Anda di halaman 1dari 10

Nama : Rahayu Lestari

NIM : 7101417198
Rombel : Pendidikan Akuntansi IUP 2017

Pembelajaran abad 21 menuntut siswa memiliki keterampilan, pengetahuan, dan


kemampuan di bidang teknologi, media dan informasi, keterampilan pembelajaran dan inovasi.
Kemdikbud memiliki framework yang menjelaskan tentang keterampilan, pengetahuan dan
keahlian yang harus dikuasai siswa abad 21 agar sukses dalam kehidupannya kelak. Framwork
tersebut tertuang dalam empat pilar pendidikan, yaitu critical thingking, communication,
collaboration dan creative. Pembelajaran abad 21 tidak hanya menuntut siswa memiliki
kemampuan dalam bidang teknologi saja, namun juga menuntut siswa memiliki kemampuan
berpikir kritis untuk menganalisis dan menyelesaikan masalah dengan bijak (critical thingking).
Pembelajaran abad 21 juga menuntu siswa memiliki kemampuan komunikasi yang baik
(communication), kemampuan bekerja sama dan saling bersinergi dengan lingkungannya
(collaboration), serta memiliki kemampuan menghasilkan sesuatu yang baru (creativity).
Pergeseran paradigma belajar abad 21 adalah sebagai berikut (Litbang Kemdikbud, 2013).
Apa yang diperlukan untuk memastikan bahwa siswa memiliki akses ke pendidikan yang
sengaja membekali keterampilan abad 21? Upaya yang telah dilakukan pemerintah Indonesia
adalah melalui penyempurnaan kurikulum dan peningkatan kualitas tenaga pendidik (guru).
Penyempurnaan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 merupakan wujud upaya respon
pemerintah terhadap perkembangan teknologi infomasi dan komunikasi serta menyiapkan
generasi Indonesia yang mampu menjawab tantangan abad 21.
Penyempurnaan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 membawa konsekwensi
perubahan pada standar pendidikan. Perubahan standar pendidikan terkait tuntutan kompetensi
lulusan dan proses pembelajaran. Standard kompetensi lulusan pada kurikulum 2013
menyeimbangkan hard skills dan soft skills meliputi kompetensi sikap (spiritual dan sosial),
pengetahuan (berilmu) dan keterampilan (cakap dan kreatif). Keterampilan ditekankan pada
keterampilan berpikir menuju terbentuknya kreativitas. Dan proses pembelajaran pada kurikulum
2013 berubah dari siswa diberi tahu menuju mengajak siswa mencari tahu.
Kompetensi pembelajaran dapat dicapai melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba,
menalar, menyaji, dan mencipta yang dikenal dengan istilah pendekatan saintifik. Kreativitas
tidak dapat diturunkan tetapi dapat dikembangkan melalui pendidikan (Dyer, dkk. 2009).
Kreativitas dapat dilatih melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan dalam pembelajaran.
Ujung tombak pelaksana kurikulum adalah guru. Guru mempunyai peran strategis dalam
menyiapkan generasi emas dengan keterampilan abad 21. Lalu bagaimanakah sosok guru yang
dibutuhkan di abad 21?
Sosok Guru Abad 21
Sosok guru yang dibutuhkan pada abad 21 adalah guru yang tidak hanya menguasi materi
pembelajaran secara luas dan mendalam (kompetensi professional), namun juga dapat
memahami perkembangan kognitif murid, merancang pembelajaran dan pelaksanaan
pembelajaran yang tidak lagi berpusat pada guru. Guru abad 21 harus mampu merancang dan
menerapkan model pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dan
berpartisipasi untuk menemukan dan mengembangkan pengetahuannya sendiri melalui berbagai
aktivitas seperti mencari, berpikir, berdiskusi dan mengkomunikasikan. Guru abad 21 tidak lagi
menyampaikan pengetahuan melalui ceramah dan buku teks, namun mengajak siswa mencari
tahu. Guru abad 21 harus mampu merancang dan menerapkan model pembelajaran yang dapat
melatih siswa menerapkan pengetahuan yang dimiliki untuk konstek baru, berkomunikasi
dengan cara yang kompleks, dan memecahkan masalah atau mengembangkan kreativitas
sehingga proses pembelajaran memiliki makna bagi siswa. Guru abad 21 dapat menggunakan
model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 yaitu pembelajaran berbasis penemuan
(discovery/ inquiry learning) dan berbasis masalah/projek (problem/project based learning)
untuk mendorong kemampuan komunikasi, berpikir kritis, kerja sama, dan kreatif untuk
menghasilkan karya konstekstual. Guru abad 21 juga harus mampu melakukan evaluasi dan
refleksi terhadap hasil pembelajaran sekaligus memberikan tindak lanjut.
Proses pembelajaran kurikulum 2013 tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan
pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik saja, namun juga
pengembangan nilai dan sikap. Pengembangan sikap sebagai pengembangan moral dan perilaku
dilakukan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Dalam proses
pembelajaran, guru adalah sosok yang “digugu lan ditiru”. Perilaku seorang guru akan menjadi
komunikasi (penyampai pesan) paling efektif dan berpengaruh besar terhadap peserta didik.
Maka dari itu, guru abad 21 haruslah memiliki kemampuan sosial dan kepribadian yang baik
agar dapat menjadi teladan bagi kehidupan sosial peserta didik. Guru abad 21 digambarkan
sebagai sosok manusia yang berakhlak mulia, arif, bijaksana, berkepribadian stabil, mantap,
disiplin, santun, jujur, objektif, bertanggung jawab, menarik, mantap, empatik, berwibawa, dan
patut diteladani. Guru abad 21 harus menjadi manusia yang dinamis dan berpikir ke depan,
modern, bersemangat dan komitmen untuk pengembangan diri dan bersama.
Disamping memiliki informasi, berakhlak baik dan mampu menyampaikan secara
metodologis, guru abad 21 juga harus mampu mendayagunkan teknologi infromasi dan
komunikasi yang ada dalam kegiatan belajar mengajar. Di abad 21 ini, guru bukanlah satu-
satunya lagi sumber belajar siswa, sebab ilmu pengetahuan dan berbagai sumber informasi dan
belajar telah tersebar di mana-mana dan setiap orang dapat dengan mudah mengaksesnya. Inilah
yang menjadi tantangan profesi guru abad 21, akankah peranannya digantikan oleh teknologi
informasi atau guru yang memanfaatkan teknologi informasi untuk menunjang peran profesinya.
Guru abad 21 haruslah dapat menjadi fasilitator yang baik antara siswa dan ilmu pengetahuan
melalui pemanfaatan teknologi yang ada. Sistem pendidikan di era digital menganggap siswa
telah memiliki pengetahuan awal sehingga tugas guru hanya mengkonstruksi saja. Maka dari itu
diperlukankan keterampilan guru agar dapat memangun konsep awal yang dimiliki siswa
menjadi pemelajaran yang bermakna dan dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan.
Sejalan dengan hal di atas, seorang guru abad 21 juga harus terus meningkatkan
profesionalismenya melalui berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuannya
dalam mengelola pembelajaran maupun kemampuan lain dalam upaya menjadikan peserta didik
memiliki keterampilan belajar, mencakup keterampilan dalam memperoleh pengetahuan
(learning to know), keterampilan dalam pengembangan jati diri (learning to be), keterampilan
dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu (learning to do), dan keterampilan untuk dapat hidup
berdampingan dengan sesame secara harmonis (learning to live together). Guru dapat
meningkatkan profesionalisme guru melalui program Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan.

Apa saja yang harus dimiliki seorang guru dalam menghadapi abad 21?
Pendidikan abad 21 memerlukan tenaga pendidik (guru) yang professional. Guru
professional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
keguruan. Menurut Kunandar (2007) guru yang professional adalah orang yang terdidik dan
terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya. Tenaga pendidik pada
abad 21 dituntut untuk selalu melakukan inovasi pendidikan khususnya dalam hal proses
pembelajaran. Selain itu, tenaga pendidik di abad 21 juga harus mampu mengikuti
perkembangan teknologi dan komunikasi yang selalu dinasi sebagai media pembelajaran agar
materi dapat tersampaikan secara optimal. Guru yang sesuai dengan kondisi globalisasi di era
digital ini adalah guru yang memiliki kemampuan menguasai dan mengendalikan perubahan-
perubahan yang berwawasan IPTEK.
Selain itu, pendidik juga harus memiliki 4 kompetensi utuh demi pencapaian tujuan
pendidikan nasional yang optimal, yaitu:
a. Kompetensi Profesional
Beberapa hal yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik sebagai tenaga professional adalah
menguasai keilmuannya baik dalam metodologinya maupun dalam konten materinta,
menguausai strukur keilmuannya, menguasai dan mampu mengembangkan atau memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran, dapat mengorganisasi materi
kurikulum keilmuannya dan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dengan penelitian-
penelitian baik dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ataupun penelitian produk yang
berhubungan dengan keilmuannya
b. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik merupakan kompetensi yang berhubungan dengan proses
pembelajaran baik dalam hal metode, model, teknik dan stratgei pembelajarannya. Beberapa hal
yang terkait dengan kompetensi ini adalah memahami latar belakang keluarga dan lingkungan
peserta didik, memahami karakteristik psikologi peserta didik, memahami gaya belajar dan
kesulitan peserta didik, memfasilitasi perkembangan potensi peserta didik, mengembangkan
metode pembelajaran yang melibatkan peserta didik (students centered), merancang dan
sekaligus melaksanakan pembelajaran yang bersifat mendidik dan melakukan evaluasi sebagai
alat ukur ketercapaian pembelajaran.
c. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan salah satu kompetensi yang terdapat dalam pribadi
tenaga pendidik. Beberapa contoh yang dapat diterapkan oleh tenaga pendidik sebagai bentuk
pemenuhan kompetensi kepribadian adalah menampilkan pribadi yang berakhlak mulia yang
dapat menjadi teladan bagi peserta didik dan lingkungan, memiliki kepribadian atau mental yang
tangguh serta bijak dalam bersikap dan berpikir, memiliki estetika, etika, tata cara berkomunikasi
yang baik dan mampu mengevaluasi diri sendiri sekaligus mampu mengembangkan potensinya
agar menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi peserta didik.
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kompetensi yang berhubungan dengan orang lain atau
lingkungan di sekitarnya. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesame guru, orang tua/ wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar. Sebagai makhluk sosial guru berperilaku santun, mampu
berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan menarik, serta mempunyai
rasa empati terhadap orang lain.

Dalam bidang apa saja sebaiknya guru harus mengembangkan diri? Bagaimana caranya?
Guru dapat mengembangkan dirinya dalam rangka meningkatkan profesionalismenya
melalui kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). PKB adalah pengembangan
kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, betahap, berkelanjutan untuk
meningkatkan profesionalitasnya. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan
Kebudayaan Penjaminan Mutu Pendidikan (2012) merumuskan tujuan PKB adalah:
1. Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan dalam
peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
2. Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi kebutuhan guru dalam perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni untuk memfasilitasi proses pembelajaran peserta
didik.
3. Meningkatkan komitmen guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai
tenaga professional.
4. Menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai penyandang profesi guru.
5. Meningkatkan citra, hrakat, dan martabat guru di masyarakat.
6. Menunjang pengembangan karir guru.
7. Memberi penghargaan bagi guru professional, diantaranya adalah kenaikan golongan.
8. Memberi motivasi tinggi untuk mencapai pangkat puncak PNS, yaitu Pembina Utama,
Golongan Ruang IV/e.

Unsur kegiatan PKB terdiri dari 3 (tiga) macam kegiatan, yaitu


1. Pengembangan Diri, yang meliputi: a. Mengikuti diklat fungsional
b. Melaksanakan kegiatan kolektif guru
2. Publikasi Ilmiah, yang meliputi: a. Membuat publikasi ilmiah atas hasil penelitian
b. Membuat publikasi buku
3. Karya Inovatif, yang meliputi: a. Menemukan teknologi tepat guna
b. Menemukan/ Menciptakan karya seni
c. Membuat/ Memodifikasi alat pelajaran
d. Mengikuti pengembangan penyusunan standar,
pdoman, soal dan sejenisnya

Pengembangan diri adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan
profesionalismenya agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan atau kebijakan pendidikan nasional serta perkembangan IPTEKS. Kegiatan
pengembangan diri meliputi:
1. Diklat Fungsional
Diklat fungsional merupakan upaya peningkatan kompetensi guru dan/atau pemantapan
wawasan, pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan yang sesuai dengan profesi guru yang
bermanfaat dalam pelaksanaan tugas guru melalui lembaga yang memiliki ijin penyelenggaraan
dari instansi berwenang, berupa kursus, pelatihan, penataran, atau bentuk diklat lainnya.
Guru dapat mengikuti kegiatan diklat fungsional atas dasar penugasan baik oleh kepala
sekolah/madrasah atau institusi lain, maupun atas kehendak sendiri dari guru yang bersangkutan.
Untuk keperluan pemberian angka kredit, bukti fisik yang harus disertakan adalah sebagai
berikut.
a. Fotokopi surat tugas dari kepala sekolah/madrasah atau institusi lain yang terkait,
yang telah disahkan oleh kepala sekolah./madrasah. Bila penugasan bukan dari
kepala sekolah/madrasah (misalnya dari institusi lain atau kehendak sendiri), harus
disertai dengan surat persetujuan mengikuti diklat fungsional dari kepala
sekolah/madrasah.
b. Fotokopi sertifikat diklat yang disahkan oleh kepala sekolah/madrasah.
c. Laporan hasil pelatihan yang dibuat oleh guru yang bersangkutan, diketik dan dijilid.

Perlu diperhatikan bahwa waktu diklat fungsional tidak boleh kurang dari 30 jam (1 jam =
45 menit) atau setara dengan 4 (empat) hari kegiatan efektif. Berikut angka kredit diklat
fungsional menurut jam efektif.
2. Kegiatan kolektif guru
Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti kegiatan pertemuan ilmiah
atau mengikuti kegiatan bersama baik di dalam maupun luar sekolah (seperti IHT/KKG/MGMP,
KKKS/MKKS, dan asosiasi profesi guru) yang bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru
yang bersangkutan. Kegiatan kolektif mencakup kegiatan lokakarya atau kegiatan kelompok
guru untuk penyusunan kurikulum dan/atau pembelajaran; pembahas atau peserta pada seminar,
koloquim, diskusi panel atau bentuk pertemuan ilmiah lain; dan kegiatan kolektif lain yang
sesuai dengan tugas dan kewajiban guru.
Untuk keperluan pemberian angka kredit, bukti fisik yang harus disertakan adalah sebagai
berikut.
a. Fotokopi surat tugas dari kepala sekolah/madrasah atau institusi lain yang terkait,
yang telah disahkan oleh kepala sekolah./madrasah. Bila penugasan bukan dari
kepala sekolah/madrasah (misalnya dari institusi lain atau kehendak sendiri), harus
disertai dengan surat persetujuan mengikuti diklat fungsional dari kepala
sekolah/madrasah.
b. Laporan hasil pelaatihan yang dibuat oleh guru yang bersangkutan, diketik dan
dijilid.
Besaran angka kredit untuk kegiatan kolektif gru adalah sebagai berikut.

Adapun contoh kegiatan pengembangan diri yang dapat dilakukan baik dalam diklat
fungsional maupun kegiatan kolektif guru antara lain sebagai berikut:
1). Penyusunan RPP, program kerja, perencanaan pendidikan, evaluasi, dan sebagainya.
2). Penyusunan kurikulum dan bahan ajar
3). Pengembangan metode mengajar
4). Pelaksanaan penilaian proses dan hasil pembelajaran peserta didik
5). Pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komputer dalam pembelajaran
6). Inovasi proses pembelajaran
7). Peningkatan kompetensi professional dalam menghadapi tuntutan toeir terkini
8). Penulisan publikasi ilmiah
9). Pengembangan karya inovatif
10). Peningkatan kemampan untuk mempresentasikan hasil karya.
Referensi:
1. Anonim. 2013. Pengembangan Diri dan Angka Kredtinya. Online. Diakses melalui
laman: http://www.al-maududy.com/2013/11/pengembangan-diri-dan-angka-
kreditnya.html, 13 April 2020.
2. Darmadi. 2018. GURU ABAD 21 “Perilaku dan Pesona Pribadi”. Lampung Tengah:
Guepedia The First On – Publisher in Indonesia.
3. Dudung, A. 2014. Pelatihan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) bagi Guru-
Guru Se Jakarta Timur. Jurnal Sarwadhita Volume 11 no. 1, Univerisitas Negeri Jakarta.
4. Lince, Ranak. 2016. Strategi Peningkatan Profesionalisme Guru dalam Menghadapi
Tantangan di Era Digital. Prosiding Temu Ilmiah Nasional Guru (TING) VIII,
Universitas Terbuka Convention Center.
5. Mahanal, Susriyati. 2014. Peran Guru dalam Melahirkan Generasi Emas dengan
Keterampilan Abad 21. Makalah yang disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan
HMPS Pendidikan Biologi FKI, Universitas Halu Oleo, 20 September 2014. Laman:
https://www.researchgate.net/profile/Susriyati_Mahanal/publication/319746366_PERAN
_GURU_DALAM_MELAHIRKAN_GENERASI_EMAS_DENGAN_KETERAMPILA
N_ABAD_21/links/59bb81b3a6fdcca8e55f6350/PERAN-GURU-DALAM-
MELAHIRKAN-GENERASI-EMAS-DENGAN-KETERAMPILAN-ABAD-21.pdf
6. Pendidikan Abad 21. Laman: https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_abad_21.
7. Safitri, Ria. 2018. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru di SMP Negeri 1
Mallusetasi. Artikel Ilmiah. Jurusan PPKn Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Makassar. Diakses melalui laman: http://eprints.unm.ac.id/9785/1/JURNAL%20RIA.pdf
8. Saputro, A. 2017. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) bagi Guru PAI di
SMP Negeri 2 Sawti Boyolali Tahun 2017. Skipsi. Jurusan Pendidikan Agama Isalam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Surakarta. Diakses melalui laman:
http://eprints.iain-surakarta.ac.id/1062/1/Download%20File.pdf
9. Sosok Guru Abad 21: Sebuah Harapan dan Kenyataan. Diakses pada laman:
https://miftah19.wordpress.com/2009/05/16/sosok-guru-abad-21-sebuah-harapan-dan-
kenyataan/.

Anda mungkin juga menyukai