil beberapa kebijakan antara
lain:
a. Mengubah Kantoor Voor Islamistische Zaken pada masa Belanda yang dipimpin kaum
orientalis menjadi Sumubi yang dipimpin tokoh Islam sendiri, yakni K.H. Hasyim Asy’ari. Di
daerah-daerah dibentuk Sumuka;
b. Pondok pesantren sering mendapat kunjungan dan bantuan pemerintah Jepang;
c. Mengizinkan pembentukan barisan Hizbullah yang mengajarkan latihan dasar seni kemiliteran
bagi pemuda Islam di bawah pimpinan K.H. Zainal Arifin;
d. Mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta di bawah asuhan K.H. Wahid Hasyim,
Kahar Muzakkir dan Bung Hatta;
e. Diizinkannya ulama dan pemimpin nasionalis membentuk barisan Pembela Tanah Air (PETA)
yang belakangan menjadi cikal-bakal TNI di zaman kemerdekaan; dan
f. Diizinkannya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) terus beroperasi, sekalipun kemudian
dibubarkan dan diganti dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang menyertakan
dua ormas besar Islam, Muhammadiyah dan NU.
Lepas dari tujuan semula Jepang memfasilitasi berbagai aktivitas kaum muslimin ketika
itu, nyatanya hal ini membantu perkembangan Islam dan keadaan umatnya setelah tercapainya
kemerdekaan.