Anda di halaman 1dari 28

Sejarah Pendidikan ialah uraian yang sistematis mengenai segala sesuatu yang telah dipikirkan

dan dikerjakan dalam lapangan pendidikan pada waktu yang telah lampau. Sejarah Pendidikan
merupakan bagian dari Sejarah Kebudayaan umat manusia karena mendidik berarti mewariskan
kebudayaan.

Pedagogik (ilmu mendidik) >

• Teoretis: teori mendidik + sejarah pendidikan

• Praktis: didaktik (mengajar) + administrasi sekolah

Manfaat :Mengetahui fungsi pendidikan dalam kebudayaanMembedakan mana yang benar dan
yang salah dalam melaksanakan usaha pendidikan Memberi pegangan agar tidak merendahkan
hal-hal yang sudah lama dan meninggikan yang baru/modern (uptodate) Menyadari bahwa
pendidikan perlu menyesuaikan dengan perubahan dan tuntutan zaman Menyadari bahwa
pendidikan dan tugas pendidik itu penting Mempelajari berbagai contoh atau sistem pendidikan
yang baik (termasuk dalil-dalil/teori pendidikan yang ada sejak dulu)

- Mesir :

Sumber pengetahuan adalah kumpulan nyanyian pujian pada dewa.Penyelenggara pendidikan


adalah para pendeta yang hanya dinikmati oleh pendeta dan prajurit. Tujuannya bersifat susila
keagamaan untuk berbakti pada dewa. Pelajarannya: baca, tulis, hitung, bahasa, ilmu tanah, ilmu
alam, ilmu perbintangan, olahraga (senam dan gulat), dan musik utk upacara agama.
Buku/bahan: bacaan suci sejumlah 42 bh yang diyakini berasal dari Dewa Thoth (Yunani
menyebutnya Hermes > Buku Hermetis). Pusat pendidikan untuk calon pendeta disebut sekolah
kuil ada di Thebe, Heliopolis, dan Memphis. Keseluruhan organisasi kuil disebut Kesatuan
Rumah Seti yang terdiri dari sekolah, perpustakaan berisi gulungan papyrus, dan asrama.

India

Pengajaran agama diutamakan. Dasarnya: Veda. Penyelenggara pendidikan adalah kasta


Brahmana. Yang berhak memperoleh pendidikan hanya kasta Brahmana, Ksatria, dan Waisya.
Tujuan pendidikan untuk mencapai kebahagiaan serta kesempurnaan mistik dengan ilmu
pengetahuan sebagai alatnya.
Pendidikan bagi wanita tidak diperhatikan, kecuali bagi calon penari kuil. Pendidikan dimulai
dengan pemberian munya (kalung suci) sbg tanda diterima dalam lingkungan keagamaan. Munya
diterimakan dalam upacara Upanaya. Brahmana usia 8 th, Ksatria 11 th, Waisya 12 th, Sudra
tidak boleh. Murid tinggal serumah dengan gurunya (sistem guru-kula). Tokoh pendidikan India:
Rabindranath Tagore (1861-1941) Sayyid Ahmad Khan (1817-1898)

Tagore

Cita-citanya:

Pembaharu kebudayaan (modernisasi) Persaudaraan sedunia (tanpa kasta) Pembaharu sosial


(memajukan rakyat)

Gagasannya:

Pentingnya intelektualisme bukan sekedar hal praktis Pentingnya pendidikan agama Sistem guru-
kula (asrama) Seflgovernment (memerintah sendiri)

Lembaga-lembaga pendidikannya:

Santiniketan (Panti Perdamaian) di Bolpur berdiri tahun 1901, berupa lembaga pendidikan
dengan fasilitas lengkap seperti masyarakat kecil tersendiri.

Sriniketan (Panti Kemakmuran) berdiri tahun 1913 berupa sekolah pertanian-perkebunan yang
menjadi tempat percobaan. Didukung oleh Silpa-Bhavana (sekolah pertukangan). Universitas
Visva Bharati berdiri tahun 1921, dengan Fakultas Kala Bhavana (kesenian), Sangit Bhavana
(musik), Shina Bhavana (kebudayaan Tiongkok), dan Hindi Bhavana (Sastra dan Budaya
Hindu).

Ahmad khan

Cita-citanya:

Mengupayakan agar orang Islam dindia bangkit. Ingin mewujudkan masyarakat Islam modern.
Usahanya dalam bidang pendidikan: Mendirikan sebuah Universitas Islam bernama Aligarch
College tahun 1875. Mendirikan organisasi Patriotic Association tahun 1888 untuk membela
kepentingan umat Islam dalam Kongres India.
Penyeenggara : Pendidikan di rumah; sejak usia 6 thn, mendatangkan guru ke rumah, khususnya
dalam keluarga bangsawan/pegawai, pelajaran berhitung dan ilmu bumi. Pendidikan di sekolah;
sejak usia 10 thn, pelajaran berhitung, menulis, membaca, musik, dan menari. Pendidikan untuk
pegawai; setiap warga negara bisa memegang jabatan pemerintahan melalui ujian negara. Bagi
pejabat setiap tiga tahun sekali harus mengikuti ujian ulangan. Kenaikan pangkat juga melalui
ujian.

Lao tse : Seorang ahli mistik.

Menulis tentang Tao (Jalan Tuhan/Sabda Tuhan).

Tao ada di mana-mana, tetapi tidak berbentuk dan tidak dapat diraba, tidak dapat dilihat dan
didengar. Manusia harus hidup selaras dengan Tao dengan menahan hawa nafsu dan berpadu
dengan Tao itu. Peperangan hanya memusnahkan manusia, kebahagiaan tidak dapat dicapai
dengan senjata. Confunsius : Mengajarkan Li (etiket, kewajiban) yang sifatnya praktis dalam
hidup sehari-hari dan mudah dipahami tidak seperti ajaran Lao Tse. Setiap orang harus bertindak
sesuai kedudukannya masing-masing atau Chun-chun, Chen-chen, Fu-fu, Tze-tze (raja menjadi
raja, menteri menjadi menteri, ayah menjadi ayah, dan anak menjadi anak). Jūnzǐ yaitu
mengolah dirinya dengan menguasai nilai-nilai moral dan etika. Rasa kemanusiaan (Rén).
Kesetiaan zhōng (anjuran) dan shù (larangan). Bakti kepada Orang Tua (Xiào/Hiao).

Islam : Islam dan Alquran menjadi sumber pengetahuan. Pendidikan dimulai di masjid-masjid.
Setelah abad Islam ke 4 baru diberikan di madrasah, dan abad 5 di sekolah-sekolah swasta
(Kuttab). Pendidikan diawali dengan pendidikan elementer untuk anak-anak Tujuannya untuk
menanamkan kepercayaan adanya satu Tuhan dan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah yang
terakhir serta menanamkan akhlak sesuai syariat. Di masjid-masjid; berisi baca tulis, Alquran,
mengajarkan berdoa, isi undang-undang, maupun puisi. Di madrasah-madrasah; diajarkan
pengetahuan tentang agama Islam dan ilmu pengetahuan modern. Di Kuttab; untuk anak 9-10
thn, pelajarannya sederhana dan terbatas, hanya baca, tulis, hitung, dan praktik agama.

Yunani : Ciri-ciri:

Sparta Anak adalah milik negara. Tujuan pendidikan untuk membentuk serdadu pembela negara
dan warga negara. Pendidikan diselenggarakan oleh negara bukan keluarga karena hak orang tua
atas anaknya hanya sampai umur 7 thn. Anak yang cacat dan lemah dibunuh. Mengutamakan
pendidikan jasmani, militer. Kesenian diabaikan.

Atena : Ciri-ciri:

Negara hanya mengawasi, pendidikan dilakukan oleh keluarga dan sekolah. Tujuan pendidikan:
membentuk warga negara dengan jasmani dan rohani yang harmonis. Pembentukan jasmani
disebut gymnastis (jalan, gulat, lempar cakram, lompat, lempar lembing > Pentathlon).
Pembentukan rohani disebut muzis (baca, tulis, hitung, musik).

Pitagoras 500-580 SM

Tujuan: membentuk manusia susila-agama Dasar ajaran: jiwa berharga bukan jasad, jiwa dari
Tuhan dan sifatnya kekal, pendidikan untuk kesempurnaan manusia, kesempurnaan adalah
kebajikan (keselarasan jiwa raga, manusia dengan manusia, dan manusia dengan negara)

Socrates

Tuhan merupakan ukuran dari segala sesuatu (Theosentris) bukan manusia Manusia memiliki
pembawaan untuk berbuat baik Ilmu adalah sumber kebajikan Menjadi peletak dasar ilmu
kesusilaan Mengajarkan bahwa filsafat adalah alat untuk mencapai kebajikan Selalu mencari
hakikat dari benda (pengertian-pengertian) Dihukum minum racun karena dianggap mengajarkan
dewa-dewa baru dan meninggalkan dewa-dewa resmi.

Plato

Tujuan pendidikan: membentuk warga negara secara teoretis dan praktis. Tiap manusia bertugas
mengabdikan diri pada negara, maka pendidikan diselenggarakan negara. Permasalahan politik
dapat dipecahkan melalui keadilan. Pendidikan akan membentuk negara susila berdasarkan
keadilan. Pendidikan sebagai alat untuk menempatkan manusia sesuai tempatnya (the right man
in the right place). Membagi ada manusia akal, manusia kehendak, dan manusia hasrat.

Aristoteles

Menghendaki pendidikan negara Kebajikan diperoleh melalui jalan alam, pembiasaan, dan
pembukaan akal. Pendidikan harus mengenal pembawaan dan kecenderungan anak supaya
mendapat bimbingan sebaik-baiknya Sumber pengetahuan ialah pengalaman dan pengamatan
yang menghasilkan bahan berpikir Bapak ajaran daya: daya mengenal dan daya kehendak
Berpendapat bahwa jiwa seseorang pada waktu dilahirkan itu kosong (teori tabula rasa)

Romawi

Pada awal kelahiran negara Romawi muncul keinginan untuk memperluas daerah (ekspansi)
Tujuan pendidikan untuk membentuk manusia yang siap berkorban membela tanah airnya
sebagai tentara Pendidikan diselenggarakan oleh keluarga. Merupakan pendidikan bangsawan,
bukan rakyat. Mengutamakan pendidikan jasmani dan kesusilaan.

Masa kedua : Setelah Roma menjadi imperium, pemudanya memperoleh pendidikan di


universitas-universitas di Yunani. Berkembanglah Hellenisme; membawa perubahan pada pola
kebudayaan, pertanian, pergaulan, dan hukum serta kepercayaan lama tidak berlaku lagi.
Pendidikan tidak lagi praktis namun berpedoman pada filsafat.

Epicurus : Rasa suka sebagai sifat yang utama dan akan dimiliki bila hidup sesuai dengan alam.
Rasa duka harus dihindarkan. Dunia ini penuh dengan kedukaan, maka kita harus memiliki sifat
khali (sunyi, sendiri, dan bebas) untuk mengecap hikmat hidup yang sempurna.

Aliran sota

Kebajikan adalah satu-satunya nilai tertinggi. Kebajikan adalah kebahagiaan. Kebajikan dapat
diraih bila manusia hidup selaras dengan alam. Alam adalah Tuhan dan Tuhan adalah alam
(aliran Pantheisme) Muncullah kebajikan kemanusiaan (humanitas).

Quintilanus

Institutio Oratoria (pendidikan ke arah ahli pidato). Pendidikan harus diberikan selekas-lekasnya.
Anak harus bersekolah. Jangan membentuk kelas besar agar pembawaan seorang anak dapat
dikembangkan. Segala sesuatu jangan berjalan terlalu cepat. Pelajaran harus diselingi permainan.
Jangan menghukum secara fisik. Daya ingatan anak harus dilatih. Gaya bahasa harus menarik
perhatian anak.

Purba :
Kebudayaan maritime Kepercayaan: animisme, dinamisme Kegotongroyongan Adanya ketua
adat dari primus interpares.

Keadaan pendidikan

Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan. Pendidikan dari keluarga dan sifatnya sederhana.
Pendidikan berdasarkan jenis kelamin (keahlian untuk laki-laki, keahlian perempuan). Dua
golongan istimewa: pandai besi (empu) dan dukun. Tujuan pendidikan: mendidik semangat
gotong royong, menghormati para empu, dan taat adat. Belum muncul lapisan masyarakat, belum
feodal.

Hindu budha :

Masuknya : Teori Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra, Arus balik. Teori van Leur: hubungan
dagang antara India (asal dari Hindu dan Budha) dengan Indonesia.

Paham : Percaya trimurti: Brahma, Wisnu, Siwa

Manusia hidup dalam samsara (terikat duniawi). Percaya akan reinkarnasi. Percaya adanya
hukum karma. Jalan keluar dari samsara dengan bertapa mencapai moksa. Raja=penjelmaan
siwa.\

Paham buda: Hidup adalah penderitaan.

Percaya reinkarnasi. Lepas dari samsara: kepercayaan, pertimbangan, perkataan, perbuatan,


penghidupan, usaha, samadi, dan persatuan pikiran yg baik. Ini untuk mencapai nirwana.
Nirwana bukan sorga namun keadaan sempurna tanpa kehendak. Raja=bodhisattwa (calon
Budha). Ada aliran Hinayana (mencapai nirwana dengan usaha pribadi) dan Mahayana
(mencapai nirwana dengan pertolongan yg lain dan para bodhisttwa. Hidup adalah penderitaan.
Percaya reinkarnasi. Lepas dari samsara: kepercayaan, pertimbangan, perkataan, perbuatan,
penghidupan, usaha, samadi, dan persatuan pikiran yg baik. Ini untuk mencapai nirwana.
Nirwana bukan sorga namun keadaan sempurna tanpa kehendak. Raja=bodhisattwa (calon
Budha). Ada aliran Hinayana (mencapai nirwana dengan usaha pribadi) dan Mahayana
(mencapai nirwana dengan pertolongan yg lain dan para bodhisttwa.

Keadaan :
Pengganti empu/guru yaitu Brahmana. Ada guru keraton ada guru pertapa. Menggunakan sistem
guru-kula. Dibawa para pedagang Arab. Pertama masuk di daerah pesisir (ditandai dengan
lepasnya kerajaan-kerajaan pesisir dari kekuasaan kerajaan pedalaman). Perhatikan kemunculan
Demak yg membebaskan diri dari Majapahit (Sirna Ilang Kertaning Bumi=1400c). Islam di
pedalaman nantinya lebih dipengaruhi oleh budaya Jawa (termasuk Hindu Budha). Bukti
bercampurnya Islam dengan budaya Jawa di kerajaan pedalaman: tetap ada pemujaan pada raja,
masyarakat feodal, ada golongan bangsawan-rakyat (patron-klien).

Ajaran : Islam=takluk, menyerahkan diri sepenuhnya pada Allah. Muslim=orang yag patuh pd
Allah. Rukun Islam: mengucapkan syahadat, shalat, puasa, zakat, naik haji.Pendidikan Langgar:
pendidikan awal, bahasa Arab, baca Al Quran sampai khatam. Pendidikan pesantren: model
pondok (asrama), guru disebut kyai, murid disebut santri, santri memberi sumbangan
semampunya bagi pesantren berupa uang atau bahan makanan, santri membawa bekal dari
rumah untuk hidup bersama di pesantren, mata pelajaran penting usuluddin (pokok ajaran), usul
fiqh (penggali hukum dari Al Quran dan Hadits, Fiqh (cabang dari usuluddin), dan ilmu
Arobiyah (bahasa Arab). Di Sumatera Barat disebut Surau, di Aceh disebut Rangkang

VOC

Sekolah VOC pertama di Ambon tahun 1607 Pelajaran: baca, tulis, doa Bahasa pengantar:
Belanda Guru rata-rata pejabat gereja (pendeta) Sekolah VOC pertama di Jakarta tahun 1617
Yang bersekolah hanya anak-anak pegawai

Dendeles

Tahun 1808 Daendels memerintahkan pada para Bupati di Jawa untuk menyebarkan pengajaran
dan tiap distrik harus memiliki sekolah. Belum berjalan pemerintahan jatuh ke tangan Inggris
(Raffles). Tahun 1809 untuk pertama kalinya muncul pendidikan bidan dengan bahasa Melayu.
Tahun 1809 di Cirebon berdiri Sekolah Ronggeng yang ditanggung Sultan Cirebon untuk
memajukan tarian rakyat

Rafles

Raffles tidak terlalu perhatian dengan pengajaran namun sangat peduli terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan Menulis Buku History of Java Bersama Marsden menulis Sejarah Sumatera,
Kamus Melayu, dan Tata Bahasa Melayu Menyokong penyelidikan Horsfield tentang botani.
Memerintahkan Colin Mackenzie untuk menyelidiki kedudukan hak milik tanah di Pulau Jawa

Tanam paksa

Dalam tanam paksa butuh tenaga ahli dan buruh. Untuk itu dibutuhkan sekolah. Akan tetapi
karena kesulitan keuangan maka pendirian sekolah dibatasi. Tahun 1848 kebutuhan akan
pegawai murah mulai terpenuhi. Tujuan sekolah bukan untuk mendidik rakyat atau
meningkatkan taraf hidup rakyat, namun untuk kepentingan penjajah memperoleh pegawai
murah.

Sekolah buniputera

Kesulitan: Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar, dan kurang tenaga guru. Bahasa pengantar
diganti menjadi Bahasa Melayu bahkan bahasa daerah setempat. Bangunan sekolah di daerah-
daerah didirikan oleh pemerintah daerah (Bupati). Awalnya para siswa duduk di tanah (tanpa
kursi) > Budaya Feodal. Tidak ada pembagian kelas (jenjang), semua disatukan. Pelajaran lebih
untuk mendidik calon pegawai (menggambar, berhitung, dan pertanian). Siswa berasal dari
golongan priyayi dan anak pegawai. Siswa sebagian besar laki-laki. Lama belajar tergantung
pada kemampuan dan keinginan siswa. Pengawasan melalui Inspektur Pengajaran Bumiputera.
Belanda membentuk Hoofdcommissie tahun 1827 untuk mengatur pengajaran bagi anak-anak
Belanda dan Indonesia yang Kristiani

Liberal

Tujuan sekolah tidak hanya mendidik calon pegawai namun mendidik rakyat secara umum..
Politik liberal membawa pengaruh: perluasan pengajaran bumiputera, kesempatan sekolah
terbuka bagi anak-anak Indonesia dan Tionghoa untuk masuk sekolah-sekolah Belanda, semua
jabatan negeri terbuka bagi setiap orang melalui ujian pegawai. Ujian pegawai meliputi: Klein-
ambtenaarsexamen untuk pegawai rendah yang harus bisa mengerti Bahasa Belanda, (klerk,
telegrafis) dan Groot-ambtenaarsexamen untuk pejabat menengah (pegawai Binnenlands
Bestuur/pamong praja, kontroleur, pegawai administrasi)

Jenis bumiputera
Speciale School (sekolah istimewa), merupakan bentuk peralihan antara Sekolah Belanda dengan
Sekolah Bumiputera. Contoh di Ambon, Depok, Magelang>militer. Hoofdenschool (sekolah
menak), untuk anak-anak bumiputera agar dapat melanjutkan pendidikan lebih tinggi setelah dari
sekolah rendah bumiputera. Kebanyakan untuk calon pegawai dan mengajarkan Bahasa Belanda.
Contoh di Tondano (Minahasa), Bandung, Magelang, Probolinggo. Hasil belajar di sekolah-
sekolah Bumiputera kurang memuaskan pemerintah kolonial karena pelajarannya terlalu padat.

Pemerintah mulai memperhatikan pendidikan untuk rakyat..Ada dua kebutuhan di bidang


pendidikan: lapisan atas butuh pendidikan yang dapat membawanya pada kemajuan dan lapisan
rendah yang dianggap cukup diberi pengetahuan pokok (baca, tulis, hitung) Muncul Staatsblad
1893 Nomor 125 yang membagi sekolah bumiputera: Sekolah kelas I untuk anak priyayi dan
aristocrat. Sekolah kelas II (Angka Loro) untuk anak rakyat jelata. Kelak ada perubahan mulai
1914 Sekolah kelas I menjadi HIS (Hollands Inlandse School) dgn Bahasa Belanda sebagai
bahasa pengantar. Sekolah kelas II disebut juga Sekolah Vervolg (Sekolah Sambungan atau
Sekolah Desa) > Sekolah Rakyat (SR)

Kelas I Kelas II

Tujuan Kebutuhan akan pegawai Pengajaran rakyat umum

Lama belajar 5 tahun 3 tahun

Mata pelajaran Baca, tulis, hitung, ilmu bumi, sejarah, ilmu Baca, tulis, hitung
alam, menggambar, dan ilmu ukur tanah

Uang sekolah Minimum f (florijn=gulden) 1/bln Tak ditentukan

Guru Lulusan Kweekschool (sekolah guru) Tidak ada syaratnya


Bahasa pengantar Bahasa daerah atau Melayu+Bahasa Bahasa daerah atau Melayu
Belanda

Akibat perkembangan bumiputera

Reorganisasi Hoofdenschool menjadi kursus 3 tahun atau pendidikan 2 tahun bagi calon pegawai
pemerintah. Tahun 1900 berubah menjadi OSVIA (Opleiding School voor Inlandse Ambtenaren)
untuk mendidik pegawai pemerintah bumiputera selama 5 thn. Tahun 1927 berubah menjadi
MOSVIA (Middelbare Opleiding School voor Inlandse Ambtenaren). Dibatasinya anak-anak
pribumi yang masuk ke sekolah-sekolah Belanda

Perkembangan perbaikan bumiputera

Memberi corak dan sifat ke-Belanda-belandaan pada sekolah-sekolah Kelas I dengan memberi
pelajaran Bahasa Belanda. Mendirikan sekolah-sekolah desa, sekolah Vervolg (Sekolah
Sambungan), dan mengubah Sekolah Kelas II menjadi sekolah Vervolg

MULO :

MULO merupakan kelanjutan dari HIS (Sekolah Kelas I) MULO pertama berdiri tahun 1914,
sejak zaman Jepang hingga sekarang MULO berubah nama menjadi SMP. MULO berfungsi
sebagai onderbouw (tingkatan bawah) dari sekolah kejuruan menengah dan pendidikan
menengah

AMS merupakan kelanjutan dari MULO. Pada zaman Jepang disebut Sekolah Menengah Tinggi,
sejak kemerdekaan menjadi Sekolah Menengah Atas (SMA).AMS dibagi menjadi dua bagian:
Bagian A: Ilmu Pengetahuan Kebudayaan

- A1= bagian kesusasteraan Timur

- A2 = bagian klasik Barat

- Bagian B: Ilmu Pengetahuan Kealaman


AMS pertama kali di Yogyakarta tahun 1919 (bagian B). Tahun 1920 didirikan bagian A2 di
Bandung dan A1 di Solo. AMS bagian B sederajat dengan HBS (Hogere Burger School) khusus
untuk anak-anak Belanda dan beberapa bangsawan. HBS merupakan sekolah menengah
(MULO+AMS sekaligus) dengan lama 5 thn.

Pendidikan Guru: Untuk Sekolah Desa: (1) sistem magang bagi lulusan sekolah kelas II atau
Verlolg, jika lulus ujian dari penilik sekolah dan mantri guru (kepsek) diangkat sebagai guru
bantu sekolah desa. (2) CVO (Cursus Volks Onderwijzer) berupa kursus 2thn dari lulusan
sekolah kelas II. Untuk Sekolah Kelas II (Vervolg): (1) sistem magang, (2) normaalcursus 2 thn,
(3) Normaalschool 4 thn, (4) Kweekschool dari lulusan HIS mulanya 6-4 thn. Untuk HIS: (1)
Normaalschool, (2) Kweekschool, (3) Hogere Kweekschool, (4) Holland Inlandse Kweekschool
(HIK), (5) Kursus Hoofdacte.

Pertukangan

Tukang biasa. Tukang untuk mengisi jabatan seperti masinis, montir. Pengajaran teknik:
Koningin Wilhelmina School (KWS) di Jakarta tahun 1906, sekarang setingkat STM

2. Perniagaan (Sekolah Dagang Rendah, Sekolah Dagang Menengah)

3. Pertanian (Cultuurschool di Bogor, Middelbare Landbouw School)

Sekolah Tinggi

Sekolah Teknik Tinggi (Technische Hoge School/THS) 1920 di Bandung. Sekolah Hakim
Tinggi (Rechtskundige Hoge School/RHS) 1924 di Jakarta. Sekolah Tabib Tinggi
(Geneeskundige Hoge School/GHS) 1927 di Jakarta. Sebelumnya tahun 1851 dibuka sekolah
untiuk calon mantri cacar. Sekolah ini diubah menjadi Sekolah Dokter Jawa. Tahun 1902 diubah
menjadi STOVIA (School Ter Opleiding van Indische Artsen).

Jepang

Semangat Hakko Ichiu > kemakmuran bersama Asia Timur Raya. Jepang datang menyebut
dirinya Saudara Tua (Nippon Cahaya, Pelindung, dan Pemimpin Asia). Penanaman paham
Jepang dilakukan melalui pelatihan guru-guru sebagai penyebar ideologi baru.
Perubahan :

Dihapuskannya dualisme pengajaran (sekolah rendah vs sekolah elite, sekolah bumiputera vs


sekolah Barat). Muncul Sekolah Rakyat 6 tahun (Kokumin Gakkoo). Susunan pengajaran
menjadi: SR (6 tahun), Sekolah Menengah (3 tahun), Sekolah Menengah Tinggi (3 tahun)
Penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Di samping budaya Jepang juga
diperkenalkan dan Bahasa Jepang menjadi mapel wajib.

Isi pengajaran

Dijadikan alat propaganda untuk kepentingan perang. Sering melakukan kerja bakti
(kinrohooshi). Membuat kompos, membasmi hama tikus, menanam pohon jarak. Latihan jasmani
(senam) dan militer. Dibentuk barisan-barisan seperti: Seinentai (murid SR) dan Gakutotai
(murid Sekolah Lanjutan). Setiap hari diucapkan sumpah pelajar, nyanyian Jepang, upacara
bendera, dan penghormatan ke arah matahari terbit (seikere)

Pendidikan Guru:

SG (Sekolah Guru); 2 tahun > Sjootoo Sihan Gakkoo

SGM (Sekolah Guru Menengah); 4 tahun > Cuutoo Sihan Gakkoo

SGT (Sekolah Guru Tinggi); 6 tahun > Kootoo Sihan Gakkoo

Isi PKKI

Dalam PPKI dibentuklah Sub Panitia Pendidikan dan Pengajaran. Ketua: Ki Hajar Dewantara.
Anggotanya: Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat, Prof. Dr. Asikin, Prof. Dr. Rooseno, Ki Bagus
Hadikusumo, dan Kyai Haji Masykur. Tugasnya merumuskan rencana cita-cita dan usaha
pendidikan. Hasilnya ada 10 pasal. Pada pasal 2 tercantum dasar dan tujuan pendidikan nasional
yaitu “Dalam garis-garis adab perikemanusiaan, seperti terkandung dalam segala pengajaran
agama, maka pendidikan dan pengajaran nasional bersendi agama dan kebudayaan bangsa serta
menuju ke arah keselamatan dan kebahagiaan masyarakat”

Kemerdekaan
Didasarkan pada rencana usaha pendidikan/pengajaran yang telah disusun oleh PPKI.Menteri
Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PP dan K), Ki Hajar Dewantara mengeluarkan
instruksi umum yang memerintahkan kepada semua kepala sekolah dan guru untuk:
Mengibarkan Sang Merah Putih tiap hari di halaman sekolah. Menyanyikan lagu kebangsaan
Indonesia Raya. Menghentikan pengibaran bendera Jepang dan menghapuskan nyanyian
Kimigayo. Menghapuskan pelajaran Bahasa Jepang dan segala upacara yang berasal dari
pemerintah Jepang. Memberi semangat kebangsaan pada para murid

UUD 45

Pembukaan UUD 1945 al 4 “… mencerdaskan kehidupan bangsa…”

Pasal 31 tentang pendidikan

(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan

(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional

Pasal 32 tentang kebudayaan “Pemerintah memajukan kebudayaan nas”

Pasal 36 tentang bahasa “Bahasa negara adalah Bahasa Indonesia”

PPKI

Tahun 1946, Menteri PP dan K (Mr. Soewandi) membentuk Panitia Penyelidik Pendidikan dan
Pengajaran yang diketuai Ki Hajar Dewantara.Tugasnya meninjau kembali dasar-dasar, isi,
susunan, dan seluruh usaha pendidikan. Tugas panitia ini sempat terhambat Agresi Militer
Belanda

Kongres penddkn SOLO

Diselenggarakan tanggal 4-7 Maret 1947 di Solo. Kongres Pendidikan Indonesia dipimpin oleh
Prof. Sunaryo Kolopaking. Tujuannya meninjau kembali berbagai masalah pendidikan dan
pengajaran. Kongres ini berasal dari inisiatif rakyat.(para cendekiawan) bukan
pemerintah.Dibentuk tahun 1948 Menteri PP dan K (Mr. Ali Sastroamidjojo) Ketuanya Ki Hajar
Dewantara. Tugasnya menyusun UU Pokok Pendidikan dan Pengajaran di sekolah. Panitia ini
bekerja dengan memperhatikan hasil-hasil pekerjaan panitia terdahulu dan Kongres Pendidikan
di Solo

Kongres Yogya

Permasalahan pendidikan semakin bertambah dan harus segera dicari solusinya. Diselenggarakan
kongres pendidikan kedua di Yogyakarta tahun 1949. Permasalahan yang dihadapi terutama
mengenai dasar-dasar pendidikan, hubungan antara pendidikan dan kebudayaan, dsb. Saat itu
Menteri PP dan K dijabat oleh Ki S. Mangunsarkoro. Harapannya hasil kongres dapat
bermanfaat untuk menyusun UU Pokok Pendidikan dan Pengajaran.

Lahirnya UU

UU No 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekiolah (UUPP)


disahkan oleh Presiden Negara Bagian RI di Yogyakarta, Mr. Assaat dan Menteri PP dan K, Ki
S. Mangunsarkoro.Untuk sementara UU ini hanya berlaku di Negara Bagian RI. Akan tetapi
setelah kembali NKRI dibentuk tangal 17 Agustus 1950, UU ini untuk sementara tetap berlaku.
UU ini akhirnya diterima secara sah oleh DPR dan diundangkan oleh pemerintah NKRI pada 18
Maret 1954 sebagai UU No 12 Tahun 1954. Pemerintah juga membentuk komisi untuk
menyempurnakan UU ini yang diketuai oleh Katopo. Sayangnya hasil-hasilnya tidak konkret.
Begitu pula dengan Majelis Pendidikan Nasional (Mapenas) yang dibentuk oleh Menteri P dan
K, Dr. Priyono pada tahun 1963 tak jua membuahkan hasil.

Isi UU

Tujuan pendidikan dan pengajaran adalah membentuk manusia susila yang cakap dan warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
Pendidikan dan pengajaran berdasar atas asas Pancasila, UUD 1945, dan kebudayaan
kebangsaan Indonesia. Dasar pendidikan nasional adalah Falsafah Negara Pancasila Tujuan
pendidikan nasional adalah membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan ketentuan-
ketentuan dalam Pembukaan dan Batang tubuh UUD 1945

Tap mprs no. xxvii/mprs/1966 Isi pendidikan nasional meliputi:

1. Mempertinggi mental, moral, budi pekerti, dan agama


2. Mempertinggi kecerdasan dan keterampilan

3. Membina atau mengembangkan fisik yang kuat dan sehat

Pengajaran Rendah :Mengubah semua SR 3 tahun menjadi SR 6 tahun, memperbaiki tingkatan


dan mutu pelajaran, dan menambah jumlah SR. Mendirikan gedung-gedung baru, menyewa
rumah-rumah rakyat untuk sekolah, dan mengadakan sistem dua kali mengajar dalam sehari
(sekolah pagi dan sekolah siang). Tiap-tiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
diterima menjadi murid suatu sekolah asal memenuhi syarat. Menghapuskan diskriminasi dan
penggolongan sekolah. Putusan Menteri PP dan K (Mr. Soewandi) No 235/A tanggal 18 Maret
1947 ditetapkan Rencana Pelajaran (RP) untuk SR. RP memuat materi ajar sesuai jenjang
kelasnya. Mulai tahun 1964 nama SR diubah menjadi Sekolah Dasar (SD). Mulai tahun 1968
dilaksanakan kurikulum SD yang baru. Ada dua macam yaitu SD dengan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar dan SD dengan Bahasa Daerah sebagai bahasa pengantar.

Pengajaran Guru

Terjadi kekurangan guru SD, maka pemerintah memperbanyak jumlah SGB (Sekolah Guru B) 4
tahun, dan mempekerjakan tenaga guru magang lulusan SD 6 tahun. Mulai tahun pelajaran 1956-
1957, tenaga guru dari SGA (Sekolah Guru A) 6 tahun mulai mengajar di SD. Sebelumnya
lulusan SGA hanya untuk mengajar di Sekolah Lanjutan Pertama (SLP/SMP). Harapannya
paling lambat tahun 1961 kekurangan tenaga pengajar di SR dapat dipenuhi.

Sekolah guru c (sgc/SG 2 tahun

Menerima lulusan SR. Hanya berjalan 1,5 tahun karena kurang didukung masyarakat (tanggung).
Diubah menjad SGB

Sekolah guru b (sgb/sg 4 tahun)

Menerima lulusan SR yang lulus ujian masuk SLP.Pada dasarnya 3 tahun SMP+1 tahun
pelajaran kejuruan guru.Ada juga kelas IV SGB yang diperuntukan bagi lulusan SMP. Lulus dari
SGB dapat melanjutkan ke SGA melalui seleksi

Sekolah guru a (SGA/SG 6 tahun/SPG)


Menerima lulusan SMP, SGB, atau murid SGB kelas III yang naik ke kelas IV dan lolos seleksi
langsung ke SGA.Pada perkembangannya ketika semua calon guru harus lulusan SGA, maka
SGA berubah menjadi Sekolah Pendidikan Guru.

Kursus : Bertujuan untuk:

1. Memperbaiki mutu guru SD yang belum berijazah SGB

1. Kursus Lisan Persamaan SGB (KLPSGB)

2. Rukun Belajar Kursus Tertulis Persamaan SGB (RBB)

3. Kursus Guru B (KGB)

2. Memperluas pengetahuan guru SR yang berijazah SGB agar dapat melanjutkan ke SGA

1. Kursus Lisan Persamaan SGA (KLPSGA)

2. Rukun Belajar Kursus Tertulis Persamaan SGA (RBA)

3. Kursus Buru A (KGA)

Usaha Pendidikan 1980

Melakukan berbagai konferensi resmi membicarakan pembaruan pendidikan. Mengadakan


seminar-seminar merumuskan isi dan cara menyajikan pelajaran (Seminar Sejarah, Seminar Ilmu
Bumi, dsb). Menerbitkan majalah pendidikan seperti: Pewarta PP dan K, Sekolah Kita, Sekolah
Lanjutan Kita, Warta Kejuruan, Medan Bahasa, dan Budaya. Mendirikan Balai Penyelidikan dan
Perancang Pendidikan dan Pengajaran (BP4) untuk mengurusi beberapa sekolah percobaan
sebagai model SR. Menetapkan beberapa SGB sebagai pilot project yang merintis pembaruan
pendidikan guru dan memupuk kerja sama dengan masyarakat. Menyelenggarakan Kursus
Science Teaching (KST) di beberapa SD tahun 1955 yang memberikan kecakapan berpikir
secara kritis dan ilmiah untuk memecahkan permasalahan sehari-hari.Mendirikan Teaching Aids
Centre (TAC) atau Balai Pendidikan Keperagaan (BPK) tahun 1956 di Bandung yang membuat
alat-alat peraga pendidikan khususnya audio visual, dan menyebarkan metode audio visual
instruction.
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI EROPA

Pengaruh Kristiani

Tujuan hidup manusia tidak hanya di dunia fana namun di juga di alam baka.

Sifatnya monotheisme.

Manusia sama derajatnya sebagai makhluk Tuhan.

Sekolah abad tengah

Berakar pada pandangan hidup Katolik

Sekolah biara

Sekolah Katedral; mirip sekolah biara namun bertempat di gereja Uskup

Renaissance=kelahiran kembali, reaksi terhadap sikap hidup di abad pertengahan. Ingin bebas
dari ikatan abad pertengahan dan mencari pedoman baru. Mendorong untuk mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan. Banyak mempelajari peradaban klasik, mata pelajaran utama: bahasa
Latin dan Yunani, mengutamakan kecerdasan dan keindahan sementara pendidikan agama makin
terdesak.

Humanism

Dipelopori oleh: Petrarca dan Boccaccio. Pusat gerakan: Florence. Kebenaran, kesusilaan,
keindahan dicari pada diri manusia sendiri. Tujuan pendidikan: membentuk manusia yg bebas
(lepas dari ikatan gereja, individualistis), berani (percaya diri sendiri), dan bahagia (kenikmatan
duniawi). Dipelopori: Luther, Calvin, Zwingli. Pusat: Jerman, Perancis, Zurich. Reformasi
merupakan reaksi terhadap gereja, kembali pada ajaran Injil yg murni, menyangkal kekuasaan
Paus dan konsili-konsilinya. Bercorak individualistis, menentang kekuasaan gereja, untuk
segenap lapisan, Injil sbg firman Tuhan.

Kontra Reformasi

Gereja Katolik ingin memperbaiki diri, keluarlah Konsili Trente. Memperluas pendidikan dengan
mendirikan seminari untuk semua golongan. Pelopor utamanya ialah para Jesuit di bawah
Ignatius de Loyola. Realisme meninggalkan cara klasik, mengarahkan perhatian pd dunia nyata
(alam dan benda). Munculnya Ilmu Alam> Copernicus (teori heliosentris)

Tokohnya:

Francis Bacon (metode induksi dlm pgtahuan). Johann Amos Comenius (pendd. budi pekerti).
Jean Baptiste de La Salle (reward-punishment).Aufklarung: Pencerahan terhadap manusia dari
abad kegelapan (abad pertengahan). Manusia percaya akal budi, rationalisme, munculnya
toleransi beragama, sekularisme.Negara wajib menyelenggarakan pendidikan. Empirisme :
Sumber pengetahuan adalah pengalaman. Dipelopori Bacon dgn metode induksi (pengalaman-
pengalaman>>>>>teori/Ilmu).Rasionalisme ; Sesuatu itu benar bila sesuai dengan akal pikiran.
Rasionalisme menempatkan akal budi di atas wahyu Illahi. Maka agama harus dapat dibuktikan,
Tuhan harus dapat diterima oleh akal manusia.Teori induksi (empirik) juga diragukan
kebenarannya.

John Lock

Mencetuskan teori tabula rasa: jiwa waktu dilahirkan itu kosong dan pasif. Pendidikan itu maha
kuasa, semua pengetahuan datangnya dari luar diri manusia, bahan pelajaran harus bermanfaat
dan bernilai praktis

Jj rusou : Sifat pendidikan harus individualistis. Setiap anak itu berpembawaan baik, jika
menjadi buruk itu karena pengaruh luar yang buruk. Pendidikan menganut asas kebebasan,
pendidikan untuk mengurangi pengaruh luar yg jahat itu.

Pendidikan sosial

Dipengaruhi oleh Revolusi Perancis, Revolusi Industri.

Tokoh:- Johan Heinrich Pestalozzi

- Johan Friedrich Herbart

- Friedrich Frobel
Pancaroba : Pedagogi individuil: individu sbg objek penddkn.Pedagogi kepribadian: hasil
penddkn tergantung pada kepribadian si pendidik. Persamaan antara pedagogi individuil dengan
kepribadian> mencetak anak dgn pribadi yg kuat

Tokoh: - Maria Montessori

- Helen Parkhurst (Sekolah Dalton)

Pedagogi sosial

Keprihatinan bahwa pendidikan tidak lagi memiliki fungsi kemasyarakatan

Tokoh:- John Dewey > sekolah memiliki tujuan sosial, sekolah itu masyarakat dlm bentuk kecil,
sekolah harus berguna bg pembentukan sosial. Pengetahuan harus diuji dan bernilai praktis.

George Kerschensteiner > mendirikan sekolah kerja untuk pembentukan warga negara

Menggunakan metode eksperimen. Melakukan observasi pada anak secara sistematis,


menggunakan angket dan statistic. Tokoh:- Ovide Decroly > menemukan metode untuk
mengetahui inteligensi anak (pengembangan tes Binet-Simon). Sekolah harus mengajarkan
pokok-pokok minat siswa.

Jan Ligthart > perlunya kasih sayang dalam mendidik, bukan hukuman

Usaha pendidikan bagi anak-anak di Indonesia untuk pertama kalinya diberikan pemerintah
kolonial Hindia Belanda pada tahun 1848. Kebijakan pemerintah saat itu adalah mendirikan
sekolah bagi bumiputera yang bertujuan untuk menghasilkan pegawai administrasi Belanda yang
terampil, murah dan terdidik. Hasil pendidikan itu kemudian dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kerja dan industri. Sejak dilaksanakan politik etis pada awal abad ke 20, ada
upaya dari beberapa tokoh liberal Belanda, misalnya Van Deventer, untuk mengarahkan
pendidikan bagi anak Indonesia demi pembebasan dari ketidakmatangan berdiri di atas kaki
sendiri. Di lain pihak, kebutuhan akan tenaga-tenaga terdidik dan ahli telah mendorong
pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan sekolah-sekolah secara berjenjang.

Berikut ini kami ulas satu per satu jenjang pendidikan di masa itu:

Pendidikan Rendah Setingkat SD. 


Pendidikan rendah terdiri atas sekolah-sekolah yang berbeda bahasa pengantarnya, yaitu sekolah
rendah dengan bahasa pengantar bahasa Belanda dan bahasa daerah.
A. Sekolah Rendah dengan Bahasa Pengantar Bahasa Belanda

Europeesche Lagere School (ELS) atau Sekolah Rendah Eropa yang diperuntukan bagi
keturunan Eropa, keturunan timur asing atau pribumi dari tokoh terkemuka. ELS yang pertama
didirikan pada tahun 1817 dengan lama sekolah 7 tahun. Eerste Klasse School atau Sekolah
Kelas Satu yang diperuntukan bagi penduduk non Eropa. Sekolah rendah ini ada 2 jenis
berdasarkan kelompok sasaran, yaitu: Hollandsch-Chineesche School (HCS) atau Sekolah Cina-
Belanda, diperuntukan bagi penduduk keturunan timur asing, khususnya keturunan Cina. HCS
yang pertama didirikan pada tahun 1908 dengan lama belajar 7 tahun. Hollandsch-Inlandsche
School (HIS) atau Sekolah Bumiputra-Belanda diperuntukan bagi keturunan Indonesia asli yang
umumnya anak bangsawan, tokoh terkemuka, atau pegawai negeri. HIS yg pertama didirikan
pada tahun 1914 dengan lama belajar 7 tahun.

B. Sekolah Rendah dengan Bahasa Pengantar Bahasa Daerah.

Twede Klasse School atau Sekolah Kelas Dua, disediakan untuk golongan pribumi dengan lama
belajar 5 tahun. Sekolah rendah ini pertama didirikan pada tahun 1892. Volksschool atau
Sekolah Desa yang disediakan untuk anak-anak golongan pribumi dengan lama belajar 3 tahun.
Sekolah Desa yg pertama di dirikan pama tahun 1907. Vervogschool atau Sekolah Sambungan
sebagai kelanjutan dari Sekolah Desa untuk golongan pribumi dengan lama belajar 2 tahun.
Vervogschool yang pertama didirikan tahun 1914.  Schakelschool atau Sekolah Peralihan yaitu
sekolah peralihan dari Sekolah Desa ke sekolah dasar dengan bahasa pengantar bahasa Belanda.
Lama belajarnya 5 tahun dan diperuntukkan bagi golongan pribumi. Lulusan sekolah peralihan
dapat melanjutkan ke MULO.

Pendidikan Menengah Setingkat SMP/SMA 

Jenis pendidikan menengah lanjutan di antaranya sbb: Meer Uitgebreid Lager Onderwijs
(MULO) atau Pendidikan Rendah yang Diperluas merupakan kelanjutan dari sekolah rendah
yang menggunakan pengantar bahasa Belanda dengan lama belajar 3-4 tahun. Sekolah ini
diperuntukkan bagi golongan pribumi dan timur asing dan pertama kali di dirikan pada tahun
1914. Algemeene Middelbare School (AMS) atau Sekolah Menengah Umum merupakan
kelanjutan dari MULO berbahasa Belanda dan diperuntukkan bagi golongan pribumi dan timur
asing. Lama belajar 3-4 tahun dan pertama di dirikan pada tahun 1915. AMS terdiri dari 3
jurusan, yaitu A1 jurusan Sastra Timur, A2 jurusan Klasik Barat, dan B jurusan Pengetahuan
Alam.  Hoogere Burger School (HBS) atau Sekolah Tinggi Warga Masyarakat merupakan
sekolah kelanjutan dari ELS yang disediakan untuk golongan Eropa, bangsawan golongan
pribumi, atau tokoh terkemuka. Sekolah ini menggunakan bahasa pengantar Belanda dan
pendidikannya berorientasi ke barat. Lama belajar 3 tahun. Jenis sekolah ini disebut pula dengan
Gymnasium dan pertama di dirikan pada tahun 1860. Adapula HBS yang menyelenggarakan
pendidikan selama 5 tahun yang didirikan pada tahun 1867. Opleiding School Voor Indische
Ambtenaren (OSVIA) atau Sekolah Pendidikan Pegawai Pribumi berdiri pada tahun 1900
dengan lama belajar 5 tahun dan menerima lulusan ELS. Pada tahun 1927 OSVIA ditingkatkan
menjadi setaraf SMA menjadi Middelbaar Opleiding School Voor Indische Ambtenaren
(MOSVIA) dengan lama belajar 3 tahun dan menerima lulusan MULO (1) School to Opleiding
Van Inlandse Artsen (STOVIA) atau Sekolah untuk Mendidik Dokter Pribumi (sekarang menjadi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) yang didirikan di Jakarta pada tahun 1902 dengan
lama belajar 7 tahun. Sekolah ini semula menerima lulusan ELS, kemudian ditingkatkan
menerima lulusan MULO. Pada tahun 1913 didirikan sekolah sejenis di Surabaya , yaitu
Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS), saat ini menjadi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga.

Pendidikan Menengah Setingkat SMP/SMK 


Pendidikan menengah kejuruan didirikan dengan tujuan memberikan pendidikan pertukangan,
teknik, dagang, pertanian dan kewanitaan. Jenis-jenis sekolah kejuruan tersebut antara lain
sbb:Ambachts Leergang adalah sekolah pertukangan dengan pengantar bahasa daerah. Sekolah
ini menerima lulusan Twede Klasse School dan Vervolgschool. Selama 2 tahun pertama
diberikan pengetahuan mengenai perkayuan dan besi. Tahun-tahun berikutnya diberi tambahan
pengetahuan dan ketrampilan , seperti montir mobil, mebel, listrik atau pertukangan tembok.
Sekolah yang pertama berdiri tahun 1881. Ambatchtsschool adalah sekolah pertukangan dengan
pengantar bahasa Belanda. Sekolah ini menerima lulusan HIS, HCS dan Schakelschool. Sekolah
ini bertujuan mencetak mandor dengan keahlian antara lain : montir mobil, mesin, listrik, kayu
dan penata batu. Lama pendidikan 3 tahun.  Technisch Onderwijs atau Pendidikan Teknik adalah
lembaga pendidikan lanjutan bagi Ambachtsschool dengan lama belajar 3 tahun. Sekolah ini
pertama berdiri tahun 1906.  Handels Onderwijs atau Pendidikan Dagang adalah jenis sekolah
ekonomi yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan Eropa. Sekolah ini pertama
berdiri tahun 1914 dengan lama pendidikan 3 tahun.  Landboure Onderwijs atau Pendidikan
Pertanian merupakan sekolah yang bertujuan memenuhi keperluan penduduk agraris dan
perusahaan perkebunan Eropa. Sekolah ini berdiri pertama kali tahun 1903 dengan lama
pendidikan 3-4 tahun.  Meisjes Vakonderuijs atau pendidikan Kejuruan Wanita dengan lama
belajar sekitar 3 tahun. Jenis sekolah ini pertama kali berdiri tahun 1918.  Kweeksschool atau
Sekolah Keguruan merupakan lembaga keguruan tertua yang sudah ada sejak permulaan abad ke
19. Sekolah yang pertama berdiri tahun 1851.
Pendidikan Tinggi.
Pada dasawarsa kedua abad ke 20, mulailah di didirikan pendidikan tinggi bagi golongan
pribumi. Beberapa pendidikan tinggi yang terkenal yaitu sbb:.Geneeskundige Hooge School
(GHS) atau Sekolah Tinggi Kedokteran. Sekolah ini didirikan di Jakarta pada tahun 1927 dan
menerima lulusan AMS atau HBS dengan lama belajar 6 tahun.  Rechtskundige Hooge School
(RHS) atau Sekolah Tinggi Hukum yang didirikan tahun 1924 dan menerima lulusan AMS dan
HBS dengan lama belajar 5 tahun.  Technische Hooge School (THS) atau Sekolah Tinggi Teknik
yang merupakan lembaga pendidikan tinggi teknik yang di dirikan di Bandung pada tahun 1920.
Lembaga ini sekarang dikenal sebagai Institut Teknologi Bandung (ITB). Pemerintah Hindia
Belanda juga mendirikan sekolah Zending, yakni sekolah yang mempunyai tujuan penyiaran
agama Kristen Protestan. Sekolah Zending diantaranya sbb: Nederlandsche Zendingsvereeniging
di Jepara (1852) dan Bandung (1858).  Utreehtsche Zendingsvereeniging di Papua, Halmahera
dan Buru (1859).  Nederlandsche Gereformeerde Zendingsvereeniging di Jawa Tengah (1859). 
Rheinische Missiongessellschaft di Sumatra Utara (1861).. . . . .
Kesempatan untuk mengenyam pendidikan pada jenjang-jenjang pendidikan di atas hanya
dinikmati oleh sebagian kecil anak Indonesia yang mempunyai intelektual, motivasi dan
keuangan yang cukup. Segala upaya di tempuh pemerintah Hindia Belanda untuk mempersempit
kesempatan belajar dan mengusahakan pendidikan serendah atau selambat mungkin. Sistem
gradualisme pendidikan memang dijalankan secara ketat, tetapi politik etis di bidang edukasi
justru telah melahirkan kaum intelektual minoritas yang sangat membahayakan kedudukan
pemerintah kolonial Hindia Belanda saat itu.
 MEER UITGEBREID LAGER ONDERWIJS (MULO)
Adalah bagian dari sistim pendidikan zaman kolonial Belanda di Indonesia. Sekolah lanjutan
tingkat pertama singkatan dari Meer Uitgebreid Lager Onderwijs dengan tingkatan yang sama
dengan smp / sltp pada masa kini. MULO menggunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa
pengantar. Pada akhir tahun 30-an, MULO sudah ada hampir di setiap kota kawedanaan
( Kabupaten ). 
Berbagai faktor mempengaruhi didirikannya MULO:

 Murid-murid Indonesia yang puluhan ribu jumlahnya pada Sekolah Kelas Satu tak mungkin
dibiarkan begitu saja tanpa memberi kesempatan untuk melanjutkan pelajarnnya, padahal anak
Cina yang sebenarnya asing, telah diberikan kesempatan yang serupa itu.
 Berbagai kursus persiapan bagi calon-calon pendidikan pegawai, ahli hukum, dokter, dan
sebagainya, ternyata tidak serasi dan harus diganti dengan MULO. Sebelumnya hanya lilusan
ELS yang diterima untuk berbagi sekolah latihan ituyang menyebabkan membanjirnya anak-
anak Indonesia ke ELS. Jadi MULO juga dimaksud untuk membendung “invasi” anak-anak
Indonesia ke ELS.
 MULO didirikan sebagai lembaga pendidikan nonrasial. Dari segi organisasi MULO mempunyai
kedudukan yang sangat penting. Dengan adanya MULO dan diubahnya Sekolah Kelas Satu
menjadi HIS, maka anak-anak Indonesia mempunai kesempatan untuk dapat memperoleh
kesempatan pendidikan setinggi-tingginya.
 MULO akhirnya meniadakan ujian untuk pegawai rendah (Klein Ambtenaars Examen). MULO
membuka jalan untuk dapat melampui batas-batas sosial dan merupakan badan yang ampuh
untuk menghilangkan dominasi aristokrasi.

Program kurikulum terdiri atas 4 bahasa: Belanda, Perancis, Inggris, dan Jerman. Setengah dari
waktu digunakan untuk pelajaran bahasa, sepertiga untuk matematika dan ilmu pengetahuan
alam, dan seperenam untuk ilmu pengetahuan sosial.

1.Lulusan Mulo
Mereka yang berhasil menamatkan mulo kebanyakan melanjutkan studi, ada juga yang ke
sekolah kejuruan, sebagian ke HBS ataupun AMS. Maka MULO mempunyai tiga fungsi yakni:
a. Sebagai substruktur AMS,
b. Sekolah persiapan untuk melanjutkan ke sekolah kejuruan,
c. Sekolah terminal bagi mereka yang tidak melanjutkan studi

I. ALGEMENE MIDDELBARE SCHOOL (AMS)


AMS yang merupakan bagian dari sistem pendidikan zaman kolonial Belanda di Indonesia.
AMS setara dengan SMA (Sekolah Menengah Atas) pada saat ini yakni pada jenjang sekolah
lanjutan tingkat atas. AMS menggunakan pengantar bahasa Belanda dan pada tahun 1930-an,
sekolah-sekolah AMS hanya ada di beberapa ibu kota provinsi Hindia Belanda yaitu Medan
(Sumatera), Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Surabaya (Jawa Timur), Makassar
(Indonesia Timur). Selain itu AMS ada di Yogyakarta (Kasultanan Yogyakarta), Surakarta
(Kasunanan Surakarta) dan beberapa kota Karesidenan seperti di Malang. Selain itu ada
beberapa AMS Swasta yang dipersamakan dengan Negeri Di provinsi Borneo (Kalimantan)
belum ada AMS.

banyak orang tua murid menyekolahkan anaknya ke AMS, karena dengan harapan dapat
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu misalnya ke THS di Bandung (Technische Hooge
School - didirikan tahun 1920 - sekarang - Institut Teknologi Bandung - ITB), RHS di Jakarta
(Rechts Hooge School - didirikan tahun 1924 - sekarang Fakultas Hukum UI Jakarta), atau GHS
di Jakarta (Geneeskudige Hooge School - didirikan tahun 1927 - sekarang Fakultas Kedokteran
UI Jakarta), ke Bogor di Landbouw Hooge School - didirikan tahun 1940 - sekarang Institut
Pertanian Bogor - IPB. Melalui AMS berarti harus menyelesaikan MULO lebih dahulu yang
tersebar di hampir semua provinsi yang hanya berjumlah delapan, sedangkan kalau melalui HBS
hanya ada di Surabaya, Semarang, Bandung, Jakarta, atau Medan.

J. HOGERE BURGER SCHOOL


HBS (Hogere Burger School) yang merupakan sekolah lanjutan tinggi pertama untuk warga
negara pribumi dengan lama belajar 5 tahun, dan menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa
pengantarnya. Pendidikan HBS selama 5 tahun setelah HIS atau ELS adalah lebih pendek dari
pada melalui jalur MULO (3 tahun) + AMS (3 tahun). Di sini dibutuhkan murid yang pandai,
terutama bahasa Belanda. Bung Karno merupakan salah satu murid HBS di Surabaya sebelum
beliau masuk THS ( sekarang ITB ) di Bandung. Pada waktu itu HBS hanya ada di kota
Surabaya, Semarang, Bandung, Jakarta dan Medan, sedangkan AMS ada di kota Jakarta,
Bandung, Medan, Yoyakarta dan Surabaya

 Pendidikan Masa Jepang


Didorong semangat untuk mengembangkan pengaruh dan wilayah sebagai bagian dari
rencana membentuk Asia Timur Raya yang meliputi Manchuria, Daratan China, Kepulauan
Filiphina, Indonesia, Malaysia, Thailand, Indo China dan Rusia di bawah kepemimpinan Jepang,
negera ini mulai melakukan ekspansi militer ke berbagai negara sekitarnya tersebut. Dengan
konsep “Hakko Ichiu” (Kemakmuran Bersama Asia Raya) dan semboyan “Asia untuk Bangsa
Asia”, bangsa fasis inipun menargetkan Indonesia sebagai wilayah potensial yang akan
menopang ambisi besarnya. Dengan konteks sejarah dunia yang menuntut dukungan militer kuat,
Jepang mengelola pendidikan di Indonesia pun tidak bisa dilepaskan dari kepentingan ini.
Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem pendidikan di masa pendudukan Jepang sangat
dipengaruhi motif untuk mendukung kemenangan militer dalam peperangan Pasifik.[6]

Setelah Februari 1942 menyerang Sumatera Selatan, Jepang selanjutnya menyerang Jawa
dan akhirnya memaksa Belanda menyerah pada Maret 1942. Sejak itulah Jepang kemudian
menerapkan beberapa kebijakan terkait pendidikan yang memiliki implikasi luas terutama bagi
sistem pendidikan di era kemerdekaan. Hal-hal tersebut antara lain:
a.    Dijadikannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi pengantar pendidikan menggantikan
Bahasa Belanda;
b.    Adanya integrasi sistem pendidikan dengan dihapuskannya sistem pendidikan berdasarkan
kelas sosial di era penjajahan Belanda.
Sistem pendidikan pada masa pendudukan Jepang itu kemudian dapat diikhtisarkan
sebagai berikut:
a.    Pendidikan Dasar (Kokumin Gakko / Sekolah Rakyat). Lama studi 6 tahun. Termasuk SR
adalah Sekolah Pertama yang merupakan konversi nama dari Sekolah dasar 3 atau 5 tahun bagi
pribumi di masa Hindia Belanda.
b.    Pendidikan Lanjutan. Terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah Pertama) dengan lama
studi 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi) juga dengan lama studi 3 tahun.
c.    Pendidikan Kejuruan. Mencakup sekolah lanjutan bersifat vokasional antara lain di bidang
pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik, dan pertanian.
d.   Pendidikan Tinggi.
Guna memperoleh dukungan tokoh pribumi, Jepang mengawalinya dengan menawarkan
konsep Putera Tenaga Rakyat di bawah pimpinan Soekarno, M. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan
K.H. Mas Mansur pada Maret 1943. Konsep ini dirumuskan setelah kegagalan the Triple
Movement yang tidak menyertakan wakil tokoh pribumi. Tetapi PTR akhirnya mengalami nasib
serupa setahun kemudian. Pasca ini, Jepang tetap merekrut Ki Hajar Dewantoro sebagai
penasehat bidang pendidikan mereka. Upaya Jepang mengambil tenaga pribumi ini
dilatarbelakangi pengalaman kegagalan sistem pendidikan mereka di Manchuria dan China yang
menerapkan sistem Nipponize (Jepangisasi). Karena itulah, di Indonesia mereka mencobakan
format pendidikan yang mengakomodasi kurikulum berorientasi lokal. Sekalipun patut dicatat
bahwa pada menjelang akhir masa pendudukannya, ada indikasi kuat Jepang untuk menerapkan
sistem Nipponize kembali, yakni dengan dikerahkannya Sendenbu (propagator Jepang) untuk
menanamkan ideologi yang diharapkan dapat menghancurkan ideologi Indonesia Raya.

Jepang juga memandang perlu melatih guru-guru agar memiliki keseragaman pengertian
tentang maksud dan tujuan pemerintahannya.[7] Materi pokok dalam latihan tersebut antara lain:
(1) Indoktrinasi ideologi Hakko Ichiu; (2) Nippon Seisyin, yaitu latihan kemiliteran dan
semangat Jepang; (3) Bahasa, sejarah dan adat-istiadat Jepang; (4) Ilmu bumi dengan perspektif
geopolitis; serta (5) Olaharaga dan nyanyian Jepang. Sementara untuk pembinaan kesiswaan,
Jepang mewajibkan bagi setiap murid sekolah untuk rutin melakukan beberapa aktivitas berikut
ini: (1) Menyanyikan lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo setiap pagi; (2) Mengibarkan bendera
Jepang, Hinomura dan menghormat Kaisar Jepang, Tenno Heika setiap pagi; (3) setiap pagi
mereka juga harus melakukan Dai Toa, bersumpah setia kepada cita-cita Asia Raya; (4) Setiap
pagi mereka juga diwajibkan melakukan Taiso, senam Jepang; (5) Melakukan latihan-latihan
fisik dan militer; (7) Menjadikan bahasa Indonesia sebagai pengantar dalam pendidikan. Bahasa
Jepang menjadi bahasa yang juga wajib diajarkan.
Setelah menguasai Indonesia, Jepang menginstruksikan ditutupnya sekolah-sekolah
berbahasa Belanda, pelarangan materi tentang Belanda dan bahasa-bahasa Eropa lainnya.
Termasuk yang harus ditutup adalah HCS, sehingga memaksa peranakan China kembali ke
sekolah-sekolah berbahasa Mandarin di bawah koordinasi Hua-Chino Tsung Hui, yang
berimplikasi pada adanya proses resinification (penyadaran dan penegasan identitas sebagai
keturunan bangsa China). Kondisi ini antara lain memaksa para guru untuk mentranslasikan
buku-buku berbahasa asing kedalam Bahasa Indonesia untuk kepentingan proses pembelajaran.
Selanjutnya sekolah-sekolah yang bertipe akademis diganti dengan sekolah-sekolah yang bertipe
vokasi. Jepang juga melarang pihak swasta mendirikan sekolah lanjutan dan untuk kepentingan
kontrol, maka sekolah swasta harus mengajukan izin ulang untuk dapat beroperasi kembali.
Taman Siswa misalnya terpaksa harus mengubah Taman Dewasa menjadi Taman Tani,
sementara Taman Guru dan Taman Madya tetap tutup. Kebijakan ini menyebabkan terjadinya
kemunduran yang luar biasa bagi dunia pendidikan dilihat dari aspek kelembagaan dan
operasonalisasi pendidikan lainnya.

Sementara itu terhadap pendidikan Islam, Jepang mengambil beberapa kebijakan antara
lain:
a.    Mengubah Kantoor Voor Islamistische Zaken pada masa Belanda yang dipimpin kaum
orientalis menjadi Sumubi yang dipimpin tokoh Islam sendiri, yakni K.H. Hasyim Asy’ari. Di
daerah-daerah dibentuk Sumuka;
b.    Pondok pesantren sering mendapat kunjungan dan bantuan pemerintah Jepang;
c.    Mengizinkan pembentukan barisan Hizbullah yang mengajarkan latihan dasar seni kemiliteran
bagi pemuda Islam di bawah pimpinan K.H. Zainal Arifin;
d.   Mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta di bawah asuhan K.H. Wahid Hasyim,
Kahar Muzakkir dan Bung Hatta;
e.    Diizinkannya ulama dan pemimpin nasionalis membentuk barisan Pembela Tanah Air (PETA)
yang belakangan menjadi cikal-bakal TNI di zaman kemerdekaan; dan
f.     Diizinkannya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) terus beroperasi, sekalipun kemudian
dibubarkan dan diganti dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang menyertakan
dua ormas besar Islam, Muhammadiyah dan NU.
Lepas dari tujuan semula Jepang memfasilitasi berbagai aktivitas kaum muslimin ketika
itu, nyatanya hal ini membantu perkembangan Islam dan keadaan umatnya setelah tercapainya
kemerdekaan.

Anda mungkin juga menyukai